MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

29
MUHAMMAD ALFIAN 0541 10 005 | TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS PAKUAN - BOGOR MAKALAH SISTEM OPERASI DAN PEMELIHARAAN TENAGA LISTRIK

description

Sitem operasi dan Pemeliharaan

Transcript of MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

Page 1: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

MAKALAH

SISTEM OPERASI DAN PEMELIHARAAN TENAGA LISTRIKMUHAMMAD ALFIAN |

Page 2: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

PEMELIHARAAN SISTEM SUPLAI AC – DC

PADA GARDU INDUK

I. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Selain sumber AC, di Gardu Induk juga diperlukan sumber arus searah

(DC). Sumber tenaga untuk kontrol selalu harus mempunyai keandalan dan

stabilitas yang tinggi. Karena persyaratan inilah dipakai Batere sebagai

sumber arus searah. Catu daya DC bersumber dari Rectifier dan Batere

terpasang pada instalasi secara paralel dengan beban, sehingga dalam

operasionalnya disebut

Sistem DC. Tujuan Pemeliharaan Sistem DC adalah untuk mengusahakan

agar Rectifier dan Batere berikut rangkaiannya selalu bekerja sesuai

karakteristiknya, sehingga diharapkan Sistem DC mempunyai keandalan

yang tinggi.

I.2. Maksud Dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Mengetahui secara umum sistem pemeliharaan sumber AC dan DC

berdasarkan pada standar yang telah ditetapkan oleh PLN.

2. Mengetahui metode pemeliharaan pada Baterai, meliputi uji

Kapasitas, uji Elektrolit dan rekondisi Baterai.

I.3. Pembatasan Masalah

Dalam makalah ini pembahasan akan dibatasi pada pembahasan tentang

pemeliharaan sumber AC & DC secara umum dan praktek

pemeliharaan Baterai.

II. Kajian Pustaka

1

Page 3: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

II.1. Gambaran Umum

Pengoperasian suatu Gardu Induk memerlukan fasilitas pendukung

yaitu sumber tegangan rendah AC 380 Volt yang diperlukan untuk sistem

Kontrol, Proteksi, maupun untuk sistem mekanik penggerak peralatan di

Gardu Induk.

Pada gardu Induk 150 kV sumber AC dipasok dari Trafo pemakaian sendiri

(PS) sedangkan pada GITET 500 KV, selain Trafo PS dilengkapi juga

dengan Generator Set yang diperlukan untuk keadaan darurat atau pada

saat Trafo pemakaian sendiri (PS) mengalami gangguan atau sedang

dipelihara.

Pemakaian sendiri di Gardu Induk berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan Tenaga Listrik peralatan bantu, pada umumnya dibutuhkan

untuk memasok daya listrik ke peralatan di Gardu Induk antara lain :

Pengisian Baterai ( Charger )

Motor kipas pendingin

Motor sirkulasi minyak

Penerangan gedung

Telekomunikasi

Selain sumber AC, di Gardu Induk juga diperlukan sumber arus searah

(DC). Sumber tenaga untuk kontrol selalu harus mempunyai keandalan dan

stabilitas yang tinggi. Karena persyaratan inilah dipakai Baterai sebagai

sumber arus searah. Untuk kebutuhan operasi relai dan kontrol di PLN

terdapat dua sistem catu daya pasokan arus searah yaitu DC 110V dan

DC 220V, sedangkan untuk kebutuhan scadatel menggunakan sistem

Catu Daya DC

48V. Diagram instalasi Sistem DC dapat dilihat pada Gambar 2. 1.

2

Page 4: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

Gambar 2.1. Diagram Instalasi Sistem DC

II.2. Sistem AC

II.2.1. Transformator Pemakaian Sendiri

Pengoperasian suatu Gardu Induk memerlukan fasilitas pendukung yaitu

sumber tegangan rendah AC 380 Volt yang diperlukan untuk sistem Kontrol,

Proteksi, maupun untuk sistem mekanik penggerak peralatan di Gardu Induk.

Umumnya peralatan instalasi Suplai AC yang terpasang di Gardu Induk

adalah sebagai berikut :

1. Load Breaker Switch ( LBS )

2. Trafo PS

3. NFB ( No Fuse Breaker )

4. Panel Distribusi AC.

Peralatan sistem Suplai AC dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini :

3

Page 5: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

Gambar 2.2. Peralatan sistem Suplai AC

Pada gardu Induk 150 kV sumber AC dipasok dari Trafo pemakaian

sendiri (PS) sedangkan pada GITET 500 KV, selain Trafo PS dilengkapi

juga dengan Generator Set yang diperlukan untuk keadaan darurat atau pada

saat Trafo pemakaian sendiri (PS) mengalami gangguan atau sedang

dipelihara.

Gambar 2.3. Transformator PS

4

Page 6: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

II.2.2. Genset

Genset merupakan bagian dari sistem suplai AC yang sangat penting

sebagai salah satu satu sumber tenaga bagi instalasi di dalam sistem kelistrikan

Gardu Induk, baik untuk sistem kontrol maupun sistem-sistem penggerak

peralatan Gardu Induk. Genset diperlukan sekali untuk keadaan darurat, apabila

penyediaan listrik utama terganggu, misalnya suplai dari Trafo PS ( pemakaian

sendiri ) mengalami gangguan, pemeliharaan atau kondisi sistem Black-Out.

Sehingga kondisi demikian Generator set dapat menggantikan dan dapat

menyediakan sumber daya listrik untuk keperluan mensuplai Charger,

penerangan ruangan operator, penggerak kipas pendingin Transformer,

penggerak motor PMT dan keperluan lainnya sesuai dengan kemampuan

Genset.

Gambar 2.4. Genset

Prinsip kerja dari Genset adalah gabungan antara mesin penggerak dan

Generator pembangkit listrik. Penggerak mula menggunakan prinsip Motor

bakar untuk merubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi

mekanis.

II.2.3. Generator

Prinsip kerja dari Generator adalah mesin listrik yang mengkonversi

energi mekanis menjadi energi listrik. Prinsip dasar generator adalah

menggunakan hukum Faraday.

e = d φ / d t,

5

Page 7: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

Generator terdiri dari lilitan stator dan lilitan rotor. Lilitan rotor dialiri

arus searah melalui sikat arang pada cincin slip. Lilitan stator terdiri dari

beberapa buah lilitan (N),

Gambar 2.5. Prinsip kerja Generator serempak dasar

Rotor yang terdiri dari lilitan rotor yang telah dialiri arus searah diputar

dengan kecepatan tetap oleh penggerak mula. Dengan adanya putaran rotor

maka pada kumparan stator akan teinduksi fluks magnet dengan bentuk

gelombang sinusoidal seperti rumus dibawah ini :

e = d φ / d t,

Keterangan :

e : tegangan induksi pada kumparan stator

dφ : fluksi yang timbul pada periode waktu kumparan stator

dt : periode waktu

Tegangan yang terinduksi ke kumparan stator akan membentuk sinusoida

setiap satu putaran penuh (untuk generator 2 kutub). Sedangkan besarnya

frekuensi yang timbul tergantung dari banyaknya kutub, putaran dan waktu,

seperti rumus di bawah ini :

Keterangan :

f : frekuensi pada kumparan stator

6

Page 8: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

P : jumlah kutub kumparan stator

n : jumlah putaran rotor

II.3. Sistem DC

II.3.1. Rectifier atau Charger

Rectifier atau Charger sering disebut juga Konverter adalah suatu

rangkaian alat listrik untuk mengubah arus listrik bolak-balik (AC)

menjadi arus searah (DC) yang berfungsi untuk suplai DC dan mengisi

Batere agar kapasitasnya tetap terjaga penuh, oleh karena itu Batere

tersebut harus selalu tersambung ke Rectifier sehingga keandalan

sumber DC pada Gardu Induk terjamin.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka kapasitas Rectifier

harus disesuaikan dengan kapasitas Batere terpasang, paling tidak

kapasitas arusnya harus mencukupi untuk pengisian Batere : Jenis alkali

sebesar 0, 2 C ( 0, 2 X Kapasitas) dan 0, 1 C untuk Batere asam, ditambah

beban statis Gardu Induk, misalkan kapasitas Batere terpasang sebesar

200 Ah maka minimum Kapasitas arus Rectifier terpasang dengan

kapasitas arus sebesar : 0, 2 x 200 A = 40 A + I statis misal 10 A maka

minimum kapasitas Rectifier 50 A. Oleh karena sumber AC Rectifier tidak

boleh padam maka pengecekan tegangan tegangan input AC maupun

tegangan output DC harus diperiksa secara rutin / periodik.

Prinsip kerja dari rectifier yaitu Sumber AC baik 1 fasa maupun 3 fasa

masuk melalui terminal input Rectifier itu ke Trafo step-down dari

tegangan 220 V / 380 V menjadi tegangan 110 V atau 48 V kemudian oleh

Diode penyearah / Thyristor arus bolak balik (AC) tersebut dirubah

menjadi arus searah dengan ripple / gelombang DC tertentu. Kemudian

untuk memperbaiki ripple / gelombang DC yang terjadi diperlukan suatu

rangkaian penyaring (filter) yang dipasang sebelum ke terminal Output.

7

Page 9: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

Gambar 2.6. Prinsip Kerja Rectifier

II.3.2. Mode Operasi Pengisian Pada Rectifier

Umumnya jenis pengisian pada Rectifier yang diperlukan oleh Batere

adalah Floating, Equalizing dan Boosting.

II.3.2.1. Pengoperasian Rectifier

a. Persiapan :

1. Pastikan semua switch/NFB/MCB dalam kondisi OFF.

2. Posisikan VR “V-Ajust” dan VR “A-Ajust” pada posisi

minimum

3. Sambungkan kabel input tegangan AC 3 phasa ke terminal

Rectifier

4. Sambungkan kabel Batere ke terminal DC Rectifier sesuai

polaritasnya

5. Masukkan kabel tegangan AC ke sumber tegangan AC (Stop

contact)

b. Pengoperasian :

1. Hidupkan Rectifier dengan memasukkan NFB Input

2. Posisikan VR “A-Ajust” pada posisi maximum

3. Atur VR “V-Ajust” sampai Voltmeter pada Rectifier menunjuk

harga tegangan sesuai yang diminta (selanjutnya jangan diputar-

8

Page 10: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

putar lagi), setting ini adalah setting tegangan akhir

(maximum).

4. Posisikan VR “A-Ajust” pada posisi minimum.

5. Masukkan switch / NFB / MCB Output (tersambung ke

Baterai / beban).

6. Atur VR “A-Ajust” sampai menunjuk besarnya arus yang

dibutuhkan. (Pengaturan ini adalah setting arus yang

dibutuhkan dalam pengisian)

7. Khusus untuk Pengisian Boosting :

a) Atur “Timer” keposisi waktu yang dibutuhkan

b) Tekan tombol “BA” (Pengoperasian timer ini adalah

untuk setting waktu pengisian).

c. Proses Pengisian :

Setelah langkah - langkah pengoperasian dilakukan, berarti

Rectifier sudah operasi (mengisi) ke Baterai, selanjutnya diamati

proses pengisian dan lakukan sesuai dengan kektentuan dalam

pengisian Baterai.

d. Selesai Pengoperasian :

1. Posisikan semua VR ke posisi minimum.

2. Lepas switch/MCB/NFB output dan input Selesai

2.3.2.2. Floating Charge

Adalah jenis pengisian ke Baterai untuk menjaga Baterai dalam

keadaan full charge dan Baterai tidak mengeluarkan maupun menerima

arus listrik saat mencapai tegangan floating dan Batere tetap

tersambung ke Charger dan beban. Di Gardu Induk umumnya

menggunakan sistem floating. Bila sumber AC hilang atau pengisi

Baterai terganggu, maka beban langsung di suplai dari Baterai.

Tegangan Floating :

Standard : 1, 40 V – 1, 44 V tiap sel (Batere alkali)

Standard : 2, 10 V – 2, 2 V tiap sel (Batere asam).

9

Page 11: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

Arus Floating :

Standard : ± 0, 01 x C (Alkali / Asam)

2.3.2.3. Equalizing Charge

Adalah jenis pengisian Batere untuk menyamakan / meratakan

tegangan karena terjadi perbedaan tegangan tiap sel.

Tegangan Equalizing :

Standard : 1, 5 V – 1, 6 V tiap sel (alkali)

Standard : 2, 25 V – 2, 3 V tiap sel (asam)

Arus Equalizing :

Standard : Max. 0, 2 x C (Alkali)

Standard : Max. 0, 1 x C (Asam)

2.3.2.4. Boosting Charge

Adalah jenis pengisian cara cepat yang digunakan untuk initial charge

atau

pengisian kembali pada Baterai setelah Baterai mengalami

pengosongan yang besar atau setelah di test kapasitas.

Tegangan Boosting :

Standard : 1, 65 V – 1, 7 V tiap sel (Batere alkali)

Standard : 2, 35V – 2, 4 V tiap sel (Batere asam)

Arus Boosting :

Standard : 0, 1 ~ 0, 2 x C (Alkali)

Standard : 0, 05 ~ 0, 1 x C (Asam)

2.4. Baterai

Batere atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana didalamnya

berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (dapat berbalikan)

dengan

efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia

reversibel, adalah didalam Batere dapat berlangsung proses pengubahan

kimia menjadi tenagan listrik ( proses pengosongan ), dan sebaliknya dari

tenaga listrik menjadi tenaga kimia pengisian kembali dengan cara

10

Page 12: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

regenerasi dari elektroda-elektroda yang dipakai, yaitu dengan

melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan didalam

sel. Jenis sel Batere ini disebut juga “ Storage Battery “, adalah suatu Batere

yang mana dapat digunakan berulangkali pada keadaan sumber listrik

arus bolak balik

(AC) terganggu. Tiap sel Batere ini terdiri dari dua macam elektroda

yang berlainan, yaitu elektroda positif dan elektroda negatif yang

dicelupkan dalam suatu larutan kimia. Menurut pemakaian Batere dapat :

− Stationary (tetap)

− Portable (dapat dipindah-pindah)

2.4.1. Prinsip kerja

a) Proses discharge pada sel berlangsung menurut skema Gambar 1. 1 Bila

sel dihubungkan dengan beban maka, elektron mengalir dari anoda

melalui beban ke katoda, kemudian ion-ion negatif mengalir ke anoda

dan ion-ion positif mengalir ke katoda.

b) Pada proses pengisian menurut skema Gambar 3. 10. Bila sel

dihubungkan dengan power suplai maka, Elektroda positif menjadi anoda

dan elektroda negatif menjadi katoda dan proses kimia yang terjadi

adalah sbb :

Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda

melalui power suplly ke katoda.

Ion-ion negatif mengalir dari katoda ke anoda

Ion-ion positif mengalir dari anoda ke katoda.

Jadi reaksi kimia pada saat pengisian (charge) berlangsung

sebaliknya.

11

Page 13: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

Gambar 2. 7. (a). Reaksi elektrokimia Pada sel Batere ( discharge)

Gambar2. 7. (b )Reaksi elektrokimia pada sel Batere ( charge )

2.5. Uji Kadar Potassium Karbonat Electrolit Baterai ( K2Co3 )

2.5.1. Tujuan

Adapun Tujuan pengujian kandungan potassium carbonate (K2CO3)

adalah untuk memperoleh infomasi apakah elektrolit Baterai masih efektif

untuk direkondisi atau sudah tidak efektif lagi untuk direkondisi.

2.5.2. Prosedur Pelaksanaan Uji Kadar Potassium Karbonat Elektrolit

Baterai

a. Pengambilan sampel pengujian

Satu unit Baterai, sampel diambil beberapa tetes larutan elektrolit

tiap sel Baterai sehingga untuk satu unit Baterai terkumpul + 200 ml

elektrolit.

b. Pembuatan 50 ml larutan HCL 10 %

- Masukkan 50 ml air murni ke gelas erlenmeyer

- Memakai pipet 5 ml, masukkan 5 ml HCL pekat ke gelas

erlenmeyer lalu aduk secukupnya Larutan tersebut cukup untuk satu

kali pengujian.

12

Page 14: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

Untuk pembuatan larutan yang lebih banyak dapat dilakukan seperti

langkah tersebut diatas.

c. Prosedur pengukuran dilaksanakan sebagai berikut :

1. Isilah gelas burette dengan HCL 10 % sampai penuh (larutan

sampai pada batas titik nol)

2. Dengan menggunakan pipet, teteskan 5 ml larutan sampel

(Potassium hydroxide) ke gelas erlenmayer

3. Masukkan 50 ml air murni (H2O) ke dalam gelas Erlenmeyer

4. Tambahkan sedikit bubuk phenolphtalein ke dalam larutan

tersebut hingga berubah warna menjadi ungu Sambil

mengocok perlahan gelas Erlenmeyer,

5. Perlahan teteskan HCL 10 % dari gelas burette sampai

larutan dalam gelas Erlenmeyer berubah warna menjadi

bening (tanpa warna )

6. Bacalah jumlah HCL 10 % yang telah dipakai pada gelas

burette dan catatlah batas permukaannya dengan tanda “ p “

7. Tambahkan sedikit bubuk methylorange ke dalam larutan

bening pada Gelas Erlenmeyer hingga berubah warna

menjadi kuning jernih

8. Sambil mengocok perlahan-lahan gelas Erlenmeyer,

perlahan-lahanteteskan HCL 10 % dari gelas burette sampai

larutan dalam gelas Erlenmeyer berubah warna menjadi

orange

9. Bacalah jumlah HCL 10 % yang telah dipakai pada gelas

burette dan catatlah batas permukaannya dengan tanda “ m “

10. Dari langkah - langkah tersebut kandungan K2CO3 dari

sampel dapat diketahui dengan rumus : ( m - p ) x 2 x 69. 1/5

= . . . Gr/liter Standard kadar maksimum K2CO3 untuk

Baterai yang diproduksi Nife adalah 100 Gr/liter.

2.6. Rekondisi

2.6.1. Prinsip Melakukan Rekondisi Baterai :

1. Pengosongan/discharge

13

Page 15: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

2. Pembersihan sel Batere

3. Penggantian elektrolit

4. Pengisian arus/charging

5. Pengosongan/discharge

2.6.2. Tujuan

Untuk meningkatkan kembali kapasitas Batere atau memperbaiki

dan mengembalikan proses kimiawi didalam sel Baterai dengan cara

melakukan penggantian elektrolit.

2.6.3. Tahapan Rekondisi

1. Batere bebas dari beban sistem

2. Discharge/kosongkan Batere

3. Lepas conector dan sel Batere

4. Bersihkan sel Batere :

• Buang elektrolit lama

• Bersihkan dalam sel Baterai dengan mengisi air murni

dan di keluarkan lagi sampai cairan yang keluar bersih

5. Isi kembali sel Batere dengan elektrolite yang masih baik

• Jarak waktu diisi setelah selesai dibersihkan tidak

boleh melebihi 1 jam

• Karena bila terlalu lama, elektroda akan bersenyawa

dengan udara bisa menyebabkan panas ( Batere rusak)

6. Pasang sel Batere kembali dirak dan disambung / dirangkai

seperti semula

7. Setelah selang waktu 5 - 24 jam dari pengisian elektrolite,

lakukan pengisian arus (charging) dengan mode Boosting.

III. Analisa Dan Pembahasan

III.1. Data Hasil Pengukuran

III.1.1.Data Hasil Pengukuran Equalizing Charge

14

Page 16: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

III.1.2.Data Hasil Pengukuran Boosting Charges

15

Page 17: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

III.1.3.Data Hasil Uji Potasium Karbonat

Dari pengujian kadar potasium karbonat elektrolit Batere

didapatkan data sebagai berikut:

16

Page 18: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

M = 5. 3 ; P = 2. 2

Dimana:

P = jumlah HCL 10 % yang terpakai untuk membuat larutan dalam

gelas erlenmeyer (H2O + potassium hydroxide + phenolphtalein +

HCL 10%) menjadi bening.

M = jumlah HCL 10 % yang terpakai untuk membuat larutan dalam

gelas erlenmeyer (H2O + potassium hydroxide + phenolphtalein +

HCL 10 % + methylorange) menjadi orange.

III.2. Aalisa Data

III.2.1.Equalizizng Charge

Dari data dokumen pengukuran pada saat Equalizing charge dapat kita

lihat bahwa tegangan per-sel sebelum di Equalizing memiliki range

antara 1. 31-1. 35 V. Setelah di Equalizing maka tegangan per-sel

mengalami peningkatan menjadi 1. 55-1. 61 V. Berdasarkan teori

yang ada bahwa tegangan standard per-sel setelah diEqualizing memiliki

range 1. 5-1. 6 V per-sel. Dan apabila terdapat salah satu sel yang

memiliki tegangan di bawah 1. 5 V maka perlu dilakukan rekondisi

Batere. Dan dari data diatas tegangan tiap-tiap sel setelah dilakukan

Equalizing memiliki nilai diatas 1. 5 V. Namun terdapat beberapa sel

yang memiliki tegangan diatas 1. 60 V, yaitu sel 30-32. Sel 30-32

memiliki tegangan tiap sel sebesar 1. 61 V. Nilai ini melampaui nilai

standard tegangan Equalizing. Namun hal ini tidak terlalu

dipermasalahkan.

III.2.2.Boosting Charge

Dari data dokumen pengukuran pada saat Boosting charge dapat kita

lihat bahwa tegangan awal yaitu tegangan sebelum dilakukan Boosting

charge memiliki range sebesar 0. 98-1. 27 V tiap sel. Setelah satu

jam pertama dilakukan Boosting charge range tegangan tiap sel meningkat

menjadi 1. 42-1. 64 V. Setelah dua jam dilakukan Boosting charge

17

Page 19: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

range tegangan tiap sel meningkat lagi menjadi 1. 66-1. 74 V . Dapat kita

lihat bahwa tegangan persel terus mengalami peningkatan. Standard

tegangan akhir Boosting charge untuk Batere alkali ialah 1. 65-1. 7 V

tiap sel.

Dari data yang diperoleh setelah dua jam dilakukan Boosting

charge tegangan yang diperoleh secara keseluruhan sudah berada

dalam range 1. 65-1. 7 V tiap sel. Namun ada beberapa sel yang

memiliki tegangan yang diatas 1. 7 V. Dari data teknis Batere yaitu:

C (kapasitas) = 2 58 AH KP (kapasitas pengisian) = 361, 2 AH

Jumlah sel = 40

Ich 1 = 0. 1 X 258 = 25.8 A

Ich 2 = 0. 2X258=51.6 A

T1 = KP / Ich 1 = 140 / 10 = 14 jam

T2 = KP / Ich 2 = 140 / 20 = 7 jam

Vakhir = 1. 7 x 40 = 68 V

III.2.3.Uji Kadar Potasium Karbonat

Kadar potasium karbonat (K2CO3) dapat diperoleh dengan

memasukannilai M dan P ke dalam persamaan :

Dengan memasukkannya kedalam persamaan diatas maka

didapatkan kadar K2CO3 sebesar 85. 684 gram/liter. Dengan mengacu

pada standar kadar maksimum yang dibuat oleh Nife yaitu 100 gr / liter,

maka berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa kandungan K2CO3

masih berada dalam batas maksimum, sehingga tidak perlu dilakukan

penggantian Elektrolit. Dengan kata lain Batere masih dapat digunakan.

18

Page 20: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

IV. Penutup

IV.1. Kesimpulan

1. Untuk mengetahui kapasitas Baterai yang sesungguhnya, dapat

dilakukan Uji kapasitas.

2. Terdapat tiga metode pengisian, yaitu : Equalizing charge, Boosting

charge, dan Floating charge. Dimana metode pengisian dapat dipilih

sesuai dengan kebutuhan.

3. Masing–masing metode pengisian memiliki Arus, Tegangan, dan

lama waktu pengisian yang berbeda-beda.

4. Penggantian Elektrolit dapat meningkatkan kapasitas dari Baterai.

5. Rekondisi / Penggantian elektrolit dilakukan setelah didapatkan data

dari hasil Uji Elektrolit ( kadar pottasium karbonat ) yang melebihi

standard.

6. Berdasarkan hasil uji elektrolit yang dilakukan pada praktek ini

terhadap Batere produksi nife, didapatkan kadar pottasium karbonat

sebesar 85.684 gram/liter.Jika dibandingkan dengan standard kadar

maksimum pottasium karbonat yang ditetapkan oleh nife, yaitu sebesar

100 gram / liter maka dapat dikatakan elektrolit Batere tersebut masih

baik.

IV.2. Saran

Untuk melihat pelaksanaan Pemeliharaan Sistem Suplai AC & DC yang

sesungguhnya, sebaiknya mahasiswa melakukan Kerja Praktek

di unit-unit operasional PLN, seperti di Gardu Induk.

19

Page 21: MAKALAH Sistem Operasi & Pemeliharaan Tenaga Listrik

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim. 2009. Pemeliharaan Sistem Suplay AC & DC B.1.1.2.14.3.

Jakarta: PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan

[2]http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?

submit.x=22&submit.y=15&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=

%2Fjiunkpe%2Fs1%2Felkt%2F1995%2Fjiunkpe-ns-s1-1995-23489065-

14928-baterai chapter2.pdf

[3] Theodore Wildi, Electrical Machines, Drives, And Power System third

edition, Prentice Hall International Inc, 1997.

[4] B.L. Theraja, Electrical Technology, Nirja Construction & Dev. Co. Ltd,

1980.

20