JIWA DEPRESI

30
KASUS PSIKIATRI Dipresentasikan pada Kegiatan Kepaniteraan Klinik Madya Lab. Kesehatan Jiwa Pemeriksaan dilakukan pada Hari Kamis, 27 September 2012 pukul 10.10 WITA di Poliklinik RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda. Sumber Anamnesa Autoanamnesa dan Heteroanamnesa. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. M Umur : 62 tahun Jenis kelamin: Laki-laki Agama : Islam Status perkawinan : Sudah menikah Pendidikan : SD Pekerjaan : Swasta Suku : Jawa Alamat : Jl. Arjuna, Kampung Jawa Samarinda. Pasien datang berobat ke Poliklinik Atma Husada Mahakam Samarinda diantar oleh keluarga pasien. ANAMNESIS Keluhan Utama : Mudah Lupa Riwayat perjalanan penyakit sekarang: Autoanamnesis: Mudah lupa dirasakan Pasien sekitar 2 minggu yang lalu. Pasein mengatakan ingin meminta obat kepada dokter untuk

description

LAPORAN KASUS JIWA DAN PENATALAKSANAAN

Transcript of JIWA DEPRESI

Page 1: JIWA DEPRESI

KASUS PSIKIATRI

Dipresentasikan pada Kegiatan Kepaniteraan Klinik Madya Lab. Kesehatan Jiwa

Pemeriksaan dilakukan pada Hari Kamis, 27 September 2012 pukul 10.10 WITA di

Poliklinik RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda. Sumber Anamnesa Autoanamnesa dan

Heteroanamnesa.

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M

Umur : 62 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status perkawinan : Sudah menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Swasta

Suku : Jawa

Alamat : Jl. Arjuna, Kampung Jawa Samarinda.

Pasien datang berobat ke Poliklinik Atma Husada Mahakam Samarinda diantar oleh keluarga

pasien.

ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Mudah Lupa

Riwayat perjalanan penyakit sekarang:

Autoanamnesis:

Mudah lupa dirasakan Pasien sekitar 2 minggu yang lalu. Pasein mengatakan ingin

meminta obat kepada dokter untuk istrinya yang sakit agar mau makan. Pasien mengaku tidak

ada gangguan tidur, dan nafsu makan baik. Merokok (+), minum alkohol (-), narkoba (-).

Heteroanamnesis:

Keluarga pasien (menantu), mengatakan bahwa pasien menjadi sering lupa sejak 2

minggu yang lalu, seperti saat pasien memegang KTP tetapi pasien masih tetap mencari-cari

dimana KTP itu diletakkannya, atau saat pasien menanyakan hari lalu 5 menit kemudian

pasien menanyakan kembali tentang hari seakan-akan tidak pernah menanyakan sebelumnya.

Page 2: JIWA DEPRESI

Perubahan sikap pasien ini dirasakan oleh keluarga sejak istri pasien sakit dan tak kunjung

sembuh dan sakitnya memberat dalam 2 bulan belakangan ini, sehingga membuat pasien

menjadi sedih dan sering merasa kepikiran. Nafsu makan sedikit menurun dan harus

diingatkan keluarganya dan tidur masih baik walau kadang masih terbangun. Tidak ada

berbicara sendiri, tidak ada marah-marah atau mengamuk di rumah. Tidak ada berbicara

sendiri, tidak ada marah-marah atau mengamuk di rumah.

Riwayat Medis dan Psikiatrik Lain

o Gangguan Mental dan Emosi

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan mental dan emosi

o Gangguan Psikosomatik

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikosomatik.

o Kondisi Medis

Pasien tidak memiliki riwayat malaria, thypoid, dan trauma kepala. Pasien juga tidak

memiliki riwayat epilepsi. Pasien juga tidak pernah memiliki riwayat operasi.

o Gangguan Neurologi

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan neurologi.

Riwayat Kebiasaan

o Riwayat mengkonsumsi Napza (-)

o Riwayat mengkonsumsi alkohol (-)

o Riwayat merokok (+) 1/2 bungkus/hari sejak pasien masih muda (pasien lupa tepatnya

mengkonsumsi rokok saat usia berapa) hingga sekarang

Gambaran kepribadian

Merupakan pribadi yang ramah dan terbuka selalu menceritakan setiap masalah kepada

keluarga.

Faktor Pencetus

Diduga karena masalah istri pasien yang sakit sejak 2 tahun yang lalu dan memberat 2

bulan belakangan ini dan tak kunjung sembuh.

Riwayat perkawinan

Page 3: JIWA DEPRESI

Sudah menikah

Riwayat sosial ekonomi

Berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat gangguan jiwa.

Riwayat religius

Pasien rajin beribadah.

Hubungan dengan keluarga dan lingkungan

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga dan lingkungannya.

Genogram

Pasien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Keterangan :

: laki- laki

: Pasien

Page 4: JIWA DEPRESI

: Perempuan

STATUS PRAESENS

a. Status Internus

Keadaan umum : Rapi, tenang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital

Tekanan darah : 150/90 mmHg

Frekuensi nadi : 78 x/menit

Frekuensi pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,50C

Keadaan Gizi : Baik

Kulit : Anhidrosis (-)

Kepala : Alopesia (-) Trauma (-)

Mata : Anemis (-) Ikterik (-) Pupil isokor

Hidung : Deviasi septum (-) Rhinorrhea (-)

Telinga : Sekret (-) Pendengaran normal

Mulut Tenggorokan: Higien baik, Hiperemi faring (-)

Leher : Pembesaran KGB (-) Deviasi trakea (-)

Toraks : Simetris

Jantung : Cor dalam batas normal

Paru : Pulmo dalam batas normal

Abdomen : Distensi (-) Soefl

Hepar Lien : Pembesaran (-)

Ruang Traube : Timpani

Bising Usus : Normal, Metallic sound (-)

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

b. Status Neurologikus

Pancaindera : Tidak didapatkan kelainan

Refleks fisiologi : Normal

Lateralisasi : Tidak ada

Page 5: JIWA DEPRESI

Refleks Patologis : Tidak ada

Tanda meningeal : Tidak ada

Tekanan intrakranial : Tidak didapatkan tanda-tanda peningkatan TIK.

Mata

Gerakan : Normal

Persepsi : Normal

Pupil : Isokor

Diplopia : Tidak didapatkan kelainan

Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Status Psikiatrikus

A. Penampilan

1. Identifikasi Pribadi: ramah dan kooperatif.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor: Psikomotor dbn.

3. Gambaran Umum: tenang, kooperatif, kontak visual dan verbal (+).

B. Bicara: baik

C. Mood dan Afek

1. Mood: Stabil

2. Afek: Sesuai

D. Fikiran dan Persepsi

1. Bentuk Fikiran

i. Produktivitas: Normal

ii. Kelancaran berfikir/ide: Cepat

iii. Gangguan bahasa: (-)

2. Isi Fikiran: Tidak ada gangguan, koheren

3. Gangguan Berpikir

i. Waham: (-)

ii. Flight of Ideas: (-)

4. Gangguan Persepsi

i. Halusinasi: Auditorik (-) Visual (-)

ii. Depersonalisasi dan Derealisasi: (-)

5. Mimpi dan Fantasi (-)

E. Sensorik

1. Kesadaran: Composmentis

Page 6: JIWA DEPRESI

2. Orientasi

i. Waktu (+)

ii. Orang (+)

iii. Tempat (+)

3. Konsentrasi dan Berhitung (+)

4. Ingatan

i. Masa dahulu: (+)

ii. Masa kini: (+)

iii. Segera: (+)

5. Pengetahuan (+)

6. Kemampuan berpikir abstrak (+)

7. Tilikan diri: Derajat VI

8. Penilaian

i. Penilaian sosial (+)

ii. Penilaian terhadap test (+)

IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

A. Keadaan Umum

o Kesadaran : Composmentis

o Sikap : Kooperatif

o Tingkah laku : Tenang

o Perhatian : Baik

o Inisiatif : Baik

o Ekspresi wajah : Tenang

o Verbalisasi : Koheren (+)

B. Pemeriksaan Fisik

Tidak ada kelainan

C. Pemeriksaan Psikis

Keadaan afektif

o Afek : Afek sesuai

o Arus emosi : Stabil

Page 7: JIWA DEPRESI

Keadaan dan fungsi intelek

o Daya ingat : Baik

o Konsentrasi : Baik

o Orientasi : Baik

o Insight : Baik

Keadaan sensasi dan persepsi

o Ilusi : (-)

o Halusinasi : auditorik (-), visual (-)

Keadaan proses berfikir

o Kecepatan : Cepat

o Mutu : Koheren

o Isi :Waham (-)

o Kelainan intelektual dan perbuatan

o Kegaduhan umum : (-)

o Deviasi seksual : (-)

o Mannerisme : (-)

o Anxietas : (+)

o Psikomotor : dbn

o Kemauan : ADL mandiri

Hubungan dengan realita : Baik

D. Diagnosis

Formulasi diagnosis

Seorang laki-laki, usia 62 tahun, beragama Islam, status sudah menikah,

pendidikan terakhir SD, pekerjan swasta, tinggal di Samarinda. Datang

berobat ke Poliklinik RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda diantar oleh

keluarga, pada hari Kamis, 27 September 2012 pukul 10.10 WITA.

Pasien merasa sering lupa sejak 2 minggu yang lalu, seperti saat pasien

memegang KTP tetapi pasien masih tetap mencari-cari dimana KTP itu

diletakkannya, atau saat pasien menanyakan hari lalu 5 menit kemudian pasien

menanyakan kembali tentang hari seakan-akan tidak pernah menanyakan

sebelumnya. Menurut keluarga perubahan ini terlihat sejak istri pasien sakit

Page 8: JIWA DEPRESI

dalam 2 tahun dan memberat sakitnya 2 bulan belakangan ini dan tak kunjung

sembuh. Sedikit mengalami gangguan tidur dan nafsu makan.

Riwayat trauma (-), kejang (-), penyakit infeksi (-)

Riwayat merokok (+) dan mengkonsumsi alkohol (-) NAPZA (-)

Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan Darah 150/90 mmHg, Nadi

78x/menit, Frekuensi Nafas 20x/menit, Suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan

kardiovaskuler, respiratorik, gastrointestinal, urogenital, dan neurologikus

tidak didapatkan kelainan.

Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan kesadaran composmentis, penampilan

rapi, sikap kooperatif, orientasi baik, emosi stabil, afek sesuai, proses fikir

cepat, koheren, waham (-), kehilangan minat (-), konsentrasi baik (+),

halusinasi auditorik (-), visual (-), ilusi (-), kemauan baik, dan psikomotor dbn.

Diagnosis Multiaksial:

Aksis I : F32.1 Episode Depresi Sedang

Aksis II : Tidak ada diagnosis pada aksis ini

Aksis III : Tidak ada diagnosis pada aksis ini

Aksis IV : Masalah Keluarga

Aksis V : GAF 80-71

E. Pengobatan

Psikofarmakolog i :

- Risperidone 1mg 1x1

- Fluoxetine 20mg 1x1

F. Prognosis

Dubia ad bonam jika:

1. Pasien minum obat secara teratur

2. Pasien memiliki keinginan untuk sembuh

3. Terdapat dukungan dari keluarga untuk sering memberikan perhatian kepada

pasien

Page 9: JIWA DEPRESI

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian

Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur,

nafsu makan,psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan

gagasan bunuh diri (Kaplan, 1997). Depresi merupakan salah satu gangguan mood

(mooddisorder). Depresi sendiri adalah gangguan unipolar, yaitu gangguanyang mengacu

pada satu kutub (arah) atau tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional,

perubahan dalam motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan

kognitif (Nevid dkk, 2005). Depresi adalah gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam

perkembangan emosi jangka pendek atau masalah-masalah perilaku,dimana dalam kasus ini,

perasaan sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai

reaksi terhadap stressor) dengan kondisi mood yang menurun (Wenar &Kerig, 2000).

Teori–Teori Depresi

Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan munculnya gangguan depresi,

yaitu:

a. Teori Biologi

Teori biologi ini mempunyai asumsi bahwa penyebab depresi terletak pada gen atau

malfungsi beberapa faktor fisiologik yang memungkinkan faktor tersebut (dalam Sarason

dan Sarason,1989).

b. Pandangan psikodinamika

Studi psikologik tentang depresi dimulai oleh sighmund freud dan karl Abraham.

Keduanya menggambarkan bahwa depresi merupakan reaksi kompleks terhadap

kehilangan atau (loss). Freud dalam bukunya “Mourning and Melancholia”

menggambarkan bahwa rasa sedih yang normal dan depresi sebagai respon dari

kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintainya (Davidson dan Neale, 1997). Pada

orang yang mengalami depresi terjadi pengurangan harga diri secara luar biasa dan

mengalami kemiskinan ego pada skala yang besar (dalam Sarason dan Sarason,1989).

c. Pandangan Behavioral.

Teori belajar berasumsi bahwa antara depresi dan penguat yang kurang (Lack of

Reinforcment) saling berhubungan satu sama lain. Pandangan Behavioral menjelaskan

bahwa orang yang mengalami depresi kurang menerima penghargaan (rewards) atau

Page 10: JIWA DEPRESI

dengan kata lain lebih mengalami hukuman (punishment) daripada orang yang tidak

mengalami depresi (dalam Sarason dan Sarason,1989).

d. Pandangan humaistik – eksistansial.

Teori eksistensial memfokuskan kehilangan harga diri sebagai penyebab depresi utama.

Kehilangan harga diri dapat nyata atau simbolik, misal kehilangan kekuasaan, status

sosial atau uang. Teori humanistic menekankan perbedaan self seseorang dengan

keadaan yang nyata sebagai sumber depresi dan kecemasan. Menurut pandangan ini

depresi terjadi jika perbedaan antara ideal self dan kenyataan terlalu besar ( dalam

Sarason dan Sarason, 1989).

e. Pandangan Kognitif.

Teori depresi berdasarkan kognitif ini merupakan teori yang paling sering digunakan

dalam penelitian tentang depresi (dalam susanty, 1997) Hal ini disebabkan karena teori

kognitif selama ini sangat efektif digunakan untuk terapi terhadap deopresi. Teori ini

menyatakan bahwa seseorang yang berpikiran negatif tentang dirinya akan menelusuri

lebih lanjut bahwa mereka melakukan interpretasi yang salah dan menyimpang dari

realita. Salah satu teori kognitif adalah teori depresi beck (Atkinson 1991). Teori tersebut

menyatakan bahwa seseorang yang yang mudah terkena depresi telah mengembangkan

sikap umum untuk menilai peristiwa dari segi negative dan kritik diri.

Faktor Penyebab Timbulnya Depresi

Menurut Hadi (2004), untuk menemukan penyebab depresi kadang menemui kesulitan

karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang

sama. Namun dari sekian banyak penyebab dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Ada

empat macam kehilangan, yaitu: 1) kehilangan abstrak, misalnya: kehilangan harga diri,

kasih sayang, harapan, atau ambis. 2) Kehilangan sesuatu yang konkrit, misalnya: rumah,

mobil, potret, orang atau bahkan binatang kesayangan. Kehilangan hal yang bersifat

khayal, misalnya: tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan

orang. 4) Kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang, misalnya: menunggu hasil tes

kesehatan, menunggu hasil ujian,dll.

b. Reaksi terhadap stress . 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup.

c. Terlalu lelah atau capek, karena terjadi pengurangan tenaga baik secara fisik maupun

emosional.

d. Reaksi terhadap obat.

Page 11: JIWA DEPRESI

Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui,tetapi diduga faktor-faktor

dibawah ini berperan (Kaplan 1997):

1. Faktor biologis

Aktivitas metabolisme yang lebih rendah dan ukuran korteks prefrontal yang lebih

kecil pada diri orang yang secara klinismengidap depresi bila dibandingkan dengan

kelompok kontrol yang sehat. Korteks prefrontal terlibat dalam pengaturan

neurotransmiter  yang dipercaya terlibat dalam gangguan mood  ,termasuk  serotonin

dan norepinephrine , sehingga tidak mengagetkan bila bukti menunjukkan

ketidakteraturan pada bagian otak ini (Nevid, 2005).Faktor neurokimiawi lain seperti

Adenylate cyclase, phospotidylinositol dan regulasi kalsium mungkin juga memiliki

relevansi penyebab. Kelainan pada neuroendokrin utama yang menarik perhatian

dalam adalah sumbu adrenal, tiroid danhormon pertumbuhan. Neuroendokrin yang

lain yakni penurunansekresi nokturnal melantonin, penurunan pelepasan

prolaktinkarena pemberian tryptopan, penurunan kadar dasar folikelstimulating

hormon (FSH), luteinizing hormon (LH) danpenurunan kadar testoteron pada laki-

laki.

2. Faktor genetika

Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita

gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar daripada sanak

saudara derajatpertama subyek kontrol untuk penderita gangguan. Penelitianterhadap

anak kembar menunjukkan angka kesesuaian padakembar monozigotik adalah kira-

kira 50 %, sedangkan padakembar dizigotik mencapai 10 sampai 25 %.

3. Faktor psikologis

a. Faktor kepribadian premorbid.

Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi

terhadapdepresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapatmengalami

depresi, walaupun tipe-tipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif,

histerik mempunyai risiko yangbesar mengalami depresi dibandingkan dengan

lainnya

b. Kehilangan harga diri.

Depresi sebagai suatu efek yang dapatmelakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan

kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai

dengan yang dicita-citakannya, akanmengakibatkan mereka putus asa

c. Teori kognitif

Page 12: JIWA DEPRESI

menurut A.T. Beck menunjukkan perhatiangangguan kognitif pada depresi. Beck

mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad

kognitif, yaitu pandangan negatif terhadap masa depan, pandangan negatif terhadap diri

sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga,

pandangan negatif terhadap pengalaman hidup (Durand danBarlow, 2006).

d.  Learned Helplessness.

Teori Seligman mengatakan bahwaorang menjadi cemas dan depresi ketika membuat

atribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stres dalamkehidupannya baik sesuai

kenyataan maupun tidak (Duranddan Barlow, 2006).

4. Faktor Sosial

Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatupengamatan klinis yang telah lama

direplikasi bahwa peristiwakehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului

episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya,hubungan tersebut telah

dilaporkan untuk pasien dengangangguan depresi berat. Data yang mendukung,

menyatakanbahwa peristiwa kehidupan paling berhubungan denganperkembangan

depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tuasebelum usia 11 tahun. Stressor

lingkungan yang palingberhubungan dengan onset satu episode depresi adalah

kehilanganpasangan. Derajat psikopatologi didalam keluarga mungkinmempengaruhi

kecepatan pemulihan, kembalinya gejala danpenyesuaian pasca pemulihan.

Patofisiologi

Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.

Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls dapat

terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau

adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem

saraf pusat. Pada depresi telah diidentifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor

5HTIAdan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi depresi

dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan (Kaplan, 1998).Depresi

disebabkan karena menurunnya pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya

kemampuan neurotransmisi serotogenik). Terdapat pula sejumlah neurotransmiter lain yang

berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan dopamin. Sehingga

depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satuatau beberapa neurotransmiter aminergik

pada sinaps neuron di otak,terutama pada sistem limbik. Oleh karena itu teori biokimia

depresi dapat diterangkan sebagai berikut (Kaplan, 1998).

Page 13: JIWA DEPRESI

1.Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan

neurotransmisi serotogenik.

2.Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi aktivitas

norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa-2 adrenoreseptor presinaptik.

3.Menurunnya aktivitas dopamin.

4.Meningkatnya aktivitas asetilkolin.Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah

menurunnya neurotransmisi akibat kekurangan neurotransmitter dicelah sinaps. Ini didukung

oleh bukti-bukti klinis yang menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian obat-

obat golongan SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) dan trisiklik yang

menghambat re-uptake dari neurotransmiter atau pemberian obat MAOI ( Mono Amine

Oxidasi Inhibitor) yang menghambat katabolisme neurotransmiter oleh enzim monoamin

oksidase. Hipotesis lain mengenai depresi yang menyebutkan bahwa terjadinya depresi

disebabkan karena adanya aktivitas neurotransmisi serotogenik yang berlebihan dan bukan

hanya kekurangan atau kelebihan serotonin semata. Neurotransmisi yang berlebih ini

mengakibatkan gangguan pada sistem serotonergik, jadi depresi timbul karena dijumpai

gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis yang belakangan ini

dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective Serotonin Re-uptake

Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin dan bukan menghambat. Dengan

demikian maka turn over dari serotoninmenjadi lebih cepat dan sistem neurotransmisi

menjadi lebih stabilyang pada gilirannya memperbaiki gejala-gejala depresi.Mekanisme

biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaandan pengembangan

obat-obat anti depresan.

Gambaran klinis

Suatu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraanserta berkurangnya energi yang

menuju meningkatnya keadaanmudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)

danmenurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama depresi (Maslim,2001).

 Gejala lainnya dapat berupa :

1)Konsentrasi dan perhatian berkurang

2)Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

3)Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

4)Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

5)Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

6)Tidur terganggu

Page 14: JIWA DEPRESI

7)Nafsu makan berkurang.

Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan dinilai berdasarkan ungkapan

pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga pasien.

Gejala Depresi

Beck (1988) mengungkapkan gejala – gejala depresi, antara lain:

a.Manifestasi emosi. Seperti suasana hati yang pedih dan pilu, tidak menyukai diri sendiri

(perasaan negatif pada diri sendiri) hilangnya atau kurangnya respon gembira pada situasi

yang menimbulkan kesenangan, hilangnya rasa senang dan menangis.

b.Manifestasi kognitif. Berupa rendahnya penilaian terhadap diri sendiri, pikiran – pikiran

negatif terhadap masa depan, menyalahkan, mengkritik atau mencela diri sendiri, tidak

dapat membuat keputusan dan gambran yang salah tentang diri sendiri.

c.Manifestasi motivasional. Hilangnya motivasi untuk melakukan segala aktivitas, keinginan

untuk menghindar dan menarik diri, meningkatnya ketergantungan dan yaitu menginginkan

bantuan, pegarahan dan bimbingan.

d.Manifestasi fisik dan vegetatif. Seperti hilangnya nafsu makan, mengalami gangguan tidur,

hilangnya nafsu sexual, perasaan lelah yang sangat berat, gangguan berat badan dan

kemampuan fisik.

Jenis Depresi

Adapun jenis – jenis depresi menurut PPDGJ III, yaitu:

1.Depresi ringan, ciri – cirinya: a. sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama

depresi seperti tersebut diatas, b) ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala lainya : a –

g, c) tidak boleh ada gejala berat diantaranya, d) lamanya seluruh episode berlangsung

sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu, e) hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan

kegiatan social yang biasa dilakukan.

2.Depresi sedang, ciri – cirinya : a) sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama

depresi seperti pada depresi ringan, b) ditambah sekurang – kurangnya 3 (dan sebaiknya 4)

dari gejala lainya, c) lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu, d)

menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah

tangga.

3.Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a.Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya : a) semua 3 gejala depresi harus ada, b)

ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainya dan beberapa diantaranya harus

Page 15: JIWA DEPRESI

berintensitas berat, c) bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)

yang mencolok, maka pasien nubgkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak

gejala secara rinci, d) episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2

minggu,akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan

untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu, e) sangat tidak

mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social, pekerjaan atau urusan rumah

tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

b.Depresi berat dengan gejala psikotik, cirri – cirinya: a) episode depresi berat yang

memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala psikotic, b) disertai waham, halusinasi

atau stupor depresif, waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau

malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi

audiotorik atau aolfatoric biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau

kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotorik yang berat dapat menuju pada

stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak

serasi dengan efek (mood congruent).

4.Dampak depresi

Menurut Wibisono (lestari, 2003) sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa depresi

biasanya akan disertai dengan penyakit fisik, seperti asma, jantung koroner, sakit kepala dan

maag. Sedangkan menurut seorang ahli yang juga penulis buku, yaitu Philip Rice (Lestari,

2003) depresi akan meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit karena kondisi

depresi yang cenderung meningkatkan sirkulasi adrenalin dan kortisol, sehingga

menurunkan tingkat kekebalan tubuhnya, selain itu penyakit menjadi mudah menghidap

karena orang yang terkena depresi sering kehilangan nafsu makan, kebiasaan makanannya

juga berubah (terlalu banyak makan atau sulit makan), kurang berolahraga, mudah lelah dan

sulit tidur.

Pedoman Diagnostik

Dalam DSM III dan DSM IV atau PPDGJ III tahun 1993,kriteria diagnostik untuk gangguan

depresi berat secara terpisah darikriteria diagnostik untuk diagnosis yang berhubungan

dengan depresi ringan dan sedang serta depresi berulang. Pada PPDGJ IIIpedoman diagnostik

gangguan depresi berat dibagi secara terpisahyaitu gangguan depresi berat tanpa gejala

psikotik dan gangguandepresi berat dengan gejala psikotik.

1.Episode depresif berat tanpa gejala psikotik :

Page 16: JIWA DEPRESI

a.Semua gejala depresi harus ada : afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta

berkurangnya energi yangmenuju meningkatnya keadaan mudah lelah.

b.Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya :konsentrasi dan perhatian berkurang,

harga diri dankepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,

pandangan masa depan yang suram dan pesimis,gagasan atau perbuatan membahayakan diri

atau bunuh diri,tidur terganggu, nafsu makan berkurang.

c.Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka

mungkin pasien tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara

rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruhterhadap episode depresif berat

masih dapat dibenarkan.

d.Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi

jika gejala amat berat danberonset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan

diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.

e.Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskankegiatan sosial, pekerjaan atau

urusan rumah tangga, kecualipada taraf yang sangat terbatas.

2.Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik :

a. Episode depresif berat yang memenuhi kriteria diatas.

b. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang

dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa

bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi audiotorik atau olfaktorik biasanya berupa

suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi

psikomotor yangberat dapat menuju stupor.

c. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai waham atau halusinasi

yang serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).

Penatalaksanaan

Diagnosa depresi telah dibuat, selanjutnya dinilai taraf  hebatnya gejala depresi dan

besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan dengan bijkasana dan penderita sering

merasa legabila ia dapat mengeluarkan pikiran-pikiran bunuh diri kepada orangyang

memahami masalahnya, tetapi pada beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan

keinginan bunuh dirinya kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila sering terdapat

pikiran-pikiran atau rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit

Page 17: JIWA DEPRESI

dengan pemberian terapi elektrokonvulsi di samping psikoterapi dan obat anti depresan

(Kapalan, 1998). Kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi adalah pengobatan yang paling

efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi

kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku, telah diteliti tentang manfaatnya didalam

pengobatan gangguan depresi berat. Pada farmakoterapidigunakan obat anti depresan, dimana

anti depresan dibagi dalam beberapa golongan yaitu :

1.Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine,clomipramine dan opipramol.

2.Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin danamoxapine.

3.Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine Oxsidase-A),

seperti : moclobemide.

4.Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.

5.Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti: sertraline, paroxetine,

fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis) sekitar 2-4

minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta waktu paruh sekitar 12-48

jam(pemberian 1-2 kali perhari). Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu :

1.Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I. Misalnya

amytriptylin 25 mg/hari pada hari Idan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV, 100 mg/hari pada

hari Vdan VI.

2.Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif

kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai 15

hari (miggu II),kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.

3.Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan. Misalnya

amytriptylin 300 mg/hari (dosisoptimal) kemudian diturunkan sampai dosis pemeliharaan.

4.Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan.Biasanya dosis pemeliharaan ½

dosis optimal. Misalnyaamytriptylin 150 mg/hari.

5.Tapering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikandari initiating dosage.

Misalnya amytriptylin 150 mg/hari à 100mg/hari selama 1 minggu, 100 mg/hari à 75

mg/hari selama 1minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari à25

mg/hari selama 1 minggu.Obat anti depresan dapat diberhentikan total, jika kemudian

sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal danseterusnya. Pada dosis

pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal padamalam hari (single dose one hour before sleep),

untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosistunggal pada

pagi hari setelah sarapan.

Page 18: JIWA DEPRESI
Page 19: JIWA DEPRESI

PEMBAHASAN

Fsktor Pencetus

Pada kasus ini didapatkan keluhan utama pasien mudah lupa selama 2 minggu ini.

Keluarga pasien baru menyadarinya adanya perubahan perilaku sejak istrinya yang sakit dan

semakin memberat 2 bulan terakhir ini, pasien sering menangis, melamun dan dan pasien

juga sedikit mengalami gangguan tidur dan nafsu makan yang berkurang. Berdasarkan

anamnesa pasien menunjukkan gejala-gejala gangguan depresi.

Diagnosis Multiaksial

Aksis I

F.32.1 Episode Depresi Sedang. Dari anamnesa didapatkan kriteria diagnosa depresi pada

pasien ini

Gejala utama depresi berdasarkan PPDGJ III

- Afek depresif

- Kehilangan minat dan kegembiraan

- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah

yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas

Gejala lainnya berdasarkan PPDGJ III

- Konsentrasi dan perhatian berkurang

- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

- Tidur terganggu

- Nafsu makan berkurang

F.32.1 Episode Depresi Sedang

Pedoman Diagnostik

- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi

- Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya

- Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu

- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan

rumah tangga.

Page 20: JIWA DEPRESI

Aksis II

Tidak ada diagnosa untuk Aksis II

Aksis III

Tidak ada diagnosa untuk Aksis III

Aksis IV

Untuk Aksis IV, berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien memilki masalah keluarga

Aksis V

GAF 80-71, gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,

sekolah

Pengobatan

Pada pasien ini didapatkan adanya gejala afektif seperti depresi, cemas, perasaan gelisah,

panik, dan stres maka diberikan Risperidone 2mg tab 1x1 dan fluoxetine 1 mg 1x1

Page 21: JIWA DEPRESI

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R. L. 1991. Pengantar Psikologi. Jilid 2. Diterjemahkan oleh Nurdjanah Taufik.

Jakarta: Erlangga

Beck, A. T. 1985. Depression causes treatment. Philadelphia: University of Pennsylvania.

Davidson, G dan Neale, J. M. 1997. Abnormal Psychology. 7th Ed. New York: John Wiley

dan Sons.

Hadi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Penerbit Tugu.

Lestari, E. W. 2003. Depresi Akibat Trauma Masa Kanak-Kanak. Skripsi. (Tidak

Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Mc. Dowel, I & Newell, C. (1996). Measuring Health: A Guide To Rating Scales and

Questionnaire (2nd ed). New York; Oxford University Press.

Sarason, I. G. 1989. Abnormal Psychology. 6th Ed. New Jersey: Pentice Hall.

http://www.masbow.com/2008/10/depresi.html. 30 September 2012