Makalah tehnik kewirausahaan
-
Upload
septian-muna-barakati -
Category
Devices & Hardware
-
view
144 -
download
0
Transcript of Makalah tehnik kewirausahaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi perkembangan ekonomi dunia dan adanya era pasar bebas menuntut
Indonesia untuk dapat menyejajarkan posisinya dengan dunia luar. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah dengan meningkatkan pembangunan ekonomi
negeri serta mengurangi ketergantungan terhadap bangsa lain. Hal ini dapat tercapai salah
satunya dengan mengembangkan kewirausahaan di Indonesa. Dengan melahirkan banyak
wirausaha sukses, ketergantungan Indonesia terhadap bangsa lain diharapkan dapat berkurang
karena telah mampu menciptakan lapangan baru sendiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri.
Selain itu, dengan hadirnya wirausaha yang sukses mengembangkan usahanya, baik di
kancah nasinal maupun internasional akan mengurangi beban pemerintah pula dalam rangka
mengurangi angka pengangguran.
Dewasa ini, wirausaha-wirausaha sukses telah mewarnai dunia perekonomian Indonesia.
Sebut saja Aburizal Bakrie, Bob Sadino, Cahirul Tanjung, danmasih banyak lainnya. Selain
itu, usaha-usaha kecil pun semakin banyak berdiri di lingkungan masyarakat. Jelas, kehadiran
wirausaha-wirausaha tersebut di Indonesia dapat memengaruhi serta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, menciptakan lapangan kerja, memenuhi kebutuhan,
mengurangi angka pengangguran, dll. Namun, tak serta-merta semua orang yang
menciptakan sebuah usaha pasti menjadi wirausaha sukses yang mampu meringankan beban
pemerintah.
Tentu saja tak mudah menjadi seorang wirausaha sukses. Berbagai halangan dan masalah
selalu mewarnai kisah-kisah perjalanan bisnis mereka dan mereka dituntut untuk dapat
menangani masalah tersebut dengan cerdas atau menyerah pada masalah dan kalah menjadi
wirausaha. Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai bagaimana menjadi seorang
wirusaha yang baik yang dapat berperan dalam membangun perekonomian Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menjadi wirausaha yang baik?
2. Apa faktor yang memacu dan menghambat suksesnya suatu usaha?
3. Apa peran wirausaha dalam peningkatan perekonomian Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui cara menjadi wirausaha yang baik
2. Mengetahui faktor pemacu dan penghambat suksesnya suatu usaha
3. Mengetahui peran wirausaha dalam peningkatan perekonomian Indonesia
1.4 Manfaat Penulisan
1. Memberikan gambaran kisah sukses wirausaha, sehingga para calon pengusaha dapat
mempelajarinya
2. Meningkatkan keinginan masyarakat untuk menjadi wirausaha
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Pengertian Kewirausahaan
Beberapa pengertian kewirausahaan adalah sebagai berikut.
1. Kewirausahaan adalah suatu proses seseorang guna mengejar peluang-peluang
memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui inovasi, tanpa memperhatikan sumber
daya yang mereka kendalikan (Robin, 1996).
2. Kewirausahaan adalah mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan
hasil karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan.
3. Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan
waktu dan kegiatan disertai modal jasa dan risiko, serta menerima balas jasa,
kepuasan, dan kebebasan pribadi.
4. Dalam lampiran Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 1995, tentang Gerakan Nasional
Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan (GNMMK), kewirausahaan
adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha
atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru
dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik
dan keuntungan yang lebih besar.
Sedangkan yang dimaksud dengan wirausaha adalah sebagai berikut.
1. Wirausaha adalah orang yang berani memaksa diri untuk menjadi pelayan bagi orang
lain (Gede Prama, SWP, 09/XI/1996).
2. Pandangan menurut seorang businessman, wirausaha adalah ancaman, pesaing baru
atau juga bisa seorang partner, pemasok, konsumen, atau seorang yang bisa diajak
kerja sama.
3. Pandangan menurut seorang pemodal, wirausaha adalah seorang yang menciptakan
kesejahteraan untuk orang lain yang menemukan cara-cara baru untuk menggunakan
resources, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja yang disenangi
oleh masyarakat.
4. Pandangan menurut seorang ekonom, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mengorganisir faktor-faktor produksi, alam, tenaga, modal, dan skill untuk
tujuan berproduksi.
5. Pandangan menurut seorang psychologis, wirausaha adalah seorang yang memiliki
dorongan kekuatan dari dalam untuk memperoleh sesuatu tujuan, suka mengadakan
eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.
6. Menurut Schumpeter, wirausaha merupakan pengusaha yang melaksanakan
kombinasi-kombinasi baru dalam bidangteknik dan komersial.
7. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yg pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi
untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan
operasinya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa wirausaha adalah orang-
orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan
tindakan yang tepat guna dalam memastikan kesuksesan.
1.5.2 Ciri-Ciri Wirausaha
1. Percaya diri
Percaya diri berarti memiliki keyakinan kuat dan optimisme yang tinggi.
1. Berorientasi pada tugas dan hasil
Berorientasi pada tugas berarti memiliki tekad kerja keras, tekun, enerjik, serta memiliki
semangat dan kemauan dalam menghadapi kesulitan. Berorientasi pada hasil berarti haus
akan prestasi serta mengejar keuntungan.
1. Pengambilan risiko
Memiliki keberanian untuk mengambil risiko yang wajar dalam menjalankan usahanya dan
menyukai tantangan.
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan berarti memiliki perilaku sebagai pemimpin yang baik.
1. Keorisinalan dan kreativitas
Memiliki daya kreasi dan imajinasi tinggi serta inovatif dalam membuat sesuatu yang baru,
menyesuaikan dengan keadaan, dan memanfaatkan kesempatan yang ada.
1. Berorientasi pada masa depan
2. Efisien
Selalu mengutamakan efisiensi, penghematan biaya, dan tidak konsumtif, selalu menanamkan
kembali keuntungan yang diperoleh
1. Cerdas
Mempunyai cara analisis yang tepat, sistematis, dan metodologis.
Menurut Bygrave, ciri-ciri wirausahawan dikenal dengan istilah 10 D sebagai berikut.
1. Dream (Visi ke Depan)
Mempunyai pandangan ke masa depan untuk mengembangkan usahanya serta mempunyai
kemampuan untuk mewujudkan visinya.
1. Decisiveness (Keputusan dengan Cepat)
Dapat bekerja dengan cepat dalam menghasilkan sesuatu, membuat suatu keputusan dengan
cepat, tepat dan penuh perhitungan.
1. Doers (Melaksanakan Keputusan)
Langsung menindaklanjuti keputusan dalam menjalankan bisnisnya.
1. Determination (Penentuan/Kebulatan Tekad)
Melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian, rasa tanggung jawab, dan tidak mudah
menyerah, walaupun dihadapkan pada halangan yang sulit diatasi.
1. Dedication (Pengabdian)
Mempunyai dedikasi (mengutamakan pekerjaan) yang tinggi terhadap bisnisnya.
1. Devotion (Mencintai Pekerjaan)
Mencintai pekerjaan bisnisnya dan produk yang dihasilkannya.
1. Details (Dapat Memerinci)
Memerhatikan faktor-faktor yang sangat rinci terhadap apa yang terjadi selama menjalankan
kegiatan usahanya dan tidak mengabaikan faktor-faktor yang kecil yang dapat menghambat
kegiatan usahanya.
1. Destiny (Bertanggung Jawab atas Nasib Usahanya)
Bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya.
1. Dollars (Kekayaan)
Tidak mengutamakan pada pencapaian kekayaan. Dia berasumsi jika berhasil dalam
bisnisnya, maka ia pantas mendapat laba, bonus, atau hadiah.
1. Distribute (Membagi-bagi)
Mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada orang-orang kepercayaannya, yaitu orang-
orang yang kritis dan mau diajak untuk mencapai sukses dalam bisnisnya.
1.5.3 Syarat-Syarat Wirausaha
1. Semangat kerja, kemauan, dan ketekunan
Berhasilnya usaha di segala bidang tergantung besarnya semangat kerja seseorang, kemauan,
ketelitian,dan ketekunannya.
1. Pengetahuan
Memiliki tingkat pengalaman yang cukup baik yang merupakan hasil belajar sendiri atau
turun-menurun dari keluarga atau melalui pendidikan formal. Pada hakikatnya keberhasilan
ditentukan oleh nilai-nilai yang didapat dari pendidikan sejak masa kanak-kanak hingga
dewasa.
1. Kemampuan dan keahlian
Calon wirausaha perlu memiliki kemampuan untuk mendapatkan gagasan-gagasan yang
orisinil atau memilih orang yang tepat dalam bidangnya.
1. Kesempatan yang ada dan digunakan
Untuk menyalurkan gagasan, keinginan, dan kemampuan diperlukan kesempatan, baik
diciptakan sendiri maupundiberikan oleh orang lain sehingga seorang wirausaha dapat
menentukan pilihan dan cara yang tepat untuk menyalurkan kemampuannya.
1. Disiplin, keteraturan dan kecepatan kerja
Disiplin merupakan faktor yang membentuk seorang wirausaha yang tangguh. Dengan
disiplin yang tinggi, efisiensi dan produktifitas kerja dapat meningkat.
1. Keberanian mengambil risiko dan menghadapi ketidakpastian
Keberanian maerupakan semangat kepeloporan berdasarkan perhitungan yang matang unuk
membuka gagasan-gagasan baru dan mengambil satu keputusan dalam situasi apa pun. Untuk
itu, diperlukan pendekatan
1. Merdeka lahir batin
Manusia merdeka lahir batin adalah seseorang yang mampu untuk tidak menggantungkan
nasibnya pada siapapun.
1. Inovatif dan kreatif
Kreatif dan inovatif merupakan sifat-sifat dasar yang harus dimiliki. Seorang yang kreatif
akan menciptakan gagasan-gagasan baru, sedangkan seorang yang inovaif selalu menerapkan
gagasan baru untuk terus berkembang.
1. Takwa pada Tuhan Yang Maha Esa
Meningkatkan ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa akan mendorong pada perbuatan-
perbuatan yang positif dan melatih diri agar menghindarkan diri dari perbuatan tercela,
sehingga menumbuhkan sifat jujur dan tanggung jawab.
10. Modal dan keuangan
Modal memang sesuatu yang penting tapi bukan nomor satu. Hanya sebagai pelengkap dalam
kegiatan wirausaha.namun perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan
modal menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian.
1.5.4 Langkah-Langkah Menjadi Wirausaha
1. Sumber ide usaha
Sumber ide untuk memulai sebuah usaha dapat diperoleh dari pekerjaan dan keterampilan,
minat dan hobi, pengalaman, serta dari pengamatan.
1. Melihat peluang usaha
Sebelum menentukan bidang usaha apa yang akan dijalankan, maka terlebih dahulu
dianalisisi apakah bidang usaha yang dipilih tersebut telah ada atau belum serta bagaimana
prospeknya. Tiga alternatif yang dapat dijadikan dasar untuk melihat peluang usaha adalah
menghasilkan barang baru, menghasilkan barang yang sama jenisnya tapi berbeda model,
atau menghasilkan barang tiruan yang baru, memodifikasi barang tersebut.
1. Analisis peluang usaha
Untuk dapat memeroleh gambaran sejauh mana peluang usaha yang dipilih dapat meenuhi
persyarata, ada beberapa hal yang perlu dianalisis, yaitu:
1. Tingkat keuntungan yang akan diperoleh
2. Penyediaan barang yang akan menunjang kelancaran kegiatan produksi
3. Penyediaan tenaga kerja
4. Penguasaan teknik
5. Prospek produksi
6. Penyediaan dana
7. Ekspansi usaha
8. Risiko
9. Kecenderungan perkembangan permintaan
10. Persaingan yang akan dihadapi
11. Peranan pemerintah dalam menunjang perkembangan produk
12. Perencanaan usaha
Sebelum melangkah dalam kegiatan usaha, terlebih dahulu dibuat perencanaan usaha yang
meliputi masalah diri pribadi, permodalah, organisasi dan manajemen, peluang usaha, hukum
dan perundang-undangan, serta masalah lingkungan.
1. Menjalankan usaha
Menurut Sutarno, dalam menjalankan usaha perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Tujuan usaha
2. Rencana bentuk produk
3. Sarana usaha, meliputi tenaga kerja, peralatan, bahan, permodalan, dan pertimbangan
ekonomi
4. Proses rencana
1.5.5 Peran Wirausaha Dalam Perekonomian
Secara umum, peran wirausaha dapat dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal.
Peran internal:
1. Mengurangi tingkat ketergantungan terhadap orang lain
2. Meningkatkan kepercayaan diri
3. Meningkatkan daya beli
Peran eksternal:
1. Menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran
2. Meningkatkan pendapatan masyarakat
3. Meningkatkan produktivitas nasional
4. Meningkatan pertumbuhan ekonomi
Menurut Suryana, dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi
makro dan mikro. Secara makro wirausaha berfungsi sebagai penggerak, pengendali, dan
pemacu perekonomian suatu bangsa. Secara mikro peran wirausaha adalah penanggung risiko
dan ketidakpastian, mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda
untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru.
Werner Sombart membagi peranan atau fungsi wirausaha menjadi tiga hal penting.
1. Sebagai captain of industry, yang mulai sebagai teknisi dalam suatu bidang keahlian
kemudian berhasil menemukan sesuatu yang baru.
2. Sebagai pedagang, yaiu orang yang menganalisis berbagai kebutuhan masyarakat,
merangsang kebutuhan baru, dan perhatian utamanya adalah penjualan.
3. Sebagai pemimpin keuangan, yaitu orang yang sejak muda menekuni keuangan,
mengumpulkan uang, dan menggabungkan sumber-sumber keuangan.
BAB 2
PENGUSAHA DENGAN PRODUK KELAS DUNIA
Kisah Sukses Ronny Lukito
Siapa yang tak pernah mendengar produk EIGER? Bagi kita, orang Indonesia, khususnya
para pecinta alam, tentu EIGER bukan menjadi sesuatu yang asing lagi di telinga kita. Sebuah
produk peralatan outdor dan tas yang banyak digemari pecinta alam maupun anak muda
karena kualitas dan ketahanannya. EIGER, sepintas orang-orang ak an menyangka bahwa
EIGER adalah merek luar negeri, padahal EIGER merupakan merek asli Indonesia.
EIGER didirikan oleh Ronny Lukito seorang pengusaha tas yang lahir pada tanggal 15
Januari 1962 di Bandung. Ia adalah anak ketiga dari enam bersaudara, satu-satunya anak laki-
laki pasangan Lukman Lukito-Kumiasih. Ronny yang berdarah campuran Buton, Sumatera
dan Jakarta itu mempunyai orang tua yang menyambung hidup dengan cara berjualan tas. Ia
adalah seorang anak dari keluarga yang memprihatinkan. Orangtuanya bukanlah dari kaum
berada. Di masa remajanya, Ronny tinggal di Bandung. Ia adalah sosok pemuda yang rajin
dan tekun. Ia bukan seorang lulusan perguruan tinggi negeri ataupun perguruan tinggi swasta
favorit, ia hanyalah seorang lulusan STM (Sekolah Teknologi Menengah).
Sebenarnya ia sangat ingin melanjutkan studinya di salah satu perguruan tinggi di Bandung,
namun keinginannya susut karena terbentur masalah keuangan. Semenjak bersekolah di
STM, Ronny terbiasa berjualan susu yang dibungkus dengan plastik kecil ke rumah-rumah
tetangg. Masa remaja Ronny di Bandung dilewati dengan penuh kesederhanaan dan kerja
keras yang jauh dari kehidupan serba ada. Namun keadaan tersebut tak mengubur semangat
Ronny.
Orang tuanya yang memiliki toko kecil khusus menjual tas, membuat Ronny terbiasa melihat
secara langsung proses produksi sebuah tas. Bahkan ia beserta saudaranya sering terjun
langsung membantu orangtuanya dalam menjalankan bisnis tersebut. Dari mulai proses
packing tas, merapikan tas-tas yang di display, serta menjadi kasir ketika ada pembeli yang
membayar. Pengalaman itulah yang menjadi langkah awal Ronny untuk membuka peluang
bisnis tas, mengikuti jejak kedua orang tuanya. Saat masih remaja Ronny tak berpikiran
untuk menjadi pengusaha. Namun setamat STM, ia harus berpikir realistis dalam melihat
perekonomian keluarga. Ia akan memprioritaskan membantu orangtuanya berjualan.
Sejak tahun 1976, ketika Ronny duduk di bangku STM, toko ayahnya tersebut mulai menjual
tas hasil karya sendiri. Saat itu merek tas produknya bernama Butterfly. Nama ini diambil
dari merek mesin jahit buatan China yang mereka pakai. Ronny sendiri membantu membeli
bahan ke toko tertentu atau mengantarkan barang dagangan ke pelanggan mereka. Sebelum
berangkat sekolah Ronny jualan susu, sepulang sekolah Ronny kerja di bengkel motor
sebagai montir. Jiwa entrepreneur yang dimilikinya sejak duduk di bangku sekolah
membuatnya mudah menyerap ilmu dari ayahnya. Tak lama setelah bekerja di toko milik
sang ayah, ia pun memulai peluang bisnis pembuatan tas sendiri.
Tahun 1979, Ronny mulai mengembangkan bisnis orang tuanya dengan memasukkan produk
tasnya ke Matahari. Meski hanya mendapatkan order sedikit, Ronny terus mengembangkan
usahanya. Setelah itu, dengan modal kurang dari satu juta, Ronny membeli dua mesin jahit,
peralatan jahit, dan sedikit bahan baku pembuatan tas. Dibantu dengan satu orang pegawai
bernama Mang Uwon, Ronny memproduksi tas sendiri. Sekitar tahun 1983-1984 Ronny
berkeinginan memasukkan produknya ke Matahari. Awalnya, ketika ia mengajukan diri
sebagai pemasok itu Ronny ditolak oleh bagian pembelian. Permohonan Ronny diterima pada
permintaannya yang ke-13. Saat itu pun nilai tas yang dijual tidak sampai 300 ribu.
Ronny terjun sendiri ke daerah-daerah untuk mencari mitra-mitra pengecer baru guna
membuka pasar baru. Dia membuang kemalasan dan sadar bahwa masa depannya ditentukan
pada momen itu. Dia berangkat ke kota-kota lain untuk mempromosikan dan membangun
jaringan pemasaran. Karena masih dalam tahap awal memulai usaha, ia merasa tidak begitu
menguasai pengetahuan dunia usaha dan pemasaran sehingga ia putuskan untuk
menggunakan jasa seorang konsultan. Ronny banyak belajar secara privat mengenai
pengetahuan manajemen dan juga mengambil kursus manajemen keuangan. Bila ada seminar
atau kursus yang menurutnya bagus, Ronny juga berusaha untuk menghadirinya. Membaca
buku-buku yang relevan untuk pengembangan diri juga terus dilakukan.
Pada tahun 1984, akhirnya Ronny membeli rumah tambahan seluas 600 m2 untuk menambah
ruang produksinya. Dua tahun kemudian Ronny membeli tanah seluas 6000 m2 untuk
menambah lagi ruang produksi. Setelah menikah tahun 1986, ia merekrut marketing
professional. Dengan perjuangan yang gigih dan tak mengenal lelah, ia mengetahui peluang
pasar karena tahu persis luar-dalam bisnis tas ini, termasuk hal-hal di lapangan.
Cita-cita Ronny untuk menjadi pemain terbesar di dalam bisnis tas tercapai. Mulai dari
Matahari, Ramayana, Gunung Agung, Gramedia, dan departement store besar lainnya
menjual produk Ronny seperti Eiger, Export atau Bodypack. Kalangan praktisi bisnis tas
pasti tahu bahwa kini B&B Inc. milik Ronny merupakan salah satu perusahaan nasional
terbesar. Ronny berhasil membawahi empat anak perusahaan besar antara lain PT. Eksonindo
Multi Product Industry (EMPI), PT. Eigerindo MPI, PT. EMPI Senajaya dan CV Persada
Abadi.
Sederet merek tas ternekal pun, menjadi bukti nyata keberhasilan Ronny Lukito dalam
menguasai pasar tas baik lokal maupun internasional. Membidik berbagai segmen pasar,
Ronny pun mengembangkan sayapnya dengan memasarkan merek Eiger, Exsport, Neosack,
Bodypack, Nordwand, Morphosa, World Series, Extrem, Vertic, Domus Danica serta
Broklyn.
Tak berhenti di situ, sekarang perusahaan Ronny juga sudah memproduksi jenis lain seperti
dompet, sarung handphone, dan berbagai jenis produk lain. Salah satu kebiasaan Ronny yang
baik adalah kemauannya untuk belajar dan mengembangkan diri. Ia tak merasa malu atau
gengsi untuk bertanya bila memang ia tidak tahu. Dengan cara inilah ia bisa berkembang dan
sukses sampai sekarang.
BAB 3
YANG UTAMA ADALAH IKHLAS
Kisah Gudeg Basah Dewi
3.1 Profil dan Bidang Usaha
Gudeg Basah Dewi terletak di Ruko Kakap Raya Minomartani, Sleman, Yogyakarta. Usaha
ini bergerak di bidang pangan. Gudeg basah bukan merupakan sebuah makanan biasa. Pada
umumnya, gudeg yang dikonsumsi oleh sebagian masyarakat adalah gudeg kering, gudeg
tanpa kuah. Usaha ini telah berjalan dengan lancar selama sembilan tahun. Pendiri, pemilik,
sekaligus penjualnya adalah Pak Nawang dan Bu Dewi. Pasangan paruh baya yang telah
memiliki tiga anak dan satu cucu ini tinggal di ruko tempat mereka berjualan. Warung ini tak
terlalu besar memang, bisa saya sebut kecil. Hanya ada dua kursi panjang, empat kursi
plastik, dan dua meja untuk tempat makan pembeli dan satu etalase untuk memamerkan
barang penjualan. Tak bersekat, antara warung dengan ruang tamu. Namun tetap saja,
pelayanan dan keramahan yang disuguhkan sangat mengesankan dan patut diacungi jempol.
3.2 Kisah Perjalan Usaha
Gudeg Basah Dewi bukan usaha pertama yang dijalankan oleh pasangan Pak Nawang dan Bu
Dewi. Sebelumnya, pasangan dengan tiga anak dan satu cucu ini telah melakukan usaha lain.
Menurut penuturan Bu Dewi, usaha-usaha yang mereka lakukan sangat fleksibel. Karena
mereka sering berpindah tempat tinggal – menyesuaikan tugas dinas Pak Nawang, usaha
yang mereka tekuni pun sering berubah, menyesuaikan lingkungan tempat tinggal mereka.
“Kita lihat situasi saja, sekiranya ada peluang apa yang cocok untuk bisnis,” tutur Bu Dewi.
Sebelumnya, Bu Dewi pernah membuka kantin di SMP 2 Yogyakarta yang terletak di depan
Taman Pintar selama kurang lebih lima tahun. Selain itu beliau juga pernah membuat snack
rumahan, yaitu dadar pisang raja cokelat. Usaha snack rumahan ini berjalan sekitar dua tahun.
Awalnya, pada suatu waktu Bu Dewi pergi ke pasar dan melihat banyak pisang raja yang
masih baik terbuang karena tidak laku. Beliau sangat menyayangkan hal tersebut. “Ini bisa
jadi uang,” pikir Bu Dewi ketika itu. Akhirnya beliau berinisiatif untuk memanfaatkan
pisang-pisang tersebut dan diolah menjadi dadar pisang cokelat.
Sembilan tahun terakhir, Pak Nawang dan Bu Dewi menetap di Ruko Kakap Minomartani
dan membuka sebuah warung gudeg basah. Mengapa harus gudeg? Karena Jogja merupakan
kota yang identik dengan gudeg. Masyarakatnya menyukai gudeg. Selain itu, bahan baku
yang digunakan untuk membuat gudeg dapat ditemukan dengan mudah, hanya via telepon.
Oleh karena itulah Pak Nawang dan Bu Dewi memutuskan untuk membuat sebuah usaha di
bidang pangan, yaitu gudeg. Tak sampai di situ saja pola pikir mereka. Pada masyarakat
Yogyakarta khususnya, yang sering dikonsumsi adalah gudeg kering. Sudah banyak usaha
gudeg kering yang berdiri dan menyebar di daerah Yogyakarta. Mereka merasa bahwa harus
ada yang berbeda dengan usaha gudeg yang akan mereka jalankan, dan usaha gudeg basah
lah jawabannya.
Gudeg Basah Dewi ini pernah membuka cabang di Condong Catur, tak jauh dari
Minomartani sekitar tahun tahun yang lalu. Cabang ini mulanya diurus oleh anak dari Pak
Nawang dan Bu Dewi namun karena semakin sibuk anak tersebut, cabang ini jadi kurang
terurus. Tak berlangsung lama cabang ini berdiri, hanya sekitar satu tahun Akhirnya,
keputusan mereka adalah menutup cabang dan fokus kepada usaha yang ada di Minomartani.
Bu Dewi dan Pak Nawang kini menjalankan usaha hanya berdua, tanpa karyawan.
Sebelumnya, pada masa awal menjalankan usaha keduanya memang sempat mempekerjakan
tiga karyawan. Namun karena kecewa dengan kerja ketiganya, Pak Nawang dan Bu Dewi
memutuskan untuk tidak lagi menggunakan karyawan karena semakin hari mereka semakin
merasa mampu untuk menjalankan usahanya tanpa karyawan. Selain itu, karena beberapa
pengalaman dan cerita yang didengar, Bu Dewi meyakini bahwa usaha yang ditangani
langsung oleh pemiliknya tak akan berhasil karena memang susah untuk menemukan
karyawan yang dapat dipercaya.
Usaha yang dijalankan sejak awal memang gudeg basah, namun dalam perjalanannya Pak
Nawang dan Bu Dewi mengembangkan usahanya dengan memperbanyak menu. Yang
awalnya hanya gudeg basah, kemudian ditambah dengan telur, bacem, ayam, dan bubur..
Sejak dua tahun terakhir mereka menambah nasi kuning dalam menu penjualan. Hal ini
didasari oleh pengamatan mereka terhadap masyarakat yang sebagian besar anak kecilnya
menyukai nasi kuning, baik untuk makan sehari-hari maupun untuk hidangan saat acara-acara
besar. Usaha tersebut pun kini tak hanya melayani penjualan di warung saja melainkan juga
menerima pesanan dari pelanggan.
Mengenai rencana pengembangan bisnis ke depannya, Bu Dewi mengaku bahwa tak ada
rencana apa pun yang terpikirkan. Hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
sekitar. Usaha tersebut pun dijalankan sekadar mengisi waktu sembari menunggu anak-
anaknya sukses. Setelah itu mereka akan memutuskan untuk berhenti menjalankan usaha
tersebut dan fokus untuk urusan akhirat.
3.3 Manfaat Usaha
Bagi lingkup internal keluarga Pak Nawang dan Bu Dewi:
1. Dapat meningkatkan pendapatan keluarga serta memberikan pekerjaan pada mereka.
2. Menjadikan Pak Nawang dan Bu Dewi lebih lihai dalam beberapa hal, seperti
berbisnis dan memasak.
3. Sarana untuk menambah kenalan dan memperat tali silaturahim.
4. Meningkatkan rasa cinta pada Allah.
5. Mengasah jiwa entrepeneur.
Bagi lingkup eksternal, lingkungan sekitar:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Memberikan pengetahuan baru mengenai resep gudeg basah.
3. Memberikan keuntungan bagi orang lain, terutama para pengirim bahan baku gudeg.
3.4 Hambatan Selama Berusaha
Tidak ada hambatan berarti yang dialami oleh Pak Nawang dan Bu Dewi selama
menjalankan usaha gudeg basah ini. Memang, modal awal yang mereka butuhkan ketika
membangun usaha ini terbilang tak besar, hanya Rp75.000. Namun dengan modal yang
sedikit itu mereka mampu menjalankan usaha tersebut. Pada awalnya Bu Dewi merasa bahwa
akan butuh waktu lama bagi usaha mereka untuk dapat ditengok oleh masyarakat, tapi
faktanya? Sejak awal berjalannya usaha ini, pembeli satu per satu datang dan menjadi
pelanggan. Selama sembilan tahun, tak pernah sekali pun mereka merasa putus asa, meskipun
beberapa kali menerima protes dan amarah dari pelanggan akibat pelayanan yang kurang
memuaskan.
3.5 Tips Menjalankan Usaha
Dalam berbisnis, Pak Nawang dan Bu Dewi memiliki beberapa tips yang dapat dibagi, di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Fokus dan konsisten. Konsentrasi kita dalam berbisnis tak bisa terbagi-bagi. Setiap
usaha pasti ada triknya. Ketika kita terlalu sering berpindah-pindah bidang usaha,
maka tak akan ketemu triknya.
2. Jangan pernah putus asa dan tidak pantang menyerah.
3. Siap mental dalam menghadapi masalah yang beraneka ragam.
4. Tidak perlu iri dengan usaha orang lain.
5. Harus cerdas dan tepat dalam menilai lingkungan.
6. Mengembangkan kreatifitas, harus berbeda dengan usaha yang lain.
7. Tekun dan disiplin.
8. Jangan terlalu cepat menaikkan harga barang penjualan meskipun kenaikan harga di
Indonesia sedang terjadi
Rahasia yang paling utama dari usaha Gudeg Basah Dewi ini adalah ikhlas dan bersyukur.
Menurut penuturan keduanya, usaha apa pun dengan berlandaskan keikhlasan dan keridhoan
Allah insya Allah akan berjalan lancar. Cukup mengamalkan apa yang telah diajarkan al
Quran.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
1. Untuk membawa sebuah usaha pada kesuksesan, seorang wirausaha harus memiliki
beberapa syarat sebagaimana yang telah tercantum dalam landasan teori.
2. Wirausaha berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik secara
langsung maupun tidak langsung sesuai dengan besarnya usaha yang dijalankan.
3. Setiap usaha memiliki rintangannya sendiri dan cara penyelesaian yang berbeda.
4.2 Saran
Untuk Gudeg Basah Dewi:
1. Meningkatkan optimisme dan berorientasi pada masa depan dalam menjalankan usaha
sehingga rencana-rencana pengembangan usaha dapat terpetakan dengan baik untuk
kemudian direalisasikan.
2. Untuk meningkatkan jumlah pelanggan dan memeroleh laba yang lebih besar,
kenyamanan dan daya tarik warung harus ditingkatkan. Misalnya dengan menambah
meja dan kursi makan untuk memberikan kenyamanan pada pembeli atau
memperindah penampilan warung dengan dekorasi dan kerapian.
3. Mampu mencari dan mempercayakan pekerjaan pada orang lain.
Untuk calon wirausaha:
1. Memiliki jiwa wirausaha yang kuat sehingga perencanaan hingga pelaksanaan usaha
dapat terlaksana dengan baik dan usaha dapat berkembang.
2. Menyeimbangkan antara dunia dan akhirat sehingga terhindar dari hal-hal kotor
seperti korupsi.
3. Berwirausaha tidak harus dengan modal keuangan yang besar. Modal yang
dibutuhkan adalah semangat, ketekunan, dan keikhlasan.
DAFTAR PUSTAKA
Sukwiaty, dkk. 2007. Ekonomi SMA Kelas XII. Bandung: Yudhistira.
http://kolom-biografi.blogspot.com/2013/01/biografi-ronny-lukito-pengusaha-tas.html
(diakses pada 1 Januari 2014)
http://umarstain.blogspot.com/2009/04/pengertian-tujuan-dan-ruang-lingkup.html (diakses
pada 2 Januari 2014)
http://www.ekonomi-holic.com/2012/11/kewirausahaan-definisi-peran_17.html (diakses pada
3 Januari 2014)
http://duniaichuul.blogspot.com/2012/10/peran-wirausaha-dalam-perekonomian_17.html
(diakses pada 3 Januari 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/
Kewirausahaan#Peran_Wirausaha_Dalam_Perekonomian_Nasional (diakses pada 3 Januari
2014)