lp hiv aids
-
Upload
sri-indry-lestari -
Category
Documents
-
view
55 -
download
0
Transcript of lp hiv aids
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
“LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN PENYAKIT HIV-AIDS”
OLEH :
2.2 DIII KEPERAWATAN
NAMA KELOMPOK 2 :
I GUSTI PUTU YUDA PANGESTU SUTEJA (P07120014040)
I GUSTI AYU KERTININGSIH (P07120014042)
NI PUTU SRI INDRIYANI LESTARI (P07120014062)
PANDE PUTERI SEPTIANI (P07120014064)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT HIV-AIDS
A. PENGERTIAN
Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang termasuk
dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan menggunakan RNA nya dan
DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama masa inkubasi yang
panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik
laten), dan utamanya penyebab munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan
beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan
menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam proses itu,
virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam 2007)
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang
diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-
obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya. (Sudoyo Aru,
dkk 2009)
B. ETIOLOGI
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-
1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.
HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka
untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.
Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
C. GEJALA DAN TANDA
Gejala klinis pasien dengan HIV AIDS sesuai dengan fase- fase infeksi sebagai berikut:
Fase Lamanya
fase
Antibodi
yang
terdeteksi
Gejala-gejala Dapat
ditularkan
1.Periode
jendela
2.Infeksi HIV
primer akut
3.Infeksi
asimtomatik
4.Supresi imun
simtomatik
4mg-6bln
setelah
infeksi
1-2
minggu
1-15 tahun
atau lebih
Sampai 3
tahun
Tidak
Kemungkin
an
Ya
Ya
Tidak ada
Sakit seperti flu
Tidak ada
Demam, keringat
malam hari,
penurunan BB,
diare, neuropati,
Ya
Ya
Ya
Ya
5.AIDS Bervariasi
1-5 tahun
dari
penentuan
kondisi
AIDS
Ya
keletihan, ruam
kulit,
limpadenopati,
perlambatan
kognitif, lesi oral
Infeksi
oportunistik berat
dan tumor–tumor
pada setiap sistem
tubuh, manifestasi
neurologik
Ya.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit pada infeksi HIV
primer akut yang lamanya 1-2 minggu,pasien akan merasakan sakit seperti flu.Dan di saat
fase supresi imun simtomatik ( 3 tahun) pasien akan mengalami demam,keringat malam
hari, penurunan BB, diare,neuropati,keletihan,ruam kulit,limpadenopati,perlambatan
kognitif dan lesi oral.Pada saat fase infeksi HIV menjadi AIDS ( bervariasi 1-5 tahun )
dari pertama penentuan kondisi AIDS akan terdapat gejala infeksi oportunistik dengan
manifestasi klinik yang dapat mengenai setiap sistem organ seperti :
a) Manifestasi respitori :
Infeksi karena PCP dengan gejala nafas pendek,sesak nafas,(dispnea),batuk-
batuk,nyeri dada, dan demam,
Kompleks mycobacreium avium yaitu infeksi oleh M.Avium intracellular,
M.scrofulaceum dengan keadaan umum yang buruk.
Infeksi M.tuberculosis yaitu TB
b) Manifestasi gastrointestinal :
Diare kronis, hepatitis, disfungsi biliari,penyakit anorektal mencakup hilangnya
selera makan,mual,vomitus,ekskoriasi kulit perianal,kelemahan dan
ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari
Kandidiasis oral
Terdapat lesi karena kandida yang ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim
dalam rongga mulut yang bila tidak diobati akan berlanjut mengenai esophagus
dan lambung dengan keluhan sulit menelan serta nyeri dan rasa sakit di balik
sternum( nyeri retrosternal)
Sindrom pelisutan ( wasting syndrome ) yaitu penurunan BB yang tidak
dikehendaki melampui 10% dari BB dasar,diare yang kronis selama lebih dari 30
hari atau kelemahan kronis dan demam kambuhan atau menetap tanpa adanya
penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
c) Kanker :
Sarcoma kaposi dengan tanda lesi kutaneus yang dapat timbul pada setiap bagian
tubuh biasanya berwarna merah muda kecoklatan hingga ungu gelap, lesinya dapat
datar,atau menonjol dan dikelilingi oleh ekimosis ( bercak-bercak perdarahan ) serta
edema.
Limfoma sel B sering dijumpai pada otak ,sum-sum tulang dan traktus
gastrointestinal.
d) Manifestasi neururologik :
Komplikasi neurologik meliputi fungsi saraf sentral,perifer dan autonum dimana
gangguan ini dapat terjadi akibat efek langsung HIV pada jaringan
saraf ,IO,neoplasma primer atau metastatik, perubahan serebrovaskuler, ensefalopati
metabolik atau komplikasi skunder karena terapi.kompleks berupa:
Ensefalopati HIV (kompleks dimensia AIDS) berupa sindrom klinis yang ditandai
penurunan progesif pada fungsi kognitif,perilaku dan motorik.Manifestasi dini
mencakup gangguan daya ingat,sakit kepala, kesulitan konsentrasi,konfusi
progesif,pelambatan psikomotorik,apatis dan ataksi.Stadium lanjut mencakup
gangguan kognitif global,kelambatan dalam respon verbal,gangguan afektif seperti
pandangan yang kosong, hiperrefleksi paraparesis spatik, psikosis,halusinasi,
tremor,inkontinensia, serangan kejang,mutisme .
Meningitis kriptokokus yaitu infeksi jamur Cryptococcus neoform dengan gejala
demam, sakit kepala, malaise,kaku kuduk, mual,vomitus,perubahan status mental
dan kejang.
Leukoensefalopati multifokal progresiva (PML) merupakan kelainan sistem saraf
pusat dengan demielinisasi yang disebabkan virus J.C manifestasi klinis dimulai
dengan konfusi mental dan mengalami perkembangan cepat yang pada akhirnya
mencakup gejala kebutaan,afasia,paresis .
Mielopati vaskuler merupakan kelainan degeneratif yang mengenai kolumna
lateralis dan posterior medulla spinalis sehingga terjadi paraparesis spastik
progresiva,ataksia serta inkontinensia.
Neuropati perifer yang berhubungan dengan HIV diperkirakan merupakan kelainan
demielisasi dengan disertai rasa nyei serta patirasa pada
ekstrimitas,kelemahan,penurunan reflkes tendon yang dalam ,hipotensi ortostik
e) Manifestasi dermatologik:
IO seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan
vesikel yang nyeri yang merusak integritas kulit
Moluskum kontaiosum merupakan infeksi virus ditandai oleh pembentukan plak
yang disertai deformitas.
Dermatitis seboroika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang
mengenai kulit kepala serta wajah.
Folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit kering dan mengelupas atau
dengan dermatitis atopik seperti eczema atau psoriasis.
f) Sistem sensorik ;
Pandangan : sarcoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata, retinitis
sitomegalovitus
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran yang
berhubungan dengan mielopati,meningitis,sitomegalovirus dan reaksi –reaksi obat.
D. PATOFISIOLOGI
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi
sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-
stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus
dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper
tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV
didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang
asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T
sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan
penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang
serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru
akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,
atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
E. POHON MASALAH
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Cara langsung, yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan menggunakan
mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus
adalah dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain
untuk:
- Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga
menghambat pemeriksaan serologis.
- Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif.
- Tes pada kelompok risiko tinggi sebelum terjadi serokonvensi.
- Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensivitas ELISA untuk HIV-2 rendah.
2. Cara tidak langsung, yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik. Tes, misalnya:
- ELISA, sensitivitasnya tinggi (98,1 – 100%). Biasanya memberikan hasil
positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil psitif harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan Western blot.
- Western blot, spesifisitas tinggi (99,6 – 100%). Namun, pemeriksaan ini
cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak
diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
- Immunofluorescent assay (IFA).
- Radioimmunopraecipitation assay (RIPA).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
HARITGL/JAM
DIAGNOSA PERAWATA
N
RENCANA TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
1.Diare
berhubungan
dengan kuman
pathogen usus
/ infeksi HIV
ditandai
dengan pasase
feses encer
dan sering
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
selama 5x24 jam
diharapkan diare
dapat terkontrol.
K.E:
- Melaporkan
penurunan
episode diare
- Menunjukkan
kultur feses
normal
1. Kaji kebiasaan
defikasi normal
pasien
2.Kaji terhadap diare:
sering,feses
encer,nyeri/kram
abdomen,volume
feses cair , faktor
pemberat dan
penghilang.
3. Kolaborasi untuk
pemeriksaan kultur
feses dan berikan
terapi anti mikroba
sesuai ketentuan .
4. Lakukan tindakan
untuk mengurangi
pembatasan sesuai
ketentuan dokter:
a. Pertahankan
pembatasan
makanan dan
Memberikan dasar
untuk evaluasi
Mendeteksi
perubahan pada
status,kuantitas
kehilangan cairan
dan memberikan
dasar untuk
tindakan
keperawatan.
Mengidentifikasi
dan mengatasi
organisme
patogenik.
Tirah baring dapat
menurunkan
episode akut.
Menurunkan
stimulasi usus.
cairan sesuai
ketentuan dokter.
b. Hindari
merokok.
c. Hindari iritan
usus seperti
makanan
berlemak atau
gorengan,sayuran
mentah dan
kacang-
kacangan.
d. Berikan makanan
sedikit tapi
sering.
5. Delegatif
pemberian
antispasmodik ,antiko
lenergik
6. Pertahankan
masukan cairan
sedikitnya 3 L
kecuali dikontra
indikasikan.
Nikotin bertindak
sebagai stimulant
usus.
Mencegah
merangsang usus
dan distensi
abdomen.
Meningkatkan
nutrisi adekuat.
Menurunkan
spasme dan
motilitas usus.
Mencegah
hipovolemia.
2.Hipertermi
berhubungan
dengan proses
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
1. Observasi suhu
tiap 2 jam
Mengetahui
perkembangan
suhu tubuh pasien
infeksi
ditandai
dengan
peningkatan
suhu tubuh
( suhu tubuh >
37 5º C)
selama 3x24 jam
diharapkan suhu
tubuh dalam batas
normal .
K.E:
- Suhu tubuh
36-37º C
- Klien merasa
nyaman tanpa
rasa panas
2. Beri kompres
hangat di daerah
pembuluh darah besar
3. Delegatif
pemberian antipiretik
dan antibiotika.
4. Kolaborasi untuk
pemeriksaan
laboratorium
Memberi
rangsangan pada
hipotalamus
Antipiretik untuk
menurunkan suhu
dan antibiotika
untuk membunuh
kuman.
Mengidentifikasi
penyebab
3.Kekurangan
volume cairan
berhubungan
dengan diare
kronis
ditandai
dengan turgor
kulit
buruk,penurun
an produksi
urin
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
kekurangan
volume cairan
dapat diatasi.
K.E:
- Membran
mukosa lembab
- Turgor kulit
membaik
- TTV satbil
- Pengeluaran
urin 400 cc/24
jam
1. Kaji status
kulit,turgor dan
selaput lender
2. Kaji status hidrasi
dan catat intake dan
out put
3. Kaji keseimbangan
elektrolit dan
observasi sesuai
kebutuhan.
Mengetahui derajat
kehilangan cairan
Memberi informasi
tentang
keseimbangan
cairan dan fungsi
ginjal sebagai
pedoman
pemberian cairan.
Diare dan muntah
berlebihan diikuti
oleh kehilangan
elektrolit.
4. Pantau pemasukan
oral dan memasukkan
cairan sedikitnya
2500ml/hari.
5. Pantau tanda-tanda
vital
6. Delegatif
pemberian cairan
/elektrolit IV
7. Pantau
pemeriksaan lab
sesuai indikasi :
elektrolit,bun/sc
Mempertahankan
keseimbangan
cairan ,mengurangi
rasa haus dan
melembabkan
membran mukosa
Sebagai indikator
dari volume cairan
sirkulasi
Mencukupi
kebutuhan cairan.
Sebagai
kewaspadaan
terhadap gangguan
elektrolit dan fungsi
ginjal.
4.Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
berhubungan
dengan
peningkatan
produksi
mukus
ditandai
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
selama 5x24 jam
diharapkan
bersihan jalan
nafas membaik.
K.E:
- Frekuensi nafas
1. Kaji dan laporkan
tanda dan gejala
perubahan status
pernafasan:
takipnea,penggunaan
otot aksesori,batuk,
warna dan jumlah
sputum,bunyi nafas
abnormal,warna kulit
Menunjukan fungsi
pernafasan
abnormal.
dengan
adanya
sputum,ronchi
(+)
normal ( 20x/mt)
- Bunyi nafas
normal
- Sputum
berkurang bahkan
hilang
- Paru bersih
abu-abu/sianotik,
gelisah,konfusi atau
somolen.
2. Dapatkan sampel
sputum untuk kultur
yang diprogramkan
oleh dokter dan
berikan anti
mokrobial sesuai
ketentuan.
3. Berikan perawatan
paru : batuk
efektif,nafas dalam,
drainase postural
dan vibrasi setiap 2
sampai 4 jam
4.Bantu pasien dalam
mengambil posisi
fowler tinggi atau
semi
5. Lakukan tindakan
untuk menurunkan
viskositas sekresi :
a. Mempertahankan
masukan cairan
sedikitnya 3L per
hari ecuali
Membantu dalam
identifikasi
organisme
patogenik.
Mencegah stasis
sekresi dan
meningkatkan
bersihan jalan
nafas.
Memudahkan
bersihan jalan nafas
dan pernafasan.
Memudahkan
ekspektorasi sekresi
.mencegah stasis
ekskresi
dikontraindikasika
n.
b. Lembabkan udara
yang
diinspirasikan
sesuai ketentuan
dokter.
c. Konsulkan dengan
dokter mengenai
penggunaan agens
mukolitik yang
diberikan melalui
nebulezer
7.Lakukan
pengisapan trakel
sesuai kebutuhan .
8.Delegatif
pemberian terapi
oksigen sesuai
ketentuan
Membuang sekresi
bila pasien tidak
dapat
melakukannya.
Meningkatkan
avaibilitas oksigen.
5. Pola nafas
tidak efektif
berhubungan
dengan
obstruksi
endotrakeal
ditandai
dengan
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
selama 5x24 jam
diharapkan pola
nafas efetif dapat
dipertahankan.
K.E:
1. Auskultasi bunyi
nafas,tandai daerah
paru yang mengalami
penurunan
/kehilangan ventilasi
dan
munculnya bunyi
adventius : ronchi,
Memperkirakan
adanya
perkembangan
komplikasi /infeksi
pernafasan.
dispnea - Sianosis (-)
- Frekuensi nafas
normal (20x/mt)
- Bunyi nafas
normal
mengi,krekels
2. Catat kecepatan /
kedalaman
pernafasan ,sianosis,p
enggunaan otot
aksesori dan
munculnya dispnea.
3. Beri posisi fowler
4. Berikan periode
istirahat yang
cukup ,pertahankan
lingkungan tenang.
5. Delegatif
pemberian O2 dan
obat-obatan sesuai
indikasi
Takipnea,sianosis ,
tak dapat
beristirahat dan
peningkatan nafas
menunjukan
kesulitan
pernafasan dan
adanya kebutuhan
untuk
meningkatkan
pengawasan /
intervensi medis.
Meningkatakan
fungsi pernafasan
yang optimal.
Menurunkan
konsumsi O2..
Mempertahankan
ventilasi
/oksigenasi efektif.
6. Perubahan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
penurunan
masukan oral
ditandai
dengan
adanya mual
muntah , nyeri
pada mulut,
tidak nafsu
makan porsi
makan tidak
habis,penurun
an BB,massa
otot menurun
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
selama 7x24 jam
diharapkan terjadi
perbaikan status
nutrisi
K.E:
- Melaporkan
peningkatan nafsu
makan
- Porsi makan
habis
- BB tidak turun
1. Kaji terhadap
malnutrisi dengan
mengukur tinggi dan
berat
badan,usia,protein
serum, albumin,
hemoglobin dan
pengukuran
antropometri.
2. Kaji riwayat diet
termasuk makanan
yang disukai dan
tidak disukai serta
intoleransi makanan
3.Kaji faktor-faktor
yang mempengaruhi
masukan oral:
kemampuan
mengunyah,
merasakan,menelan.
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk diet
kalori tinggi.
5. Kurangi faktor
yang membatasi
masukan oral :
a. Dorong pasien
Memberikan
pengukuran
obyektif terhadap
status nutrisi.
Memastikan
kebutuhan terhadap
pendidikan
nutrisi ,membantu
intervensi
individual.
Memberikan dasar
dan arahan untuk
intervensi.
Memudahkan
perencanaan
makanan.
Meminimalkan
istirahat sebelum
makan
b. Rencanakan
makan sehingga
jadwal makan
tidak terjadi
segera setelah
prosedur yang
menimbulkan
nyeri atau tidak
enak.
c. Dorong pasien
untuk makan
dengan orang
terdekat bila
mungkin.
d. Beri makan
sedikit tapi
sering.
e. Batasi cairan 1
jam sebelum
makan dan pada
saat makan.
keletihan yang
dapat menurunkan
nafsu makan.
Menurunkan
rangsang
mencemaskan.
Membatasi isolasi
sosial dan
meningkatakan
nafsu makan.
Mengurangi mual
dan mencegah
pasien terlalu
kenyang..
Mencegah pasien
terlalu kenyang.
6. Delegatif tentang
pemberian antiemetik
,suplemen vitamin,
anti jamur dan nutrisi
parentral,enteral.
7.Timbang BB sesuai
kebutuhan
Mengurangi
muntah,meningkat
kan fungsi
gaster,mengatasi
kandidiasis dan
mencukupi
kebutuhan nutrisi.
Sebagai indikator
kebutuhan nutrisi.
7. Nyeri
berhubungan
dengan efek
sekunder
terhadap lesi
mulut & kulit,
batuk /retraksi
otot dada,
neuropati
perifir
ditandai
dengan
mengeluh
nyeri saat
batuk,sakit
kepala,tampak
meringis.
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan nyeri
berkurang bahkan
hilang.
K.E:
- Ekspresi wajah
rileks
- Skala nyeri 3
- Dapat
istirahat/tidur
dengan adekuat
1. Kaji
lokasi,lamanya
intensitas
( skala 0-10) ,
penyebaran dan
perhatikan tanda-
tanda non verbal :
perubahan
TD,HR,gelisah.
2. Dorong
pengungkapan
perasaan.
3. Jelaskan penyebab
nyeri dan pentingnya
melaporkan
Membantu
mngevaluasi
sumber dan lokasi
stimulus.
Dapat mengurangi
ansietas dan rasa
takut sehingga
mengurangi
persepsi akan
intensitas rasa sakit.
Membantu
penanganan
terhadap nyeri dan
perubahan dan
karakteristik nyeri
4. Lakukan tindakan
paliatif :pengubahan
posisi,masase
5. Motivasi
melakukan tehnik
distraksi dan
penggunaan nafas
dalam.
6. Delegatif
pemberian analgetik
komplikasinya.
Meningkatkan
relaksasi
/menurunkan
ketegangan otot.
Mengalihkan
perhatian dari nyeri
dan membantu
relaksasi otot.
Mengurangi nyeri
8. Perubahan
proses pikir
berhubungan
dengan
penurunan
fungsi
kognitif,
perilaku,
motorik yang
menyertai
ensefalopati
HIV ditandai
dengan
gangguan
daya
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
selama 5x24 jam
diharapkan
perubahan proses
pikir terpantau.
K.E:
- Tanda-tanda
infeksi SSP
terlaporkan
- orientasi dalam
realita
1. Kaji status mental
dan neurologis
2. Catat perubahan
dalam
orientasi,respon
terhadap
rangsang ,kemampua
n untuk memecahkan
masalah,ansietas,
perubahan pola tidur,
halusinasi dan ide
paranoid.
Menetapkan tingkat
fungsional pada
waktu penerimaan .
Mewaspadakan
perawat pada
perubahan status
yang dihubungkan
dengan infeksi SSP
yang makin
buruk,stressor
lingkungan,tekanan
fisiologis,efek
samping terapi
obat.
ingat,kebingu
ngan. 3. Pertahankan
lingkungan yang
menyenangkan.
4. Pantau adanya
tanda-tanda infeksi
SSP : demam,sakit
kepala,kaku kuduk
5. Dorong orang
terdekat untuk
bersosialisasi dan
berikan reorientasi
dengan berita
aktual,kejadian dalam
Memberikan
rangsangan,
lingkungan normal
akan membantu
dalam
mempertahankan
orientasi realita.
Gejala SSP
dihubungkan
dengan
meningitis/ensefali-
tis diseminata yang
mungkin dapat
menimbulkan
perubahan
kepribadian yang
tidak kelihatan
sampai kekacauan
mental,peka
rangsang,mengantu
k,pingsan,kejang
dan dimensia.
Hubungan yang
biasa sering kali
akan berguna dalam
membantu
mempertahankan
keluarga
6. Kolaborasi
pemeriksaan
diagnostik dan
berikan obat-obatan
sesuai petunjuk.
orientasi terutama
jika pasien
mengalami
halusinasi.
Pilihan tes/
pemeriksaan
tergantung
manifestasi
klinis ,sesuai
dengan perubahan
status mental yang
akan merefleksikan
berbagai faktor
penyebab.Pengguna
an obat dengan
waspada dapat
membantu
mengatasi
masalah :
halusinasi.
K. REFRENSI