Larangan Berjabat Tangan Kepada yang Bukan Mahromnya di Arab Saudi
-
Upload
yuni-kurniati -
Category
Spiritual
-
view
129 -
download
1
description
Transcript of Larangan Berjabat Tangan Kepada yang Bukan Mahromnya di Arab Saudi
1
Larangan Berjabat Tangan kepada Bukan Mahromnya di Arab Saudi
Dewasa ini, dapat kita lihat secara kasat mata bagaimana seseorang mengekspresikan
komunikasinya dalam menyampaikan pesan, baik berupa komunikasi lisan yang biasa kita
kenal dengan komunikasi verbal, maupun komunikasi non-lisan yaitu komunikasi non-verbal,
dan adanya pesan yang tersirat dalam pesan-pesan tersebut. Adapun komunikasi dalam
penyampaian pesan yang mengandung pesan tersirat yaitu komunikasi non-verbal yang
sering kita lihat adalah berpelukan ketika satu orang dengan orang lain bertemu di suatu
jalan, dan hal ini mengandung makna “halo” atau seakan-akan mengatakan “senang bertemu
dengan anda”. Namun, pada contoh komunikasi yang baru saja disebutkan, terdapat contoh
komunikasi lain yang serupa yaitu berjabat tangan.
Seperti halnya di Negara Jazirah Arab, pada saat bertemu dengan saudara atau teman
sebaya ataupun yang lebih tua, maka mereka selalu melakukan komunikasi pesan yang non-
verbal, yaitu dengan cara berjabat tangan. Berjabat tangan seperti ini merupakan budaya di
Nama : Yuni Kurniati
NPM : 210103120082
Jurusan : D3 PAKT Periklanan
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Komunikasi
Hari/Tanggal : Rabu/16 Januari 2013
2
Negara Jazirah Arab. Dalam hal berjabat tangan inilah yang akan menjadi sebuah
permasalahan seseorang dalam mempersepsikan budaya tersebut khususnya oleh masyarakat
Indonesia ini. Adapun budaya salam-salaman di Jazirah Arab hanya dilakukan kepada yang
mahramnya1 saja. Jika budaya ini dilakukan kepada yang bukan mahramnya, maka hal
tersebut bisa dikategorikan haram2 bagi masayarakat di Negara tersebut.
Namun, dalam pandangan budaya di Indonesia maka komunikasi tersebut merupakan
komunikasi yang biasa-biasa saja. Karena di Indonesia telah dikenal dengan persamaan
gender, jadi budaya yang berada di Jazirah Arab tersebut merupakan adat istiadat yang tidak
perlu atau mungkin tidak dipedulikan oleh kebanyakan orang Indonesia itu sendiri.
Sedangkan di Negara tempat asalnya mengatakan bahwa larangan berjabat tangan kepada
yang bukan mahramnya merupakan suatu tuntutan dari agama yang mereka anut, yaitu
agama Islam yang haqiqi.
Dikarenakan hal tersebut merupakan sebuah tuntutan agama Islam yang haqiqi, ada
baiknya kita sebagai warga Indonesia mengambil sisi positif dari pesan yang
dikomunikasikan secara non-verbal tersebut. Sisi positif yang bisa kita ambil yaitu setiap
individu terkadang memiliki pendirian yang khas atau bahkan memiliki kebiasaan yang
seperti halnya di Negara Arab. Adapun dengan adanya pemahaman seperti ini, seseorang
yang memiliki paham berjabat tangan haram jika dilakukan oleh yang bukan mahramnya
dapat senantiasa dihargai dan komunikasi non-verbal yang diberikan akan selalu memberikan
respon positif. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan tingkat moral yang dewasa ini di
Indonesia telah menurun dan sangat memprihatinkan.
Dapat disimpulkan bahwa setiap kebiasaan dalam menyampaikan komunikasi non-
verbal seperti contoh di atas tersebut, tergantung dari Negara tersebut dan bagaimana cara
3
mereka ataupun kita dalam menanggapinya. Jika Negara tersebut mempersepsikan
kebuadayaan itu harus dijaga, maka akan selalu dilakukan selama tidak melanggar norma dan
nilai sosial di Negara itu sendiri. Dan setiap komunikasi yang dilakukan menjadi kebiasaan
tidak selalu menjadikan cerminan negatif, adapun terdapat banyak pesan positif yang akan
kita ambil jika kita mempersepsikannya dengan bijak dan penuh dengan logika dalam
merespon.
Bantuan kosakata:
1. Mahram
Menurut pendapat saya, kata mahram itu berarti sesame jenis. Missal, wanita dengan wanita, dan pria
dengan pria.
2. Haram
Haram disini diartikan dengan ketidakbolehan atau larangan untuk melakukan sesuatu.