Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

20
1 PROMOSI KESEHATAN Pendidikan/edukasi Kesehatan Klien dalam Praktik Keperawatan Dan Teori Belajar-Mengajar serta Domainnya Oleh Home Group IV Anggota : Puput Puspitasari NPM 1206238886 Thatiana Dwi A NPM 1206244346 Ummi Hamidah NPM 1206219003 Yosephine Melati NPM 1206218972 Wilujeng NPM 1206248445 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STRATA 1 REGULER ILMU KEPERAWATAN

description

Makalah promkes tentang pendidikan/edukasi kesehatan klien dalam praktik keperawatan dan Teori Belajar Mengajar

Transcript of Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

Page 1: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

1

PROMOSI KESEHATAN

Pendidikan/edukasi Kesehatan Klien dalam Praktik Keperawatan

Dan

Teori Belajar-Mengajar serta Domainnya

Oleh

Home Group IV

Anggota :

Puput Puspitasari NPM 1206238886

Thatiana Dwi A NPM 1206244346

Ummi Hamidah NPM 1206219003

Yosephine Melati NPM 1206218972

Wilujeng NPM 1206248445

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STRATA 1 REGULER ILMU KEPERAWATAN

Page 2: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas

rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

“Promosi Kesehatan : Pendidikan/edukasi Kesehatan Klien dalam Praktik

Keperawatan dan Teori Belajar-Mengajar serta Domainnya”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk Mata Kuliah

Promosi Kesehatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang

tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah

ini, khususnya kepada :

1. Bu Enie Novieastari, MSN selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Promosi

Kesehatan Kelas D.

2. Rekan-rekan kelas D Promosi Kesehatan.

Tiada gading yang tak retak, begitu pula kami dalam penyusunan makalah

ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mohon kritik dan

saran yang membangun untuk kamiagar dapat lebih baik kedepannya nanti. Semoga

makalah ini dapat memberi manfaat kepada kami selaku mahasiswa Fakultas Ilmu

Keperawatan Univesitas Indonesia dan pembaca.

Depok, 14 September 2013

Home Group IV

Page 3: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 5

1.3 Tujuan ............................................................................................... 6

1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan/edukasi kesehatan klien dalam praktek keperawatan .... 7

2.1.1 Definisi Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien.................................. 7

2.1.2 Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien sebagai Salah Satu Dimensi

Caring Perawat ........................................................................... 8

2.1.3 Peran Pendidikan/Edukasi Pasien dalam Pelayanan Kesehatan . 8

2.1.4 Hubungan Edukasi Pasien dengan Rencana Pemulangan........... 9

2.1.5 Menguraikan proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke

dalam praktek keperawatan ........................................................ 9

2.1.6 Model Proses dalam Pendidikan Kesehatan Pasien .................... 10

2.2 Belajar dan Mengajar........................................................................ 11

2.2.1 Pengertian Belajar ....................................................................... 11

2.2.2 Mengajar...................................................................................... 11

2.2.3 Teori-teori belajar........................................................................ 12

2.2.4 Domain Belajar ........................................................................... 13

2.2.5 Pengertian Konsep Mengajar ...................................................... 16

2.2.6 Teori mengajar ............................................................................ 17

Page 4: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

4

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

Page 5: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara maju dapat diukur dengan berbagai indikator. Salah satu indikator

yang dapat digunakan adalah tingkat kesehatan. Tingkat kesehatan yang baik

mengindikasikan bahwa negara tersebut memiliki tingkat kesejahteraan dan

tingkat pendidikan yang baik.

Pendidikan merupakan aspek utama yang harus dikembangkan untuk

mencapai segala indikator kemajuan suatu negara. Pendidikan meliputi

aktivitas belajar dan mengajar. Segala macam ilmu ditransfer melalui proses

pendidikan. Sistem pendidikan juga dikenal dalam dunia kesehatan. fungsi

pendidikan dalam bidang kesehatan adalah untuk pencegahan,

mempertahankan dan meningkatkan kualitas kesehatan.

Fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik jika direalisasikan. Salah

satu tindakan konkretnya adalah melalui promosi kesehatan. segala bentuk

promosi kesehatan dapat dilakukan oleh semua profesi bidang kesehatan,

termasuk perawat untuk mengantarkan masyarakat pada standar kesehatan yang

tinggi.

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan/edukasi pasien?

2. Bagaimanakah pendidikan pasien/ klien sebagai salah satu dimensi

caring perawat?

3. Bagaimanakah peran pendidikan/ edukasi pasien dalam pelayanan

kesehatan?

4. Bagaimanakah hubungan pendidikan/ edukasi klien dan discharge

planning?

5. Bagaimanakah proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke dalam

praktik keperawatan?

6. Bagaimanakah model proses pendidikan kesehatan klien?

Page 6: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

6

7. Apakah yang dimaksud dengan belajar dan mengajar?

8. Bagaimanakah teori dan konsep belajar dan mengajar?

9. Apa saja yang termasuk dalam domain belajar?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan/edukasi pasien

2. Memahami bagaimana pendidikan pasien/ klien sebagai salah satu

dimensi caring perawat

3. Mengerti peran pendidikan/ edukasi pasien dalam pelayanan kesehatan

4. Mengetahui hubungan pendidikan/ edukasi klien dan discharge

planning

5. Memahami bagaimana proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke

dalam praktik keperawatan

6. Mengetahui model proses pendidikan kesehatan klien

7. Mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar dan mengajar

8. Memahami teori dan konsep belajar dan mengajar

9. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam domain belajar

1.4 Sistematika Penulisan

HALAMAN COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan

d. Sistematika Penulisan

BAB II ISI

BAB III PENUTUP

a. Simpulan

b. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan/edukasi kesehatan klien dalam praktek keperawatan

2.1.1 Definisi Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien

Craven and Himle (1996) dalam Suliha (2002) mendefinisikan bahwa

pendidikan atau edukasi merupakan penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan untuk

mengangkat fakta dan kondisi nyata dengan cara memberi dorongan terhadap

pengarahan diri (self-direction), aktif dalam memberikan informasi atau ide baru.

Pendidikan dapat menyebabkan perubahan kemampuan intelektual dan

memperbaiki keterampilan seseorang dalam menggunakan dan mengevaluasi

informasi. Sementara itu, Wingroot (2005) menyesuaikan edukasi dengan bidang

kesehatan sehingga ia mengatakan bahwa edukasi kesehatan dapat meningkatkan

kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka hingga mengubah

perilaku klien dengan tujuan agar klien dapat mempertahankan atau memperbaiki

kesehatannya. Dalam usaha pendidikan/edukasi pasien, perawat harus menyertakan

nilai-nilai psikososial, spiritual, dan budaya yang dimiliki pasien serta keinginan

untuk berpartisipasi aktif. Pendidikan atau edukasi untuk klien dapat dibagi menjadi

dua yaitu:

a. pendidikan pasien klinis

Pendidikan pasien klinis merupakan proses belajar-mengajar yang

terencana, sistematis, dan logis yang dapat digunakan dalam segala situasi

klinis. Pendidikan pasien klinis pada umumnya berlangsung secara

berkesinambungan.

b. pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar-mengajar yang lebih

berkonsentrasi pada promosi kesehatan.

Page 8: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

8

2.1.2 Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien sebagai Salah Satu Dimensi Caring

Perawat

Keperawatan adalah aplikasi kiat dan ilmu tentang manusia melalui

transaksi caring transpersonal untuk membantu seseorang mencapai keselarasan

pikiran-tubuh-jiwa yang menimbulkan pengetahuan diri, pengendalian diri,

perawatan diri, dan penyembuhan diri (Watson, 1990). Dalam memberikan

pendidikan/edukasi kepada pasien/klien sebagai salah satu bentuk intervensi

keperawatan, diperlukan suatu esensi teori sebagai landasan untuk melakukan tata

laksana proses pendidikan/edukasi tersebut. Hal ini diterangkan Watson (1979)

dalam Theory of Human Caring bahwa caring adalah sejenis hubungan dan

transaksi yang diperlukan untuk meningkatkan rasa aman pada pasien/klien dan

melindungi klien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan

klien untuk dapat sembuh. Caring yang efektif akan meningkatkan status kesehatan

dan perkembangan individu dan keluarga, caring environment menyediakan

perkembangan potensi dan memberukan keleluasaan memilih kegiatan yang terbaik

bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.

Pada tahun 1997, Watson dan Lea menyusun instrumen yang dikembangkan

untuk meneliti perilaku caring perawat yang disebut dengan Caring Dimensions

Inventory (CDI). Terdapat 25 daftar dimensi caring tersebut, salah satunya yaitu

memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu yang berhubungan dengan

pendidikan klien. Proses keperawatan identik dengan caring. Dalam Caring

Dimensions Inventory (CDI) terdapat pendidikan klien sebagai salah satu hal

terpenting untuk mencapai sehat pada klien. Dalam proses pendidikan klien,

perawat harus memastikan bahwa klien, keluarga, dan masyarakat menerima

informasi yang dibutuhkan untuk memulihkan dan mempertahankan kesehatan

yang optimal.

2.1.3 Peran Pendidikan/Edukasi Pasien dalam Pelayanan Kesehatan

Kesehatan bernilai penting sehingga kesehatan menjadi indikator pengukur

kesejahteraan seseorang. Tetapi, di Indonesia, pengetahuan masyarakat akan

kesehatan masih sangat minim. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya angka

harapan hidup Indonesia dari standar angka harapan hidup yaitu 85 tahun. Karena

Page 9: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

9

itulah, pemerintah mengeluarkan UU RI No.23 Tahun 1992 tentang pembangunan

sebagai salah satu pembangunan nasional dengan tujuan pembangunan kesehatan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Pembangunan kesehatan berfokus pada peningkatan kesehatan (promotif),

pengobatan (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Meningkatnya fokus

pada pencegahan (preventif) menuntut sistem pelayanan kesehatan untuk

memberikan pendidikan (edukasi) kepada klien secara lebih luas. Keberhasilan

mencapai tujuan edukasi klien membutuhkan kolaborasi yang baik antar tenaga

kesehatan serta keinginan klien untuk berpartisipasi aktif.

2.1.4 Hubungan Edukasi Pasien dengan Rencana Pemulangan

Salah satu tujuan edukasi adalah untuk memberikan informasi pada klien

yang membutuhkan perawatan diri untuk memastikan kontinutas pelayanan dari

rumah sakit ke rumah (Falvo, 2004). Perencanaan pulang adalah suatu proses yang

sistematis untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan koordinasi dengan fasilitas

kesehatan yang ada atau telah ditentukan serta bekerjasama dengan pelayanan

sosial yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien pindah atau pulang,

bertujuan untuk meminimalkan dampak dari suatu keadaan kesehatan misalnya

penyakit dengan perawatan yang kontinu (terus menerus). Perencanaan pulang

disusun agar pasien mampu menjaga kontinutas kesehatannya secara mandiri,

namun tujuan itu tidak akan tercapai dengan baik jika edukasi klien tidak

dilaksanakan.

2.1.5 Menguraikan proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke dalam

praktek keperawatan.

Dalam menjalankan proses pengintegrasian pendidikan kesehatan, perawat

mengidentifiksikan kesediaan dan rumit belajar klien (Redman, 2007). Klien yang

sedang menjalani pemulihan dan beradaptasi terhadap perubahan akibat penyakit

biasanya, klien mencari informasi tentang kondisinya, kemudian pula perawat tidak

lupa untuk mengikutsertakan keluarga, karena disini keluarga merupakan bagian

penting dalam pemulihan kesehatan dan membutukan informasi dengan jumlah

Page 10: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

10

yang sama seperti klien. Jika perawat tidak menyertakan keluarga, maka dapat

menimbulkan konflik pada keluarga.

2.1.6 Model Proses dalam Pendidikan Kesehatan Pasien

Menurut Susan B. Bastable (1999), terdapat beberapa model proses dalam

pendidikan kesehatan, antara lain:

1. Health Belief Model adalah model yang dimodifikasi oleh Becker (1974)

untuk menangani permasalahan kepatuhan pada program pengobatan

teraupetik. Terdapat dua alasan utama yang menjadi dasar dibentuknya

model ini yaitu keberhasilan terhadap pencegahan penyakit dan program

penyembuhan yang memerlukan kepatuhan klien untuk berpartisipasi dan

keyakinan bahwa kesehatan memang sangat dihargai.

2. Health Promotion Model, adalah model yang dikembangkan oleh Pender

(1987) dan digunakan dalam disiplin keperawatan. Model ini

menggambarkan komponen dan mekanisme yang menjadi faktor penentu

pada gaya hidup yang mempromosikan kesehatan.

3. Self-Efficacy Theory adalah model yang dikembangkan dari perspektif

sosial-kognitif dan didasarkan pada harapan seseorang yang berkaitan

dengan rangkaian tindakan tertentu (Bandura, 1977a, 1977b, 1986). Teori

ini merupakan teori prediktif perihal suatu keyakinan bahwa seseorang

dapat mengerjakan perilaku tertentu dalam mencapai hasil yang diharapkan

sesuatu dengan kompetensi dan kapabilitasnya.

4. Theory of Reasoned Action adalah model yang berkaitan dengan prediksi

dan pemahaman semua bentuk perilaku manusia dalam konteks sosial.

Teori ini didasarkan pada alasan bahwa manusia merupakan pembuat

keputusan yang rasional yang memanfaatkan informasi apapun yang

tersedia bagi mereka.

5. Model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Constructs

in Educational Diagnosis and Evaluation)-PROCEED (Policy,

Regulatory, and Organizational Constructs in Educational and

Envirinment Development) adalah model yang memiliki harapan untuk

mengurangi tingkat kematian. Inti dari model ini adalah pendidikan

Page 11: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

11

kesehatan, yang didefinisikan sebagai partisipasi sikap rela peserta didik

dalam menentukan praktik kesehatan mereka sendiri.

6. Therapeutic Alliance Model merupakan model yang membahas tentang

peralihan kekuasaan dari penyelenggara kepada kemitraan pembelajaran

dimana kerjasama dan negosiasi dengan konsumen merupakan kuncinya.

2.2 Belajar dan Mengajar

2.2.1 Pengertian Belajar

Menurut Kozier (200) belajar merupakan berubahnya kemampuan

seseorang yang terus berlanjut dalam suatu waktu. Sementara itu, menurut Patricia

Potter dan Anne Perry (2005), belajar adalah proses memperoleh ilmu, sikap, dan

kemampuan baru melalui latihan dan pengalaman. Berdasarkan beberapa arti dari

belajar di atas, belajar dapat disimpulkan sebagai kegiatan dalam memperoleh hal-

hal baru terutama ilmu yang didapat melalui latihan atau menempa diri serta

pengalaman.

2.2.2 Mengajar

Mengajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti

memberi pelajaran atau pelatihan. Sementara itu, menurut The Free Dictionary,

mengajar merupakan suatu aktivitas untuk mendidik atau melatih dan di dalam

aktivitas mengajar, pengajar berusaha memberi atau menanamkan pengetahuan

atau keterampilan kepada para pelajar. Selain definisi – definisi di atas, mengajar

juga memiliki beberapa definisi yang berasal dari berbagai tokoh yaitu:

a. Mengajar tak hanya menyampaikan pengetahuan tetapi juga merangsang

terjadinya proses berpikir, tumbuhnya sikap kritis, atau hingga mengubah

pandangan para pelajar (Rooijakkers, 1991).

b. Mengajar atau pembelajaran merupakan perolehan pengetahuan, perilaku,

dan keterampilan baru. (Bastable, 2003 dalam Potter dan Perry, 2010)

Dari beberapa definisi di atas, mengajar dapat disimpulkan sebagai suatu

kegiatan yang bertujuan untuk menularkan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada

orang yang belajar sehingga dapat menumbuhkan sikap kritis dari para pelajar

hingga mengubah sikap pelajar dan juga agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari – hari.

Page 12: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

12

2.2.3 Teori-teori belajar:

1. Teori Behavior

Teori belajar behavior berpandangan bahwa belajar adalah proses

perubahan perilaku. J.B. Watson yang dikenal sebagai Bapak Teori Behavior

mempelajari studi yang dilakukan oleh Ivan Pavlov tentang eksperimennya

terhadap respon seekor anjing yang dikondisikan pada kondisi berulang. Watson

menyimpulkan bahwa belajar adalah proses penerimaan respon dari stimulus yang

dapat diukur dan dapat diobservasi. Belajar dapat dicapai melalui perilaku yang

tepat dari sejumlah respon dan melalui pendekatan penguatan.

2. Teori Kognitif

Teori kognitif melihat kegiatan belajar sebagai sesuatu yang aktif. Mereka

berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk

menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah

mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Teori belajar kognitif juga sering

disebut sebagai teori perseptual karena menurut teori ini, kegiatan belajar adalah

perubahan persepsi yang terkadang tidak dapat diamati dan / atau diikuti. Menurut

teori ini pula, proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau

informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.

Teori belajar kognitif dikemukakan oleh Ausubel, Bruner, Jean Piaget, dan Robert

M. Gagne

3. Teori Humanistik

Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan

manusia. Hal itu dikarenakan menurut teori ini, kepribadian individu tidak hanya

berasal dari pembelajaran lingkungan tetapi juga hasil pembelajaran dan motivasi

dari dalam diri individu tersebut. Contoh pembelajaran dari dalam diri individu

tersebut adalah kebebasan utnuk memilih, dan motivasi untuk mencapai aktualisasi

diri atau memenuhi keunikan mereka sebagai manusia. Menurut teori ini pula,

terdapat dua tipe belajar yaitu tipe belajar kognitif atau tipe belajar berdasarkan

makna dan tipe belajar eksperiensial atau tipe belajar berdasarkan pengalaman.

Tetapi, secara umum teori ini bersifat elektif sehingga teknik belajar apapun dapat

Page 13: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

13

dialakukan oleh seorang individu agar tujuan belajar dapat tercapai. Hingga saat

ini, terdapat tiga tokoh pelopor teori humanistik yaitu Arthur Combs, Abraham

Maslow, dan Carl Rogers.

4. Teori Sibernetik

Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi (Nursalam dan Ferry

Efendi, 2008). Teori ini lebih mementingkan sistem informasi daripada proses.

Sistem informasi adalah suatu cara tertentu untuk menyediakan informasi yang

dibutuhkan oleh organisasi agar dapat beroperasi secara benar dan menguntungkan

(Teguh Wahyono, 2010). Tokoh yang mengembangkan teori sibernetik adalah

Landa yang berpendapat bahwa ada dua macam proses berpikir, algoritmik (proses

berpikir linier, konvergen, dan lurus menuju ke satu target tertentu), dan heuristik

(cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus), dan Pask dan Scott

yang mengemukakan cara berpikir menyeluruh dan sebagian (Nursalam dan Ferry

Efendi, 2008).

2.2.4 Domain Belajar

2.2.4.1 Domain Belajar Kognitif

Pembelajaran kognitif meliputi semua perilaku intelektual (Potter dan

Perry, 2005). Bloom (1956) menglasifikasikan perilaku kognitif dalam urutan

hierarki. Urutan pertama dalam hierarki adalah pengetahuan. Dengan

menggunakan pengetahuan seseorang akan mendapatkan fakta atau informasi

baru dan dapat diingat kembali. Sebagai contoh, klien belajar tentang obat-

obatan yang diberikan dan dapat menjelaskan tujuan dan kemungkinan efek

sampingnya (Potter dan Perry, 2005).

Urutan kedua dalam hierarki adalah pemahaman. Pemahaman adalah

kemampuan untuk memahami materi yang dipelajari. Contoh, klien mampu

menguraikan secara spesifik bagaimana obat-obat yang baru diberikan untuknya

akan dapat meningkatkan kesehatan fisiknya (Potter dan Perry, 2005). Urutan

ketiga dalam hierarki adalah aplikasi atau penerapan mencakup penggunaan ide-

ide abstrak yang baru dipelajarinya untuk diterapkan dalam situasi yang nyata.

Contoh, klien belajar cara pemberian obat sendiri sesuai dengan jadwal untuk

meminimalkan efek samping (Potter dan Perry, 2005).

Page 14: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

14

Urutan keempat dalam hierarki adalah analisis yang berarti mengaitkan ide

yang satu dengan yang lain dengan cara yang benar. Contoh, klien mampu

mengidentifikasi efek samping yang paling sering dialaminya karena obat

tertentu dan membandingkannya dengan efek samping yang dialami oleh orang

lain (Potter dan Perry, 2005). Urutan kelima dalam hierarki adalah membuat

sintesis yang merupakan kemampuan memahami dari semua informasi yang

diterimanya. Contoh, klien mengalami efek samping dari suatu obat dan dalam

melakukan cara untuk mencegahnya (Potter dan Perry, 2005). Urutan terakhir

dalam hierarki tersebut adalah evaluasi. Evaluasi adalah berupa penilaian oleh

klien terhadap efek yang diterima saat dan setelah melakukan perawatan

(Harkreader, Hogan, dan Thobaben, 2004). Contoh, klien mampu memahami

kebutuhan terhadap informasi lebih lanjut tentang insulin sehubungan dengan

rencananya mengikuti program latihan (Potter dan Perry, 2005).

2.2.4.2Domain afektif

Menurut perry dan potter (2005) pembelajaran afektif berkaitan dengan

ekspresi perasaan dan penerimaan berupa tingkah laku, pendapat dan nilai.

Afektif meujuk pada emosi atau perasaan, pembelajaran ini mengubah

kepercayaan, sikap atau nilai. Menurut Potter dan Perry (2005) Terdapat lima

hierarki dalam domain afektif, yaitu sebagai berikut :

1. Urutan pertama adalah penerimaan yaitu bersedia menerima perkataan orang

lain, menyadari adanya suatu fenomena di lingkungan. Contoh seorang

wanita mendengarkan penjelasan mengenai prosedur operasi payudara

dengan penuh perhatian dan kontak mata.

2. Urutan kedua adalah merespon yaitu memberikan tanggapan melalui

kegiatan mendengarkan dengan bereaksi secara verbal dan non verbal.

Contoh : pasien bertanya mengenai proses terapi yang harus dijalani untuk

mempercepat kesembuhan/ pemulihan.

3. Urutan ketiga adalah penghargaan yaitu memberikan nilai pada suatu objek,

fenomena atau tingkah laku. Contoh: seorang pasien yang sangat

memperhatikan rupa/ tampilan luka operasi sebelum pengangkatan payudara

Page 15: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

15

menolak untuk melihat luka irisan dan memakai pakaian dengan kerah

tertutup.

4. Urutan keempat dalah pengorganisasian yaitu membangun sistem nilai

dengan mengidentifikasi dan mengorganisasi nilai dan mampu

menyelesaikan konflik. Contohnya : pasien amputasi berniat menerima

perubahan yang ada pada dirinya dan berkeinginan untuk tetap berpartisipasi

dalam kehidupan bermasyarakat.

5. Urutan kelima atau terakhir adalah karakterisasi yaitu memiliki nilai yang

konsisten dan menjadi dasar dalam tingkah laku yang menjadi gaya hidup.

Contoh : seorang pasien amputasi tetap menjalani kehidupan normalnya di

masyarakat.

2.2.4.3 Domain psikomotor

Pembelajaran psikomotorik melibatkan penguasaan ketrampilan yang

memerlukan integrasi antara aktivitas mental dan muskular, seperti kemampuan

berjalan atau menggunakan peralatan makan (Potter & Perry, 2005).

Psikomotorik domain (Simpson, 1972) mencakup gerakan fisik, koordinasi, dan

penggunaan keterampilan area motorik. Domain ini memiliki hierarki sebagai

berikut :

1. Urutan pertama persepsi yaitu Kemampuan untuk menggunakan isyarat

sensoris untuk memandu aktivitas motorik. Contoh : memperkirakan dimana

bola akan mendarat setelah dilemparkan dan pindah ke lokasi menangkap

bola.

2. Urutan kedua adalah pengaturan yaitu kesiapan untuk bertindak. Mencakup

pengaturan mental, fisik, dan emosional. Contoh: tahu dan bertindak atas

urutan langkah dalam proses manufaktur/produksi, menunjukkan keinginan

untuk mempelajari proses baru (motivasi).

3. Urutan ketiga adalah respon terkendali tahap awal dalam mempelajari

keterampilan yang kompleks yang mencakup peniruan, trial dan error.

Contoh : merespon sinyal-tangan dari instruktur saat belajar mengoperasikan

forklift.

Page 16: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

16

4. Urutan keempat mekanisme adalah respon belajar telah menjadi kebiasaan

dan gerakan dapat dilakukan dengan sedikit keyakinan dan kemampuan.

Contoh : mengendarai mobil pribadi.

5. Urutan kelima adalah respon jelas yang rumit adalah kinerja terampil dari

tindakan motorik yang melibatkan pola gerakan yang kompleks tanpa ragu

dan otomatis. Contoh : menampilkan kompetensi saat bermain piano.

6. Urutan keenam adalah adaptasi adalah keterampilan yang dikembangkan

dengan baik dan individu dapat memodifikasi pola pergerakan sesuai

persyaratan tertentu. Contoh : memodifikasi instruksi untuk memenuhi

kebutuhan peserta didik.

7. Urutan ketujuh atau terakhir adalah originasi yaitu membuat pola gerakan

baru agar sesuai dengan situasi atau masalah tertentu. Contoh:

mengembangkan program pelatihan baru dan komprehensi

2.2.5 Pengertian Konsep Mengajar

konsep mengajar ialah ide atau pengertian yang berhubungan dengan

mengajar. Konsep tersebut dapat dipandang dari tiga dimensi, yaitu

1. Konsep mengajar sebagai mitos dibangun atas dasar keyakinan awal, namun

dalam perkembangannya tidak senantiasa sejalan dan seirama dengan

semangat yang dibangun oleh mitos mengajar yang bersangkutan. Cole dan

Chan (1994) mengklasifikasikan sejumlah mitos mengajar, yaitu mengajar

sangat tergantung pada derajat personalia orang yang mengajarnya,

penerapan kontrol perilaku siswa, pada dasarnya merupakan ikhtiar kegiatan

belajar mengenai sejumlah keterampilan.

2. Konsep mengajar sebagai subsistem/sistem artinya aktivitas mengajar

merupakan subsistem dari sistem pendidikan dan mengajar tidak bisa

dilepaskan dari sistem pengajaran (instructional system) ataupun sistem

belajar (learning system). Sebagai subsistem pengajaran, mengajar sangat

bergantung pada unsur lain dalam pendidikan, seperti manajemen

pendidikan. Sebagai sistem, mengajar mempunyai komponen-komponen

seperti pengajar, peserta ajar, fasilitas, dan lain-lain.

Page 17: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

17

3. Konsep mengajar sebagai substansi keilmuan merupakan salah satu cara

untuk menyampaikan ilmu (informasi yang bermanfaat) kepada orang lain.

2.2.6 Teori mengajar

Secara umum, ada empat aliran pendidikan (Sukmadinata, 1997). Keempat

aliran itu antara lain;

1. Pada teori pendidikan klasik pendidik berperan sangat dominan menentukan

isi, metode, dan evaluasi. Sedangkan klien berperan secara pasif. Contoh

pada penyuluhan kesehatan dalam jumlah yang besar, promotor cenderung

mendominasi. Teori mengajar pendidikan pribadi lebih menekankan bahwa

pendidik harus memahami peserta didik. Contoh : bimbingan konseling.

2. Teori mengajar teknologi pendidikan berarti bahwa pengembangan

pendidikan dengan memanfaatkan teknologi. Contoh : pemutaran video pada

penyuluhan kesehatan.

3. Teori mengajar interaksional yaitu ada hubungan dua pihak atau lebih

sehingga terjadi interaksi. Contoh : seminar kesehatan interaktif. Teori

mengajar membedakan yaitu pendidik mengajarkan dua fakta atau konsep

yang berbeda. Contoh : perbedaan mencuci tangan dengan sabun dan hand

sanitizer.

4. Teori Mengajar Kognitif mengajarkan klien untuk dapat mengingat,

menerima dan memahami informasi pembelajaran. Contoh : pada promosi

kesehatan, pendidik akan mengajarkan peserta didik untuk mengingat,

menerima dan memahami materi kesehatan yang akan diberikan.

Page 18: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

18

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan atau edukasi dapat disimpulkan sebagai penambahan

pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui proses belajar atau

instruksi dengan tujuan untuk mengangkat fakta dan kondisi nyata dengan

cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self-direction), aktif

dalam memberikan informasi atau ide baru. Edukas i kesehatan untuk klien

merupakan edukasi kesehatayang diberikan oleh seorang petugas kesehatan

kepada klien. Secara lebih lengkap, Wingroot (2005) mengatakan bahwa

edukasi kesehatan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk

mengatur kesehatan mereka dan mengubah perilaku klien.

Edukasi tak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Belajar,

menurut Kozier (2010) merupakan berubahnya kemampuan seseorang

yang terus berlanjut dalam suatu waktu sementara mengajar dapat

disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menularkan ilmu

pengetahuan yang dimiliki kepada orang yang belajar sehingga dapat

menumbuhkan sikap kritis dari para pelajar hingga mengubah sikap pelajar

dan juga agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.

Page 19: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

19

DAFTAR PUSTAKA

- Nursalam, Fery, Efendi. (2007). PendidikanDalamKeperawatan. Jakarta:

SalembaMedika

- Alberto, P. & Troutman, A.c. (2009). Applied behavioral analysis for

teacher 6th ed. Upper Saddler River: Merill Prentice Hall

- Bandono, A. (2011). Perdebatan sekitar teori belajar dalam praktek

pembelajaran. Jurnal.

- Bastable, Susan B.. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip

Pengajaran dan Pemebelajaran. Jakarta: EGC.

- Budiningsih, A, C. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Penerbit Rinika Cipta

- Chowdbury, M.S & college M. (2006). Human behavior in the context of

training: an overview of the role of learningtheories as applied to training

and development. Journal of knowledge management practice, volume 1.

June.

- Craven & Hirnle. (2007). Fundamental of Nursing : Human Health and

Function 5th Edition. Philadelphia : Mosby, Inc

- Fatta, Hanif Al. (2007). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk

Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta:

Andi.

- Harkreader, H., Hogan, M.A., Thobaben, M. (2007). Fundamental of

Nursing : Caring and clinical judgment 3rd Edition. Philadelphia :

Saunders

- Hergenhahn, B.R dan Olson, Matthew H. (2008). Teori Belajar Edisi

Ketujuh. Jakarta: Kencana.

- Joos, Irene, dkk. (2003). Belajar Cepat Komputer: Panduan Untuk Profesi

Kesehatan. Ed 3. Jakarta: EGC.

- Kozier, B. (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik. Jakarta: EGC

- Kozier, Barbara, Erb, Glenora, Berman, Audrey, dan Snyder, Shirlee J.

(2004.) Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice Seventh

Edition. USA: Pearson Education.

Page 20: Makalah Promkes Edukasi Klien dan Teori Belajar Mengajar

20

- Maulana, H.D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

- Nursalam, F.E. (2007). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika

- Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. (terj. dr.

Adrina Ferderika Nggie dan dr. Marina Albar). Buku 1 Edisi 7. Jakarta:

EGC.

- Rankin, H.S. (2001). Patient Education: Principles & Practices.

Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

- Redman, K.B. (2007). The Practice of Patient Education: A Case Study

Approach. New York: Elsevier

- Rooijakkers, A. (1991). Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Grasindo.

- Simamora, Roymond. H. (2009). Buku Ajar Pendidikan Keperawatan.

Jakarta: EGC.

- Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

- Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers

- Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

- Wahyono, Teguh. (2010). Membuat Sendiri Aplikasi dengan Memanfaatkan

Barcode. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

- Wuryani, Sri Esti. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

- http://www.thefreedictionary.com/teaching (diakses pada 6 September

2013 pukul 10.30)

- http://ugcnetonline.svtuition.org/2009/03/definition-of-teaching-and-

its.html (diakses pada 6 September 2013 pukul 10.50)

- http://www.pendidikanekonomi.com/2013/01/inti-teori-belajar-

behavioristik.html (diakses pada 6 September 2013 pukull 11.00)

- http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/163/jiptiain--herionosus-8148-

5-4.babii!.pdf (diakses pada 8 September 2013 pukul 15.11)