Lp Jiwa
-
Upload
fitri-thu-bundanya-fendi -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
description
Transcript of Lp Jiwa
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA KLIEN DENGAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Oleh :
Ro’uufun Nisa H.
1211026
Mengetahui,
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA
BLITAR
2015
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko
menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
(Carpernito, 2000)
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai
pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal
sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat
(Rawlins and Heacoco, 1998)
Perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri. (Keliat, 1999)
B. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi : muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang (Keliat, 2004).
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya (Keliat, 1999).
C. Etiologi
Untuk menegaskan keterangan di atas, pada klien gangguan jiwa, perilaku
kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
D. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya atau mencederai dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dll.
E. Pathway
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
F. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku Kekerasan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
b) Perilaku kekerasan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
c) Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
H. Intervensi
Diagnosa 1 : Perilaku kekerasan
Tujuan Umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunganya.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Rasional: Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya
1) Beri salam terapeutik
2) Perkenalkan diri
3) Tanyakan nama dan nama panggilan
4) Jelaskan tujuan interaksi
5) Buat kontrak setiap interaksi (topik, waktu, tempat )
6) Bicara dengan rileks dan tenang tanpa menantang
7) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
8) Lakukan kontak singkat tetapi sering
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Rasional: Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat dijadikan titik awal
penanganan
Tindakan:
1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan jengkel / kesal
2) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan dengan
sikap tenang
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
Rasional: Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat melakukan
perilaku kekerasan
Tindakan
1) Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat
jengkel/marah.
2) Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
3) Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang dialami
klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Rasional: Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan
dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dengan
destruktif
Tindakan:
1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada lingkungan dan pada diri
sendiri)
2) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
3) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Rasional: Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien
dapat mengubah perilaku destruktidf menjadi konstruktif.
Tindakan:
1) Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan klien
2) Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
3) Tanyakan pada klien apakah ”apakah ingin mempelajari cara baru yang
sehat”
f. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan.
Rasional: Penyaluran rasa marah yang konstruktif dapat menghindari
perilaku kekerasan
Tindakan:
1) Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
2) Beri reinforcement positif atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan
klien.
3) Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk
mencegah perilaku kekerasan, yaitu: tarik nafas dalam dan pukul kasur
dan bantal.
4) Diskusikan cara melakukan tarik nafas dalam dengan klien
5) Beri contoh kepada klien tentang cara menarik nafas dalam
6) Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 3 kali
7) Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara
menarik nafas dalam
8) Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan
dilaksanakan sendiri oleh klien
9) Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari
10) Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadwal kegiatan harian
(self evaluation)
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan.
Rasional: dengan berbicara yang baik (meminta, menolak dan
mengungkapkan perasaan) dapat menhindari perilaku kekerasaan.
Tindakan :
1) Diskusikan cara bicara yang baik pada klien.
2) Beri contoh cara bicara yang baik: meminta dengan baik, menolak
dengan baik dan mengungkapkan perasaan yang baik).
3) Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik.
4) Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang
dapat dilakukan diruangan.
5) Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan
mengisi jadwal kegiatan harian (self evaluation)
h. Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku
kekerasan
Rasional: ibadah yang biasa dilakukan dapat digunakan untuk menetramkan
jiwa sehingga perilaku kekerasan dapat terhindar
Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien tentang kegiatan ibadah yang pernah dilakukan
2) Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapt dilakukan
3) Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanan kegiatan ibadah
4) Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal
kegiatan harian (self evaluation)
i. Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
Rasional: Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan
bersedia minum obat dengan kesadaran sendiri.
Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama,
warna, besar); waktu minum obat;cara minum obat.
2) Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur.
3) Jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara minum).
4) Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
5) Anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan efek
yang tidak menyenangkan.
6) Berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.
j. Klien dapat mengikuti TAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku
kekerasan.
Rasional: dengan mengikuti TAK klien bisa mengungkapan perasaan yang
berhubungan dengan perilaku kekerasan kepada temen dan perawat.
Tindakan:
1) Anjurkan klien untuk ikut TAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku
kekerasan.
2) Fasilitasi klien untuk mempraktikan hasil kegiatan TAK dan beri pujian
atas keberhasilanya.
k. Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan pencegahan
perilaku kekerasan.
Rasional: Keluarga adalah orang yang terdekat dengan klien, dengan
melibatkan keluarga, maka mencegah klien kambuh.
Tindakan:
1) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan
yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini
2) Jelaskan cara-cara merawat klien: terkait dengan cara mengontrol
perilaku marah secara konstruktif, sikap dan cara bicara.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah, penyebab
marah dan cara menghadapi klien saat marah
4) Beri reinforcement positif pada hal-hal yang dicapai keluarga
Diagnosa 2 Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum :
Klien tidak mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Rasional: Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya :
1) Salam terapeutik
2) Perkenalkan diri
3) Tanyakan nama dan nama panggilan
4) Jelaskan tujuan interaksi
5) Buat kontrak setiap interaksi (topik, waktu, tempat )
6) Bicara dengan rileks dan tenang tanpa menantang
7) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya
8) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Rasional: Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
interaksi
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
3) Utamakan pemberian pujian yang realitas
c. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
Rasional: Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat dijadikan titik awal
penanganan
Tindakan:
Diskusikan kemampuan positif yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga
d. Klien dapat memilih atau merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai
kemampuan yang dimiliki
Rasional: Setelah pulang ke rumah, klien siap melakukan aktivitas sesuai
dengan kemampuan dan norma
Tindakan :
1) Rencanakan aktifitas yang dapat dilakukan klien setiap hari
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Rasional: mengoptimalkan kemampuan klien dalam melakukan kegiatan
dan klien dapat melakukan dengan senang hati
Tindakan:
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah
f. Keluarga mampu memberikan dukungan pada klien untuk memenuhi
kebutuhan klien
Tindakan:
Diskusikan dengan keluarga cara merawat klien dan memberikan
dukungan pada klien
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat B. A. 1999. Gangguan Konsep Diri, Edisi I. Jakarta : EGC
Keliat B. A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi II. Jakarta : EGC
Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). St.Louis Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan
Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.