Mahendra (mc n 407)
-
Upload
mahend-slaya -
Category
Engineering
-
view
186 -
download
3
Transcript of Mahendra (mc n 407)
LAPORAN PENELITIAN
ANALISA PERBANDINGAN KINERJA MESIN PENDINGIN AIR CONDITIONER KAPASITAS 2 HP MENGGUNAKAN
REFRIGERAN R22, R290 DAN R407C
Oleh :
Mahendra, ST., MT.
Muhammad Adrian, ST., MM.
Ozkar Firdaus Homzah, ST., MT., M.Sc.
PROGRAM STUDI TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA
POLITEKNIK SEKAYU
2014
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Analisa Perbandingan Kinerja Mesin Pendingin Air Conditioner Kapasitas 2 HP Menggunakan Refrigeran R22, R290 dan R407C
1. Bidang Ilmu : Konversi Energi2. Pengusul :
a. Nama Lengkap : Mahendra, S.T., M.Tb. Jenis Kelamin : Laki-Lakic. NIDN : 0205018601d. Disiplin Ilmu : Energi/Refrigerasie. Jabatan Fungsional : Dosen Tetap Yayasan Politeknik Sekayuf. Program Studi : Teknik Pendingin dan Tata Udarag. Alamat Institusi : Jl. Kol Wahid Udin,Lingk. I Kayuara Sekayuh. Telpon/Faks/E-mail : 0714321099i. Alamat Rumah : Jl. Kol. Wahid Udin Lk. IV Sekayuj. Telpon/Faks/E-mail : 081273414515
3. Jumlah Anggota : 2 Oranga. Nama Anggota I : Muhammad Adrian, S.T., M.M.b. Nama Anggota II : Ozkar Firdaus Homzah, S.T.,M.T.,M.Eng.
4. Lokasi Kegiatan : Politeknik Sekayu5. Jumlah Biaya yang diusulkan : Rp. 5.300.000
Sekayu, 18 Agustus 2014 Menyetujui, PengusulKetua Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara
H.Muhammad Adrian, S.T., M.M Mahendra, S.T.,M.T
Mengetahui,Direktur Politeknik Sekayu
Hj. Murwani Ujihanti
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
ABSTRAK.......................................................................................................v
ABSTRACT......................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................1
1.2 Perumusan Masalah .....................................................................3
1.3 Batasan Masalah ..........................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1Teori Refrigerasi............................................................................5
2.2 Komponen Mesin Refrigerasi Kompresi Uap .............................5
2.3 Refrigeran ....................................................................................8
2.4 Retrofitting Atau Penggantian Refrigeran dari Refrigeran R22 ke
Refrigeran R290 (MC22). ..........................................................13
2.5 Parameter – Parameter Prestasi Mesin Kompresi Uap.................16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metodelogi Penelitian ..................................................................20
3.2 Bahan Penelitian...........................................................................20
iii
3.3 Alat Penelitian..............................................................................20
3.4 Jadwal Penelitian..........................................................................21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data hasil Pengujian Menggunakan Refrigeran R22 ..................23
4.2 Data hasil Pengujian Menggunakan Refrigeran R290.................31
4.3 Data hasil Pengujian Menggunakan Refrigeran R407C...............39
4.4 Analisa dan Pembahasan..............................................................47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................50
5.2 Saran.............................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas ke-hadirat Allah SWT,
Karena berkat rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan Laporan
Akhir ini yang diberi judul “Analisa Perbandingan Kinerja Mesin Pendingin Air
Conditioner Kapasitas 2 HP Menggunakan Refrigeran R22, R290 Dan R407C”,
membahas Kinerja mesin air conditioner antara refrigeran R22, R290 dan
R407C, serta komponen-komponen refrigerasi.
Penulis menyadari dalam penulisan Penelitian ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan Laporan Akhir ini di masa yang akan datang. Besar
harapan penulis agar Laporan Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan
juga bagi para pembaca.
Sekayu, November 2014
Penulis
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kebijakan global dibidang lingkungan mendorong teknologi
di bidang refrigeran untuk menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan
dan hemat energi. Implementasinya dari sisi refrigeran dilakukan dengan
pergantian jenis refrigeran dari jenis R-22 (HCFC) ke jenis yang lebih ramah
lingkungan diantaranya R290 (Propana) dan R407C (HFC). Sedangkan dari sisi
perangkat kerasnya untuk mendapatkan penghematan pemakaian listrik
berkembang jenis inverter yang sebagian besar menggunakan refrigeran R410A.
Setelah periode CFCs, R22 merupakan refrigeran yang paling banyak
digunakan di dalam mesin refrigerasi dan pengkondisian udara. Saat ini beberapa
perusahaan pembuat mesin-mesin refrigerasi masih menggunakan refrigeran R22
dalam produk-produk mereka. Meski refrigeran ini, termasuk juga refrigeran jenis
HCFCs lainnya, dijadwalkan untuk dihapuskan pada tahun 2030 (untuk negara
maju), namun beberapa negara Eropa telah mencanangkan jadwal yang lebih
progresif, misalnya Swedia telah melarang penggunaan R22 dan HCFCs lainnya
pada mesin refrigerasi baru sejak tahun 1998, sedangkan Denmark dan Jerman
mengijinkan penggunaan HCFCs pada mesin-mesin baru hanya hingga 31
Desember 1999 (Indrayono, 2006).
Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat
refrigeran sintetis baru, HFCs (Hydro Fluoro Carbons) untuk menggantikan
refrigeran lama yang ber-klorin yang dituduh menjadi penyebab rusaknya lapisan
ozon. Banyak kalangan menyebutkan bahwa Protokol Montreal adalah salah satu
perjanjian internasional di bidang lingkungan yang paling berhasil diterapkan.
Saat ini, HCFCs (yang pada dasarnya merupakan pengganti transisional untuk
CFCs) telah memiliki 2 kandidat pengganti, yakni R410A (campuran dengan sifat
mendekati zeotrop) dan R407C (campuran azeotrop). Hidrokarbon Propana
(R290) juga berpotensi menjadi pengganti R22. R407C merupakan campuran
antara R32/125/132a dengan komposisi 23/25/52, sedangkan R410A adalah
1
campuran R32/125 dengan komposisi 50/50. Saat ini, beberapa perusahaan
terkemuka di bidang refrigerasi dan pengkonsian udara telah menggunakan
R410A dalam produk mereka. (Indrayono, 2006)
Refrigeran hidrokarbon memiliki keunggulan dibandingkan refrigeran
sintetik, selain ramah lingkungan juga baik dari segi sifat fisika, termodinamika
dan dapat memberikan penghematan listrik. Penggunaan refrigeran hidrokarbon
sebagai pengganti R-22 sudah demikian berkembang karena penggantian tersebut
tidak memerlukan penggantian komponen dan tidak ada penggantian pelumas
pada kompresor. Namun, disatu sisi refrigeran hidrokarbon memiliki sisi
kelemahan dalam keamanan yaitu mudah terbakar. Hal ini menjadi penghambat
perkembangan hidrokarbon di Indonesia karena menjadi momok yang
menakutkan bagi konsumen dan teknisi yang kurang pemahaman akan
hidrokarbon dan perlakuannya. R407C yang merupakan refrigeran campuran dari
jenis HFC, ramah lingkungan seperti refrigeran hidrokarbon. Retrofit dari R22 ke
R407C juga memiliki kendala yaitu diharuskannya melakukan pergantian
pelumas, dimana R22 lebih menggunakan pelumas sintetik yang larut dengan
refrigeran, sedangkan R407C mengunakan pelumas mineral dari jenis ester.
R410A yang juga diproyeksikan sebagai pengganti R22 memiliki perbedaan
temperatur dan tekanan kerja yang significan terhadap R22. Hal ini akan
berpengaruh kepada beratnya kerja kompresor yang berarti besarnya konsumsi
energi. (ASHRAE, 2006)
Penelitian yang dilakukan disini dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana kinerja mesin yang mengunakan refrigeran R22, R290 dan R407C sebagai
bahan perbandingan dalam upaya penghematan energi dan penyelamatan
lingkungan dimasa depan. Pada Penelitian ini penulis akan mengambil topik
pembahasan mengenai Analisa Perbandingan Kinerja Pada Mesin Pendingin (Air
Conditioner) Kapasitas 2 HP Menggunakan Refrigeran R22, R290 dan R407C.
2
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan Uraian diatas maka masalah utama yang akan mendasari
penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana pengaruh penggantian (retrofit) refrigeran pada mesin pendingin
menggunakan R22, R290 dan R407C terhadap Coefficient Of Performance
(COP).
2. Bagaimana pengaruh penggantian (retrofit) refrigeran pada mesin pendingin
menggunakan R22, R290 dan R407C terhadap Konsumsi Arus listrik di
kompresor.
1.3. Batasan Masalah
Penulisan laporan akhir “Analisa Perbandingan kinerja Pada Mesin
Pendingin (Air Conditioner) Kapasitas 2 HP Menggunakan Refrigeran R22,
R290 dan R407C” ini memiliki batasan masalah sebagai berikut :
1. Pengukuran dilakukan pada satu sistem yang sama.
2. Pengaruh lingkungan diabaikan.
3. Menganalisa prestasi kerja atau kinerja dari mesin pendingin AC
dengan refrigeran R22, R290 dan 407C.
1.4 . Tujuan Penelitian
Adapan Tujuan Dalam Penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisa pengaruh penggantian (retrofit) refrigeran pada mesin
pendingin menggunakan R22, R290 dan R407C terhadap Coefficient Of
Performance (COP).
2. Untuk mendapatkan pengaruh penggantian (retrofit) refrigeran pada mesin
pendingin menggunakan R22, R290 dan R407C terhadap Konsumsi Arus
listrik di kompresor.
3
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat Dalam Penelitian ini Meliputi:
1. Bagi pendidikan
Hasil dari penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan literatur
keilmuan terkait dengan Studi Analisa Perbandingan kinerja Pada Mesin
Pendingin (Air Conditioner) Kapasitas 2 HP Menggunakan Refrigeran R22,
R290 dan R407C.
2. Bagi Profesi
Meningkatkan keilmuan bagi profesi sebagai tenaga Pengajar terutama dalam
ruang lingkup Konversi energi dalam bidang keilmuan Refrigerasi.
3. Bagi Tempat Penelitian
Memberikan gambaran tentang hubungan antara Pengaruh penggantian
(retrofit) refrigeran pada mesin pendingin menggunakan R22, R290 dan R407C
sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar penelitian dan pengaplikasi ilmu yang
terkait.
4. Bagi Peneliti
Memberikan wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian terutama dalam bidang refrigerasi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Refrigerasi
Refrigerasi adalah suatu usaha untuk mencapai sistem atau memperoleh dan
menjaga temperatur lebih rendah dari temperatur atmosfer. Mesin Refrigerasi
merupakan sebuah mekanisme berupa siklus yang mengambil energi (termal) dari
daerah bertemperatur rendah dan dibuang ke daerah bertemperatur lingkungan
atau yang lebih tinggi maka diperlukan energi untuk menjalankan siklus
refrigerasi (Rasta, 2010). seperti terlihat pada Gambar 2.1:
Gambar 2.1 Skema siklus refrigerasi kompresi uap
2.1.1.Jenis – Jenis Refrigerasi Air Conditioning
Ada dua prinsip jenis plant refrigerasi yang diaplikasikan di industri yaitu
Refrigerasi Kompresi Uap /Vapour Compression Refrigeration (VCR) dan
Refrigerasi Penyerap Uap/Vapour Absorption Refrigeration (VAR). VCR
menggunakan energi mekanis sebagai energi penggerak untuk refrigerasinya,
sedangkan VAR menggunakan energi panas sebagai energi penggerak
refrigerasinya (Arora, 2009).
5
2.2. Komponen Mesin Refrigerasi Kompresi Uap
Komponen utama dari sistem refrigerasi siklus kompresi uap terdiri dari
kompresor, alat ekspansi, kondensor dan evaporator. Disamping komponen utama
terdapat komponen tambahan seperti; strainer/filter dryer, pemisah oli, fan motor
dan chek valve.
2.2.1. Kompresor
Kompresor adalah bagian yang terpenting dari mesin refrigerasi. Pada
tubuh manusia, kompresor dapat diumpamakan sebagai jantung yang memompa
darah ke seluruh tubuh kita. Dalam mesin refrigerasi, kompresor menekan
refrigeran ke semua bagian dari sistem. Kompresor ini bekerja membuat
perbedaan tekanan sehingga refrigeran dapat mengalir dari satu bagian ke bagian
lainnya dari sistem. Karena adanya perbedaan tekanan antara sisi tekanan tinggi
dan sisi tekanan rendah maka refrigeran cair dapat mengalir melalui alat pengatur
refrigeran (alat ekspansi) ke evaporator. Tekanan gas di evaporator pada siklus
kompresi uap harus lebih tinggi dari pada tekanan gas didalam saluran hisap, agar
gas dingin dari evaporator dapat mengalir melalui saluran isap kompresor. Gas
dingin tersebut di dalam kompresor hermetic berguna untuk mendinginkan
kumparan motor listrik dan minyak pelumas kompresor. Kompresor pada sistem
refrigerasi berguna untuk :
1. Menurunkan tekanan di evaporator sehingga refrigeran cair di evaporator
dapat menguap pada suhu yang lebih rendah dan menyerap panas lebih
banyak dari ruangan di dekat evaporator.
2. Menghisap refrigeran gas dari evaporator pada suhu dan tekanan rendah lalu
memanfatkan gas tersebut sehingga menjadi gas bertekanan dan bersuhu
tinggi. Kemudian mengalirkannya ke kondensor hingga gas tersebut berubah
fase menjadi cair (pengembunan) dengan melepaskan panas refrigeran ke
lingkungan atau kepada zat yang mendinginkan kondensor.
(Jones & Stoecker, 1989)
6
2.2.2. Kondensor
Kondensor merupakan pesawat penukar kalor yang berfungsi untuk
mengembunkan uap refrigeran yang mengalir dari kompresor. Untuk
mengembunkan uap refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi (yang
keluar dari kompresor) diperlukan usaha untuk melepaskan kalor sebanyak kalor
laten pengembunan dengan cara mendinginkan uap refrigeran tersebut. Jumlah
kalor yang dilepaskan pada kondensor sama dengan jumlah kalor yang diserap
refrigeran di dalam evaporator ditambah kalor yang ekivalen dengan energi yang
diperlukan untuk melakukan kerja kompresi dalam kompresor.
Ditinjau dari media yang digunakan untuk mendinginkan kondensor, maka
kondensor dapat dibagi menjadi :
a. Kondensor dengan pendinginan air (Water cooled condensor)
b. Kondensor dengan pendinginan udara (Air cooled condensor)
c. Kondensor dengan pendinginan air dan udara (Evaporative condensor)
2.2.3. Pipa Kapiler
Pipa kapiler juga disebut impedan V tube, chore tube, capillary tube dan
lain sebagainya. Adapun guna dari pipa kapiler adalah :
a. Menurunkan tekanan refrigeran berfasa cair yang mengalir di dalam pipa
tersebut.
b. Mengontrol atau mengatur jumlah refrigeran cair yang mengalir dari sisi
tekanan tinggi ke sisi tekanan rendah.
Pipa kapiler banyak sekali macam dan ukurannya, dan dimensi yang
diukur yaitu diameter dalam, lain dengan pipa tembaga, yang diukur adalah
diameter luarnya. Pipa kapiler menghubungkan sisi tekanan tinggi dengan sisi
tekanan rendah atau antara saringan dengan evaporator dan pada bagian
tengahnya mungkin dilewatkan pada pipa hisap dan disolder. Bagian yang
disolder ini dinamakan heat exchanger.
7
2.3. Refrigeran
Refrigeran merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk
menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan.
Sifat-sifat fisik termodinamika refrigeran yang digunakan dalam sistem refrigerasi
perlu diperhatikan agar sistem dapat bekerja dengan aman dan ekonomis. Calm
(2002) membagi perkembangan refrigeran dalam 3 periode: Periode pertama,
1830-an hingga 1930-an, dengan kriteria refrigeran "apa pun yang bekerja di
dalam mesin refrigerasi". Refrigeran yang digunakan dalam periode ini adalah
ether, CO2, NH3, SO2, hidrokarbon, H2O, CCl4, CHCs. Periode ke-dua, 1930-an
hingga 1990-an menggunakan kriteria refrigeran: aman dan tahan lama (durable).
Refrigeran pada periode ini adalah CFCs (Chloro Fluoro Carbons), HCFCs
(Hydro Chloro Fluoro Carbons), HFCs (Hydro Fluoro Carbons), NH3, H2O.
Periode ke-tiga, setelah 1990-an, dengan kriteria refrigeran "ramah lingkungan".
Refrigeran pada periode ini adalah HCFCs, NH3, HFCs, H2O, CO2.
Perkembangan mutakhir di bidang refrigeran utamanya didorong oleh dua
masalah lingkungan, yakni lubang ozon dan pemanasan global. Sifat merusak
ozon yang dimiliki oleh refrigeran utama yang digunakan pada periode ke-dua,
yakni CFC, dikemukakan oleh Molina dan Rowland (1974) yang kemudian
didukung oleh data pengukuran lapangan. Setelah keberadaan lubang ozon di
lapisan atmosfir diverifikasi secara saintifik, perjanjian internasional untuk
mengatur dan melarang penggunaan zat-zat perusak ozon disepakati pada 1987
yang terkenal dengan sebutan Protokol Montreal. CFCs dan HCFCs merupakan
dua refrigeran utama yang dijadwalkan untuk dihapuskan masing-masing pada
tahun 1996 dan 2030 untuk negara-negara maju (United Nation Environment
Programme, 2000). Sedangkan untuk negara-negara berkembang, kedua
refrigeran utama tersebut masing-masing dijadwalkan untuk dihapus (phased-out)
pada tahun 2010 (CFCs) dan 2040 (HCFCs). Pada tahun 1997, Protokol Kyoto
mengatur pembatasan dan pengurangan gas-gas penyebab rumah kaca, termasuk
HFCs (UNDP-KLH, 2008).
8
2.3.1. Refrigeran R22
Setelah periode CFCs, R22 merupakan refrigeran yang paling banyak
digunakan di dalam mesin refrigerasi dan pengkondisian udara. Saat ini beberapa
perusahaan pembuat mesin-mesin refrigerasi masih menggunakan refrigeran R22
dalam produk-produk mereka. Pemakaian refrigeran R22 teruutama untuk air
conditioning yang sedang dan kecil, juga dipakai untuk freezer, cold strorage,
display cases dan banyak lagi pada pemakaian sistem refrigerasi suhu rendah.
Titik didih -14,4 F (-40,8 ºC) pada 1 atmosfir. Tekanan penguapan 28,3 psig pada
5 F dan tekanan kondensasi 158,2 psig pada 86 F. Kalor laten uap 100,6 Btu/lb
pada titik didih. (ASHRAE, 2006)
Mula-mula diperkenalkan pada tahun 1936 dikembangkan untuk pemakaian
pada suhu rendah, lalu kemudian banyak dipakai pada packaged air conditioner.
R-22 mempunyai tekanan dan suhu kerja yang lebih tinggi daripada R-12, maka
jika memakai kondensor dengan pendingin udara ukurannya harus disesuaikan
jangan terlalu kecil. Untuk kapasitas yang sama R-22 dibandingkan R-12
memerlukan pergerakan torak (piston displacement) yang lebih kecil, maka
bentuk kompresor juga kecil sehingga dapat ditempatkan dalam ruang yang
terbatas. Ini adalah keuntungan dari R-22, maka sangat sesuai untuk dipakai pada
packaged room air conditioner.
Gambar 2.2 Refrigeran R22
Keuntungan R-22 terhadap R-12 :
a. Untuk pergerakan torak yang sama, kapasitasnya 60% lebih besar
9
b. Untuk kapasitas yang sama, untuk kompresor lebih kecil. Pipa-pipa yang
dipakai juga lebih kecil ukurannya.
c. Pada suhu di evaporator antara -30 ºC s/d -40 ºC, tekanan R-22 lebih dari 1
atmosfir, sedangkan tekanan R-12 kurang dari 1 atmosfir.
R-22 tidak korosif terhadap banyak logam yang dipakai pada sistem
refrgerasi dan air conditioning seperti : besi, tembaga, aluminium, kuningan, baja
tak berkarat, las perak, timah solder, babit dan lain-lain. Minyak pelumas dengan
R-22 pada bagian tekanan tinggi dapat bercampur dengan baik, tetapi pada bagian
tekanan rendah, terutama di evaporator minyak lalu memisah. Suhu dimana
minyak pelumas memisah tergantung dari macam minyak pelumas yang dipakai
dan jumlah minyak pelumas yang bercampur dengan R-22. minyak pelumas mulai
memisah pada suhu 16 F (-8,9 ºC). Pada pemakaian suhu rendah, harus
ditambahkan pemisah minyak (oil separator) untuk mengembalikan minyak
pelumas ke kompresor. Pada evaporator yang direncanakan dengan baik, tidak
akan terjadi kesukaran untuk mengembalikan minyak pelumas dari evaporator ke
kompresor. R-22 mempunyai kemampuan menyerap air tiga kali lebih besar
daripada R-12. Jarang sekali terjadi pembekuan air di evaporator pada sistem yang
memakai R-22. sebetulnya ini bukan merupakan keuntungan, karena di dalam
sistem harus bersih dari uap air dan air. Kebocoran dapat dicari dengan halide
leak detector, air sabun dan lain-lain.
Meski refrigeran ini termasuk juga refrigeran jenis HCFCs lainnya,
dijadwalkan untuk dihapuskan pada tahun 2030 (untuk negara maju), namun
beberapa negara Eropa telah mencanangkan jadwal yang lebih progresif, misalnya
Swedia telah melarang penggunaan R22 dan HCFCs lainnya pada mesin
refrigerasi baru sejak tahun 1998, sedangkan Denmark dan Jerman mengijinkan
penggunaan HCFCs pada mesin-mesin baru hanya hingga 31 Desember 1999
(Indrayono, 2006).
10
2.3.2. Refrigeran R290
Refrigeran R290 (propana) adalah bahan pendingin alami jenis hidrokarbon
yang ramah lingkungan yang merupakan alternatif pengganti refrigeran
buatan dan memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan bahan pendingin
Freon yang digantikannya.
Kelebihan propana jika dibandingkan dengan bahan pendingin sintetik,
antara lain (Pertamina, 2014) :
1. Menghemat pemakaian listrik/bahan bakar hingga 30%.
2. Tidak perlu penggantian/penambahan komponen pada Mesin AC atau mesin
pendingin lain.
3. Memberikan efek pendinginan lebih baik.
4. Meringankan kerja kompresor, sehingga umur pemakaian kompresor AC
atau mesin pendingin menjadi lebih panjang.
5. Tidak memerlukan penggantian/penambahan komponen.
6. Tidak merusak AC atau Mesin pendingin
7. Ramah lingkungan, karena tidak merusak lapisan Ozon dan tidak
menimbulkan Effek Rumah Kaca/Pemanasan Global.
Kelebihan-kelebihan dari refrigeran propana tersebut disebabkan oleh sifat
Fisika dan Thermodinamikanya yang lebih baik jika dibandingkan dengan Freon.
Namun secara umum dapat dikemukakan, bahwa recovery/Konversi Freon dengan
R290 dapat menurunkan pemakaian tenaga listrik yang cukup signifikan, sehingga
dapat memberikan keuntungan finansial yang tidak sedikit bagi pemilik Mesin
AC, berupa :
1. Penurunan biaya listrik, sehingga biaya konversi yang dikeluarkan akan
kembali dalam waktu yang relative singkat dari dana penghematan Biaya
Listrik yang diperoleh setiap bulan, sehingga Perusahaan praktis tidak
mengeluarkan anggaran biaya tambahan ( Return of Investment berkisar
antara 2 bulan s/d 8 bulan, tergantung dari durasi pemakaian setiap unit
AC-nya ).
2. Mengurangi Maintenance Cost
3. Memperpanjang Replacement Cost, dll.
11
Gambar 2.3 Refrigeran MC22 (R290)
Adapun sifat refrigeran yang baik adalah :
1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi, untuk menghindari
kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator dan turunya efisiensi
volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi.
2. Tekanan pengembunan yang rendah sehingga perbandingan kompresinya
rendah dan penurunan prestasi kompresor dapat dihindari.
3. Kalor laten penguapan harus tinggi agar panas yang diserap oleh
evaporator lebih besar jumlahnya, sehingga untuk kapasitas yang sama,
jumlah refrigeran yang dibutuhkan semakin sedikit.
4. Koefisien prestasi harus tinggi, ini merupakan parameter yang penting
untuk menentukan biaya operasi.
5. Konduktifitas thermal yang tinggi untuk menentukan karakteristik
perpindahan panas.
6. Viskositas yang rendah dalam fasa cair atau gas. Dengan turunnya tahanan
aliran refrigeran dalam pipa kerugian tekanannya akan berkurang.
7. Konstata dielektrik yang kecil, tahanan listrik yang besar serta tidak
menyebabkan korosi pada material isolasi listrik.
8. Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang
digunakan sehingga tidak menyebabkan korosi.
9. Refrigeran tidak boleh beracun dan berbau.
10. Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan meledak.
11. Dapat bercampur dengan minyak pelumas tetapi tidak merusak dan
mempengaruhinya.
12. Harganya murah dan mudah dideteksi jika terjadi kebocoran.
12
2.3.3.Refrigeran R407C
R407C merupakan campuran refrigeran HFC dirancang untuk
menggantikan R22 dalam aplikasi mesin pendingin. Banyak manufaktur peralatan
yang dirancang menggunakan refrigeran ini. R407C komposisi terdiri dari: HFC-
32 (23%), HFC-125 (25%), HFC-134a (52%). Campuran ini adalah gas yang
tidak mudah terbakar dan tidak beracun. R407C memiliki 0 ODP dan 1526
GWP. Untuk pelumas, refrigeran R407C menggunakan pelumas mineral jenis
ester. Untuk proses retrofit dari R22 ke R407C diperlukan pergantian pelumas
karena berbedanya sifat kedua jenis refrigeran ini. Pada gambar 2.4 dapat dilihat
tabung refrigeran R407C. (ASHRAE, 2006)
Gambar 2.4. Refrigeran R407C
2.4. Retrofitting Atau Penggantian Refrigeran dari Refrigeran R22 ke
Refrigeran R290 (MC22).
Petunjuk Pemakaian
1. Zat pendingin Hidrokarbon Musicool MC-22 dapat digunakan untuk
berbagai peralatan pendingin yang sebelumnya menggunakan HCFC R-22
2. Musicool MC-22 memiliki kesesuaian dengan oli yang ada dalam
kompresor.
3. Sebaiknya tabung Musicool digoyang-goyangkan sebelum digunakan
untuk mendapatkan campuran yang baik.
13
4. Pengisian ke dalam peralatan pendingin hanya diperlukan maksimum 30%
dari berat pengisian oleh HCFC R-22. Pengisian yang berlebih akan
mengakibatkan pendiginan tidak optimal
Petunjuk Penyimpanan
1. Zat pendingin Hidrokarbon Musicool memiliki sifat tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak beracun.
2. Simpan di tempat berventilasi dan temperatur ruang tidak melebihi 40o C.
3. Tempat penyimpanan Musicool harus kering dan bersih.
4. Hindarkan dari sumber dan percikan api
5. Tidak dibenarkan memindahkan sebagian isi Musicool ke tabung lain
untuk menghindari kontaminasi.
6. Pengisian ulang harus dilakukan oleh produsen agen Musicool.
Proses Vakum
1. Pasang manifold gauge/ Analyzer pada peralatan pendingin dengan
ketentuan sebagai berikut:
Selang warna biru dihubungkan pada niple disisi hisap (Low
pressure)
Selang warna merah dihubungkan ke niple sisi tekan (High
pressure) bila ada, bila ditutup
Slang warna kuning dihubungkan ke pompa vakum
2. Putar kran warna merah dan biru ke arah terbuka sampai maksimum (kran
di high dan low pressure).
3. Jalankan pompa vakum selama minimum 20 menit
4. Perhatikan bilamana sistem setelah divakum perlu ditambahkan oli melalui
sisi hisap. Disarankan oli yang dipakai memiliki viscositas 4 GS atau 5 GS
5. Setelah sistem divakum putar kran merah dan biru ke arah tertutup.
Petunjuk Pengisian Regrigeran Musicool
1. Ambil tabung Musicool MC-22 dan hubungkan slang warna kuning ke
tabung Musicool tersebut.
14
2. Buka (putar) kran di tabung Musicool 1/3 bagian saja (hati-hati jangan
melebihi 1/3 bagian).
3. Lakukan flushing (pembilasan), dengan cara membuka salah satu ujung
slang warna kuning yang berhubungan dengan manifold gauge, agar udara
di dalam slang warna kuning keluar, setelah itu kencangkan kembali.
4. Buka (putar) 1/3 bagian kran low pressure agar Musicool bisa masuk ke
dalam sistem pendingin. Karena Musicool masuk ke dalam sistem dalam
wujud cair maka pengisian harus dilakukan perlahan-Iahan.
5. Jalankan AC sampai tekanan di dalam sistem stabil. Sistem AC yang
bekerja dengan baik akan menunjukkan tekanan suction 60-80 Psig untuk
AC Split dan AC Window.
6. Dianjurkan pengisian menggunakan timbangan dan jumlah pengisian
maksimum 30% dari berat freon.
7. Bila low pressure di dalam sistem sudah normal, kran warna biru dan
merah ditutup dan slangnya dapat dilepas. Cek temperatur udara keluar
grill.
8. Jangan lupa stiker Musicool ditempel pada alat mesin pendingin yang
telah diisi refrigeran Musicool.
9. Dilarang merokok, hindarkan dari percikan api pada saat pengisian
Musicool dan bekerjalah dengan baik dan benar.
Petunjuk Perbaikan & Penggantian Komponen Peralatan Pendingin yang
Menggunakan Musicool.
Apabila sistem tidak dingin atau tidak berfungsi dengan baik sehingga diputuskan
untuk mengganti katup ekspansi, filter drier, kapiler atau komponen lainnya,
maka ikuti petunjuk berikut ini:
1. Bila sistem masih bertekanan, pasang manifold gauge dan buanglah
Musicool ke tempat yang berventilasi melalui suction port atau discharge
port secara perlahan-Iahan atau arahkan slang pembuangan pada tempat
yang kosong berisi air, supaya tidak terjadi pengkabutan.
15
2. Pastikan sistem pemipaan kosong dari Musicool bila memungkinkan
lakukan pemvakuman sistem sebelum melakukan perbaikan atau
penggantian komponen.
3. Bila akan memperbaiki atau membersihkan evaporator/ blower, kapiler
atau mengganti katup ekspansi maka pastikan terdapat sirkulasi udara yang
baik di dalam ruangan.
4. Apabila akan melakukan penyambungan pipa dengan pengelasan pastikan
item 1 dan item 2 sudah dilakukan dengan baik.
5. Tidak dibenarkan menampung refrigeran Musicool di dalam tabung lain
atau kondensor pada saat melakukan pengelasan lakukan pengelasan di
luar instalasi.
6. Tidak dibenarkan membuka evaporator atau blower, katup ekspansi,
kapiler atau sambungan pipa di dalam ruang pada saat sistem masih
bertekanan, hal ini untuk menghindari peningkatan konsentrasi pada suatu
tempat.
7. Dilarang merokok, hindarkan percikan api pada saat melakukan perbaikan
dan bekerjalah dengan baik dan benar.
(Pertamina, 2014)
2.5. Parameter – Parameter Prestasi Mesin Refrigerasi Kompresi Uap
Untuk menyatakan unjuk kerja dari suatu siklus kompresi uap, yang
ditinjau adalah dampak refrigerasi, laju pelepasan kalor, kerja kompresi,
Coefficient of Performance (COP) dan Performance Factor (PF) (Moran &
Shapiro, 2006), yang dapat dijelaskan dengan gambar 2.4 :
16
Gambar 2.5. Aliran Refrigran pada P-H diagram (Moran, 2006)
2.5.1. Dampak Refrigerasi (ER)
Dampak Refrigerasi (ER) adalah besarnya panas yang dapat diserap oleh
refrigeran persatuan massa. Besarnya dihitung dengan selisih entalpi refrigeran
masuk dan keluar Evaporator (Jones & Stoecker.1989). atau Dampak refrigerasi
merupakan jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran di dalam evaporator untuk
setiap satu satuan massa refrigeran (Moran dan Shapiro, 2006).
ER = h1 – h4 (kJ/kg) (2.1)
2.5.2. Kerja Kompresi (Wk)
Kerja Kompresi (Wk) yang dibutuhkan pada proses kompresi uap
refrigeran di dalam kompresor besarnya sama dengan selisih Enthalpi pada proses
1 ke 2. Hubungan ini diturunkan dari “Steady flow energy equation” dengan
mengabaikan adanya perubahan energi kinetik dan energi potensial.
Jadi:
h1 + q = h2 + Wk
Oleh karena proses 1 ke 2 berlangsung secara adiabatic reversible (q = 0), maka
Wk = h1 – h2 (kJ/kg) (2.2)
Selisih enthalpi ini mempunyai harga negatif berarti bahwa kerja diberikan ke
sistim dari luar.
17
2.5.3. Panas yang dilepaskan di Kondensor (qk)
Dari kesetimbangan energi, kalor yang dilepaskan di kondensor haruslah
sama dengan jumlah efek refrigerasi dan kalor yang ekivalen dengan kerja yang
diberikan kepada refrigeran selama langkah kompresi di kompresor (Wk).
Panas yang harus dibuang dari kompresor dapat dihitung dengan menggunakan
Hukum Termodinamika 1. Laju Pendinginan di kondensor dihitung dengan
menggunakan hukum pertama dan mengetahui kondisi refrigeran R134a cairan
jenuh pada tekanan kondisi 3 (P3), maka nilai entalpi (h3) temperatur (T3) dapat
ditentukan menggunakan tabel sifat refrigeran jenuh (Uap - Cair) tabel tekanan
(Moran dan Shapiro, 2006).
qk = h2 – h3 (kJ/kg) (2.3)
dimana:
h2 = Enthalpy uap refrigeran pada masukan kondensor
h3 = Enthalpy cairan refrigeran pada keluaran kondensor
2.5.4. Kinerja Mesin / Coefficient Of Performance (COP)
Coefficient of Performance (COP) adalah suatu koefisien yang besarnya
sama dengan efek refrigerasi (ER) dibagi dengan kerja kompresi (Wk)
COP = (ER)/ (Wk) = h1−h4
h2−h1(2.4)
Koefisien prestasi ini identik dengan efisiensi pada motor bakar. Makin tinggi
harga COP nya, maka akan semakin baik sistem refrigerasi tersebut. Harga COP
ini biasanya lebih besar dari pada satu (1).
2.5.5. Faktor Prestasi / Perfomance Factor (PF)
Kerja bermanfaat pada mesin ini yaitu pada proses pelepasan panas di
kondensor dan dinyatakan dengan Performance Factor (PF). Indeks prestasi ini
didefinisikan sebagai kerja bemanfaat yang diinginkan dibagi dengan masukan
kerja (Moran dan Shapiro, 2006).
18
PF = KerjabermanfaatKerja Input
=Qout
W k=
h2−h3
h2−h1(2.5)
Atau
PF=Qk
W k
Panas bermanfaat (Qk) pada siklus mesin ini yaitu proses pelepasan panas
dari refrigeran ke lingkungan dikondensor. Masukan kerja (Wk) yaitu proses
kompresi di kompresor yang menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur dan
tekanan refrigeran (Jones & Stoecker, 1989).
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode Penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Metode Litelatur yaitu dengan mempelajari literatur dari jurnal Ilmiah baik
nasional maupun internasional sebagai bahan informasi untuk menyelesaikan
penelitian.
2. Metode Observasi Langsung yaitu dengan cara meneliti langsung alat yang
digunakan untuk mendapatkan data data yang diperlukan.
3.2. Bahan Penelitian
Bahan Untuk Penelitian ini menggunakan :
Refrigeran R22 (HCFC), R290 (propana/MC22) dan R407C (HFC/blend) sebagai
Fluida Kerja Sistem.
3.3. Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah Mesin Trainer AC Split
kapasitas 2 HP.
Gambar 3.1. Instalasi Pengujian Mesin Pendingin
20
Gambar 3.1 menunjukan tata letak sistem pemipaan dan pengoperasian
sudut sudut kabin untuk meresirkulasi udara serta sistem sensor untuk membantu
pengambilan data, sudut kabin resirkulasi udara dapat diatur sesuai dengan setting
yang diinginkan.
3.3.1. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian terdiri dari langkah persiapan dan langkah
pengujian/pengambilan data. Langkah persiapan meliputi perakitan/setting
instalasi uji, pemvakuman, pengisian refrigeran dan tes kebocoran. Langkah
pengujian/pengambilan data dilakukan setelah sistem beroperasi sekitar 30 menit
(sampai sistem bekerja normal/steady). Pengambilan data dilakukan dengan
parameter perubah yaitu mengganti refrigeran. Kemudian setiap penggantian
refrigeran dilakukan pengukuran data tekanan dan temperatur masuk/keluar
refrigeran setiap komponen sistem kompresor, kondensor, dan evaporator. Semua
pengukuran dilakukan pada waktu yang bersamaan. Semua data dicatat pada
lembaran data. Pengambilan data dilakukan sebanyak 10 (lima) kali dengan
interval waktu 50 menit untuk satu pengujian refrigeran.
3.4. Jadwal Penelitian:
Rencana penyelesaian penelitian ini meliputi :
1 Juli s.d. 30 Juli. 2014
- Usul Judul dan persetujuan judul
- Pembuatan dan persetujuan Proposal
- Pengumpulan referensi
1 Agustus 2013 – 7 September 2014
- Pengumpulan data penelitian
- Pemilihan data yang dapat digunakan
8 September 2013 – 21 Oktober 2014
- Pengolahan data
21
- Penyelesaian Hasil Penelitian dan Pembahasan
- Asistensi Hasil
22 Oktober – 30 Oktober
Seminar hasil penelitian
1 Nopember s.d. 30 Nopember 2014
- Perbaikan Hasil Penelitian dan Pembahasan
- Penyelesaian Kesimpulan
- Persetujuan seluruh hasil penelitian
- Pengumpulan Laporan
Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
N
O
Uraian
Kegiantan
Tahun 2014
Juli Agustus September Oktober Nopember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1Pembuatan
Proposal
2
Pengumpulan
Kebutuhan
Data
3 Analisis Data
4Seminar
Penelitian
5Penulisan
laporan
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Pengujian Menggunakan Refrigeran R22
Data yang telah diambil digunakan untuk menganalisa performansi dari
refrigeran R22 pada AC split kapasitas 2 HP. Berikut data yang telah di peroleh
dalam bentuk tabel 4.1:
Tabel 4.1 data pengukuran R22
ParameterMenit ke :
Satuan10 20 30 40 50
T1 19,4 18,5 19,4 19,0 17,2 °C
T2 85,0 85,0 85,0 85,0 85,0 °C
T3 33,1 33,3 34,4 34,5 33,0 °C
T4 11,4 11,5 11,6 11,6 10,6 °C
P1 5.6 5.5 5.7 5.7 5.6 Bar (absolut)
P2 17.8 18.2 17.8 18.1 17.8 Bar (absolut)
P3 17.7 17.8 17.8 17.8 17.7 Bar (absolut)
P4 7.0 7.0 7.1 7.1 7.1 Bar (absolut)
I 7,5 7,6 7,5 7,7 7,7 Ampere
Keterangan :
T1 : Tempratur setelah evaporator
T2 :Tempratur setelah kompresor
23
T3 :Tempratur setelah kondensor
T4 :Tempratur setelah ekspansi
P1 :Tekanan sebelum kompresor
P2 :Tekanan sebelum kondensor
P3 :Tekanan sebelum ekspansi
P4 :Tekanan sebelum evaporator
Berdasarkan tabel data pengukuran R22 pada tabel 4.1, Dengan
menggunakan tabel Apendix A-8 dan A-9 (Moran & Shapiro, 2006) didapat
entalpi, fasa dan volume jenis Refrigeran R22 maka akan didapat:
a. Kapasitas Pendinginan/Efek Refrigerasi (Qin/ER)
b. Kerja Kompresi (Wk)
c. Coeficient Of Performance (COP)
Asumsi : Temperatur lingkungan adalah T0 = 30o C
Energi kinetik dan potensial yang terjadi diabaikan.
Tidak terjadi perubahan tekanan pada evaporator dan kondensor.
a. Pengujian pada menit ke-10 refrigeran R22
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara pada menit ke-10 , didapatkan data-data
sebagai berikut :
Pada T1 = 19,4 o C, P1= 56 bar A=7,5 Amp
Pada T2 = 85,0o C, P2= 17,8 bar
Pada T3 = 33,1oC , P3=17,7 Bar
Pada T4 = 11,4oC, P4=7,0 Bar
24
h1= 260 kj/kg
h2= 300 kj/kg
h3=h4= 83 kj/kg
Kerja Kompresor (Wk)
W k=h2−h1
W k=300 kJ/kg−260 kJ/kg
W k=40 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 7.5A dengan voltase 220 V.
Daya kompresor
Wk = I . V
= 7,5 A x 220 V
= 1650 Watt
Wk = m (h2 – h1)
m=W k
(h2−h1 )=1,65k J/s
40 kJ/kg=0,04125 kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = m (h1−h4)
= 0,04125 kg/s (260 kJ/kg– 83 kJ/kg)
= 7,3012 kW
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k =
7301.2Watt1650 Watt
= 4,41
25
b. Pengujian pada menit ke-20 refrigeran R22
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara pada menit ke-20 , didapatkan data-data
sebagai berikut :
Pada T1 = 18,5 o C, P1= 5,5bar A=7,6 Amp
Pada T2 = 85,0o C, P2= 18,2 bar
Pada T3 = 33,3oC , P3=17,8Bar
Pada T4 = 11,5oC, P4=7,0 Bar
h1= 259 kj/kg
h2= 299 kj/kg
h3=h4= 82 kj/kg
Kerja Kompresor (Wk)
W k=h2−h1
W k=299 kJ/kg−259 kJ/kg
W k=40 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 7.6A dengan voltase 220 V.
Daya kompresor
Wk = I . V
= 7,5 A x 220 V
= 1672 Watt
Wk = m (h2 – h1)
m=W k
(h2−h1 )=1,672k J/s
40 kJ/kg=0,0418 kg/s
26
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = m (h1−h4)
= 0,0418 kg/s (259 kJ/kg– 82 kJ/kg)
= 7,3928 kW
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k=
7398,6Watt1672Watt
= 4,42
c. Pengujian pada menit ke-30 refrigeran R22
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara pada menit ke-30 , didapatkan data-data
sebagai berikut :
Pada T1 = 19,4 o C, P1= 5,7bar A=7,5 Amp
Pada T2 = 85,0o C, P2= 17,8 bar
Pada T3 = 34,4oC , P3=17,8Bar
Pada T4 = 11,6oC, P4=7,1 Bar
h1= 260 kj/kg
h2= 300 kj/kg
h3=h4= 84 kj/kg
Kerja Kompresor (Wk)
W k=h2−h1
W k=300 kJ/kg−260 kJ/kg
27
W k=40 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 7.5A dengan voltase 220 V.
Daya kompresor
Wk = I . V
= 7,5 A x 220 V
= 1650 Watt
Wk = m (h2 – h1)
m=W k
(h2−h1 )=1,650 k J/s
40 kJ/kg=0,04125 kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = m (h1−h4)
= 0.04125 kg/s (260 kJ/kg– 84 kJ/kg)
= 7,26 kW
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k=
7260Watt1650Watt
= 4,4
d. Pengujian pada menit ke-40 refrigeran R22
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara pada menit ke-40 , didapatkan data-data
sebagai berikut :
Pada T1 = 19,0 o C, P1= 5,7bar A=7,7 Amp
Pada T2 = 85,0o C, P2= 18,1 bar
28
Pada T3 = 34,5oC , P3=17,8Bar
Pada T4 = 11,6oC, P4=7,1 Bar
h1= 260 kj/kg
h2= 300 kj/kg
h3=h4= 83 kj/kg
Kerja Kompresor (Wk)
W k=h2−h1
W k=300 kJ/kg−260 kJ/kg
W k=40 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 7.7A dengan voltase 220 V.
Daya kompresor
Wk = I . V
= 7,7 A x 220 V
= 1694 Watt
Wk = m (h2 – h1)
m=W k
(h2−h1 )=1,694 k J/s
40 kJ/kg=0,04235 kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = m (h1−h4)
= 0,04235 kg/s (260 kJ/kg– 83 kJ/kg)
= 7,4959 kW
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k =
7495,9Watt1694 Watt
29
= 4,41
e. Pengujian pada menit ke-50 refrigeran R22
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara pada menit ke-50 , didapatkan data-data
sebagai berikut :
Pada T1 = 17,2o C, P1= 5,6bar A=7,7 Amp
Pada T2 = 85,0o C, P2= 17,8 bar
Pada T3 = 33,0oC , P3=17,7Bar
Pada T4 = 10,6oC, P4=7,1 Bar
h1= 260 kj/kg
h2= 300 kj/kg
h3=h4= 84 kj/kg
Kerja Kompresor(Wk)
W k=h2−h1
W k=300 kJ/kg−260kJ/kg
W k=40kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 7.7A dengan voltase 220 V.
Daya kompresor
Wk = I . V
= 7,5 A x 220 V
= 1694 Watt
Wk = m (h2 – h1)
30
m=W k
(h2−h1 )=1,694 k J/s
40 kJ/kg=0,04235 kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = m (h1−h4)
= 0,04235 kg/s (260 kJ/kg– 84 kJ/kg)
= 7,4536 kW
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k =
7453,6Watt1694 Watt
= 4,4
4.2. Data hasil Pengujian Menggunakan Refrigeran R290 (propana)
Data yang telah di peroleh pada refrigeran R290 pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Data Pengukuan R290.
ParameterMenit ke :
Satuan10 20 30 40 50
T1 29.8 29.4 29.4 29.2 29.2 °C
T2 84.0 84.0 84.0 83.2 83.0 °C
T3 36.4 36.2 36.6 35.9 35.3 °C
T4 8.9 8.8 8.9 9.0 8.8 °C
P1 4.6 4.4 4.6 4.6 4.6 Bar (absolut)
P2 14.8 14.8 14.8 14.8 14.8 Bar (absolut)
P3 14.8 14.8 14.8 14.4 14.4 Bar (absolut)
31
P4 5.37 5.30 5.30 5.30 5.30 Bar (absolut)
I 6.3 6.3 6.3 6.3 6.3 Ampere
Berdasarkan tabel data pengukuran R290 pada tabel 4.2, Dengan
menggunakan tabel Apendix A-17 dan A-18 (Moran & Shapiro, 2006) didapat
entalpi, fasa dan volume jenis Refrigeran R290 kemudian akan didapat:
a. Kapasitas Pendinginan/Efek Refrigerasi (Qin/ER)
b. Kerja Kompresi (Wk)
c. Coeficient Of Performance (COP)
Asumsi : Temperatur lingkungan adalah T0 = 30o C
Energi kinetik dan potensial yang terjadi diabaikan.
Tidak terjadi perubahan tekanan pada evaporator dan kondensor.
a. Pengujian pada menit ke-10 refrigeran R290
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara menggunakan R290 pada menit ke-10 ,
didapatkan data-data sebagai berikut :
Pada T1 = 29,8 o C, P1= 4,6bar A=6,3 Amp
Pada T2 = 84,0o C, P2= 14,8 bar
Pada T3 = 36,4oC , P3=14,8Bar
Pada T4 = 8,9oC, P4=5,37 Bar
h1= 510 kj/kg
32
h2= 600 kj/kg
h3=h4= 199 kj/kg
33
Kerja Kompresi (Wk)
W k=h2−h1
W k=600 kJ/kg−510 kJ/kg
W k=90 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 6,3A dengan voltase 220 V.
Daya kompresor
Wk = I . V
= 6,3 A x 220 V
= 1386 Watt
Wk = m (h2 – h1)
m=W k
(h2−h1 )=1,386 k J/s
90 kJ/kg=0,0154 kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = m (h1−h4)
= 0,0154 kg/s (510 kJ/kg– 199 kJ/kg)
= 4,7894 kw
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k =
4789,4 Watt1386 Watt
= 3,4
b. Pengujian pada menit ke-20 refrigeran R290
34
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara menggunakan R290 pada menit ke-20 ,
didapatkan data-data sebagai berikut :
Pada T1 = 29,4 o C, P1= 4,4bar A=6,3 Amp
Pada T2 = 84,0o C, P2= 14,8 bar
Pada T3 = 36,2oC , P3=14,8Bar
Pada T4 = 8,8oC, P4=5,30 Bar
h1= 510 kj/kg h3=h4= 190 kj/kg
h2= 600 kj/kg
Kerja Kompresor (Wk)
W k=h2−h1
W k=600 kJ/kg−510kJ/kg
W k=90 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 6,3A dengan voltase 220 V.
Daya kompresor
Wk = I . V
= 6,3 A x 220 V
= 1386 Watt
Wk = m (h2 – h1)
m=W k
(h2−h1 )=1,386 k J/s
90 kJ/kg=0,0154 kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = m (h1−h4)
= 0,0154 kg/s (510 kJ/kg– 190 kJ/kg)
= 4,928 kw
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k =
4928 Watt1386 Watt
35
= 3,5
36
c. Pengujian pada menit ke-30 refrigeran R290
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara menggunakan R290 pada menit ke-30 ,
didapatkan data-data sebagai berikut :
Pada T1 = 29,4 o C, P1= 4,6bar A=6,3 Amp
Pada T2 = 84,0o C, P2= 14,8 bar
Pada T3 = 36,6oC , P3=14,8Bar
Pada T4 = 8,9oC, P4=5,30 Bar
h1= 510 kj/kg
h2= 600 kj/kg
h3=h4= 185 kj/kg
Kerja Kompresor (Wk)
W k=h2−h1
W k=600 kJ/kg−510kJ/kg
W k=90 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 6,3A dengan voltase 220 V.
Daya kompresor
Wk = I . V
= 6,3 A x 220 V
= 1386 Watt
Wk = m (h2 – h1)
m=W k
(h2−h1 )=1,386 k J/s
90 kJ/kg=0,0154 kg/s
37
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = m (h1−h4)
= 0,0154 kg/s (510 kJ/kg– 185 kJ/kg)
= 5,005 kw
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k =
5005Watt1386Watt
= 3,6
d. Pengujian pada menit ke-40 refrigeran R290
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara menggunakan R290 pada menit ke-40 ,
didapatkan data-data sebagai berikut :
Pada T1 = 29,2o C, P1= 4,6bar A=6,3 Amp
Pada T2 = 83,2o C, P2= 14,8 bar
Pada T3 = 35,9oC , P3=14,4Bar
Pada T4 = 9,0oC, P4=5,30 Bar
h1= 519 kj/kg
h2= 600 kj/kg
h3=h4= 199 kj/kg
Kerja Kompresor(Wk)
W k=h2−h1
W k=600 kJ/kg−519 kJ/kg
38
W k=81 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 6,3A dengan voltase 220 V.
Daya kompresor
Wk = I . V
= 6,3 A x 220 V
= 1386 Watt
Wk = m (h2 – h1)
m=W k
(h2−h1 )=1,386 k J/s
81 kJ/kg=0,01711kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = m (h1−h4)
= 0,01711 kg/s (519 kJ/kg– 184 kJ/kg)
= 5,7318 kw
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k =
5731,8Watt1386 Watt
= 4,1
e. Pengujian pada menit ke-50 refrigeran R290
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara menggunakan R290 pada menit ke-50 ,
didapatkan data-data sebagai berikut :
Pada T1 = 29,2 o C, P1= 4,6bar A=6,3 Amp
Pada T2 = 83,0o C, P2= 14,8 bar
39
Pada T3 = 35,3oC , P3=14,8Bar
Pada T4 = 8,8oC, P4=5,30 Bar
h1= 519 kj/kg
h2= 600 kj/kg
h3=h4= 190 kj/kg
Kerja Kompresi (Wk)
W k=h2−h1
W k=600 kJ/kg−519 kJ/kg
W k=81kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 6,3A dengan voltase 220 V.
Daya kompresor
Wk = I . V
= 6,3 A x 220 V
= 1386 Watt
Wk = m (h2 – h1)
m=W k
(h2−h1 )=1,386 k J/s
81 kJ/kg=0,01711kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = m (h1−h4)
= 0,01711 kg/s (519 kJ/kg– 190 kJ/kg)
= 5,6291 kw
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k =
5629,1Watt1386 Watt
40
= 4,0
4.3. Data hasil Pengujian Menggunakan Refrigeran R407C
Dari pengukuran mengunakan refrigeran R407C maka didapatkan data
sebagai berikut:
Tabel 4.3. Data pengukuran dengan refrigeran R407C
No Parameter
Pengukuran pada menit ke-
Satuan10 20 30 40 50
1 T1 20,6 20,6 20,5 19,8 19,4 ° C
2 T2 85,0 85,0 85,0 85,0 85,0 ° C
3 T3 33,1 32,1 32,7 32,0 32,1 ° C
4 T4 3,4 2,6 2,7 2,5 2,5 ° C
5 P1 4,9 4,7 4,7 4,7 4,7 bar(abs)
6 P2 18,3 18,3 18,3 18,3 19,2 bar(abs)
7 P3 18,5 18,3 18,3 18,3 19,2 bar(abs)
8 P4 5,7 5,7 5,8 5,8 5,8 bar(abs)
9 I 8,1 7,9 7,8 7,9 8,0 Ampere
Keterangan:
T1 : Temperatur Keluaran Evaporator
T2 : Temperatur Keluaran Kompresor
T3 : Temperatur Keluaran Kondensor
T4 : Temperatur Keluaran Kapiler ( Ekspansi )
P1 : Tekanan Keluaran Evaporator
41
P2 : Tekanan Keluaran Kompresor
P3 : Tekanan Keluaran Kondensor
P4 : Tekanan Keluaran Kapiler (Ekspansi)
Berdasarkan tabel data pengukuran R407C pada tabel 4.2, Dengan
menggunakan software Coolpack (ASHRAE) didapat entalpi, fasa dan volume
jenis Refrigeran R407C kemudian akan didapat:
a. Kapasitas Pendinginan/Efek Refrigerasi (Qin/ER)
b. Kerja Kompresi (Wk)
c. Coeficient Of Performance (COP)
Asumsi : Temperatur lingkungan adalah T0 = 30o C
Energi kinetik dan potensial yang terjadi diabaikan.
Tidak terjadi perubahan tekanan pada evaporator dan kondensor
a. Pengujian pada menit ke-10 Refrigeran R407C
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara menggunakan R407C pada menit ke-10 ,
didapatkan data-data sebagai berikut :
Pada T1 = 20,6 o C, P1 =57 Psi = 4,9 bar A = 8,1 Amp
Pada T2 = 85,0o C, P2 = 252 Psi = 18,3 bar
Pada T3 = 33,1oC , P3 = 254 Psi = 15,5 bar
Pada T4 = 3,4oC, P4 = 69 Psi = 5,7 bar
Kerja Kompresor (Wk)
42
W k=h2−h1
W k=328 kJ/kg−284 kJ/kg
W k=44 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 7,7 A dengan volt 220 V.
Wk = I . V
= 8,1 A x 220 V
= 1782 Watt
Maka laju aliran refrigeran di dapat sebagai berikut:
Wk = mref (h2 – h1)
mref ¿W k
(h2−h1)=1,782 k J/s
44 kJ/kg=0,04 kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = mref (h1−h4)
= 0,04 kg/s (284 kJ/kg– 106 kJ/kg)
= 7,12 kW
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k =
7120Watt1782Watt
= 3,99
b. Pengujian pada menit ke-20 Refrigeran R407C
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara menggunakan R407C pada menit ke-20 ,
didapatkan data-data sebagai berikut :
Pada T1 = 20,6 o C, P1 = 55 Psi = 4,7 bar A = 7,9 Amp
Pada T2 = 85,0o C, P2 = 251 Psi = 18,3 bar
43
Pada T3 = 33,1oC , P3 = 251 Psi = 18,3 bar
Pada T4 = 2,6oC, P4 = 69 Psi = 5,7 bar
Kerja Kompresor (Wk)
W k=h2−h1
W k=328 kJ/kg−284 kJ/kg
W k=44 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 7,8 A dengan volt 220 V.
Wk = I . V
= 7,8 A x 220 V
= 1716 Watt
Maka laju aliran refrigeran di dapat sebagai berikut:
Wk = mref (h2 – h1)
mref ¿W k
(h2−h1)=1,716 k J/s
44 kJ/kg
¿0,039 kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = mref (h1−h4)
= 0,039 kg/s (284 kJ/kg– 105 kJ/kg)
= 6,98 kW
Coeficient Of Performance (COP)
COP = Q¿
W k =
6,981Watt1716 Watt
= 4,06
44
c. Pengujian pada menit ke-30 Refrigeran R407C
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara menggunakan R407C pada menit ke-30 ,
didapatkan data-data sebagai berikut :
Pada T1 = 20,5 o C, P1 = 55 Psi = 5,7 bar A = 7,8 Amp
Pada T2 = 85o C, P2 = 251 Psi = 17,8 bar
Pada T3 = 2,7oC , P3 = 251 Psi = 18,1 bar
Pada T4 = 4,7oC, P4 = 69 Psi = 7,0 bar
Kerja Kompresor (Wk)
W k=h2−h1
W k=328 kJ/kg−283 kJ/kg
W k=44 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 7,8 A dengan volt 220 V.
Wk = I . V
= 7,8 A x 220 V
= 1716 Watt
Maka laju aliran refrigeran di dapat sebagai berikut:
Wk = mref (h2 – h1)
mref ¿W k
(h2−h1)=1,716 k J/s
44 kJ/kg
¿0,039 kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = mref (h1−h4)
= 0,039 kg/s (284 kJ/kg– 106 kJ/kg)
= 6,946 kW
45
46
Coeficient Of Performance (COP)
Untuk mendapatkan COP dapat di lihat dari rumus[2.4]
COP = Q¿
W k =
6946 Watt1716Watt
=4,55
a. Pengujian pada menit ke-40 Refrigeran R407C
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara menggunakan R407C pada menit ke-40 ,
didapatkan data-data sebagai berikut :
Pada T1 = 19,8 o C, P1 = 55 Psi = 4,7 bar A = 7,9 Amp
Pada T2 = 85,0o C, P2 = 251 Psi = 18,3 bar
Pada T3 = 32,50C , P3 = 251 Psi = 18,3bar
Pada T4 = 2,5oC, P4 = 70 Psi = 5,8 bar
Kerja Kompresor(Wk)
W k=h2−h1
W k=328 kJ/kg−283kJ/kg
W k=45kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 7,9 A dengan volt 220 V.
Daya kompresor
Wk = I . V
= 7,9 A x 220 V
= 1738 Watt
Maka laju aliran refrigeran di dapat sebagai berikut:
Wk = mref (h2 – h1)
mref ¿W k
(h2−h1)=1,738 k J/s
45 kJ/kg
¿0,038 kg/s
47
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = mref (h1−h4)
= 0,038 kg/s (283 kJ/kg– 104 kJ/kg)
= 6,802 kW
Coeficient Of Performance (COP)
Untuk mencari COP dapat di lihat pada rumus[2.4]
COP = Q¿
W k =
6802Watt1738Watt
= 3,913
e. Pengujian pada menit ke-50 Refrigeran R407C
Data pengukuran yang didapatkan dari unit AC kapasitas 2 HP di
Laboratorium refrigerasi dan tata udara menggunakan R407C pada menit ke-50 ,
didapatkan data-data sebagai berikut :
Pada T1 = 19,4 o C, P1 = 55 Psi = 4,7bar A = 8,0 Amp
Pada T2 = 85,0o C, P2 = 265 Psi = 19,2 bar
Pada T3 = 32,1oC , P3 = 265 Psi = 19,2 bar
Pada T4 = 2,5oC, P4 = 70 Psi = 5,8 bar
Kerja Kompresor (Wk)
W k=h2−h1
W k=328 kJ/kg−283 kJ/kg
48
W k=45 kJ/kg
Diketahui Arus yang bekerja pada kompresor sebesar 8,0 A dengan volt 220 V.
Wk = I . V
= 8,0 A x 220 V
= 1760 Watt
Maka laju aliran refrigeran di dapat sebagai berikut:
Wk = mref (h2 – h1)
mref ¿W k
(h2−h1)=1,760 k J/s
45 kJ/kg
¿0,039 kg/s
Kapasitas Pendinginan (Qin)
Qin = mref (h1−h4)
= 0,039 kg/s (283 kJ/kg– 106 kJ/kg)
= 6,903 kW
1. Coeficient Of Performance (COP)
Untuk mendapatkan COP dapat di lihat pada rumus[2.4]
COP = Q¿
W k=
6903Watt1760Watt
= 3.92
1.
2.
3.
4.
49
4.4. Analisa dan Pembahasan
4.4.1. Perbandingan Kapasitas Pendinginan (Qin)
Berikut hasil perbandingan kapasitas pendinginan mesin refrigerasi yang
diuji dengan berbagai refrigeran selama 50 menit terhitung mulai menit 10
(Gambar 4.1).
10 20 30 40 50012345678
Perbandingan Kapasitas Pendinginan (Qin)
R22MC22R407C
Waktu (menit)
Qin
(kW
)
Gambar 4.1 Perbandingan Kapasitas Pendinginan
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pada pengujian awal yang
menggunakan Refrigeran R22, terlihat kapasitas pendinginannya lebih tinggi dari
menit awal pengambilan data hingga menit akhir. Sedangkan pada penggunaan
R407C memiliki nilai kapasitas pendinginan mendekati R22. Sedangkan pada
MC22 memiliki nilai kapasitas pendinginan yang lebih rendah dari pada R22 dan
R407C. Pada gambar 4.1 Terlihat nilai kapasitas pendinginan pada R22 yaitu
rata-rata sebesar 7,38 kW, MC22 5,217 kW dan R407C 6,95 kW.
50
4.4.2. Perbandingan Kerja Kompresor (Wk)
Pada pengujian ini dilakukan pengisian refrigeran R22, MC22 dan R407C,
temperatur lingkungan berkisar 30oC. Berikut hasil perbandingan Kerja
Kompresor mesin refrigerasi yang diuji dengan berbagai refrigeran selama 50
menit terhitung mulai menit ke-10 (Gambar 4.2).
10 20 30 40 500
0.20.40.60.8
11.21.41.61.8
2
Daya
R22MC22R407C
Waktu (menit)
Daya
KO
mp
(W)
Gambar 4.2 Perbandingan Kerja Kompresor
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada pengujian awal yang menggunakan
R22, terlihat kerja kompresornya lebih besar dibanding pengujian kedua dan
ketiga dari menit awal pengambilan data hingga menit akhir. Sedangkan pada
R407C hampir memiliki nilai kerja kompresor yang sama namun lebih rendah
dari pada pengujian pertama. Pada gambar 4.2 terlihat nilai kerja kompresor pada
pengujian pertama yaitu rata-rata sebesar 1.672 kW, 1.386 kW dan pengujian
ketiga 1.743 kW.
51
4.4.3. Perbandingan Coefisien Of Performance (COP)
Pada pengujian ini dilakukan pengisian tiga jenis refrigeran yaitu R22,
MC22 dan R407C, temperatur lingkungan berkisar 30oC. Berikut hasil
perbandingan Coefisien of Performance mesin refrigerasi yang diuji dengan
berbagai refrigeran selama 50 menit terhitung mulai menit 10 (Gambar 4.3).
10 20 30 40 500
0.51
1.52
2.53
3.54
4.55
COP
R22MC22R407C
Waktu (menit)
(CO
P)
Gambar 4.3 Perbandingan COP
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada pengujian awal yang menggunakan
R22r, terlihat nilai kinerja (COP) lebih baik dibanding pengujian kedua dan ketiga
dari menit awal pengambilan data hingga menit akhir. Sedangkan pada
penggunaan MC22 memiliki nilai COP yang lebih rendah dari pada pengujian
dengan R22 namun menjelang akhir pengambilan data, tepatnya pada menit ke 40
dan 50 terdapat kenaikan nilai COP yang medekati COP R22 dan R407C. Pada
pengujian dengan refrigeran R407C hampir memiliki nilai COP yang sama tapi
lebih rendah dari pada pengujian pertama. Pada gambar 4.3. Terlihat nilai COP
pada pengujian pertama (R22) yaitu rata-rata sebesar 4,408, pengujian kedua
(MC22) 3,72 dan pengujian ketiga (407C) 4,086.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penarikan kesimpulan berdasarkan analisa terhadap hasil pegujian alat.
Kesimpulan yang dapat diambil dari dari penelitian ini adalah :
1. Perubahan refrigeran berpengaruh terhadap kapasitas pendinginan, kerja
kompresor dan kinerja alat.
2. Refrigeran R22 memiliki COP dan kapasitas pendinginan lebih baik yaitu
sebesar 4,408 dan 7,3807 kW dibanding MC22 dan R407C.
3. Pada penelitian ini MC22 memiliki kerja kompresor yang terkecil dibanding
2 refrigeran lainya yaitu sebesar 1,386 kW. Hal ini seakan menutupi
kelemahannya yang mudah terbakar.
4. R407C yang digunakan pada pengujian cukup layak untuk menggantikan R22
karena kinerjanya cukup mendekati kinerja R22 dengan kelebihan pada
ramah lingkungan dan tidak mudah terbakarnya.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian perbandingan refrigeran yang lebih banyak agar
didapat hasil yang lebih optimum.
2. Pergantian oli kompresor pada pengujian R407C sebaiknya dilakukan
seoptimal mungkin untuk menghindari terjadinya pencampuran antara oli
lama dan oli baru yang berdampak pada kinerja alat.
3. Untuk menjaga kondisi kompresor tetap berjalan dengan baik, saat pengisian
refrigeran R-22, usahakan agar selang pemasukan lebih panjang, sehingga
refrigeran yang masuk dapat dipastikan berupa uap.
53
DAFTAR PUSTAKA
1. Arora, CP. 2009. “Refrigeration and Air Conditioning”, Third Edition.
McGraw- Hill, International Edition.
2. ASHRAE. 2006. ASHRAE Fundamentals Handbook (SI). United State of
America.
3. Calm, J.M. 2002. Options and Outlook for Chiller Refrigerants.
International Journal of Refrigeration 25 (2002) 705–715.
4. Dossat. 1981. Principles of Refrigeration. John Wiley and Sons, Inc.
Toppan Company, Ltd. Tokyo Japan.
5. http://gasdom.pertamina.com/produk_dan_services_musicool_22.aspx.
2014.
6. Indartono, Y.S. 2006. Perkembangan Terkini Teknologi Refrigerasi (1).
Berit@ Iptek.com. Available from: URL: http://www.beritaiptek.com.
7. Jones dan Stoecker. 1989. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Edisi
kedua, Jakarta : Erlangga.
8. Moran & Sapiro. 2006 Fundamentals of Engineering Thermodynamics
5th Edition
9. Rasta, dkk. Evaluasi Pengelolaan Refrigeran CFC, dan HFC dengan
Mesin 3R dan Uji Unjuk Kerja Mesin Pendingin Studi Kasus Pada
Bengkel Ac Mobildi Denpasar – Bali. Magister Teknik Lingkungan
UNUD. Jurnal. Oktober 2010.
10. Rowland, F.S., Molina, M.J. 1974. Stratospheric Sink for
Chloroflouromethanes: Chlorine Atom-Catalysed Destruction Ozone.
Jounal Nature, 249, pp.810-2.
11. UNDP-KLH. 2008. Kumpulan Peraturan Pemerintah Tentang Program
Perlindungan Lapisan Ozon. Unit Ozon Nasional. Asdep Urusan
Pengendalian Dampak Perubahan Iklim. Kementerian Negara Lingkungan
Hidup. Jakarta, Februari 2008.
54
12. UNEP. 2000. Study on the Potential for Hydrocarbon Replacements in
Existing Domestic and Small Commercial Refrigeration Appliances.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian
No.
Uraian Total Biaya
1. Honorarium Rp. 1.590.000,-2. Peralatan dan Bahan Penerapan Iptek Rp. 2.120.000,-3. Belanja Barang Non-Peralatan Rp. 795.000,-4. Perjalanan dan Lain-lain Rp. 795.000,-
Jumlah Keseluruhan Rp. 5.300.000,-
55
Lampiran 2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Penelitian ini ditunjang oleh 3 laboratorium yang ada di Politeknik Sekayu adalah:
1. Laboratorium Dasar Refrigerasi
2. Laboratorium Bengkel Mekanik
3. Laboratorium Kontrol RHVAC
56
Lampiran 3. Foto Pengambilan Data
Peralatan Kerja
57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
1. Nama Lengkap : Mahendra
2. Tempat, tanggal Lahir : Indralaya, 05 Januari 1986
3. Jenis Kelamin : Laki – laki
4. Agama : Islam
5. Status Pernikahan : Menikah
6. Alamat Rumah
a. Jalan : Merdeka Sekayu
b. Kelurahan : Balai Agung
c. Kecamatan : Sekayu
d. Kabupaten/Kota : Musi Banyuasin
e. Provinsi : Sumatera Selatan
f. Telepon : 081273414515
g. email : [email protected]
II. Pendidikan Reguler
1. SD : SDN 1 Indralaya
2. SLTP : MTS Ponpes Raudhatul Ulum
Sakatiga
3. SLTA : SMAN 1 Indralaya
4. Pendidikan S1
a. Nama Universitas : Universitas Bengkulu
b. Bidang Ilmu/Jurusan : Teknik / Teknik Mesin
c. Tahun Masuk : 2003
5. Pendidikan S2
a. Nama Universitas : Universitas Diponegoro
b. Bidang Ilmu/Jurusan : Teknik / Teknik Mesin
c. Tahun Masuk : 2011
58
III. Pendidikan Non-Reguler
NAMA PELATIHAN TEMPAT TAHUN
Metodologi Pengajaran Politeknik Sriwijaya 2009
Dasar Sistem Refrigerasi Palembang 2009
Elektronika Dasar Lucas-Nule 2010
Programmable Logic Control Lucas-Nule 2010
TOEFL and English Conversation
Kampung Inggris
Pare Kediri -
Surabaya
2011
IV. Pekerjaan
1. Pekerjaan : Tenaga Pengajar / Dosen
2. Mata Kuliah yang di ampuh :
- Dasar-dasar Pemrograman
- Laboratorium Dasar-dasar Pemrograman
- Laboratorium Perencanaan Sistem Refrigerasi
- Teknik dan Manajemen Perawatan
- Refrigerasi Terapan
- Sistem Kontrol RHVAC
- Laboratorium Instrumentasi dan Kontrol
3. Menjabat Struktural Sebagai : Kepala Laboratorium PS
Teknik Pendingin dan Tata Udara
4. Jabatan Fungsional : Dosen Tetap Yayasan
Politeknik Sekayu
5. Alamat Kantor : Jl. Kol. Wahid udin Lk.I Kel
Kayuara, Sekayu.30711
6. Telp/Fax : 0714 321099
7. Web : www.polsky.ac.id
8. Mail :[email protected]
59
V. Pengalaman Publikasi Ilmiah:
- Developing ofA Prototype Portable Machine Recovery For
Refrigerant R22 (Thermofluid V – UGM 2013).
- Analysis Effect of Speed Variation in Evaporator Air Flow
Against the Performance Vapor Compression Machine with
R134a Refrigerantm (Thermofluid VI – UGM 2014).
VI. Pengalaman Pengabdian Kepada masyarakat:
- Dasar refrigerasi dan tata udara di SMKN 2 Sekayu - 2010
- Sistem Kelistrikan pada system refrigerasi dan tata udara di
SMKN 2 Sekayu-2013
Sekayu, November 2014
Penulis,
Mahendra, S.T., M.T.
60