LP Gerontik Rematik Part 2 Yan2

download LP Gerontik Rematik Part 2 Yan2

of 12

description

lp gerontik 2

Transcript of LP Gerontik Rematik Part 2 Yan2

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. D DENGAN RHEMATIK

Pertemuan ke : 2Tanggal : 11 -02 -2016I. Latar belakangA. Latar BelakangSetelah dilakukan pengkajian pada Ny. D pada tanggal 10 Pebruari 2016 didapatkan data Ny. D mengatakan sakit pada sendi lutut sebelah kanan, adanya pembesaran tulang lutut, dan Ny. D tidak dapat beraktifitas karena keterbatasan gerak dan tidak berdiri atau berjalan. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Ny. D menderita rematik.B. PengertianKata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi diartroidial.C. Penyebab (etiologi)Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;1. Usia lebih dari 40 tahunDari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.2. Jenis kelamin wanita lebih seringWanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahun (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.3. Suku bangsaNampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.4. Genetik5. Kegemukan dan penyakit metabolik Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahragaPekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.7. Kelainan pertumbuhan Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.8. Kepadatan tulang9. Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

D. Manifestasi klinikGejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;1. Nyeri sendiKeluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.2. Hambatan gerakan sendiGangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.3. Kaku pagiPada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.4. KrepitasiRasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.5. Pembesaran sendi (deformitas)Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.6. Perubahan gaya berjalanHampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

II. Data yang perlu dikaji lebih lanjutA. Riwayat Kesehatan1. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.2. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.B. Pemeriksaan Fisik1. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.2. Lakukan pengukuran pasive range of mation pada sendi-sendi synovial3. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)4. Catat bila ada krepitasi5. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan6. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral :a. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurangb. Ukur kekuatan ototc. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainyad. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hariC. Riwayat Psiko SosialPasien dengan Rheumathoid Arthritis mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.D. Pengkajian Fungsional Klien1. Katz Index2. Barthel Index3. Pengkajian status mental

III. Rancangan Kegiatan 1. TopikPengkajian lebih mendalam pada Ny. D dengan rematik.2. Metodaa. Wawancara b. Tanya jawab3. Media Alat pemeriksaan fisik (Nurshing Kitt), dan format pengkajian4. Waktu Pukul 15.00-15.20 WIB5. Tempat Ruang isolasi Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wredha (RPSTW) Karawang6. Strategi pelaksanaan

NoAlokasi waktuKegiatan

1. 15.00-15.05 WIBFase orientasi Mengucapkan salam Membuat kontrak waktu Menjelaskan maksud dan tujuan interaksi

2. 15.05-15.15 WIBFase kerja Menjelaskan maksud pengkajian dengan klien Melakukan pengkajian sesuai dengan format

3. 15.15-15.20 WIBFase terminasi Membuat kesimpulan hasil pertemuan Membuat kontrak waktu pertemuan selanjutnya Mengucapkan salam

7. Kriteria evaluasia. Struktur1) Tersedia alat untuk pemeriksaan fisik dan format pengkajian2) Adanya kontrak waktu antara perawat dan lansiab. Proses 1) Klien mengikuti kegiatan dalam interaksi secara penuh selama kontrak waktu yang disepakati2) Klien aktif mengikuti/memberikan tanggapan dan pertanyaan tentang penurunan fungsi kognitif pada lansia dengan rematik8. Hasil a. Klien dapat mengikuti kegiatan dan dapat memberikan tanggapan yang positif selama pengkajian.b. Klien bersedia kembali untuk dilakukan asuhan keperawatan pada hari berikutnya

DAFTAR PUSTAKAPrice, Sylvia.2009.Patofisiologi.Jakarta: EGC.Muttaqin,Arif. 2007.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta:EGC.NANDA, 2013 ,Nursing Diagnosis: Definitions and classification,Philadelphia, USA.http://kamuskesehatan.com/arti/reumatoid-artritis/diakses tgl 17 desember 2013 diakses pada 10-02-2015 pukul 10.00 WIB

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:1. Istirahat2. Latihan fisik3. Panas4. Pengobatana. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 mlb. Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obatc. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 600 mg/hari mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.d. Garam emase. Kortikosteroid5. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebihenjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada Keluhan nyeri, dengan kriteria : Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. Berikan masase yang lembut Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi, distraksi, relaksasi progresif) Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) Berikan kompres dingin jika dibutuhkan Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan Meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas. Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akutGangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan, kekuatan otot.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mobilitas fisik baik dengan kriteria : Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor Mencegah fleksi leher Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akutDefisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat mengatur kegiatan sehari-hari, dengan criteria hasil: Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi. Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini Mendukung kemandirian fisik/emosional Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan actual Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah

Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan citra tubuh berkurang dengan criteria: Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan Menyusun rencana realistis untuk masa depan. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan Berikan bantuan positif bila perlu. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan. Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif