lbm 2 Eta Herbal
description
Transcript of lbm 2 Eta Herbal
1. Macam-macam uji preklinik?
a. uji farmakodinamikb.uji toksisitas
Toksisitas khusus :
c.uji farmakokinetik
-absorbsi (cara pengukuran), distribusi (cara perhitungan, mekanisme smpai ke targetnya),metabolisme (indikator,diukur), ekskresi (urin, keringat,feses)
Spesimen yg diperiksa apa? Hasil metabolisme? Pengukuran?d.uji farmakologi
Indikator untuk mengetahui toksik akut,subakut??2. Bagaimana uji preklinik dikatakan lulus untuk bisa dilakukan uji selanjutnya?3. Tahapan dalam uji preklinik?
(KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 761/MENKES/SK/IX/1992 TENTANG PEDOMAN FITOFARMAKA)
4. manfaat uji preklinik?
5. syarat hewan coba yang digunakan?Kesehatan hewan ( bebas dari penyakit
Disesuaikan dengan tujuan penelitian
Kebutuhan bahan makanan di sesuaikan berat badan
BB disesuaikan dengan rancangan penelitian
(Bersahabat dengan hewan coba UGM)
Spesies yang ideal untuk uji toksisitas sebaiknya memenuhi criteria-kriteria sebagai berikut:
Berat badan lebih kecil dari 1 kg
Mudah di ambil darahnya dan jumlah darah yang dapat diambil cukup banyak
Mudah dipegang dan dikendalikan
Pemberian materi mudah dilakukan dengan berbagai rute (oral, subkutan)
Mudah dikembangbiakan dan mudah dipelihara di laboratorium
Lama hidup relative singkat
Fisiologi diperkirakan sesuai/identik dengan manusia/hewan yang dituju
(Kusumawati.2004.Bersahabat dengan hewan coba.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press) Cara pemilihan
Mencit
Bila dibutuhkan hewan coba dalam jumlah banyak, misalnya pada evaluasi terhadap toksisitas akut dan kemampuan karsinogenik, maka hewan yang paling sesuai untuk itu adalah mencit. Kekurangannya adalah kesulitan memperoleh darah dalam jumlah yang cukup untuk rangkaian pemeriksaan hematologi.
Tikus
Tikus tampaknya merupakan spesies ideal untuk uji toksikologi karena berat badannya dapat mencapai 500 gram sehingga lebih mudah dipegang, dikendalikan atau dapt diambil darahnya dalam jumlah yang relative besar.
Anjing
Anjing dengan bulu pendek dan berat sekitar 12 kg paling sesuai untuk uji toksikologi. Umur paling baik dipakai adalah 14-16 minggu, sementara dibutuhkan 4 minggu untuk adaptasi dengan lingkungan yang baru.
Primata
Pengguanaan kera lebih menguntungkan dibandingkan pemakaian hewan-hewan lain, terutama dalam hal berat badan dan postur tubuhnya yang menyerupai manusia. Postur seperti ini memungkinkan untuk mencatat observasi penting terutama bila neurophaty perifer merupakan manifestasi toksik. Kerugiannya perlu banyak hewan yang dibutuhkan untuk uji fertilitas karena produktivitasnya rendah.
(Kusumawati.2004.Bersahabat dengan hewan coba.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press) Apa perbedaan penggunaan tikus galur wistar dengan tikus galur yang lain?Subjek penelitian ini menggunakan hewan coba yaitu tikus. Tikus lebih mudah dikontrol dari segi asupan makanan dan aktivitas fisik daripada manusia sehingga dapat memperkecil terjadinya bias saat penelitian. Tikus yang dipilih adalah tikus jantan galur Wistar dengan alasan tikus galur Wistar lebih lincah daripada tikus galur yang lain sehingga efeknya akan lebih terlihat saat dilakukan intervensi.
http://eprints.undip.ac.id/32585/1/387_Aranta_G_F_G2C007010.pdf
Tikus putih atau rat (Rattus sp.) sering digunakan sebagai hewan percobaan atau hewan laboratorium karena telah diketahui sifat-sifatnya dan mudah dipelihara (Malole dan Pramono 1989). Selain itu, penggunaan tikus sebagai hewan percobaan juga didasarkan atas pertimbangan ekonomis dan kemampuan hidup tikus hanya 2-3 tahun dengan lama produksi 1 tahun (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Penggunaan tikus dalam penelitian reproduksi karena panjang waktu siklus birahi yang pendek, yaitu 4-5 hari dan lama kebuntingannya hanya selama 21-23 hari (Malole dan Pramono 1989). Terdapat tiga galur atau varietas tikus yang biasa digunakan sebagai hewan percobaan yaitu galur Sprague-Dawley yang memiliki kepala kecil, berwarna albino putih dan ekornya lebih panjang dari badannya. Galur Wistar yang memiliki kepala besar dan ekor yang lebih pendek. Galur Long Evans yang lebih kecil dari tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan (Malole dan Pramono 1989).http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51217/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka_B11mlk.pdf?sequence=5
Apa perbedaan penggunaan mencit balb/c dengan yang lain?Cara perlakuan terhadap hewan coba, konversi dosis?1. Pemberian Perlakuan.
Untuk agensia berupa senyawa kimia, dosis tertinggi perlakuan sebaiknya tidak > 1000 mg/kg berat badan per hari dengan pemberian per oral atau subkutan, sedangkan untuk agensia lain disesuaikan dengan besaran paparan yang mungkin diterima dari lingkungan.
Dosis tertinggi sebaiknya lebih kecil dari angka LD-50 dan 2 kelompok dosis berikutnya ditata dengan interval sama di bawah dosis tertinggi tadi (misalnya LD-50, 2/3 LD-50, 1/3 LD-50, dan kontrol).
Kelompok kontrol disesuaikan dengan percobaan. Aturan yang umum digunakan adalah apabila agensia dilarutkan dengan suatu pelarut maka kepada kelompok kontrol diberikan pelarut saja dengan cara pemberian yang persis sama dengan cara pemberian pada kelompok perlakuan. Untuk kontrol positif dapat dipilih agensia-agensia yang sudah dikenali memiliki efek teratogenik. Penggunaan kontrol positip adalah untuk menilai kepekaan strain yang digunakan.
Cara pemberian perlakuan yang paling umum adalah pemberian per oral (pencekokan). Cara lain dapat dipilih dengan pertimbangan khusus, seperti inhalasi, subkutan, intraperitoneal atau intramuskuler. Pertimbangan utama dalam pemilihan cara-cara itu adalah kemiripannya dengan cara masuk agensia toksis tadi ke dalam tubuh.
Durasi perlakuan disesuaikan dengan tujuan pengujian. Untuk pengujian toksisitas perkembangan umum perlakuan dapat diberikan selama masa kebuntingan. Dapat juga diberikan perlakuan tunggal 1 kali saja pada titik waktu spesifik jika yang akan diamati adalah efek suatu agensia terhadap perkembangan organ tertentu.
Yang paling umum dilakukan adalah pemberian perlakuan dalam beberapa hari saja, yaitu selama masa organogenesis (hari ke 6 hingga hari ke 15)
Lampiran1) Tabel Konversi Dosis Manusia dan Hewan
Mencit
20 grTikus 200 grMarmut 400 grKelinci
1,5 kgKucing
2 kgKera
4 kgAnjing
12 kgManusia
70 kg
Mencit
20 gr1,07,012,2527,829,764,1124,2387,9
Tikus
200 gr0,141,01,743,94,29,217,856,0
Marmut
400 gr0,080,571,02,252,45,210,231,5
Kelinci 1,5 kg0,040,250,441,01,082,44,514,2
Kucing
2 kg0,030,230,410,921,02,24,113,0
Kera
4 kg0,0160,110,190,420,451,01.96,1
Anjing
12 kg0,0080,060,100,220,240,521,03,1
Manusia
70 kg0,00260,0180,0310,070,0760,160,321,0
(Suhardjono D. 1995. Percobaan Hewan Laboratorium. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 207)
2) Tabel Daftar Volume Maksimal Larutan Sediaan Uji yang Dapat Diberikan pada Berbagai Hewan
Jenis Hewan Uji
Volume Maksimal (ml) sesuai Jalur Pemberian
i.v.i.m.i.p.s.c.p.o.
Mencit (20-30 gr)0,50,051,00,5-101,0
Tikus (100 gr)1,00,12,52,55,0
Hamster (50 gr)-0,11-22,52,5
Marmot (250 gr)-0,252-55,010,0
Merpati (300 gr)2,00,52,02,010,0
Kelinci (2,5 kg)5-100,510-205-1020,0
Kucing (3 kg)5-101,010-205-1050,0
Anjing (5 kg)10-205,020-5010,0100,0
(Suhardjono D. 1995. Percobaan Hewan Laboratorium. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 207)
Keterangan
i.v.: intravena
i.m.: intramuscular
i.p.: intraperitoneal
s.c.: subcutan
p.o.: peroral 6. Tujuan uji preklinik ?
(Preclinical Testing Strategies)