lo blok 10 modul 5
-
Upload
dionwahyuwiguna -
Category
Documents
-
view
55 -
download
30
description
Transcript of lo blok 10 modul 5
KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK
A.Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan
dengan orang lain. ( Northouse, 1998).
Menurut Stuart GW (1998) mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal
antara perawat dengan klien dalam memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien.
B.Pentingnya Menjadi Terapeutik
Perawat yang terapeutik berarti melakukan interaksi dengan klien, interaksi tersebut memfasilitasi
proses penyembuhan. Sedangkan hubungan terapeutik artinya suatu hubungan interaksi yang
mempunyai sifat menyembuhkan, dan berbeda dengan hubungan sosial. Therapeutic intimacy
merupakan hubungan saling menolong (helping relationship) antara perawat-klien. Hubungan ini
dibangun untuk keuntungan klien, sementara hubungan sosial dirancang untuk memenuhi kebutuhan
kedua belah pihak (Smith, 1992).
C.Manfaat Menjadi Terapeutik
Dengan profesi sebagai perawat, maka menjadi terapeutik adalah suatu hal wajib dilakukan dan
diharapkan akan akan memberikan kontribusi dalam melakukan pelayanan kesehatan/keperawatan
kepada masyarakat. Menjadi terapeutik berarti menjadikan diri perawat sebagai sarana untuk
memfasilitasi proses penyembuhan dalam hal ini perawat menggunakan komunikasi terapeutik sebagai
sarananya.
D.Tujuan Komunikasi terapeutik :
Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif / adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan
klien :
1.Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang tadinya tidak
bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan
perawat akan mampu menerima dirinya.
2.Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan
orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan
komunikasi yang terbuka, jujur, menerima klien apa adanya, perawat akan meningkatkan kemampuan
klien dalam membina hubungan saling percaya. ( Hibdon, S., 2000).
3.Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang
realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.
Individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi,
sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri
(Taylor, Lilis dan Lemone, 1997).
4.Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguab identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan
merngalami harga diri rendah.
E.Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan mempertahankan
hubungan yang terapeutik :
1.Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada
prinsip “Humanity of Nursing and Clients”.
2.Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang keluarga, budaya dan
keunikan tiap individu.
3.Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun penerima pesan,
dalam hal ini perawat harus mampu menjga harga dirinya dan harga diri klien.
4.Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum
menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan masalahnya.
Beberapa prinsip komunikasi terapeutik menurut Boyd & Nihart (1998) adalah :
1.Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
2.Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik.
3.Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4.Kerahasiaan klien harus dijaga.
5.Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
6.memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien
dan memberi nasehat.
7.Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secar rasional.
8.Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika
perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
9.Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10.Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik.
F.Karakteristik Perawat Yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik
Menurut Roger dan Stuart GW (1998) ada beberapa karakteristik seorang perawat yang dapat
memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :
1.Kejujuran
Tanpa kejujuran mustahil akan terbina hubungan saling percaya, sesorang akan menaruh kepercayaan
kepada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respon yang tidak dibuat-buat, sebaliknya dia akan
berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hati yang
sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur. (Rahmat, J, 1996)
2.Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh klien dan tidak
berbelit-belit.
3.Bersikap positif
Sikap yang positif terhadap klien ditunjukkan dengan sikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan
terhdap klien.
4.Empati bukan simpati
Dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan dan yang
dipikirkan klien. Sikap simpati tidak mampu melihat permasalahan secara obyektif karena perawat
terlibat secara emosional terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
5.Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Agar mampu melihat permasalahan dari sudut pandang klien maka perawat harus menjadi pendengar
yang aktif dan sabar dalam mendengarkan semua ungkapan klien.
6.Menerima klien apa adanya
Seorang perawat yang baik akan tidak memandang hina klien dan keluarganya yang datang ke rumah
sakit dengan pakaian yang kumal dan kotor
7.Sensitif terhadap perasaan klien
Perawat harus sennsitif terhadap perasaan kliennya agar tidak menyinggung perasaanya.
8.Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien araupun diri perawat sendiri
Seorang perawat harus mampu melupakan kejadian yang menyakitkan di masa lalu dan menguatkan
koping klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi saat ini.
G.Tahapan Komunikasi Terapeutik
Tahapan komunikasi terapeutik terdiri dari empat taha, yaitu :
1.Tahap Persiapan/ Tahap Pra interaksi
Pada tahap ini perawat :
a.Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri sendiri.
b.Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri perawat sendiri.
c.Mengumpulkan data tentang klien
d.Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2.Tahap Perkenalan
Merupakan saat pertama perawat bertemu dengan klien. Pada tahap ini tugas perawat :
b.Membina hubungan saling percaya
c.Merumuskan kontrak bersama klien
d.Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien.
e.Merumuskan tujuan dengan klien
3.Tahap Kerja
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi (Stuart GW., 1998). Pada tahap ini perawat
dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Tahap ini juga
berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan.
4.Tahap Terminasi
Merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini dibagi dua, yaitu tahap terminasi
sementara dan terminasi akhir. Pada thap ini tugas perawat adalah :
a.Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
b.Melakukan evaluasi subyektif.
c.Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
d.Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
H.Strategi Menanggapi Respon Klien :
Dalam menangagpi respon klien perawat dapat menggunakan berbagai tehnik komunikasi terapeutik
sebagai berikut :
1. Bertanya
2. Mendengarkan
3. Mengulang
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan
7. Diam
8. Memberi informasi
9. Menyimpulkan
10.Mengubah cara pandang
11.Eksplorasi
12.Membagi persepsi
13.Mengidentifikasikan tema
14.Humor
15.Memberikan pujian
I.Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik
Ada lima jenis hambatan spesifik komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Resisens
2. Transferens
3. Kontraferens
4. Pelanggaran batas
5. Pemberian hadiah
TAHAP TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIKDalam hubungan perawat – klien ada 3 karakteristik penting : sharing perilaku, pikiran, dan perasaan
Perawat harus mampu:1.Melakukan penyingkapan diri2.Merencanakan bagaimana memfokuskan percakapan3.Apa topik yang dibicarakan (sudah tepat atau belum)4.Melibatkan pengalaman dengan topik yang dibicarakan5.Memperkirakan lamanya percakapan6.Mengakui kekurangan diri7.Mengakhiri percakapan dgn klien
Berbagai komponen tersebut dikembangkan oleh perawat dalam beberapa tahap yakni :1.Prainteraksi2.Orientasi3.Kerja4.Terminasi
1.PRAINTERAKSIDimulai sebelum kontak pertama perawat-klienTugas perawat : mengeksplorasi diriPada pengalaman pertama, perawat masih memiliki miskonsepsi dan image pada umumnya ditambah dengan berbagai perasaan dan ketakutan yang muncul seperti:- Takut ditolak klien- Cemas karena merupakan pengalaman baru- Memperhatikan klien secara berlebihan- Meragukan kemampuan diri- Takut dilukai klien secara fisik
- Gelisah melakukan komter- Klien dicurigai sebagai orang yang aneh- Merasa terancam identitasnya sebagai perawat- Merasa tidak nyaman untuk melakukan tugas secara fisik- Mudah terpengaruh secara emosional (tersinggung-diejek)- Takut disakiti secara psikologis
Analisi diri- Apakah saya menganggap klien sbg orang yang aneh?- Apakah harapan saya terlalu tinggi sehingga bila klien kasar, bermusuhan, atau tidak kooperatif saya menjadi marah atau merasa terluka?- Apakah saya takut terhadap tanggung jawab yang dibebankan pada saya (dalam hubungan dengan klien)?- Apakah saya harus menutupi rasa inferior dengan mengedepankan rasa superior?- Apakah saya harus bersimpati, memberikan kehangatan, dan perlindungan secara berlebihan bila saya melakukan kekeliruan?
2.ORIENTASIPerawat : menemukan alasan mengapa klien memerlukan pertolongan dasar pengkajian keperawatan dan membantu perawat fokus pada masalah klien.Tugas perawat pada fase ini :- Membangun trust- Memahami- Menerima- Membuka komunikasi dan membuat kontrak dgn klien
Kontrak pertama dimulai :- Memperkenalkan diri perawat dan klien- Menyebutkan nama - Menjelaskan peran (meliputi tanggung jawab dan harapan baik klien maupun perawat dengan menjelaskan apa yang perawat dapat atau tidak dapat lakukan).- Mendiskusikan tujuan hubungan (dengan menekankan pada pengalaman hidup perawat – klien serta konflik)
Perawat dapat menyadari kecemasan dan ketakutan klien, tetapi klien mungkin kesulitan untuk menerima bantuan perawat. Kemungkinan hal ini disebabkan :- Sulit mengakui mempunyai kesulitan atau masalah .- Tidak mudah trust atau terbuka pada seseorang yang baru dikenal.- Masalah yang dihadapi terlihat sangat besar, rumit, atau unik untuk disharingkan pada orang lain.- Mengutarakan masalah dapat mengancam rasa independen, otonomi, dan harga diri.- Dalam memecahkan suatu masalah melibatkan pemikiran tentang sesuatu yang mungkin tidak menyenangkan, mereview kenyataan hidup, memutuskan suatu rencana, dan yang terpenting adalah membawa suatu perubahan
3.KERJASelama fase ini - Prwt-klien mengekplorasi stressor yang berkaitan dan terus meningkatkan perkembangan insight klien (yang berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan)- Insights harus diwujudkan dalam tindakan dan diintegrasikan ke dalam pengalaman hidup klien- Perawat membantu klien : menghilangkan kecemasan, meningkatkan rasa kebebasan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri mengembangkan mekanisme koping yang positif. (Fokus fase ini : perubahan perilaku secara nyata)
4.TERMINASI- Pemahaman antara perawat-klien lebih dioptimalkan- Saling tukar pikiran dan memori- Mengevaluasi perkembangan klien (berkenaan dengan tujuan asuhan keperawatan)- Perawat-klien bersama-sama mereview perkembangan yang tercapai selama perawatan- Perasaan rejeksi, kehilangan, sedih, dan marah diekspresikan dan diekplorasi
Tugas prwt dlm tiap-tiap fase
Prainteraksi :Mengekplorasi perasaan, harapan, dan rasa takut diri sendiri.Menganalisa kemamp. & kekurangan diriMengumpulkan data klien (bila mungkin)Merencanakan pertemuan pertama dgn klien
Orientasi :Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuanMembangun trust, menerima, dan membuka komunikasi Bersama-sama membuat kontrakMengekplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klienMengidentifikasi masalah klienMenetapkan tujuan dgn klien
Kerja :Mengekplorasi stressor yg berkaitanMeningkatkan insight dan mekanisme koping klien
Terminasi :Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapaiMengekplorasi perasaan satu sama lain;rejeksi,kehilangan, kesedihan, dan kemarahan dan dihubungan dgn perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Barry, Patricia D. 1998. Mental Health & Mental Illness. 6th ed. Philadelphia. Lippincott.
Rawlins, Ruth Parmelee. 1993. Clinical Manual of Psychiatric Nursing. 2nd ed. Mosby-Year. St.Louis Missouri.
Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 1998. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3. EGC. Jakarta.
________. 1998. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 6th ed. Mosby-Year. St.Louis Missouri.
Pengertian, Tujuan, Bentuk dan Unsur Komunikasi EfektifPosted by Admin0 komentar
A. Pengertian
Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi.
Komunikasi Efektif adalah saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan.
B. Tujuan dan bentuk komunikasi efektif
> Tujuannya adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang diberikan.> Bentuk komunikasi efektif : 1. Komunikasi verbal efektif : - Berlangsung secara timbal balik. - Makna pesan ringkas dan jelas. - Bahasa mudah dipahami. - Cara penyampaian mudah diterima. - Disampaikan secara tulus. - Mempunyai tujuan yang jelas. - Memperlihatkan norma yang berlaku. - Disertai dengan humor.
2. Komunikasi non verbal : Yang perlu di perhatikan dalam komunikasi non verbal adalah : - Penampilan visik. - Sikap tubuh dan cara berjalan. - Ekspresi wajah. - Sentuhan
C. Unsur-unsur dalam membangun komunikasi efektif : - Berhadapan. - Mempertahankan kontak mata.
- Membungkuk ke arah klien. - Mempertahankan sikap terbuka. - Tetap relax.
Pendekatan holistik
A. Pembelajaran HolistikIstilah holistik mengandung makna menyeluruh atau utuh. Pendekatan holistik
memandang manusia secara utuh, dalam arti manusia dengan unsur kognitif, afeksi dan perilakunya. Manusia juga tidak bisa berdiri sendiri, namun terkait erat dengan lingkungannya. Manusia tidak bisa terlepas dari manusia lain, demikian pula dengan lingkungan fisik atau alam sekitarnya. Manusia juga tergantung kepada Tuhan yang Maha Kuasa selaku pencipta dan penentu hidupnya(Sawang:2011).
Menurut pusat penelitian dan pelayanan pendidikan Universitas Sanata Darma (2009) dalam artikel onlinya bahwasanya, pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga terbangun kerangka pengetahuan. Dalam pembelajaran holistik, diterapkan prinsip bahwa siswa akan belajar lebih efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran, tubuh dan jiwa) dilibatkan dalam pengalaman siswa.
Akhmad Sudrajat(2008) menuliskan dalam artike onlinya bahwasanya 2008) menuliskan dalam artike onlinya bahwasanya, tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
B. Ciri-Ciri Pembelajaran Holistic
Luluk Yunan Ruhendi (2004:187) Paradigma holistik menekankan proses pendidikan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan holistik mengintrodusir terbentuknya manusia seutuhnya dan masyarakat seutuhnya.
2. Materi pendidikan holistik mengandung kesatuan pendidikan jasmani-rohani, mengasah kecerdasan intelektual-spiritual (emosional)- ketrampilan, kesatuan materi pendidikan teoritis-praktis, kesatuan materi pendidikan pribadi-sosial-ketuhanan
3. Proses pendidikan holistik mengutamakan kesatuan kepentingan anak didik-masyarakat.4. Evaluasi pendidikan holistik mementingkan tercapainya perkembangan anak didik dalam
bidang penguasaan ilmu-sikap-tingkahlaku-ketrampilan.
C. Metode dan Teknik Pembelajaran HolisticPembelajaran holistic dapat dilaksanakan dengan mengunakan berbagai macam
metode dan teknik. Adapun metode dan teknik pembelajran holistic menutur penelitian dan pelayanan pendidikan Universitas Sanata Darma (2009) yaitu:
1. Metode Pembelajaran HolistikMetode yang digunakan dalam pembelajaran holistic ada 2 metode yaitu:
a. Belajar melalui keseluruhan bagian otak.Bahan palajaran dipelajari dengan melibatkan sebanyak mungkin indera; juga melibatkan berbagai tingkatan keterlibatan, yaitu: indera, emosional, dan intelektual. Sehingga aspek kognitif , afektif,dan psikomotor dapat berkembang secra baik dan berkembang sesuai dengan tingkatan pada fase pertmbuhan manusia.
b. Belajar melalui kecerdasan majemuk (multiple intelligences)Siswa mempelajari materi pelajaran dengan menggunakan jenis kecerdasan yang paling menonjol dalam dirnya. Kecerdasan yang digunakan sesuia dengan karakteristik pembelajaran masing masing. Apakah itu bertipe audio, visual atau pin audio visual serta tipe belajar yang lain.
2. Taknik Pembelajaran HolistikAda beberapa teknik pembelajaran holistic yaitu antara lain:
a. Mengajukan pertanyaanSiswa menanyakan beberapa terkait beberapa hal seperti:(1) Apa yang sedang dipelajari?(2) Apa hubungannya dengan topik-topik lain dalam bab yang sama?(3) Apa hubungannya dengan topik-topik lain dalam mata pelajaran yang sama?(4) Adakah hubungannya dengan topik-topik dalam mata pelajaran lain?(5) Adakah hubungannya dengan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari?
b. Memvisualkan informasiGuru mengajak siswa untuk menyajikan informasi dalam bentuk gambar, diagram, atau sketsa. Objek atau situasi yang terkait dengan informasi disajikan dalam gambar; sedangkan hubungan informasi itu dengan topik-topik lain dinyatakan dengan diagram. Gambar atau diagram tidak harus indah atau tepat, yang penting bisa mewakili apa yang dibayangkan oleh siswa. Jadi gambar atau diagram dapat berupa sketsa atau coretan kasar. Setelah siswa memvisualkan informasi, mereka dapat diminta menerangkan maksud gambar, diagram, atau sketsa yang dibuatnya
c. Merasakan informasiJika informasi tidak dapat atau sukar divisualkan, siswa dapat menangkapnya dengan menggunakan indera lainnya. Misalnya dengan meraba, mengecap, membau, mendengar, atau memperagakan
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Sehingga dalam mengembangan pembelajaran holistic harus memperhatikan beberapa hal agar supaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Menutut Akhmad Sudrajat(2008) hal yang perlu di pertimbangkan yaitu:
1. Menggunakan pendekatan pembelajaran transformative2. Prosedur pembelajaran yang fleksibel3. Pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu4. Pembelajaran yang bermakna5. Pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada
D. Konsep Dasar yang Medasari Pendekatan Holistic
Scott H Young (2005), Prinsip holistik yang mendasari adalah bahwa organisme kompleks fungsi yang paling efektif ketika semua bagian komponen itu sendiri berfungsi dan co-operasi secara efektif. Dan ide ini berhubungan sangat erat dengan konsep sinergi, dengan seluruh yang lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Dalam hal pendidikan arus utama pendekatan 'manusia yang utuh' untuk belajar adalah jauh lebih mungkin untuk diamati dalam pembibitan sensorik-kaya atau ruang sekolah aktivitas utama daripada di teater kecerdasan-didominasi kuliah universitas.
Secara maknawi holistik adalah pemikiran secara menyeluruh dan berusaha menyatukan beraneka lapisan kaidah serta pengalaman yang lebih dari sekedar mengartikan manusia secara sempit. Artinya, setiap anak sebenarnya memiliki sesuatu yang lebih daripada yang di ketahuinya. Setiap kecerdasan dan kemampuan seorang jauh lebih kompleks daripada nilai hasil tesnya
Adapun yang dianggap sebagai pendukung pembelajaran holistik adalah tokoh humanistik dari Swiss Johan Pestalozzi, Thoreau, Emerson, maria Montessori dan Rudolf Steiner. Semua tokoh tersebut menjelaskan bahwa pendidikan harus mencakup penanaman moral, emosional, fisik, psikologis, agama serta dimensi perkembangan intelektual anak secara utuh. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa sudah bukan waktunya lagi pendidikan itu terkotak-kotak sepenggal-sepenggal (bukan waktunya lagi pendidikan terfokus pada salah satu ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam membentuk peserta didiknya. Mereka harus diberi pendidikan secara holistik dan ideal sebagai bekal hidupnya sehingga nantinya mereka menjadi manusia yang berkeunggulan hidup dan akhirnya mamiliki kemandirian hidup
E. Aplikasi Pendekatan Holistik dalam Pendidikan AnakPendekatan dalam proses pelaksanaan pendidikan yang mampu melihat anak secara
keseluruhan adalah Pendekatan Holistik. Pendekatan Holistik dikemas bukan dalam bentuk yang kaku melainkan melalui hubungan langsung antara anak didik dengan lingkungannya. Pendekatan Holistik tidak melihat manusia dari aktivitasnya yang terpisah pada bagian-bagian tertentu, namun merupakan mahluk yang bersifat utuh dan tingkah lakunya tidak dapat dijelaskan berdasarkan aktivitas bagian-bagiannya. Tidak hanya melalui potensi intelektualnya saja, namun juga dari potensi spiritual dan emosionalnya
Proses pelaksanaan pendekatan Holistik dalam pendidikan akan mengajak anak berbagi pengalaman kehidupan nyata, mengalami peristiwa-peristiwa langsung yang diperoleh dari pengetahuan kehidupan. Dengan demikian pendidik diharapkan dapat menyalakan/menghidupkan kecintaan anak akan pembelajaran. Pendidik juga mendorong anak untuk melakukan refleksi, diskusi daripada mengingat secara pasif tentang fakta-fakta. Hal ini jauh lebih bermanfaat dibanding keterampilan pernecahan masalah yang bersifat abstrak.
Komunitas pembelajaran yang diciptakan pada proses pendidikan Holistik harus dapat merangsang pertumbuhan kreativitas pribadi, dan keingintahuan dengan cara berhubungan dengan dunia. Dengan demikian anak didik dapat menjadi pribadi-pribadi yang penuh rasa ingin tahu yang dapat belajar apapun yang mereka butuh ketahui dalam setiap konteks baru,
Model pendidikan holistik ini melahirkan Kurikulum Holistik yang memiliki ciri-ciri:1. Spiritualitas adalah jantung dari setiap proses dan praktek pembelajaran2. Pembelajaran diarahkan agar siswa menyadari akan keunikan dirinya dengan segala
potensinya. Mereka harus diajak untuk berhubungan dengan dirinya yang paling dalarn (inner
self, sehingga memahami eksistensi, otoritas, tapi sekaligus bergantung sepenuhnya kepada pencipta Nya).
3. Pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir analitis/linier tapi juga intuitif.4. Pembelajaran berkewajiban menumbuh kembangkan potensi kecerdasan ganda (multiple
intelligences).5. Menyadarkan anak akan keterkaitannya dengan komunitas sekitarnya6. Mengajak anak menyadari hubungannya dengan bumi dan ciptaan Allah selain manusia
seperti hewan, tumbuhan, dan benda (air, udara, tanah) sehingga mereka memiliki kesadaran ekologis.
7. Kurikulumnya memperhatikan hubungan antara berbagai pokok bahasan dalam tingkatan transdisipliner, sehingga hal itu akan lebih memberi makna kepada siswa.
8. Menghantarkan anak untuk menyeimbangkan antara belajar individual dengan kelompok (kooperatif, kolaboratif, antara isi dengan proses, antara pengetahuan dengan imajinasi, antara rasional dengan intuisi, antara kuantitatif dengan kualitatif
9. Pembelajaran yang tumbuh, menemukan, dan memperluas cakrawala10. Pembelajaran yang merupakan sebuah proses kreatif dan artistic
Diambil dari artikel online Djauharah Bawazir 2008.
Artikel Online menyebutkan aplikasi pendekatan holistik menurut Woofolk, A (1993) dalam pembelajaran di sekolah adalah sebagai berikut :
1. Wawasan pengetahuan yang mendalam ( insight ) yaitu bahwa wawasan memegang peranan penting dalam perilaku.
2. Pembelajaran yang bermakna ( meaning ful learning ) yaitu kebermaknaan unsur – unsur yang terkait dalam suatu objek atau peristiwa akan menunjanng pembentukan insight dalam proses pembelajaran
3. Perilaku bertujuan ( purposive behavior ) yaitu bahwa hakikatnya perilaku itu terarah pada suatu tujuan
4. Prinsip ruang hidup ( life space ) menyatakan bahwa perilaku individu mempunyai keterkaitan dengan lingkungan atau medan dimana ia berada. Prinsip ini mengaplikasikan adanya padanan dan akitan antara proses pembelajaran dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungan
5. Transfer dalam pembelajaran yaitu pemindahan pola – pola perilaku dari suatu situasi pembelajaran tertentu kepada situaasi lain. Transfer akan terjadi apabila anak menangkap prinsip – prinsip pokok dari suatu masalah dan memnemukan generalisasi kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain
BAB IIIPENUTUP
Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga terbangun kerangka pengetahuan. Pembelajaran yang terbangun meliputi kognitif, afektif dan psikomotor yang kesemua komponen tersebut merupakan keutuhan dari manusia. Sehingg prinsip yang sesuai dengan pendekatan holistic ini adalah pembelajaran Humanistik yang lebih tepatnya memanusiakan manusia.
Pendekatan holistic sendiri memiliki berbagai metode dan teknik dalam penerapanya . metode tersebut adalah Belajar melalui keseluruhan bagian otak dan Belajar melalui kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Sedangkan teknik yang digunaan dalam pendekat holistic adalah Mengajukan pertanyaan, Memvisualkan informasi dan Merasakan informasi. Sehingga Pendekatan Holistik tidak melihat manusia dari aktivitasnya yang terpisah pada bagian-bagian tertentu, namun merupakan mahluk yang bersifat utuh dan tingkah lakunya tidak dapat dijelaskan berdasarkan aktivitas bagian-bagiannya. Tidak hanya melalui potensi intelektualnya saja, namun juga dari potensi spiritual dan emosionalnya