Makalah Dan Presentasi COPD
-
Upload
nick-junior -
Category
Documents
-
view
228 -
download
2
Transcript of Makalah Dan Presentasi COPD
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
1/19
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar BelakangPPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronchitis kronis,
bronkiektasis, emfisiema dan asma . PPOK merupakan kondisi irreversible yang berkaitan
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. PPOK
merupakan penyebab kematian ke 5 terbesar di Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang lebih
dari 25% dari populasi dewasa.
Obstruksi jalan napas yang menyebabkan reduksi aliran udara beragam tergantung pada
penyakit. Pada bronchitis kronik dan bronkiolitis, menumpukan lendir dan sekresi yang sangat
banyak menyumbat jalan napas. Pada emfisema, obstruksi pada pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang
udara dalam paru-paru. Pada asma, jalan napas bronchial menyempit dan membatasi jumlah
udara yang mengalir dalam paru-paru. Protocol pengobatan tertentu digunakan dalam semua
kelainan ini, meski patafisiologi dari masing-masing kelainan ini membutuhkan pendekatan
spesifik.
PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhulubungan dengan interaksi genetic dengan
lingkungan. Merokok, polusi udara dan pemajanan ditempat kerja (terhadap batu bara, kapas,
padi-padian ) merupakakn factor-fakto risiki penting yang menunjang pada terjadinya penyakit
ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20-30 tahunan. PPOK juga ditemukan terjadi
pada individu yang tidak mempunyai enzim yang normal mencegah panghancuran jaringan paru
oleh enzim tertentu. PPOK tampak timbul cukup dini dalam kehidupan dan merupakan kelainan
yang mempunyai kemajuan lambat yang timbul bertahun-tahun sebelum awitan gejala-gejala
klinis kerusakan fungsi paru.
PPOK sering menjadi simptomatik selama tahun-tahun usia baya, tetapi insidennya
meningkat sejalan dengan peningkatan usia . meskipun aspek-aspek paru tertentu, seperti
kapasitas vital dan volume ekspirasi kuat,menurun sejalan dengan peningkatan usia, PPOK
memperburuk banyak perubahan fisiologi yangberkaitan dengan penuaan dan mengakibatkan
obstruksi jalan napas (dalam bronchitis)dan kehilangan daya kembang elastic paru (pada
emfisema). Karenanya, terdapat perubahan tambahan dalam rasio ventilasi perkusi pada pasien
lansia dengan PPOK.
2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah makalah ini antara lain:
1. Apa pengertian PPOK?2. Bagaimana klasifikasi dari PPOK?3. Apa saja etiologi dari PPOK?
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
2/19
2
4. Bagaimana pathogenesis PPOK?5. Bagaimana tanda dan gejala pasien dengan PPOK?6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada pasien PPOK?7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien PPOK?8. Bagiamana asuhan keperawatan pada pasien PPOK?
3. TujuanTujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Secara umum1. Agar menambah pengetahuan mahasiswa tentang PPOK2. Agar mahasiswa/mahasiwi dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
PPOK.
Secara khusus1. Menjelaskan pengertian PPOK2. Mengklasifikasi kan PPOK3. Menyebutkan etiologi dari PPOK4. Menjelaskan pathogenesis dari PPOK5. Menjelaskan apa saja tanda dan gejala pasien dengan PPOK6.
Menjelaskan pemeriksaan diagnostic pada pasien PPOK
7. Memahami bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien PPOK8. Menjelaskan dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien PPOK
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
3/19
3
BAB II
ISI
1. PengertianPenyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronchitis kronik, emfisema
paru dan asma bronchial membentuk kesatuan yang disebut PPOK. Agaknya ada hubungan
etiologi dan sekuensial antara bronchitis kronis dan emfisema, tetapi tampaknya tidak ada
hubungan antara penyakit itu dengan asma. Hubungan ini nyata sekali sehubungan dengan
etiologi, pathogenesis dan pengobatan.
PPOK adalah sekresi mukoid bronchial yangbertambah secara menetap disertai dengan
kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas , batuk produktif
selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut (Ovedoff, 2002). Sedangkan menurut
Price & Wilson (2005), COPD adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya. Menurut Carpenito (1999) COPD atau yang lebih dikenal
dengan PPOM merupakan suatu kumpulan penyakit paru yang menyebabkan obstruksi jalan
napas, termasuk bronchitis, empisema, bronkietaksis dan asma. PPOM paling sering diakibatkan
dari iritasi oleh iritan kimia (industri dan tembakau), polusi udara, atau infeksi saluran pernapasan
kambuh.
2. KlasifikasiMenurut Alsagaff & Mukty (2006), COPD dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Asma Bronkhial: dikarakteristikan oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halusbronkhial, hipersekresi mukoid, dan inflamasi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia dan
infeksi.
2. Bronkitis kronis: ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluarandahak sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit
selama 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor
paru, dan asma bronkial.
3. Emfisema: suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya secaraabnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan dinding
alveolus.
3. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) adalah :
1. Kebiasaan merokok
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
4/19
4
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya COPD. Secara pisiologis rokok berhubungan langsung dengan
hiperflasia kelenjar mukaos bronkusdan metaplasia skuamulus epitel saluran pernapasan.
Juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut. Menurut Crofton & Doouglas merokok
menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar,makrofage alveolar dan surfaktan.
a. Riwayat Perokok: 1. Perokok Aktif
2. Perokok Pasif
3. BekasPerokok
b. Derajat berat merokok
( Indeks Brinkman = Jumlah rata-2 batang rokok /hr X lama merokok /th):
1. Ringan : 0 - 200
2. Sedang: 200 - 600
3. Berat : > 600
2. Polusi udaraPolusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis adalah zat pereduksi seperti
O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon, aldehid dan ozon.
a. Polusi di dalam ruangan : - asap rokok
- asap kompor
b. Polusi di luar ruangan : - Gas buang kendaranan bermotor
- Debu jalanan
c. Polusi tempat kerja ( bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
3. Riwayat infeksi saluran nafas.Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita bronchitis koronis hamper
selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan kerusakan paru
bertambah. Ekserbasi bronchitis koronis disangka paling sering diawali dengan infeksi
virus, yang kemudaian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.
4. Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
5/19
5
4. Patogenesis & Patofisiologi PPOK
Patofisiologi
Walaupun COPD terdiri dari berbagai penyakit tetapi seringkali memberikan kelainan
fisiologis yang sama. Akibat infeksi dan iritasi yang menahun pada lumen bronkus, sebagianbronkus tertutup oleh secret yang berlebihan, hal ini menimbulkan dinding bronkus menebal,
akibatnya otot-otot polos pada bronkus dan bronkielus berkontraksi, sehingga menyebabkan
hipertrofi dari kelenjar-kelenjar mucus dan akhirnya terjadi edema dan inflamasi. Penyempitan
saluran pernapasan terutama disebabkan elastisitas paru-paru yang berkurang. Bila sudah timbul
Inhalasi bahan berbahaya
InflamasiMekanisme
perbaikan
Mekanisme
perlindungan
Kerusakan
jaringan
Penyempitan saluran
nafas & fibrosis
Hipersekresi mukus
Bronkitis kronis
Destruksi Parenkim Paru
Emfisema
Oksidative streesoksidanAnti oksidan
Kerusakan
dinding alveoli
Sekret yang
berlebihan
Bersihan jalan
napas tak efektifKerusakan
pertukaran gas
dispneuPeradangan
selaput paru
Gangguan rasa
nyaman: nyeri
Intoleransi aktifitas
Pola napas
tidak efektif
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
6/19
6
gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda-tanda obstruksi. Gangguan ventilasi
yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas mengakibatkan hiperventilasi (napas lambat dan
dangkal) sehingga terjadai retensi CO2 (CO2 tertahan) dan menyebabkan hiperkapnia (CO2 di
dalam darah/cairan tubuh lainnya meningkat). Pada orang noirmal sewaktu terjadi ekspirasi
maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran-saluran
pernapasan bagian bawah paru akan tertutup. Pada penderita COPD saluran saluran pernapasan
tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Akibat cepatnya saluran pernapasan
menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak
seimbang. Tergantung dari kerusakannya dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/tidak ada,
tetapi perfusi baik, sehingga penyebaran pernapasan udara maupun aliran darah ke alveoli, antara
alveoli dan perfusi di alveoli (V/Q rasio yang tidak sama). Timbul hipoksia dan sesak napas,
lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan
polisitemia.
Perjalanan klinis penderita PPOK terbentang mulai dari pink puffers sampai blue bloaters
adalah timbulnya dispnea tanpa disertai batuk dan produksi sputum yang berarti. Biasanya
dispnea mulai timbul antara usia 30 sampai 40 tahun dan semakin lama semakin berat. Pada
penyakit lanjut, pasien mungkin begitu kehbisan napas sehingga tidak dapat makan lagi dan
tubuhnya tampak kurus tak berotot. Pada perjalanan penyakit lebih lanjut, pink puffers dapat
berlanjut menjadi bronktis kronis sekunder. Dada pasien berbentuk tong, diafragma terletak
rendah dan bergerak tak lancar. Polisitemia dan sianosis jarang ditemukan, sedangkan kor
pulmonal (penyakit jantung akibat hipertensi pulmonal dan penyakit paru) jarang ditemukan
sebelum penyakit sampai pada tahap terakhir. Gangguan keseimbangan ventilasi dan perfusi
minimal, sehingga dengan hiperventilasi penderita pink puffers biasanya dapat mempertahankan
gas-gas darah dalam batas normal sampai penyakit ini mencapai tahap lanjut. Paru biasanya
membesar sekali sehingga kapasitas paru total dan volume residu sangat meningkat.
Pada keadaan PPOK ekstrim yang lain didapatkan pasien-pasien blue bloaters (bronchitis
tanpa bukti-bukti emfisema obstuktif yang jelas). Pasien ini biasanya menderita batuk produktif
dan berulang kali mengalami infeksi pernapasan yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun
sebelum tampak gangguan fungsi. Akan tetapi, akhrnya timbul gejala dipsnea pada waktu pasien
melakukan kegiatan fisik. Pasien-pasien ini memperlihatkan gejala berkurangnya dorongan untuk
bernapas; mengalami hipoventilasi dan menjadi hipoksia dan hiperkapnia. Rasio ventilasi/perfusi
juga tampak sangat berkurang. Hipoksia yang kronik merangsang ginjal untuk memproduksi
eritrropoetin, yang akan merangsang peningkatan pembentukan sel-sel darah merah, sehingga
terjadi polisitemia sekunder. Kadar hemoglobin dapat mencapai 20gram/ 100 ml atau lebih, dansianosis mudah tampak karena Hb dapat tereduksi mudah mencapai kadar 5 gram/100ml
walaupun hanya sebagian kecil Hb sirkulasi yang berada dalam bentuk Hb tereduksi. Pasien-
pasien ini tidak mengalami dispnea sewaktu istirahat sehingga mereka tampak sehat. Biasanya
berat tubuh tidak banyak menurun dan bentuk tubuh normal. Kapasitas paru total normal dan
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
7/19
7
diafrgma berada pada posisi normal. Kematian biasanya terjadi akibat kor pulmonal atau akibat
kegagalan pernapasan.
Perjalanan klinis PPOK yang khas berlangsung lama, dimulai pada usia 20-30 tahun
dengan batuk merokok, atau pagi disertai pembentukan sedikit sputum mukoid. Infeksi
pernapasan ringan cenderung berlangsung lebih lama dari biasanya pada pasien-pasien ini.
Meskipun mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini
tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu lama. Akhirnya, serangan bronchitis akut
makin sering timbul terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja pasien berkurang,
sehingga waktu mencapai usia 50-60an pasien mungkin harus berhenti bekerja. Pada pasien
dengan tipe emfisema tosa yang mencolok perjalanan klinis tampaknya tidak begitu lama yaitu
tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dipsnea yang membuat pasien
menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkapnia, hipoksemia dank or pulmonal prognosisnya
buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah timbul penyakit. Gabungan gagal
napas dan gagal jantung yang dipercepat oleh pneumonia merupakan penyebab kematian yang
lazim.
5. Tanda dan gejala
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut :
1. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.2. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.3. Dispnea.4. Nafas pendek dan cepat (Takipnea).5. Anoreksia.6. Penurunan berat badan dan kelemahan.7. Takikardia, berkeringat.8. Hipoksia, sesak dalam dada.
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesa ( Keluhan )- Umumnya dijumpai pada usia tua ( > 45 th )
- Riwayat PEROKOK / bekas PEROKOK
- Riwayat terpajan zat iritan di tempat kerja ( waktu lama )
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Ada faktor predisposisi pada masa bayi / anak( BBLR, infeksi nafas berulang, lingkungan asap rokok )
- Batuk berulang dengan / tanpa dahak
- Sesak dengan / tanpa bunyi mengi
- Sesak nafas bila aktivitas berat
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
8/19
8
2. Pemeriksaan fisik :o Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior
dada meningkat).
o Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.o Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.
o Suara nafas berkurang.3. Pemeriksaan radiologi
o Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangangaris-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru yang
bertambah.
o Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambarandiafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal,
dan penambahan corakan kedistal.
4. Tes fungsi paru :Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea untuk menentukan penyebab dispnea,
untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi atau restriksi, untuk
memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya
bronkodilator.
5. Pemeriksaan gas darah.Dipakai untuk menilai : Keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam
darah, Kadar karbondioksida dalam darah.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
- PH normal 7,35-7,45
- Pa CO2 normal 35-45 mmHg
- Pa O2 normal 80-100 mmHg
- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
- HCO3 normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
- Saturasi O2 lebih dari 90%.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan ASTRUP, yaitu
suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan
darah yaitu: Arteri radialis, A. brachialis, A. Femoralis.
6. Pemeriksaan EKGUntuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi
ventrikel kanan.
7. Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih.
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
9/19
9
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi
untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh.
Nilai normal :
Bayi baru lahir 9000 - 30.000 /mm3Bayi/anak 9000 - 12.000/mm3
Dewasa 4000 - 10.000/mm3
Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi
atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput
otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itujuga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol,
antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentuterutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-
obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral,
antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksiterutama yang disebabkan oleh bakter).
7. Penatalaksanaan
1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara.2. Terapi ekserbasi akut dilakukan dengan :
o Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi : Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka
digunakan ampisilin 4 x 0,250,5 g/hari atau aritromisin 4 x 0,5 g/hari.
Augmentin (amoxilin dan asam klavuralat) dapat diberikan jika kuman penyebabinfeksinya adalah H. Influenza dan B. Catarhalis yang memproduksi B. Laktamase.
Pemberian antibiotic seperti kotrimoksosal, amoksisilin atau doksisilin pada pasien
yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan
membantu mempererat kenaikan peak flowrate. Namun hanya dalam 7 10 hari
selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda
pneumonia, maka dianjurkan antiobiotik yang lebih kuat.
o Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia danberkurangnya sensitivitas CO2.MANFAAT OKSIGEN :
1. Mengurangi sesak2. Memperbaiki Aktiviti3. Mengurangi hipertensi pulmonal ( Penyakit jantung )4. Mengurangi vasokonstriksi5. Mengurangi hematokrit6. Memperbaiki fungsi neuropsikiatri7. Meningkatkan kualiti hidup
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
10/19
10
INDIKASI PEMBERIAN OKSIGEN:
1. PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90 %.2. PaO2 antara 5559 mmHg atau SaO2 > 89 % +
adanya :
a. Kor Pulmonale
b. P Pulmonal
c. Hematokrit > 55%
d. tanda gagal janyung kanan
e. Sleep apneu
f. Penyakit paru lain
Macam Terapi Oksigen :
1. Pemberian oksigen jangka panjang2.Pemberian Oksigen pada waktu aktiviti3.Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak4.Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal nafasAlat bantu pemberian Oksigen :
1. Nasal kanul2. Sungkup venturi3. Sungkup rebreathing4. Sungkup Non rebreathing
o Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.o Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan nafas, termsuk didalamnya golongan
adrenergic B dan antikolinergik. Pada pasien dapat diberikan sulbutamol 5 mg dan g
diberikan tiap 6 jam dengan rebulizeratau protropium bromide 250 atau aminofilin
0,2505 g IV secara perlahan.
3. Terapi jangka panjang dilakukan dengan :o Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,250,5/hari dapat
menurunkan ekserbasi akut.
o Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap pasien, makasebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif fungsi foal paru.
o Fisioterapi.o Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi akivitas fisik.o Mukolitik dan ekspekteron.o Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas Tip II dengan
PaO2
o Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi,untuk itu perlu kegiatna sosialisasi agar terhindar dari depresi. Rehabilitasi untuk pasien
PPOK/COPD: a) Fisioterapi b) Rehabilitasi psikis c) Rehabilitasi pekerjaan.
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
11/19
11
8. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan COPDA. Pengkajian
1. Identitas klienNama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga Negara, bahasa yang
digunakan, penanggung jawap meliputi : nama, alamat, hubungan dengan klien.
2. Pola persepsikesehatan-pemeliharaan kesehatan.Kaji status riwayat kesehatan yang pernah dialami klien, apa upaya dan dimana kliwen
mendapat pertolongan kesehatan, lalu apa saja yang membuat status kesehatan klien
menurun.
3. Pola nutris metabolik.Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan dan minnum
klien dalam sehari. Kaji selera makan berlebihan atau berkurang, kaji adanya mual
muntah ataupun adanyaterapi intravena, penggunaan selang enteric, timbang juga berat
badan, ukur tinggi badan, lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal klien untuk
memperoleh gambaran status nutrisi.
4. Pola eliminasi.o Kaji terhadap rekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah dan juga pemakaian alat bantu
seperti folly kateter, ukur juga intake dan output setiap sift.
o Eliminasi proses, kaji terhadap prekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah defekasi danjuga pemakaian alat bantu/intervensi dalam BAB.
5. Pola aktivitas dan latihanKaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan sekarang dan juga
penggunaan alat bantu seperti tongkat, kursi roda dan lain-lain. Tanyakan kepada klien
tentang penggunaan waktu senggang. Adakah keluhanpada pernapasan, jantung seperti
berdebar, nyeri dada, badan lemah.
6. Pola tidur dan istirahatTanyakan kepada klien kebiasan tidur sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur siang. Apakah
klien memerlukan penghantar tidur seperti mambaca, minum susu, menulis,
memdengarkan musik, menonton televise. Bagaimana suasana tidur klien apaka terang
atau gelap. Sering bangun saat tidur dikarenakan oleh nyeri, gatal, berkemih, sesak dan
lain-lain.
7. Pola persepsi kognitifTanyakan kepada klien apakah menggunakan alat bantu pengelihatan, pendengaran.Adakah klien kesulitan mengingat sesuatu, bagaimana klien mengatasi tak nyaman :
nyeri. Adakah gangguan persepsi sensori seperti pengelihatan kabur, pendengaran
terganggu. Kaji tingkat orientasi terhadap tempat waktu dan orang.
8. Pola persepsi dan konsep diri
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
12/19
12
Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami putus
asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.
9. Pola peran hubungan dengan sesameApakah peran klien dimasyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan klien di masyarakat
dan keluarga dn teman sekerja. Kaji apakah ada gangguan komunikasi verbal dan
gangguan dalam interaksi dengan anggota keluarga dan orang lain.
10.Pola produksi seksualTanyakan kepada klien tentang penggunaan kontrasepsi dan permasalahan yang timbul.
Berapa jumlah anak klien dan status pernikahan klien.
11.Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress.Kaji faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri, tempat klien
bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan selama ini. Kaji keadaan klien
saat ini terhadap penyesuaian diri, ugkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri
sendiri.
12.Pola sistem kepercayaanKaji apakah klien dsering beribadah, klien menganut agama apa?. Kaji apakah ada nilai-
nilai tentang agama yang klien anut bertentangan dengan kesehatan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan gangguan peningkatan produksisecret, sekresi tertahan, tebal dan kental.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen berkurang.(obstruksi jalan napas oleh secret, spasme bronkus).
3. Gangguanrasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada selaput paru-paru.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek, mucus bronkokonstriksi daniritan jalan napas.
5. Intoleransi aktivitas akibat keletihan hipoksemia dan pola pernapasan tidak efektif
C. Perencanaan Keperawatan.
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan gangguan peningkatanproduksi secret, sekresi tertahan, tebal dan kental.
Tujuan : Ventilasi/oksigenisasi adekuat untuk kebutuhan individu.Kriteria hasil :Mempertahankan jalan napas paten dan bunyi napas bersih/jelas.
Intervensi
a. Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.Rasional :
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
13/19
13
Takipnea biasanya ada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
b. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur, dudukdan sandaran tempat tidur.
Rasional :
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah pernapasan dan menggunakan gravitasi.
Namun pasien dengan distress berat akan mencari posisi yang lebih mudah untuk
bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal dan lain-lain membantu
menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
c. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya : mengi, krokels dan ronki.Rasional :
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tidak
dimanifestasikan dengan adanya bunyi napas adventisius, misalnya : penyebaran, krekels
basah (bronchitis), bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema), atau tidak
adanya bunyi napas (asma berat).
d. Catat adanya /derajat disepnea, misalnya : keluhan lapar udara, gelisah, ansietas,distress pernapasan, dan penggunaan obat bantu.
Rasional :
Disfungsi pernapasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses kronis selain
proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, misalnya infeksi dan reaksi
alergi.
e. Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.Rasional :
Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara.
f. Observasi karakteristik batuk, misalnya : menetap, batuk pendek, basah, bantu tindakanuntuk memperbaiki keefektifan jalan napas.
Rasional :
Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau
kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk paling tinggi atau kepala dibawah
setelah perkusi dada.
g. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung.Rasional :Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret, mempermudah pengeluaran.
Penggunaan air hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat
meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
14/19
14
h. Bronkodilator, misalnya, -agonis, efinefrin (adrenalin, vavonefrin), albuterol (proventil,ventolin), terbutalin (brethine, brethaire), isoeetrain (brokosol, bronkometer).
Rasional :
Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan spasme jalan napas,
mengi dan produksi mukosa. Obat-obatan mungkin per oral, injeksi atau inhalasi. dapat
meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
berkurang. (obstruksi jalan napas oleh sekret, spasme bronkus).
Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk
keperluan tubuh.
Kriteria hasil :
oTanpa terapi oksigen, SaO2 95 % dank lien tidan mengalami sesak napas.oTanda-tanda vital dalam batas normaloTidak ada tanda-tanda sianosis.Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, catat pengguanaan otot aksesorius, napas bibir,ketidakmampuan bicara/berbincang.
Respon :
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan kronisnya proses penyakit.
b. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.Rasional :
Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir atau danun
telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
c. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untukbernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai dengan
kebutuhan/toleransi individu.
Rasional :
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan laithan napas untuk
menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas.
d. Dorong mengeluarkan sputum, pengisapan bila diindikasikan.Rasional :
Kental tebal dan banyak sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan
napas kecil, dan pengisapan dibuthkan bila batuk tak efektif.e. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi tambahan.
Rasional :
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
15/19
15
Bunyi napas mingkin redup karena penurrunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya
mengi mengindikasikan spasme bronkus/ter-tahannya sekret. Krekles basah menyebar
menunjukan cairan pada interstisial/dekompensasi jantung.
f. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung.Rasional :
Takikardi, disiretmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjuak efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung.
g. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.Rasional :
Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia. Catatan ; emfisema koronis,
mengatur pernapasan pasien ditentikan oleh kadar CO2 dan mungkin dikkeluarkan
dengan peningkatan PaO2 berlebihan.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses peradangan padaselaput paru-paru.
Tujuan :Rasa nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil :
o Klien mengatakan rasa nyeri berkurang/hilang.o Ekspresi wajah rileks.Intervensi :
a. Tentukan karakteristik nyeri, miaalnya ; tajam, konsisten, di tusuk, selidiki perubahankarakter/intensitasnyeri/lokasi.
Rasional :
Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pneumonia, juga dapat timbul
komplikasi seperti perikarditis dan endokarditis.
b. Pantau tanda-tanda vital.Rasional :
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri,
khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda-tanda vital.
c. Berikan tindakan nyaman, misalnya ; pijatan punggung, perubahan posisi, musiktenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
Rasional :
Tindakan non-analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesic.d. Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Rasional :
Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan memberan
mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
16/19
16
e. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.Rasional :
Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya
batuk.
f. Berikan analgesic dan antitusif sesuai indikasi.Rasional :
Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/proksimal atau menurunkan
mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek, mucus bronkokonstriksi daniritan jalan napas.
Tujuan:perbaikan dalam pola pernapasan
Kriteria Hasil:
o Melatih pernapasan bibir dirapatkan dan diafragmatik serta menggunakannya ketika sesaknafas dan saat melakukan aktivitas
o Memperlihatkan tanda-tanda penurunan upaya bernapas dan membuat jarak dalamaktivitas
o Menggunakan pelatihan oto-otot inspirasi seperti yang diharuskan selama 10 menit setiaphari
Intervensi:
a. Ajarkan pasien pernapasan diafragmatik dan pernapasan bibir dirapatkanRasional:
Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan
bernapas dengan efisien dan lebih efektif
b. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat. Biarkan pasienmembuat beberapa keputusan ( mandi, bercukur) tentang perawatannya berdasarkan
tingkat toleransi pasien.
Rasional:
Memberikan jeda aktivitas akan memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa
distress berlebihan.
c. Berikan dorongan penggunaan otot pernapasan jika diharuskanRasional:
Menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernapasan.
5. Intoleransi aktivitas akibat keletihan hipoksemia dan pola pernapasan tidak efektifTujuan:perbaikan daalam toleransi aktivitas
Kriteria Hasil:
o Melakukan aktivitas dengan napas pendek lebih sedikit.
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
17/19
17
o Mengungkapkan perlunya untuk melakukan latihan setiap hario Berjalan secara bertahap meningkatkan waktu dan jarak berjalan untuk memprbaiki
kondisi fisik
Intervensi:
Mendukung pasien menegakkan regimen latihan teratur dengan menggunakan treadmill
dan exercycle, berjalan atau latihan lainnya yang sesuai seperti berjalan perlahan.
a. Kaji tingkat fungsi pasien yang terakhir dan kembangkan rencana latihanberdasarkan pada status fungsi dasar
b. Sarankan konsultasi dengan ahli terapi fisik untuk menentukan program latihanspesifik terhadap kemampuan pasien. Siapkan unit oksigen portable untuk berjaga-
jaga jika diperlukan selama latihan.
Rasional:
Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih bnyak oksigen dan
memberikan beban tambahan pada paru-paru. Melalui latihan yang teratur, bertahap,
kelompok otot ini menjadi lebih terkondisi, dan pasien dapat melakukan lebih banyak
tanpa mengalami napas pendek. Latihan yang bertahap memutus siklus yang melemahkan
ini.
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
18/19
18
BAB III
PENUTUP
1. KesimpulanCOPD atau yang lebih dikenal dengan PPOM merupakan suatu kumpulan penyakit paru
yang menyebabkan obstruksi jalan napas, termasuk bronchitis, empisema, bronkietaksis dan
asma. PPOM paling sering diakibatkan dari iritasi oleh iritan kimia (industri dan tembakau),
polusi udara, atau infeksi saluran pernapasan kambuh. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan
resiko munculnya merokok, polusi, infeksi saluran napas dan bersifat genetik yaitu defisiensi -1
antitripsin. Tanda dan gejala dari PPOK antara lain batuk produktif, kronis pada bulan-bulan
musim dingin, batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak,
dispnea, nafas pendek dan cepat (Takipnea). Penatalaksanaan pasien PPOK diberikan terapi
sesuai dengan gejala yang dialami misalnya terapi oksigen. Dan asuhan keperawatan dimulai dari
mengkaji keadaan fisik, memperoleh data subjektif dan objektif dari pasien, kemudian menetukan
diagnose berdasarkan dari data-data yang telah diperoleh yaitu bersihan jalan napas tak efektif
berhubungan dengan gangguan peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal dan kental
dan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen berkurang.
(obstruksi jalan napas oleh secret, spasme bronkus), kemdian melakukan intervensi sampai
dengan evaluasi.
2. SaranDari paparan makalah tentang PPOK, telah diketahui bagaiamana manifestasi klinis dan
penyebab dari PPOK, diharapkan kepada masyarakat agar menghindari atau mencegah dari
factor-faktor yang dapat menyebabkan PPOK.
-
7/22/2019 Makalah Dan Presentasi COPD
19/19
19
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001.Buku Ajar Keperawatn Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2005.Patofisiologi:Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.
NANDA Interbational. 2009.Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2009-2011.USA:
Willey Blackwell Publication.
Bulecheck, Gloria M, et all. 2008.Nursing intervention Classification (NIC) Fifth Edition.USA:
Mosbie Elsevier.
Moorhead, Sue, et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. USA:
Mosbie Elsevier.
Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.