Lapsus Abses Subkutan
description
Transcript of Lapsus Abses Subkutan
Laporan Kasus
ABSES SUBKUTAN DINDING ABDOMEN
Oleh :
Joyce I1A008031
Pembimbing :DR. dr. Edi Hartoyo, Sp.A (K)
BAGIAN / SMF ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM
RSUD ULIN BANJARMASIN
Maret, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Massa superfisial jaringan lunak sering ditemukan dalam kasus sehari-hari.
Massa jaringan lunak dapat disebabkan karena tumor mesenkim, lesi tambahan pada
kulit, tumor metastasis, atau tumor lainnya, tumor yang seperti lesi, dan lesi
inflamasi. Infeksi jaringan lunak lebih umum dan lebih sering terjadi.1,2
Infeksi kulit dan jaringan lunak kadang sulit didiangnosis terutama penyakit
dengan gejala dan tanda yang tidak khas. Tidak jarang sangat sulit membedakannya
dengan keganasan, sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut seperti kultur dan
biopsy dari jaringan tersebut, tentunya selain dari pemeriksaan fisik inspeksi,
eksplorasi dan atau drainase. Untuk infeksi yang lebih dalam kadang disertai dengan
rasa nyeri, terbentuknya bula, perdarahan dibawah kulit, kulit yang terkelupas,
teranestesi, progress yang cepat, dan adanya gas di bawah jaringan.1
Abses subkutan termasuk ke dalam infeksi yang mengenai kulit dan jaringan
lunak yang didiagnosis 1-2% terjadi pada pasien yang datang ke unit gawat darurat.
Untuk memudahkan diagnosis pasien dikelompokkan menjadi kelompok dewasa
serta anak dan remaja. Selain itu letak lesi juga dapat membantu menegakkan
diagnosis seperti di ekstremitas, badan, atau kepala dan leher.1,3
Berikut dilaporkan sebuah kasus pada anak laki-laki dengan diagnosis tumor
abdomen yang masih dirawat di Ruang Sedap Malam RSUD Ulin Banjarmasin.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Massa subkutan
1. Tumor Mesenkim
Kelompok dari tumor mesenkim digambarkan dalam tabel 1. Keganasan
jaringan mesenkin yang sering terjadi adalah dermatofibrosarcoma protuberans,
dimana tumor ini terbentuk dari jaringan dermis. Dermatofibrosarcoma protuberans
merupakan 6% sarcoma jaringan lunak. Lesi biasanya terlihat sebagai massa nodular
dengan pada pemeriksaan MRI. Tumor mesenkim baik yang jinak atau ganas
biasanya disertai dengan jaringan subkutan, namun tidak selalu terjadi.1,4
Tabel 1. Tumor Mesenkim
3
Gambar 1. Dermatofibrosarcoma protuberans
2. Abses, selulitis, dan erisipelas
Abses kulit terjadi akibat menumpuknya pus di bawah kulit, yaitu pada bagian
dermis dan jaringan kulit yang lebih dalam. Gejala klinis berupa nyeri, nyeri tekan,
dan fluktuasi dengan nodul berwarna merah dan bengkak. Abses kulit dapat
disebabkan karena adanya luka terbuka yang kemudian terinfeksi, atau flora normal
itu sendiri yang menginfeksi, atau kombinasi keduanya. S. aureus merupakan kuman
patogen yang menyebabkan kira-kira 25% abses subkutan. Selain S.aureus,
Streptococcus pyogens menjadi penyebab tersering kedua. 29% abses terletak di perut
bagian atas, 31% terletak di daerah pinggang, 13% terletak di kuadran bawah, dan 9%
terletak dibelakang.2,5,6,7
4
Gambar 2. Distribusi letak abses di dinding abdomen
Kista epidermoid, yang disebut sebagai “kista sebasea” berasal dari flora kulit
normal yang berkumpul dengan material keratin yang menumpuk yang tidak
mengalami inflamasi. Hasil kultur dari inflamasi kista menyebabkan dinding kista
menjadi ruptur dan masuk ke dalam dermis, sehingga menyebabkan komplikasi.
Penangan yang tepat untuk abses dan inflamasi dari kista epidermoid adalah dengan
cara insisi, evakuasi pus, dan pengangkatan kista. Dengan teknik bedah sederhana
dan perawatan luka yang baik maka luka menjadi cepat sembuh. Pemberian antibiotik
jarang diperlukan kecuali ditemukan lesi yang multipel, didapatkan gangren kulit,
selulitis yang lebih dalam, atau infeksi yang sangat luat sampai mengakibatkan
demam tinggi.5
5
Tabel 2. Anatomi spesifik yang dapat terkena selulitis dan bakteri penyebabnya
Furunkel atau bisul adalah infeksi folikel rambut, biasanya disebabkan oleh
S.aureus. Supurasi terbentuk di dermis hingga ke subkutan, sehingga membentuk
abses kecil. Berbeda dengan folikulitis, dimana inflamasi terjadi pada epidermis.
Furunkel dapat terjadi disemua tempat yang memiliki rambut. Bentukan lesi berupa
nodul-nodul dengan tanda-tanda radang dan terdapat pustul ditempat akar rambut.Jika
folikel yang terinfeksi berkumpul maka akan terbentuk kumpulan furunkel yang
disebut sebagai karbunkel.2
Untuk furunkel yang berukuran kecil kadang dapat sembuh sendiri sehingga
tidak diperlukan drainase. Sedangkan untuk furunkel yang berukuran besar dan
karbunkel dapat dilakukan insisi dan drainase untuk mengevakuasi pus. Pemberian
antibiotik tidak selalu di[erlukan kecuali pada keadaan dimana lesi tersebut disertai
dengan selulitis atau terdapat demam. Furunkulosis ssering disebabkan oleh bakteri
6
golongan MSSA, seperti MRSA bakteri ini menular akibat terjadinya kontak
langsung terutama pada kulit yang luka atau mengalami trauma. Higienitas personal
sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya penularan dan mempercepat
penyembuhan.2,3
Infeksi kulit difusa yang disertai dengan fokus supuratif, seperti abses kulit,
necrotizing fascitis, artritis septik, dan osteomielitis sering disebut sebagai selulitis
dan erisipelas. Kedua terminologi ini menggambarkan infeksi kulit yang sangat
dalam, erisipelas sampai di atas dermis termasuk limfatik superfisial, sedangkan
selulitis lebih dalam lagi dari dermis hingga mencapai jaringan lemak subkutan.2,4
Selain disebabkan karena infeksi fokal pada daerah itu sendiri abses subkutan
juga dapat diakibatkan oleh penyakit lain di antaranya fistula cholecystocutaneous
akibat batu empedu, infeksi jamur pada pasien yang menjalani transplantasi ginjal,
dan penetrasi akibat kanker kolon asenden.8-10
Pemeriksaan radiologi seperti CT scan dan MRI diperlukan untuk mengetahui
batas-batas jaringan yang terinfeksi, mengetahui dari mana kelainan itu berasal, serta
membantu follow up pasien setelah dilakukan tindakan atau terapi.4
7
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
1. Identitas penderita :
Nama penderita : An. AFI
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat & tanggal lahir : Buntu Kurau, 17 Juni 2011
Umur : 1 tahun 8 bulan
2. Identitas Orang tua/wali
AYAH : Nama : Tn. S
Pendidikan : Belum tamat SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Buntu Kurau Balangan
IBU : Nama : Ny. M
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Buntu Kurau Balangan
II. ANAMNESIS
Aloanamnesis dengan : Ibu kandung pasien
Tanggal/jam : 26 Februari 2013/ 14.00 WITA
9
1. Keluhan Utama : Benjolan diperut
2. Riwayat penyakit sekarang :
Ibu mengeluhkan anaknya memiliki benjolan diperut sejak anaknya
lahir. Benjolan muncul di perut sebelah kanan bawah, berukuran sebesar telur
ayam, warnanya serupa dengan warna kulit, tidak teraba hangat, dan tidak
nyeri serta tidak ada demam. Dan benjolan mengecil sendiri tanpa diberikan
obat.
1 minggu sebelum anak masuk rumah sakit dengan keluhan timbul
benjolan kembali di tempat yang sama, yaitu sebelah kanan bawah. Menurut
ibu benjolan tersebut timbul secara mendadak, awalnya sebesar bola tenis dan
terus-menerus membesar hingga sekarang hampir sebesar kepala pasien. Saat
ini benjolan berwarna merah, terasa panas bila dipegang, dan anak menjadi
rewel dan tidak mau makan. Ibu mengaku sering membawa anaknya ke
tukang pijat. Sebelum muncul benjolan, ibu mengaku anaknya mengalami
demam yang timbul mendadak dan menetap sampai sekarang. Panas hanya
turun sementara setelah diberi obat sirup parasetamol.
4 hari setelah anak dirawat di rumah sakit, benjolan pecah sendiri. Dari
benjolan yang pecah tersebut keluar cairan kental berwarna kecoklatan
sebanyak ± 1 gelas belimbing dan setelah pecah anak merasa lebih enak, tidak
rewel, dan anak mulai mau makan.
3. Riwayat Penyakit dahulu
10
Anak tidak pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya. Anak tidak pernah
kejang dan sesak nafas.
4. Riwayat Penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah sakit seperti ini sebelumnya.
5. Kehamilan dan Persalinan
Riwayat antenatal :
Selama kehamilan ibu tidak rutin memeriksakan kehamilan di bidan, saat
kontrol ke bidan ibu mendapat pil merah dan vitamin.
Kesimpulan: Riwayat antenatal jelek
Riwayat Natal :
Spontan/tidak spontan : Spontan
Nilai APGAR : anak lahir langsung menangis, biru (-)
Berat badan lahir : Ibu tidak tahu
Panjang badan lahir : Ibu tidak tahu
Lingkar kepala : Ibu tidak tahu
Penolong : Bidan
Tempat : Di rumah
Riwayat Neonatal :
Kulit anak pernah berwarna kuning saat berusia 1 minggu, namun tidak
berobat hanya dijemur saat pagi hari di bawah sinar matahari.
Kesimpulan: Riwayat natal dan neonatal baik.
11
6. Riwayat Perkembangan
Tiarap : Ibu lupa
Merangkak : Ibu lupa
Duduk : Ibu lupa
Berdiri : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun 3 bulan
Saat ini anak bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan sekitarnya dan gerak anak aktif serta dapat beraktivitas sesuai
umurnya.
Kesimpulan: Riwayat perkembangan sesuai usia
7. Riwayat Imunisasi :
Nama Dasar (umur dalam hari/bulan)
Ulangan (umur dalam bulan)
BCG √ -Polio √ √ √ √ -Hepatitis B √ √ √ -DPT √ √ √ -Campak √ -
Kesimpulan: Riwayat imunisasi lengkap
8. Makanan
Anak mendapat ASI sejak lahir sampai sekarang. 6 bulan sampai 1 tahun anak
mendapatkan makanan tambahan berupa bubur SUN 1 sachet/hari, 2 kali
sehari habis. Saat anak berumur lebih dari 1 tahun anak selain makan bubur
SUN juga mendapat tambahan berupa buah pisang yang dikerik halus 1 biji
setiap harinya.
12
Kesimpulan: Riwayat pemberian makanan baik, sesuai usia, kualitas dan
kuantitas makanan kurang.
9. Riwayat keluarga:
Ikhtisar keturunan :
Keterangan: : penderita
Susunan keluarga :
No Nama Umur L/P Keterangan
1 Sam’ani 31 tahun L Sehat2 Misda 31 tahun P Sehat3 Gina 12 tahun P Sehat4 Ahmad Fikri 1 tahun 8 bulan L Sakit
10. Riwayat Sosial Lingkungan
Anak tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah yang terbuat dari kayu.
Rumah terdiri atas dua kamar tidur, dilengkapi dengan jendela, ventilasi, dan
penerangan yang cukup. WC dan kamar mandi terletak di dalam rumah.
13
Untuk keperluan sehari-hari menggunakan air PDAM. Jarak rumah dengan
tetangga dekat.
Kesimpulan: Tempat tinggal dan lingkungan baik.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Komposmentis
GCS : 4 – 5 – 6
2. Pengukuran
Tanda vital: Tekanan Darah : -
Nadi : 120 x/menit, kuat angkat, regular
Suhu : 36,8 °C
Respirasi : 26 x/menit
Berat badan : 8 Kg
Panjang/tinggi badan : 72 cm
Lingkar Lengan Atas (LLA) : -
Lingkar Kepala : -
Kulit : Warna : Sawo matang, tampak benjolan diperut
disamping, bagian bawah, diameter 23 cm,
permukaan rata, lunak, fluktuasi (+), pungta
(+), berbatas tidak tegas, permukaan
berwarna merah, nyeri tekan (+).
14
Sianosis : Tidak ada
Hemangiom : Tidak ada
Turgor : Cepat kembali
Kelembaban : Cukup
Pucat : Tidak ada
3. Kepala : Bentuk : Mesosefali
UUB : Sudah menutup, datar
UUK : Sudah menutup, datar
Rambut : Warna : Hitam
Tebal/tipis : Tebal
Distribusi : Merata
Alopesia : Tidak ada
Mata : Palpebra : Tidak ada edem
Alis dan bulu mata : Tidak mudah dicabut
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik
Produksi air mata : Cukup
Pupil : Diameter : 3 mm / 3mm
Simetris : Isokor
Reflek cahaya : +/+
Kornea : Jernih
Telinga : Bentuk : Simetris
15
Sekret : Tidak ada
Serumen : Minimal
Nyeri : Tidak ada Lokasi : -
Hidung : Bentuk : Normal
Pernafasan Cuping Hidung : Tidak ada
Epistaksis : Tidak ada
Sekret : Tidak ada
Mulut : Bentuk : Normal
Bibir : Mukosa bibir kering, warna merah muda
Gusi : Tidak mudah berdarah
Gigi-geligi : Belum tumbuh lengkap
Lidah : Bentuk : Normal
Pucat/tidak : Tidak pucat
Tremor/tidak : Tidak tremor
Kotor/tidak : Tidak kotor
Warna : Merah muda
Faring : Hiperemi : Tidak ada
Edem : Tidak ada
Membran/pseudomembran : Tidak ada
Tonsil : Warna : Merah muda
Pembesaran : Tidak ada
Abses/tidak : Tidak ada
16
Membran/pseudomembran : Tidak ada
4. Leher :
- Vena Jugularis : Pulsasi : Tidak terlihat
Tekanan : Tidak meningkat
- Pembesaran kelenjar leher : Tidak ada
- Kaku kuduk : Tidak ada
- Massa : Tidak ada
- Tortikolis : Tidak ada
5. Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Retraksi : Tidak ada
Dispnea : Tidak ada Lokasi : -
Pernafasan : Ekspirasi dan Inspirasi tidak memanjang
Palpasi : Fremitus fokal : Simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara Napas Dasar : vesikuler
Suara Tambahan : Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Iktus : Tidak terlihat
Palpasi : Apeks : Tidak teraba, Lokasi : -
Thrill + / - : Tidak ada
17
Perkusi : Batas kanan : ICS II LPS Dekstra – ICS IV LPS Dekstra
Batas kiri : ICS II LPS Sinistra – ICS IV LMK Sinistra
Batas atas : ICS II LPS Dekstra – ICS II LPS Sinistra
Auskultasi : Frekuensi : 120 x/menit, Irama : Reguler
Suara Dasar : S1 dan S2 Tunggal
Bising : Tidak ada
7. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Datar
Palpasi : Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Massa : Tidak ada
Perkusi : Timpani/pekak : Timpani
Asites : Tidak ada
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
8. Ekstremitas :
- Umum :Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edem dan tidak ada
parese
Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edem dan tidak ada
parese
18
X. Neurologis :
Tanda Lengan TungkaiKanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas BebasTonus eutoni eutoni eutoni eutoniTrofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofiKlonus - - - -Refleks Fisiologis
BPRTPR
BPRTPR
BPRTPR
BPRTPR
Refleks patologis
Hoffman Tromner (-)
Hoffman Tromner (-)
Babinsky (-), Chaddok (-)
Babinsky (-), Chaddok (-)
Sensibilitas Normal Normal Normal NormalTanda meningeal - - - -
9. Susunan Saraf : Tidak ada kelainan
10. Genitalia : Laki-laki, belum disunat, tidak ada kelainan
11. Anus : Ada dan tidak ada kelainan
19
= n = n = n = n
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA
Darah 12 Februari 2013
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHEMATOLOGIHb EritrositLeukositHematokritTrombositRDW-CVMCV, MCH, MCHCMCVMCHMCHCHITUNG JENISGranulosit %Limfosit %MID%Granulosit #Limfosit #MID #KIMIAFAAL LEMAK DAN JANTUNGLDHHATISGOTSGPTProtein TotalAlbuminGlobulinGINJALUreumCreatininAsam UratIMUNO-SEROLOGICRP
7,8 3,5846,823,881117,066,521,732,7
76,613,89,635,86,54,5
646
30157,33,53,78
130,24,4
3,2
11-15 g/dl4,5-6 juta/µl4.0-10.5 ribu/ µl40-50 vol%150-450 ribu/µl11,5-14,7 %
80-97 fl27-32 pg32-38 %
50,0-70,0 %25,0-40,0 %4,0-11,0 %2,5-7,0 ribu/µl1,25-4,0 ribu/µl0,30-1,00 ribu/µl
225-450 U/L
0-46 U/I0-45 U/I
6,2-8,0 g/dl3,5-5,5 g/dl
10-50 mg/dL0,7-1,4 mg/dL3,4-7,0 mg/dL
< 1,35 mg/l
20
Darah 15 Februari 2013
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHEMATOLOGIHb EritrositLeukositHematokritTrombositRDW-CVMCV, MCH, MCHCMCVMCHMCHCHITUNG JENISBaofil%Eosinofil%Gran%Limfosit %Monosit%Basofil#Eosinofil#Gran #Limfosit #Monosit #
7,7 3,0740,820,982716,468,025,136,8
0,10,186,39,24,30,040,0435,33,81,75
11-15 g/dl4,5-6 juta/µl4.0-10.5 ribu/ µl40-50 vol%150-450 ribu/µl11,5-14,7 %
80-97 fl27-32 pg32-38 %
0,0-0,1%1,0-3,0%
50,0-70,0%25,0-40,0%3,0-9,0%<1 ribu/ul
<3 ribu/ul2,5-7,00 ribu/ul
1,25-4,0 ribu/ul0,3-1,0 ribu/ul
21
Darah 15 Februari 2013-03-04
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHEMATOLOGIHb EritrositLeukositHematokritTrombositRDW-CVMCV, MCH, MCHCMCVMCHMCHCHITUNG JENISBaofil%Eosinofil%Gran%Limfosit %Monosit%Basofil#Eosinofil#Gran #Limfosit #Monosit #
9,24,2933,729,693419,169,021,431,1
0,10,277,018,44,30,030,0725,970,21,45
11-15 g/dl4,5-6 juta/µl4.0-10.5 ribu/ µl40-50 vol%150-450 ribu/µl11,5-14,7 %
80-97 fl27-32 pg32-38 %
0,0-0,1%1,0-3,0%
50,0-70,0%25,0-40,0%3,0-9,0%<1 ribu/ul<3 ribu/ul
2,5-7,00 ribu/ul1,25-4,0 ribu/ul0,3-1,0 ribu/ul
22
Darah 21 Februari 2013
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHEMATOLOGIHb EritrositLeukositHematokritTrombositRDW-CVMCV, MCH, MCHCMCVMCHMCHCHITUNG JENISGranulosit %Limfosit %MID%Granulosit #Limfosit #MID #
9,74,2139,030,365021,472,123,032,0
64,726,98,4
25,2010,53,3
11-15 g/dl4,5-6 juta/µl4.0-10.5 ribu/ µl40-50 vol%150-450 ribu/µl11,5-14,7 %
80-97 fl27-32 pg32-38 %
50,0-70,0 %25,0-40,0 %4,0-11,0 %2,5-7,0 ribu/µl1,25-4,0 ribu/µl0,30-1,00 ribu/µl
23
Darah 28 Februari 2013
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHEMATOLOGIHb EritrositLeukositHematokritTrombositRDW-CVMCV, MCH, MCHCMCVMCHMCHCHITUNG JENISGranulosit %Limfosit %MID%Granulosit #Limfosit #MID #
9,13,7228,027,571323,474,024,433,0
69,419,311,319,405,43,2
11-15 g/dl4,5-6 juta/µl4.0-10.5 ribu/ µl40-50 vol%150-450 ribu/µl11,5-14,7 %
80-97 fl27-32 pg32-38 %
50,0-70,0 %25,0-40,0 %4,0-11,0 %2,5-7,0 ribu/µl1,25-4,0 ribu/µl0,30-1,00 ribu/µl
24
Darah 1 Maret 2013
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHEMATOLOGIHb EritrositLeukositHematokritTrombositRDW-CVMCV, MCH, MCHCMCVMCHMCHCHITUNG JENISBasofil%Eosinofil%Gran%Limfosit %Monosit%Basofil#Eosinofil#Gran #Limfosit #Monosit #KIMIAFAAL LEMAK DAN JANTUNGLDHHATISGOTSGPTProtein TotalAlbuminGlobulinGINJALUreumCreatininAsam UratELEKTROLITNatriumKalium
16,2 6,9024,252,158017,775,523,531,1
0,10,483,810,35,40,020,1020,292,51,13
977
40357,63,73,89
130,34,0
1413,8106
11-15 g/dl4,5-6 juta/µl4.0-10.5 ribu/ µl40-50 vol%150-450 ribu/µl11,5-14,7 %
80-97 fl27-32 pg32-38 %
0,0-0,1%1,0-3,0%
50,0-70,0%25,0-40,0%3,0-9,0%<1 ribu/ul<3 ribu/ul
2,5-7,00 ribu/ul1,25-4,0 ribu/ul0,3-1,0 ribu/ul
225-450 U/L
0-46 U/I0-45 U/I
6,2-8,0 g/dl3,5-5,5 g/dl
10-50 mg/dL0,7-1,4 mg/dL3,4-7,0 mg/dL
135-146 mmol/l3,4-,4 mmol/l
25
Klorida 95-100 mmol/l
Hasil Pemeriksaan Kultur 16 Februari 2013
Bahan : Pus
Hasil Pembiakan : Enterobacter cloacea
Sensitif terhadap : Fosfomisin, Imipenem
Hasil Foto Thorak 13 Februari 2013
Kesimpulan: Suspek pneumoni kanan bawah
Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi 22 Februari 2013
Bahan : Cairan berwarna merah sebanyak 2 cc
Mikroskopis : Tampak diantara sel radang PMN dan limfosit sel polimorf
inti atipik terdesak sitoplasia
Kesimpulan: : Keganasan positif, epitel kelenjar
Hasil CT-Scan Abdomen dengan kontras 3 Maret 2013
Kesimpulan : - Sugestif abses subkutan di dinding abdomen latero-posterior
Kanan
- Gambaran ileus paralitik
- MSCT hepatobilier, pankreas, spleen, ginjal, tidak ada
kelainan
V. RESUME
26
Nama : An. AFI
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 1 tahun 8 bulan
Berat badan : 8 kg
Keluhan Utama : Benjolan di perut
Uraian :
1 minggu sebelum anak masuk rumah sakit dengan keluhan timbul benjolan
kembali di tempat yang sama, yaitu sebelah kanan bawah. Menurut ibu benjolan
tersebut timbul secara mendadak, awalnya sebesar bola tenis dan terus-menerus
membesar hingga sekarang hampir sebesar kepala pasien. Saat ini benjolan
berwarna merah, terasa panas bila dipegang, dan anak menjadi rewel dan tidak
mau makan. Ibu mengaku sering membawa anaknya ke tukang pijat. Sebelum
muncul benjolan, ibu mengaku anaknya mengalami demam yang timbul
mendadak dan menetap sampai sekarang. Panas hanya turun sementara setelah
diberi obat sirup parasetamol. BAB dan BAK tidak ada kelainan.
4 hari setelah anak dirawat di rumah sakit, benjolan pecah sendiri. Dari
benjolan yang pecah tersebut keluar cairan kental berwarna kecoklatan sebanyak
± 1 gelas belimbing dan setelah pecah anak merasa lebih enak, tidak rewel, dan
anak mulai mau makan.
Pemeriksaaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis GCS : 4 – 5 – 6
27
Tensi : -
Denyut Nadi : 120 kali/menit
Pernafasan : 28 kali/menit
Suhu : 36,8 °C
Kulit : Kelembaban cukup, turgor cepat kembali, sianosis (-),
tampak benjolan diperut disamping bagian bawah,
diameter 23 cm, permukaan rata, lunak, fluktuasi (+),
pungta (+), berbatas tidak tegas, permukaan berwarna
merah, nyeri tekan (+).
Kepala : Mesosefali
Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-)
Telinga : Simetris, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-)
Toraks/Paru : Simetris, retraksi (-), sonor, suara nafas vesikuler, Rh
(-/-), Wh (-/-)
Jantung : S1 dan S2 Tunggal, bising (-)
Abdomen : Simetris, Bising usus (+) Normal
Ekstremitas : Akral hangat, edem (-/-), parese (-/-)
Susunan saraf : Tidak ada kelainan
Genitalia : Laki-laki, belum disunat, tidak ada kelainan
Anus : Tidak ada kelainan
VI. DIAGNOSA
28
1. Diagnosa banding : Abses subkutan
Kista terinfeksi
Tumor Abdomen
2. Diagnosa Kerja : Abses subkutan di dinding abdomen latero-
posterior kanan
3. Status Gizi : Gizi Normal (Standar Depkes)
CDC 2000 TB/U Satus gizi = BBs x 100 % = 8 x 100 %
BB/U Bbi 14,4
= 73,5 % (mild malnutrition)
CGS: BMI/U = SD -2 (normal)
TB/U = 0<SD<1 (normal)
BB/U = -1<SD<0 (normal)
BB/TB = -3<SD<-2 (kurus)
VII. PENATALAKSANAAN
- IVFD D5 ¼ NS 8 tpm makro
- Obat-obatan:
Inj. Ampisilin 2x250 mg
Inj. Antrain 3x75 mg
Inj. Dexamethason 2x1 mg
Inj. Metronidazol 3x75 mg
Dressing luka dengan NaCl + gentamisin
Gentamisin zalf 2x1 (pagi dan sore)
29
VIII. USULAN PEMERIKSAAN
-
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
X. PENCEGAHAN
1. Makan makanan bergizi
2. Rawat luka
3. Menjaga higienitas pribadi dan lingkungan
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus tesebut anak laki-laki berumur 1 tahun 8 bulan datang bersama
kedua orangtuanya ke poliklinik anak dengan keluhan adanya benjolan di perut
samping kanan atas yang timbul mendadak sejak seminggu sebelum rumah sakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan dengan diameter kira-kira 23 cm,
berwarna merah, batas tidak tegas, permukaan rata, berfluktuasi, teraba hangat dan
ada nyeri tekan. Satu minggu sebelum timbul benjolan tersebut anak mengalami
demam, demam timbul terus-menerus dan turun sementara setelah diberi sirup
parasetamol. Anak juga sering rewel dan merasa kesakitan. Kira-kira 4 hari setelah
dirawat, benjolan tersebut pecah dan keluar cairan seperti nanah berwarna merah
sebanyak 1 gelas belimbing. Setelah benjolan tersebut pecah anak merasa lebih
tenang dan tidak rewel lagi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan
Hb 7,8 g/dl dan nilai leukosit yang tinggi yaitu 46.800 /ul. Saat benjolan tersebut
pecah, cairan yang keluar sempat dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk
diperiksakan apakah n suatu radang ataukah keganasan. Dari hasil pemeriksaan PA
yang keluar pada tangal 22 Februari 2013 didapatkan kesimpulan bahwa ada tanda
keganasan dan ada sel-sel radang PMN. Selain pemeriksaan PA, anak juga melalui
pemeriksaan CT-Scan, dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan kesimpulan
sebagai abses subkutan dinding abdomen lateroposterior kanan. Dari data tersebut
31
dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi infeksi di daerah tersebut yang dapat
berasal dari jaringan lunak.
Dari riwayat saat anak lahir ibu mengaku pernah muncul benjolan sebesar
telur ayam ditempat yang sama, namun saat itu benjolan tidak berwarna merah dan
hilang sendiri tanpa di obati. Dari anamnesis tersebut dapat dipikirkan kemungkinan
diagnosis selain infeksi jaringan lunak dapat juga disebabkan karena kelainan
kongenital, namun sejak benjolan tersebut menghilang hingga sekarang tidak ada
gejala lainnya dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lainnya lebih mengarah ke
infeksi jaringan lunak yaitu abses subkutan sehingga diagnosis banding tumor
abdomen dapat disingkirkan.
Untuk menegakkan diagnosis abses dapat dilakukan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Hipokrates memperkenalkan tanda dan gejala dari infeksi kulit dan
jaringan lunak seperti berwarna merah, teraba hangat, bengkak, dan nyeri serta dapat
ditemukan adanya fluktuasi. Secara umum, bila timbul gejala seperti ini maka harus
dibawa ke rumah sakit untuk memastikan apakah ini benar-benar abses. Dari
pemeriksaan penunjang dengan peralatan sonografi abses digambarkan sebagai
sesuatu yang anechoic atau hipoechoic dengan posterior acoustic enhancement dan
cairan yang anechoic yang berpindah dengan tekanan transducer, dan
hipervaskularisasi. Pengobatan yang dapat dilakukan pada abses adalah dengan insisi
dan drainase pus yang ada untuk mengeluarkan sumber infeksi. Pemberian antibiotik
pada kasus abses subkutan sebenarnya tidak diindikasikan, kecuali pasien dengan
32
kondisi tertentu seperti imunosupresi, diabetes, selulitis yang luas, atau untuk estetik
pemberian antibiotik diindikasikan.11,12,13
Selama di rawat anak mendapatkan terapi berupa cairan infus D5¼NS 8 tetes
per menit makro, injeksi antibiotik yaitu ampisilin, gentamisin, dan metronidazol,
injeksi deksametason, serta pemberian antipiretik. Saat awal masuk rumah sakit anak
mengalami demam tinggi sehingga diberikan antipiretik berupa injeksi yaitu antrain
3x75 mg. Penatalaksanaan lini pertama pada abses adalah insisi abses dan pemberian
antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur. Pemberian kortikosteroid pada kasus abses
ditujukan hanya pada abses serebri dan abses yang steril. Pemberian kortikosteroid
pada abses serebri ditujukan untuk mengurangi tekanan intrakranial yang meningkat
dengan adanya abses. Pada abses yang steril pemberian kortikosteroid bertujuan
untuk mengurangi inflamasi.14 Pada pasien ini kurang tepat pemberian injeksi
kortikosteroid dikarenakan dari hasil kultur diketahui bahwa abses yang diderita
bukanlah abses steril. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya abses.14
Antibiotik yang digunakan pada pasien ini adalah injeksi ampisilin dan
gentamisin. Seharusnya pemberian antibiotik pada abses harus diberikan yang sesuai
dengan hasil kultur. Dari hasil kultur yang dilakukan diketahui bahwa antibiotik yang
sensitif adalah imipenem dan fosfomycine. Sehingga penggunaan jenis antibiotik ini
pada pasien ini kurang tepat.
Untuk perawatan luka dilakukan dengan cairan NaCl fisiologis ditambah
dengan gentamisin, dan diberi salep gentamisin. Selain itu anak juga pernah
33
mendapatkan tranfusi darah PRC untuk mengobati anemianya karena saat pertama
datang keadaan anak tampak pucat. Saat ini anak sudah mulai membaik, namun
benjolan tersebut masih besar meskipun berkurang, sehingga dilakukan konsultasi ke
bagian Bedah Anak.
34
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus pada seorang anak laki-laki usia 1 tahun 8 bulan yang
masih dirawat di ruang Sedap Malam RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 13
Februari hingga sekarang. Anak dirawat dengan diagnosis abses subkutan. Pada kasus
ini anak datang dengan keluhan benjolan di perut yang semakin membesar, selain itu
juga muncul demam 1 minggu sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum anak tampak sakit sedang, dari tanda vital didapatkan denyut nadi 120
kali/menit, respirasi 23 kali/menit, dan suhu 36,80C. Pada daerah lateroposterior
kanan terdapat benjolan dengan diameter 23 cm, batas tidak tegas, kulit diatasnya
berwarna merah, didapatkan fluktuasi, bila benjolan ditekan terasa nyeri dan keluar
cairan berwarna kemerahan. Penatalaksanaan pasien selama perawatan di Rumah
Sakit Ulin Banjarmasin adalah cairan D5¼NS sebagai cairan intravena, dan
mendapatkan obat yang diberikan secara injeksi berupa antibiotik Ampisilin,
Gentamisin, dan Metronidazol, Dexamethason, dan Antrain.
35
Daftar Pustaka
1. Beaman FD, Kransdorf MJ, Andrews TR, Murphey MD, Arcara LK, Keeling JH. Superficial Soft-Tissue Masses: Analysis, Diagnosis, and Differential Considerations. RadioGraphics 2007; 27:509–523.
2. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Everett ED, Dellinger P, Goldstein EJC, et al. Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Skin and Soft-Tissue Infections. Clinical Infectious Diseases 2005; 41:1373–406.
3. Thompson MF, Kramer M. The subcutaneous abscess Beyond simple management. JAAPA 2006;19:44-54.
4. Lauren Stein L, Elsayes KM, Bartak NW. Subcutaneous Abdominal Wall Masses: Radiological Reasoning. AJR 2012; 198:W146–W151.
5. Swartz MN. Cellulitis. N Engl J Med 2004;350:904-12.
6. Dall DM, Cywes S. Pyogenic Abdominal Wall And Psoas Abscesses In Children. SA Medical Journal 1966:532-534.
7. Chau CLF, Giffith JF. Musculoskeletal infections: ultrasound appearances. Clinical Radiology 2005;60: 149–159.
8. Murphy JA, Vimalachandran CD, Howes N, Ghaneh P. Anterior Abdominal Wall Abscess Secondary to Subcutaneous Gallstones. Case Rep Gastroenterol 2008;2:219–223.
9. Verghese S, Ravichandran P. Subcutaneous abscess caused by coelomycetous fungus Pleurophomopsis lignicola in a renal transplant recipient. Indian J Nephrol 2004;14: 22-24.
10. Tsukuda K, Ikeda E, Miyake T, Ishihama Y, Watatani H, Nogami T. Abdominal Wall and Tight Abscess Resulting from the Penetration of Ascending Colon Cancer. Acta Med Okayama 2005;59:281-3.
11. Bamberger JD. The Care and Treatment of Skin and Soft Tissue Infections among Injection Drug Users in the Community Setting. San Francisco Department of Public Health.
12. Whiteford MH, Kilkenny J, Hyman N, Buie W, Cohen J, Orsay C. Practice Parameters for the Treatment of Perianal Abscess and Fistula-in-Ano (Revised). Dis Colon Rectum 2005; 48: 1337–1342.
36
13. Chiou HJ, Chou YH, Chiou SY, Wang HK. High-resolution Ultrasonography in Superficial Soft Tissue Tumors. J Med Ultrasound 2007;15:3:152–174.
14. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Everett ED, Dellinger P, Goldstein EJC, et al. Practice Guidelines for the diagnosis and management of skin and soft tissue infections. Clinical Infectious Diseases 2005; 41:1373–406
37