Makalah Fotosisntesis
-
Upload
1joddyibrahim -
Category
Documents
-
view
45 -
download
28
description
Transcript of Makalah Fotosisntesis
FOTOSINTESIS PADA TUMBUHAN
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fisiologi Tumbuhan
Yang dibina oleh Drs. I Wayan Sumberarta, M.Sc. dan Ir. Nugrahaningsih, M.P.
Oleh :
Kelompok 6 / Offering B
Joddy Oki Ibrahim (140341606446)
Kuni Mawaddah (140341605515)
Lailatul Maulidia (140341605536)
Lia Kusuma Wardani (140341605082)
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
F - -], "c y ," σύνθεσις
[sýnthesis], "menggabungkan", "penggabungan") adalah suatu proses biokimia
pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama
tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan
berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan
beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara,
karbon dioksida, dan air serta bantuan energi cahaya matahari (Salisburry & Ross,
1992).
Fotosintesis adalah peristiwa penyusunan (sintesis) zat organik (gula) dari zat
anorganik (air dan karbon dioksida) dengan bantuan energi cahaya (foton)
matahari. D a l am f o t o s i n t e s i s , d ih a s i l k an g l u ko s a (k a r bo h id r a t ) d an
o ks i ge n . H am pi r s em u a makhluk hidup bergantung pada hasil fotosintesis.
Sehingga fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Organisme
yang mampu menyusun senyawa organik dari senyawa anorganik dinamakan
organisme autrotof (Dwidjoseputro, 1998).
Organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka dapat membuat
makanannya sendiri. Pada tanaman, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis dilakukan
dengan memanfaatkan karbondioksida dan air serta menghasilkan produk buangan
oksigen. Fotosintesis sangat penting bagi semua kehidupan aerobik di Bumi karena
selain untuk menjaga tingkat normal oksigen di atmosfer, fotosintesis juga
merupakan sumber energi bagi hampir semua kehidupan di Bumi, baik secara
langsung (melalui produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama
energi dalam makanan mereka), kecuali pada organisme kemoautotrof yang hidup di
bebatuan atau di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat penyerapan
energi oleh fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt, atau kira-kira enam
kali lebih besar daripada konsumsi energi peradaban manusia (Dwidjoseputro, 1998).
.
Fotosintesis pada hakikatnya merupakan satu-satunya mekanisme masuknya
energy kedalam dunia kehidupan.satu-satunya kekecualian terjadi pada bakteri
kemosintetik, yang memperoleh energy dengan mengoksidasi substrat anorganik
seperti ion besi dan belerang terlarut dari kerak bumi,atau pun mengoksidasi H₂S
yang bersal dari kegiatan gunung berapi. Selain itu, arus panas didasar lautan
memasukkan energy ke sistem biologi dalam bentuk bahang. Mengingat pentingnya
fotosintesis bagi kehidupan. Sebagaimana reaksi oksidasi pengasil energy, yaitu
tempat bergantungnya semua kehidupan, fotosintesis meliputi reaksi oksidasi dan
reduksi. Proses keseluruhan adalah oksidasi air (pemindahan electron disertai
pelepasan O₂ Sebagai hasil samping)dan reduksi CO₂ untuk atau oksidasi bensin atau
karbonhidrat dalam kayu untuk membentuk CO₂ dan H₂O merupakan proses spontan
yang melepaskan energy). Respirasi yang merupakan proses oksidasi serupa yang
terkendali secara efektif inilah yang membuat semua organisme tetap hidup. Selama
proses pembakaran dan respirasi, electron dilepaskan dari senyawa karbon dan
diluncurkan ke bawah (istilah energy), dan kemudian electron tersebut dan H⁺
bergabung dengan penerima elektron kuat, O₂, untuk menghasilkan H₂O yang
mantap. Dengan cara ini, fotosintesis menggunakan energy cahaya untuk mengangkut
electron keatas, menjauhi H₂O, menunju penerima electron yang lebih lemah CO₂
(Salisburry & Ross, 1992).
Berdasarkan uraian dan pemaran diatas, maka isi dari makalah ini anatra lain
menjabarkan tentang pengertian fotosintesis serta proses fisiologisnya, perangkat-
perangkat dalam proses fotosintesis dan proses fisiologisnya, dan proses fisiologis
yang terjadi pada reaksi terang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang dilandasi dari berbagai fakta pada pendahuluan
diatas, maka pokok bahasan dalam penulisan ini dirumuskan dalam pertanyaan
berikut.
Apa pengertian dari fotosintesis dan bagaimanakah proses fisiologinya?
Apa sajakah perangkat-perangkat dalam fotosintesis dan bagaimanakah proses
fisiologisnya?
Bagaimanakah proses fisiologis yang terjadi pada reaksi terang?
Bagaimanakah efek dari penambahan emerson?
Apakah perbedaan antara forforilasi siklik dan nonsiklik?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang menjadi landasan teori untuk dikaji, maka
tujuan dari penulisan ini sebagai berikut.
Untuk menmgetahui pengertian dari fotosintesis dan proses fisiologinya.
Untuk mengetahui perangkat-perangkat dalam fotosintesis dan proses
fisiologisnya.
Untuk mengetahui proses fisiologis yang terjadi pada reaksi terang.
Untuk mengetahui efek dari penambahan emerson.
Unrtuk mengetahui perbedaan antara forforilasi siklik dan nonsiklik.
1.4 Manfaat Penulisan
Meninjau dari tujuan dibuatnya tulisan serta merujuk pada permasalahan yang
dikaji, maka adapun manfaat dengan dibuatnya tulisan ini sebagai berikut.
Sebagai media edukasi dan sarana pembelajaran kepada masyarakat umum
maupun kalangan terpelajar (siswa dan mahasiswa) tentang ruang lingkup
fotosintesis pada tumbuhan.
Sebagai sebuah tulisan yang diperuntukkan untuk landasan teori dan ilmu
khususnya bagi pembaca.
Sebagai tulisan yang bermanfaat bagi para pembaca untuk mengetahui tentang
proses-proses (mekanisme dan fisiologi) yang bermanfaat bagi pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Proses Fotosintesis
Fotosintesis merupakan suatu proses pembentukan bahan organik dari bahan
anorganik (CO2, H2O, H2S) dengan bantuan energi cahaya matahari dan klorofil
(Sasmitamihardja, 1990). Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan
zat makanan atau energi y a i t u g l u k o s a y a n g d i l a k u k a n tumbuhan,
alga, d a n b e b e r a p a j e n i s bakteri dengan menggunakan zat hara,
karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.
Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan
dalam f o t os i n t e s i s . A k ib a t n ya f o t o s i n t e s i s me n j a d i s an ga t p en t i n g
b ag i k eh i du p an d i bumi. Fotosintesis juga menghasilkan sebagian besar
oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi
melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis
merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas
dari 2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain
yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui
kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang (Dwidjoseputro, 1998).
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun.
Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk
melangsungkan fotosintesis. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis,
tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis disebut fotosintat, biasanya dikirim ke
jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu. Pada dasarnya, rangkaian reaksi
fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena
memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan
karbon dioksida) (Dwidjoseputro, 1998).
Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap
terjadi di dalam stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi
energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi
seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi ATP dan
NADPH. Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang.
Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap bertujuan
untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula
(Dwidjoseputro, 1998).
Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang
tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang
gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak
terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 -
500 nm) dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya
terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang
bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap
cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Kloroplas mengandung beberapa
pigmen (Dwidjoseputro, 1998).
2.2 Perangkat fotosintesis
Dalam proses fotosinntesis ada beberapa perangkat yang berperan didalamnya
yaitu:pigmen, kloroplas dan fotosistem, membrane dan organel fotosintesis.
2.2.1 Pigmen Fotosintesis
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada
sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen
fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis. Pada percobaan Jan
Ingenhousz, dapat diketahui bahwa intensitas cahaya memengaruhi laju fotosintesis
pada tumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh
setiap spektrum cahaya. Di samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain
yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum
cahaya yang berbeda tersebut. Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai
spektrum cahaya tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang
terkandung pada jaringan daun (Gest H., 2000).
Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan
jaringan pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen
hijau klorofil. Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang
berperan penting dalam menyerap energi matahari (Prawirohartono S., 2005).
Dari semua radiasi Matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang
tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang
gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak
terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 -
500 nm), dan violet (< 400 nm) (Prawirohartono S., 2005).
Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal
ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis.
Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang
gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang
yang berbeda. Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a
terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah, sementara klorofil b menyerap
cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan
langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan
dalam reaksi terang. Proses absorpsi energi cahaya menyebabkan lepasnya elektron
berenergi tinggi dari klorofil a yang selanjutnya akan disalurkan dan ditangkap oleh
akseptor elektron. Proses ini merupakan awal dari rangkaian panjang reaksi
fotosintesis (Prawirohartono S., 2005).
2.2.2 Kloroplas
Gambar 2.2.2 Susunan Anatomi secara Skematis dari Kloroplas
Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau,
termasuk batang dan buah yang belum matang Di dalam kloroplas terdapat pigmen
klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai bentuk
seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma. Stroma ini dibungkus oleh dua
lapisan membrane. Membran stroma ini disebut tilakoid, yang di dalamnya terdapat
ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli (O'Keefe, 1988).
Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk
membentuk grana (kumpulan granum). Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid
yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan
ruang di antara membran tilakoid. Bila sebuah granum disayat maka akan dijumpai
beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b, karetonoid, dan lipid
(O'Keefe, 1988).
Secara keseluruhan, stroma berisi protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat,
ribosom, vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe),
maupun tembaga (Cu). Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid.
Sedangkan, pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam
tilakoid dengan produk akhir berupa glukosa yang dibentuk di dalam stroma. Klorofil
sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang
dikenal sebagai fotosistem (Prawirohartono S., 2005).
2.2.3 Fotosistem
Fotosistem adalah suatu unit yang mampu menangkap energi cahaya Matahari
yang terdiri dari klorofil a, kompleks antena, dan akseptor electron. Di dalam
kloroplas terdapat beberapa macam klorofil dan pigmen lain, seperti klorofil a yang
berwarna hijau muda, klorofil b berwarna hijau tua, dan karoten yang berwarna
kuning sampai jingga. Pigmen-pigmen tersebut mengelompok dalam membran
tilakoid dan membentuk perangkat pigmen yang berperan penting dalam fotosintesis
(Hopkins & Huner, 2008).
Gambar 2.2.3A Susunan Fotosistem (Hopkins & Huner, 2008).
Klorofil a berada dalam bagian pusat reaksi. Klorofil ini berperan dalam
menyalurkan elektron yang berenergi tinggi ke akseptor utama electron. Elektron ini
selanjutnya masuk ke sistem siklus electron. Elektron yang dilepaskan klorofil a
mempunyai energi tinggi sebab memperoleh energi dari cahaya yang berasal dari
molekul perangkat pigmen yang dikenal dengan kompleks antenna (Salisburry &
Ross, 1992).
Fotosistem sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I dan
fotosistem II. Pada fotosistem I ini penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil
a yang sensitif terhadap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sehingga klorofil
a disebut juga P700. Energi yang diperoleh P700 ditransfer dari kompleks antenna.
Pada fotosistem II penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif
terhadap panjang gelombang 680 nm sehingga disebut P680. P680 yang teroksidasi
merupakan agen pengoksidasi yang lebih kuat daripada P700. Dengan potensial
redoks yang lebih besar, akan cukup elektron negatif untuk memperoleh elektron dari
molekul-molekul air (Hopkins & Huner, 2008).
Gambar 2.2.3B A linear representation of the photosynthetic electron-transport
chain (Hopkins & Huner, 2008).
Kunci rantai transpor elektron fotosintesis adalah adanya dua multimolecular,
kompleks pigmen - protein yang dikenal sebagai fotosistem I ( PSI ) dan fotosistem II
( PSII ) . PSI terdiri dari pigmen - protein units sedangkan PSII terdiri dari 31 subunit
individu! Kedua fotosistem beroperasi di seri dihubungkan oleh sebuah agregat
multiprotein ketiga yang disebut kompleks sitokrom . Secara keseluruhan, efek rantai
adalah untuk mengekstrak elektron energi rendah dari air dan menggunakan energi
cahaya terperangkap oleh klorofil , meningkatkan tingkat energi mereka elektron
untuk menghasilkan reduktor NADPH yang kuat ( Hopkins & Huner , 2008) .
Komposisi, organisasi, dan fungsi dari rantai transpor elektron fotosintesis
telah menjadi bidang studi yang aktif dan kemajuan pesat dalam beberapa tahun
terakhir. ketertarikan ini telah menyebabkan pengembangan berbagai metode
eksperimental untuk studi PSI, PSII, dan lainnya agregat protein besar–membran
(Hopkins & Huner, 2008).
Erat terkait dengan pusat-pusat reaksi, P680 dan P700, merupakan kompleks
antena inti. CP47 dan CP43 adalah antena inti PSII sedangkan CP1 adalah kompleks
inti PSI. Terdapat dua kompleks klorofil-protein tambahan, digambarkan dalam
hubungan erat dengan PSII dan PSII light harvest complexs II (LHCII) dan light
harvest complexs I (LHCI), masing-masing. LHCII dikaitkan dengan PSII dan LHCI
berhubungan dengan PSI. Seperti nama mereka menyiratkan, fungsi kompleks
cahaya-panen (light harvest complex) sebagai pemerpanjang sistem antena untuk
pemanenan energi cahaya tambahan. LHCI dan LHCII bersama berisi sebanyak 70
persen dari total kloroplas pigmen, termasuk hampir semua klorofil b. LHCI relatif
kecil, memiliki klorofil rasio a / b sekitar 4/1, dan muncul lebih erat terikat ke inti
fotosistem. LHCII, di sisi lain, mengandung 50 sampai 60 persen dari total klorofil
dan, dengan klorofil rasio a/ b sekitar 1,2, sebagian besar klorofil b. LHCII juga
mengandung sebagian xantofil tersebut. Fungsi dari kompleks cahaya-panen dan
antena inti untuk menyerap cahaya dan energi ini ke pusat-pusat reaksi (Hopkins &
Huner, 2008). Keuntungan utama dari menghubungkan pusat reaksi tunggal dengan
sejumlah besar LHC dan molekul klorofil antena inti adalah untuk meningkatkan
efisiensi dalam pengumpulan dan pemanfaatan energi cahaya (Hopkins & Huners,
2008).
2.2.4. Membran dan Organel Fotosintesis
Protein yang mengumpulkan cahaya untuk fotosintesis dilengkapi dengan
membran sel. Cara yang paling sederhana terdapat pada bakteri, yang mana protein-
protein ini tersimpan di dalam mebran plasma. Akan tetapi, membran ini dapat
terlipat dengan rapat menjadi lembaran silinder yang disebut tilakoid, atau terkumpul
menjadi vesikel yang disebut membran intrakitoplasma. Struktur ini dapat mengisi
sebagian besar bagian dalam sel, menjadikan membran itu memiliki area permukaan
yang luas dan dengan demikian meningkatkan jumlah cahaya yang dapat diserap oleh
bakteri(Campbell, 2006).
Pada Tumbuhan dan alga, fotosintesis terjadi di organel yang disebut
kloroplas. Satu sel tumbuhan biasanya memiliki sekitar 10 sampai 100 kloroplas.
Kloroplas ditutupi oleh suatu membran. Membran ini tersusun oleh membran dalam
fosfolipid, membran luar fosfolipid, dan membran antara kedua membran itu. Di
dalam membran terdapat cairan yang disebut stroma. Stroma mengandung tumpukan
(grana) tilakoid, yang merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis. Tilakoid
berbentuk cakram datar, dilapisi oleh membran dengan lumen atau ruang tilakoid di
dalamnya. Tempat terjadinya fotosintesis adalah membran tilakoid, yang
mengandung kompleks membran integral dan kompleks membran periferal, termasuk
membran yang menyerap energi cahaya, yang membentuk fotosistem(Hopkins &
Huner, 2008).
Tumbuhan menyerap cahaya menggunakan pigmen klorofil, yang merupakan
alasan kenapa sebagian besar tumbuhan memiliki warna hijau. Selain klorofil,
tumbuhan juga menggunakan pigmen seperi karoten dan xantofil. Alga juga
menggunakan klorofil, namun memiliki beragam pigmen lainnya, misalnya
fikosianin, karoten, dan xantofil pada alga hijau, fikoeritrin pada alga merah
(rhodophyta) dan fukoksantin pada alga cokelat dan diatom yang menghasilkan
warna yang beragam pula (Prawirohartono S., 2005).
Walaupun semua sel pada bagian hijau pada tumbuhan memiliki kloroplas,
sebagian besar energinya diserap di dalam daun. Sel pada jaringan dalam daun,
disebut mesofil, dapat mengandung antara 450.000 sampai 800.000 kloroplas pada
setiap milimeter persegi pada daun. Permukaan daun secara sergam tertutupi oleh
kutikula lilin yang tahan air yang melindungi daun dari penguapan yang berlebihan
dan mengurangi penyerapan sinar biru atau ultraviolet untuk mengurangi pemanasan.
Lapisan epidermis yang tembus pandang memungkinkan cahaya untuk masuk
melalui sel mesofil palisade tempat sebagian besar fotosintesis berlangsung
(Prawirohartono S., 2005).
2.3 Reaksi Terang
2.3.1 Proses Reaksi Terang secara Keseluruhan
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagai antenna (Prawirohartono S., 2005).
Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu
fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa
fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan
fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada
panjang gelombang 680 nm (Hopkins & Huners, 2008).
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II
menyerap cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan
menyebabkan muatan menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan
mengambil elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan
dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim. Hal ini akan
mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid (Prawirohartono S., 2005).
Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi
plastokuinon (PQ) membentuk PQH2. Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang
terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan
elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks. Reaksi
keseluruhan yang terjadi di PS II adalah( Raven, et. al., 2005)
2H2O + 4 foton + 2PQ + 4H- → 4H
+ + O2 + 2PQH2
Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I dengan
mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah bergerak dan
mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian ini juga
menyebabkan terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid. Reaksi yang
terjadi pada sitokrom b6-f kompleks adalah (Raven, et. al., 2005).
:
2PQH2 + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC C
+) + 4 H
+ (lumen)
Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem ini
menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti
terpisahkan, yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS
II lebih dahulu. Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, PS I berfungsi
mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke protein Fe-S larut
yang disebut feredoksin Reaksi keseluruhan pada PS I adalah ( Raven, et. al., 2005).
Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe
3+) → 4PC C
2+) + 4Fd(Fe
2+)
Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan
elektron untuk mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH Reaksi ini dikatalisis
dalam stroma oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase. Reaksinya adalah( Raven, et.
al., 2005)
:
4Fd (Fe2+
) + 2NADP+ + 2H
+ → 4F F
3+) + 2NADPH
Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP
sintaseATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan
elektron dan H+ melintasi membran tilakoid Masuknya H
+ pada ATP sintase akan
membuat ATP sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi
ATPReaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut
(Salisburry & Ross, 1992):
Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H
+ + O2
2.3.2 Skema Z
Gambar 2.3.2A Mekanisme Skema Z (Hopkins & Huner, 2008).
Pada tanaman, reaksi terang terjadi pada membran tilakoid di kloroplas dan
menggunakan energi cahaya untuk menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang
memiliki dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton diserap pada
kompleks antena fotosistem II penyerap cahaya oleh klorofil dan pigmen aksesoris
lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi fotosistem II memperoleh
energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan dengannya, satu
elektron akan dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu feopftin, melalui
sebuah proses yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi. Elektron ini
dipindahkan melalui rangkaian transport elektron, yang disebut skema Z, yang pada
awalnya berfungsi untuk menghasilkan potensi kemiosmosis di sepanjang membran(
Raven, et. al., 2005).
Gambar 2.3.2B Skema Z (Hopkins & Huner, 2008)
Satu enzim sintase ATP menggunakan potensi kemisomosis untuk
menghasilkan ATP selama fotofosforilasi, sedangkan NADPH adalah produk dari
reaksi redoks terminal padaskema Z. Elektron masuk ke molekul klorofil pada
fofosistem II. Elektron ini tereksitasi karena cahaya yang diserap oleh fotosistem.
Pembawa elektron kedua menerima elektron, yang lagi-lagi dilewatkan untuk
menurunkan energi penerim elektron. Energi yang dihasilkan oleh penerima elektron
digunakan untuk menggerakan ion hidrogen di sepanjang membran tilakoid sampai
ke dalam lumen( Raven, et. al., 2005).
Elektron digunakan untuk mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi
pada reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan nonsiklus, namun berbeda pada
bentuknya karena hanya menghasilkan ATP, dan tidak ada NADP (NADPH)
tereduksi yang dihasilkan. Reaksi siklus hanya berlangsung pada fotosistem I. Setelah
elektron dipindahkan dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul
penerima elektron dan dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awalnya
elektron dikeluarkan, sehingga reaksi ini diberi nama reaksi siklus( Raven, et. al.,
2005).
2.3.3 Fotolisis Air
NADPH adalah agen pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber
elektron enerjik kepada reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan
defisit elektron (teroksidasi), yang harus diperoleh dari beberapa agen pereduksi
lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil pada fotosistem I ini digantikan dari
rangkaian transport elektron olehplastosianin. Akan tetapi, karena fotosistem II
meliputi tahap pertama dari skema Z, sumber elektron eksternal siperlukan untuk
mereduksi molekuk klorofil a-nya yang telah teroksidasi. Sumber elektron pada
tanaman hijau dan fotosintesis cyanobacteria adalah air(Goldberg, 2007)
Dua molekul air teroksidasi oleh oleh empat reaksi pemisahan-tenaga
berturut-turut oleh fotosistem II untuk menghasilkan satu molekul oksigen diatom
dan empat ion hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap dipindahkan ke
residu tirosin redoks-aktif yang kemudian mereduksi spesies klorofil a yang
berpasangan yang telah terfotooksidasi yang disebut P680 yang berguna sebagai
donor elektron primer (digerakkan oleh cahaya) pada pusat reaksi fotosistem
II(Goladberg, 2007)
Oksidasi air terkatalisasi pada fotosistem oleh fotosistem II oleh suatu struktur
redoks-aktif yang mengandung empat ion mangan dan satu ion kalsium; kompleks
evolusi oksigenini mengikat dua molekul air dan menyimpan empat padanannya yang
telah teroksidasi yang diperlukan untuk melakukan reaksi oksidasi air(Goladberg,
2007)
Fotosistem II adalah satu-satunya enzim biologi yang diketahui melaksanakan
oksidasi air ini. Ion hidrogen berkontribusi terhadap potensi kemiosmosis
transmembran yang berujung pada sintesis ATP. Oksigen adalah produk ampas dari
reaksi cahaya, namun sebagian besar organisme di Bumi menggunakan oksigen untuk
respirasi sel, termasuk organisme fotosintesis(Hopkins & Huner, 2008).
2.4 Efek Penambahan Emerson
Pada tahun 1950an, Robert Emerson di University of Illinois tertarik pada
fenomena cahaya merah dengan panjang gelombang lebih dari 690 nm yang sangat
tidak efektif dalam fotosintesis, walaupun sebagian besar diserap oleh klorofil a
secara in vivo. Kelompok penelitinya menemukan bahwa jika cahaya dengan panjang
gelombang lebih pendek diberikan bersamaan dengan panjang gelombang merah
yang lebih panjang, maka laju fotosintesis bahkan lebih cepet daripada yang
diharapkan dari penjumlahan laju bila setiap warna itu diberikan sendiri-sendiri.
Sinergisme atau peningkatan ini kemudian dikenal sebagai efek peningkatan Emerson
(Salisbury dan Ross,1992).
Ada kesan bahwa peningkatan terjadi karena panjang gelombang merah
panjang membantu yang lebih pendek, atau yang lebih pendek membantu panjang
gelombang merah panjang. Ternyata ada dua kelompok pigmen atau fotosistem yang
terpisah, yang bekerja sama dalam fotosintesis, dan panjang gelombang merah
panjang tersebut hanya diserap oleh satu fotosistem, yaitu fotosistem I (FS I).
Fotosistem kedua, fotosistem II (FS II), menyerap panjang gelombang yang lebih
pendek dari 690 nm, dan untuk fotosintesis maksimum, panjang gelombang yang
diserap oleh kedua sistem itu harus bekerja bersama-sama. Kenyataannya memang
kedua fotosistem tersebut bekerja sama untuk melakukan fotosintesis pada semua
panjang gelombang yang lebih pendek dari 690 nm, termasuk merah, jingga, kuning,
hijau, biru, dan ungu, sebab kedua fotosistem itu menyerap panjang gelombang
tersebut. Hasil kerja Emerson ini penting karena menunjukkan adanya dua fotosistem
yang terpisah. Walaupun demikian, sebenarnya R Hill dan F Bendall (1960) yang
pertama kali mengajukan secara jelas bagaimana dua fotosistem bekerja sama, dan
gagasan ini diteruskan oleh LNM Duysens dan rekan-rekannya di Negeri Belanda
secara menyeluruh (Salisbury dan Ross,1992).
FS I dan FS II menggunakan energi cahaya untuk mengoksidasi H2O, dan
secara bersama memindahkan 2 elektron yang tersedia ke NADP+, membentuk
NADPH :
Gambar 2.4 Proses Pemindahan 2 Elektron membentuk NADPH (Salisbury dan
Ross,1992)
2.5 Perbedaan Fosforilasi Siklik dan Nonsiklik
Fosforilasi adalah perubahan energy cahaya menjadi energy kimia yang
terjadi selama tahap reaksi terang (Moh. Amin dkk, 2014). Fosforilasi adalah reaksi
penambahan gugus fosfat kepada senyawa organik untuk membentuk senyawa fosfat
organic. Fotofosforilasi adalah proses terjadinya konversi energi yang berasal dari
energi yang berbentuk lompatan elektron cahaya (light-excited electron) ke dalam
bentuk ikatan pyrophosphate (ikatan molekul ADP) (Budi U., 2007). Cahaya diserap
dalam organism fotosintetik melalui unit fungsional yang disebut fotosistem yang
terdapat dalam membrane tilakoid. Dua tipe fotosistem yang masing-masing
mengandung pusat reaksi fotokimia, klorofil, dan satu set pigmen asesori selain
klorofill (karotenoid, dll.). Menurut Moh. Amin dkk. (2014), dua fotosistem tersebut
yakni
Fotosistem I, juga disebut P700 mengandung klorofil a sebagai akseptor primer
dan pigmen asesori yang menyerap cahaya dalam rentangan panjang
gelombang600-700nm
Fotosistem II, disebut P680 mengandung klorofil a dan b serta pigmen asesori
yang menyerap cahaya pada panjang gelombang 680nm.
2.5.1 Mekanisme Fosforilasi Siklik dan Fosforilasi Nonsiklik
1. Fosforilasi Siklik
Menurut Budi U. (2007), fosforilasi siklik merupakan reaksi yang hanya
melibatkan fotosistem I dan tidak melibatkan fotosistem II. Dalam fotofosforilasi
siklik, pergerakan elektron dimulai dari fotosistem I dan berakhir di fotosistem I.
Mekanisme fotofosforilasi siklik yakni
Energi cahaya yang dihasilkan oleh matahari, membuat elektron-elektron di P700
menjadi aktif karena rangsangan dari luar elektron yang terbentuk itu kemudian
keluar menuju akseptor elektron primer kemudian menuju rantai transpor
elektron.
Karena P700 mentransfer elektronnya ke akseptor elektron, P700 mengalami
defisiensi elektron dan tidak dapat melaksanakan fungsinya. Selama perpindahan
elektron dari akseptor satu ke akseptor lain, selalu terjadi transformasi hidrogen
bersama-sama elektron pada fotosistem P 700 itu.
Rantai transpor ini menghasilkan gaya penggerak proton, yang memompa ion H+
melewati membran, yang kemudian menghasilkan gradien konsentrasi yang
dapat digunakan untuk menggerakkan sintase ATP selama kemiosmosis, yang
kemudian menghasilkan ATP.
Dari rantai transpor, elektron kembali ke fotosistem I. Dengan kembalinya
elektron ke fotosistem I, maka fotosistem I dapat kembali melaksanakan
fungsinya lagi.
2. Fotofosforilasi Nonsiklik
Menurut Budi U. (2007), fosforilasi nonsiklik adalah reaksi dua tahap yang
melibatkan dua fotosistem klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I dan II. Dalam
fotofosforilasi nonsiklik, pergerakan elektron dimulai di fotosistem II, tetapi
elektron tidak kembali lagi ke fotosistem II. Mekanisme fotofosforilasi nonsiklik:
Pergerakan elektron dimulai di fotosistem II, tetapi elektron tidak kembali lagi ke
fotosistem II. Mula-mula, molekul air diurai menjadi 2H+ + 1/2O2 + 2e-. Dua
elektron dari molekul air tersimpan di fotosistem II, Sedang ion H+ akan
digunakan pada reaksi yang lain dan O2 akan dilepaskan ke udara bebas.
Karena tersinari oleh cahaya matahari, dua elektron yang ada di P680 menjadi
tereksitasi dan keluar menuju akseptor elektron primer.
Setelah terjadi transfer elektron, P680 menjadi defisiensi elektron, tetapi dapat
cepat dipulihkan berkat elektron dari hasil penguraian air tadi. Setelah itu mereka
bergerak lagi ke rantai transpor elektron, yang membawa mereka melewati
pheophytin, plastoquinon, komplek sitokrom b6f, plastosianin, dan akhirnya
sampai di fotosistem I, tepatnya di P700.
Perjalanan elektron diatas disebut juga dengan "skema Z". Sepanjang perjalanan
di rantai transpor, dua elektron tersebut mengeluarkan energi untuk reaksi
sintesis kemiosmotik ATP, yang kemudian menghasilkan ATP.
Sesampainya di fotosistem I, dua elektron tersebut mendapat pasokan tenaga
yang cukup besar dari cahaya matahari.
Kemudian elektron itu bergerak ke molekul akseptor, feredoksin, dan akhirnya
sampai di ujung rantai transpor, dimana dua elektron tersebut telah ditunggu oleh
NADP+ dan H+, yang berasal dari penguraian air. Dengan bantuan suatu enzim
bernama Feredoksin-NADP reduktase, disingkat FNR, NADP+, H+, dan elektron
tersebut menjalani suatu reaksi: NADP+ + H+ + 2e- —> NADPH.
Gambar 2.5 Fosforilasi Nonsiklik (Hopkins & Huner, 2008)
Tabel 2.5 Perbedaan Fosforilasi Siklik dan Fosforilasi Nonsiklik
Fosforilasi Siklik Fosforilasi Nonsiklik
Tempat Fotosistem I Fotosistem I dan II
Hasil ATP ATP dan NADPH
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat
diambil sebagai berikut.
Fotosintesis merupakan suatu proses biokimia pembentukan bahan organik dari
bahan anorganik (CO2, H2O, H2S) dengan bantuan energi cahaya matahari dan
klorofil. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua
bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak
memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).
Perangkat-perangkat dalam fotosintesis yang berperan penting dalam
memberikan daya dukung terhadap proses fotosintesis antara lain meliputi
pigmen fotosisntesis, kloroplas, fotosistem, membran dan organel fotosintesis.
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagai antenna. Reaksi terang melibatkan dua
fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II.
Efek penambahan emerson dibutuhkan untuk mengefisiensi dan mengefektifkan
laju fotosintesis bahkan lebih cepet daripada yang diharapkan. Hal ini terjadi
karena jika cahaya dengan panjang gelombang lebih pendek diberikan bersamaan
dengan panjang gelombang merah yang lebih panjang.
Fosforilasi siklik merupakan reaksi yang hanya melibatkan fotosistem I dan tidak
melibatkan fotosistem II. Dalam fotofosforilasi siklik, pergerakan elektron
dimulai dari fotosistem I dan berakhir di fotosistem I serta menghasilkan ATP.
Sedangkan untuk fosforilasi nonsiklik merupakan reaksi dua tahap yang
melibatkan dua fotosistem klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I dan II serta
menghasilkan NADPH.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih diperlukannya sebuah research dan
pengkajian lebih lanjut merujuk pada sumber-sumber terbaru sehingga dapat
diperoleh pengetahuan baru, holistik, dan lebih akurat seputar fotosintesis dari hasil
research terbaru.
Daftar Rujukan
Amin, Moh. dkk. 2014. BIOKIMIA. Malang: Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.
Campbell, N.A. Mitchell LG, Reece JB, Taylor MR, Simon EJ. 2006. Biology, 5th
ed. Benjamin Cummings Publishing Company.
Dwidjoseputro, D. 1998. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Gest H., 2000. Bicenteranary Homage to Dr Jan Ingerhousz. Photosynthesis
Research. 63:183-190.
Goldberg D.T., 2007. AP Biology. N w k: B ’ E c S .
Hopkins & Huner, 2008. Introduction to Plant Physiology. Ontario : John Wiley &
Sons, Inc.
O'Keefe, 1988. Structure and function of the chloroplast bf complex. Photosynthesis
Research. 17:189-216.
Prawirohartono S., 2005. Sains Biology. Jakarta : Bumi Aksara.
Raven, P.H., Ray, F. E., Susan, E.E. 2005. Biology of Plants. New York: W.H.
Freeman and Company Publisher.
Salisburry & Ross, 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Salisbury, F.B. dan Cleon W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung :
Institut Teknologi Bandung.
Sasmitamihardja, Dardjat & Arbayah H. Siregar. 1990. Dasar-dasar Fisiologi
Tumbuhan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung:
Intitut Teknologi Bandung.
Utomo, Budi. 2007. FOTOSINTESIS PADA TUMBUHAN. Medan: Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.