Makala h
Transcript of Makala h
![Page 1: Makala h](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022071921/55cf9b7b550346d033a63c76/html5/thumbnails/1.jpg)
Novi Ernilawati PS/05409
Nurul Hidayati PS/05451
Leni Rahmida PS/05409
What is learning?
Menurut Morgan, belajar merupakan setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman
(1984). Sedangkan menurut Skinner (1985), belajar merupakan suatu proses adaptasi
perilaku yang bersifat adaptif dan Mc.Beach (1956) mengemukakan bahwa belajar
membawa perubahan dalam performance, perubahan itu sebagai akibat dari latihan.
Dari ketiga definisi tersebut terdapat aspek yang sangat mendasar pada proses
belajar yaitu perubahan perilaku dan pengalaman. Selain dua aspek tersebut terdapat
pula dua asperk lainnya, yaitu perubahan yang bersifat progresif dan menetap
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan latihan yang bersifat progresif dan
menetap. Progesif di sini adalah perubahan dari suatu keadaan yang tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari kurang baik menjadi lebih baik.
Sedangkan menetap (permanen) adalah kondisi dimana perubahan yang progresif tadi
menjadi menetap dan dilakukan berulang-ulang. Jika dipaparkan secara singkat
terdapat empat aspek utama belajar, yaitu: perubahan, perilaku/ potensi perilaku,
pengalaman dan sifatnya permanen
Sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa belajar merupakan perubahan
perilaku individu yang didasari oleh berbagai pengalaman sehari-hari individu dan
bersifat permanen atau menetap.
Dalam dunia psikologi, dikenal juga istilah psikologi belajar. Psikologi
merupakan ilmu yang memelajari tentang kejiwaan serta proses mental manusia. Bila
dikaitkan dengan definisi belajar yang telah disebutkan di atas, psikologi belajar
merupakan ilmu yang memelajari proses mental seseorang dalam perubahan perilaku
berdasarkan pengalaman dan bersifat progresif serta relatif menetap.
![Page 2: Makala h](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022071921/55cf9b7b550346d033a63c76/html5/thumbnails/2.jpg)
Novi Ernilawati PS/05409
Nurul Hidayati PS/05451
Leni Rahmida PS/05409
Paradigma Belajar
Asosiatif: Pavlov
a. Konsep/Prinsip/Asumsi Dasar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku dan perubahan tersebut muncul
sebagai respon terhadap berbagai stimulus yang datang dari luar diri subjek.
Konsep dasar yang dikemukakan Pavlov adalah prinsip stimulus-respon
b. Tipe Belajar
Tipe belajar yang dilakukan oleh Pavlov adalah classical conditioning
c. Mekanisme Belajar
Terdapat empat aspek penting yaitu:
UCS: unconditioned response (stimulus yang secara otomatis menimbulkan
respon tanpa adanya pengkondisian)
CS: conditioned stimulus (didahului oleh stimulus netral)
UCR: unconditioned response (respon otomatis terhadap UCS)
CR: conditoned response (respon terhadap CS dengan didahului
pengkondisian).
Subjek diberikan CS dan UCS yang kemudian menimbulkan UCR
sebagai respon terhadap UCS. Pemberian CS dan UCS tersebut diulang-ulang
hingga kemudian Pavlov menghilangkan UCS dan subjek tetap memberikan
respon terhadap CS, respon tersebut dinamakan CR karena subjek
memberikan respon terhadap CS setelah diberikan pengkondisian.
Dalam proses conditioning terdapat beberapa jenis lain di antaranya:
Extinction: pelemahan atau pemusnahan karena UCS tidak disertakan
Spontaneous recovery: munculnya CR setelah masa istirahat Secara
otomatis, tanpa proses pembelajaran kembali
Stimulus generalization: stimulus baru serupa untuk menimbulkan CR
Stimulus discrimination: stimulus baru serupa tidak menimbulkan CR
Higher-order conditioning: CS+NS=CR CS=bagian dari UCS
![Page 3: Makala h](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022071921/55cf9b7b550346d033a63c76/html5/thumbnails/3.jpg)
Novi Ernilawati PS/05409
Nurul Hidayati PS/05451
Leni Rahmida PS/05409
Pola pemasangan stimulus dalam kondisioning:
1. Delayed Conditioning
CS muncul terlebih dulu, dan tetap ada selama kemunculan UCS.
2. Trace Conditioning
CS muncul terlebih dahulu dan menghilang sebelum kemunculan UCS.
3. Simultaneous Conditioning (Kondisioning Simultan)
CS dan UCS dihadirkan secara bersamaan.
4. Backward Conditioning (Kondisioning Terbalik)
UCS justru muncul dan berhenti sebelum CS
5. Temporal Conditioning (Kondisioning Temporer)
CS dan UCS tidak bisa dijelaskan secara pasti. UCS dimunculkan dalam
jarak waktu yang telah ditentukan.
Dari kelima pola pemasangan stimulus tersebut disebutkan bahwa pola
delayed conditioning adalah pola paling efektif dalam memimbulkan respon,
sedangkan pola backward conditioning merupakan pola yang dinilai kurang
efektif dibandingkan pola lainnya.
d. Aplikasi dalam kehidupan nyata
Seorang laki-laki yang melakukan pendekatan pada wanita yang
disukainya biasanya membawakan sesuatu yang disukai wanita tersebut,
perilaku ini diulang-ulang sehingga wanita tersebut menyukai laki-laki itu
walaupun ia tidak membawakan barang kesukaannya.
Fungsionalis: Skinnera. Konsep/Prinsip/Asumsi Dasar
Teori belajar Skinner menyatakan bahwa perubahan perilaku terjadi
karena adanya reinforcement yang didapat ketika perilaku itu muncul. Konsep
dasarnya adalah perilaku muncul karena adanya pengetahuan individu
mengenai apa yang akan terjadi ketika perilaku itu dilakukan. Dan Skinner
meyakini bahwasanya perilaku individu dipengaruhi oleh adanya interaksi
yang terus menerus dengan lingkungan sekitar.
b. Tipe Belajar
![Page 4: Makala h](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022071921/55cf9b7b550346d033a63c76/html5/thumbnails/4.jpg)
Novi Ernilawati PS/05409
Nurul Hidayati PS/05451
Leni Rahmida PS/05409
Tipe belajar yang dikemukaan Skinner memiliki 2 aspek penting:
1. Refleks/ Classical Conditioning.
Tipe belajar ini menekankan bahwa stimulus yang sudah dikenal mampu
membangkitkan respon individu, sehingga perilaku yang dimunculkan
individu disebabkan oleh adanya prediksi atau pengetahuannya akan
akibat yang akan terjadi.
2. Operant Conditioning.
Operant conditioning sebelumnya telah diteliti secara sistematis oleh
Thorndike. Tipe belajar ini menekankan pada hubungan sebab-akibat,
individu akan memunculkan atau tidak suatu perilaku karena dipengaruhi
oleh akibat atau konsekuensi yang akan diterimanya. Secara khusus,
proporsi perilaku yang ditunjukkan oleh individu akan bertambah jika
perilaku itu terjadi dan disusul oleh reinforcement atau dalam hal ini saya
meminjam istilah perkuatan, namun ketika perkuatan yang mengikuti
munculnya perilaku itu berkurang atau tidak lagi terjadi terdapat
kecenderungan berkurangnya proporsi kemunculan perilaku tersebut.
c. Mekanisme Belajar
Mekanisme belajar fungsionalis yang dikemukakan oleh Skinner ini
meliputi manipulasi akibat-akibat dari suatu perilaku dengan tujuan untuk
menaikkan atau menurunkan kemungkinan munculnya perilaku tersebut,
sehingga reinforcement diberikan secara berulang. Dalam hal ini, lingkungan
mempengaruhi perilaku yang dimunculkan oleh individu, dan frekuensi
munculnya perilaku berubah-ubah sesuai dengan perkuatan yang
mengikutinya. Pada tipe operant conditioning, pemerkuat (reinforcement)
diberikan sesudah munculnya perilaku.
Terdapat 4 sifat operant conditioning Skinner, yaitu;
1. Positive Reinforcement; Ketika Individu memunculkan perilaku yang
diharapkan, maka pemerkuat positif (menyenangkan) diberikan.
![Page 5: Makala h](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022071921/55cf9b7b550346d033a63c76/html5/thumbnails/5.jpg)
Novi Ernilawati PS/05409
Nurul Hidayati PS/05451
Leni Rahmida PS/05409
2. Negative Reinforcement; Ketika individu menunjukkan perilaku yang
tidak sesuai dengan harapan, maka pemerkuat negatif (tidak
menyenangkan) diberikan.
3. Punishment; Jika individu menunjukkan perilaku yang diharapkan
(perilaku operan) maka hukuman diberikan, jika tidak memunculkan
perilaku itu, maka hukuman dihentikan.
4. Ommision Training; Jika individu memunculkan perilaku operan,
maka pemerkuat akan dihentikan, namun jika individu tidak
memunculkan perilaku operan pemerkuat menyenangkan akan
diberikan
Adapun skedul reinforcement yang dikemukakan oleh Skinner meliputi atas;
1. Continuous Reinforcement Schedule (CRF) b) Fixed
Interval Reinforcement Schedule. c) Fixed Ratio Reinforcement Schedule. d)
Variable Interval Reinforcement Schedule. e) Variable Ratio Reinforcement
Schedule. f) Concurrent Reinforcement Schedule. g) Concurrent Chain
Reinforcement Schedule .
Dan penjelasannya adalah
1). CRS Setiap respon individu akan diberi perkuatan, individu cukup
melakukan satu perilaku operan saja, dan secara otomatis akan mendapatkan
perkuatan. Hal ini menyebabkan individu akan melakukan satu perilaku
operan secara berulang-ulang.
2). Perkuatan parsial atau intermittent reinforcement schedule. Perilaku
operan tidak selalu mengakibatkan dihasilkannya perkuatan, kadang-kadang
saja diikuti oleh pemberian perkuatan. Perkuatan parsial terbagi menjadi; 1.
Skedul ratio yang fixed, dan 2. Bervariasi (variable). sehingga individu akan
sering melakukan perilaku operan untuk mendapatkan perkuatan.
3). Skedul Interval atau Interval Schedule. Pemberian perkuatan tergantung
lama waktu. Satu perilaku operan yang dilakukan sesudah berjalannya suatu
waktu tertentu dapat menghasilkan perkuatan, jika tidak mencapai waktu yang
telah ditentukan, individu tidak mendapatkan perkuatan.
![Page 6: Makala h](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022071921/55cf9b7b550346d033a63c76/html5/thumbnails/6.jpg)
Novi Ernilawati PS/05409
Nurul Hidayati PS/05451
Leni Rahmida PS/05409
4). Concurent schedule of reinforcement. Terdapat dua atau lebih pilihan
jadwal pemberian perkuatan yang aktif secara berbarengan, sehingga individu
dapat memilih salah satunya. Dan Perilaku memilih dalam skedul konkuren
dapat diterangkan dari Hukum Matching (Matching Law) (Herrnstein) yang
menyatakan bahwasanya respon yang diberikan kepada dua pilihan akan sama
dengan proporsi frekuensi reinforsemen yang didapat dari kedua pilihan
tersebut.
Kognitif: Banduraa. Konsep/Prinsip/Asumsi Dasar
Teori belajar kognitif ini merupakan pengembangan dari teori belajar
klasik. Bila teori klasik hanya menekankan pada stimulus dan respon
serta dampak yang ditimbulkan, teori kognitif ini sudah mulai
menjelaskan bagaimana perilaku bisa terjadi berdasarkan sesuatu yang
ada di dalam pikiran. Disebut juga sebagai toeri belajar sosial, yang
menggunakan prinsip dasar modeling.
b. Tipe Belajar
Tipe belajar dari teori Bandura ini adalah pembelajaran secara
langsung melalui pengamatan (observation learning).
c. Mekanisme Belajar
Proses Belajar kognitif Bandura dilakukan dalam empat tahap, yaitu:
1. Atensi/perhatian
Dalam pembelajaran modeling, seseorang akan mempelajari
sesuatu jika ia bereaksi terhadap apa yang dilihatnya. Maka,
agar subjek bisa memberikan perhatian dengan baik,
diperlukan perilaku yang menonjol, yang bisa menarik
perhatian subjek.
2. Retensi
Retensi merupakan proses penyimpanan informasi yang
diperhatikan tadi serta respon yang terjadi ke dalam memori,
dengan proses penyandian.
![Page 7: Makala h](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022071921/55cf9b7b550346d033a63c76/html5/thumbnails/7.jpg)
Novi Ernilawati PS/05409
Nurul Hidayati PS/05451
Leni Rahmida PS/05409
3. Reproduksi gerak
Informasi yang telah disandikan tersebut dituangkan kembali
dalam bentuk tindakan yang tepat sesuai dengan informasi
yang tersimpan.
4. Penguatan dan motivasi
Hadiah ataupun hukuman yang digunakan untuk mengontrol
perilaku.
Perlu diketahui bahwa tipe belajar observational tidak sama dengan
imitasi, karena perilaku yang dihasilkan belum tentu berupa
duplikasi. Misalnya, seseorang melihat suatu perilaku yang tidak
diinginkan dan melihat konsekuensi negatifnya, sehingga orang
tersebut akan berusaha menahan diri dari perilaku tersebut.
d. Aplikasi dalam kehidupan nyata
Andi merupakan seorang perokok aktif. Suatu hari ia melihat berita
bahwa seorang artis meninggal dunia karena sakit jantung.
Sebelumnya Andi juga mengetahui bahwa artis tersebut merupakan
seorang erokok berat. Oleh karena itu Andi berusaha untuk berhenti
merokok agar tidak mengalami hal yang sama dengan si artis.
Neurophysiology: Hebb
a. Konsep/Prinsip/Asumsi Dasar
Hebb membangun teori belajarnya dengen bermula dari sel sinapsis.
Sinapsis merupakan jarak (gap) antara satu sel dengan sel yang lainnya. Pada
dasarnya, Hebb menekankan pada hubungan antar sel neuron atau saraf
dalam otak, ketika sel berhubungan satu dengan yang lain maka bagian saraf
akan terstimulasi menjadi lebih aktif melalui impuls yang dikirimkan. Tidak
dapat dipungkiri bahwasanya setiap perilaku yang ditunjukkan oleh individu
berhubungan dengan sistem faal yang berpusat pada sistem syaraf yang
disebut dengan otak.
Konsep dasar Hebb adalah Enriched environment (lokalisasi otak) yang
dimaksudkan untuk menempatkan individu pada situasi atau lingkungan yang
![Page 8: Makala h](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022071921/55cf9b7b550346d033a63c76/html5/thumbnails/8.jpg)
Novi Ernilawati PS/05409
Nurul Hidayati PS/05451
Leni Rahmida PS/05409
memberi stimulasi pada diri individu agar mendapatkan banyak pengetahuan
atau penyerapan mengenai hal-hal yang baru.
b. Tipe Belajar
Neural learning, belajar karena adanya hubungan-hubungan antara aliran-
aliran syaraf. Tipe belajar dari teori neurophysiology ini antara lain:
1. Lokalisasi otak
2. Cell assembly
3. Sequence phase
c. Mekanisme Belajar
Mekanisme belajar dari teori Hebb ini adalah dengan menjalankan tiga
tipe belajar yang sudah disebutkan di atas, dimana semuanya saling
berhubungan satu sama lain. Dengan lokalisasi, otak sudah memiliki
spesifikasi tugas untuk masing-masing bagian, dilanjutkan dengan cell
assembly yaitu proses dimana otak mempelajari prinsip dasar dari suatu hal
dan prinsip dasar ini akan terus berkembang. Kemudian ada juga sequence
phase, dimana otak sudah bisa merangkaikan suatu hal yang mungkin tidak
beraturan. Semua mekanisme ini tidak lepas dari peran memory manusia.
Belajar diartikan sebagai penambahan tegangan dalam sel saraf. Short-
term memory merupakan aktivitas yang tetap dan dapat dipertahankan melalui
impuls secara mendadak diantara sel walau stimulus awalnya menghilang.
Sedangkan long-term memory diartikan sebagai penambahan formasi sel saraf
dalam otak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mekanisme belajar dalam
neuropsychology ini terjadi karena adanya hubungan antara reaksi-reaksi yang
terjadi dalam sel otak. Hubungan antara reaksi-reaksi neuron ini sering juga
disebut sebagai jaring laba-laba dalam otak.
d. Aplikasi dalam kehidupan nyata
1. Lokalisasi otak : masyrakat mengenal pembagian otak kanan dan otak kiri,
dimana keduanya memiliki peran yang berbeda. Otak kiri cenderung
![Page 9: Makala h](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022071921/55cf9b7b550346d033a63c76/html5/thumbnails/9.jpg)
Novi Ernilawati PS/05409
Nurul Hidayati PS/05451
Leni Rahmida PS/05409
berperan dalam bidang matematika dan logika, sedangkan otak kanan
digunakan untuk ranah afeksi dan artistik.
2. Cell assembly: misal seseorang mengenali bentuk bawang Bombay. Ketika
melihat kubah masjid, orang tersebut akan berpikir bahwa bentuk kubah
seperti bawang Bombay. Begitu pula bila melihat benda-benda lain yang
bentuknya mirip.
3. Sequence phase: Seseorang mengenali bentuk sepeda motor dengan
onderdil luar yang lengkap. Bila orang tersebut hanya melihat sebuah
spion, orang ini akan sadar bahwa spion tadi merupakan salah satu bagian
motor.