Makalah Kdb Kedokteran Gigi

23
MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN KAIDAH DASAR BIOETIKA KASUS KEDOKTERAN GIGI KELOMPOK FKG Dhia Safira (1406528226) Jannatul Firdaus (1406528604) Karen Pungki (1406528415) Nabilah Hanifah M (1406599765) Saly Salim Alatas (1406572523) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI 1 | Page

description

etika hukum

Transcript of Makalah Kdb Kedokteran Gigi

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATANKAIDAH DASAR BIOETIKAKASUS KEDOKTERAN GIGI

KELOMPOK FKG

Dhia Safira (1406528226)Jannatul Firdaus (1406528604)Karen Pungki (1406528415)Nabilah Hanifah M (1406599765)Saly Salim Alatas (1406572523)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS INDONESIADEPOK2015

ABSTRAK

Bioetika membahas tentang masalah-masalahyang timbul dalambidangkesehatan.Bidang ini selalu memilikistandaretika.Dalam bioetika terdapat empat prinsip yang mengatur kinerjaprinsipseorang profesi.Prinsipbioetikayang berbicaratentang masalahdanaturan dalampraktek profesi, yaituBeneficence, Non-Maleficence, AutonomydanJustice.Initidak hanya melibatkan tenaga kesehatan, tapi juga termasukpasien.Setiapprinsip tersebut memiliki perannyamasing masing, yangditentukan olehprima faciepasien.

Key words:Bioethics, Beneficence, Non-Maleficence, Autonomy, Justice

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Etika Hukum dalam Bidang Kesehatan dengan menganalisis kasus pemicu kedokteran gigi. Adapun makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Hukum dalam Bidang Kesehatan, Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. Dalam makalah ini kami mencoba menguraikan dan memberikan penjelasan mengenai Kaidah Dasar Bioetik (KDB) dan pengaplikasiannya dalam kasus di bidang kedokteran gigi. Pada kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada fasilitator Etika Hukum 3 yakni Dr. drg. Mia Damiyanti, M.Pd serta pihak - pihak yang telah banyak membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran-saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Depok, 07 April 2015 Hormat kami

Penulis

DAFTAR ISI

Abstrak2Kata Pengantar3Daftar Isi4BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang5B. Tujuan Penulisan5C. Metode Penulisan5D. Sistematika Penulisan5BAB II KAIDAH DASAR BIOETIKAPrinsip-prinsip dasar bioetika7Kasus7Analisis Kasus9BAB IV PENUTUPA. Kesimpulan15B. Saran15RUJUKAN15

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam menjalankan profesinya terkadang membuat kesalahan karena manusia merupakan makhluk tidak sempurna di mana mereka dibekali dengan akal dan perasaan. Setiap manusia yang sehat secara rohani pasti memiliki sikap moral dalam menghadapi keadaan-keadaan yang menyertai perjalanan hidupnya. Sikap moral ini ada yang hadir begitu saja tanpa harus disertai pergulatan atas pilihan-pilihan dilematis,namun ada pula sikap moral yang perlu direnungkan secara mendalam sebelum ditetapkan menjadi keputusan. Sikap moral itulah yang pada umumnya dijadikan pedoman bagi manusia ketika mengambil suatu tindakan. Renungan terhadap moralitas tersebut merupakan pekerjaan etika.Setiap manusia siapapun dan apanpun profesinya membutuhkan perenungan-perenungan atas moralitas yang terkait dengan profesinya. Dalam konteks inilah lalu timbul suatu cabang etika yang disebut etika profesi. Salah satu permasalahan yang tak kunjung reda di Indonesia adalah masalah penegakan hukum yang masih di anggap jauh dari kata adil. Untuk itu akan membahas mengenaik etika hukum yang diharapkan dapat memberikan manfaat.agar hukum di Indonesia berjalan selaras dengan etika hukum yang mendasarinya sehingga dapat diatur dan terkendali.

B. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui, memahami dan mempu menganalisi kaidah dasar bioetika, seperti beneficence, non-maleficence, autonomydanjustice.dalam dunia kerja medis yang sesungguhnya terutama pada Kedokteran Gigi.

C. Metode Penulisan

Metode penulisan yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah telusur pustaka yaitu mengadakan tinjauan keperpustakaan guna memperoleh bahan yang berhubungan dengan judul makalah ini. Kami juga menggunakan internet sebagai sarana pengkayaan materi.

D. Sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Tujuan PenulisanC. Metode PenulisanD. Sistematika PenulisanBAB II KAIDAH DASAR BIOETIKAPrinsip-prinsip dasar bioetikaKasusAnalisis KasusBAB III PENUTUPA. KesimpulanB. SaranRUJUKAN

BAB IIKAIDAH DASAR BIOETIKA PADA KASUS KEDOKTERAN GIGI

Prinsip-prinsip Dasar BioetikaPrinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik. Prinsip-prinsip itu harus dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya atau yang disebut spesifik. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan Prima Facie. Konsil tenaga kesehatan Indonesia dengan mengadopsi prinsip etika tenaga kesehatan barat, menetapkan bahwa praktek tenaga kesehatan Indonesia mengacu kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar bioetika, antara lain: Beneficence Non-malficence Justice Autonomy

KasusPretty ingin cantik...Pretty, seorang pelajar SMA merasa kecantikannya berkurang karena giginya yang tidak rapih. Suatu hari ia datang ke klinik gigi di Rumah Sakit (RS) di kota Depok dengan ditemani oleh ayahnya. Mereka menunggu giliran dipanggil oleh bu dokter gigi (drg Jelita). Setelah menunggu cukup lama akhirnya mereka dapat bertemu dengan drg. Jelita, seorang dokter gigi umum. Pretty menginformasikan keluhannya mengenai adanya gigi gingsul di rahang atasnya dan menginginkan untuk dilakukan pemasangan kawat gigi agar tampak lebih rapi. Konsultasi dan tanya jawab berlangsung cukup lama, termasuk mengenai biaya perawatan yang dirasa oleh Pretty dan ayahnya cukup mahal. Akhirnya, setelah melalui beberapa pertimbangan, Pretty setuju agar perawatan dimulai pada hari itu juga. Setelah Pretty menyatakan setuju lalu dilakukan pencetakan gigi sebagai persiapan pemasangan kawat gigi pada rahang atas dan bawah. Drg. Jelita tidak melakukan pemeriksaan lain seperti radiologi ataupun menjelaskan kemungkinan yang dirasakan pasien setelah pemasangan kawat gigi, dan bagaimana melakukan perawatan kebersihan gigi dan mulut selama memakai kawat gigi. Pretty hanya diinstruksikan untuk kontrol kawat gigi setiap dua minggu sekali.Perawatan telah berjalan selama dua tahun, namun Pretty merasa giginya belum rapi. Ketika ditanyakan mengenai hal tersebut, drg. Jelita mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena kasus Pretty termasuk kasus parah dan dia jarang sekali datang untuk kontrol. drg. Jelita meminta Pretty untuk melakukan pemeriksaan radiologi karena terdapat gigi yang terindikasi untuk dicabut terkait dengan perawatan kawat giginya. Dari hasil pemeriksaan gigi yang disarankan untuk dilakukan pencabutan ada empat buah, namun Pretty sebenarnya khawatir apabila dilakukan pencabutan sebanyak itu. Pretty melakukan negosiasi, dan tetap minta yang dicabut jangan 4 gigi. Akhirnya gigi yang akan dilakukan pencabutan hanya tiga buah. Setelah dilakukan pencabutan gigi, untuk perawatan lanjutan drg. Jelita menawarkan Pretty untuk melakukan kontrol di praktik pribadinya saja dengan alasan lebih ekonomis dibandingkan biaya di RS. Pretty setuju dengan hal tersebut dan melakukan kontrol selanjutnya di praktik pribadi drg. Jelita. Namun selama perawatan ini, Pretty menyimpan keraguan terhadap drg. Jelita, karena seringkali dia diinstruksikan melakukan pemeriksaan radiologi ulang dengan alasan dokumennya hilang. Jika dia bertanya pada drg. Jelita tentang prosedur pemasangan karet yang berbeda-beda setiap kali kontrol, drg. Jelita cenderung gugup untuk memberikan penjelasan. Suatu kali dia juga pernah ditanya oleh drg. Jelita mengenai berapa jumlah gigi yang sudah dicabut, bukankah hal itu seharusnya ada catatannya? Pretty semakin ragu...Perawatan akhirnya memasuki tahun ketiga, Pretty merasa kecewa dengan hasil perawatan giginya. Suatu hari ia melakukan diskusi dengan temannya yang juga memakai kawat gigi. Pretty akhirnya baru tahu bahwa sebetulnya ada dokter gigi ahli yang memang khusus melakukan perawatan gigi untuk kasus-kasus seperti dirinya, yaitu spesialis Ortodonti (Sp. Ort). Pretty lalu memutuskan untuk pindah perawatan ke drg. Ayu, Sp. Ort. sebagaimana direkomendasikan temannya tersebut. Setelah pertemuan pertama dengan drg. Ayu, dia diminta untuk meminta surat pengantar perpindahan perawatan dari dokter gigi yang merawat sebelumnya. Pretty kemudian meminta surat pengantar pada drg. Jelita, namun beliau bersikeras tidak akan memberikan surat pengantar apapun kepada pasien karena dalam dunia kedokteran gigi tidak ada istilah surat pengantar. Menurut drg. Jelita, jika seorang pasien ingin pindah perawatan, pasien dipersilakan langsung pindah dan segala risiko ditanggung pasien.Singkat cerita, proses pindah perawatan akhirnya dilakukan tanpa surat pengantar. Pretty diminta oleh drg. Ayu untuk melakukan perawatan dari awal dan sebelumnya dilakukan pemeriksaan radiologi ( foto panoramik dan sefalometri). Dari pemeriksaan tersebut, ditemukan gambaran dua gigi terpendam yang seharusnya dicabut sehingga tidak menghambat proses perawatan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan perawatan ulang, drg. Ayu kemudian merujuk (menkonsultasikan) Pretty kepada drg. Anto, seorang spesialis Bedah Mulut (Sp. BM), untuk dilakukan operasi pengambilan dua gigi yang terpendam. Setelah itu drg Ayu mulai melakukan perawatan ulang pada Pretty. Setelah beberapa waktu, Pretty merasa puas melihat perubahan pada giginya. Gambaran cantik yang ia inginkan semakin mendekati kenyataan. Pretty semakin percaya diri untuk tersenyum.

*) Berdasarkan kejadian nyata, dengan pengembangan cerita dan perubahan nama tokoh, tempat dan peristiwa.

Analisis Kasus

Paragraf 1NOKALIMATKATEGORIALASAN

1Pretty menginformasikan keluhannya mengenai adanya gigi gingsul di rahang atasnya dan menginginkan untuk dilakukan pemasangan kawat gigi agar tampak lebih rapiAUTONOMI Menghargai hak menentukan nasib sendiri Berterus terang

Pretty sudah memutuskan (dari dirinya sendiri) untuk tampil lebih percaya diri dengan menggunakan kawat dan menceritakan hal tersebut kepada drg. Jelita

JUSTICE Menghargai hak orang lain Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability, quality)Kewenangan Pretty untuk melakukan perawatan estetis karena merasa sehat

2Konsultasi dan tanya jawab berlangsung cukup lama, termasuk mengenai biaya perawatan yang dirasa oleh Pretty dan ayahnya cukup mahal. Akhirnya, setelah melalui beberapa pertimbangan, Pretty setuju Konsultasi dan tanya jawab berlangsung cukup lama, termasuk mengenai biaya perawatan yang dirasa oleh Pretty dan ayahnya cukup mahal Pretty setujuAUTONOMI Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien

Pretty dan ayahnya setelah melakukan konsultasi menimbang-nimbang mengenai masalah biaya, drg. Jelita tidak menyarankan (mengintervensi) bagaimana Pretty dan ayahnya seharusnya mengambil keputusan

JUSTICEMeminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya

BENEFICENCE Menghargai hak pasien secara keseluruhan Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasienDrg. Jelita melakukan tindakan tanpa melakukan intervensi terhadap Pretty dan keputusannya (khususnya masalah biaya) dan mengusahakan agar sesuai dengan keinginan Pretty

AUTONOMISabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensiKasus pemasangan kawat ini bersifat tidak mendesak (non-emergensi) yang mengharuskan melakukan tindakan langsung di tempat

3Drg. Jelita tidak melakukan pemeriksaan lain seperti radiologi ataupun menjelaskan kemungkinan yang dirasakan pasien setelah pemasangan kawat gigi, dan bagaimana melakukan perawatan kebersihan gigi dan mulut selama memakai kawat gigi hanya diinstruksikan untuk kontrol kawat gigi setiap dua minggu sekali.JUSTICEMeminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannyaDrg. Jelita menjelaskan apa saja yang harus dilakukan Pretty dalam menjalankan masa perawatan

BENEFICENCEMengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)Melakukan perawatan sesuai kehendak Pretty setelah diambil keputusan

NON MALEFICIENCE (x)Tidak memandang pasien hanya sebagai objekDrg. Jelita tidak memberikan approach dari sisi psikologis dan hanya sekedar memberikan instruksi

NON MALEFICIENCE (x)Mencegah pasien dari bahayaDrg. Jelita tidak melakukan pemeriksaan radiologi dimana seharusnya dalam perawatan ortodonti dilakukan pemeriksaan radiologi untuk melihat gigi yang mungkin belum erupsi

BENEFICENCE (X)Minimaslisasi akibat buruk

Paragraf 2SubjekPernyataan Kategori Alasan

Dokter GigiSelama dua tahun, namun Pretty merasa giginya belum rapiMelanggar Kode etik kedokteran gigi pasal 11 ayat 1 (Dalam memberikan pelayanan dokter gigi di Indonesia wajib bertindak efisien, efektif dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan pasien.) Melanggar prinsip Non- malaficence (tindakan kedokteran tadi terbukti efektif) Melangggar prinsip beneficence (Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter)Dalam kurun waktu 2 tahun bukanlah waktu yang sedikit. Seharusnya 2 tahun telah menjalani perawatan pastinya sudah ada perubahan kearah yang lebih baik. Dengan akibat yang terjadi menandakan tindakan yang dijalani dokter gigi tersebut tidak efektif dan merugikan pasien karena memperlambat waktu perawatan yang merugikan pasien tersebut dan akan menguntungkan dokter.

Dokter GigiPretty melakukan negosiasi, dan tetap minta yang dicabut jangan 4 gigi. Akhirnya gigi yang akan dilakukan pencabutan hanya tiga buah( ternyata bukan gigi tersebut yang harus dicabut sehingga pasien harus dicabut 5 gigi pada akhirnya)Sesuai kode etik kedokteran gigi pasal 10 ayat 2 (Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien bila menolak perawatan dan pengobatan yang diusulkan dan dapat mempersilahkan pasien untuk mencari pendapat dari profesional lain (second opinion) Sesuai prinsip Autonomi (Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien) Melanggar prinsip non malaficence (Tidak memandang pasien sebagai objek) Melanggar prinsip beneficence Minimalisasi akibat buruk) Melanggar justice (tidak melakukan penyalahgunaan)Pasien memilih untuk tidak mencabut 4 giginya, dan dokter gig tersebut telah memenuhi prinsip autonomi karena ia menuruti pilihan pasien tersebut dan tidak menghalangi atau mengintervensinya. Tetapi ternyata gigi tersebut salah sehingga dokter gigi tersebut telah melakukan penyalahgunaan dan tindakan yang dilakukan telah berakibat buruk sehingga pencabutan gigi yang cukup banyak tanpa dasar yang jelas telah membuktikan bahwa dokter memandang pasien sebagai objek yang bisa dimanfaatkan.

Dokter Gigiseringkali dia diinstruksikan melakukan pemeriksaan radiologi ulang dengan alasan dokumennya hilang Justce (Tidak melakukan penyalahgunaan) Beneficence (Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya Justice (Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat Beneficence (Minimalisasi akibat buruk Non malaficence (Mencegah pasien dari bahaya) Non maleficence(Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian)Pemeriksaan radiologi yang dilakukan secara berulang dengan alasan dokumen hilang merupakan alasan yang tidak tepat dan sudah melakukan penyalahgunaan karena kelalaian dokter tersebut. Pemeriksaan radiografi mengunakan radiasi dengan dosis tertentu dimana jika melebihi dosis akan berpotensi untuk bersifat karsinogenik sehingga dapat membahayakan pasien dan tidak seimbang antara kerugian yang berpotensi terjadi dengan manfaatnya. Pemeriksaan berulang juga menambah biaya yang harus dibayar pasien dengan alasan yang tidak tepat(dokumen yag hilang) sehingga menambah beban pasien.

Dokter Gigidrg. Jelita cenderung gugup untuk memberikan penjelasan Melanggar prinsip beneficence (Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan dan Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien)Permintaan pasien untuk diberi penjelasan sudah merupakan hak pasien dan sudah merupakan kewajiban dokter untuk menjawab pertanyaan pasien tersebut, dengan jawaban yang kura memuaskan dari dokter gigi tersebut telah membuat pasien ragu dan kecewa.

Dokter Gigidrg. Jelita mengenai berapa jumlah gigi yang sudah dicabut, bukankah hal itu seharusnya ada catatannya? Pretty semakin ragu... Melanggar prinsip justice (tidak melakukan penyalahgunaan) Melanggar prinsip beneficence(Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan)Tidak mencatat segala tindakan yang dilakukan merupakan kesalahan besar bagi seorang dokter gigi sehingga ia telah melakukan penyalahgunaan, dan dengan tindakan ini akan menambah ketidakpuasan pasien mengenai kinerja sang dokter gigi.

Dokter GigiNamun selama perawatan ini, Pretty menyimpan keraguan terhadap drg. Jelita, Beneficence (Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan)Dari pernyataan tersebut menunjukan selama perawatan pasien telah menyimpan keraguan terhadap dokter, dengan adanya keraguan ini menunjukan bahwa selama perawatan yang dilakukan pasien tidak puas dan dihantui rasa cemas terhadap kinerja dokter gigi tersebut.

Paragraf 3SubjekPernyataanKategoriAlasan

drg. JelitaPretty lalu memutuskan untuk pindah perawatan ke drg. Ayu, Sp. Ort.AUTONOMIDengan tidak memaksa Pretty untuk tetap menjadi pasiennya, berarti drg. Jelita telah menerapkan autonomi karena menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien, dan membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

drg. AyuSetelah pertemuan pertama dengan drg. Ayu, dia diminta untuk meminta surat pengantar perpindahan perawatan dari dokter gigi yang merawat sebelumnyaJUSTICEDalam pernyataan ini terlihat bahwa drg. Ayu menghargai drg. Jelita sebagai dokter yang merawat Pretty sebelumnya. Ia memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama, mencegah salah paham.

drg. Jelita

namun beliau bersikeras tidak akan memberikan surat pengantar apapun kepada pasien karena dalam dunia kedokteran gigi tidak ada istilah surat pengantar.-melanggar JUSTICE-melanggar AUTONOMI- Tidak memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien. Padahal di sini posisi Pretty membutuhkan surat pengantar itu agar bisa pindah perawatan ke drg. Ayu- Menghalangi autonomi pasien dengan secara tidak langsung menghalangi pasien menentukan nasibnya untuk melanjutkan perawatan di dokter gigi spesialiis

drg. JelitaMenurut drg. Jelita, jika seorang pasien ingin pindah perawatan, pasien dipersilakan langsung pindah dan segala risiko ditanggung pasien-melanggar AUTONOMIdrg. Jelita dapat dianggap mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif) dengan tidak memberikann alasan yang jelas

Paragraf 4SubjekPernyataanKategoriAlasan

PrettyPretty lalu memutuskan untuk pindah perawatan ke drg. Ayu, Sp. Ort. sebagaimana direkomendasikan temannya tersebut

AutonomySesuai dengan poin menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien, karena Pretty menentukan nasibnya sendiri untuk pindah perawatan

drg. JelitaPretty kemudian meminta surat pengantar pada drg. Jelita, namun beliau bersikeras tidak akan memberikan surat pengantar apapun kepada pasien karena dalam dunia kedokteran gigi tidak ada istilah surat pengantar. Menurut drg. Jelita, jika seorang pasien ingin pindah perawatan, pasien dipersilakan langsung pindah dan segala risiko ditanggung pasien. Autonomy

Beneficence

JusticeMelanggar poin-poin Berterus terang, Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan, Menghargai hak hukum pasien, dan Menghargai hak orang lain, karena seharusnya pasien memiliki hak untuk mendapatkan surat pengantar apabila akan melakukan perpindahan perawatan. Namun drg. Jelita tidak menyatakan yang sebenarnya.

drg. AyuOleh karena itu, sebelum dilakukan perawatan ulang, drg. Ayu kemudian merujuk (menkonsultasikan) Pretty kepada drg. Anto, seorang spesialis Bedah Mulut (Sp. BM), untuk dilakukan operasi pengambilan dua gigi yang terpendam

BeneficenceSesuai dengan poin Mengusahakan agar kebaikan / manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannyadan Minimalisasi akibat buruk, karena pasien akan mendapatkan hasil yang lebih baik serta menurunnya kemungkinan akibat buruk apabila operasi dilakukan oleh yang lebih ahli (drg. spesialis).

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam menghadapi segala kesulitan yang terjadi dalam ruang lingkup Kedokteran Gigi, seorang dokter gigi harus memiliki profesionalitas yang baik dalam menangani pasien dan memiliki pengetahuan yang luas mengenai bidang Kedokteran Gigi.Adanya prinsip-prinsip etika dalam kesehatan terutama dalam bidang Kedokteran Gigi membuat kita untuk tidak memandang klien atau pasien yang akan kita hadapi dengan hanya melihat kedudukan, latar belakang, fisik, budaya, bahasa, maupun yang lainnya.Seharusnya sebagai tenaga kesehatan kita harus dapat menjalani dan mematuhi prinsip etika hukum dalam bidang kesehatan yang berlaku dalam situasi apapun. Walaupun kita dalam keadaan lemah dan lelah karena menghadapi banyak pasien atau klien, kita tetap harus menaati prinsip etika kesehatan yang berlaku.

B. Saran

Dalam menghadapi perkembangan zaman, kita perlu memahami setiap lapisan masyarakat yang ada dibelahan dunia. Kita seharusnya sebagai tenaga kesehatan tidak membeda-bedakan masyarakat satu dengan yang lainnya hanya karena kedudukan tetapi kita memerhatikan seseorang dari kebutuhan pribadi yang paling mendesak dan apabila ditunda dapat menyebabkan kesehatan masyarakat terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kita perlu memerhatikan kesehatan dan menerapkan prinsip etika dalam kesehatan.

RUJUKAN : Childress J.F. Beauschamp T.L.. 1994.Principle of Biomedical Ethics, Fourth Edition. New York : oxford University Press. p. Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum dan Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC. BRP Etika dan Hukum RIK-UI, 2015. Pemicu Kasus Kedokteran Gigi Pretty ingin Cantik

1 | Page