Makalah Inflamasi

23
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang reaksi inflamasi. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari  bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. ntuk itu kami  berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang. Akhir kata, kami mengu!apkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memb antu hingga terselesainy a makalah ini sem"ga segala upaya yang telah di!urahk an mendapat berkah dari Allah SWT. Amin. Sukabumi, #$ April %&#' (el"mp"k $ 1

description

Stikes Kota Sukabumi (S1 Keperawatan).

Transcript of Makalah Inflamasi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang reaksi inflamasi.

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.

Sukabumi, 15 April 2014

Kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....1

DAFTAR ISI..2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...3

1.2 Rumusan Masalah......41.3 Tujuan........4

1.4 Manfaat......4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gambaran mikrokopis peradangan ......5

2.2 Aspek cairan dan seluler peradangan..........102.3 Jenis dan fungsi leukosit.........................122.4 Bentuk peradangan ........................................132.5 Reaksi peradangan......................................142.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi peradangan dan penyembuhan....15BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......173.2 Saran........17DAFTAR PUSTAKA.......18BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada suatu kecenderungan alamiah yang menganggap peradangan sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, karena peradangan dapat menyebabkan keadaan yang menggelisahkan. Tetapi peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, yang hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang, penghancuran jaringan nekrosis, dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan.

Sifat menguntungkan dari reaksi peradangan secara drmatis diperlihatkan dengan apa yang terjadi jika penderita tidak dapat menimbulkan reaksi peradangan yang dibutuhkan. Misalnya, jika diperlukan memberikan dosis tinggiobat-obatan yang mempunyai efek samping yang menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini,ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat, penyabaran yang cepat atau infeksi yang mematikan, yang disebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya.

Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang terkoodinasi dengan baik yang dinamis dan kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi peradangan, maka jaringan harus hidup dan khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas, maka reaksi jaringan tidak ditemukan ditengah jaringan, tetapi pada tepinya, yaitu antara jaringan mati dan jaringan hidupdengan sirkulasi yang utuh. Juga jika cidera yang langsung mematikan hospes, maka tidak ada petunjuk adanya reaksi peradangan, karena untuk timbulnya reaksi peradangan diperlukan waktu.

Sebab-sebab peradangan banyak sekali dan beraneka ragam, dan penting sekali untuk diketahui bahwa peradangan dan infeksi itu tidak bersinonim. Dengan demikian, maka infeksi (adanya mikrooganisme hidup dalam jaringan) hanya merupakan salah satu penyebab dari peradangan. Peradangan dapat terjadi denagan mudah steril sempurna, seperti waktu sebagian jaringan mati karena hilangnya suplai darah. Karena banyaknya keadaan yang mengakibatkan peradangan, maka pemahaman proses ini merupakan dasar bagi ilmu biologi dan kesehatan. Tanpa memahami proses ini, orang tidak dapat memahami prinsip-prinsip penyakit manular, pembedahan, penyembuhan luka, dan respon terhadap berbagai trauma atau prinsip-prinsip bagaimana tubuh menanggulangi bencana kematian jaringan, sperti stroke, serangan jantung dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran mikrokopis peradangan ?

Bagaimana aspek cairan dan seluler peradangan ?

Apa jenis dan fungsi leukosit ?

Bagaimana bentuk peradangan ?

Seperti apa reaksi peradangan ?

Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi peradangan dan penyembuhan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:1. Mampu mendefinisikan gambaran mikrokopis peradangan. 2. Mampu mendeskripsikan aspek cairan dan seluler peradangan.3. Mampu mendeskripsikan jenis dan fungsi leukosit.4. Mampu mendeskripsikan bentuk peradangan.5. Mampu mendeskripsikan reaksi peradangan.6. Mampu mendeskripsikan Faktor-faktor yang mempengaruhi peradangan dan penyembuhan..

1.4 Manfaat

Makalah ini di buat oleh kami agar kami dapat memahami semua hal yang berkaitan dengan reaksi peradangan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran mikrokopis peradangan.Radang(bahasa Inggris:inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama system kekebalan terhadapinfeksidan iritasi.Menurut Kamus Kedokteran Dorland:

Radang ialah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu.Menurut Katzung (2002):

Radang ialah suatu proses yang dinamis dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau injury (jejas) yang dilakukan terutama oleh pembuluh darah (vaskuler) dan jaringan ikat (connective tissue). Jenis-jenis Radang Radang AkutRadang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera. Radang KronisRadang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang (berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan.Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul radang akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang akut menjadi radang kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan agen penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses primer. Sering penyebab jejas memiliki toksisitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan radang akut. Terdapat 3 kelompok besar yang menjadi penyebabnya, yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti basil tuberkel,Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan bahan yang tidak dapat hancur (misalnya silika), penyakit autoimun. Bila suatu radang berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena banyak kebergantungan respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu tidak banyak artinya. Pembedaan antara radang akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola morfologi reaksi. Radang Kronis Eksaserbasi AkutRadang kronis eksaserbasi akut adalah radang yang merupakan peningkatan keparahan dari suatu gejala penyakit. Tanda-tanda klinis radang akut kembali timbul pada radang ini, seperti rubor, kalor, tumor, dolor, functio laesa.

Tanda-tanda RadangReaksi tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut: Rubor : Warna merahRubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Kalor : PanasKalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak dari pada ke daerah normal.

Tumor : PembengkakanPembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang. Dolor : Rasa nyeriPerubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang. Functiolaesa : Gangguan fungsiBerdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.

Gejala

Radang kadang-kadang dapat menimbulkan gejala systemic misalnya :

Fever/Demam

Yang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal dari neutrofil dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali suhu tubuh yang ada dihypothalamus, disebabkan :

- bacteriamia

- efek prostaglandin E 2

- karena lepasnya endotoksin bakteri yang disebut interleukin-1 ( IL-1)

Perubahan hematologis.

Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan mempengaruhi proses maturasi dan pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang mengakibatkan kenaikan suatu jenis leukosit, kenaikan ini disebut leukositosis. Perubahan protein darah tertentu juga terjadi bersamaan dengan perubahan apa yang dinamakan laju endap darah.

Gejala konstitusional.

Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang menyolok. Akhirnya reaksi peradangan local sering diiringi oleh berbagai gejala konstitusional yang berupa malaise, anoreksia atau tidak ada nafsu makan dan ketidakmampuan melakukan sesuatu yang beratnya berbeda-beda bahkan sampai tidak berdaya melakukan apapun.

leukositosis

Jumlah leukosit dalam darah bertambah, kadang-kadang sangat banyak bisa 50.000 per mm3. tiak semua radang member leukositosis, misalnya :

lymkphositosis : infections mononucleosis, batuk rejan, mumps. eosinofilia : terutama penyakit alergi seperti : asthma, bronchiale, hay-fever, infeksi parasite. leucopenia : jumlah lekosit , dari pada normal. missal : infeksi karena virus atau salmonella. lain-lain seperti : pusing, malise, tidak nafsu makan, berat badan berkurang.

Fungsi dan Peran

Fungsi:

Melokalisasi dan mengisolasi jaringan yang mengalami jejas melindungi jaringan sekitar yang sehat. Menetralisasi dan inaktifasi zat-zat toksis yang dihasilkan oleh faktor humoral dan enzim. Merusak dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme yang menginfeksi. Mempersiapkan daerah yang sakit untuk penyembuhan dan perbaikan. Peran:

Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi

memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk meningkatkan performa makrofaga. menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi. mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.

Macam-macam Radang

Macam-macam radang yang sering terjadi, yaitu:

Radang Tenggorokan

Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri di tenggorokan sehingga si penderita susah sekali saat menelan makanan. Radang tenggorokan atau faringitis akut sering diikuti dengan gejala flu seperti demam, sakit kepala, pilek, dan batuk. Disebarkan oleh virus EBV atau kuman Strep.

Pyogenes, radang tenggorokan mudah dikenali dengan memeriksakannya ke dokter THT. Jika daerah faring ditemukan peradangan dengan tanda berupa kemerahan serta terjadi pembesaran pada kelenjar limfe regional di sekitarnya, bisa dikatakan orang tersebut menderita radang tenggorokan. Pada kasus yang sudah berat, di tenggorokan akan dijumpai nanah atau eksudat.

Dalam beberapa kejadian, penyakit radang tenggorokan tidak bersifat serius. Sebagian besar penderita akan sembuh setelah tiga sampai dengan sepuluh hari tanpa terapi yang biasanya menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.

Memang masalah utama seorang penderita radang tenggorokan adalah rasa tidak nyaman dan tidak bisa bernapas secara wajar.

Untuk radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptococcal, antibiotik bisa diberikan kepada si pasien agar komplikasi seperti demam rematik bisa dihindari. Jika hal ini tidak segera ditangani, ancaman diptheria mengintai kesehatan si penderita.

Gejala-gejala seorang penderita radang tenggorokan:

1) Bengkak, berwarna merah pada tenggorokan

2) Susah berbicara, menelan, dan bernapas

3) Biasanya terjadi benjolan di sekitar leher

4) Demam tinggi

5) Sakit kepala yang luar biasa

6) Telinga pekak

Radang Usus Buntu

Radang usus buntu merupakan peradangan pada usus buntu, yaitu sebuah usus kecil yang berbentuk jari yang melekat pada usus besar di sebelah kanan bawah rongga perut. Usus buntu yang mengalami peradangan kadang-kadang pecah terbuka, yang menyebabkan peradangan selaput perut(peritonitis).

Peradangan selaput perut adalah peradangan yang gawat dan mendadak pada selaput yang melapisi dinding dalam rongga perut atau pada kantong yang membungkus usus. Peradangan ini terjadi kalau usus lainnya pecah atau robek.

Penyebab umum adalah:

Adanya benda kecil atau keras (faecaliths) yang berada di appendix dan tidak bisa keluar.

Tanda-tanda appendicitis:

Tanda yang utama ialah keluha nyeri yang menetap pada perut dan semakin lama semakin memburuk.

Rasa nyeri mulai terjadi di sekitar pusar, tetapi segera nyeri tersebut berpindah kesisi kanan bawah.

Mungkin selera makan menghilang, muntah, sembelit atau terdapat panas yang ringan.

Radang Kulit

Radang kulit, dermatitis, merupakan suatu gejala pada kulit saat jaringan terinfeksi oleh bakteri atau virus.

Ada beberapa tipe radang kulit, yaitu:

sebhorrheic dermatitits. atopic dermatitis (eczema).Kedua tipe tersebut sangat bervariasi tergantung dari penyebab dan gejala yang terjadi.

Sesungguhnya penyakit ini tidak merupakan penyakit seumur hidup. Ia hanya akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan mengurangi penampilan diri. Kombinasi antara perawatan kesehatan mandiri dan pengobatan medis akan menghilangkan radang kulit.

2.2 Aspek cairan dan selular peradangan.

Aspek Cairan pada Peradangan

Biasanya dinding saluran darah yang terkecil (kapiler dan venula) memungkinkan molekul-molekul kecil lewat, tetapi akan menahan molekul-molekul yang besar seperti protein plasma untuk tetap didalam lumen pembuluh. Sifat pembuluh yang semipermeabel ini menyebabkan gaya osmotik yang cenderung untuk menahan cairan dalam pembuluh. Hal ini juga diimbangi oleh dorongan keluar dari tekanan hidrostatik didalam pembuluh. Pergeseran cairan dalam reaksi peradangan sangat cepat. Eksudat dari peradangan luka bakar akibat cidera termal mengandung protein plasma yang cukup berarti. Jadi, peristiwa penting dari peradangan akut adalah perubahan permeabilitas pembuluh-pembuluh yang sangat kecil yang menyebabkan kebocoran protein dan diikuti pergeseran keseimbangan osmotik dan air keluar bersama protein, sehingga menimbulkan pembengkakan jaringan. Dilatasi arteriol yang menimbulkan hiperemia lokal dan kemerahan juga mengakibatkan kenaikan tekanan intravaskuler lokal, karena pembuluh darah penuh.

Dalam sistem limfatik, biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan bergabung kembali kedarah vena. Daerah yang terkena radang biasanya terjadi kenaikan yang mencolok pada aliran limfe daerah tersebut. Selama peradangan akut, tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama seperti pada sistem vaskuler darah.

Tetapi sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan, karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat.

Bila pembuluh limfe terkena radang, disebut dengan limfangitis dan jika kelenjar limfe yang terkena radang, maka disebut dengan limfadenitis. Limfadenitis regional sering menyertai peradangan, salah satu contoh yang terkenal adalah pembesaran kelenjar limfe servikal, yang nyeri terlihat pada tonsillitis.

Aspek Seluler pada Peradangan

1.Marginal dan Emigrasi

Pada awal peradangan akut, waktu arteriol berdilatasi, aliran darah radang bertambah, namun sifat aliran darah segera berubah. Hal ini disebabkan karena cairan bocor keluar dari mikrosirkulasi yang permeabilitasnya bertambah. Sejumlah besar dari eritrosit, trombosit dan leukosit ditinggalkan, dan viskositas naik, sirkulasi didaerah yang terkena radang menjadi lambat. Hal menyebabkan leukosit akan mengalami marginasi, yaitu bergerak kebagian arus perifer sepanjang aliran pembulh darah, dan mulai melekat pada endotel. Akibatnya pembuluh darah tampak seperti jalan berbatu, peristiwa ini disebut dengan emigrasi.

2.Kemotaksis

Pergerakan leukosit pada interstisial dari jaringan yang meradang, waktu mereka sudah beremigrasi, merupakan gerakan yang bertujuan. Hal ini disebabkan adanya sinyal kimia. Fenomena ini disebut dengan kemotaksis.

3.Mediator peradangan

Banyak substansi yang dikeluarkan secara endogen, yang dikenal dengan substansi dari peradangan.

Mediator dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok:

Amina vasoaktif

Substansi yang dihasilkan oleh sistem enzim plasma

Metabolit asam arakhidona

Berbagai macam produk sel

4.Histamine

Amina vasoaktif yang terpenting adalah histamin, yang mampu menghasilkan vasodilatasi dan penigkatan permeabilitas vaskuler. Sebagian besar histamin disimpan dalam sel mast yang tersebar luas dalam tubuh.

5.Factor-faktor plasma

Plasma darah adalah sumber yang kaya akan sejumlah mediator penting. Agen utama yang mengatur sistem ini adalah faktor Hageman (faktor XII), yang berada dalam plasma, dalam bentuk tidak aktif dan dapat diaktifkan oleh berbagai cidera.

6.Metabolit asam arakhidonat

Berasal dari banyak fosfolipid membrane sel, ketika fosfolipid diaktifkan oleh cidera atau mediator lain. Asam arakhidonat dapat dimetabolisasikan dalam dua jalur yang berbeda, yaitu jalur siklooksigenase dan jalur lipoksigenase, menghasilkan sejumlah prostaglandin, trombokson dan leukotrin.

2.3 Jenis dan fungsi leukosit.

Leukosit yang bersirkulasi dalam aliran darah dan emigrasi ke dalam eksudat peradangan berasal dari sumsum tulang, di mana tidak saja leukosit tetapi juga sel-sel darah merah dan trombosit dihasilkan secara terus memenerus.Dalam keadaan normal, di dalam sumsum tulang dapat ditemukan banyak sekali leukosit yang belum matang dari berbagai jenis dan "pool" leukosit matang yang ditahan sebagai cadangan untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Jumlah tiap jenis leukosit yang bersirkulasi dalam darah perifer dibatasi dengan ketat tetapi diubah "sesuai kebutuhan" jika timbul proses peradangan. Artinya, dengan rangsangan respon peradangan, sinyal umpan balik pada sumsum tulang mengubah laju produksi dan pengeluaran satu jenis leukosit atau lebih ke dalam aliran darah.

a.Granulosit

Granulosit terdiri dari netrofil, eosinofil dan basofil, masing-masing memiliki granula dalam sitoplasma.

Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar didalam eksudat adalah netrofil. Netrofil mampu bergerak aktif seperti amoeba dan mampu menelan berbagai zat (fagositosis).

Eosinofil memberikan respon terhadaprangsangan kemotaktik khas tertentu pada reksi alergi dan mengandung zat-zat yang toksik terhadap parasi-parasit tertentu dan zat-zat yang memperantarai peradangan.

Basofil berasal dari sumsum tulang seperti granulosit lainnya. Basofil darah dan sel mast jaringan dirangsang untuk melepaskan kandungan granulanya kedalam lingkungan sekitarnya pada berbagai keadaan cidera, baik rekasi imunologis maupun reaksi nonspesifik.

b.Monosit

Merupakan bentuk monosit yang berbeda dari granulosit, karena susunan morfologi intinya dan sift sitoplasmanya yang relatif agranular. Sel yang sama, yang terdapat dalam pembuluh darah disebut juga dengan monosit, dan jika terdapat dalam eksudat, disebut dengan makrofag.

Makrofag mempunyai fungsi yang sama denganfugsi netrofil polimorfonuklear, dimana makrofag adalah sel yang bergerak aktif yang memberi respon terhadap rangsangkemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan serta mencerna berbagai agen.

c.Limfosit

Umumnya terdapat pada eksudat dalam jumlah yang sangat kecil, dalam waktu yang cukup lama, yaitu sampai reaksi peradangan menjadi kronik.

Leukosit yang telah dimobilisasi tidak hanya menangkap mikroba yang menyerbu, tetapi juga menghancurkan sisa jaringan hingga proses perbaikan dapat dimulai.

2.4 Bentuk peradangan.

1.Eksudat nonseluler

Eksudat serosa

Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat serosa, yang pada dasarnya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah saat radang. Contoh eksudat serosa adalah cairan luka melepuh. Pengumpulan yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik, bukan disebabkan oleh peradangan, disebut dengan transudat.

Eksudat fibrinosa

Terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang mengandung banyak fibrinogen. Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang.

Eksudat misinosa

Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membrane mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat mensekresi musin. Eksudat ini merupakan sekresi sel, bukan dari bahan yang keluar dari pembuluh darah. Contoh eksudat ini adalah pilek yang disertai berbagai infeksi pernapasan bagian atas.

2.Eksudat seluler

Eksudat netrofilik

Disebut juga dengan purulen yang terbentuk akibat infeksi bakteri. Infeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi netrofil yang luar biasa tingginya didalam jaringan, banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat kesekitarnya.

Eksudat campuran

Campuran eksudat seluler dan nonseluler, dinamakan sesuai dengan campurannya. Misalnya, eksudat fibrinopurulen terdiri dari fibrin dan netrofil polimorfonuklear.

3.Peradangan granulamatosa

Jenis radang ini ditandai dengan pengumpulan makrofag dalam jumlah besar dan pengelompokannya menjadi gumpalan nodular yang disebut granuloma.

2.5 Reaksi peradangan.

Bila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris ataukarena infeksi oleh kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang menyebabkan musnahnya agens yang membahayakan jaringan atau yan mencegah agens ini menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini juga kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru.

Rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera ini disebut radang.

Reaksi peradangan merupakan reaksi defensif (pertahanan diri) sebagai respon terhadap cedera berupa reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis. Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes terhadap infeksi.

Hasil reaksi peradangan adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang, penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan.

Syarat reaksi radang adalah :

1.Jaringan harus hidup.

2.Memiliki mikrosirkulasi fungsional.

Bentuk peradangan dapat timbul didasarkan atas jenis eksudat yang terbentuk, organ atau jaringan tertentu yang terlibat dan lamanya proses peradangan. Tata nama proses peradangan memperhitungkan masing-masing variable ini. Berbagai eksudat diberi nama deskriptif, berdasarkan lamanya respon peradangan disebut akut, subakut dan kronik. Lokasi reaksi peradangan disebut dengan akhiran -tis yang ditambahkan pada nama organ (misalnya; apendisitis, tonsillitis, gastritis dan sebagainya).

Peradangan dan infeksi itu tidak sinonim. Pada infeksi ditandai adanya mikroorganisme dalam jaringan, sedang pada peradangan belum tentu, karena banyak peradangan yang terjadi steril sempurna. Jadi infeksi hanyalah merupakan sebagian dari peradangan.

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi peradangan dan penyembuhan.

Seluruh proses peradangan bergantung pada sirkulasi yang utuh kedaerah yang terkena. Jadi, jika ada defisiensi suplai darah kedaerah yang terkena, maka proses peradangannya sangat lambat, infeksi yang menetap dan penyembuhan yang jelek.

Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka atau daerah cidera atau daerah peradangan lainnya, salah satunya adalah bergantung pada poliferasi sel dan aktivitas sintetik, khususnya sensitif terhadap defisiensi suplai darah lokal dan juga peka terhadap keadaan gizi penderita.

Penyembuhan juga dihambat oleh adanya benda asing atau jaringan nekrotik dalam luka, oleh adanya infeksi luka dan immobilisasi yang tidak sempurna.

Komplikasi pada penyembuhan luka kadang-kadang terjadi saat proses penyembuhan luka. Jaringan parut mempunyai sifat alami untuk memendek dan menjadi lebih padat, dan kompak setelah beberapa lama. Akibatnya adalah kontraktur yang dapat membuat dareah menjadi cacat dan pembatasan gerak pada persendian.

Komplikasi penyembuhan yang kadang-kadang dijumpai adalah amputasi atau neuroma traumatik, yang secara sederhana merupakan poliferasi regeneratif dari serabut-serabut saraf kedalam daerah penyembuhan dimana mereka terjerat pada jaringan parut yang padat.

BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan.

Dapat kita simpulkan bahwa radang bukanlah suatu penyakit, melainkan manifestasi dari suatu penyakit.Dimana radang merupakan respon fisiologis lokal terhadap cidera jaringan. Radang dapat pula mempunyai pengaruh yang menguntungkan, selain berfungsi sebagai penghancuran mikroorganisme yang masuk dan pembuatan dinding pada rongga akses, radang juga dapat mencegah penyebaran infeksi. Tetapi ada juga pengaruh yang merugikan dari radang, karena secara seimbang radang juga memproduksi penyakit. Misalnya, abses otak dan mengakibatkan terjadinya distori jaringan yang permanen dan menyebabkan gangguan fungsi.

3.2 Saran.

Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaatbagi pembaca. Denganmembaca dan mempelajari isi makalah ini, diharapkan pengetahuan pembaca tentang radang dapat bertambah, serta mengerti tentang akibat dan pengaruh yang disebabkan oleh radang itu sendiri.

Penulis menyadaribahwa penulisan makalahinibelumsempurnadanmasih banyakterdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saranyang sifatnya membangun sangat diharapkandemi perbaikan penulisan yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Tambayong, dr. Jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

J. Corwin, Elisabeth. 2007.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

http://www.wikipidia.org/wiki/radang(Diakses tanggal 15 April 2014)http://www.akpermuh.ac.id/v2/kesehatan/54-radang(Diakses tanggal 15 April 2014)17