MAKALAH PERBANKAN SYARIAH
description
Transcript of MAKALAH PERBANKAN SYARIAH
MAKALAH
“SEJARAH PERBANKAN SYARIAH”
Oleh :
FARIDAH
Semester VI
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
(STIT) MUHAMMADIYAH KOTA BANJAR-JAWA BARAT
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puja dan puji tercurahkan kepada pencipta alam semesta Alloh
SWT, serta kepada pemimpin umat akhir zaman Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan sahabatnya juga para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini berjudul “SEJARAH
PERBANKAN SYARIAH”,.
Serta dengan segala kerendahan hati tanpa mengurasi rasa hormat penulis
sampaikan ucapan penghargaan sebagai rasa terima kasih kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan dorongan baik
materil maupun spiritual.
2. Teman-teman seperjuangan, serta semua pihak yang telah ikut membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis merasa bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu tidak berlebihan jika sekiranya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.
Banjar, Juni 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Makalah ........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A. Pengertian Shalat ....................................................................... 2
B. Gerakan Shalat Bermanfaat untuk Kesehatan Tubuh ............... 2
C. Gerakan Shalat Mengandung Terapi Kesehatan ....................... 8
D. Gerakan Shalat Mengandung Energi ........................................ 10
BAB III PENUTUP ................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menabung merupakan aktifitas yang dilakukan oleh manusia sebagai
upaya untuk menyimpan uangnya agar aman. Zaman dahulu manusia
menabung di bawah bantal, di bawah kasur, ataupun diletakkan di salah satu
sudut bagian rumah. Perkembangan peradaban manusia membawa jalan
pikiran manusia untuk membuat aktivitas menabung berpindah tempat tidak
lagi hanya di lingkungan rumah, namun telah berpindah ke sebuah lembaga
yang di anggap berpotensi untuk menjaga uangnya agar aman. Lembaga
tersebut biasa dikenal oleh masyarakat sekarang ini dengan sebutan BANK.
Awalnya bank hanya berperan sebagai tempat menyimpan uang agar
aman dari pencurian ataupun terjadinya musibah baik alam maupun karena
ulah tangan manusia yang tidak dapat diprediksa kehadirannya.
Sebagai tempat menabung. Bank juga berfungsi sebagai tempat
meminjam untuk modal usaha ataupun untuk memenuhi kebutuhan konsumtif
manusia seperti rumah dan kendaraan bermotor. Bank juga berperan sebagai
tempat investasi masa depan bagi nasabahnya.
Sejak lama masyarakat mengenal bank hanya sebagai sebuah institusi
yang dapat memberikan keuntungan lebih ketika mereka menyimpan uang di
bank, yaitu berupa bunga (interst). Sejak lama masyrakat mengganggap bahwa
bunga bank yang mereka peroleh adalah hal yang wajar dan patut mereka
peroleh manakala mereka menyimpan uangnya di bank. Bahkan, tak jarang
lomba banjir hadiah yang diiming-imingkan kepada nasabah dimaksudkan
sebagai slah satu cara untuk menarik minat masyarakat menjadi nasabah di
bank tersebut.
Sayangnya, tanpa pernah di sadari sebenarnya bunga (interest) bank ini
termasuk praktek kegiatan ekonomi yang biasa dilakukan oleh para rentenir
yang selanjutnya dipraktekkan oleh dunia perbankan dengan lebih profesional.
1
Memperoleh imbalan bunga dengan menyimpankan uangnya di bank
sama saja dengan menggandakan uang tanpa disertai dengan usaha produktif
yang dilkukan dengan jelas dan transparan, padahal sebenarnya dagangan.
Uang dalam tinjauan ajaran islam hanya berfungsi sebagai alat tukar terhadap
aktivitas transaksi yang dilakukan oleh masyrakat. Dalam hal ini masyarakat
tidak lagi harus pusing mimikirkan barang apa yang mereka butuhkan. Dahulu
cara seperti ini biasa dikenal dengan sistim barter.
Saat ini, ada cara lain yang membuat masyarakat tetap bisa merasa
aman menyimpan uangnya dibank, yaitu dengan menikmati bagi hasil dari
uang yang mereka simpan di bank. Bagi hasil tidak sama dengan bunga.
Menabung pada dasarnya membrikan kesempatan pada bank sebagai
lembaga keuangan keungan untuk mengelola uang nasabah dengan baik pada
sektor – sektor usaha yang benar dan jelas. Artinya, nasabah dalam hal ini
berperan sebagai pihak pemilik uang. Sedang bank sebagai pihak peminjam.
Bila diterapkan bunga, maka sejak awal perjanjian, pihak pemilik uang
telah menetapkan seberapa besar pihak peminjam harus mengembalikan
uangnya dengan nilai yang tentu saja menjadi lebih tinggi dari jumlah uang
yang ia pinjamkan. Disinilah letak kdazaliman yang dari jumlah yang ia
pinjam, ataupun sebaliknya bisa terjadi ketimpangan pembagian keuntungan
yang tidak merata antara pihak pemilik dan dengan pihak peminjam.
Berbeda denga sistem bagi hasil yang diterapkan perbankan syariah,
antara pihak pemlik dana (nasabah) dengan pihak yang akan mengelola
uangnya (bank) terdapat adanya kesepakatan berapa bagi hasil yang dijalankan
dan memperoleh keuntungan. Disini, semua pihak yang melakuakan kerja
sama bagi hasil akan memperoleh haknya untuk mendaptkan baginya masing
– masing sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
B. Rumusan Masalah
Kita sudah mendengar mengenai sistem baru dunia perbankan selain
dari perbankan konvensional yakni perbankan syariah. Perbankan syariah
2
adalah perbankan yang berdasarkan pada syariat-syariat islam. Perbankan ini
sudah sangat berkembang di Indonesia dan perbankan di dunia.
Oleh sebab itu penulis dalam makalah ini ingin lebih mengupas
mengenai sistem yang berlaku diperbankan syariah yang disebut sistem bagi
hasil, lalu seperti apa sistem bagi hasil tersebut ?
Penulis juga ingin sedikit menjelaskan mengenai perbedaan dari
beberapa sistem ekonomi dunia yakni sistem ekonomi kapitalis, sistem
ekonomi sosialis, dan sistem ekonomi syariah.
Dalam makalah ini pula penulis ingin lebih mendalami mengenai
produk-produk apa saja yang dihasilkan dari perbankan syariah.
Kemudian penulis juga ingin menjelaskan sedikit gambaran mengenai
perkembangan perbankan syariah di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Landasan teori perbankan syariah adalah Al-Qur’an dan Hadist:
1. JUAL BELI (Perdagangan)
“Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
(QS. Al Baqarah [2] : 275)
“Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil”
(QS. Al.An’am [6] : 165)
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah
dengan neraca yang benar, itulah yang lebih utama dan lebih Baik
akibatnya”
(QS. Al-Isra’ [17] : 35)
2. AS –SALAM (Membeli Tapi Menerima Barang Kemudian)
“Aku bersaksi bahwa As Salaf (As – Salam) yang dipinjam untuk jangka
waktu tertentu benar – benar telah dihalalkan oleh Allah dalam kitabullah
dan beriman, apabila kamu berutang untuk waktu yang ditentukan,
hendaknya menuliskan dengan benar”
(QS. Al – Baqarah [2] : 282)
“Janganlah kamu menjual barang yang tidak ada padamu”
(HR. Ahmad dan Muslim)
3. RIBA
“Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu, kamu
tidak berbuat zalim dan tidak pula dizalimi”
(QS. Al – Baqarah [2] : 279)
“Allah melaknat pemakai riba, yang memberinya, para saksinya , dan
pencatatnya”
(HR. Bukhari dan Muslim)
4
“Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertawakallah kamu kepada Allah supaya kamu
dikasihi”
(QS. Ali Imran [3] : 130)
4. QIRADH (Pinjaman)
“Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah
penangguhan waktu sampai ia mempunyai kelapangan dan
menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui)
(QS. Al-Baqarah [2] : 280)
5. RAHN (GADAI)
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis. Hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang mengutangkan). Akan tetapi jika
sebagian kamu mempercai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercyai itu menunaikan amanat (utang)nya dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah dan Tuhannya’
(QS. Al – Baqarah [2] : 238)
6. QIRADH (PINJAMAN)
“Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah
penangguhan waktu sampai ia mempunyai kelapangan dan
menyedekahkan (sebagai atau semua utang) itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui”
(QS. Al – Baqarah [2] : 280)
7. RAHN (GADAI)
“Janganlah pemegang harta gadai menghalangi hak atas barang gadai
tersebut dari peminjam yang menggadaikan. Peminjam berhak
memperoleh bagiannya dan bila di berkewajiban membayar dendanya”
(HR.Syafi’i,Atsram, dan Daruquthni)
5
8. IJARAH (SEWA BARANG DAN KOMPENSASI JASA)
“Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlangsung suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”
“QS.An-Nisa’ [4] : 29)
9. ARIYAH (PINJAMAN)
“Dan tolong-menolonglah kamu untuk berbuat kebaikan dan takwa dan
janganlah kamu tolong-menolong untuk berbuat dosa dan permusuhan”
(QS. Al-Maaidah [5] : 2)
10. WADIAH (BARANG TITIPAN)
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberikan amanah
kepadamu...”
“Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanahnya dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah, Tuhannya”
“QS. Al-Baqarah [2] : 283)
B. Syariah
1. Sistem Ekonomi Syariah
Ada tiga sistem ekonomi yang ada dimuka bumi ini yaitu kapitalis,
sosialis dan Mix Economic. Sistem ekonomi tersebut merupakan sistem
ekonomi yang berkembang berdasarkan pemikiran barat. Selain itu , tidak
ada diantara sistem ekonomi yang ada secara penuh berhasil diterapkan
dalam perekonomian dibanyak negara. Sistem ekonomi sosialis atau
komando hancur dengan buabrnya Uni Soviet. Dengan hancurnya
komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat
sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang
shahih. Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif
6
dan lebih buruk, karena banyak negara miskin bertambah miskin dan
negara kaya yang jumlahnya relatif sedkit semakin kaya.
Dengan kata lain kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang
banyak terutama di negara – negara berkembang. Bahkan menurut Joseph
E. Stilghtz (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade 90-an karena
keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-
sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem
ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih besar
dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan atau
kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol
ketimbang kelebihannya.
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol dari
pada kebaikan itulah yang menyebabkan muncul pemikiran baru tentang
negara yang mayoritas penduduknya beragama islam yaitu sistem ekonomi
syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim mencoba
untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarakan pada AL-
Quran dan Hadist.
2. Perbandingan Paradigma, Dasar dan Filosofi sistem Ekonomi
Dari penjelasan yang telah diungkapkan di atas menyangkut sistem
ekonomi yang ada, maka ada tiga sistem ekonomi yang utama saat ini,
yang diterapkan oleh negara-negara di muka bumi ini. Tiga sistem sosialis,
sistem kapitalis dan sistem ekonomi syariah. Ke tiga sistem ekonomi
tersebut mempunyai paradigma, dasar dan filosi yang berbeda dan
bertolak belakang satu dengan yang lain.
Untuk sistem ekonomi sosialis, paradigma yang digunakan adalah
Marxis yaitu paradigama yang tidak mengakui pemilikan secara
individual. Semua kegiatan, baik produksi maupun yang lainnya
ditentukan oleh negara dan didistribusikan secara merata menurut
kepenting negara. Dasar yang digunakan dalam ekonomi sosialis yaitu
bahwa, semua anggota masyarkat merupakan satu kesatuan yang
7
mempunyai kesamaan hak, kesamaan tanggung jawab dan kesamaan
lainnya. Dalam sistem ekonomi sosialis ini, semua orang harus sama tidak
boleh ada perbedaan.
Sistem ekonomi kapitalis merupakan sistem ekonomi yang
mempunyai paradigma bahwa, kegiatan ekonomi ditentukan oleh
mekanisme pasar. Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa, semua
orang merupakan mahluk ekonomi yang digunakan adalah bahwa, semua
orang merupakan mahluk ekonomi yang berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya yang tidak terbatas dan akan terus berusaha memenuhinya
sekuat kemampuannya. Individuallisme merupakan filosofi yang
digunakan. Dalam hal ini, semua orang berhak untuk memenuhi
kebutuhannya sebanyak-banyaknya dan berhak atas kekayaan yang
dimiliknya secara penuh. Faktor-faktor produksi dapat dikuasai secara
individu dan digunakan oleh yang bersangkutan sesuai dengan
keinginannya tanpa dibatasi sepanjang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Selanjutnya, sistem ekonomi syariah mempunyai paradigama
bahwa, segala sesuatu yang ada dan kegiatan yang dilakukan harus
didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist atau syariah islam.
Dalam ekonomi syariah, etika agama kuat sekali melandasi
hukum-hukumnya. Etika sebagai ajaran baik-buruk, benar-salah, atau
ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan
ekonomi, bersumber terutama dari ajaran agama. Etika agama islam tidak
mengarah pada kapitalisme maupun sosialisme maupun sosialisme. Jika
Kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan
Sosialisme pada kolektivitasme, maka Islam menekankan empat sifat
sekaligus yaitu:
1. Kesatuan (unit)
2. Keseimbanga (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggung jawab (responsibilty)
8
Sistem ekonomi syariah berbeda dari kapitalisme, sosialisme,
maupun Negara Kesejahteraan (Welfare State). Berbeda dari kapitalisme
karena islam menantang exsploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh
yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. “kecelakaanlah bagi
setiap ... yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung” (Al-Quran
Al-Humazah,2). Orang miskin dalam islam tidak dihujat sebagai
kelompok yang malas dan yang tidak suka menabung atau berinvestasi.
Ajaran islam menjungjung tinggi upaya pemerataan untuk mewujudkan
keadilan sosial, “jangan sampai kekayaan hanya beredar dikalangan orang-
orang kaya saja diantara kamu” (Al-qur’an, Al-Hasyr,7)
Disejajarkan dengan sosialisme, islam berbeda dalam hal
kekuasaan negara, yang dalam Sosialisme sangat kuat dan
menentukan.kebebasan perorangan yang dinilai tinggi dalam islam jelas
bertentangan dengan ajaran sosialisme.
Akhirnya ajaran Ekonomi Kesejahteraan (Welfare State) yang
berada ditengah-tengah antara Kapitalisme dan Sosialisme memang lebih
dekat ke ajaran islam. Bedanya hanyalah bahwa dalam islam etika benar-
benar dijadikan pedoman perilaku ekonomi sedangkan dalam Welfare
State tidak demikian, karena etika Welfare State adalah sekuler yang tidak
mengarahkan pada “integritasi vertikal” antara aspirasi materi dan spiritual
(Naqvi,1951,h80)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam islam
pemenuhan kebutuhan materil dan spiritual benar-benar dijaga
keseimbangannya, dan pengaturan oleh negara, meskipun ada, tidak akan
bersifat otoriter.
Karena etika dijadikan pedoman dalam kegiatan ekonomi, maka
dalam berbisnis juga menggunakan etika islam. Etika bisnis menurut
ajaran islam juga dapat digali langsung dari Al-Quran dan Hadist Nabi.
Misalnya karena adanya larangan riba, maka pemilik modal selalu terlibat
langsung dan bertanggung jawab terhadap jalannya perusahaan miliknya,
bahkan terhadap buruh yang dipekerjakannya. Perusahaan dalam sistem
9
ekonomi syariah adalah perusahaan keluarga bukan perseroan terbatas
yang pemegang sahamnya dapat menyerahkan pengelolaan perusahaan
begitu saja pada Direktur atau manager yang digaji. Memang dalam sistem
yang demikian tidak ada perusahaan yang menjadi sangat besar, seperti di
dunia kapitalis barat, tetapi juga tidak ada perusahaan yang riba-tiba
bangkrut atau dibangkrutkan.
Etika Bisnis Islam menjungjung tinggi semangat saling percaya,
kejujuran, dan keadilan, sedangkan antara pemilik perusahaan dan
karyawan berkembang semangat kekeluargaan (brotherhood). Misalnya
dalam perusahaan yang islam gaji karyawan juga mendapat bonus jika
keuntungan meningkat. Buruh muda yang masih tinggal bersama orang tua
dapat dibayar lebih rendah, sedangkan yang sudah berkeluarga dan punya
anak dapat dibayar lebih tinggi dibanding rekan-rekan yaang muda.
C. Bank Syariah
Bank syariah menerapkan sistem bagi hasil kepada nasabah yang
menabungkan uangnya di bank. Artinya, nasabah tidak akan pernah dapat
menghitung dengan pasti berapa jumlah uangnya yang akan bertambah setiap
bulan bila mereka telah menabung dalam jumlah tertentu. Namun, nasabah
dapat menghitung porsi atau bagian yang menjadi hak mereka dan berapa
porsi atau bagian yang menjadi hak pihak bank syariah.
Perhitungan bagi hasil dihitung secara harian oleh pihak bank syariah,
namun akan diberikan langsung oleh pihak bank melalui rekening nasabah
setiap akhir bulan. Ada juga beberapa bank syariah yang memberikan bagi
hasilnya secara langsung melalui rekening nasabah pada pertengahan bulan.
Nilai bagi hasil yang diperoleh oleh nasabah tidak akan pernah sama
setiap saat meskipun jumlah uang yang mereka miliki di bank tersebut sama.
Mangapa? Karena bagi hasil tergantung pada berapa jumlah uang seluruh
nasabah yang ditabung di bank tersebut dan berapa jumlah uang yang telah
dikelola oleh bank untuk sektor-sektor usaha rill sehingga memberikan
keuntungan bagi pihak bank. Keuntunga inilah yang kemudian dibagi kepada
10
pihak bank sebagai pengelola uang (mudharib) dan nasabah sebagai pemilik
uang (shahibul mal) berdasarkan porsi atau bagian yang telah disepakati
bersama di muka.
1. Produk Perbankan syariah
Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (I)
Produk Penyaluran Dana, (II) Penghimpunan Dana dan (III) Produk yang
berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada nasabahnya.
a. Penyaluran dana
Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu:
1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli.
2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakuakan dengan prinsip sewa.
3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa
yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk
uang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam, dan
istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa yaitu ijiarah.
Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan
dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada
produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang
disepakati dimuka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam
kelompok ini adalah musyarakah dan mudharabah.
1) Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property).
Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian
11
harga atas barang yang dijual. Transaksi jual – beli dibedakan
berdasarkan bentuk pembayarannya
a) Pembiayaan Murabahah
Murtabahah bi tsaman ajil atau lebih dikenal sebagai
murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) yaitu transaksi
jual-beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank
bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah
keuntungan.kedua belah pihak harus menyepakati harga jual
dan jangka waktu pembayarannya.
b) Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan
secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Bank
bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.
Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi
ini kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti. Ketentuan umum salam:
Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya
secara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan
jumlahnya.
Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai
dengan akad maka nasabah (produsen) harus bertanggung
jawab dengan cara antara lain mengembalikan dana yang
telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai
dengan pesanan.
Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau
dipesannya sebagai persedian (inventory), maka
dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam
kepada pihak ketiga (pembeli kedua) seperti bulog,
pedagang pasar induk atau rekanan.ini disebut pasar Salam.
12
c) Istishna
Produk ini menyerupai produk salam, namun dalam istihna
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali
(termin) pembayaran. Skim istihna dalam bank syariah
umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
konstruksi.
2) Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli
objek transaksinya adalah barang, maka pada ijiriah objek
transaksinya adalah jasa.
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang
disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan
syariah dikenal ijiarah muntahhiyah bittmlik (sewa yang diikuti
dengan berpindahnya kepemilikan). Harga jual disepakati pada
awal perjanjian.
3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan prinsip bagi hasil
adalah musyarakah dan mudharabah.
a) Musyrakah
Musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua
pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama
memadukkan seluruh bentuk sumber daya (aset) baik yang
berwujud maupun tidak berwujud (berupa dana, barang
perdagangan [trading asset], kewiraswaataan
[entrepreneurship], kepandaian [skill], kepemilikan [property],
peralatan[equipment], atau intangible asset [seperti hak paten
atau goodwill], kepercayaan/reputasi [credit worthiness] dan
barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
13
ketentuan umum:
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek
musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal
berhak turut serta dalam menentukkan kebijakan usaha yang
dijalankan oleh pelaksana proyek.
b) Mudharabah
Mudhrabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercyakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan.
Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan mudharabah
terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan
keuangan atau salah satu diantara itu dalam mudhrabah modal
hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam musyarakah
modal berasal dari dua pihak atau lebih. Musyarakah dan
Mudharabah dalam literatul fiqih berbentuk perjanjian
kepercayaan (uqud al amanah) yang menuntut tingkat kejujuran
yang tinggi dan menjungjung keadilan.
Ketentuan umum
Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku
pengelola modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang
atau barang yang dinyatakan dalam satuan uang.
Perhitungan dilakukan dengan pendapatan proyek (revenue
sharing) dan perhitungan dari keuntungan proyek (profit
sharing).
Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan akad.
Bank berhak untuk melakukan pengawasan terhadap
pekerjaan namun tidak diperkenankan untuk mencapuri
pekerjaan nasabah.
14
Mudharabah Muqqayadah
Karakteristik mudharabbah muqayadah pada dasarnya sama
dengan spersyaratan diatas. Perbedaannya adalah terletak
pada dasarnya adalah terletak pada adanya pembatasan
penggunaan modal sesuai dengan permintaanpemilik
modal.
4) Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanyaa
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelngkap ini tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk mempermudah
pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta
pengganti biaya – biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan
akad ini. Besarnya pengganti biaya ini sekedar untuk menutupi
biaya yang benar-benar timbul.
a) Hiwalah (Alih Utang – Piutang)
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang.
b) Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan
pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan
pembiayaan. Barang yang digadaikan harus milik sendiri, jelas
ukuran,sifat dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil
pasar,dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh
bank.
c) Qardh
Qardh adalah pinjaman uang.
d) Wakalah
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C,
inkaso dan transfer uang.
15
e) Kafalah (Garansi Bank)
Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk
menjaminpembayaran suatu kewajiban pembayaran.
b. Produk Penghimpunan Bank
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro,
tabuangan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan
dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan
mudharabah.
1) Prinsip Wadiah
Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah yang
diterapkan pada produk rekening giro. Wadiah dhamanah berbeda
dengan wadiah amanah. Dalam wadiah dhamanah, pada prinsipnya
harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi.
Sedangkan dalam hal Wadiah dhamanah, pihak yang dititipi (bank)
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut.
Karena wadiah yang diterapkan dalam produk giro perbankan ini
juga disifati dengan yad dhamanah, maka implikasi hukumnya
sama dengan qardh, dimana nasabah bertindak sebagai yang
meminjamkan uang, dan bank bertindak sebagai yang dipinjami.
Ketentuan umum dari produk ini adalah:
Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak
milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak
dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank
dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai
suatu insentif untuk menarik dana masyarakat namun tidak
boleh diperjanjikan dimuka.
Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya
mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan
lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip
16
syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat
memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.
Terhadap pembukuan rekening ini bank dapat mengenakan
pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya
yang benar-benar terjadi.
Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro
dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
2) Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau
deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank
sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan seperti
yang telah dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut
digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil
usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.
Dalam hal bank menggunakannya untuk melakukan pembiayaan
mudharabah, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian
yang terjadi. Rukun mudharabah terpenuhi sempurna (ada
mudharib – ada pemilik dana, ada usaha yang akan dibagi hasilkan,
ada nisbah, ada ijab kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan
pada produk tabungan berjangka dan deposito berjangka.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan pihak penyimpan dana,
prinsip mudharabah terbagi tiga yaitu:
a) Mudaharabah mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan
deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu:
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasrkan
prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam
menggunakan dana yang dihimpun.
17
b) Mudharabah Muqqayyadah on balance Sheet
Jenis mudharabbah ini merupakan simpanan khusus (restriced
investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat –
syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya
diisyarakatkan digunakan untuk bisnis tertentu atau
diisyarkatkan untuk nasabah tertentu. Perhitungan bagi hasil
Mudharabah Muqqayyadah on balance Sheet adalah seluruh
nasabah kepada bank tanpa ada pembatasan tertentu pada
pelaksana usaha yang dibiayai maupun akad yang digunakan.
Nasabah investor memberikan kebebasan secara mutlak kepada
bank syariah untuk mengatur seluruh aliran dana, termasuk
memutuskan jenis akad dan pelaksana usaha di seluruh sektor.
c) Mudharabah Muqqayyadah off Balance Sheet
Jenis muddarabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah
langusung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak
sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara
pemilik dana dengan pelaksana usaha. Dalam skema ini bank
syariah bertindak sebagai arranger saja. Pencatatan
transaksinya di bank syariah secara off balance sheet. Bagi
hasilnya hanya melibatkan nasabah investor dan pelaksana
usaha saja. Besar bagi hasil tergantung kesepakatan antara
nsabah investor dan pelaksana usaha bank hanya memperoleh
arrengger fee.
3) Akad Pelangkap
Untuk mempermudah pelaksanaan penghimpunan dana. Biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan
untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
18
melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini sekedar untuk
menutupi biaya yang benar-benar timbul.
Wakalah (Perwakilan)
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso dan transfer uang.
2. Jasa Perbankan
Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada
nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa
perbankan tersebut antara lain berupa:
a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)
Pada prinsipnya jual-beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf.
Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini penyerahannya harus
dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan
dari jual beli valuta asing ini.
b. Ijarah (sewa)
Jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan buka tutup
(safe deposit box) dan jasa tata-laksana administrasi dokumen
(custodian). Bank dapat imbalan sewa dari jasa tersebut.
D. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia
Adanya bank syariah di Indonesia dimulai sejak awal tahun 90-an,
tepatnya pada tahun 91 yaitu dengan brdirinya Bank Muamalat Indonesia
(BMI). Setelah diikuti oleh berdirinya Bank Syariah Mandiri (BSM).
Fenomena perbankan syariah di Indonesia merupakan jerih payah perjuangan
para penggagas adanya kelembagaan ekonomi keuangan dalam islam karena
dengan adanya bank syariah, umat islam Indonesia daapat tertolong dalam
bertransksi yang sesuai dengan syar’i dan memberikan rasa ketenangan dihati
umat islam Indonesia.
19
Perkembangan industri perbankan syariah dalam tahun2004 masih
dilandasi dengan tingkat ekspansi yang tinggi yang menunjukkan adanya
demand terhadap jasa perbankan syariah yang tinggi yang telah di perkirakan
dalam berbagai kajian yang dilakukan.
Perkembangan tersebut didukung pula oleh kondisi moneter dan
kebijakan perbankan yang kondusif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan yang
signifikan pada sejumlah indikator seperti jumlah bank dan jaringan kantor
dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan.
Secara institusional , dalam tahun 2004 jumlah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah meningkat menjadi
3 bank umum syariah, 15 unit usaha syariah (UUS) dari bank umum
konvesional (Bank Tugu) menjadi bank Umum Syariah yaitu Bank Syariah
Mega Indonesia dibukanya 7 UUS dari bank umum konvensional khususnya
bank-bank pembangunan daerah yaitu Bank DKI, BPD Riau, Bank Niaga,
BPD KALSEL, BPD Sumut, BPD Aceh dan Bank Permata. Ijin operasional
juga telah diberikan kepada 5 BPRS (satu konversi) yaitu BPRS Situbondo,
BPRS Tenggamus, BPRS Buana Mitra Perwira, BPRS Artha Surya barokah
dan BPRS Bhakti Sumekar. Meski demikan terhadap satu BPRS yang dicabut
ijin usahanya yaitu BPRS Dharma Amanah.
Disamping peningkatan jumlah bank syariah yang beroerasi, jaringan
kantor bank syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifiakan.
Selama periode laporan jumlah kantor bank syariah (termasuk kantor kas dan
kantor cabang pembantu) bertambah 96 kantor dari jumlah 337 kantor pada
tahun2003 menjadi 443 kantor pada akhir tahun 2004 pertumbuhan jumlah
dan jaringan kantor bank syariah tersebut dismping sejalan dengan hasil
penelitian bank Indonesia mengenai potensi penegembangan perbankan
syariahtersebut disamping sejalan dengan hasil penelitian bank Indonesia
mengenai potensi perkembangan perbankan syariah disejumlah daerah , juga
tidak terlepas dari kebijjakan bank Indonesia yang mendukung perluasan
jaringan kantor bank syariah khusunya diluar wilayah ibu kota Provinsi.
Dengan demikian jaringan perbankan syariah kini telah hadir dihampir
sebagian besar provinsi.
20
BAB III
PENUTUP
Setelah mempelajari lebih dalam mengenai sistem bagi hasil perbankan
syariah maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi.
Besarnya nisbah (rasio) bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang
diperoleh.
Bagi hasil yang diberikan tergantung kepada kinerja usaha. Jumlah pembagian
bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan bank
syariah yang bersangkutan.
Tidak ada agama yang meragukan keabsahan bagi hasil.
Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek
itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama
oleh kedua belah pihak.
Kemudian ciri-ciri perbankan syariah adalah:
Bisa menjadikan uang sebagai alat tukar bukan komoditi yang
diperdagangkan.
Bank syariah menggunakan cara bagi hasil dari keuntungan jasa atas transaksi
Rill bukan sistem bunga sebagai imbalan terhadap pemilik uang yang
besarnya ditetapkan dimuka.
Resiko usaha akan dihadapi bersama antara nasabah dengan bank syariah dan
tidak mengenal selisih negatif (negative spread).
Pada bank syariah (DPS) sebagai pengawas kegiatan operasional bank syariah
agar tidak menyimpang dan nilai-nilai syariah.
Prospek perkembangan perbankan syariah menerut penulis kedepan akan
baik sekali selama sistem bagi hasil dan syariat-syariat islam ditegakkan dengan
benar, adil, dan jujur karena sistem perbankan syariah yang memang tidak
memberatkan antara kedua pihak dan sistem bagi hasil ini memang lebih baik dari
pada sistem bunga.
DAFTAR PUSTAKA
21
Buku digital
PKES- Pusat Ekonomi Syariah
22