Makalah Stomatitis

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stomatitis atau lebih dikenali oleh masyarakat awam dengan “sariawan” merupakan salah satu penyakit yang ulang kambuh pada mukosa mulut yang paling sering terjadi. Stomatitis merupakan salah satu kasus yang sering dijumpai oleh dokter gigi diseluruh dunia sehingga dihasilkan beberapa penelitian-penelitian yang berhubungan dengan stomatitis. Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Dari penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya, prevalensi stomatitis berkisar 15-25% dari populasi. Di Amerika, 1

Transcript of Makalah Stomatitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stomatitis atau lebih dikenali oleh masyarakat awam dengan “sariawan”

merupakan salah satu penyakit yang ulang kambuh pada mukosa mulut yang

paling sering terjadi. Stomatitis merupakan salah satu kasus yang sering dijumpai

oleh dokter gigi diseluruh dunia sehingga dihasilkan beberapa penelitian-

penelitian yang berhubungan dengan stomatitis.

Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Dari

penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya, prevalensi

stomatitis berkisar 15-25% dari populasi. Di Amerika, prevalensi tertinggi

ditemukan pada mahasiswa keperawatan 60%, mahasiswa kedokteran gigi 56%

dan mahasiswa profesi 55%. Resiko terkena stomatitis cenderung meningkat pada

kelompok sosioekonomi menengah ke atas, ini berhubungan dengan

meningkatnya beban kerja yang dialami kalangan profesi atau jabatan-jabatan

yang memerlukan tanggung jawab yang cukup besar, pada wanita dan individu

yang stres, seperti mahasiswa yang sedang menghadapi ujian.

1. 2        Rumusan Masalah

1. Apa pengertian stomatitis?

2. Apa etiologi dari stomatitis?

3. Apa patofisiologi dari stomatitis?

4. Apa manifestasi klinis dari stomatitis?

5. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang di lakukan pada pasien stomatitis?

6. Apa saja penatalaksanaan medis stomatitis?

7. Apa saja komplikasi yang timbul dari stomatitis?

8. Apa prognosis dari stomatitis?

1.3 Tujuan

1

1. Untuk mengetahui pengertian Stomatitis

2. Untuk mengetahui etiologi dari stomatitis

3. Untuk mengetahui patofisiologi dari stomatitis

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari stomatitis

5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic yang di lakukan pada pasien

stomatitis

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis stomatitis

7. Untuk mengetahui komplikasi yang timbul dari stomatitis

8. Untuk mengetahui prognosis dari stomatitis

BAB II

PEMBAHASAN

2

2.1 Pengertian

Stomatitis merupakan bahasa awam untuk berbagai macam lesi/benjolan yang

timbul di rongga mulut. Namun biasanya jenis sariawan yang sering timbul

sehari-hari pada rongga mulut kita disebut (dalam istilah kedokteran gigi) adalah

Stomatitis Aftosa Rekuren. Sariawan atau stomatitis adalah radang yang terjadi

pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat

berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat menyerang selaput

lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam

rongga mulut. Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat

mengganggu. Ada pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi

imunologik abnormal pada rongga mulut.

2.2 Etiologi

Sampai saat ini penyebab utama dari Stomatitis belum diketahui. Namun para

ahli telah menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya stomatitis ini,

diantaranya adalah :

Penyebab yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :

1. Kebersihan mulut yang kurang

2. Letak susunan gigi/ kawat gigi

3. Makanan /minuman yang panas dan pedas

4. Rokok

5. Pasta gigi yang tidak cocok

6. Lipstik

7. Infeksi jamur

8. Overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan)

9. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.

Bagian dari penyakit sistemik antara lain :

a. Reaksi alergi : seriawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu

b. Jenis makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita

3

c. Hormonal imbalance

d. Stres mental

e. Kekurangan vitamin B12 dan mineral

f. Gangguan pencernaan

g. Radiasi

Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya sariawan ini.

Ada pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik

abnormal pada rongga mulut. Dan imunologik sangat erat hubungannya dengan

psikologis (stress). Faktor psikologis (stress) telah diselidiki berhubungan dengan

timbulnya stomatitis (sariawan) di sebagian besar masyarakat. Berikut adalah

klasifikasi stomatitis :

a. Stomatitis Primer, meliputi :

1. Recurrent Aphtouch Stomatitis (RAS)

Merupakan ulcer yang terjadi berulang. Bentuknya 2 – 5 mm, awal lesi

kecil, dan berwarna kemerahan. Akan sembuh ± 2 minggu tanpa luka

parut.

2. Herpes Simplek Stomatitis

Stomatitis yang disebabkan oleh virus. Bentuknya menyerupai vesikel.

3. Vincent’s Stomatitis

Stomatitis yang terjadi pada jaringan normal ketika daya tahan tubuh

menurun. Etiologinya, bakteri normal yang ada pada mulut, yaitu B. Flora.

Bentuk stomatitis ini erythem, ulcer dan nekrosis pada ginggival.

4. Traumatik Ulcer

Stomatitis yang ditemukan karena trauma. Bentuknya lesi lebih jelas, dan

nyeri tidak hebat.

b. Stomatitis Sekunder, merupakan stomatitis yang secara umum terjadi

4

akibat infeksi oleh virus atau bakteri ketika host (inang) resisten baik lokal

maupun sistemik.

2.3 Patofisiologi

Identifikasi pada pasien dengan resiko tinggi, memungkinkan dokter gigi

untuk memulai evaluasi pra-perawatan dan melakukan tindakan profilaktis yang

terukur untuk meminimalkan insidens dan morbiditas yang berkaitan dengan

toksisitas rongga mulut. Faktor resiko paling utama pada perkembangan

komplikasi oral selama dan terhadap perawatan adalah pra-kehadiran penyakit

mulut dan gigi, perhatian yang kurang terhadap rongga mulut selama terapi dan

faktor lainnya berpengaruh pada ketahanan dari rongga mulut. Faktor resiko

lainnya adalah : tipe dari kanker (melibatkan lokasi dan histology), penggunaan

antineoplastik, dosis dan administrasi penjadwalan perawatan, kemudian area

radiasi, dosisnya, jadwal dilakukan radiasi (kekerapan dan durasi dari antisipasi

myelosuppresi) serta umur pasien. Keadaan sebelum hadirnya penyakit seperti

adanya kalkulus, gigi yang rusak, kesalahan restorasi, penyakit periodontal,

gingivitis dan penggunaan alat prostodontik, berkontribusi terhadap

berkembangnya infeksi lokal dan sistemik. Kolonisasi bakteri dan jamur dari

kalkulus, plak, pulpa, poket periodontal, kerusakan operculum, gigi palsu, dan

penggunaan alat-alat kedokteran gigi merupakan sebuah lahan yang subur buat

organisme opportunistik dan pathogenistik yang mungkin berkembang pada

infeksi lokal dan sistemik. Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang

melekat pada gigi, membuat lapisan mulut lebih buruk, menebal dan mengalami

atropi, kemudian menghasilkan ulserasi local (stomatitis).

5

6

2.4 Manifestasi Klinis

a. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam :

Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar

b. Stadium Pre Ulcerasi

Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula

pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari

7

c. Stadium Ulcerasi

Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya,

batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari.

Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5

minggu.

1. Gambaran Klinis dari Stomatitis

a) Lesi bersifat ulcerasi

b) Bentuk oval / bulat

c) Sifat tersebar

d) Batasnya jelas

e) Biasa singulas (sendiri-sendiri) dan multiple (kelompok)

f) Tepi merah

g) Lesi dangkal

h) Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau

kumur sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi.

Pemeriksaan laboratorium :

a. WBC menurun pada stomatitis sekunder

b. Pemeriksaan kultur virus ; cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis

c. Pemeriksaan cultur bakteri ; eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis

2.6 Penatalaksanaan Medis

a) Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai.

b) Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.

c) Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang

cukup, terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.

8

d) Hindari stress

e) Pemberian Atibiotik

Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan

emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3

ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid,

seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari

setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan

untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif

terhadap kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila

gagal juga maka di berikan talidomid.

f) Terapi

Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa

kasus diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat

dicampur garam (jangan menggunakan antiseptik karena menyebabkan

iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan stomatitis aphtosa

terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka panjang yang

efektif adalah menghindari faktor pencetus. Digunakan satu dari dua terapi

yang dianjurkan yaitu:

1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama

dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum

vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral

atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan

sosioekonomi bawah.

2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada

perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan

dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan

sampai 4 tahun.

9

2.7 Komplikasi

Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia

a. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak

teratur

b. Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit

c. Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut

d. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih

Stomatitis memunculkan berbagai macam komplikasi bagi tubuh kita diantaranya:

1. Komplikasi akibat kemoterapi

Karena sel lapisan epitel gastrointestinal mempunyai waktu pergantian

yang mirip dengan leukosit, periode kerusakan terparah pada mukosa oral

frekuensinya berhubungan dengan titik terendah dari sel darah putih.

Mekanisme dari toksisitas oral bertepatan dengan pulihnya granulosit.

Bibir, lidah, dasar mulut, mukosa bukal, dan palatum lunak lebih sering

dan rentan terkena komplikasi dibanding palatum keras dan gingiva; hal

ini tergantung pada cepat atau tidaknya pergantian sel epithelial. Mukosa

mulut akan menjadi tereksaserbasi ketika agen kemoterapeutik yang

menghasilkan toksisitas mukosa diberikan dalam dosis tinggi atau

berkombinasi dengan ionisasi penyinaran radiasi.

2. Komplikasi Akibat Radiasi

Penyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan

perubahan histologis dan fisiologis pada mukosa oral yang disebabkan

oleh terapi sitotoksik, tapi juga menghasilkan gangguan struktural dan

fungsional pada jaringan pendukung, termasuk glandula saliva dan tulang.

Dosis tinggi radiasi pada tulang yang berhubungan dengan gigi

menyebabkan hypoxia, berkurangnya supplai darah ke tulang, hancurnya

10

tulang bersamaan dengan terbukanya tulang, infeksi, dan nekrosis. Radiasi

pada daerah kepala dan leher serta agen antineoplastik merusak divisi sel,

mengganggu mekanisme normal pergantian mukosa oral. Kerusakan

akibat radiasi berbeda dari kerusakan akibat kemoterapi, pada volume

jaringan yang terus teradiasi terus-menerus akan berbahaya bagi pasien

sepanjang hidupnya. Jaringan ini sangat mudah rusak oleh obat-obatan

toksik atau penyinaran radiasi lanjutan, Mekanisme perbaikan fisiologis

normal dapat mengurangi efek ini sebagai hasil dari depopulasi permanen

seluler.

3. Komplikasi Akibat Pembedahan

Pada pasien dengan osteoradionekrosis yang melibatkan mandibula dan

tulang wajah, maka debridemen sisa pembedahan dapat merusak. Usaha

rekonstruksi akan menjadi sia-sia, kecuali jaringan oksigenasi berkembang

pada pembedahan. Terapi hiperbarik oksigen telah berhasil menunjukkan

rangsangan terhadap formasi kapiler baru terhadap jaringan yang rusak

dan telah digunakan sebagai tambahan pada debridemen pembedahan.

4. Komplikasi Oral

a. Mucositis/Stomatitis

Defenisi mucositis dan stomatitis sering tertukar dalam

penggunaannya tetapi terdapat perbedaan yang besar diantara

keduanya. Mucositis dijelaskan sebagai suatu inflammatory toksik

yang mempengaruhi traktus gastrointestinal dari mulut sampai anus,

yang dapat dihasilkan akibat dari pennyorotan radiasi sampai agen

kemoterapeutik atau radiasi ionisasi. Tipikal mucositis termanifestasi

sebagai suatu eritematous, lesi seperti terbakar atau acak, focal to

diffuse, dan lesi ulseratif. Mucositis dapat tereksaserbasi dengan factor

lokal. Stomatitis merujuk pada suatu reaksi inflamasi yang terjadi pada

11

mukosa oral, dengan atau tanpa ulserasi dan dapat berkembang oleh

faktor lokal seperti yang teridentifikasi pada etiologi/patofisiologi pada

pembahasan ini. Stomatitis dapat menjadi berkadar ringan atau parah.

Pasien dengan stomatitis yang parah tidak akan mampu memasukkan

apapun kedalam mulutnya. Mucositis eritematous dapat terjadi 3 hari

setelah pemaparan kemoterapi, tapi secara umum berkisar 3-7 hari.

Perkembangan menuju mucositis ulseratif umumnya berlangsung 7

hari setelah kemoterapi. Dokter gigi harus waspada terhadap potensi

berkembangnya toksisitas akibat peningkatan dosis atau lamanya

perawatan pada percobaan klinik yang menunjukkan toksisitas

gastrointestinal. Dosis tinggi kemoterapi seperti yang dilakukan pada

perawatan leukemia dan pengaturan jadwal obat dengan infus

berlanjut, berulang dan tidak terputus (seperti bleomycin, cytarabine,

methotrexate dan fluororacil) sepertinya merupakan penyebab

mucositis dibanding obat infus satu bolus dengan dosis yang setara.

Mucositis tidak akan bertambah parah jika tidak terkomplikasi oleh

infeksi dan secara normal dapat sembuh total dalam waktu 2-4

minggu. Beberapa garis panduan untuk perawatan mulut termasuk

penilaian sebanyak dua kali sehari untuk pasien dirumah sakit dan

perawatan mulut yang sering (minimal 4 jam dan sewaktu akan tidur)

malahan meningkatkan keparahan dari mucositis.

b. Infeksi

Mucositis oral dapat berkomplikasi dengan infeksi pada pasien dengan

sistim imun yang menurun. Tidak hanya mulut itu sendiri yang dapat

terinfeksi, tetapi hilangnya epitel oral sebagai suatu protektif barrier

terjadi pada infeksi lokal dan menghasilkan jalan masuk buat

mikroorganisme pada sirkulasi sistemik. Ketika ketahanan mukosa

terganggu, infeksi lokal dan sistemik dapat dihasilkan oleh indigenous

12

flora seperti mikroorganisme nosokomial dan oportunistik. Ketika

jumlah netrofil menurun sampai 1000/kubik/mm, insiden dan

keparahan infeksi semakin meningkat. Pasien dengan neutropenia

berkepanjangan berada pada resiko tinggi buat perkembangan

komplikasi infeksi yang serius.

Penggunaan antibiotik berkepenjangan pada penyakit

neutropenia mengganggu flora mulut, menciptakan suatu lingkungan

favorit buat jamur untuk berkembang yang dapat bereksaserbasi oleh

terapi steroid secara bersamaan. Dreizen dan kawan-kawan

melaporkan bahwa sekitar 70 % infeksi oral pada pasien dengan tumor

solid disebabkan oleh Candida Albicans dan jamur lainnya, 20 %

disusun oleh Herpex Simplex Virus (HSV) dan sisanya disusun oleh

bakteri bacillus gram negatif. Pada pasien dengan keganasan

hematologik, 50 % infeksi oral akibat bakteri Candida Albicans, 25 %

akibat HSV, dan 15 % oleh bakteri bacillus gram negatif. HSV

merupakan gejala paling umum pada infeksi oral viral.

c. Hemorrhage

Hemorrhage dapat terjadi sepanjang perawatan akibat trombositopenia

dan atau koagulasipati. Pada lokasi terjadinya penyakit periodontal

dapat terjadi perdarahan secara spontan atau dari trauma minimal.

Perdarahan oral dapat berbentuk minimal, dengan ptekiae berlokasi

pada bibir, palatum lunak, atau lantai mulut atau dapat menjadi lebih

parah dengan hemorrhage mulut , terutama pada krevikular gingival.

Perdarahan gingiva spontan dapat terjadi ketika jumlah platelet

mencapai paling kurang 50.000/kubik/mm.

d. Xerostomia

Xerostomia dapat dikenali sebagai berkurangnya sekresi dari glandula

13

saliva. Gejala klinik tanda xerostomia termasuk diantaranya : rasa

kering, suatu sensasi rasa luka atau terbakar (khususnya melibatkan

lidah), bibir retak-retak, celah atau fissura pada sudut mulut, perubahan

pada permukaan lidah, kesulitan untuk memakai gigi palsu, dan

peningkatan frekuensi dan atau volume dari kebutuhan cairan.

Pengaturan perawatan preventif oral, termasuk applikasi topikal flour

harus segera dimulai untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Xerostomia dapat dihasilkan melalui reaksi inflammatory dan efek

degeneratif radiasi ionisasi pada glandula saliva parenkim, khususnya

pada serous acinar. Perubahan ini biasanya sangat pesat dan bersifat

irreversible, khususnya ketika glandula saliva termasuk daerah

penyorotan radiasi. Aliran saliva mengalami penurunan 1 minggu

setelah perawatan dan berkurang secara progresif ketika perawatan

terus dilanjutkan, Derajat dari disfungsi tersebut sangat berhubungan

dengan dosis radiasi dan volume jaringan glandula pada lapangan

radiasi. Glandula parotid dapat menjadi lebih rentan terhadap efek

radiasi daripada glandula submandibular, sublingual, dan jaringan

glandula saliva minor.

Xerostomia mengganggu kapasitas buffer mulut dan

kemampuan pembersihan mekanis, sering berkonstribusi pada dental

karies dan penyakit periodontal yang progresif. Perkembangan dental

karies berakselerasi dengan sangat cepat pada terjadinya xerostomia

akibat hilangnya immunoprotein protektif yang merupakan komponen

dari saliva. Saliva dibutuhkan untuk eksekusi normal dari fungsi mulut

seperti mengecap, mengunyah, dan berbicara. Keseluruhan kecepatan

aliran saliva yang kurang dari 0,1 ml/menit dianggap sebagai indikasi

xerostomia (normal = 0,3-0,5 ml/menit). Xerostomia menghasilkan

perubahan didalam rongga mulut antara lain:

a) Saliva tidak melakukan lubrikasi dan menjadi menebal dan atrofi, yang

14

akan mengganggu kenyamanan pasien.

b) Kapasitas buffer menjadi tereliminasi, pada mulut kering yang bersih pH

umumnya 4,5 dan demineralisasi dapat terjadi.

c) Flora oral menjadi patogenik.

d) Plak menjadi tebal dan berat, debris tetap bertahan akibat ketidakmampuan

pasien untuk membersihkan mulut.

e) Tidak ada mineral (kalsium, fosfor, fluor) yang tersimpan pada permukaan

gigi.

f) Produksi asam setelah terpapar oleh gula dihasilkan oleh demineralisasi

selanjutnya pada gigi dan kemudian dapat menimbulkan kerusakan gigi

g) Nekrosis Akibat Radiasis

Nekrosis dan infeksi pada jaringan yang telah dilakukan penyorotan

radiasi sebelumnya (osteoradionekrosis) merupakan suatu komplikasi yang

serius bagi pasien yang menjalani terapi radiasi pada tumor kepala dan

leher. Komplikasi oral akibat terapi radiasi memerlukan terapi dental yang

agresif sebelum, selama dan setelah terapi radiasi untuk meminimalisasi

tingkat keparahan (xerostomia permanent, karies ulseratif, osteomyelitis

akibat radiasi dan osteoradionekrosis).

2.8 Prognosis

Prognosis stomatitis didasarkan pada masalah yang menyebabkan adanya

gangguan ini. Infeki pada stomatitis biasanya dapat disebabkan karena pengobatan

atau bila masalahnya disebabkan oleh obat-obatan maka yang harus dilakukan

adalah dengan mengganti obat. Stomatitis yang disebabkan oleh iritasi lokal dapat

diatasi dengan oral hygene yang bagus, memeriksakan gigi secara teratur, diet

yang bermutu, dan pengobatan.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

15

Contoh kasus

Seorang anak G berusia 6 tahun datang dengan rujukan dari puskesmas

pada tanggal 15 Mei 2012 pada pukul 08.00 WIB dengan keluhan tidak

mau makan ±5 hari yang lalu, lemas dan mual serta sakit di dalam mulut

dengan diagnose medis stomatitis. Kondisi pasien saat di bangsal Catelya

cukup, kesadaran composmetis, suhu badan 36,70C, nadi 102 x/mnt

terdapat peradangan (sariawan) di bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi.

Terpasang cairan infuse D5% + ¼ NS 10 tpm/ micro

Pengkajian tanggal : 17 Mei 2012     

Pukul : 09.00 WIB

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK (STOMATITIS)

A. IDENTITAS

1. Identitas Klien

a. Nama : An. G

b. Tanggal Lahir : 20 Juni 2006

c. Umur : 6 tahun

d. Jenis Kelamin : Perempuan

e. BB/ TB : 14 kg/ 113 cm

f. Alamat : Jl. Budi Utomo - Cilacap

g. Agama : Islam

h. Pendidikan : PAUD

i. Suku Bangsa : Jawa Indonesia

j. Tanggal Masuk : 15 Mei 2012

k. No. RM : 237 784

l. Diagnosa Medik : Stomatitis

2. Identitas Penanggung Jawab

a. Nama : Ny. F

b. Umur : 32 tahun

16

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Alamat : Jl. Budi Utomo- Cilacap

e. Agama : Islam

f. Pendidikan : SMA

g. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

h. Hubungan dengan klien: ibu

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Keluhan utama

Klien tidak mau makan ±5 hari yang lalu, lemas, mual dan sakit di daerah

mulut.

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang rujukan dari puskesmas pada tanggal 15 Mei 2012 pada

pukul 08.00 WIB dengan keluhan tidak mau makan ±5 hari yang lalu,

lemas dan mual serta sakit di dalam mulut dengan diagnose medis

stomatitis. Kondisi pasien saat di bangsal Catelya cukup, kesadaran

composmetis, suhu badan 36,70C, nadi 102 x/mnt terdapat peradangan

(sariawan) di bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi. Terpasang cairan

infuse D5% + ¼ NS 10 tpm/ micro.

3. Riwayat penyakit dahulu

Pada usia 4 tahun An. G pernah sakit demam dan di rawat di rumah sakit

selama 3 hari. Namun belum pernah mengalami penyakit seperti sekarang.

An. G tidak memiliki alergi. An. G belum pernah mengalami cidera berat.

4. Riwayat penyakit keluarga

Ibu kilen mengatakan keluarga An. G tidak memiliki penyakit serius, serta

tidak ada yang pernah mengalami penyakit yang sama.

17

5. Riwayat kehamilan

Ibu An. G sudah hamil 2x. anak pertama sekarang berumur 8 tahun dan

An. G merupakan anak kedua. Kesehatan selama hamil baik, tidak ada

keluhan.

6. Riwayat persalinan

An. G lahir secara normal (spontan) durasi persalinan ±30 mnt. BB lahir 3

kg, melahirkan di bidan dekat rumah. Setelah persalinan Ibu An. G

mengkonsumsi obat yang dianjurkna atau di beri oleh bidan.

7. Riwayat imunisasi

Ibu klien mengatakan An. G imunisasi sudah lengkap.

8. Riwayat tumbuh kembang

Ibu klien mengatakan An. G berat badan lahir 3 kg. pendidikan yang

ditempuh An. G sekarang yaitu PAUD di sekitar rumahnya. Ibu kilen

mengatakan An. G sudah mampu bersosialisasi dengan teman sebaya baik

dirumah atau di Posyandu PAUD. An. G memiliki masalah pada

pertumbuhan gigi yaitu Caries, sedangkan hasil pemeriksaan berat badan

sebelum sakit 18 kg namun saat sakit mengalami penurunan berat badan.

Hasil pemeriksaan tumbuh kembang An. G dengan DDST tidak ada

masalah.

9. Kebutuhan cairan

BB An. G 14 kg

Kebutuhan cairan An G = 1000 + 50 (BB-10) = 1000+50(14-10) = 1200

cc/ 24jam

18

10.   Kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori = 1000 + 50 (BB-10) = 1000+50(14-10) = 1200 kkal

C. POLA PENGKAJIAN FUNGSIONAL MENURUT GORDON

1. Persepsi kesehatan – pola manajemen kesehatan

Ibu klien mengatakan, jika An. G sakit di bawa ke puskesmas bila tidak

sembuh baru di bawa ke rumah sakit. Bagi ibu jika An G sakit, harus di

obati sesegera mungkin.

2. Pola Nutrisi- metabolic

Ibu klien mengatakan An G susah makan, hanya makan sedikit saja. BB

An.G 14 kg.Masih sakit untuk mengunyah, kebutuhan cairan An G 1200

cc/kg. Minum 3 gelas/hari, tidak muntah, makanan yang di sukai telur,

tidak mau makan makanan yang dari rumah sakit.

3. Pola Eliminasi

Ibu klien mengatakan An.G belum BAB sejak masuk rumah sakit, BAK 4-

5 kali sehari. Jumalah urin sedikit.

4. Pola latihan dan aktivitas

Ibu klien mengatakan kegiatan An.G hanya tidur, habis mandi jalan –

jalan. Mandi dibantu ibu, sebelum sakit An.G bermain sama teman –

teman setelah pulang sekolah.

5. Pola persepsi

Ibu klien mengatakan An G masih mampu mengingat kejadian

sebelumnya, misalnya : Kemarin di rumah sakit dengan siapa, siapa saja

yang berkunjung, mainan yang di sukai An G. Penglihatan baik,

pendengaran baik, perasa bermasalah karena masih nyeri di rongga mulut.

6. Pola tidur dan istirahat

19

Ibu klien mengatakan An.G sering tiduran, siang maupun malam. Tidur

siang tidak tentu paling lama 1 jam namun sering. Jika malam tidur jam 8

bangun jam 5, terbangun malam jika ingin BAK.

7. Konsep diri dan persepsi

Ibu klien mengatakan sejak sakit, An G jarang bicara, sering gelisah.

8. Peran dan pola hubungan

Ibu klien mengatakan An.G memiliki banyak teman, An.G juga mengikuti

PAUD di daerah lingkungan rumah sehingga mampu bersosialisasi dengan

baik di rumah.

9. Pola reproduktif dan seksual

Pemeriksaan fisik genital tidak ada masalah.

10. Pola pertahan diri ( coping ) – stress – toleransi

Ibu klien mengatakan sejak sakit An.G selalu gelisah hanya mau bicara

dengan ibunya saja.

11. Pola keyakinan dan nilai

Ibu klien mengatakan An.G belum mampu melaksanakan sholat namun

terkadang mengikuti ketika ibu sholat. Ibu selalu berdoa untuk

kesembuhan An.G.

D. PEMERIKSAAN PERSISTEM

1. Sistem pernafasan/ respirasi

a. Hidung

Simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada secret, bernafas normal,

tidak ada nyeri tekan

b. Mulut→ inspeksi dan palpasi

20

  Bibir → warna, simetris, lesi, kelembaban, pengelupasan dan bengkak  Rongga mulut → stomatitis, kemampuan menggigit, mengunyah dan menelan  Gusi → warna dan edema  Gigi → karang gigi, caries, sisa gigi  Lidah → kotor, warna, kesimetrisan, kelembaban, luka, bercak dan pembengkakan  Kerongkongan → tonsil, peradangan, lendir/sekret.Terdapat stomatitis, membrane mukosa tampak bengkak, lidah berwarna putih, terdapat nyeri tekan

c. Leher

Bentuk normal, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri

tekan

d. Area Dada

a. Inspeksi : dinding dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

tidak ada lesi

b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

c. Perkusi : tidak ada pembesaran dinding dada, bunyi paru sonor

d. Auskultasi : bunyi nafas vaskuler, tidak ada suara nafas tambahan

e. Ekstremitas

Terpasang infus 10 tpm ditangan kiri, ekstermitas kanan dan kiri dapat

bergerak tanpa gangguan, ekstermitas bawah dapat bergerak normal,

tidak ada oedem

2. Sistem Perkemihan

a. Genetalia eksternal

Perempuan, tidak terpasang DC

3. Sistem Percernaan / Gastrointestinal

a. Abdomen

a. Inspeksi : umbilicus bersih, tidak ada luka, tidak ada pembesaran

abdomen

b. Auskultasi : bising usus 12 x/mnt

21

c. Perkusi : bunyi timpani

d. Palpasi : tidak ada nyeri tekan

b. Sistem Integumen

Kulit sawo matang, suhu kulit hangat, lidah warna putih

E. PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda-tanda Vital, TB, dan BB

Suhu : 36,7 °C

Nadi : 102 x/menit

RR : 28 x/menit

Tinggi Badan : 113 cm

Berat Badan : 14 kg

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSA

DIAGNOSA : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

DOMAIN 2 : Nutrisi

KELAS 1 : Makan

NS.

DIAGNOSIS :

(NANDA-I)

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

PENGERTIAN

:Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

BATASAN

KARAKTERI

STIK :

1. Kram abdomen

22

2. Nyeri abdomen

3. Menghindari makan

4. Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal

5. Kerapuhan kapiler

6. Diare

7. Kehilangan rambut berlebihan

8. Bising usus hiperaktif

9. Kurang makanan

10. Kurang informasi

11. Kurang minat pada makanan

12. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat

13. Kesalahan konsepsi

14. Kesalahan informasi

15. Membrane mukosa pucat

16. Ketidakmampuan memakan makanan

17. Tonus otot menurun

18. Mengeluh gangguan sensasi rasa

19. Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA

(Recommended Daily Allowance)

20. Cepat kenyang setelah makan

21. Sariawan rongga mulut

22. Steatorea

23. Kelemahan otot pengunyah

24. Kelemahan otot untuk menelan

FAKTOR

YANG

BERHUBUNG

AN :

a. Faktor biologis

b. Faktor ekonomi

c. Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien

d. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan

23

e. Ketidakmampuan menelan makanan

f. Faktor psikologisA

SS

ES

SM

EN

TData Subjektif

Klien tidak mau makan ±5 hari yang

lalu, lemas, mual dan sakit di daerah

mulut.

Data Objektif

Suhu : 36,7 °C

Nadi : 102 x/menit

RR : 28 x/menit

Tinggi Badan : 113 cm

Berat Badan : 14 kg

Diagnose medis stomatitis

Kesadaran composmetis

Terdapat peradangan (sariawan) di

bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi

Terpasang cairan infuse D5% + ¼ NS

10 tpm/ micro

DIA

GN

OS

IS

Client

Diagnostic

Statement:

Ns. Diagnosis (Spesifik):

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

dari Kebutuhan Tubuh

Berhubungan dengan:

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

dari Kebutuhan Tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk

mencerna makanan

G. INTERVENSI

24

NIC NOC

INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDIKATOR

Bantuan

Perawatan Diri :

Pemberian

Makan (Feeding)

Definisi :

membantu

seseorang untuk

makan

1. Atur

makanan dalam

nampan dan

letakkan di atas

meja.

2. Buat

lingkungan yang

menarik selama

jam makan (contoh

: ambil pot urinal,

pispot dan

peralatan suction)

3. Berikan

penghilang nyeri

secra adekuat

sebelum makan,

jika perlu.

4. Berikan

kebersihan mulut

(oral hygiene)

sebelum makan.

5. Letakka

n pasien pada

posisi yang

nyaman.

6. Jaga

makanan dalam

Nutrition Status

Definition :

extent to which

nutrients are

available to meel

metabolic needs.

1. Nutrient

intake : 3

2. Food intake :

3

3. Energy : 4

4. Weight/height

ratio : 4

25

kondisi hangat.

7. Catat

intake makanan,

bila perlu.

8. Bantu

pasien beradaptasi

untuk makan

sendiri.

H. IMPLEMENTASI

NO. AKTIVITAS

1. Mengatur makanan dalam nampan dan letakkan di atas meja.

2. Membuat lingkungan yang menarik selama jam makan (contoh : ambil

pot urinal, pispot dan peralatan suction).

3. Memberikan penghilang nyeri secra adekuat sebelum makan, jika perlu.

4. Memberikan kebersihan mulut (oral hygiene) sebelum makan.

5. Meletakkan pasien pada posisi yang nyaman.

6. Menjaga makanan dalam kondisi hangat.

7. Mencatat intake makanan, bila perlu.

8. Membantu pasien beradaptasi untuk makan sendiri.

I. Evaluasi

Masalah

kep/kolaboratif

Tgl/jam Catatan perkembangan Paraf

26

Ketidakseimbangan

Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh

15-05-2012/

08.00

09.00

10.00

11.00

S : An. G mau makan , sudah

tidak lemas, tidak mual dan

tidak sakit di daerah mulut.

O :

Suhu : 36,7 °C

Nadi : 102 x/menit

RR : 23 x/menit

Tinggi Badan : 113 cm

Berat Badan : 15 kg

A : Gangguan makan teratasi

dengan baik

P : Rencana tindakan

keperawatan 4,5 dan 6

dilanjutkan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa

bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun

berkelompok. Sariawan dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir

bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut. Meskipun tidak

27

tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu. Penyebab yang

berasal dari keadaan dalam mulut seperti :

1. Kebersihan mulut yang kurang

2. Letak susunan gigi/ kawat gigi

3. Makanan /minuman yang panas dan pedas

4. Rokok

5. Pasta gigi yang tidak cocok

6. Lipstik

7. Infeksi jamur

8. Overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan)

9. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.

Bagian dari penyakit sistemik antara lain :

1. Reaksi alergi : seriawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu

2. Jenis makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita

3. Hormonal imbalance

4. Stres mental

5. Kekurangan vitamin B12 dan mineral

6. Gangguan pencernaan

7. Radiasi

4.2 Saran

Sekarang mulai hidup sehat dengan menjaga kebersihan mulut, banyak

konsumsi buah buahan, hindari stress, juga hindari rokok. Serta hindari makanan

dan obat obatan yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada rongga mulut.

28

DAFTAR PUSTAKA

Inayah, Lin. 2004. Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 1. Salemba

Medika : Jakarta

Muttaqin dan Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika : Jakarta

29