Makalah Anatomi Fisiologi Manusia

20
MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA “ SISTEM IMUN ” Disusun oleh Abil Fida Adha Tessa Wulan Anggraeni (120210153048) Kelompok/Kelas : V / A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

description

anfisman

Transcript of Makalah Anatomi Fisiologi Manusia

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

“ SISTEM IMUN ”

Disusun oleh

Abil Fida

Adha

Tessa

Wulan Anggraeni (120210153048)

Kelompok/Kelas : V / A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Tubuh memiliki pertahanan sendiri dalam melawan berbagai infeksi yang disebabkan oleh organisme dan patogen asing. Benda asing dapat masuk ke dalam tubuh melewati berbagai barier seperti kulit, rambut, atau saluran lainnya seperti pernafasan, pencernaan dan sebagainya. Sebagai konsekuensi, mekanisme alami (innate) dari tubuh akan beroperasi akan tetapi hal tersebut tidak cukup untuk memproteksi tubuh dalam segala kasus. Oleh karenanya harus ada sistem imun yang membantu dalam sistem pertahanan tersebut. Respon antibodi ini bersifat adaptif di alam dan beroperasi melalui pembentukan antibodi oleh limfosit.

Sistem imun spesifik telah berkembang dan berhubungan erat dengan mekanisme melawan patogen. Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan untuk mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Pertahanan disini itu adalah pertahanan yang ada dalam tubuh organisme (makhluk hidup). Kulit, membran mukus, mukus, sel-sel bersilia pada saluran sistem pernafasan, lisozim, dan cairan lambung merupakan sistem pertahanan garis depan dari tubuh dengan sistem kerja yang tidak spesifik. Jika garis depan sistem pertahanan mengalami kegagalan maka sistem pertahanan kedua inilah yang akan bekerja. Sistem pertahanan ini sangat mengandalkan kerja neutrofil, makrofag, respon inflamasi, dan protein antimikroba. Setelah itu akan ada kerja mekanisme pertahanan spesifik pada lapis ketiga dengan fungsi yang sangat penting yang melibatkan limfosit dan antibodi.

Tipe-Tipe Imunitas

Imunitas memberikan manfaat bagi keseluruhan tubuh manusia dengan membentuk sistem resistensi terhadap agen-agen penginfeksi spesifik. Hal ini tergantung kepada beberapa faktor yaitu (a) resistensi host (inang), (b) dosis dimana dosis yang tinggi dari patogen akan melebihi kapasitas pertahanan alami hewan, dan (c) sifat virulensi dari organisme yang menyerang. Kekuatan resistensi mungkin diturunkan yaitu imunitas alami (innate), dan imunitas adaptif sebagai respon terhadap infeksi sebelumnya atau karena memang ada inokulasi melalui vaksinasi atau imunisasi.

A. Imunitas Alami (Innate Imunity)

Tipe ini adalah suatu sistem resistensi yang diturunkan dan sangat berhubungan dengan aspek spesies, ras, atau individu artinya bahwa setiap spesies, setiap ras, atau bahkan setiap individu akan memiliki sistem yang berbeda dalam hal ketahanan imunitasnya. Sistem imun ini bersifat alami dan bukan karena adanya induksi oleh infeksi-infeksi sebelumnya. Resistensi

terhadap infeksi sangat beragam antara satu individu dengan yang lainnya juga dengan usia yang berbeda. Anak-anak dan orang tua sangat mudah terkena serangan mikroba jika dibandingkan dengan kelompok usia muda dan dewasa. Hal ini terkait dengan kekuatan sistem imun alami yang dimilikinya.

B. Imunitas Induksi (Acquired Imunity)

Imunitas ini terbentuk selama kehidupan seseorang dan biasanya terbentuk karena adanya faktor induktor yang memicu pembentukan sistem pertahanan. Secara mendasar ada dua tipe dari sistem imun ini, yaitu imunitas aktif dan imunitas pasif.

(1). Imunitas aktif yang merupakan resistensi adaptif yang terbentuk dalam tubuh seseorang setelah terjadinya kontak dengan antigen asing misalnya mikroorganisme dan produk toksik yang dihasilkannya. Mekanismenya melibatkan produksi antibodi oleh sel-sel tubuh individu. Imunitas aktif berkembang sangat lamban dalam kurun waktu berhari-hari atau bahkan beberapa minggu akan tetapi tetap bertahan selama beberapa tahun. Mekanismenya juga melibatkan respon humoral dan respo n yang dimediasi oleh sel (cell mediated response).

a. Imunitas humoral : dalam hal ini, berbagai reaksi imunologis secara khusus melawan mikroorganisme secara langsung dan dimediasi melalui protein dalam sirkulasi darah yang disebut dengan antibodi. Antibodi secara aktif bekerja melawan antigen mikroorganisme beserta produk toksiknya. Antibodi ini dapat menginduksi resistensi dengan beberapa cara yaitu :

- Menetralisasi toksin atau enzim seluler

- Membunuh bakteri atau melisisnya dengan komplemen

- Menghambat kapasitas infeksi dari mikroorganisme

- Membuat mikroorganisme menjadi rentan terhadap aksi fagositosis

- Berkombinasi dengan antigen seluler yang berinterferensi dengan fagositosis (oposinasi).

b. Imunitas yang dimediasi oleh sel (cell mediated imunity): ini adalah kategori respon yang kompleks yang memperlihatkan adanya proses imunologis spesifik dan non spesifik. Responya dapat melibatkan pembentukan antibodi humoral atau tidak sama sekali, dan yang menjadi agen utamanya adalah sel limfoid yang aktif secara imunologis. Sel-sel tersebut disirkulasikan dan akan mengenali benda-benda asing (antigen) dan menginisiasi serangkaian reaksi. Reaksi-reaksinya meliputi respon inflamasi mononuklear, destruksi sitotoksik dari sel invader, aktivasi fagositosis makrofag dan menunda hipersensitifitas pada jaringan.

(2). Imunitas Pasif yaitu resistensi yang temporer yang melawan agen penginfeksi yang diinduksi oleh pemberian antibodi yang melawan agen tersebut. Antibodi tersebut diperoleh dari individu lainnya. Imunitas pasif akan hilang pada periode yang singkat, biasanya dalam beberapa minggu karena antibodi tersebut akan rusak dan tidak ada proses penggantiannya di dalam tubuh. Keuntungannya adalah ketika diberikan ke dlam tubuh maka respon imunitasnya akan segera meningkat dengan cepat tanpa adanya fase diam (lag period).

Antigen dan Antibodi

Antigen adalah substansi yang jika diinjeksikan ke dalam tubuh manusia yang tidak mengandung substansi tersebut akan menyebabkan pembentukan antibodi asing yang spesifik untuk antigen tersebut. Substansinya adalah senyawa kimiawi yang kompleks yang biasanya berkombinasi dengan komponen protein dan non protein atau komponen non-antigenik yang disebut dengan hapten. Hapten tidak dapat menghasilkan antibodi dengan sendirinya tetapi jika antibodi telah terbentuk, dia tidak akan dapat berkombinasi dengan antibodi tersebut. Beberapa polisakarida dan polipeptida dapat berperan sebagai antigen. Kadang kala lipid dan asam nukleat yang berkombinasi dengan protein juga berperan sebagai antigen. Antigen haruslah molekul yang besar (makromolekul) akan tetapi tidak semua makromolekul bersifat antigenik.

Makromolekul di dalam tubuh kita sendiri yang menjadi penyusun unit struktural dan fungsional tubuh tidak akan berperan sebagai antigen, akan tetapi jika makromolekul kelinci diinjeksi dengan makromolekul dari manusia atau sebaliknya maka akan menimbulkan pembentukan antibodi. Penjelasan akan fenomena ini adalah bahwa perbedaan struktur molekul dari dua individu yang berbeda spesiesnya dalam kelas mamalia akan menimbulkan respon antigen-antibodi.

Suatu antibodi merupakan substansi imunitas yang dibentuk dalam darah manusia sebagai respon terhadap stimulus antigenik dan akan bereaksi secara spesifik dengan antigen yang berhubungan pada beberapa cara yang dapat diamati, Antibodi adalah protein dan menjadi bagian dari globulin serum. Darah mengandung protein-protein seperti albumin, globulin, dan fibrinogen yang dapat diisolasi dengan metode elektroforesis. Antibodi menjadi penyusun 1-2% dari total protein serum dan kendati dalam kondisi abnormal sekalipun. Karena antibodi termasuk kedalam kelas globulin, maka disebut juga sebagai imunglobulin. Antibodi dicirikan oleh piranti kimiawi, fisika dan imunologisnya.

Tipe-Tipe Imunoglobulin

Imunoglobulin adalah kelompok globulin (protein globular) yang terdiferensiasi secara struktural dan fungsional berperan sebagai antibodi. Antigen yang diinjeksikan ke dalam tubuh suatu organisme akan menstimulasi pembentukan beberapa antibodi yang bereaksi dengan antigen tersebut. Umumnya antigen yang lebih kompleks akan menstimulasi pembentukan antibodi yang lebih banyak.

Ada lima kelas imunoglobulin pada plasma manusia yaitu IgG, IgM, IgD, dan IgE dimana dua kelas yang terakhir memiliki jumlah yang sangat sedikit. Pembagian kelas tersebut didasarkan kepada analisis struktur molekul dan perilaku elektroforesisnya. Semua imunoglobulin disusun oleh dua tipe rantai polipeptida yang dinamakan rantai ringan (L: Light) dan rantai berat (H : heavy). Rantai ringan berikatan dengan rantai berat oleh ikatan disulfida (S-S) dan semuanya membentuk suatu dimer (LH). Setiap molekul antibodi bersifat bifungsional dan memiliki dua tempat untuk berkombinasi dengan antigen. Ujung aminonya merupakan bagian yang bertanggung jawab terhad ap pengenalan dan pengkombinsaiannya dengan antigen. Baik rantai ringan maupun rantai berat dapat mengenali antigen. Berikut ini adalah kelas-kelas

imunoglobulin dalam plasma :

a. IgG : semua imunoglobulin termasuk ke dalam kelas ini. IgG memiliki 4 rantai peptida yang terdiri atas dua rantai rin gan dan dua rantai berat.Ada dua tempat perlekatan dengan antigen untuk satu molekul IgG. Antibodi ini adalah antibodi yang memiliki imunitas pasif. Fungsingya

meningkatkan fagositosis, menetralkan racun dan virus serta melindungi fetus dan anak yang baru dilahirkan.

b. IgA : adalah kelompok kedua terbesar dari kelas imunoglobulin yang ditemukan dalam plasma manusia yang terdiri atas dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keberadaannya banyak dalam sekresi membran mukosa, kelenjar ludah, saluran respirasi, permukaan intestinum dan dalam kolostrum. Fungsi utamanya dalah melindungi permukaan mukosal.

c. IgM : adalah antibodi yang memiliki berat molekul yang besar (950.000) dan ditemukan dalam plasma dalam bentuk polimerisasi sebagai pentamer. Antibodi ini disintesis pada tahap awal imunisasi dan diikuti oleh IgG. Kelas ini memiliki bagian yang berikatan dengan komplemen. Antibodi ini merupakan antibodi pertama yang terbentuk sebagai respon terhadap suatu benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

d. IgD : adalah molekul antibodi yang terdapat dalam jumlah sedikit dalam bentuk monomer. Fungsi biologisnya masih kurang diketahui namun terlibat dalam mekanisme inisiasi repon imun.

e. IgE : adalah kelas antibodi yang paling sedikit dalam darah. Antibodi ini berhubungan dengan mekanisme alergi seperti hay fever, asthma dan kemungkinan juga merespon infeksi protozoa dan parasit.

Limfosit dan Sistem Limfa

Sel-sel yang memperlihatkan respon imunologis terletak di dalam sistem organ limfoid yang berinterkomunikasi dengan bagian tubuh lainnya melalui sistem saluran limfa. Selsel tersebut dikenal dengan limfosit. Limfosit berasal dari sel-sel induk (stem cell) yang dihasilkan oleh kantung yolk, dan liver fetus selama fase embrionik dan setelah dewasa akan dihasilkan di sum-sum tulang. Sel-sel limfosit bermultifikasi, berdiferensiasi dan mengalami kematangan dalam organ limfoid dan timus.

Kelompok Limfosit

Ada dua kelompok limfosit dalam tubuh yaitu limfosit T atau sel T yang berasal dari timus dan limfosit B atau sel B yang berasal dari sum-sum tulang. Limfosit T memediasi respon imun seluler seperti destruksi atau pengkerutan jaringan atau tuberkulin (menunda reaksi hipersensitifitas). Sedangkan limfosit B berhubungan dengan imunitas humoral seperti

pembentukan antibodi. Ada fungsi lain dari sel T yaitu membantu sel B untuk menginisiasi pembentukan antibodi.

Fungsi Imunologis Timus

Organ ini memiliki fungsi ganda sebagai endokrin dan fungsi imunologis karena menghasilkan sel-sel limfosit. Timus memiliki stroma epitel yang mengandung limfosit. Limfosit sudah terbentuk sejak dalam rahim (fetus). Limfosit timus berasal dari prekusor imigran dari jaringan hemopoetik seperti hepar dan sumsum tulang ketika masih dalam fase fetus. Limfosit melakukan multifikasi di dalam timus dan sebagian akan bermigrasi ke dalam aliran darah.

Timus menghasilkan sel limfosit T yang menjadi proporsi yang besar dalam sirkulasi limfosit. Sel T memiliki spesifikasi imunologis dan berpartisipasi dalam respon imun yang dimediasi oleh sel yaitu sebagai sel efektor. Sel T tidak menghasilkan antibodi humoral, akan tetapi antibodi humoral dihasilkan oleh sel B yang tidak tergantung kepada sel T di timus, akan tetapi untuk beb erapa antigen, sel B membutuhkan keberadaan sel T sebelum sel B tersebut dapat menghasilkan antibodi.

Sebagai hasil dari pematangan sel T di dalam timus, sel T akan bermigrasi dari timus ke perifer. Sel-sel limfosit ini akan bergerak ke limfa (spleen) dimana disana akan mengalami kematangan lebih lanjut dan akan membentuk subpopulasi-subpopulasi sel T yang beragam. Sel-sel tersebut membentuk marker permukaan yang spesifik.

Beberapa subpopulasi yang dihasilkan adalah :

a) Prekursor sel sitotoksik yang akan berkembang menjadi sel-sel pembunuh (killer cells) dalam imunitas yang dimediasi sel.

b) Sel yang terlibat dalam reaksi limfosit campuran dan merespon dengan berproliferasi ketika ada antigen transplantasi.

c) Sel yang membantu respon sel B untuk menghasilkan antibodi

Beberapa Unit Fungsional dari Sel T dan B

Sel T membawa antigen dipermukaannya yang spesifik dan memiliki sisi reseptor untuk mengikat antigen. Sel T dalam darah manusia memiliki properti seperti rosset atau karangan jika berkombinasi dengan eritrosit domba. Sel T memiliki umur yang panjang.

Sel B memiliki sisi reseptor untuk berikatan dengan antigen dan memiliki imunoglobulin permukaan. Sel B dapat diaktivasi olehlipopolisakarida yang berasal dari Salmonella dan Escherichia coli (bakteri gram negatif).

Sel K yaitu sel yang termasuk dalam kategori lain yang dikenal dengan sel pembunuh (killer cells). Fungsi sel K diperlihatkan oleh sel T dan terkadang juga oleh sel B. Makrofag juga memperlihatkan fungsi yang demikian.

Interaksi Antigen dan Antibodi

Plasma dari individu yang normal memiliki ratusan jenis antibodi yang berbeda dalam jumlah yang sedikit. Jika antigen baru masuk ke dalam tubuh, antibodi spesifik akan muncul di dalam darah yang akan bereaksi dengan antigen. Pendedahan berulang dengan berbagai antigen akan memperbanyak jumlah jenis antibodi dalam plasma. Jika individu didedahkan dengan antigan yang sebelumnya pernah masuk ke dalam tubuh individu tersebut, maka akan dihasilkan sejumlah besar antibodi secara cepat di dalam plasma. Seluruh antibodi adalah protein. Pemberian satu antigen akan menstimulasi pembentukan beberapa antibodi. Jika antigen memiliki dua sisi aktif dan akan diikat oleh antibodi yang memiliki dua sisi tempat berkombinasi dengan antigen maka akan mengasilkan reaksi presipitasi.

Jenis-Jenis Antibodi dan Reaksinya

Ada beberapa kategori antibodi yang penting, diantaranya adalah :

a. Antitoksin yang menghasilkan pelawan toksin

b. Aglutinin yaitu antibodi yang menyebabkan aglutinasi (aglutininin vs aglutinogen).

c. Presipitan yaitu antibodi yang membentuk kompleks dimana molekul antigen akan larut.

d. Lisin yaitu antibodi yang mengaktifkan komplemen (fiksasi kompelemen) yang akan memicu lisisnya sel.

e. Opsonin yaitu antibodi yang berkombinasi dengan komponen permukaan mikroba yang akan menetralkan atau memblok tempat pengikatan mikroba sehingga menjadi inaktif.

Induksi Respon Imun

Untuk menciptakan respon imun, suatu molekul antigen harus melakukan kontak dengan permukaan limfosit. Limfosit mampu merespon suatu antigen dimana telah ada reseptor spesifik di permukaan sel limfosit tersebut yang akan merespon antigen dan limfosit yang berbeda akan memiliki reseptor yang berbeda pula. Setiap limfosit hanya memiliki satu jenis reseptor bagi molekul antibodi. Antibodi akan berikatan dengan membran plasma limfosit dan akan segera mengenali antigen. Limfosit tersebut satudiantara seribunya akan dipilih dan secara spesifik distimulasi untuk memperbanyak jumlahnya dan akhirnya akan berdiferensiasi membentuk populasi sel yang aktif menghasilkan antibodi. Hal ini dikenal dengan seleksi klonal.

Semua molekul antibodi memiliki lebih dari satu sisi aktif antigeniknya (determinan antigenik) di permukaannya. Jika berkolaborasi dengan sel T dan B, sel T akan bereaksi dengan satu determinan dan membantu sel B untuk bereaksi dengan determinan lainnya yang merupakan determinan kedua dalam molekul antibodi yang sama. Eksperimen tentang ini dilakukan dengan menggunakan konjugasi hapten-protein sebagai antigen. Hapten adalah substansi yang tidak dapat menimbulkan suatu respon imun jika hanya dengan dirinya saja tanpa membentuk konjugasi dengan protein lain tetapi dapat berikatan dengan antibodi jika telah terbentuk konjugasi.

Tempat Terperangkapnya Antigen

Proliferasi limfosit terjadi di tempat dimana infeksi atau inflamasi berlangsung, akan tetapi sejumlah besar antibodi dibentuk di organ limfoid sekunder yaitu di nodus limfatikus, limfa, tonsil, dan umbai cacing (appendix). Organ limfoid primer tidak memiliki mekanisme perangkap antigen, sehingga antibodi tidak terbentuk di sana.

Terdapat tiga tipe sel yang spesifik dalam organ limfoid yang terlibat dalam perangkap antigen. Sel-sel tersebut adalah makrofag, folikel dendritik dan limfosit.

Makrofag : kendati peranan makrofag dalam pembentukan antibodi masih sangat kontroversial tetapi tidak diragukan lagi bahwa keberadaannya di nodus limfatkus dan di limfa merupakan salah satu cadangan pertahanan terhadap antigen dalam tubuh. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian autoradiografik. Dalam beberapa menit setelah injeksi antighen, tahap-tahap dalam ra ngkaian pengambilan antigen dapat

dilacak. Pertama, antigen akan melekat ke membran terluar dari makrofag, dan segera membentuk vesikel di sekeliling antigen untuk kemudian menelannya yang pada akhirnya akan membentuk vesikel pinositosis dan akan ditarik segera dari permukaan sel untuk masuk ke dalam sel. Hal ini berlangsung dalam beberapa menit. Selanjutnya makrofag akan mencerna material yang ditelannya dan akan dibantu oleh protolisosom yang mengandung enzim katalisis yang menyebar di sekeliling vesikel pinositosis dan selanjutnya akan berfusi untuk membentuk fagolisosom.

Sel folikel dendritik : dalam folikel limfoid dan pusat germinal, satu tipe sel yang khusus ditemukan yang dicirikan dengan sel dendritiknya yang panhang, kompleks dan memiliki prosesus (juluran) yang saling berpilin. Ini dapat mengikat antigen di permukaannya dalam waktu yang lama tanpa endositosis dan tanpa denaturasi atau pencernaan. Limfosit yang mendeteksi antigen dipermukaan sel folikel dendritik akan terstimulasi. Selanjutnya, sel B akan membesar, cepat mmembelah dan menghasilkan sarang sel yang dikenal dengan pusat germinal. Pusat tersebut memperbesar sel limfosit B dan progeninya berkemang menjadi limfosit pembentuk antibodi dan sel-sel plasma.Limfosit : sel limfosit terlibat dalam transportasi antigen dengan dua cara yaitu pertama melalui absorbsi antigen di permukaan limfosit dengan reseptor spesifik untuk antigen tertentu, dan kedua adalah dengan mengambil kompleks antigen-antibodi untuk selanjutnya membawanya ke dalam sirkulasi untuk transportasi antibodi.

Sintesis Antibodi

Untuk mengetahui bagaimana antibodi dihasilkan, suatu antigen diinjeksikan ke hewan uji dengan adjuvant yang cocok. Adjuvan adalah satu antigen dimana antigennya telah diemulsifikasi sebelum diinjeksikan ke dalam tubuh hewan percobaan. Freund’s complete adjuvant (FCA) merupakan adjuvant paling potensial dan banyak digunakan untuk menghasilkan respon sel yang dimediasi dan respon humoral. Setelah diinjeksi dengan adjuvant, antibodi dideteksi di serum

dalam beberapa hari kemudian. Antibodi akan meningkat dan selanjutnya menurun yang pada akhirnya hilang. Hal ini dikenal dengan respon imunisasi primer. Jika dilakukan injeksi kedua atau dalam dosis yang besar dengan antigen yang sama pada kondisi antibodi mulai turun jumlahnya dalam plasma, maka seketika akan terjadi lonjakan jumlah antibodi hingga mencapai puncak. Antibodi ini akan bertahan selama berbulan-bulan atau mungkin bertahun-tahun. Hal ini dikenal dengan respon imunisasi sekunder.

Fenomena tersebut merefleksikan suatu episode dimana ada suatu peningkatan jumlah sel-sel yang terlibat dalam produksi satu tipe antibodi dimana satu sel hanya membentuk satu tipe antibodi. Pembentukan antibodi dapat dijelaskan berdasarkan teori seleksi klonal. Jika antigen berlekatan dengan reseptor pada limfosit, maka sel akan distimulasi untuk melakukan pembelahan mitosis. Dengan demikian sel0sel klon dihasilkan dan akan dapat mensintesis antibodi tertentu.

Seleksi Klonal

Antigen dalam beberapa hal memerlukan pemerosesan di dalam makrofag. Makrofag juga memiliki fungsi untuk menjaga antigen untuk tetap di permukaan sehingga dapat dikenali oleh limfosit. Semua antigen memerlukan bantuan sel T untuk menginduksi respon imun. Sel T mengenali bagian pembawa dari molekul dan ujung hapten dari sel B. Sel T mengelaborasikan suatu produk yang membantu memicu sel B secara langsung melalui kerja sama makrofag.

Imunitas Sel yang Dimediasi

Timus yang menghasilkan sel T terlibat dalam imunitas sel yang dimediasi. Jika suatu antigen melakukan kontak dengan sel T, sel T akan segera membelah dan diikuti dengan diferensiasi dan pematangan. Prosesnya sama dengan imunitas humoral. Sel T mensintesis mediator-mediator atau limfokin ketika melakukan kontak dengan antigen. Mediator-mediator tersebut adalah polipeptida yang menghambat migrasi makrofag dan leukosit. Akan tetapi ada juga peptida yang mengaktivasi makrofaf dan proliferasi sel. Beberapa sel T berfungsi sebagai sel-sel pembantu (helper) untuk memicu sel B, sedangkan yang lainnya juga dapat berfungsi sebagai penekan aktivitas sel B (supresor).

Dengan demikian pada imunitas sel yang dimediasi, agen utamanya bukan merupakan protein yang dapat larut dalam aliran darah, tetapi sel limpoid yang diaktivasi. Imunitas sel yang dimediasi meliputi penundaan respon hipersensitivitas (misalnya pada reaksi tuberkulin bagi penderita TBC), imunitas transplantasi, imunitas tumor, dan autoimunitas.

Respon Inflamasi

Respon inflamasi banyak ditemukan pada jaringan yang luka. Pada jaringan yang luka sel-sel akan mengalami kerusakan dan melepaskan histamin. Histamin adalah suatu senyawa kimia yang memicu pembesaran dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga memungkinkan cairan dan sel-sel fagosit memasuki jaringan yang rusak. Disana akan terjadi fagositosis terhadap patogen. Respon ini termasuk respon imun non spesifik.

Reaksi Alegi

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa imunglobulin IgE bertanggung jawab dalam reaksi alergi. Reaksi alergi salah satunya adalah terhadap butir polen yang diangap sebagai pemicu alergi (alergen). Pendedahan pertama terhadap tubuh (misalnya pada saluran pernafasan) akan memicu pembentukan antibodi oleh sel B. Selanjutnya antibodi yang terbentuk akan berikatan dengan sel mast dan akan menimbulkan reaksi alergi setelah pendedahan kedua.

Reaksi Protein Antimikroba (Interferon)

Protein antimikroba yang penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen yang terlibat dalam mekanisme respon imun spesifik dan nonspesifik serta interferon. Interferon adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi untuk me nghambat produksi virus pada sel tetangganya.