makalah GEH 2

download makalah GEH 2

of 22

Transcript of makalah GEH 2

Laporan Kasus

Pemuda dengan nyeri perut seluruh tubuh

Kelompok IV

030.05.110 030.07.090 030.07.097 030.07.098 030.09.061 030.09.063 030.09.065 030.09.069 030.09.073 030.09.075 030.09.077

Ihsan S Bayu P Fauziah Genni Putrianti Gita Aryanti Della Putri Ariyani Derin Anugrah Pratama Deslia Chaerani Dhimas Akbar Mulia Dion Satriawan Dhaniardi Dudi Novri Wijaya Elsha Hamidawati Putri

JAKARTA, 4 JANUARI 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

1

BAB I PENDAHULUAN

Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah. Secara definisi pasien dengan akut abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 24 jam. Pada beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan resusitasi dan tindakan segera maka pasien dengan nyeri abdomen yang berlangsung akut harus ditangani segera. Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang dihadapi ini suatu kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus segera dilakukan.1 Banyak kondisi yang dapat menimbulkan abdomen akut. Secara garis besar, keadaan tersebut dapat dikelompokkan dalam lima hal, yaitu:2 1. proses peradangan bakterial-kimiawi 2. obstruksi mekanis 3. neoplasma/tumor 4. kelainan vaskuler 5. kelainan kongenital

2

Laporan KasusPemuda 16 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri seluruh perut sejak 3 jam yang lalu. Sehari sebelumnya nyeri terasa di sekitar pusat, nyeri bersifat tumpul, tidak terlokalisir, ada mual tapi tidak muntah. Terasa sedikit panas, sudah diberikan obat maag tapi keluhan tidak berkurang. Delapan jam kemudian nyeri berpindah ke titik Mc Burney. Nyeri terasa tajam, seperti ditusuk-tusuk, dan terus menerus. Tiga jam yang lalu nyeri bertambah hebat, meluas ke seluruh perut, demam, perut kembung, dan muntah 1 kali. Keadaan umum lemah, tampak kesakitan, febris, dengan tanda-tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan fisik diagnostik ditemukan tanda-tanda rigiditas dan nyeri tekan seluruh abdomen dengan punctum maximum di abdomen kwadran kanan bawah. Rektal toucher: ampula rekti kolaps, nyeri tekan seluruh lapangan Hb Leukosit LED Trombosit Hitung jenis BT CT : 12 g/dL : 15.000/UL : 25 mm/jam : 200.000/UL : 0/2/2/75/15/6 : 2 menit : 14 menit

3

BAB II PEMBAHASANIdentitas Nama Usia Kelamin :: 16 tahun : Laki-laki

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien menderita nyeri sehari sebelumnya terasa di sekitar pusat, nyeri bersifat tumpul, tidak terlokalisir, ada mual tapi tidak muntah. Terasa sedikit panas, sudah diberilan obat maag tapi keluhan tidak berkurang. Delapan jam kemudian nyeri berpindah ke titik Mc Burney. Nyeri terasa tajam, seperti ditusuk-tusuk, dan terus menerus. Tiga jam yang lalu nyeri bertambah hebat, meluas ke seluruh perut, demam, perut kembung, dan muntah 1 kali. Dari data diatas kami mengarah kepada appendicitis karena nyeri terasa di titik Mc Burney Pemeriksaan fisik Febris: menandakan adanya infeksi Tanda-tanda dehidrasi: kurangnya asupan makanan yang masuk Nyeri tekan seluruh abdomen: kemungkinan sudah terjadi perforasi Rigiditas: kekakuan abdomen menandakan infeksi intra abdomen

4

Punctum maximum abdomen di kwadran kanan bawah: letak yang paling nyeri pada abdomen kwadran kanan bawah

Ampula rekti kolaps: terjadinya obstruksi pada usus Nyeri tekan seluruh lapangan: kemungkinan sudah terjadi perforasi

Pemeriksaan LAB Hb Leukosit LED Trombosit Hitung jenis BT CT : 12 g/dL : 15.000/UL : 25 mm/jam : 200.000/UL : 0/2/2/75/15/6 : 2 menit : 14 menit Untuk pemeriksaan Hb dapat disimpulkan bahwa pasien terkena anemia. Nilai normal HB untuk laki-laki dewasa kadarnya 13-18 g/dL.3 Kemungkinan pasien ini terkena anemia gizi disebabkan oleh defisiensi dalam diet suatu faktor yang diperlukan untuk ertitropoiesis.4 Pemeriksaan leukosit didapatkan leukositosis. Kadar normal leukosit adalah 5.000 10.000/UL. Ini menandakan bahwa terjadi infeksi pada tubuh pasien. LED juga terjadi

5

peningkatan, yang dimana untuk kadar normal LED adalah 0-10mm/jam. Ini juga menandakan bahwa pasien terkena infeksi. Kemungkinan sudah terjadi apendisitis perforata. Pada hitung jenis jumlah terjadi peningkatan pada neutrofil segmen yang kadar normalnya adalah 50-70 dan terjadi penurunan limfosit yang kadar normalnya adalah 20-40. Ini menunjukan adanya shift to the left. Biasanya menunjukkan infeksi atau peradangan. Istilah ini berasal dari grafik komponen darah dalam frekuensi sel belum matang muncul di sisi kiri tabel. Bleeding time adalah tes hemostasis. Hal ini menunjukkan seberapa baik trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk bekuan darah. Tes ini dilakukan sebagai tes pra operasi untuk menentukan kemungkinan respon dari perdarahan pasien selama dan setelah operasi. Nilai normal untuk tes ini adalah kurang dari 5 menit.5 Cloting time adalah waktu yang diperlukan untuk darah menggumpal, diuji dengan mengumpulkan 4 mL darah ke dalam tabung gelas dan diperiksa untuk pembentukan bekuan. Munculnya bekuan dicatat dan waktunya. Waktu pembekuan normal dalam tabung kaca adalah 5 sampai 15 menit. Tes sederhana ini digunakan untuk mendiagnosa hemofilia, namun tidak mendeteksi kelainan perdarahan ringan. Aplikasi utamanya adalah diikuti oleh antikoagulasi. Hal ini jarang digunakan dalam praktek klinis.6

Diagnosis kerja : Appendicitis akut Berdasarkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, yaitu : Nyeri perut yang lamanya kurang dari 2 minggu

6

-

Nyeri awal di daerah pusat (epigastrium sekitar umbilikus) sebelumnya sering disertai mual

-

Nyeri menjalar dan menetap di perut kanan bawah yang tepatnya di titik Mc Burney nyeri makin tajam

-

Demam ,menunjukkan infeksi sudah hematogen dan terjadi karena radang di appendix yang khas

-

Kembung, terjadi karena gangguan saraf otonom yang menunjukkan tanda gangguan saluran pencernaan

-

Tidak dapat flatus Tanda dehidrasi, dilihat dari produksi urin yang berkurang Sulit bergerak karena menahan sakit Punctum maximun abdomen di kwadran kanan bawah

Diagnosis Banding: Peritonitis Berdasarkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, yaitu : Terdapat mual dan muntah Kembung Nyeri perut

7

-

Demam Nyeri tekan seluruh abdomen

Tetapi pada peritonitis juga disertai dengan Defens muscular Bising usus negative Tekanan nadi meningkat

Pankreatitis Akut Berdasarkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, yaitu Mual , muntah , (yang membedakan pancreatitis akut dangan appendicitis akut, mual muntah terjadi secara progresif) Nyeri hebat di abdomen Penjalaran dari abdomen lalu ke punggung

Pemeriksaan penunjang 7 1. X-Ray abdomen X-ray abdomen dapat mendeteksi fecalith (potongan kacang polong mengeras dan kaku, dari kotoran yang menghalangi pembukaan appendiks) yang mungkin menjadi penyebab usus buntu. Hal ini terutama berlaku pada anak-anak.

8

2. USG

USG dapat mengidentifikasi lampiran diperbesar atau abses. Namun demikian, dalam appendicitis, appendix dapat dilihat hanya 50% dari pasien. Oleh karena itu, tidak melihat lampiran selama USG tidak mengecualikan appendix. USG juga sangat membantu pada wanita karena dapat mengecualikan adanya kondisi yang melibatkan ovarium, saluran telur dan rahim yang dapat meniru appendicitis.3. CT Scan

Pada pasien yang tidak hamil , CT scan daerah appendix berguna dalam mendiagnosa appendicitis dan peri-appendix abses serta tidak termasuk penyakit lain di dalam perut dan panggul yang dapat meniru appendicitis.

Penatalaksanaan 1. Rawat inap Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan ringer laktat untuk mencegah agar tidak irreversible. 2. Pembedahan Setelah rehidrasi dilakukan dan keseimbangan asam basa kembali normal maka pembedahan apendiktomi dapat dilakukan yang sebelumnya dikonsultasikan kepada spesialis bedah. Pembedahan ini tidak dapat ditunda karenasudah terjadi perforasi yang akan mengakibatkan sepsis.

Prognosis

9

Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad sanationam : ad bonam Ad functionam : ad bonam

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Histologi Abdomen 8,9 1. Gaster Anatomi : Terletak di kuadran kiri atas, epigastrium, dan regio umbilicalis dan sebagian besar ditutupi oleh costae. Difixasi oleh bagian cardia, pylorus, ligamentum hepatoduodenale dan ligamentum phrenicogastricum. Persarafan: simpatis (mengurangi aktivitas otot) dan parasimpatis (merangsang aktivitas otot). Histologi : Kardia 2-3 cm lebarnya sekitar lubang esofagus Fundus mirip kubah yang menonjol ke kiri Corpus bagian pusat yang luas Pilorus bagian distal yang menyempit berakhir pada orificium gastroduodenale Sel parietal sebagai penghasil HCl dari getah lambung. Diameter 25 mikrometer

10

2. Pankreas Organ lunak berlobus, berjalan miring menyilang dinding posterior abdomen pada regio epigastrica. Terletak di belakang gaster dan terbentang dari duodenum sampai lien. Bagian eksokrin : Mensekresi sekitar 1200 ml cairan kaya enzim/hari, diperlukan dalam pencernaan lemak, karbohidrat,& protein. Bagian endokrin : Sekresi hormonhormon pentng dalam metabolisme karbohidrat.

3. Hepar Terletak pada bagian atas cavitas abdominalis. Hampir seluruh bagian terletak di bawah costae dan cartilagines costales, dan melintasi regio epigastrica. Memiliki 4 lobus : dextra, sinistra, quadratus, dan caudatus. Perdarahan hepar : Lobus dextra oleh a. Hepatica dextra dan lobus sinistra oleh a. Hepatica sinistra. Keduanya merupakan cabang dari a. Hepatica propria. Aliran vena hepar melalui v. Porta dan v. Hepatica Epitel terlihat sangat merata di seluruh organ dan subunit struktural tidak mudah dilihat. 4. Usus halus Terdiri dari duodenum, jejunum, ileum Duodenum: Terletak di regio epigastrica dan umbilicalis. Kira-kira di pertengahan bermuara duktus choledochus dan duktus pankreatikus

11

Jejunum: Mempunyai arcade 1-2 buah Plica sirkularisnya tinggi, berdekatan, bercabang Lengkung-lengkung menempati bagian kiri atas cavitas abdominalis

Ileum: Arcadenya lebih banyak dibanding jejunum

Menempati bagian kanan bawah cavitas abdominalis dan cavitas pelvis Histologi :

Vili intestinalis : panjang 0,5-1,5 mm ; jumlah 10-40 mm2

Sel-sel absorptif : 5. Usus besar Terdiri dari : caecum,appendix vermiformis, colon ascendens, colon transversum, colon descendens, colon sigmodeum. Appendix : 2-8 cm, tidak ada vili, kripus Lieberkuhn tidak teratur. Mukosa usus besar tidak mengadakan lipatan, tidak ditemukan vili. 6. Rektum Sel absorptif Sel goblet Sel enteroendokrin

12

Menempati bagian posterior cavitas pelvis. Merupakan lanjutan dari sigmoid setinggi S3. Meneruskan diri menjadi canalis analis menembus dasar pelvis dan melewati perineum mencapai anus. Panjang 12 cm, agak melebar pada bagian bawah membentuk ampula recti. Mukosa seperti kolon namun kripti agak lebih panjang.

7. Anus Kanalis analis berjalan inferior dan posterior dari anorectal junction. Memiliki panjang 2,5 cm Mukosa membentuk lipatan-lipatan memanjang, kolumna rectalis Morgagni, kriptus Lieberkhun memendek.

13

Anatomi abdomen

14

Regio abdomen

Appendicitis 10

15

Definisi Apendisitis adalah kondisi di mana appendix menjadi meradang dan mengisi dengan nanah. Appendix merupakan kantong yang berbentuk jari-proyek keluar dari usus di sisi kanan bawah perut. Struktur kecil ini belum diketahui manfaat pentingnya, tetapi bukan berarti tidak bisa menimbulkan masalah.

Etiologi Penyebab appendicitis tidak selalu jelas. Kadang-kadang appendicitis dapat terjadi sebagai akibat dari:

Sumbatan. Limbah sepotong tinja keras (batu fecal) dapat terjebak dalam sebuah rongga yang menjalankan panjang appendix.

Infeksi. Apendisitis juga mengikuti infeksi, seperti infeksi virus pencernaan, atau mungkin hasil dari jenis peradangan lain. Dalam kedua kasus, bakteri selanjutnya dapat menyerang dengan cepat, menyebabkan

apendiks menjadi meradang dan penuh dengan nanah. Jika tidak segera diobati, appendix bisa pecah.

Patofisiologi16

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.11

Gejala klinik Tanda dan gejala radang usus buntu dapat mencakup:

Nyeri yang dimulai sekitar pergeseran pusar dan sering ke perut bagian bawah Rasa sakit yang menjadi lebih tajam selama beberapa jam Kelembutan yang terjadi ketika menerapkan tekanan untuk perut bagian bawah Sakit di perut bagian bawah bahwa terjadi ketika daerah tersebut ditekan dan kemudian tekanan cepat (kelembutan rebound)

Rasa sakit yang memburuk jika anda batuk, berjalan atau melakukan gerakan gemuruh lainnya

Mual Muntah Kehilangan nafsu makan

17

Demam tingkat rendah Sembelit Ketidakmampuan untuk buang gas Diare Perut bengkak Lokasi nyeri mungkin bervariasi, tergantung pada usia dan posisi appendix. Anak-anak

kecil atau wanita hamil, terutama, mungkin sakit appendix di tempat yang berbeda.

Appendicitis Diagnosis

18

Tes dan prosedur yang digunakan untuk mendiagnosa apendisitis meliputi:

Pemeriksaan fisik untuk menilai rasa sakit. Menerapkan tekanan lembut di daerah yang menyakitkan. Saat tekanan tiba-tiba dilepaskan, nyeri usus buntu akan sering merasa lebih buruk, menandakan bahwa peritoneum berdekatan meradang. Tanda-tanda lain mungkin melihat kekakuan perut dan cenderung kaku otot perut sebagai respon terhadap tekanan atas appendicitis.

Tes darah. Hal ini memungkinkan untuk memeriksa jumlah sel darah putih tinggi, yang mungkin menunjukkan infeksi.

Tes urin. Untuk memastikan bahwa infeksi saluran kemih atau batu ginjal tidak menimbulkan rasa sakit. Jika batu ginjal, sel-sel darah merah biasanya terlihat selama pemeriksaan mikroskopis urin.

X-ray, USG, atau computerized tomography (CT) scan untuk mengkonfirmasikan appendicitis atau mencari penyebab lain untuk rasa sakit.

Penatalaksanaan Pembedahan untuk mengangkat apendiks. Appendiktomi dapat dilakukan dengan operasi terbuka menggunakan satu irisan perut sekitar 2 sampai 4 inci (5 sampai 10 cm). Atau operasi appendicitis dapat dilakukan operasi laparoskopi, yang melibatkan beberapa sayatan perut kecil. Selama appendektomi laparoskopi, ahli bedah khusus memasukkan alat-alat bedah dan kamera video ke dalam perut untuk mengangkat appendix.

19

Secara umum, operasi laparoskopi memungkinkan untuk pemulihkan lebih cepat dan sembuh dengan jaringan parut kurang. Namun operasi laparoskopi tidak sesuai untuk semua orang. Jika appendix sudah pecah dan infeksi telah menyebar ke luar appendix atau jika abses hadir, dibutuhkan appendiktomi terbuka. Appendiktomi terbuka memungkinkan untuk membersihkan rongga perut.

Pengeringan abses sebelum operasi appendix. Jika abses hadir, mungkin dikeringkan dengan menempatkan tabung melalui kulit dan masuk ke abses. Appendektomi dapat dilakukan beberapa minggu kemudian setelah infeksi berada di bawah kontrol.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Daldiyono, Syam AF. Nyeri Abdomen Akut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 303.2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed.

Jakarta: Media Aesculapius; 2000. p.303-4.3. Priyana A. Patologi Klinik untuk kurikulum pendidikan dokter berbasis kompetensi.

Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti ; 2007. p. 74. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta : EGC ; 2001. p. 352 5. Anonymous. Bleeding time. Available at: http://medical-

dictionary.thefreedictionary.com/bleeding+time. Accessed Desember 30, 2010.6. Anonymous. Clotting time. Available at: http://medical-

dictionary.thefreedictionary.com/clotting+time. Accessed Desember 30, 2010.7. Anonymous. Appendicitis. Available at:

http://www.medicinenet.com/appendicitis/page2.htm#tocf. Accessed Desember 30, 2010.8. Snell RS. Anatomi klinik. 6th ed. Jakarta : EGC ; 2006. p. 207-9. 9. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. 12th ed. Jakarta : EGC ; 2002 10. Anonymous. Appendicitis. Available at:

http://www.mayoclinic.com/health/appendicitis/DS00274. Accessed Desember 30, 2010.

21

11. Anonymous. Askep Appendicitis. Available at:

http://oknurse.wordpress.com/keperawatan/askep-appendicitis/. Accessed Desember 30, 2010.

22