MAKALAH 3

9
CARBON TRADE tegar Wahyuni zahrah PRO DAN KONTRA CARBON TRADE BAGI INDONESIA TEGAR 1 , WAHYUNI ZAHRAH 2 PENDIDIKAN PROFESI ARSITEKTUR ( PPAR) , TEKNIK ARSITEKTUR , UNIVERSITAS SUMATERA UTARA EMAIL : [email protected] ABSTRACT Carbon trade is a market-based mechanism to help limit the increase of CO2 in the atmosphere. With carbon trading mechanisms, opportunities for Indonesia to become a very large carbon seller. Experts criticize the practice of carbon trading environment which according to them is only a proliferation of the free market system to the realm of environmental policy. While there are several ways to reduce carbon emissions: Reduce Energy Consumption , Use Alternative Energy , Planting Trees , Increased Use of Public Transportation , (Reduce, Reuse, Recycle). There are even the latest technology by using seaweed (algae). Easy- living organisms in the sea has great ability to absorb carbon dioxide and can be processed into biofuels, environmentally friendly fuel. Keywords : Carbon Trade environmental policy , algea , biofuels PENDAHULUAN Carbon trade adalah mekanisme berbasis pasar untuk membantu membatasi peningkatan CO 2 di atmosfer. Pasar perdagangan karbon terdiri dari para penjual dan pembeli yang mempunyai posisi sejajar dalam peraturan perdagangan yang sudah distandarisasi. Pembeli adalah pemilik industri yang menghasilkan CO 2 ke atmosfer dan memiliki ketertarikan atau diwajibkan oleh hukum untuk menyeimbangkan emisi yang mereka keluarkan melalui mekanisme karbon, sedangkan penjual adalah pemilik yang mengelola hutan atau lahan pertanian bisa melakukan penjualan karbonnya berdasarkan akumulasi karbon yang terkandung dalam pepohonan di hutan mereka. Atau bisa juga pengelola industri yang mengurangi emisi karbon mereka dengan menjualnya kepada emitor. 1

description

urban

Transcript of MAKALAH 3

Page 1: MAKALAH 3

CARBON TRADE tegar

Wahyuni zahrah

PRO DAN KONTRA CARBON TRADE BAGI INDONESIA

TEGAR1 , WAHYUNI ZAHRAH2

PENDIDIKAN PROFESI ARSITEKTUR ( PPAR) , TEKNIK ARSITEKTUR , UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

EMAIL : [email protected]

ABSTRACT

Carbon trade is a market-based mechanism to help limit the increase of CO2 in the atmosphere. With carbon trading mechanisms, opportunities for Indonesia to become a very large carbon seller. Experts criticize the practice of carbon trading environment which according to them is only a proliferation of the free market system to the realm of environmental policy. While there are several ways to reduce carbon emissions: Reduce Energy Consumption , Use Alternative Energy , Planting Trees , Increased Use of Public Transportation , (Reduce, Reuse, Recycle). There are even the latest technology by using seaweed (algae). Easy-living organisms in the sea has great ability to absorb carbon dioxide and can be processed into biofuels, environmentally friendly fuel.

Keywords : Carbon Trade environmental policy , algea , biofuels

PENDAHULUAN

Carbon trade adalah mekanisme berbasis pasar untuk membantu membatasi peningkatan CO2 di atmosfer. Pasar perdagangan karbon terdiri dari para penjual dan pembeli yang mempunyai posisi sejajar dalam peraturan perdagangan yang sudah distandarisasi. Pembeli adalah pemilik industri yang menghasilkan CO2 ke atmosfer dan memiliki ketertarikan atau diwajibkan oleh hukum untuk menyeimbangkan emisi yang mereka keluarkan melalui mekanisme karbon, sedangkan penjual adalah pemilik yang mengelola hutan atau lahan pertanian bisa melakukan penjualan karbonnya berdasarkan akumulasi karbon yang terkandung dalam pepohonan di hutan mereka. Atau bisa juga pengelola industri yang mengurangi emisi karbon mereka dengan menjualnya kepada emitor.

Perdagangan karbon adalah mekanisme pendanaan yang di berikan oleh negara-negara maju kepada negara yang melestarikan hutannya atau negara yang

memberikan jasa lingkungan dengan menjaga hutannya melalui sebuah mekanisme yang telah di atur. Dalam kesepakatan Protokol Kyoto yang dimaksud dengan negara-negara pembeli karbon adalah negara-negara yang masuk kedalam Annex 1 atau negara maju yang memiliki industri besar yang menghasilkan emisi dalam skala besar, sementara hutannya telah habis. Sedangkan yang dimaksud penjual karbon adalah negara-negara yang masih memiliki tutupan hutan atau negara ketiga yang berkomitmen untuk mempertahankan tutupan hutannya dari ancaman konversi.

Penjual karbon adalah pemilik yang mengelola hutan atau lahan pertanian yang bisa menjual kredit karbon berdasarkan akumulasi karbon yang terkandung dalam pepohonan di hutan mereka atau bisa juga pengelola industri yang mengurangi emisi karbon mereka dan menjual emisi yang telah dikurangi kepada emitor (industri) lain. Mekanisme perdagangan karbon dapat dijelaskan sebagai berikut: negara (yang telah meratifikasi Protokol Kyoto) yang menghasilkan emisi karbon dari

1

Page 2: MAKALAH 3

CARBON TRADE tegar

Wahyuni zahrah

kuota yang ditentukan diharuskan untuk memberikan sejumlah insentif kepada negara yang bisa menyerap karbon melalui proyek penanaman hutannya. Setiap negara/ industri mempunyai kuota karbon yang “boleh” diemisikannya dan memperbolehkan industri yang berhasil mengurangi emisinya untuk menjual kredit karbon yang tersisa ke industri lain.

ALASAN TIMBULNYA ISU CARBON TRADE

Isu carbon trade muncul pertama sebagai salah satu solusi pemecahan isu pemanasan global. Pemanasan Global atau Global Warming yang merupakan proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi sejak pertengahan abad 20 ditengarai sebagai akibat dari meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Sebagai dampak dari meningkatnya suhu global ini di antaranya dapat kita saksikan melalui pemberitaan media tentang mencairnya salju abadi di kedua kutub bumi. Kita juga dapat merasakan peralihan cuaca dan musim yang tidak menentu, peningkatan tinggi muka air laut (mengakibatkan tenggelamnya pulau-pulau kecil) dan peningkatan suhu air laut (ekosistem laut terganggu), bertambahnya frekuensi badai dan banjir, timbulnya berbagai macam penyakit, punahnya beberapa tumbuhan dan satwa yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan cuaca yang ekstrim, serta terpengaruhinya hasil pertanian yang tentu berpengaruh terhadap stok bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya.

Oleh karena itu, maka muncullah gagasan mengurangi emisi gas yang menyebabkan pemanasan global dengan mekanisme perdagangan karbon.Dan setelah melalui berbagai perhitungan matematika didapat bahwa cara carbon trade yang paling efektif dan paling murah dalam mengatasi jumlah emisi yang diharapkan akan mengurangi dampak pemanasan global.

KEUNTUNGAN PENERAPAN CARBON TRADE DI INDONESIA

Dengan mekanisme perdagangan karbon, peluang Indonesia untuk menjadi negara penjual karbon sangat besar. Potensi hutan Indonesia yang sangat luas dapat mendatangkan manfaat ekologi dan ekonomi sekaligus bagi masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar hutan. Sesuai kesepakatan awal bahwa perdagangan karbon hanya bisa melibatkan pohon yang bukan dari hutan alam dan bukan hutan/pohon yang dikembangkan sebelum tahun 1990, justru dapat memotivasi masyarakat Indonesia untuk lebih banyak menanam pohon dengan asumsi bahwa: ”dengan menanam pohon akan mendatangkan uang”.

Diketahui bahwa Yayasan Gibbon dan The Balikpapan Orangutan Survival Foundation telah memulai bermain dalam perdagangan karbon di Kalimantan. Dengan kemampuan teknologi citra radar yang dimiliki, lembaga tersebut bisa meyakinkan kepada pihak pembeli, sehingga mendapatkan pembiayaan untuk membangun hutannya bersama dengan masyarakat setempat. Dengan perdagangan carbon ini dapat membuka kesempatan kerja bagi 650 kepala keluarga. Harga jual karbon yang saat ini berlaku adalah US $ 2-7 setiap ton karbon per tahun.

Kunci keberhasilannya adalah kemajuan informasi yang dimiliki baik dalam citra radar untuk pemantauan kegiatan lapangan yang setiap saat dengan mudah diakses dan dilakukan penilaian total karbon yang dihasilkan. Pekerjaan ini berarti sudah bersifat resource and community based management (Marsono, 2004).

KERUGIAN PENERAPAN CARBON TRADE DI INDONESIA

Indonesia perlu menjamin tidak akan terjadi kebocoran dan yang lebih penting lagi, bahwa tingkat pengurangan deforestasi akan berlangsung secara permanen, dan tidak hanya bersifat sementara. Masalah seberapa lama bertahan sebuah hutan adalah salah satu bentuk keprihatinan tentang penggunaan konservasi hutan untuk mengurangi emisi karbon. Jika negara yang memiliki kesulitan keuangan, menerima dana karbon untuk melindungi hutan tetapi kemudian kemungkinan terjadi peningkatan laju deforestasi atau laju

2

Page 3: MAKALAH 3

CARBON TRADE tegar

Wahyuni zahrah

penurunan hutan menjadi peyebab utama terjadinya perubahan iklim, sehingga dikhawatirkan bahwa mekanisme penurunan emisi tidak bersifat permanen

Para pakar lingkungan mengkritisi praktek perdagangan karbon yang menurut mereka hanya merupakan pengembangbiakan sistem pasar bebas ke ranah kebijakan lingkungan. Perhitungan dan dasar ilmiah pengurangan emisi dinilai sangat rumit dan tidak jelas.Seperti bagaimana menghitung kapasitas karbon yang diserap oleh sejumlah pohon dan berapa harga per satuan berat karbon yang harus dibayar. Biasanya dalam praktek perdagangan, soal harga ditentukan oleh pemain terbesar yang bisa mengutak-atik harga sesuai keinginannya sendiri.

Bahkan lebih dari itu, negara-negara industri maju yang telah mengeluarkan dana untuk kompensasi emisi yang mereka keluarkan, otomatis akan menaikkan harga jual dari produk yang mereka hasilkan. Tentu saja negara-negara berkembang sebagai konsumen dari produk teknologi tinggi yang dihasilkan negara-negara maju akan terkena imbas dari kenaikan harga tersebut. Dengan demikian, dana yang didapatkan justru untuk membayar kenaikan harga tersebut dan bukan untuk kegiatan-kegiatan mengurangi emisi karbon.

HAMBATAN DAN TANTANGAN

Konsep perdagangan karbon dapat dianalogikan dengan praktek pengampunan dosa yang berkembang lima abad yang lalu dimana seseorang dapat memperoleh keampunan atas dosa yang dilakukannya dimasa lalu hanya dengan membayar sejumlah uang. Sehingga melalui perdagangan karbon sebuah negara industri yang menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global dapat dengan mudah membayar sebuah negara berkemabang yang mampu mengupayakan pengurangan emisi karbon, sehingga kesalahannya dapat dianggap tidak ada.

Tingkat kepentingan posisi negara berkembang dalam hal mereduksi karbon membuat beberapa pihak menuntut agar pemerintah menaikkan posisi tawar untuk menekan negara maju agar dapat mengurangi

emisinya sendiri. Bukan justru negosiasi untuk memperoleh bantuan dana . Hambatan lain yang terjadi adalah permasalahan mekanisme perdagangan di bidang kehutanan, dimana pembeli menginginkan kepastian hukum dan produk jangka panjang sesuai dengan alam dari objek yang diperdagangkan, yakni sebuah proses penyerapan karbon di atmosfer menjadi produk bahan organik. Prosedur semakin rumit karena dikaitkan dengan pembangunan berkelanjutan dari negara peserta proyek khususnya aspek sosial ekonomi masyarakat setempat dan aspek lingkungan. Untuk bisa benar-benar menerapkan cerbon trade suatu negara harus benar-benar mempunyai data mengenai jumlah emisi yang akurat karena hutan yang ada harus cukup menetralkan emisi yang telah ada atau yang sudah dihasilkan oleh negara Indonesia sendiri sedangkan yang seperti kita tahu Indonesia paling lemah dalam hal administrasi dan pengawasan.

SOLUSI TERBAIK

Carbon Trade sebenarnya bukan cara paling jitu mengatasi jumlah karbon terlebih lagi jika dibilang untuk mengatasi pemanasan global. Seperti yang sudah diketahui ada beberapa cara mengatsi pemanasan global yaitu :

1. Kurangi Konsumsi energi

Karbon dioksida banyak dihasilkan dari jutaan rumah di seluruh dunia. Dengan demikian, mengurangi konsumsi energi pribadi dapat mengurangi emisi karbon dioksida. Mematikan lampu jika tidak digunakan, pembelian peralatan dan bola lampu yang hemat energy adalah cara-cara sederhana untuk mengurangi konsumsi energi. Matikan peralatan Elektronik jika tidak digunakan seperti: Televisi, dan lain-lain.

2. Gunakan Energi Alternatif

Menggunakan sumber energi alternatif adalah cara lain untuk mengurangi jumlah karbon dioksida di udara. Tenaga surya dan tenaga air serta nuklir, angin dan energi panas bumi memang mahal pada awalnya tetapi dapat

3

Page 4: MAKALAH 3

CARBON TRADE tegar

Wahyuni zahrah

hemat dalam jangka panjang karena lebih efisien. Juga bentuknya jauh lebih bersih.

3. Penanaman Pohon

Penanaman pohon adalah cara yang baik untuk mengurangi emisi karbon dioksida. Pohon menyerap karbon dioksida dari atmosfer serta menghasilkan lingkungan yang kaya oksigen. Makan makanan vegetarian juga akan membantu mengurangi pemanasan global.

4. Peningkatan Penggunaan Transportasi Umum

Sebagian besar emisi CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar minyak. Hal ini berlaku di seluruh dunia di mana mobil merupakan sumber utama transportasi bagi sebagian besar bangsa. Dengan membangun lebih baik sistem transportasi umum dan penggunaanya, dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, kita dapat sangat mengurangi emisi gas.

5. Lakukan3R (Reduce,Reuse,Recycle) di Rumah

Salah satu solusi terbesar untuk menghentikan pemanasan global adalah perubahan cara kita berpikir. Dengan mengurangi (Reduce) penggunaan energi kita di rumah, di jalan, dan di tempat kerja kita dapat mengurangi jumlah bahan bakar dan sumber daya alam dikonsumsi setiap tahun

Dengan daur ulang (Recycle), kita dapat mengurangi dampak ke tempat pembuangan sampah dan menurunkan konsumsi energi dan limbah. Dengan mengambil langkah-langkah sederhana setiap hari Anda dapat sangat mengurangi jejak global Anda. Misalnya, matikan AC ketika Anda meninggalkan rumah untuk hari itu. Beli produk lokal, dan mengurangi bahan bakar yang digunakan membuat makanan. Juga, pastikan untuk bergabung dengan program daur ulang lokal Anda, dan mendaur ulang semua, kaca produk plastik, aluminium, dan kertas.

Ada begitu banyak cara mengurangi pemanasan global dan yang palng penting adalah berubahnya cara berpikir kita. Seperti

contoh jika terjadi banjir maka yang disalahkan adalah pemerintah maka pemerintah membuat kebijakan seperti memperbesar kali atau sungai padahal jika tidak ada yang membuang sampah maka hal ini selesai jika pembangunan liar tidak dibiarkan maka tidak ada masalah pada awalnya. Seperti pepatah yang sering didengar “Gali Lobang Tutup Lubang “ kita menggunakan masalah dari tempat lain untuk menjadi solusi masalah sekarang.

Isu carbon trade pertama kali diajukan oleh negar-negara luar yang mempunyai kapasitas industri yang sangat besar dan mereka seolah-olah membuang tanggung jawabnya dengan membuang sisa emisi ke Indonesia hanya karena Indonesia mempunyai populasi hutan terbesar. Juga karena negara-negara industri mempunyai uang yang cukup banyak jadi jika berapa biayapun yang dikenakan mereka yakin dapat membayarnya. Kalau memang ingin mengurangi emisi carbon seharusnya tanggung jawab itu diberikan kepada pabrik-pabrik atau pihak siapapun yang menghasilakn karbon. Jika memang mau menghasilkan carbon , negara tersebut juga harus mampu menetralkannya.Seperti jika kita kebanjiran lalu kita kita meminta tetangga kita untuk ikut menerima banjir itu , kita yang harus menanggung sendiri.

Seperti yang kita tahu Indonesia paling lemah dalam hal pengawasan dan adminstrasi.Untuk mengawasi agar ilegal logging tidak terjadi saja sudah tidak bisa apalagi untuk mengawasi carbon trade.Siapa yang bisa menjamin jika jumlah emisi karbon yang dibuang tidak melebihi kapasitas kuota ynga disepakati.Untuk bisa mengawasi jumlah emisi carbon yang dibuang maka dibutuhkan radar pencitraan yang memadai yang seperti kita ketahui Indonesia juga kalah dalam hal teknologi ini. Mengenai uang yang bisa didapatkan dari carbon trade ini sangat banyak tidak setimpal dengan resiko yang bakal terjadi dan lagipula banyak bidang di Indonesia yang dapat dikembangkan dan mendatangkan jumlah yang sangat besar untuk devisa negara. Tidak perlu mengorbankan hutan kita untuk menampung polusi negara lain.

Dengan sedikit saja kebocoran jumlah emisi maka akan berakibat fatal terutama untuk

4

Page 5: MAKALAH 3

CARBON TRADE tegar

Wahyuni zahrah

warga yang tinggal di sekitar hutan.Berapa banyak orang yang akan sakit menghirup emisi tersebut.Selain itu dari hutan Indonesia sendiri yang sering terbakar apakah kuota hutan yang ada masih cukup besar mengingat data yang ada sering tidak diperbarui.Indonesia sendiri sudah banyak masalah baik masalah umu sampai permaslahan emisi karbon sendiri.

Seperti yang kita ketahui bahwa di negara Indonesia sendiri paling minim angkutan umum sehingga banyak memakai kendaraan pribadi maka berapa banyak emisi yang telah dihasilkan mungkin emisi terbesar indonesia bukan dari Industri tetapi bisa saja dari kendaraan bermotor dan kalau memang gitu apakah indonesia masih bisa menjual kuota emisi karbonnya.

TEKNOLOGI TERBARU

Ternyata banyak cara untuk mengurangi pemanasan global atau global warming.seperti mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, dan juga mencari energi alternatif untuk bahan bakar yang ramah lingkungan. Kedua masalah tersebut dapat ditanggulangi oleh algae (ganggang laut). Ganggang laut punya potensi besar dalam upaya mengatasi pemanasan global. Organisme yang mudah hidup di laut itu punya kemampuan besar menyerap karbondioksida dan dapat diolah menjadi biofuel, bahan bakar ramah lingkungan.

Penelitian dalam skala laboratorium yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membuktikan algae (ganggang) di laut membesar 20-25 kali hanya dalam 15 hari dengan diberi makan karbondioksida (CO2).

BPPT akan melanjutkan penelitian tersebut dengan menghubungkan kultur fotobioreaktor ganggang tersebut di mulut gas buang pembangkit listrik untuk mengetahui penyerapannya terhadap gas CO2 dan menambahkan penelitian berikutnya tentang pemanenan plankton sebagai biofuel.

Menurut Marzan kepala BPPT, ke depan, penangkapan dan penyerapan karbon dengan algae bisa diterapkan di pembuangan emisi

karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang biasanya dibangun di pinggir laut. Selain itu ganggang kemudian bisa dipanen sebagai bahan baku biofuel yang prosesnya memiliki efisiensi 40 persen lebih tinggi dibanding membuat biofuel dengan bahan baku minyak kelapa sawit (CPO).

KESIMPULAN

Carbon trade adalah mekanisme berbasis pasar untuk membantu membatasi peningkatan CO2 di atmosfer. Pembeli adalah pemilik industri yang menghasilkan CO2 ke atmosfer dan memiliki ketertarikan atau diwajibkan oleh hukum untuk menyeimbangkan emisi yang mereka keluarkan melalui mekanisme karbon, sedangkan penjual adalah pemilik yang mengelola hutan atau lahan pertanian bisa melakukan penjualan karbonnya berdasarkan akumulasi karbon yang terkandung dalam pepohonan di hutan mereka.

Konsep perdagangan karbon dapat dianalogikan dengan praktek pengampunan dosa yang berkembang lima abad yang lalu dimana seseorang dapat memperoleh keampunan atas dosa yang dilakukannya dimasa lalu hanya dengan membayar sejumlah uang. Sehingga melalui perdagangan karbon sebuah negara industri yang menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global dapat dengan mudah membayar sebuah negara berkemabang yang mampu mengupayakan pengurangan emisi karbon, sehingga kesalahannya dapat dianggap tidak ada.

Sedangkan ada beberapa cara mengurangi emisi karbon :

1. Kurangi Konsumsi energi2. Gunakan Energi Alternatif3. Penanaman Pohon4. Peningkatan Penggunaan Transportasi

Umum5. Lakukan3R (Reduce,Reuse,Recycle)

di Rumah

Bahkan ada teknologi terbaru dengan menggunakan ganggang laut (algea). Organisme yang mudah hidup di laut itu punya kemampuan besar menyerap karbondioksida dan dapat diolah menjadi biofuel, bahan bakar ramah lingkungan.

5

Page 6: MAKALAH 3

CARBON TRADE tegar

Wahyuni zahrah

DAFTAR PUSTAKA

Algae, Serap Emisi Hasilkan energi , 2012 ,http://www.kamusilmiah.com/teknologi/algae-serap-emisi-hasilkan-energi/, diakses 9 April 2015

Carbon Trade : siapkah kita? , 2012 , http://ksdasulsel.org/pjlwa-a-hl/177-carbon-trade-siapkah-kita , diakses 9 April 2015

Gilbertson T, and Reyes O, Carbon Trading-How it works and why it fails, Journal Carbon Trade Watch/Transnational Institute William

Razak A. Makalah Etika dan kebijakan perundangan lingkungan.Thesis. UGM, Yogyakarta

6