Legenda Ikan Patin

11

Click here to load reader

description

Cerita Rakyat

Transcript of Legenda Ikan Patin

Page 1: Legenda Ikan Patin

LEGENDA IKAN PATIN*************************************************************

**

Pada zaman dahulu, di Tanah Melayu hidup seorang nelayan tua bernama Awang Gading. Dia tinggal sendirian di tepi sebuah

Page 2: Legenda Ikan Patin

sungai yang luas dan jernih. Walaupun hidup seorang diri, Awang Gading selalu berbahagia. Dia mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Tuhan. Hari-harinya dihabiskan untuk bekerja mencari ikan dan kayu.

Suatu hari, Awang Gading mengail di sungai. Sambil berdendang riang, dia menunggui kailnya. Burung-burung turut berkicau menambah kegembiraan Awang Gading. Sayang, sudah berkali-kali umpannya dimakan ikan, namun saat kailnya di tarik, ikannya terlepas lagi.

"Air pasang telan ke ingsang, air surut telan ke perut,renggutlah....! Biar putus jangan rabut," terdengar dendang Awang Gading sambil melempar pancingnya kembali. Perlahan hari beranjak petang, namun tak seekor ikan pun di perolehnya. "Alangkah tidak beruntungnya diriku hari ini," keluh Awang Gading. Ia bergegas membereskan peralatan pancingnya dan berniat pulang. Tiba-tiba terdengar suara tangis bayi, dengan penasaran Awang Gading mencari asal suara tersebut. Tak lama kemudian, Awang Gading melihat bayi perempuan tergolek di atas batu. Sepertinya dia baru saja di lahirkan oleh ibunya lalu ditinggal pergi begitu saja.

"Anak siapa gerangan? kasihan, ditinggal seorang diri di tepi sungai," gumam Awang Gading kemudian membawa pulang bayi perempuan tersebut. Awang Gading memberi nama bayi tersebut Dayang Kumunah. Sejak kehadiran Dayang, awang bertambah rajin bekerja. Awang memberikan kasih sayang dan perhatian yang melimpah untuk Dayang. Berbagai pengetahuan yang dimiliki ditularkannya kepada Dayang. tak lupa pelajaran budi pekerti juga diberikannya. Kadang diajaknya dayang mencari kayu atau mengail untuk mengenal alam secara lebih dekat.

Dayang Kumunah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan berbudi. Dia juga rajin membantu bapaknya. Sayang, Dayang Kumunah tidak pernah tertawa. Suatu hari, seorang pemuda kaya bernama Awangku Usop singgah di rumah Awang Gading. Dia

terpesona saat melihat kecantikan Dayang Kumunah. Tak lama kemudian Awangku Usop melamar Dayang pada Awang Gading. Lamaran Awangku Usop diterima, tetapi Dayang Kumunah mengajukan syarat, "Kanda Usop, sebenarnya kita berasal dari dua dunia yang berbeda. Saya berasal dari sungai dan mempunyai kebiasaan yang berlainan dengan manusia. Saya akan menjadi istri yang baik, tetapi jangan minta sata untuk tertawa,"pinta Dayang Kumunah. Awangku Usop menyetujui syarat tersebut.

Pernikahan mereka diadakan dengan pesta yang sangat meriah, semua tetangga dan kerabat kedua mempelai di undang. Aneka hidangan tersedia dengan melimpah. Seluruh undangan gembira menyaksikan pasangan pengantin itu. Dayang Kumunah gadis yang sangat cantik dan Awangku Usop seorang pemuda yang sangat tampan. Sungguh pasangan yang serasi.

Awangku Usop dan Dayang Kumunah hidup berbahagia. Namun kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Beberapa minggu setelah pernikahan, Awang gading meninggal dunia. Hingga berbulan-bulan Dayang Kumunah bersedih meskipun Awangku Usop selalu berusaha membahagiakan hati istrinya tersebut. Untunglah, kesedihan Dayang Kumunah segera terobati dengan kelahiran anak-anaknya yang berjumlah lima orang. Meskipun kini telah memiliki lima orang anak, Awangku Usop merasa kebahagiaannya belum lengkap sebelum melihat Dayang Kumunah tertawa.

Suatu hari, anak bungsu mereka mulai dapat berjalan dengan tertatih-tatih. Semua anggota keluarga tertawa bahagia melihatnya, kecuali Dayang Kumunah. Awangku Usop meminta Dayang kumunah untuk tertawa, Dayang Kumunah menolaknya, namun suaminya terus mendesak. Akhirnya, Dayang pun tertawa. Saat tertawa itu, tampaklah insang di mulut Dayang Kumunah yang menandakan ia keturunan ikan. Setelah itu, dayang segera berlari ke sungai, Awangku Usop beserta anak-anaknya heran dan mengikutinya. Perlahan-lahan tubuh Dayang berubah

Page 3: Legenda Ikan Patin

menjadi ikan. Awangku Usop dan anak-anaknya ditinggalkannya. Awangku Usop telah mengingkari janjinya dengan meminta Dayang Kumunah tertawa.

Awangku Usop segera menyadari kekhilafannya dan meminta maaf. Dia meminta Dayang Kumunah kembali ke rumah mereka. Namun, semua sudah sudah terlambat. Dayang Kumunah telah tejun ke sungai. Dia telah menjadi ikan dengan bentuk badan cantik dan kulit mengilat tanpa sisik. Mukanya menyerupai raut manusia. Ekornya seolah-olah sepasang kaki yang bersilang. Orang-orang menyebutnya ikan patin.

Awangku Usop dan anak-anaknya sangat bersedih. Mereka berjanji tidak akan makan ikan patin karena di anggap sebagai keluarga mereka. Itulah sebabnya orang Melayu yang tidak makan ikan patin.

*******************************Tamat*******************************

LEGENDA LEMBAH HARAU(SUMATERA BARAT )

*******************************************************

Legenda ini menceritakan, dahulunya Lembah Harau adalah lautan. Apalagi berdasarkan hasil survey team geologi dari Jerman (Barat) pada tahun 1980, dikatakan bahwa batuan

Page 4: Legenda Ikan Patin

perbukitan yang terdapat di Lembah Harau adalah batuan Breksi dan Konglomerat. Batuan jenis ini umumnya terdapat di dasar laut.

Salah satu air terjun di Lembah Harau, menurut legenda, Raja Hindustan berlayar bersama istri dan anaknya, Putri Sari Banilai. Perjalanan ini dalam rangka selamatan atas pertunangan putrinya dengan seorang pemuda Hindustan bernama Bujang Juaro. Sebelum berangkat, Sari Banilai bersumpah dengan tunangannya, apabila ia ingkar janji maka ia akan berubah menjadi batu dan apabila Bujang Juaro yang ingkar janji, maka ia akan berubah menjadi Ular.

Namun sayangnya, dalam perjalanan kapal tersebut terbawa oleh gelombang dan terdampar pada sebuah selat (tempat tersebut sekarang dinamakan Lembah Harau). Kapal tersebut tersekat oleh akar yang membelintang pada dua buah bukit hingga akhirnya rusak.

Agar tidak karam, kapal itu ditambatkan pada sebuah batu besar yang terdapat di pinggiran bukit (bukit tersebut sekarang dinamakan Bukit Jambu). Batu tempat tambatan kapal itu sekarang dinamakan Batu Tambatan Perahu.

Setelah terdampar, Raja Hindustan bersama dengan keluarganya disambut oleh Raja yang memerintah Harau pada waktu itu. Lama kelamaan, karena hubungan baik yang terjalin, Raja Hindustan ingin menikahkan putrinya dengan pemuda setempat bernama Rambun Paneh. Satu hal lagi, untuk kembali ke negeri Hindustan juga tidak memungkinkan. Ia tidak tahu sumpah yang telah diucapkan Sari Banilai dengan tunangannya, Bujang Juaro.Tidak berapa lama kemudian, Rambun Paneh menikah dengan Sari Banilai.

Waktu terus berjalan, dan dari perkimpoian itu lahirlah seorang putra. Suatu hari, sang kakek, si Raja Hindustan, membuatkan mainan untuk cucunya. Sewaktu asyik bermain, mainan tersebut jatuh ke dalam laut. Anak tersebut menangis sejadi-jadinya. Ibunya, Putri Sari Banilai tanpa pikir panjang langsung terjun ke laut untuk mengambilkan mainan tersebut. Sungguh malang, ombak datang menghempaskan dan menjempit tubuhnya pada dua batu besar. Sari Banilai sadar, bahwa ia telah ingkar janji pada tunangannya dahulu, Bujang Juaro. Dalam keadaan pasrah, ia berdoa pada Yang Maha Kuasa, supaya air laut jadi surut. Doanya dikabulkan, tidak berapa lama kemudian air laut menjadi surut. Ia juga berdoa agar peralatan rumah tangganya didekatkan padanya. Dan ia berdoa, seandainya ia membuat kesalahan ia rela dimakan sumpah menjadi batu. Tidak lama berselang, perlahan-lahan tubuh Putri Sari Banilai berubah menjadi batu.

*******************************Tamat*******************************

Page 5: Legenda Ikan Patin

ASAL USUL DANAU TOBA ******************************************* Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani.

Ia rajin bekerja meski lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanyayang tidak

Page 6: Legenda Ikan Patin

kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia masih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. "Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar", gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.

Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol berkilat menakjubkan. Tiba-tiba ikan itu bicara, " Tunggu, aku jangan di makan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku".

Petani terkejut mendengar suara ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita.

"Bermimpikah aku?" gumam petani."jangan takut, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata," kata gadis itu. "Namaku Putri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu," kata gadis itu. Petani itu pun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Putri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. "Dia mungkin bidadari yang turun dari langit," gumam mereka

Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terusbekerja untuk mencari nafkah. Ia mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, Petani dan Putri bisa hidup berkecukupan. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. "Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus!" kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Putri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.

Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan Putri bertambah, karena Putri melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia di beri nama Putra. Putra tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya di makan bertiga dapat di makannya sendiri.

Lama-kelamaan, Putra selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orangtua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu ,mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. "Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!" kata Petani kepada istrinya. "Syukurlah, Kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik," puji Putri kepada suaminya.

Namun, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini di alami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putra mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman kesawah di mana

Page 7: Legenda Ikan Patin

ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putra tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putra sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer telinga anaknya, "Anak tak tahu di untung! Tak tahu diri! Dasar anak ikan !" umpat si Petani. Tanpa sadar ia telah melanggar janji dengan mengucapkan kata pantangan itu.

Setelah Petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Dari bekas injakan kakinya, tiba- tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya di kenal dengan nama Danau Toba, sedabgkan pulau kecil di tengahnya di kenal dengan nama Pulau Samosir.

*******************************Tamat*******************************

KISAH PUTRI TUJUH (CERITA RAKYAT RIAU)

*********************************************************************

Page 8: Legenda Ikan Patin

Dahulu, di Dumai ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Kerajaan tersebut bernama

Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Cik Sima mempunyai tujuh orang putri yang cantik-cantik. Di antara ketujuh putrinya, putri bungsulah yang paling cantik. la bernama Mayang Sari.

Suatu hari, ketujuh putri ini sedang mandi di Lubuk Sarong Umai. Mereka tidak menyadari bahwa ada orang yang sedang memerhatikan mereka. Pangeran Empang Kuala yang secara tidak sengaja sedang melewati daerah itu terkagum-kagum dengan kecantikan ketujuh putri itu. Namun, matanya terpaku pada Putri Mayang Sari.

“Hmm, cantik sekali gadis itu. Gadis cantik di Lubuk Umai. Dumai… Dumai,” bisiknya pada diri sendiri.

Sekembalinya ke kerajaan, Pangeran Empang Kuala memerintahkan utusannya untuk pergi ke Kerajaan Seri Bunga Tanjung untuk meminang Putri Mayang Sari. Secara adat, Cik Sima menolak dengan halus pinangan kepada putri bungsunya, karena seharusnya putri tertualah yang harusnya menerima pinangan lebih dahulu.

Pangeran Empang Kuala murka mendengar pinangannya ditolak. Lulu, ia mengerahkan pasukannya untuk menyerbu Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Mendapat serangan tersebut, Cik Sima segera mengamankan ketujuh puterinya ke dalam hutan. Mereka disembunyikan di sebuah lubang yang ditutupi atap terbuat dari tanah dan dihalangi oleh pepohonan. Cik Sima juga membekali ketujuh puterinya bekal makanan selama tiga bulan. Setelah itu, Cik Sima kembali ke medan perang.

Pertempuan berlangsung selama berbulan-bulan. Telah lewat tiga bulan pertempuran tidak juga selesai dan

Page 9: Legenda Ikan Patin

pasukan Cik Sima semakin terdesak. Korban sudah banyak sekali berjatuhan dan kerajaan pun porak poranda. Akhirnya, Cik Sima meminta bantuan jin yang sedang bertapa di Bukit Hulu Sungai Umai.

Ketika Pangeran Empang Kuala dan pasukannya sedang beristirahat di bagian hilir Sungai Umai pada malam hari, tiba tiba saja ribuan buah bakau berjatuhan menimpa pasukan Pangeran Empang Kuala yang sedang beristirahat. Sebentar saja pasukan tersebut dapat dilumpuhkan. Pangeran Empang Kuala pun terluka.

Dalam kondisi yang lemah itu, datanglah utusan Ratu Cik Sima.

“Hamba datang sebagai utusan Ratu Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Ratu meminta Tuan untuk menghentikan peperangan ini. Peperangan ini tidak ada kebaikannya bagi kedua belch pihak. Hanya akan menimbulkan kesengsaraan,” kata utusan Ratu Cik Sima

Pangeran Empang Kuala menyadari bahwa pihaknyalah yang memulai semua kerusakan ini. Akhirnya, ia memerintahkan pasukannya untuk mundur.

Sepeninggal pasukan Pangeran Empang Kuala, Ratu Cik Sima bergegas menuju tempat persembuyian ketujuh putrinya. Namun, ia sangat terpukul, karena dilihatnya ketujuh puterinya telah meninggal dunia, karena kelaparan. Peperangan berlangsung Iebih lama dari perkiraan mereka, sehingga bekal makanan yang ditinggalkan tidak cukupRatu Cik Sima tak kuasa menahan sesal dan kesedihan atas kehilangan putri-putrinya. la jatuh sakit dan meninggal dunia.

Konon, kata Dumai diambil dari kata-kata Pangeran Empang Kuala ketika sedang melihat Putri Mayang Sari di sungai. Kini, di Kota Dumai terdapat situs bersejarah, yaitu sebuah persanggrahan Putri Tujuh yang letaknya di daerah wilayah kilang Minyak PT Pertamina Dumai.

*******************************Tamat*******************************