LP Epilepsi

28
BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Epilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom dan berbagai gangguan fisik (Doenges, 2000). Epilepsi grand mal merupakan istilah Perancis. Grand berarti besar, mal, sakit. Pada epilepsi ini penderita nyeri kepala, mendadak kehilangan kesadaran, terjatuh, kekurangan oksigen, kemudian kejang tonik klonik kurang labih selama 60 detik, air liur keluar melalui mulut, setelah sadar penderita mengeluh badan terasa pegal, relaksasi, hipertensi, bingung, lupa, dan mampu tertidur 2 jam (Markam, 1998). B. Etiologi Menurut Mansjoer (2000), etiologi dari epilepsi yaitu :

description

LP

Transcript of LP Epilepsi

BAB I

TINJAUAN TEORIA. PengertianEpilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom dan berbagai gangguan fisik (Doenges, 2000).Epilepsi grand mal merupakan istilah Perancis. Grand berarti besar, mal, sakit. Pada epilepsi ini penderita nyeri kepala, mendadak kehilangan kesadaran, terjatuh, kekurangan oksigen, kemudian kejang tonik klonik kurang labih selama 60 detik, air liur keluar melalui mulut, setelah sadar penderita mengeluh badan terasa pegal, relaksasi, hipertensi, bingung, lupa, dan mampu tertidur 2 jam (Markam, 1998).B. EtiologiMenurut Mansjoer (2000), etiologi dari epilepsi yaitu :1. Idiopatik2. Aquiret adalah kerusakan otak keracunan obat metabolik3. Trauma kepala4. Tumor otak5. Stroke6. Cerebral edema7. Hipoksia8. Keracunan9. Gangguan metabolik10. InfeksiC. Patofisiologi

Skema bab 2.1 patofisiologi (WWW. Khaidir Muhaj Blog`site.com)Menurut para peneliti bahwa sebagian besar kejang epilepsi berasal dari sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara berlebihan dan hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang disebut juga sebagai fokus epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik yang umum maupun yang fokal (parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian dapat menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah disekitarnya atau daerah yang lebih jauh adalah yang terdapar di bagian otak.

Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mengakibatkan kejang epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mengakibatkan kejang epilepsi. Sampai saat ini belum terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel neuron untuk melepas muatan secara sinkron dan berlebihan. D. Tanda dan gejala1. Kejang umuma. Tonik gejala kontraksi otot, tungkai dan siku berlangsung kurang lebih 20 detik, dengan ditandai leher dan punggung melengkung, jeritan epilepsi selama kurang lebih 60 detik.b. Klonik gejala spasmus fleksi berselang, relaksasi, hipertensi berlangsung kurang lebih 40 detik, dengan ditandai midriasis, takikardi, hiperhidrosis, hipersalivasi.c. Pasca serangan gejala aktivitas otot terhenti ditandai dengan penderita sadar kembali, nyeri otot dan sakit kepala, penderita tertidur 1 sampai 2 jam.2. Jenis parsiala. Sederhana dengan tidak terdapat gangguan kesadaranb. Complex dengan gangguan kesadaran.E. Jenis dan klasifikasi1. Grand mal (tonik klonik)Ditandai dengan gangguan penglihatan dan pendengaran, hilang kesadaran, tonus otot meningkat fleksi maupun ekstensi, sentakan kejang klonik, lidah dapat tergigit, hipertensi, takikardi, berkeringat, dilatasi pupil, dan hipersalivasi, kemudian setelah serangan pasien dapat tertidur 1-2 jam, penderita lupa, mengantuk,dan bingung.2. Petit malKehilangan kesadaran sesaat, penderita dapat melamun, apa yang akan dikerjakan klien akan terhenti, penderita lemah namun tidak sampai terjatuh.3. Infatile spasmeTerjadi pada usia 3 bulan sampai 2 tahun, kejang fleksor pada ekstermitas dan kepala, kejang terjadi hanya beberapa detik dan berulang, sebagian besar penderita terjadi retardasi mental.4. Focal Terbagi atas tiga jenis :a. Focal motor yaitu Lesi pada lobus frontal.b. Focal sensorik yaitu lesi pada lobus parietal.c. Focal psikomotor yaitu disfungsi lobus temporal.F. PenatalaksanaanDibagi menjadi 2 pengobatan:1. Pengobatan kausal.Penyebab perlu diselidki terlebih dahulu, apakah penderita penyakit yang aktif misalnya tumor serebri, hematoma sub dural kronik, bila benar perlu diobati terlebih dahulu penyebab kejang tersebut.2. Pengobatan rutin.Penderita epilepsi diberikan obat anti konvulsif secara rutin, biasanya pengobatan dilanjutkan sampai 3 tahun, kemudian obat dikurangi secara bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6 bulan. Pada umumnya lama pengobatan berkisar antara 2 - 4 tahun bebas serangan. Selama pengobatan harus di periksa gejala intoksikasi dan pemeriksaan laboratrium secara berkala.Obat yang diberikan untuk kesemua jenis kejang yaitu a. Fenobarbital, dosis 3-8 mg / kg BB / Harib. Diazepam, dosis 0,2-0,5 mg / kg BB / Haric. Diamox (asetazolamid) , dosis 10-90 mg / kg BB / Harid. Dilantin (difenilhidantoin), dosis 5-10 mg / kg BB / Harie. Mysolin (primidion), dosis 12-25 mg / kg BB / HariBila menderita spasme infatil diberikan obat yaitu a. Prednison, dosis 2-3 mg / kg BB / Harib. Dexamethason, dosis 0,2-0,3 mg / kg BB / Hari c. Adrenokotrikotropin, dosis 2-4 mg / kg BB / HariG. Pemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan laboratorium Seperti pemeriksaan darah rutin, darah tepi dan lainnya sesuai indikasi misalnya kadar gula darah, elektrolit. Pemeriksaan cairan serebrospinalis (bila perlu) untuk mengetahui tekanan, warna, kejernihan, perdarahan, jumlah sel, hitung jenis sel, kadar protein, gula NaCl dan pemeriksaan lain atas indikasi.

2. Pemeriksaan EEG

Gambar bab 2.1 pemeriksaan EEGPemeriksaan EEG sangat berguna untuk diagnosis epilepsi. Ada kelainan berupa epilepsiform discharge atau (epileptiform activity), misalnya spike sharp wave, spike and wave dan sebagainya. Rekaman EEG dapat menentukan fokus serta jenis epilepsi apakah fokal, multifokal, kortikal atau subkortikal dan sebagainya. Harus dilakukan secara berkala (kira-kira 8-12 % pasien epilepsi mempunyai rekaman EEG yang normal).3. Pemeriksaan radiologis

Gambar bab 2.2 Foto tengkorakFoto tengkorak untuk mengetahui kelainan tulang tengkorak, destruksi tulang, kalsifikasi intrakranium yang abnormal, tanda peninggian TIK seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika dan sebagainya.Pneumoensefalografi dan ventrikulografi untuk melihat gambaran ventrikel, sisterna, rongga sub arachnoid serta gambaran otak. Arteriografi untuk mengetahui pembuluh darah di otak : anomali pembuluh darah otak, penyumbatan, neoplasma dan hematoma.H. Komplikasi

Mengakibatkan kerusakan otak akibat hipoksia jaringan otak, dan mengakibatkan retardasi mental, dapat timbul akibat kejang yang berulang, dapat mengakibatkan timbulnya depresi dan cemas.I. Asuhan keperawatan

Sumber teoritis yang ada pada klien epilepsi, didapatkan pengkajian berdasarkan dari sumber (Doenges, 2000).1. Pengkajiana. Aktivitas dan istirahatGejala yaitu keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas yang ditimbulkan oleh diri sendiri atau orang lain.

Tanda yaitu perubahan tonus, kekuatan otot, gerakan involunter, kontraksi otot atau sekumpulan otot.b. Sirkulasi.Gejala yaitu iktal : hipertensi (tekanan darah tinggi), peningkatan nadi, sianosis, tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.c. Integritas ego.Gejala yaitu stressor eksternal atau internal yang berhubungan keadaan dan atau penanganan peka rangsang, perasaan tidak ada harapan dan tidak berdaya, perubahan dalam berhubungan.Ditandai dengan pelebaran rentang respon emosional.d. Eliminasi.Gejala yaitu inkontinesia, ditandai dengan iktal : peningkatan tekanan kandung kemih, dan tonus sfingter, postiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia baik urine maupun fekal.e. Makanan dan cairan.Gejalanya yaitu sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang. Ditandai dengan kerusakan jaringan lunak dan gigi (cedera selama kejang).f. NeurosensoriGejalanya yaitu riwayat sakit kepala, kejang berulang, pingsan, pusing dan memliki riwayat trauma kepala, anoksia, infeksi cerebral, adanya aura (rangsangan audiovisiual,auditorius, area halusinogenik). Ditandai dengan kelemahan otot, paralisis, kejang umum, kejang parsial (kompleks), kejang parsial (sederhana).

g. Nyeri dan kenyamananGejalanya yaitu sakit kepala, nyeri otot, nyeri abnormal paroksismal selama fase iktal. Ditandai dengan sikap atau tingkah laku yang hati-hati, distraksi, perubahan tonus otot.h. PernafasanGejalanya yaitu fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan cepat dan dangkal, peningkatan sekresi mucus, fase postiktal apnea.i. KeamananGejalanya yaitu riwayat terjatuh, fraktur, adanya alergi. Ditandai dengan trauma pada jaringan lunak, ekimosis, penurunan kesadaran, kekuatan tonus otot secara menyeluruh.j. Interaksi socialGejalanya yaitu terdapat masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau lingkungan sosialnya melakukan pembatasan, penghindaran terhadap kontak sosial.k. Penyuluhan dan pembelajaran.Gejalanya yaitu adanya riwayat epilepsi pada keluarga, penggunaan obat maupun ketergantungan obat termasuk alkohol.2. Diagnosis keperawatanDiagnosa yang didapat berdasarkan sumber dari (Doenges, 2000)a. Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan keseimbangan).b. Gangguan harga diri,identitas diri berhubungan dengan persepsi tidak terkontrol, ditandai ketakutan, dan kurang kooperatif tindakan medis.c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi informasi, kurang mengingat.3. Perencanaan

DiagnosaTujuanIntervensiRasional

Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan keseimbangan).Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....X 24 jam,klien dapat mengidentifikasi faktor presipitasi serangan dan dapat meminimalkan/menghindarinya, menciptakan keadaan yang aman untuk klien, menghindari adanya cedera fisik, menghindari jatuh, dengan kriteria :

1. tidak terjadi cedera fisik pada klien

2. klien dalam kondisi aman

3. tidak ada memar

4. tidak jatuh

1. Identivikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko terjadinya cedera.

2. Pantau status neurologis setiap 8 jam.

3. Jauhkan benda- benda yang dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada pasien saat terjadi kejang.

4. Pasang penghalang tempat tidur pasien.

5. Letakkan pasien di tempat yang rendah dan datar.

6. Tinggal bersama pasien dalam waktu beberapa lama setelah kejang.

7. Menyiapkan kain lunak untuk mencegah terjadinya tergigitnya lidah saat terjadi kejang.

8. Tanyakan pasien bila ada perasaan yang tidak biasa yang dialami beberapa saat sebelum kejang.

9. Anjurkan pasien untuk memberi tahu jika merasa ada sesuatu yang tidak nyaman, atau mengalami sesuatu yang tidak biasa sebagai permulaan terjadinya kejang.

10. Berikan informasi pada keluarga tentang tindakan yang harus dilakukan selama pasien kejang.

11. Berikan obat anti konvulsan sesuai advice dokter. Ad1. Barang- barang di sekitar pasien dapat membahayakan saat terjadi kejang.

2. Mengidentifikasi perkembangan atau penyimpangan hasil yang diharapkan.

3. Mengurangi terjadinya cedera seperti akibat aktivitas kejang yang tidak terkontrol.

4. Penjagaan untuk keamanan, untuk mencegah cidera atau jatuh.

5. Area yang rendah dan datar dapat mencegah terjadinya cedera pada pasien.

6. Memberi penjagaan untuk keamanan pasien untuk kemungkinan terjadi kejang kembali.

7. Lidah berpotensi tergigit saat kejang karena menjulur keluar.

8. Untuk mengidentifikasi manifestasi awal sebelum terjadinya kejang pada pasien.

9. Sebagai informasi pada perawat untuk segera melakukan tindakan sebelum terjadinya kejang berkelanjutan.

10. Melibatkan keluarga untuk mengurangi resiko cedera.

11. Mengurangi aktivitas kejang yang berkepanjangan, yang dapat mengurangi suplai oksigen ke

otak. Ad

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi salivaSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....X 24 jam jalan nafas menjadi efektif, dengan kriteria : jalan nafas menjadi efektif1. Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda / zat tertentu / gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.

2. Letakkan pasien dalam posisi miring, permukaan datar.

3. Tanggalkan pakaian pada daerah leher / dada dan abdomen.

4. Melakukan suction sesuai indikasi

5. Kolaborasi untuk memberikan oksigen sesuai programterapi. Ad1. menurunkan resiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke faring.

2. meningkatkan aliran (drainase) sekret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas

3. untuk memfasilitasi usaha bernafas / ekspansi dada.

4. Melakukan suction sesuai indikasi

5. Membantu memenuhi kebutuhan oksigen agar tetap adekuat, dapat menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari sirkulasi yang menurun atau oksigen sekunder terhadap spasme vaskuler selama serangan kejang. Ad

Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk penyakit epilepsi dalam masyarakatSetelah dilakukan asuhan keperawatan selam ....X 24 jam dapat mengurangi rendah diri pasien, dengan kriteria hasil :

1. adanya interaksi pasien dengan lingkungan sekitar

2. menunjukkan adanya partisipasi pasien dalam lingkungan masyarakat1. Identifikasi dengan pasien, factor- factor yang berpengaruh pada perasaan isolasi sosial pasien.

2. Memberikan dukungan psikologis dan motivasi pada pasien.

3. Anjurkan keluarga untuk memberi motivasi kepada pasien.

4. Memberi informasi pada keluarga dan teman dekat pasien bahwa penyakit epilepsi tidak menular.

5. Kolaborasi dengan tim psikiater.

6. Rujuk pasien/ orang terdekat pada kelompok penyokong, seperti yayasan epilepsi dan sebagainya. Ad1. Memberi informasi pada perawat tentang factor yang menyebabkan isolasi sosial pasien.

2. Dukungan psikologis dan motivasi dapat membuat pasien lebih percaya diri.

3. Keluarga sebagai orang terdekat pasien, sangat mempunyai pengaruh besar dalam keadaan psikologis pasien.

4. Menghilangkan stigma buruk terhadap penderita epilepsi (bahwa penyakit epilepsi dapat menular).

5. Konseling dapat membantu mengatasi perasaan terhadap kesadaran diri sendiri.

6. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan informasi, dukungan ide-ide untuk mengatasi masalah.dari orang lain yang telah mempunyai pengalaman yang sama. Ad

DAFTAR PUSTAKADoenges, M.E. Moorhouse M.F., Geissler A.C., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC.Hidayat. (2009). http://hidayat2.wordpress.com. diakses pada tanggal 17 juni 2014.Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan, (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC.Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC.