Makalah seminar nas
-
Upload
lestary-shofyan -
Category
Education
-
view
160 -
download
0
Transcript of Makalah seminar nas
OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA FILMSTRIP UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI BERBICARA SISWA (PENELITIAN
TINDAKAN KELAS PADA SMP NEGERI 3 NGAWI TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011)
OLEH: DRA. WAHJU MAHARINI, MPd.(GURU SMP NEGERI 3 NGAWI)
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi apakah dan bagaimana filmstrip dapat
memperbaiki kemampuan berbicara siswa; dan (2) mengidentifikasi situasi kelas ketika filmstrip
diterapkan dalam proses pembelajaran.
Metodologi penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan kelas dengan dua
siklus yaitu siklus satu dan siklus dua. Terdapat dua jenis data yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif diadapatkan dari observasi, wawancara, and kuesioner. Data
kuantitatif didapatkan dari pre-test, post-test siklus 1 dan post-test siklus 2.
Penggunaan filmstrip dalam pembelajaran speaking dapat memperbaiki kemampuan
berbicara siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada indikator: (1) meningkatkan penguasaan kosa
kata siswa (2) memperbaiki ucapan atau pelafalan siswa; (3) meningkatkan tata bahasa siswa; (4)
meningkatkan kelancaran siswa dalam berbicara and (5) meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan isi dengan benar. Berdasarkan data, filmstrip dapat meningkatkan nilai siswa dari
pre-test ke post-test siklus 1 dan post-test siklus 2. Nilai rata-rata pre-tes adalah 52.22, sedangkan
nilai rata-rata post-test siklus 1 adalah 59.45, dan nilai rata-rata post-test siklus 2 adalah 70.28.
Kriteria Ketuntatasan Minimal (KKM) adalah 65. Jadi, nilai post-test siklus 2 lebih tinggi
daripada KKM.
Penggunaan filmstrip dapat: (1) mengurangi keributan siswa di kelas; (2) mendorong
siswa melakukan aktivitas selama pembelajaran; (3) mengaktifkan siswa dalam merespon guru;
(4) mengembangkan k.emampuan siswa membuat wacana dalam Bahasa Inggris dalam waktu
relative singkat; dan (5) membuat siswa aktif mengerjakan tugas rumah. Peneliti menyarankan
beberapa hal kepada para guru Bahasa Inggris: (1) untuk menerapkan filmstrip dalam
pembelajaran speaking; (2) meningkatkan pengetahuan tentang media visual, khususnya
filmstrip; dan (3) lebih memberikan kesempatan praktik berbicara bahasa Inggris kepada para
siswa. Kata kunci: filmstrip, speaking
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Inggris pada Sekolah Menengah Pertama ditujukan untuk
mengembangkan kompetensi komunikatif, baik lisan maupun tulis. Kompetensi komunikatif
meliputi empat ketrampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis. (Depdiknas: 2004: 3).
Hasil observasi pendahuluan pada proses pembelajaran di SMP Negeri 3 Ngawi
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai masalah dalam pembelajaran
kompetensi berbicara. Hal ini diindikasikan dengan faktor-faktor sebagai berikut: (1) siswa
tidak dapat menemukan kosa kata yang tepat dalam bahasa Inggris; (2) siswa tidak dapat
melafalkan kata dengan benar; (3) siswa tidak dapat menggunakan tata bahasa dengan benar;
(4) siswa tidak dapat berbicara dengan lancar: (5) siswa tidak dapat berbicara dengan isi atau
“content” yang sesuai.
Selain permasalahan yang berkenaan dengan kompetensi berbicara atau “speaking”,
situasi kelas yang tidak kondusif juga terjadi selama proses pembelajaran berlangsung yaitu:
(1) siswa selalu membuat keributan di dalam kelas selama pembelajaran; (2) siswa cenderung
mengabaikan tugas- tugas yang diberikan oleh guru: (3) ketika diminta merespon guru dalam
bahasa Inggris, siswa cenderung diam atau pasif; (4) ketika siswa diminta membuat
percakapan dalam bahasa Inggris, mereka menghabiskan terlalu banyak waktu; (5) Siswa
cenderung mengabaikan tugas rumah.
Kesulitan siswa dalam kompetensi berbicara terjadi karena beberapa faktor seperti: (1)
guru kurang memadai dalam memberikan pembelajaran berbicara. Pembelajaran cenderung
difokuskan pada ketrampilan membaca, menulis, dan mengerjakan soal-soal pada lembar
kerja siswa; (2) dalam pembelajaran berbicara, guru cenderung meminta siswa melengkapi
dialog tertulis; (3) guru cenderung mengabaikan pelatihan pelafalan sehingga siswa tidak
mengetahui pelafalan yang benar; (4) guru kurang memberikan pelatihan tata bahasa
sehingga siswa sering membuat kesalahan dalam menggunakan tata bahasa; (5) guru kurang
menguasai teknik atau metode pembelajaran sehingga situasi kelas menjadi monoton dan
tidak menarik bagi siswa.
Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti melakukan tindakan perbaikan terhadap proses
pembelajaran bahasa Inggris, dengan menggunakan media berbasis teknologi yaitu media
filmstrip dengan harapan permasalahan dan kesulitan siswa dalam kompetensi berbicara atau
“speaking”dapat diatasi.
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran sangat penting dimana aktivitas
pembelajaran yang berkualitas mulai bergantung pada penggunaan teknologi (Dudeney dan
Hocky, 2007: 5). Berdasarkan fakta tersebut, peneliti melakukan sebuah proses pembelajaran
dengan menggunakan media Filmstrip.
Filmstrip termasuk media visual yang hampir mirip dengan “slides”. Semua gambar
berada dalam sebuah rangkaian urutan dan dalam sebuah gulungan yang dapat di tampilkan
satu persatu (Haycraft, 1997: 111). Filmstrip merupakan sebuah rangkaian”slides” yang
dihubungkan pada sebuah gulungan film (Newby, dkk, 2000: 154).
Filmstrip merupakan sebuah media visual dalam pembelajaran seperti film bergerak
tetapi merupakan serangkaian “slides” yang dihubungkan satu dengan yang lain yang di
tampilkan secara berurutan dan di rancang untuk sebuah presentasi. Filmstrip merupakan
media visual yang dapat dipergunakan bersamaan dengan dengan rekaman suara. (Lado,
1976: 2000).
Terdapat beberapa alasan mengapa peneliti memilih media filmstrip dalam
pembelajaran kompetensi berbicara, yaitu: (1) dapat dijadikan sebagai bahan diskusi karena
terdapat bermacam-macam gambar di dalamnya; (2) dapat dipergunakan untuk melatihkan
pelafalan kepada para siswa. Selama proses pembelajaran, siswa dilatih melafalkan kata-kata
yang sesuai dengan gambar pada filmstrip; (3) gambar-gambar yang ditampilkan pada
filmstrip dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi kosa-kosa kata meliputi sinonim,
antonim, arti kata, rujukan kata, dan sebagainya. Ini berarti bahwa dengan media ini, kosa-
kosa kata dapat digali dengan lebih banyak lagi; (4) gambar-gambar yang terdapat
didalamnya dapat dipergunakan untuk membelajarkan tata bahasa misalnya subjek, predikat,
objek, bentuk-bentuk tunggal dan jamak termasuk jenis-jenis kata dalam menyusun kalimat,
dan sebagainya; (5) dapat dipergunakan untuk melatihkan pelafalan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Dapatkah dan sejauhmana filmstrip meningkatkan kompetensi berbicara siswa?
2. Bagiamanakah keadaan situasi kelas ketika filmstrip dipergunakan dalam pembelajaran
kompetensi berbicara?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian difokuskan pada penngunaan filmstrip untuk meningkatkan kompetensi
berbicara siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Adapun tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi sejauhmana filmstrip dapat meningkatkan kompetensi berbicara para
siswa.
2. Mengidentifikasi situasi kelas ketika filmstrip dipergunakan dalam pembelajaran
kompetensi berbicara.
D. Manfaat Penelitian
1. Siswa
Para siswa akan lebih termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran dan terlibat lebih
aktif karena proses pembelajaran lebih menyenangkan.
2. Guru
Para guru dapat meningkatkan aktivitas pembelajarannya dengan mempergunakan
filmstrip, guru dapat memberikan topik-topik diskusi yang lebih luas, memperluas
kosa kata siswa, dan meningkatkan kompetensi berbicara siswa. Selain itu, para guru
dapat menciptakan situasi kelas dan pembelajaran yang menyenangkan sehingga para
siswa terlibat lebih aktif di dalam kelas.
3. Lembaga pendidikan (sekolah)
Hasil penelitian ini dapat menginspirasi para pengambil kebijakan di sekolah dalam
penyediaan media pembelajaran sebagai unsur penunjang yang sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Kepustakaan
1. Hakikat Berbicara
Kata berbicara atau “speaking” merujuk kepada ketrampilan bahasa lisan (Thornbury,
2004:2). Sedangkan kata kemampuan atau “competence” merujuk kepada kondisi ideal
pembicara atau pendengar yang berkenaan dengan pengetahuan bahasa ( Richards dkk, 1985:
52). Dapat disimpulkan bahwa kompetensi berbicara adalah kemampuan seseorang untuk
menghasilkan bahasa lisan dengan menggunakan pengetahuan bahasa yang dimilikinya.
Sehubungan dengan kompetensi berbicara tersebut, terdapat banyak teori yang dikemukakan
oleh para ahli bahasa.
Thornbury ( 2005: 13-14) menyatakan bahwa “speaking” adalah salah satu ketrampilan
berbahasa yang menekankan kepada produksi ujaran lisan yang berlangsung di dalam konteks
kehidupan nyata. Bahasa lisan dihasilkan dalam bentuk kata, frasa, atau ujaran untuk merespon
seorang pembicara dalam berbagai bentuk wacana. Thornbury menawarkan berbagai wilayah
ketrampilan berbahasa lisan untuk menggambarkan kegiatan-kegiatan berbahasa lisan yang
mempunyai fungsi transaksional dan interpersonal. Fungsi transaksional menyangkut tujuan
untuk menyampaikan informasi dan memfasilitasi pertukaran barang dan jasa. Adapun fungsi
interpersonal bertujuan untuk membangun hubungan baik antara sesama pembicara.
Harmer (2007: 343) menyatakan bahwa seseorang akan dapat berbicara dalam bahasa
Inggris dengan lancar jika mereka dapat melafalkan fonim dengan benar, menggunakan
intonasi dan tekanan dengan benar, dan berbicara dalam suatu produksi ujaran. Seorang
pembelajar bahasa harus dapat memproduksi ujaran lisan dalam bermacam-macam bentuk
wacana dan situasi dengan menggunakan strategi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan
yang terjadi.
Hughes ( 2002: 6) menyatakan bahwa “speaking” saling tumpang tindih dengan
wacana, struktur, dan produksi ujaran. Ketiga area tersebut menyangkut cara agar ujaran
seseorang dapat difahami oleh orang lain seperti: (1) seorang penutur harus memperhatikan
pelafalan, intonasi dan tekanan. Dia harus mempunyai pengetahuan bahasa tentang struktur
fonetik, intonasi dan tekanan; (2) ujaran yang dihasilkan harus berlangsung dengan tepat dan
lancar. Dikatakan oleh Brown (2001: 270) bahwa kelancaran berbahasa lisan akan dapat
dicapai dengan cara: (1) berusaha agar sebuah ujaran dapat mengalir dengan lancar; (2)
berusaha agar sebuah ujaran dapat dimengerti oleh orang lain; (3) menggunakan ekspresi
wajah dan gerak tubuh untuk membangun suatu interaksi yang baik.
2.Membelajarkan Kompetensi Berbicara
Pembelajaran ketrampilan berbicara menyangkut tahap-tahap penting yang harus
dikuasai oleh seorang pembicara agar dapat membangun dan menampilkan produksi ujaran
dengan baik.
a. Konseptualisasi dan Formulasi
Tahap konseptualisasi dan formulasi adalah tahap dimana ide dipetakan dengan
melibatkan pilihan-pilihan strategi pada wacana, sintaksis, dan kosa kata.
b. Artikulasi
Artikulasi adalah suatu tahap dimana apa yang telah di formulasikan kemudian di
ucapkan. Proses ini melibatkan alat ucap untuk menghasilkan bunyi, termasuk volume,
tempo, dan jeda untuk mengorganisasikan bunyi kedalam bentuk kata yang bermakna dan
kedalam ujaran yang bermakna. Artikulasi juga menunjukkan apakah ujaran seseorang baik
atau buruk. Ujaran yang baik dapat didefinisikan sebagai cara berbicara yang mudah
dimengerti oleh orang lain. Sedangkan ujaran yang buruk adalah yang sulit difahami oleh
orang lain (Jones, 1995: 4).
c. Monitoring dan Perbaikan Pribadi
Monitoring merupakan kemampuan seseorang untuk melihat pesan yang
disampaikannya. Perbaikan dapat berupa koreksi langsung dan pengulangan terhadap
sebuah ujaran dan di mulai lagi dengan kata atau frasa yang berbeda.
d. Kelancaran
Kelancaran tidak sama persis dengan kecepatan. Kecepatan merupakan aspek dari
kelancaran. Kelancaran juga menyangkut adanya jeda dalam produksi ujaran yang
dilakukan oleh seorang penutur agara dia dapat mengambil nafas dan memberinya
kesempatan untuk membangun ujarannya agar sesuai dengan konsep yang dimilikinya.
3. Menilai Kompetensi Berbicara
Menilai kompetensi bebicara dapat dilakukan pada awal, tengah, dan akhir suatu
pembelajaran. Penilaian dilakukan sama dengan latihan berbicara yang telah dilaksanakan
(Thornbury, 2005: 124). Penilaian dilakukan dengan menggunakan “scoring rubric” atau
rubrik penilaian yang memuat aspek kebahasaan yang dinilai, criteria penilaian, dan skor
taip-tiap aspek..
a. Rubrik Penilaian dalam Kompetensi Berbicara
Rubrik penilaian merupakan rambu-rambu untuk menerapkan kriteria penilaian
untuk mengevaluasi kemampuan penampilan dan jawaban siswa (Linn dan Grondlund, 2000:
270).
Kriteria penilaian atau kategori yang diterapkan dalam penelitian adalah: (1) kosa
kata dimana penilaian difokuskan pada kemampuan siswa dalam menggunakan kosa kata
dalam ujaran atau kalimat; (2) pelafalan dimana fokus penilaian adalah kemampuan siswa
mengucapkan kata dengan benar; (3) tata bahasa dimana fokus penilaian adalah pada
kemampuan siswa menggunakan tata bahasa dengan benar; (4) kelancaran yaitu menilai
sejauhmana siswa dapat berbicara dengan lancar; (5) isi dimana fokus penilaian adalah
seberapa jauh siswa dapat mengembangkan komunikasi dengan isi yang benar.
B. Media
1. Pengertian Media
Media berasal dari kata latin yang berarti diantara. Istilah ini mengacu kepada
sesuatu yang membawa informasi antara sumber informasi dan penerima informasi
(Smaldino dkk, 2005: 9).
2. Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran
Teknologi dan media dapat berfungsi dalam banyak hal. Efektivitas teknologi dan
media tergantung kepada intruktur atau guru (Smaldino dkk, 2005: 12). Teknologi dan media
juga dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam
kelompok (Smaldino dkk, 2005: 13).
3. Filmstrip
Salah satu media visual yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran adalah
filmstrip. Filmstrip adalah media yang hampir sama dengan “slides”. Semua gambar diatur
secara berurutan dalam suatu gulungan yang dapat di tayangkan satu persatu (Haycraft, 1997:
111). Filmstrip tidak sulit dalam penggunaannya karena kita dapat beralih dari satu gambar
ke gambar yang lain seketika ketika peralatan di pasang. Pada saat seorang guru
menggunakan filmstrip berarti dia telah membawa dunia luar ke dalam kelas (Newby dkk,
2000: 156). Beberapa macam filmstrip diantaranya: (1) filmstrip untuk orang yang bukan
penutur asli; (2) filmstriop tentang masalah-masalah sosial seperti geografi, sejarah dan
sebagainya; (3) filmstrip tentang binatang, remaja, olah raga dan sebagainya (Dobson, 1987:
74).
a. Keuntungan Menggunakan Filmstrip
Terdapat beberapa keuntungan dari penggunaan filmstrip, misalnya: (1) filmstrip
dapat menjadi topik diskusi dan memberikan variasi format diskusi (Dobson, 1987: 67).
Penerapan filmstrip dalam pembelajaran berbicara akan dapat: (1) memperkaya siswa dengan
pilihan topik diskusi; (2) gambar-gambar yang berbeda-beda pada filmstrip dapat
merangsang siswa untuk menggali lebih banyak kosa kata; (3) kosa kata yang ditemukan
berdasarkan filmstrip dapat dipakai melatihkan pelafalan; (4) gambar-gambar pada filmstrip
dapat digunakan untuk melatihkan penyusunan kalimat dan wacana; (5) penggunaan filmstrip
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan pada pembelajaran kompetensi berbicara
karena siswa dapat menikmati objek, bentuk, warna yang berbeda-beda; (6) filmstrip relatif
mudah dan praktis dalam penggunaannya.
C. Metodologi Penelitian
1. Konteks Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Ngawi dan kelas yang menjadi objek
penelitian adalah kelas VIII B yang terdiri dari 27 orang.
SMP Negeri 3 Ngawi berada di Jl Raya Solo, km 04 Watualang Ngawi. Sekokah ini
terdiri dari 27 kelas yang masing-masing terdiri dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX.
2. Metode Penelitian
a. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang diterapkan secara berkolaborasi yang
bertujuan untuk memperbaiki suatu kondisi pembelajaran yang belum optimal. Terdapat
bebarapa pendapat oleh para ahli yang dapat di kemukakan pada bagian berikut.
Kemmis dalam Hopkins (1975: 44) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yanga bersifat reflektif yang dilakukan secara berkolaborasi yang bertujuan
untuk memperbaiki praktik-praktik pendidikan, sosial, dan situasi dimana praktik-praktik
tersebut dilakukan.
Ebbut dalam Hopkins (1975: 45) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah studi yang sistimatis yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki praktik
pendidikannya dengan tindakan atau perbaikan dan dengan refleksi dari tindakan yang
dilakukannya.
b. Model Penelitian Tindakan Kelas
1) Perencanaan (planning)
2) Tindakan (acting)
3) Pengamatan (observing)
4) Refleksi (reflecting)
3. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif.
a. Data-data kualitatif didapatkan dengan :
1) Kuesioner. Kuesioner digunakan untuk memperoleh respon siswa tentang proses
belajar mengajar.
2) Wawancara. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dari siswa dan
guru.
3) Pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data tentang proses
pembelajaran.
4) Catatan diary peneliti. Hughes (2000:1) mengatakan diary adalah rekaman tentang
apapun yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian.
b. Data kuantitatif berupa: skor siswa dalam kompetensi berbicara yang didapatkan dari
pre-test dan post-test yang meliputi aspek-aspek berbicara.
4. Teknik Analisis Data
Data kualitatif dan data kuantitatif di analisis dengan cara yang berbeda.
a. Menurut Leech dan Onwuegbuzie (2007: 557) teknik yang digunakan untuk
menganalisis data kualitatif adalah metode “CCM” (constant comparative method).
b. Analisis kedua adalah analisis data kuantitatif. Prosedur analisis yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
Menghitung skor setiap siswa. Skor siswa dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Arikunto, 1998:38).
S= RN
xSM
S = skor siswa
R = skor siswa dibagi jawaban benar
N = Jumlah maksimum seluruh jawaban
SM = Nilai Standard (100)
c. Menghitung rata-rata nilai pre-test dan post-test
Setelah menganalisis skor kompetensi berbicara, teknik analisis dengan statistik
digunakan untuk mencari rata-rata nilai siswa. Hasil penelitian didapatkan dari
membandingkan skor pre-test dan post-test ( Arikunto, 1998:38) dengan rumus sebagai
berikut:
M=∑ X
N
M = rata-rata nilai
∑ X = Jumlah skor
N = Jumlah siswa
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Siklus 1
a. Perencanaan (Planning)
1) Mendiskusikan rancangan dengan kolaborator
2) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Menyiapkan “Handout”
4) Menyiapkan filmstrip untuk proses pembelajaran
5) Menyiapkan “post-test”
b. Pelaksanaan (Acting)
Tabel 2.1. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Tahapan AktivitasPelaksanaanPertemuan 1
Siswa: Mengidentifikasi kosa kata berdasarkan filmstrip Melafalkan kosa kata dengan pelafalan, intonasi, dan stress yang
benar Menggunakan kosa kata dalam kalimat
Pertemuan 2 Mengungkapkan ide secara lisan berdasarkan filmstrip Menyusun kalimat berdasarkan filmstrip dengan menggunakan pola
‘simple present tense’
Pertemuan 3 Menyimak teks ‘descriptive’ berdasarkan filmstrip. Menjawab pertanyaan tentang teks secara lisan
Pertemuan 4 Menentukan topik teks berdasarkan filmstrip Menyusun teks deskriptif berdasarkan filmstrip
Pertemuan 5 Menampilkan monolog teks deskriptif sebagai post test. Guru memberikan penguatan dan umpan balik kepada siswa
ditampilkan.
d. Pengamatan (observing)
Pengamatan terhadap:
1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran “speaking’ siklus 1
2) Aktivitas guru dalam pembelajaran ‘speaking’ siklus 1
3) Situasi kelas selama pembelajaran “speaking” siklus 1
d. Refleksi (reflecting)
1) Sebagian siswa membuat kesalahan dalam menggunakan kosa kata
2) Kemampuan siswa dalam pelafalan masih perlu ditingkatkan misalnya
dalam melafalkan kata yang berakhiran “tion”, “ee”, “oo”, kata yang
menggunakan “u”, dan sebagainya.
3) Kemampuan siswa dalam dalam menggunakan “tense” masih lemah termasuk
penggunaan jenis-jenis kata, dan kata kerja bantu.
4) Kelancaran siswa dalam berbicara masih perlu ditingkatkan. Sebagian siswa
cenderung terhenti, ragu-ragu, dan menggunakan “filler” yang tidak efektif.
5) Penggunaan isi wacana dalam berbicara masih perlu ditingkatkan. Masih terdapat
ketidaksesuaian dalam isi wacana.
6) Partisipasi siswa dalam pembelajaran masih perlu ditingkatkan
7) Keaktifan siswa dalam pengerjaan tugas masih perlu ditingkatkan
2. Siklus 2
a. Perencanaan (Planning)
1) Mendiskusikan rancangan dengan kolaborator 2) Merancang RPP 3) Menyiapkan “handout” 4) Membagi pembelajaran ke dalam beberapa tahap 5) Menyiapkan “post test”
b. Pelaksanaan (acting)
Tabel 2.2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
2. Pelaksanaan Aktivitas
Pertemuan 1 Mengidentifikasi kosa kata berdarkan filmstrip Melafalkan kosa kata sesuai filmstrip. Menggunakan kosa kata dalam kalimat sesuai filmstrip
Pertemuan 2 Mengungkapakan ide tentang gambar pada filmstrip secara lisan Merespon pertanyaan secara lisan.
Pertemuan 3 Mengidentifikasi ungkapan mengawali, memperpanjang, dan mengakhiri pembicaraan.
Melafalkan ungkapan. Menjawab pertanyaan tentang dialog secara lisan.
Pertemuan 4 Memilih topik berdasarkan filmstrip. Menyusun dialog secara berpasangan sesuai filmstrip
Pertemuan 5 Berlatih dialog secara berpasangan. Menampilkan dialog secara berpasangan (post test).
c. Pengamatan (observing)
Pengamatan terhadap:
1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran “speaking” siklus 2
2) Aktivitas guru dalam pembelajaran ‘speaking’ siklus 2
3) Situasi kelas dalam pembelajaran “speaking” siklus 2
d. Refleksi (reflecting)
1) Siswa dapat menggunakan kosa kata dengan benar.
2) Siswa dapat melafalkan kata dengan benar
3) Siswa dapat menggunakan tata bahasa dengan benar
4) Siswa dapat berbicara dengan lebih lancar
5) Siswa dapat menggunakan isi wacana dengan benar
6) Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat.
7) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas meningkat.
E. Hasil Penelitian
1. Filmstrip dapat meningkatkan kompetensi berbicara
Penggunaan filmstrip dalam pembelajaran berbicara” dapat meningkatkan kemampuan
siswa yang ditandai adanya peningkatan skor berbicara pada siklus 1 dan siklus 2.
a. Kompetensi Berbicara Siklus 1
Peningkatan skor berbicara siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3. Perbandingan Skor Pre-Test dan Post-test Siklus 1
No Deskripsi Pre-test Post-test siklus 1 Peningkatan dalam %
1.2.3.
Skor tertinggiSkor terendahSkor rata-rata
77.5035
52.23
8545
59.45
9.68 %28.57 %13.82 %
Peningkatan aspek berbicara siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4. Perbandingan Skor Aspek Berbicara Pre-Test dan Siklus 1
No Aspek berbicara
Skor pre-test Skor post-test siklus 1
Peningkatan dalam %
1.2.3.4. 5.
Kosa kataPelafalanTata bahasaKelancaranIsi
51.8652.7851.3954.1750.93
63.4359.2656.4864.3553.71
22.31 %12.28 %9.90 %18.79 %5.46 %
b. Kompetensi Berbicara Siklus 2
Peningkatan skor berbicara siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.5. Perbandingan Skor Berbicara Post-test Siklus 1 dan Siklus 2
No Deskripsi Skor siklus 1 Skor siklus 2 Peningkatan dalam %1.2.3.
Skor tertinggiSkor terendahSkor rata-rata
85 45
59.45
87.5055
70.28
2,94 % 22.22 % 18.22 %
Peningkatan skor aspek berbicara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 6. Perbandingan Skor Aspek berbicara Siklus 1 dan Siklus 2
No
Aspek berbicara Skor siklus 1 Skor siklus 2 Peningkatan dalam %
1.2.3.4.5.
Kosa kataPelafalanTata bahasaKelancaranIsi
63.4359.2656.4864.3553.71
68.9867.1369.9178.7166.67
8.75 %13.28 %23.78 %22.32 %24.13 %
2. Filmstrip dapat memperbaiki Situasi Kelas
Filmstrip dapat menciptakan suatu kondisi lingkungan pembelajaran yang lebih baik
dimana siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas dari
guru. Dengan kata lain motivasi belajar siswa tumbuh dengan penggunaan filmstrip sebagai
media pembelajaran. Morison dkk (2001: 50) mengemukakan bahwa motivasi penting dan
mempengaruhi siswa dalam aktivitas belajar. Berdasarkan teori, kita dapat mengatakan bahwa
penggunaan filmstrip dapat meningkatkan motivasi siswa. Motivasi siswa yang lebih baik
dapat dilihat pada keaktifan mereka dalam melaksanakan tugas. Kita dapat membandingkan
kondisi sebelum penelitian dilakukan dan kondisi sesudah penelitian dilakukan. Peningkatan
pada situasi kelas dapat dilihat pada deskripsi berikut.
a. Siswa tidak membuat keributan di dalam kelas. Sebagian besar memperhatikan pelajaran
dengan lebih serius.
b. Siswa mengerjakan tugas-tugas di kelas dengan lebih aktif.
c. Siswa merespon pertanyaan guru dengan lebih aktif.
d. Siswa mengerjakan tugas rumah dengan lebih aktif.
Apa yang dilakukan oleh guru dapat dikatakan efektif. Menurut Jones (1997: 237) guru
yang efektif adalah mereka yang membelajarkan materi, memberikan latihan-latihan, dan
memantau pencapaian para siswa.
Skor para siswa menunjukkan peningkatan terjadi tidak hanya pada siswa pada
kelompok atas tetapi juga pada siswa kelompok bawah. Guru juga memberikan latihan-latihan
dan hal ini merupakan langkah yang baik untuk menangani siswa yang lemah. Sebagaimana
dikemukana oleh Cruickshank dkk (1999: 9), seorang guru harus memperhatikan perbedaan
siswa dalam ekonomi, budaya, jenis kelamin, kecerdasan dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Peneliti berhasil melakukan penelitian dengan menggunakan media filmstrip untuk
memperbaiki dan meningkatkan kompetensi berbicara siswa kelas 8B di SMP Negeri 3 Ngawi.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas juga membawa perubahan-perubahan positif dalam
situasi kelas dimana siswa lebih memperhatikan pembelajaran dan lebih aktif mengerjakan
tugas.
3. Saran
a. Guru
1). Guru bahasa Inggris.
Guru disarankan menggunakan media dalam proses pembelajaran karena ini akan
membuat siswa lebih aktif dalam berpartisipasi. Disamping itu, penggunaan media akan
menciptakan suasana kelas yang lebih kondusif dan lebih menarik perhatian siswa.
2). Guru bahasa Inggris disarankan menggunakan bahasa Inggris secara maksimal selama
pembelajaran karena hal ini akan membiasakan siswa berbicara dalam bahasa Inggris.
3). Para guru harus memberikan pemodelan berbicara yang cukup sehingga siswa
memahami dengan jelas apa yang harus dilakukan berkenaan dengan setiap aktivitas di
kelas.
4). Guru harus memaksimalkan latihan berbicara untuk memberi pengalaman berbicara
pada siswa.
b. Siswa
1). Siswa disarankan melakukan percakapan untuk membangun kelancaran berbicara.
2). Siswa harus mengikuti pemodelan berbicara agar dapat berbicara dengan benar.
3). Siswa disarankan berkonsultasi dengan guru atau orang yang berkompeten untuk
memecahkan kesulitan-kesulitan belajar bahasa Inggris.
c. Sekolah
1). Sekolah disarankan mengadakan media pembelajaran yang memadai agar
pembelajaran lebih berkualitas.
2). Sekolah disarankan mengikutsertakan para guru bahasa Inggris mengikuti berbagai
“workshop” dan pelatihan media pembelajaran agar kualitas guru meningkat.
3). Sekolah harus mengakomodasi ide dan pendapat dalam rangka memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineke Cipta.
Brown, H, D. 2001. Teaching by Principles. California: Addison Wesley Longman, Inc.
Cruickshank, D.R, Bainer, D.L, & Metcalf, K. K. 1999. The Act of Teaching. Toronto: Mc. Graw-Hill College.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.
Dobson, J. M. 1987. Effective Techniques for English Conversation Groups. Washington DC: United States Information Agency.
Dudeny, G & Nick, H. 2007. How to Teach English with Technology. Essex: Longman.
Harmer, J. 2007. The Practice of English Language Teaching. Essex: Pearson Education Limited.
Haycraft, J. 1997. An Introduction to English Language Teaching. Essex: Longman Group Ltd
Hopkins, David. 1975. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press.
Hughes, R. 2002. Teaching and Researching Speaking. Essex: Pearson Education.
Jones, Daniel. 1995. The Pronunciation of English. Northants: Cambridge University Press.
Lado, R. 1976. Language Teaching A Scientific Approach. New Delhi: Tata Mc Graw Hill Publishing CO. LTD.
Leech, Nancy L. & Onwuegbuzie, Anthony J. 2007. An Array of Qualitative Data Analysis Tools: A Call for Data Analysis Triangulation. School Psychology Quarterly, American Psychological Association 2007, Vol. 22, No. 4, 557–584 1045-3830/07/$12.00 DOI: 10.1037/1045-3830.22.4.557. Available at: http://classmatadread. Net/qual/-qualanalysis(2). Pdf. Downloaded: Sepetember 16,2010.
Linn, R.L & Gronlund, N.E. 2000. Measurement and Assessment in Teaching. Ohio: Prentice-Hall, Inc
Morrison, G.R, Ross, S.M, & Kemp, J.E. 2001. Designing Effective Instruction. Singapore: John Wiley & Sons. Inc.
Newby, T. J, Donald A. S, James D. L, & James, D. R. 2000. Instructional Technology for Teaching and Learning: Designing Instruction, Integrating Computers, and Using Media. Ohio: Prentice Hall.
Richards, J, Platt, J & Weber, H. 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. Essex: Longman Group Limited.
Smaldino, S.E, James D.R, Robert, H, & Michael, M. 2005. Instructional Technology and Media for Learning. Ohio: Pearson. Merril Prentice Hall.
Thornbury, S.2005. How to Teach Speaking. Essex: Longman