መተዳደሪያ ደንብ - Virgin Mary Ethiopian ... · 6.4.3 የበጀት ሪፖርት ለዓመታዊ ስብሰባው ... በሌለበት የቦርዱን ሊቀመንበር፥
LAPORANAKHIR - randaljambi.files.wordpress.com · Ketenagakerjaan II - 77 ... 6.4.3. Mata Air VI -...
Transcript of LAPORANAKHIR - randaljambi.files.wordpress.com · Ketenagakerjaan II - 77 ... 6.4.3. Mata Air VI -...
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM( R I S P A M )
KABUPATEN KERINCI
PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI
DINAS PEKERJAAN UMUM
LAPORAN AKHIR
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM( R I S P A M )
KABUPATEN KERINCI
PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI
DINAS PEKERJAAN UMUM
LAPORAN AKHIR
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM( R I S P A M )
KABUPATEN KERINCI
PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI
DINAS PEKERJAAN UMUM
LAPORAN AKHIR
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM( R I S P A M )
KABUPATEN KERINCI
PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI
DINAS PEKERJAAN UMUM
LAPORAN AKHIR
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM( R I S P A M )
KABUPATEN KERINCI
PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI
DINAS PEKERJAAN UMUM
LAPORAN AKHIR
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM( R I S P A M )
KABUPATEN KERINCI
PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI
DINAS PEKERJAAN UMUM
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum i
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Kegiatan Penyusunan Rencan Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten
Kerinci merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Kerinci dapat memujudkan upaya optimalisasi terhadap pelayanan kebutuhan air
minum. Laporan Akhir ini akan menguraikan mengenai tentang kebutuhan akan
pelayanan air bersih atau pun air minum yang dapat terlayani oleh masyarakat
Kabupaten Kerinci.
Kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat yang optimal kepada
seluruh stakeholders pembangunan bidang pelayanan publik di Kabupaten Kerinci.
Atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini kami
ucapkan terima kasih.
Sungai Penuh , Desember 2013
PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI
DINAS PEKERJAAN UMUM
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum ii
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Kata Pengantar iDaftar Isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang I - 1
1.1.1. Maksud dan Tujuan I - 21.1.2. Keluaran Pelaksanaan Pekerjaan I - 31.1.3. Otorisasi I - 31.1.4. Landasan Hukum I - 3
1.2. Lingkup Kegiatan I - 41.3. Sistematika Laporan Akhir I - 6
BAB 2 KONDISI UMUM DAERAH2.1. Kondisi Fisik Kabupaten Kerinci II - 12.2. Sarana dan Prasarana II - 23
2.2.1. Sarana Wilaya II - 232.2.2. Prasarana Wilayah II - 25
2.3. Kajian Ekonomi Kabupaten Kerinci II - 332.4. Kajian Tata Ruang Kabupaten Kerinci II - 38
2.4.1. Rencana Struktur Ruang II - 382.4.2. Rencana Pola Ruang II - 482.4.3. Kajian Penataan Ruang II - 682.4.4. Kondisi Guna Lahan Kabupaten Kerinci II - 72
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum iii
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
2.5. Kependudukan II - 762.5.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk II - 762.5.2. Distribusi dan Kepadatan II - 762.5.3. Struktur Penduduk II - 772.5.4. Ketenagakerjaan II - 772.5.5. Tingkat Pendidikan II - 782.5.6. Karakteristik Sosial-Budaya Masyarakat II - 782.5.7. Tingkat Kemiskinan II - 78
BAB 3 KONDISI SPAM EKSISTING3.1. Aspek Teknis III - 1
3.1.1. Ibu Kota Kabupaten III - 13.1.2. Ibu Kota Kecamatan III - 2
3.2. Aspek Non Teknis III - 83.2.1. Kelembagaan III - 83.2.2. Pengaturan III - 103.2.3. Keuangan III - 32
BAB 4 KRITERIA PERENCANAAN4.1 Kriteria Perencanaan IV - 1
4.1.1. Unit Air Baku IV - 14.1.2. Unit Transmisi IV - 74.1.3. Unit Produksi IV - 104.1.4. Unit Distribusi IV - 124.1.5. Unit Pelayanan IV - 18
4.2. Standar Kebutuhan Air IV - 194.2.1 Kebutuhan Domestik IV - 204.2.2. Kebutuhan Non Domestik IV - 21
4.3. Periode Perencanaan IV - 214.4. Kriteria Daerah Pperencanaan IV - 22
BAB 5 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR5.1. Arah Perkembangan Kota V - 1
5.1.1. Rencana Struktur Ruang V - 15.1.2. Rencana Pola Ruang V - 115.1.3. Arah Pengembangan Wilayah Perkotaan V - 4
5.2. Rencana Daerah Pelayanan V - 305.2.1. Rencana Pengembangan Sistem Sumberdaya
AirV - 30
5.3. Proyeksi Jumlah Penduduk V - 315.4. Proyeksi Kebutuhan Air Minum V - 33
5.4.1. Kebutuhan Air Domestik V - 335.4.2. Kebutuhan Air Non Domestik V - 335.4.3. Kehilangan Air V - 33
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum iv
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
BAB 6 POTENSI AIR BAKU6.1. Potensi Air Permukaan VI - 16.2. Potensi Air Tanah VI - 26.3. Neraca Air VI - 26.4. Alternatif Sumber Air Baku VI - 3
6.4.1. Air Permukaan VI - 36.4.2. Air Tanah VI - 56.4.3. Mata Air VI - 5
BAB 7 RENCANA PENGEMBANGAN SPAM7.1. Kebijakan Struktur, dan Pola Pengembangan Ruang
Wilayah Kabupaten KerinciVII - 1
7.1.1. Kebijakan Penataan Ruang di KabupatenKerinci
VII - 1
7.1.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah KabupatenKerinci
VII - 7
7.1.3. Rencana Pola Ruang Wilayah KabupatenKerinci
VII - 21
7.2. Rencana Sistem Pelayanan VII - 327.3. Rencana Pengembangan SPAM VII - 337.4. Kapasitas Sistem VII - 347.5. Perkiraan Kebutuhan Biaya VII - 39
BAB 8 RENCANA PENDANAAN INVESTASI8.1. Kebutuhan Investasi Dan Sumber Pendanaan VIII - 18.2. Dasar Penentuan Asumsi Keuangan VIII - 28.3. Kondisi Tarif VIII - 38.4. Hasil Analisis Kelayakan VIII - 5
8.4.1. Metoda Pennilaian Investasi VIII - 58.4.2. Penilaian Investasi Pengembangan SPAM
Kabupaten KerinciVIII - 6
BAB 9 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN9.1. Lembaga Penyelenggara IX - 19.2. Struktur Organisasi IX - 49.3. Kebutuhan SDM IX - 79.4. Rencana Pengembangan SDM IX - 7
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum I -1
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
1.1 LATAR BELAKANGKabupaten Kerinci dengan posisi yang sangat strategis dan merupakanwilayah Hiter
Land dari Kota Jambi merupakan salah satu potensi yang sangatmenguntungkan bagi
perkembangan tata ruang wilayahnya.
Pemenuhan akan air minum merupakan persyaratan yang mutlak gunamenunjang
perkembangan dan pertumbuhan sebuah kawasan di perkotaan maupunperdesaan. Sesuai
dengan kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan di bidangPerumahan dan Pemukiman,
yaitu adanya upaya penciptaan lingkungan yang bersih dansehat. Untuk itu, perlu dilakukan
peningkatan aktifitas masyarakat di berbagai sektor,terutama pelayanan air minum.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum I -2
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Pembangunan pada Masalah Air Minum di Perkotaandan Pedesaan sudah barang tentu
terdapat kekurangan-kekurangan dan belum optimalbaik mengenai sarana, pendistribusian
kepada penduduk, serta masih banyakpenduduk yang belum menikmati air bersih yang
disebabkan masih banyak kendalakendalapada PDAM di seluruh Indonesia, terutama
menyangkut aspek keuangan,pembenahan manajemen dan aspek teknis yang menyangkut
masalah kebocoran,efisiensi produksi, jam operasi produksi dan idle capacity. Hal ini
mencerminkan masihdiperlukannya peningkatan dan penyempurnaan dalam sistem
penyediaan air bersihyang ada. Cakupan pelayanan air minum perpipaan saat ini yang
masih rendah.
Untuk itu perlu adanya pembenahan di semua aspek terutama sarana danprasarana
air minum. Perencanaan prasarana air minum yang tidak terencana denganbaik akan
mengakibatkan makin menurunnya kualitas dan kuantitas pelayanan danakan membawa
dampak kerugian yang lebih besar. Dengan demikian, diperlukanperencanaan dalam
pembangunan sistem penyediaan air minum secara bertahap demitahap mengenai
kebutuhan penduduk tentang air minum, khususnya di KabupatenKerinci.
Arah dari kebijakan Pembangunan Penyediaan Air Minum memprioritaskanpada
aspek pemerataan pembangunan dan menuntaskan permasalahan yang adaterutama
pendistribusian air minum, dan pembenahan institusi. Dimana nantinya akanberkaitan
dengan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian akan tercapai tujuannasional yaitu
keadilan sosial, dimana hal tersebut mempunyai arti penting berkaitandengan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Kerinci melalui
BadanPerencanaan Pembangunan Daerah di Tahun Anggaran 2013 menyelenggarakan Studi
Review Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten Kerinci demi
terlaksananya ketahanan Air untuk ketahanan pangan dan sumber kehidupan serta AIR,
peduli sekarang atau merugi nanti.
1.1.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan RISPAM Kabupaten Kerinci adalah untuk:
1. Mengidentifikasi kebutuhan air minum di Kabupaten Kerinci
2. Mengetahui program yang dibutuhkan untuk pencapaian target pelayanan SPAMdi
Kabupaten Kerinci
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum I -3
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
3. Memberikan masukan bagi Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten dalamupaya
mengembangkan prasarana dan sarana air minum di Kabupaten Kerincimelalui program
yang terpadu dan berkelanjutan.
Tujuan dari penyusunan RISPAM Kabupaten Kerinci adalah menghasilkandokumen
rencana induk pengembangan SPAM, yang dapat menjadi pedomanpengembangan SPAM di
kabupaten Kerinci hingga tahun 2013.
Sedangkan sasaran dari perencanaan ini adalah untuk:
1. Mewujudkan keterpaduan program pembangunan infrastruktur air bersih.
2. Mendorong investasi baik Pemerintah dan Masyarakat/swasta.
3. Terkoordinasinya Pembangunan Sarana Air Minum.
1.1.2 Keluaran Pelaksanaan Pekerjaan
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah Rencana IndukPengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Kerinci yang siapditindaklanjuti oleh
Penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum Pemerintah Provinsidan Pemerintah
Kabupaten untuk menjadi dokumen Legal Pemerintah Kabupaten Kerincimengenai Rencana
Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
1.1.3 Otorisasi
Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten
Kerinci dilaksanakan di bawah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci, dan dipihak
ketigakan melalui penyedia jasa.
1.1.4 Landasan Hukum
Landasan hukum dari kegiatan RISPAM kegiatan ini adalah:
1. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahanan Daerah;
2. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
3. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem;
5. Penyediaan Air Minum;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis;
7. dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air minum;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2007 tentang;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum I -4
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
9. Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
1.2 Ruang Lingkup PekerjaanLINGKUP SPASIAL
Lokasi kegiatan Penyusunan RISPAM Kabupaten Kerinci meliputi wilayahadministrasi
Kabupaten Kerinci.
LINGKUP MATERIAL
Ruang lingkup penyusunan Rencana Induk SPAM Kabupaten Kerincimeliputi :
1. Melaksanakan koordinasi, mengumpulkan data dan konsultasi kepada instansi terkait.
2. Menganalisis kinerja badan pengelola air minum daerah.
3. Menganalisis kondisi eksisting SPAM untuk mengetahui kebutuhan rehabilitasi dalam
rangka pelayanan air minum.
4. Melaksanakan identifikasi potensi pengembangan pelayanan air minum dan potensi air
baku.
5. Melaksanakan survey sosial, ekonomi masyarakat.
6. Membuat proyeksi kebutuhan air minum berdasarkan hasil survey kebutuhan nyata
(real demand survey), kriteria dan standar pelayanan.
7. Membuat skematisasi pemakaian air dan hidrolis rencana pengembangan sistem
jaringan pipa eksisting dan perencanaan jaringan pipa pada SPAM baru.
8. Mengkaji pilihan SPAM yang paling ekonomis dari investasi, serta operasi dan
pemeliharaan untuk pembangunan SPAM baru.
9. Melaksanakan kajian keterpaduan perencanaan pengembangan SPAM dengan sanitasi.
10. Menyusun strategi dan program pengembangan pelayanan air minum dengan pola
investasi dan pemeliharaannya.
11. Menyusun materi rencana induk air minum dengan memperhatikan rencana
pengelolaan sumber daya air, rencana tata ruang wilayah, kebijakan dan strategi
pengembangan SPAM.
Muatan Rencana Induk Pengembangan SPAM Memuat :
1. Rencana Umum, meliputi:
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum I -5
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
a. Evaluasi Kondisi kab/Kota, yang bertujuan untuk mengetahui karakter, fungsi
strategis dan konteks regional nasional kab/kawasan yang bersangkutan.
b. Evaluasi kondisi eksisting SPAM, yang dilakukan denganmenginventarisasi peralatan
dan perlengkapan sistem penyediaan air minumeksisting.
2. Rencana Jaringan
Rencana ini meliputi perencanaan sistem transmisi air minum dan distribusi
Sistemdistribusi meliputi reservoir, jaringan pipa distribusi dan tata letak, baik
untukSPAM jaringan perpipaan maupun SPAM bukan jaringan perpipaan.
3. Program dan kegiatan pengembangan dalam penyusunan rencana indukHal ini meliputi
identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan, perkiraankebutuhan air dan
identifikasi air baku.
4. Kriteria dan standar pelayanan
Kriteria dan standar pelayanan mencakup kriteria teknis yang dapat
diaplikasikandalam perencanaan yang sudah umum digunakan, namun jika ada data
hasil surveimaka kriteria teknis menjadi bahan acuan. Standar pelayanan ditentukan
sejak awalseperti tingkat pelayanan yang diinginkan, cakupan pelayanan, dan jenis
pelayananyang dapat ditawarkan ke pelanggan jika kegiatan ini direalisasikan.
5. Rencana sumber dan alokasi air baku
Dari sekian banyak sumber air baku yang ada, dibuat skala prioritas penggunaansumber
air tersebut, dan harus sudah mendapat izin tertulis (SIPA/surat izinpemakaian air)
dari instansi terkait. Kebutuhan kapasitas air baku disusun untukmenentukan rencana
alokasi air baku yang dibutuhkan untuk SPAM yangdirencanakan. Kebutuhan kapasitas
sumber air baku ditentukan berdasarkankebutuhan air.
6. Rencana Keterpaduan dengan Prasarana dan Sarana (PS) sanitasi meliputi :
1. Identifikasi potensi pencemar air baku
2. Identifikasi area perlindungan air baku
3. Proses pengolahan buangan dari IPA
7. Rencana pembiayaan dan pola investasi
Berupa indikasi besar biaya tingkat awal, sumber dan pola pembiayaan,
perhitunganbiaya tingkat awal mencakup seluruh komponen pekerjaan perencanaan,
pekerjaankonstruksi, pajak, pembebasan tanah, dan perizinan.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum I -6
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
8. Rencana pengembangan kelembagaan
Kelembagaan penyelenggara meliputi struktur organisasi dan penempatan tenaga
ahlisesuai dengan latar belakang pendidikannya mengacu pada peraturan
perundanganyang berlaku.
1.3 Sistematika laporanPenyusunan RISPAM Kabupaten Kerinci ini diuraikan dalam beberapa sub bahasa,
yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab awal ini menjelaskan latar belakang dilaksanakannya kegiatan penyusunan
RISPAM Kabupaten Kerinci, maksud tujuan serta sasaran yang akan dicapai,
landasan hukum serta ruang lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
penyedia jasa.
BAB II KONDISI UMUM DAERAH
Merupakan uraian kondisi umum daerah mengacu pada dokumen perencanaan
yang ada di Kabupaten Kerinci, yang meliputi kondisi fisik daerah; sarana dan
prasarana; sosial ekonomi dan budaya; sarana kesehatan lingkungan; ruang dan
lahan; kependudukan dan keuangan daerah.
BAB III KONDISI SPAM EKSISTING
Menggambarkan kondisi penyediaan air minum di Kabupaten Kerinci, yang
ditinjau dari aspek teknis maupun non teknis, serta permasalahan dan kendala
dalam penyediaan air minum di Kabupaten Kerinci.
BAB IV STANDAR/KRITERIA PERENCANAAN
Menjelaskan pedoman dalam perencanaan pemenuhan kebutuhan air minum di
Kabupaten Kerinci.
BAB V PROYEKSI KEBUTUHAN AIR
Menghitung jumlah kebutuhan air minum beberapa tahun mendatang serta
arahan pengembangan daerah pelayanan.
BAB VI POTENSI AIR BAKU
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum I -7
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Menginventarisir potensi-potensi sumber air baku yang dapat dijadikan sumber
air olahan untuk air minum di Kabupaten Kerinci.
BAB VII RENCANA PENGEMBANGAN SPAM
Berisi kebijakan pemanfaatan ruang, rencana sistem pelayanan, rencana
pengembangan SPAM, kapasitas sistem dan perkiraan kebutuhan biaya.
BAB VIII RENCANA PENDANAAN/INVESTASI
Menguraikan kebutuhan investasi dan pola pendanaan dalam rencana penyedian
air minum di Kabupaten Kerinci.
BAB IX RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
Menguraikan struktur organisasi dan lembaga dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem pemenuhan air minum di Kabupaten Kerinci.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -1
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
2.1 Kondisi Fisik Kabupaten KerinciSecara geografis Kabupaten Kerinci terletak antara 1o40’-2o26’ Lintang Selatan dan
101o08’-101o50’ Bujur Timur. Kabupaten Kerinci merupakan salah satu wilayah ujung Barat
Propinsi Jambi yang berbatasan langsung dengan Propinsi Sumatera Barat dan Propinsi
Bengkulu. Oleh karena itu Kabupaten Kerinci menjadi wilayah strategis yang dilalui jalan
utama Jambi-Sumatera Barat-Bengkulu. Orientasi dan Administrasi Wilayah Kabupaten
Kerinci disajikan pada Gambar II.1.1 dan Gambar II.1.2.
Secara umum wilayah Kabupaten Kerinci memiliki batas administrasi sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat;
Sebelah Selatan : Kabupaten Merangin Propinsi Jambi dan Kabupaten
Muko-Muko Propinsi Bengkulu;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -2
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Sebelah Barat : Kota Sungai Penuh, Propinsi Jambi dan Kabupaten
Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat;
Sebelah Timur : Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin Propinsi
Jambi.
Kabupaten Kerinci memiliki luas wilayah 3.808,50 Km2, dengan 12 wilayah
kecamatan. Kecamatan yang memiliki luas terbesar di Kabupaten Kerinci adalah
Kecamatan Gunung Raya (19,61%), Batang Merangin (14,90%) dan Siulak (15,50%), dimana
luas untuk masing-masing wilayah kecamatan dalam lingkup wilayah Kabupaten Kerinci
secara rinci disajikan pada Tabel II.1.1.
Tabel II1.1Luas Wilayah Kecamatan dalam Kabupaten Kerinci
N
No.Kecamatan Luas (Ha) %
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.
Gunung RayaBatang MeranginKeliling DanauDanau KerinciSitinjau LautAir HangatAir Hangat TimurDepati VIIGunung KerinciSiulakKayu AroGunung Tujuh
74.67756.73230.43929.8475.825
21.67516.0002.580
35.00059.02032.80516.250
19,6114,907,997,831,535,704,200,679,2015,508,614,26
Jumlah 380.850 100Sumber : Kerinci Dalam Angka,Tahun 2013.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -3
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -4
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
A. Topografi dan Morfologi
Kabupaten Kerinci memiliki topografi wilayah yang sangat bervariasi berupa
perbukitan dan pegunungan. Sebagian wilayah (42 %) Kabupaten Kerinci terletak di
ketinggian 500-1.000 mdpl dengan luas 159.583 Ha, sementara daerah berketinggian diatas
2.000 mdpl seluas 14.267 Ha (4 %), dan wilayah yang berada antara 0-500 mdpl hanya
5.010 Ha (1 %).
Secara umum wilayah Kabupaten Kerinci dapat dikelompokan dalam beberapa
satuan morfologi yaitu dataran, perbukitan bergelombang halus sampai perbukitan
gelombang sedang dan pegunungan. Orientasi ke arah utara dijumpai morfologi yang lebih
tinggi, yaitu morfologi perbukitan gelombang sampai pegunungan, sedangkan ke arah
Selatan dijumpai morfologi dataran rendah dan batuan yang relatif sejenis. Kondisi
tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap penyebaran sumberdaya alam dan sebagai
pertimbangan dalam penentuan alokasi ruang di masa datang.
Wilayah Kabupaten Kerinci memiliki 5 klasifikasi lereng. Wilayah datar berada pada
kemiringan 0-8 %, wilayah landai 8-15%, wilayah bergelombang/berbukit 15-25 %, cukup
curam 25-40%, dan wilayah curam >40%. Hampir separuh (35,34 %) dari wilayah Kabupaten
Kerinci merupakan dataran yang curam dengan kemiringan >40%. Sedangkan untuk wilayah
datar dan relatif datar hanya mencapai 4,95 % sampai 17,56 % (terdiri dari kemiringan 0-8
% dan 8-15%).
Wilayah Kabupaten Kerinci membentang dari Gunung Tujuh sampai Gunung Raya,
sebagian besar (98%) berada pada ketinggian di atas 500 m – 3.805 m di atas permukaan
laut, yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Karakter wilayah bergelombang dan
berbukit-bukit membentuk enclave yang sangat luas dan sebagian ditutupi hutan lebat
yang alami merupakan ciri khas wilayah kabupaten yang berbeda dengan wilayah lain
umumnya. Keadaan topografi yang merupakan dataran tinggi berbukit-bukit dan dikelilingi
gunung-gunung dan hutan lebat, menyebabkan kabupaten ini memiliki iklim yang sejuk dan
nyaman.
Berdasarkan Peta Topografi (Bakosurtanal, 1991) dan Peta Geologi Skala 1 :
250.000, (Pusat penelitian dan pengembangan geologi, 1996), dan citra satelit Landsat
ETM-7 tahun 2005 terlihat Kabupaten Kerinci mempunyai keadaan topografi yang sangat
bervariasi umumnya berupa perbukitan dan pegunungan. Pada bagian barat dan timur
membujur dari utara ke selatan memperlihatkan pola kontur yang rapat dan meruncing.
Hal ini mencerminkan suatu daerah perbukitan dengan lereng yang terjal. Pada bagian
tengah membujur dari utara ke selatan merupakan daerah dengan kontur merenggang
dengan kelerengan landai, karena itu Kabupaten Kerinci memiliki kawasan lembah raksasa
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -5
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
yang landai di bagian tengah yang merupakan celah luas yang diapit wilayah pegunungan.
Celah dan lembah yang luas ini digambarkan membentuk seperti “mangkok raksasa”.
Sebagian besar (78%) wilayah Kabupaten Kerinci terletak di ketinggian di atas 1000
m di atas permukaan laut dengan luas 329.422 Ha. Sementara daerah berketinggian antara
500 – 1000 m di atas permukaan laut seluas 82.422 Ha (20%). Sedangkan wilayah yang
berada di bawah 500 m di atas permukaan laut hanya 8.136 Ha (2%), hanya terdapat di 4
kecamatan, yaitu Gunung Raya, Kumun Debai, keliling Danau, dan Batang Merangin. Dari
ke-4 kecamatan tersebut, Kecamatan Batang Merangin yang memiliki luas terbesar untuk
ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan dari kriteria ketinggian bahwa kecenderungan efektif pengembangan
wilayah terbangun atau sebagai wilayah perkotaan/permukiman memungkinkan dapat
dialokasikan pada ketinggian wilayah 100-500 di atas permukaan laut. Sementara
selebihnya pada ketinggian > 1000 m di atas permukaan laut merupakan kawasan hutan
(TNKS).
Dibandingkan dengan lainnya Kecamatan Gunung Kerinci, Gunung Raya dan Kayu
Aro, Batang Merangin, Keliling Danau memiliki ketinggian > 1000 m di atas permukaan laut
yang paling besar. Ditinjau dari kondisi tutupan lahannya, ke-5 kecamatan ini sebagian
besar merupakan kawasan hutan.
Tabel II.1.2Ketinggian Wilayah Kabupaten Kerinci
No KECAMATAN KETINGGIAN TOTAL LUAS(Ha)100-500 % 500-1000 % > 1000 %
123456789101112
Kayu AroGunung TujuhAir HangatAir Hangat TimurDepati TujuhGunung KerinciSiulakSitinjau LautKeliling DanauDanau KerinciBatang MeranginGunung Raya
--------
1.300-
4.6461.990
--------
15,98-
57,1024,46
--
2.1501.010
-4.025
-2.6403.1904.310
21.56222.945
--
2,611,23
-4,88
-3,203,875,23
26,1627,84
49.055-
22.00315.842
-89.995
-3.185
25.83025.42030.30249.450
14,89-
6,684,81
-,27,32
-0,977,847,729,20
15,01
19.055-
24.15316.852
-94.020
-5.825
30.32029.73056.51074.385
Total 7.936 61.832 311.082 380.850Persentase 2,08 16,24 81,68 100,00
Sumber : Kerinci Dalam Angka,Tahun 2013.
Berdasarkan klasifikasi kemiringan, Kabupaten Kerinci memiliki 4 klasifikasi
kemiringan. Wilayah datar berada pada kemiringan 0-2%, wilayah relatif datar 2-15%,
wilayah bergelombang/berbukit 15-40% dan wilayah curam > 40%. Dari data yang ada,
dapat dideskriptifkan bahwa hampir separuh (54,9% atau 230.600 Ha) dari wilayah
Kabupaten Kerinci merupakan dataran yang curam dengan kemiringan > 40%. Diikuti
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -6
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
dengan daerah yang berbukit 15-40% seluas 104.645 Ha atau 24,9% dari luas total
Kabupaten Kerinci. Sedangkan untuk wilayah datar dan relatif datar yang dapat dilakukan
pembangunan fisik hanya mencapai 18,8% (terdiri dari kemiringan 0-2% dan 2-15%) dari
total luas kabupaten atau sekitar 78.945 Ha.
Kecamatan Sitinjau Laut, Kayu Aro, Hamparan Rawang dan Sungaipenuh memiliki
wilayah datar (0-2%) yang cukup luas, sedangkan Kecamatan Gunung Kerinci, Gunung Raya,
Batang Merangin, memiliki wilayah yang bergelombang/berbukit sampai curam yang sangat
luas. Kawasan ini merupakan kawasan hutan TNKS. Kriteria sebagai pengembangan
kawasan permukiman yang aman dilihat sisi kemiringan/lereng adalah pada klasifikasi 0-
15%.
Tabel II.1.3Kemiringan Lahan Kabupaten Kerinci
No. KECAMATANKLASIFIKASI LERENG JUMLAH
0 – 2% 2 – 15% 15 – 40% >40% DANAU/RAWA
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.
Gunung RayaBatang MeranginKeliling DanauDanau KerinciSitinjau LautAir HangatAir Hangat TimurDepati VIIGunung KerinciSiulakKayu AroGunung Tujuh
425-
715695
1.630-
2.385--
695-
7.305
19.14016.8302.4902.9401.050
-3.435
--
6.670-
7.725
21.21019.4209.4709.2102.910
-6.705
--
21.165-
14.120
33.59021.26015.51014.99029.985
-27.730
--
65.355-
18.640
30-
2.1352.095
-----
135-
1.265
74.83556.51030.32027.73035.475
-40.255
--
94.020-
49.05513.850 60.280 104.210 227.060 5.660 380.850
Sumber : RTRW Kab. Kerinci, 2010.
Komponen kelerengan > 40% sangat mendominasi di Kabupaten Kerinci dengan nilai
hampir mencapai 60%, merupakan tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Kerinci untuk
mengembangkan wilayahnya. Karena komponen kelerengan ini sangat curam dan terjal,
sehingga memiliki potensi terancam bahaya longsor.
Tabel II.1.4Klasifikasi Lereng di Kabupaten Kerinci
NO KLASIFIKASI LERENG LERENG LUAS (Ha) PERSENTASE LUAS(%)
1234
DatarLandai – agak curamCuram, bergelombangSangat curam, terjal
0 – 2%2 – 15%
15 – 40%> 40%
18.52060.425
104.645230.600
4,4114,3924,9254,90
Luas Wilayah Kabupaten 420.000Sumber : Hasil Analisis
Secara umum wilayah Kabupaten Kerinci dapat dikelompokkan dalam beberapa
satuan morfologi yaitu dataran, perbukitan bergelombang halus sampai perbukitan
gelombang sedang dan pegunungan. Menilik dari bentuk morfologi dan penyebaran
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -7
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
batuannya, maka orientasi ke arah utara akan dijumpai morfologi yang lebih tinggi yaitu
morfologi perbukitan gelombang sampai pegunungan, yang diikuti dengan variasi dari jenis
batuan yang ada. Sedangkan pada orientasi ke arah selatan akan dijumpai morfologi
dataran rendah dan batuan yang relatif sejenis. Pada daerah yang morfologi rendah
memiliki dataran yang sempit, dimana dataran rendah tersebut merupakan celah-celah
dari perbukitan. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh terhadap penyebaran sumberdaya
alam dan sebagai pertimbangan dalam penentuan alokasi ruang di masa mendatang.
Di lain pihak, keadaan morfologi wilayah yang bergelombang dan berbukit-bukit ini
merupakan kendala dalam pembangunan infrastruktur wilayah terutama pengembangan
jaringan jalan. Menghadapi medan yang berat dengan tebing-tebing yang curam, berbukit-
bukit dan sering terjadi longsor menyebabkan perlunya penerapan teknologi khusus dalam
pembangunan jaringan jalan tersebut. Pengembangan kawasan terbangun pun di samping
lahannya terbatas TNKS dan persawahan produktif, kondisi lahan bergelombang dengan
tingkat kecuraman yang tinggi di daerah perbukitan merupakan salah satu kendala dalam
pengembangan permukiman di luar lahan produktif.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -8
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -9
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
B. Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di wilayah ini terbagi ke dalam 6 (enam) jenis tanah,
yaitu andosol, latosol, podsolik, alluvial, kompleks podsolik-latosol dan litosol serta jenis
tanah kompleks latosol-litosol. Dilihat dari penyebarannya, maka jenis tanah yang
mendominasi adalah andosol dengan wilayah penyebaran seluas 267.683 Ha (70,29%) dari
luas wilayah dan hampir sebagian besar berada di wilayah TNKS. Jenis tanah andosol
banyak terdapat di Kecamatan Gunung Kerinci, Gunung Raya dan Kayu Aro.
Jenis tanah latosol berjumlah 65.229 Ha (17,13%), menyebar di Kecamatan Gunung
Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Air Hangat, Gunung Kerinci dan Kayu Aro.
Sedangkan yang terluas di Kecamatan Batang Merangin dan Kecamatan Gunung Kerinci,
umumnya berada di wilayah TNKS. Jenis podsolik luasnya hanya 27.296 Ha (7,17%)
menyebar di Kecamatan Gunung Raya, Keliling Danau, Air Hangat, dan Air Hangat Timur.
Jenis tanah alluvial merupakan tanah yang baru berkembang, dimana proses
pembentukkannya dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1. erosi yang kuat yang menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari
proses pembentukkan tanah
2. pengendapan terus-menerus menyebabkan pembentukkan horizon lebih lambat dari
pengendapan, misalnya terdapat di daerah dataran banjir, delta, lembah-lembah dan
bukit-bukit pasir pantai
3. bahan induk yang sangat sukar lapuk (inert) atau tidak permeable sehingga air sukar
meresap dan reaksi-reaksi tidak berjalan
4. bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsur-unsur yang beracun bagi tanaman
ataupun organisme lain, sehingga differensiasi oleh bahan organik tidak terjadi
5. selalu jenuh atau tergenang yang dapat menghambat perkembangan horizon
Pemanfaatan tanah jenis alluvial pada usaha pertanian dapat dilakukan di daerah
endapan sungai atau daerah rawa pasang surut, sedangkan tanah alluvial yang berasal dari
bahan alluvium umumnya merupakan tanah subur. Perbaikan drainase perlu diperhitungkan
agar tidak mengakibatkan munculnya cat clay yang sangat masam akibat oksidasi sulfida
menjadi sulfat. Jenis tanah alluvial di Kabupaten Kerinci umumnya berupa tanah subur
yang dimanfaatkan menjadi lahan pertanian sawah. Jenis tanah alluvial yang ada di
Kabupaten Kerinci berjumlah 5.062 Ha (1,33%) menyebar di beberapa kecamatan yang ada,
di antaranya Kecamatan Danau Kerinci, Keliling Danau, Sitinjau Laut, Air Hangat dan Air
Hangat Timur. Jenis tanah alluvial yang terdapat di wilayah TNKS berada di sekitar
Kecamatan Keliling Danau dan Gunung Raya.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -10
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Jenis tanah lainnya adalah kompleks podsolik-latosol-litosol seluas 12.975 Ha
(3,41%) berada di Kecamatan Gunung Raya dan jenis tanah kompleks latosol-litosol seluas
2.605 Ha (0,68%) berada di Kecamatan Gunung Kerinci dan Kayu Aro. Kedua jenis tanah ini
umumnya beradal di dalam kawasan TNKS dan ditumbuhi tanaman tahunan atau hutan
lebat.
Jenis tanah podsolik coklat, latosol dan alluvial memiliki tingkat hara yang tinggi
dan sangat subur, sehingga sangat cocok untuk pengembangan kegiatan pertanian,
terutama tanaman hortikultura dan perkebunan. Persebaran jenis tanah tersebut yang
terbesar di Kecamatan Batang Merangin, Keliling Danau, Sungaipenuh, Gunung Kerinci,
Sitinjau Laut, Air Hangat Timur.
Tabel II1.6Luas Wilayah Kecamatan dalam Kabupaten Kerinci
No. JENIS TANAH LUAS (Ha) %
1.2.3.4.5.6.
AndosolLatosolPodsolikAlluvialKomplek Podsolik-Latosol-LitosolKomplek Latosol-Litosol
267.48365.22927.2965.062
12.9752.605
70,2917,137,171,333,410,68
Jumlah 380.850 100Sumber : Kerinci Dalam Angka,Tahun 2013.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -11
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -12
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
C. Geologi
Secara umum keadaan geologi wilayah Kabupaten Kerinci terletak pada penyebaran
beberapa formasi batuan geologi, yaitu formasi asal, formasi pemeta, formasi bandan,
formasi kumun, formasi pengasih, ganodiorit langkup, batuan gunung api rio-andesit,
batuan gunung kuarter, batuan gunungapi andesit-basal, batuan gunungapi berksi, batuan
gunungapi Tuf, endapan alluvium.
Secara lokal pada skala 1 : 100.000, menurut hasil studi pusat geologi yang
berkerjasama dengan Bappeda Kabupaten Kerinci tahun 2003, sesuai dengan struktur
geologinya di Kabupaten Kerinci terdapat sesar berarah ke baratlaut-tenggara, yaitu sesar
Siulak. Sesar ini terdiri atas dua sesar yang sejajar dan membatasi Danau Kerinci. Panjang
sesar kurang lebih 37 km dan lebarnya 17 km. Sesar ini mulai aktif sejak Miosen Tengah,
hal ini berhubungan dengan pembentukkan formasi Kumun dan diaktifkan lagi pada Pilio-
Plitosen. Sesar ini merupakan sesar geser menganan dengan kemiringan hampir tegak.
Geomorfologi
Berdasarkan relief dan batuan penyusunnya, daerah penelitian dapat dibagi menjadi 6
satuan, yaitu pegunungan batuan pra-tersier; pegunungan batuan gunungapi tersier;
pegunungan batuan sedimen; pegunungan batuan intrusi; pegunungan batuan gunungapi
kuarter dan kipas alluvial dan dataran alluvial.
1. pegunungan batuan pra-tersier
Satuan ini melampar di daerah timur Kabupaten Kerinci. Bentang alam ini mempunyai
lereng cukup terjal (> 16%), dan beda ketinggian titik terendah dan tertinggi lebih
besar 300 m, sehingga disebut morfologi pegunungan. Pola aliran sungai menunjukkan
dendritik, membentuk lembah V dalam dan lebar menunjukkan erosi lateral dan
vertikal aktif. Batuan penyusunnya terdiri atas perselingan sabak, filit, batu lempung
sabakan, batupasir, tuf dan setempat hornfels, yang merupakan formasi asal, serpih
tufan berselingan dengan batu gamping (Formasi Peneta) dan granit biotit (Granit
Tatan). Hampir seluruh satuan ini ditutupi oleh hutan lebat, yang merupakan TNKS.
Namun di luar taman nasional tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk pertanian
dan perkebunan.
2. pegunungan batuan gunungapi tersier
Satuan ini terdapat di bagian barat. Bentang alam ini mempunyai kelerengan terjal
(>16%), dengan puncak tumpul sampai runcing, beda ketinggian titik terendah dan
tertinggi lebih besar 300 m, sehingga disebut morfologi pegunungan. Pola aliran sungai
dendritik dan sebagian menunjukkan pola aliran sejajar. Lembah menunjukkan huruf V,
dalam dan lebar. Batuan penyusunnya terdiri atas breksi, tuf dan sebagian lava, yang
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -13
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
merupakan formasi hulusimpang. Di bagian selatan dan bagian barat ditutupi oleh
hutan cukup lebat, sedangkan di bagian tengah gundul dan sebagian digunakan untuk
perkampungan, ladang dan kebun.
3. pegunungan batuan sedimen
Bentang alam ini sebarannya tidak luas, hanya di sekitar lembah Kerinci. Pada
umumnya membentuk morfologi pegunungan dengan puncak tumpul. Pola aliran sejajar
dan dendritik, dengan lembah relatif dangkal dan lebar menunjukkan erosi lateral lebih
dominan dibandingkan erosi vertikal. Pelapukan cukup intensif sehingga soilnya cukup
tebal. Batuan penyusunnya terdiri atas formasi Bandan, formasi Kumun dan formasi
Pengasih. Pada umumnya ditutupi oleh hutan sekunder yaitu hutan kayumanis,
sebagian gundul dan sebagian dimanfaatkan untuk pertanian berupa persawahan,
ladang dan kebun.
4. pegunungan batuan intrusi
Bentang alam ini membentuk morfologi pegunungan dengan puncak tumpul. Pola aliran
membentuk pola dendritik dengan lembah sempit dan dangkal, menunjukkan erosi
tidak begitu efektif. Namun proses pelapukan cukup intensif, sehingga membentuk soil
cukup tebal. Batuan penyusunnya terdiri atas granit dan granodiorit. Pelamparan
satuan ini terdapat di bagian barat laut daerah penelitian, yang pada umumnya gundul,
tetapi di bagian barat merupakan kawasan hutan TNKS.
5. pegunungan batuan gunungapi kuarter
Bentang alam ini tersusun oleh batuan gunungapi kuarter, beberapa di antaranya masih
aktif, yaitu Gunungapi Kerinci, Gunungapi Raya, Gunungapi Kunyit. Sebagian besar
bentang alam ini masih menunjukkan kerucut gunungapi dan bentuk kawahnya masih
terlihat. Pada umumnya menunjukkan morfologi pegunungan dengan lereng cukup
terjal. Pola aliran yang berkembang radial, dengan membentuk lembah sempit dan
dalam yang menunjukkan proses erosi vertikal lebih dominan daripada erosi lateral.
Proses pelapukan sangat intensif, sehingga membentuk soil tebal dan sebagian
dimanfaatkan untuk kebun, hutan kayu manis. Tetapi sebagian besar merupakan hutan
kawasan TNKS.
6. kipas alluvial dan dataran alluvial
kipas alluvial
Bentang alam ini sangat terbatas sebarannya, yaitu kipas alluvial Pulau Tengah dan
kipas alluvial Lujun. Bentuknya seperti kipas dan batuan penyusunnya merupakan
endapan alluvial, sehingga disebut sebagai kipas alluvial. Lahan ini banyak
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -14
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
digunakan untuk permukiman khususnya kipas alluvial Sungaipenuh. Sedangkan yang
lain merupakan permukiman, persawahan dan perkebunan, karena bentang alam
seperti ini biasanya tanahnya subur dan air tanahnya sangat melimpah.
dataran alluvial
Bentang alam ini menunjukkan morfologi dataran, yang membentuk di lembah
Kerinci, lembah Bento, dan lembah Nasi. Sungai membentuk lembah U lebar dan
dalam. Proses yang berkembang adalah erosi lateral, pengendapan dan pelapukan.
Di daerah bentang alam ini cukup subur dan air sangat melimpah, sehingga banyak
digunakan untuk persawahan, permukiman. Khusus lembah Bento dan lembah Nasi,
dimana air menggenang sehingga membentuk suatu danau atau rawa.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Kerinci adalah struktur sesar dan
beberapa kelurusan. Kondisi struktur batuan di wilayah Kabupaten Kerinci umumnya
ditandai dengan adanya sesar/patahan dan gejala-gejala perlipatan. Patahan-patahan yang
ada merupakan segmen dari sistem patahan besar Sumatera yang dikenal dengan Patahan
Semangko. Patahan/sesar yang ada di Kabupaten Kerinci terdapat 3 jenis sesar utama,
yaitu:
Sesar Siulak
Sesar ini berada ke arah baratlaut-tenggara. Sesar ini melalui Sungai Siulak.
Pelamparan sesar ini cukup panjang dari baratlaut sampai bagian selatan
membatasi Danau Kerinci, dan menerus melampar sampai Sungai Memping. Di
daerah Semurup terdapat mata air panas dan aktivitas fumarola yang membentuk
suatu kelurusan. Sesar ini sangat panjang, diduga sesar ini merupakan bagian dari
sesar Sumatera, dimana gaya utama pembentukkan sesar dari lajur tunjaman
(tempat lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Benua Asia) yang terletak di
sebelah timur Pulau Sumatera. Sesar ini mungkin mulai aktif sejak miosen tengah.
Hal ini berhubungan dengan pembentukkan formasi Kumun dan kemudian diaktifkan
lagi pada periode tektonik pilio-plitosen.
Sesar Airanget
Sesar ini melintasi bagian barat dari lembah Kerinci. Pada citra landsat
menunjukkan adanya kelurusan sangat jelas. Di daerahnya dijumpai mata air panas
yang membentuk garis lurus berimpit dengan zona sesar. Mata air tersebut terdapat
di Kampung Sungailabu, Kampung Sungaitutung, dan Kampun Airanget. Di bagian
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -15
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
selatan Danau Kerinci membentuk lembah lurus. Sesar ini diduga masih merupakan
sesar Sumatera.
Sesar Pelayanggedang
Sesar ini melintasi timur laut-barat daya, yang melalui Sungai Pelayanggedang.
Sesar ini memotong batuan gunungapi Kuarter, sehingga diduga juga merupakan
sesar aktif. Jenis sesar ini masih perlu penelitian lebih lanjut.
Wilayah Kabupaten Kerinci merupakan bagian dari Pulau Sumatera, yaitu terletak di
tepi bagian muka Lempeng Benua Asia yang berbenturan dengan Lempeng
Samudera Hindia. Akibatnya daerah ini sering dilanda bencana geologi seperti
gempa bumi. Letusan gunungapi serta pergerakan tanah. Lokasi bencana tersebut
umumnya terkonsentrasi di sepanjang lajur gunungapi barisan. Hal ini disebabkan
oleh lajur ini membentuk bentang alam pegunungan dan dilalui sesar aktif
Sumatera.
Kabupaten Kerinci yang terletak pada lajur gunungapi barisan dimana lajur ini
berhimpit dengan sesar aktif Sumatera. Secara fisik morfologi wilayah ini
merupakan daerah pegunungan dan lembah terbanan tektonik Kerinci. Lembah
tektonik ini diisi oleh endapan sungai, endapan kipas alluvial dan danau. Daerah ini
sangat subur karena material asalnya adalah batuan gunungapi dan airnya cukup
banyak. Dengan kesuburan tanahnya, daerah ini menjadi penghasil beras di Provinsi
Jambi dan ditempati oleh lebih kurang 312.000 jiwa, yang mata pencaharian
utamanya sebagai petani dan perkebunan kayumanis.
Menurut catatan kegempaan, dalam kurun waktu 100 tahun terakhir, paling tidak
telah dua kali bencana gempa bumi tektonik yang cukup signifikan melanda daerah
ini. Akibat bencana tersebut, telah merubah tatanan geologi di wilayah ini yang
meliputi bentang alam, struktur geologi, sifat fisik batuan, tataguna lahan dan
memicu bencana lainnya. Bencana gempa bumi yang terjadi tahun 1908 berpusat di
daerah pertemuan antara segmentasi Dikit dan segmentasi Siulak-Batang Merangin.
Sedangkan bencana yang terjadi pada tahun 1995 terjadi antara segmentasi Siulak-
Batang Merangin dengan Batang Saliti. Pengamatan mikrosesimetik pada kejadian
itu menunjukkan bahwa daerah kerusakan yang berat dijumpai di 3 lokasi, yaitu
Semurup, Jujun, dan Hiang.
Alam Kabupaten Kerinci yang memiliki luas lebih kurang 4.200 km2 memiliki
karakteristik biogeofisika yang khas dengan sumberdaya alam yang berlimpah dan
beraneka ragam. Selain alamnya yang eksotik, pertanian dan perkebunannya yang
subur berkat hutan hujan tropika yang kaya akan plasma nutfah, kawasan ini juga
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -16
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
potensial dengan sumberdaya mineral dan sumber panas bumi. Di samping
merupakan roda utama penggerak laju pertumbuhan pembangunan wilayah Kerinci,
kekayaan alam ini merupakan peluang usaha yang amat potensial untuk
dikembangkan.
Kabupaten Kerinci memiliki bahan galian berupa batu gamping dengan cadangan
98.000.000 m3 di Desa Koto Baru, Kecamatan Sitinjau laut. Di kecamatan ini juga
terdapat potensi batu marmer dengan cadangan 138.000.000 m3 kaolin serta bahan
galian lempung yang jumlah cadangan dan kualitasnya belum terukur.
Potensi obsidian ditemukan di Bukit Cermin, Kecamatan Air Hangat Timur dengan
cadangan teridentifikasi 404.000.000 m3. Di Kecamatan Keliling Danau terdapat
2.237.000 m3 trass dengan warna abu-abu. Sejumlah bahan galian lain seperti
granit, perlit dan andesit saat ini sedang dieksplorasi di beberapa tempat di
antaranya di Kecamatan Gunung Raya, Air Hangat dan Danau Kerinci.
Potensi pertambangan dan bahan galian Kabupaten Kerinci juga merupakan potensi
unggulan di Kabupaten Kerinci. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan LQ bahwa
subsektor semen dan bahan galian non logam merupakan sektor basis di Kabupaten
Kerinci.
Di Kecamatan Gunung Kerinci terdapat potensi bahan galian antara lain kwarsa,
batu gamping, batubara, belerang, gamping kristal, kaolin dan gneis. Kecamatan ini
merupakan kawasan yang memiliki deposit bahan tambang yang besar selain
Kecamatan Air Hangat yang memiliki deposit bahan tambang antara lain endapan
sinter, emas, granit, obsidian, tras, air raksa, dan panas bumi.
Berdasarakan analisis geologi dapat digambarkan bahwa Kabupaten Kerinci memiliki
patahan/sesar yang menyebabkan terjadinya bencana longsor dan gempa. Hampir
di semua bagian wilayah, terutama pada ketinggian di atas 15% terdapat patahan
yang cukup dalam.
Sumber daya alam lainnya yang terdapat di Kabupten Kerinci adalah tersedianya
lahan pertanian dan perkebunan yang cukup luas dan subur, yakni seluas 122.048
Ha. Dari jumlah tersebut 32.611 Ha telah dimanfaatkan untuk lahan tanaman
pangan, 70.015 Ha sebagai lahan perkebunan dan peternakan. Sedangkan sisanya
merupakan lahan tidur yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lahan
pertanian, perkebunan dan peternakan yang produktif. Dukungan curah hujan yang
hampir merata sepanjang tagun, variasi temperatur antara musim hujan dan musim
kemarau yang tidak terlalu besar, serta budaya masyarakat Kerinci yang agraris,
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -17
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
merupakan aset yang amat layak untuk dipertimbangkan sebagai peluang investasi
yang menjanjikan.
D. Iklim
Kabupaten Kerinci beriklim tropis dengan suhu rata-rata 22,30C dengan suhu
maksimum 28,9 0C terjadi pada bulan Juni dan suhu minimum sebesar 17,1 0C terjadi pada
bulan Januari.
Curah hujan rata-rata per bulan sebesar142,3 mm3 dengan curah hujan terendah
23,7 mm3 terjadi pada bulan Agustus dan curah hujan tertinggi sebesar 340,9 mm3 terjadi
pada bulan November.
Kelembaban relatif udara rata-rata per bulan sebesar 82% dengan kelembaban
udara 78 persen terjadi pada bulan Januari dan kelembaban udara tertinggi pada bulan
April dan Desember yaitu 84%.
Tabel 4.6Curah Hujan dan Kelembaban
No. BULAN CURAH HUJAN( mm3 ) HARI HUJAN KELEMBABAN
( % )
PENYINARANMATAHARI
( % )123456789101112
JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesember
48,60193,2042,20
177,10117,6072,60
107,6023,7028,10
250,00340,90305,60
5154
16146954
152123
78,0083,0080,0084,0082,0081,0083,0082,0079,0083,0082,0084,00
50,0048,0046,0048,0055,0058,0052,0053,0051,0040,0036,0027,00
Rata-rata 2012 142,27 11 82,00 47,00Sumber : Kerinci Dalam Angka, 2013.
Penyinaran matahari di Kabupaten Kerinci pada tahun 2012 tercatat antara 27 -
58%, sedangkan suhu udara pada tahun 2006 yang tercatat adalah 28,90C maksimum dan
17,10C minimum. Penyinaran matahari rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu
sebesar 60% pada bulan Agustus, dan terendah pada bulan Mei sebesar 22%.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -18
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -19
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -20
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
E. Hidrologi
Pada dasarnya kondisi hidrologi Kabupaten Kerinci dapat terlihat dari adanya
sumber-sumber air, baik berupa air permukaan, mata air, maupun air tanah.
Air Permukaan (sungai)
Wilayah Kerinci didominasi oleh pegunungan Bukit Barisan, sebagai bagian dari
rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang memanjang sepanjang pantai barat
Sumatera. Titik tertinggi adalah puncak Gunung Kerinci. Terdapat banyak dataran
sepanjang lembah Bukit Barisan tersebut. Pegunungan Bukit Barisan yang berada di
sebelah barat dan timur Kerinci ini menjadi titik tertinggi di wilayah kabupaten ini,
sehingga semua sungai yang mengalir di Kabupaten Kerinci mengalir ke arah tengah dan
selatan menuju dan bermuara ke Danau Kerinci.
Di wilayah Kabupaten Kerinci banyak terdapat sungai dan anak sungai, yang disebabkan
oleh letaknya di dataran tinggi dengan kondisi topografi pegunungan dan hutan yang
lebat. Umumnya sungai dan anak sungai tersebut bermuara ke Danau Kerinci yang
kemudian mengalir sampai ke timur pantai Jambi. Sungai terbesar di kabupaten ini
salah satunya adalah Sungai Batang Merangin yang mengalir melalui Danau Kerinci.
Debit airnya cukup tinggi dan stabil sepanjang tahun, sehingga sangat potensial
dibangun bendungan untuk PLTA Kerinci Tirta Sakti. Saat ini sungai-sungai yang ada di
Kabupaten Kerinci sebagian besar dimanfaatkan untuk irigasi pertanian dan keperluan
rumah tangga.
Sungai lain yang terdapat di kabupaten ini antara lain Sungai Sikai, Rumpun, Tanduk,
Cubadak, Dadap, Simpang Tutup, Siulak Deras, Koto Rendah, Bukit Sembahyang, Dusun
Baru, Pendung Mudik, Air Patah, Terung, Semurup, Tutung, Bungkal, Jembatan Serong,
Renah Kayu Embun, Batu Lumut, Tanah Kampung, Hiang, Batang Sangir, Betung Kuning,
Cupak, Raja Seleman, Talang Kemulun, Lubuk Pagar, Tapan, Air Jernih, Air Terjun, Air
Lintah, Talang Kemuning, Rawa Air Lingkat, Lempur, dan Sungai Renah Sako.
Luas areal potensial untuk pengembangan pertanian dengan memiliki pelayanan irigasi
yang memadai berada pada Sungai Siulak Deras, Sungai Batang Sangir, Sungai Tanduk
dan Sungai Betung Kuning. Untuk areal pertanian di sekitar Sungai Siulak Deras sudah
terlayani oleh Irigasi Teknis seluas 3.701 Ha. Kawasan ini memang sebagai kawasan
potensial pengembangan pertanian lahan basah (sawah).
Mata Air
Di wilayah Kabupaten Kerinci juga dijumpai mata air yang terbentuk dari dasar lembah
atau kaki perbukitan yang disebabkan adanya lapisan batuan kedap air di bawahnya,
sehingga peregangan tidaj terus ke dalam, melainkan ke arah kateral dan muncul di
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -21
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
kaki tebing/lembah atau kaki perbukitan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa
danau dan air terjun di daerah pegunungan.
Air tanah
Keberadaan air tanah dipengaruhi oleh curah hujan, luas daerah resapan, sifat
kelulusan bahan permukaan dan batuan yang terdapat di bawahnya serta morfologi.
Potensi air tanah umumnya relatif dalam, sekitar > 60 meter. Kedalaman > 90 meter
mendominasi di kabupaten ini dengan luas mencapai 82%. Sementara tingkat
kedalaman < 60 meter tidak dijumpai dalam wilayah Kabupaten Kerinci. Hampir seluruh
kecamatan atau wilayah Kabupaten Kerinci mempunyai kedalaman efektif tanah > 90
meter. Kecamatan Gunung Kerinci, Gunung Raya, Batang Merangin, Kayu Aro,
Sungaipenuh memiliki kedalaman efektif tanah > 90 meter yang cukup luas.
Tekstur tanah di Kabupaten Kerinci didominasi oleh tekstur tanah halus, yaitu
mencapai 60% atau sekitar 250.187 Ha, dibandingkan dengan tekstur tanah sedang yang
hanya memiliki 164.003 Ha atau 39%. Kecamatan yang memiliki tekstur tanah halus
terbesar berada di Kecamatan Gunung Kerinci, Gunung Raya, Kayu Aro, Batang
Merangin, dan Air Hangat. Kehalusan tekstur tanah ini menunjukkan bahwa tingkat
permeabilitas atau penyerapan air ke dalam tanah sangatlah besar, sehingga pada
kawasan yang memiliki tekstur tanah yang halus cenderung memiliki kandungan air
tanah yang cukup besar.
Identifikasi dan karakteristik lahan rawa lebak di Kabupaten Kerinci terbagi menjadi
beberapa permasalahan, tantangan, pengertian, luasan yang dapat dikembangkan dan
diusahakan. Permasalahan yang terjadi adalah meningkatnya kebutuhan pangan dan
lapangan kerja serta berkurangnya lahan pertanian subur. Tantangan yang ada adalah
memanfaatkan lahan rawa lebak sebagai lahan produksi pertanian. Pengertian lahan
rawa lebak adalah lahan marjinal yang rejim airnya dipengaruhi oleh hujan, baik yang
turun setempat maupun di daerah sekitarnya. Luas lahan rawa lebak di Kabupaten
Kerinci adalah 5.810 Ha.
Permasalahan utama pengembangan adalah rejim air yang fluktuatif dan sulit diduga,
serta kebanjiran pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Lokasi lahan rawa lebak di Kabupaten Kerinci adalah: rawa bento di Kecamatan Kayu
Aro; Lebak Arah Seratus di Kecamatan Sitinjau Laut; Lebak Air Kelabu di Kecamatan
Danau Kerinci dan Sitinjau Laut; Lebak Kelembak di Kecamatan Keliling Danau, Lebak
Air Lingkat/Lebak Lempur di Kecamatan Gunung Raya.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -22
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -23
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
2.2 SARANA DAN PRASARANA2.2.1 Sarana Wilayah
1) Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan sumber
daya manusia dan perlu dipenuhi kebutuhannya sebagai dampak bertambahnya jumlah
penduduk. Sarana Pendidikan ini terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),
SMP dan SMU sederajat, namun Akademi dan Perguruan Tinggi belum tersedia di Kabupaten
Kerinci, karena telah terkosentrasi di Kota Sungai Penuh yang sebelumnya merupakan
Ibukota Kabupaten Kerinci sebelum pemekaran. Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten
Kerinci saat ini disajikan pada Tabel II.2.1.
Tabel II.2.1Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Kerinci
KECAMATANJUMLAH SARANA PENDIDIKAN
(Unit)TK SD SMP SMU SMK MI MTs MA Akdmi/PT
Gunung RayaBatang MeranginKeliling DanauDanau KerinciSitinjau LautAir HangatAir Hangat TimurDepati VIIGunung KerinciSiulakKayu AroGunung Tujuh
65
103375
113864
191926171619161512253211
565512433692
2212111-111-
---1-----11-
226653422431
2121221-112-
--12211--111
------------
Jumlah 71 227 51 13 3 40 15 10 -Sumber : Kerinci Dalam Angka, BPS Tahun 2010
2) Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Kerinci terdiri dari Rumah Sakit, Puskesmas
dan Puskesmas Pembantu. Pada umumnya sarana kesehatan di Kabupaten Kerinci
didominasi oleh Puskesmas pembantu sebanyak 40 unit. Ketersediaan sarana kesehatan
dalam melayani kesehatan masyarakat Kabupaten Kerinci disajikan pada Tabel II.2.2
berikut :
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -24
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabel II.2.2Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Kerinci
KECAMATAN RUMAHSAKIT
PUSKESMAS PUSKESMASPEMBANTU
APOTIK KLINIK RUMAHBERSALIN
Gunung TujuhKayu AroGunung KerinciSiulakAir HangatAir Hangat TimurDepati VIISitinjau LautDanau KerinciKeliling DanauGunung RayaBatang Merangin
-1----------
121212111222
-54533134345
------------
------------
------------
Jumlah 1 18 40 - - -Sumber : Kerinci Dalam Angka, BPS Tahun 2013
3) Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan di Kabupaten Kerinci diantaranya berupa Mesjid, Mushalla,
Langgar, dan Gereja. Pada umumnya masyarakat Kabupaten Kerinci memeluk agama Islam
(99%) dan selebihnya adalah pemeluk agama lain seperti agama kristen. Dominasi pemeluk
agama Islam ini terlihat dari adanya rumah ibadah umat muslim disetiap wilayah
kecamatan di Kabupaten Kerinci, yaitu 218 unit Mesjid, 313 unit Langgar, dan 9 unit
Mushalla. Sedangkan bangunan Gereja hanya berjumlah 1 unit yang berada di Kecamatan
Kayu Aro.
Dalam kehidupan bermasyarakat di Kabupaten Kerinci, kerukunan hidup antar umat
beragama sangat diutamakan. Program pembangunan bidang keagamaan dilaksanakan
melalui pembinaan lembaga sosial keagamaan untuk meningkatkan pemahaman nilai-nilai
agama yang dianutnya.
4) Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian di Kabupaten Kerinci berupa Pasar, Koperasi dan Perbankan.
Untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat, saat ini terdapat beberapa pasar yang
merupakan pasar mingguan. Pasar besar yang cukup penting ada di 3 (tiga) lokasi
kecamatan yaitu : 1) Pasar Siulak Deras di Kecamatan Gunung Kerinci, 2) Pasar Siulak
Gedang di Kecamatan Siulak, dan 3) Pasar Bedeng VIII di Kecamatan Kayu Aro.
Selain pasar, sarana ekonomi lain yang cukup berpengaruh terhadap pembangunan
di Kabupaten Kerinci adalah koperasi dan sarana Perbankan. Jenis Koperasi di Kabupaten
Kerinci terdiri dari KUD, KPN KOPKAR, KOPPAS, KOPWAN, KSU, KSP, dan KOPTAN yang
berjumlah 123 unit. Sedangkan sarana Perbankan yang ada di Kabupaten Kerinci
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -25
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
diantaranya adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank 9 Jambi yang memiliki kantor
ranting, yang tersebar di setiap wilayah kecamatan.
5) Sarana Pemerintahan
Setelah dimekarkannya wilayah Kabupaten Kerinci menjadi 2 (dua) wilayah Otonom
yaitu Kabupaten Kerinci (Induk) dan Kota Sungai Penuh pada tahun 2008. Maka Kabupaten
Kerinci yang sebelumnya memiliki pusat pemerintahan di Kota Sungai Penuh, saat ini telah
menetapkan lokasi baru sebagai pusat pemerintahan.
Berdasarkan hasil kajian lokasi pusat pemerintahan dan penetapannya melalui
Keputusan Kepala Daerah serta Keputusan Ketua DPRD Kabupaten Kerinci, maka Ibukota
Kabupaten Kerinci adalah Siulak (Ibukota Kecamatan Siulak), yang berjarak lebih kurang 30
menit dari Kota Sungai Penuh.
2.2.2 Prasarana Wilayah
1) Prasarana Transportasi
Jaringan Jalan
Jaringan Jalan mempunyai peranan penting dalam mewujudkan pemerataan
pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh
masyarakat. Saat ini 25% jaringan jalan di kabupaten Kerinci memiliki kondisi baik, dan 17%
memiliki kondisi rusak total, hal ini dapat ditunjukan pada Tabel 2.2.3 berikut :
Tabel 2.2.3Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Kerinci di rinci menurut Kecamatan
KECAMATAN PANJANG(Km)
KONDISI PERMUKAAN(Km)
BAIK SEDANG RUSAK RINGAN RUSAK BERAT RUSAK TOTALGunung RayaBatang MeranginKeliling DanauDanau KerinciSitinjau LautAir HangatAir Hangat TimurDepati VIIGunung KerinciSiulakKayu AroGunung Tujuh
209,79942,8765,9526,4957,1233,7543,6634,9035,70
112,48153,5960,40
48,62191,0717,805,25
22,7710,207,107,759,705,40
36,929,70
15,5036,600,50
---
5,50--
7,101,001,80
107,77471,7835,1512,4526,65
-26,7016,4517,0079,3879,6514,50
37,90223,2212,507,197,70
23,554,36
10,709,00
19,0036,0234,40
-20,20
-1,60
-----
1,60--
Jumlah 1.776,70 372,28 68,0 887,48 425,54 23,40Sumber : Kerinci Dalam Angka, 2013.
Untuk mendukung pembangunan dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, maka
kondisi jaringan jalan di Kabupaten Kerinci sangat membutuhkan peningkatan kualitas dan
fungsinya, sehingga arus pergerakan orang, barang dan jasa menuju Kabupaten Kerinci
dapat terjamin kelancarannya, serta pelayanan publik di dalam wilayah Kabupaten Kerinci
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -26
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
dapat berjalan baik dan terlepas dari ikatan pelayanan Kota Sungai Penuh yang dulunya
merupakan ibukota Kabupaten Kerinci.
Terminal
Untuk menunjang pergerakan arus lalu lintas orang dan barang dari dan ke
Kabupaten Kerinci, tersedia moda angkutan berupa bus dan travel. Pada umumnya
perusahaan penyedia moda/jasa angkutan terkosentrasi di Kota Sungai Penuh yang
sebelumnya merupakan Ibukota Kabupaten Kerinci sebelum pemekaran, karena
terminal/tempat pemberhentian kendaraan tersedia di wilayah tersebut.
Namun setelah adanya pemekaran wilayah menjadi dua wilayah administrasi ini,
Kabupaten Kerinci perlu mengkaji lebih jauh kebutuhan dalam penyediaan lokasi/areal
pemusatan armada bus dan travel AKDP/AKAP serta Angkutan Perdesaan, sehingga dapat
melayani masyarakat di Kabupaten Kerinci pada masa mendatang.
Bandar Udara
Pemerintah Kabupaten Kerinci sejak tahun 2002 telah mengupayakan pengaktifan
dan pembangunan kembali Bandar Udara Depati Parbo yang berada di Kecamatan Sitinjau
Laut. Bandar Udara Depati Parbo saat ini telah di darati oleh pesawat jenis Fokker 50
dengan rute penerbangan : Pekan baru – Jambi - Kerinci, dan rute penerbangan Kerinci –
Jambi – Pekanbaru - Malaka – Medan – Batam - Pekanbaru.
Bandar Udara Depati Parbo memiliki beberapa fasilitas yaitu : a) Fasilitas Sisi
Udara, b) Fasilitas Sisi Darat, dan c) Fasilitas Penunjang. Fasilitas sisi udara terdiri dari :
landasan pacu (Runway), penghubung landasan pacu (Taxiway), dan tempat parkir pesawat
(Apron). Dan fasilitas sisi darat terdiri dari : bangunan terminal penumpang,
jalan/sirkulasi, dan tempat parkir. Sedangkan fasilitas penunjang terdiri dari : fasilitas PK-
PPK, fasilitas kemanan bandara, dan fasilitas bangunan operasional.
Pembangunan fasilitas di Bandar Udara Depati Parbo saat ini belum terwujud secara
maksimal, mengingat keterbatasan anggaran Pemerintah Daerah. Beberapa kegiatan yang
belum terlaksana diantaranya adalah pembebasan lahan dan pekerjaan konstruksi. Untuk
pekerjaan konstruksi telah dilakukan perpanjangan landasan pacu (Runway) dengan ukuran
1.400 m x 30 m, dari 1.800 m yang direncanakan. Selain itu juga dilakukan pembangunan
Taxiway dengan ukuran 62,25 m x 15 m dan Apron seluas 60 m x 44,65 m sesuai dengan
Rencana Induk Pembangunan Bandara Depati Parbo yang ada.
Dermaga (transportasi perairan)
Wilayah Kabupaten Kerinci memiliki kawasan perairan yaitu Danau Kerinci dengan
luas 4.265 Ha yang berada di 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Danau Kerinci,
Sitinjau Laut, Keliling Danau dan Batang Merangin. Saat ini kawasan Danau Kerinci
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -27
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
dimanfaatkan untuk budidaya perikanan dan pariwisata oleh masyarakat dan pemerintah
daerah.
Mengingat kondisi dan potensi yang ada saat ini, maka kawasan Danau Kerinci ini
berpeluang untuk dikembangkan sebagai suatu klaster ekonomi yang menghubungkan
wilayah- wilayah kecamatan disekelilingnya, yaitu melalui pengembangan sistem
transportasi danau berupa pembangunan dermaga-dermaga sebagai titik pergerakan dan
tujuan transportasi danau.
2) Prasarana Wilayah Lainnya
Air Bersih
Penyediaan air bersih di Kabupaten Kerinci saat ini dilakukan oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sakti yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
melalui 8 (delapan) cabang sesuai dengan potensi dan kapasitas yang dimilikinya
sebagaimana disajikan pada Tabel II.2.4.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -28
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabel II.2.4Pelayanan PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci
Cabang Kayu Aro Siulak Semurup Sungai Penuh Hiang TamiaiJujun/PlTengah
Lempur
Tahun Berdiri 1996 1992 1986 1982 1994 1994 1992 1997IPA Ma. Pelompek
Ma.S TandukMa.S Lintang
Siulak DerasSiulak Gedang
Semurup Sungai JernihPelayang RayaRawang
AmbaiKoto PetaiSanggaranAgung
TamiaiPulau Sangkar
Jujun
P. Tengah
LempurTalangKemuning
Sistim Pompa & Grafitasi Grafitasi Grafitasi Grafitasi &Pompa
Pompa &Grafitasi
Pompa &Grafitasi
Grafitasi Pompa &Grafitasi
Kapasitas Terpasang 30 lt/det 55 lt/det 105 lt/det 76 lt/det 50 lt/det 12,5 lt/det 7,5 lt/det 20 lt/det
Kapasitas Termanfaat 20 lt/det 36 lt/det 60 lt/det 165 lt/det 24 lt/det 3 lt/det 7,5 lt/det 9 lt/det
Jumlah Sambungan 3.339 Unit 2.727 unit 7.748 unit 10.325 unit 5.825 unit 604 unit 2.093 unit 1.747 unit
Jumlah Penduduk Terlayani 40.077 Jiwa 42.077 jiwa 46.580 jiwa 63.682 jiwa 36.246 jiwa 8.485 jiwa 19.618 jiwa 10.251 jiwa
Tingkat Kebocoran 39,58% 66,04% 40,97% 35,47% 23,08% 20,67% 20,06% 24,26%
Sumber : PDAM Tirta Sakti Tahun 2010.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -29
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Pada tahun 2012, jumlah konsumen air minum di Kabupaten Kerinci berjumlah
25.731 sambungan. Dari jumlah produksi sebanyak 6.447.407 m3 hanya 5.559.943 m3
yang disalurkan ke konsumen. Jumlah konsumen di masing-masing kecamatan di
Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada Tabel II.2.5 berikut.
Tabel II.2.5Jumlah Konsumen, Produksi dan Jumlah produksi
Air Minum yang Disalurkan di Kabupaten Kerinci Tahun 2012
KECAMATAN KONSUMEN PRODUKSI(Ribu M3)
DISALURKAN(Ribu M3)
Gunung RayaBatang MeranginKeliling DanauDanau KerinciSitinjau LautAir HangatAir Hangat TimurDepati VIIGunung KerinciSiulakKayu AroGunung Tujuh
1.980726
1.964
6.401
8.248
3.399
3.013
339.314117.629275.320
1.197.417
2.410.597
1.380.676
756.454
324.389114.016261.813
1.139.922
2.272.372
713.280
734.157Jumlah 25.731 6.477.407 5.559.949
Sumber : Kerinci Dalam Angka, 2013.
ListrikKebutuhan listrik bagi masyarakat di Kabupaten Kerinci saat ini dipenuhi oleh
pembangkit listrik tenaga diesel yang terletak di Kota Sungai Penuh dan Kecamatan
Kayu Aro. Namun penyediaan energi listrik tersebut belum optimal dipeuhi oleh PLTD
yang ada, terutama saat beban puncak.
Kondisi ini terjadi akibat semakin meningkatnya kebutuhan listrik untuk
kelompok rumah tangga dan industri, sedangkan PT. PLN (persero) unit pelayanan
Sungai Penuh dan kersik Tuo memiliki kapasitas daya terpasang 12.528 MW, dengan
total beban puncak 11.639 MW, sehingga kondisi ini menyebabkan kelistrikan di
Kabupaten Kerinci terjadi pemadaman bergilir.
Untuk mengatasi hal tersebut, di Kabupaten Kerinci direncanakan pengembangan
dan pemanfaatan energi panas bumi, energi air, energi surya, dan Bio massa sebagai
sumber energi alternatif untuk Pembangkit Listrik, dalam upaya memenuhi kebutuhan
masyarakat dan mengantisipasi kelangkaan energi listrik yang ada.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -30
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
TelekomunikasiKebutuhan masyarakat Kabupaten Kerinci terhadap jasa telekomunikasi saat ini
masih didominasi oleh PT. Telkom (Persero) Cabang Sungai Penuh. Kapasitas pelayanan
Telekom di Kabupaten Kerinci tahun 2010 adalah sebagai berikut :
1. Kecamatan Semurup
- Kapasitas Telepon : 362 SST
- Kapasitas Speedy : 29 SSL
- Jumlah Pelanggan Telepon : 480 SST
- Jumlah Pelanggan Speedy : 96 SSL
2. Kecamatan Siulak
- Kapasitas Telepon : 297 SST
- Kapasitas Speedy : 18 SSL
- Jumlah Pelanggan Telepon : 480 SST
- Jumlah Pelanggan Speedy : 96 SSL
3. Kecamatan Keliling Danau
- Kapasitas Telepon : 62 SST
- Kapasitas Speedy : -
- Jumlah Pelanggan Telepon : 240 SST
- Jumlah Pelanggan Speedy : 96 SSL
4. Kecamatan Kayu Aro
- Kapasitas Telepon : 72 SST
- Kapasitas Speedy : -
- Jumlah Pelanggan Telepon : 240 SST
- Jumlah Pelanggan Speedy : 96 SSL
Selain itu masyarakat Kabupaten Kerinci pada umumnya telah memanfaatkan
fasilitas dan pelayanan telepon selular yang disediakan oleh beberapa provider, dimana
disetiap wilayah kecamatan terdapat beberapa menara telekomunikasi BTS (Base
Transceiver Station) yang mendukung operasional dari arus telekomunikasi telepon
selular ini.
Base Transmition System (BTS) yang ada di Kabupaten Kerinci diantaranya
didukung oleh beberapa penyedia layanan yaitu Telkomsel, Satelindo (STI), Pro XL, dan
Indosat, dimana semua BTS yang ada sebanyak 43 buah berlokasi di beberapa
kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kerinci sebagaimana disajikan pada Tabel II.2.6.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -31
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabel II.2.6Jenis dan Bangunan Tower/Menara Telepon Seluler
di Kabupaten Kerinci Tahun 2009
Kecamatan Jenis dan Jumlah Tower/Menara (Unit)Telkomsel STI Pro XL Indosat
1. Gunung Tujuh2. Kayu Aro3. Gunung Kerinci4. Siulak5. Air Hangat6. Air Hangat Timur7. Depati VII8. Sitinjau Laut9. Danau Kerinci10. Keliling Danau11. Gunung Raya12. Batang Merangin
-41211-1122-
-----------1
32--11111323
-2-1---11112
Jumlah 15 1 18 9Sumber : RTRW Kabupaten Kerini, 2010.
IrigasiDaerah Irigasi di Kabupaten Kerinci dimanfaatkan untuk mengairi areal
persawahan dengan kriteria irigasi teknis seluas 12.929 Ha, semi teknis seluas 2.778 Ha,
dan irigasi sederhana seluas 15.643 Ha. Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Kerinci
diantaranya merupakan kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi Jambi
yang masing-masing berjumlah 2 (dua) Daerah Irigasi, sebagaimana disajikan pada Tabel
II.2.7
Tabel II.2.7Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi
di Kabupaten Kerinci Tahun 2012
NAMA DAERAH IRIGASI LUAS AREAL(Ha) KRITERIA KEWENANGAN
1. DI Siulak Deras2. DI Tangkil3. DI Betung Kuning4. DI Sungai Tanduk
5.8013.6281.5002.000
TeknisTeknisTeknisTeknis
Pem. PusatPem. PusatPem. Prov JambiPem. Prov Jambi
Jumlah 12.429Sumber : RTRW Kabupaten Kerini, 2010
Sedangkan Daerah Irigasi yang merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten
Kerinci sebanyak 234 Daerah Irigasi yang tersebar di setiap wilayah kecamatan. Jumlah
Daerah Irigasi setiap kecamatan di Kabupaten Kerinci tersebut disajikan pada Tabel
II.2.8.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -32
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabel II.2.9Jumlah Daerah Irigasi setiap Kecamatan
di Kabupaten Kerinci Tahun 2009
KECAMATAN JUMLAH DI LUAS AREAL(Ha)
KLASIFIKASI (Ha)TEKNIS SEMI TEKNIS SEDERHANA
1. Gunung Tujuh2. Kayu Aro3. Gunung Kerinci4. Siulak5. Air Hangat6. Air Hangat Timur7. Depati VII8. Sitinjau Laut9. Danau Kerinci10. Keliling Danau11. Gunung Raya12. Batang Merangin
20152112281071516303623
2.1002.4129078261.6551.1634751.6861.3592.8012.2071.471
------------
-965-----452---196
2.1001.3779077451.6551.1634751.1451.3592.5401.9051.063
233 19.062 - 1.613 16.434Sumber : RTRW Kabupaten Kerini, 2010
PersampahanKabupaten Kerinci telah memiliki Tempat Pengelolaan (Pembuangan) sampah
Akhir (TPA) di Desa Talang Kemulun, Kecamatan Danau Kerinci. Adapun kondisi TPA
saat ini adalah :
1. Tanah milik Pemerintah Daerah, dan bukan tanah yang produktif;
2. Beroperasi pada tahun 1998 sampai saat ini dengan luas areal 2 Ha, dan
berkapasitas 500.000 m3;
3. Timbulan sampah terangkut oleh petugas kebersihan adalah 20 ton/hari dari pasar
POND (balai-balai), dan umumnya timbulan sampah berasal dari Kota Sungai Penuh;
4. Belum Melayani Pengangkutan sampah Domestik; dan
5. Sistem pengelolaan open dumping.
Penempatan TPA di lokasi ini tidak begitu baik karena berdekatan dengan Danau
Kerinci karena secara ekologis akan mengganggu ekosistem sungai. Oleh karena itu,
untuk masa mendatang diperlukan menetapkan suatu lokasi di Kabupaten Kerinci
sebagai lokasi TPA Regional, dengan sistem pengeloaan sanitary landfill. TPA nantinya
diharapkan bukan hanya sebagai tempat pembuangan akhir tapi juga tempat pengolahan
sampah (Pembuatan Kompos, Lindi, Pemisahan Sampah).
Jaringan Drainase, Air Limbah dan Pengendalian Air
Kondisi jaringan drainase di Kabupaten Kerinci secara umum kinerjanya belum
optimal, dimana drainase yang ada memiliki fungsi lain sebagai tempat pembuangan
sampah dan limbah rumah tangga. Sebagai akibatnya di beberapa lokasi permukiman di
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -33
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kerinci menjadi kawasan kumuh dan merupakan kawasan genangan air dan
banjir di musim hujan.
Oleh karena itu, dalam rangka mengatasi permasalahan yang terjadi dalam sistim
jaringan drainase diatas dibutuhkan penyediaan sarana dan prasarana penunjang secara
terencana, terpadu dan berkesenambungan serta pembenahan terhadap manajemen
pengelolaan sistim jaringan drainase.
Kabupaten Kerinci memiliki beberapa DAS yaitu kesatuan wilayah tata pengairan
yang terbentuk secara alamiah dimana air meresap dan mengalir melalui sungai /anak
sungai yang bermuara di sungai utama. Dalam rencana pengembangannya kedepan
diprioritaskan pada sistem pengendalian debit air dari Daerah Aliran Sungai (DAS)
tersebut.
2.3 Kajian Ekonomi Kabupaten KerinciA. Perkembangan PDRB Kabupaten Kerinci
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kerinci selama 9 (sembilan)
tahun, sejak tahun 2000 sampai tahun 2008 menunjukan peningkatan yang sangat
berarti. Pada tahun 2000 hanya sebesar Rp. 676,78 Milyar maka pada tahun 2008, PDRB
atas harga berlaku sudah mencapai Rp. 2,38 Trilyun, sedangkan PDRB atas harga konstan
pada tahuun 2008 sudah mencapai Rp. 1 Trilyun.
Indeks perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2008 sebesar 351,28
yang berarti selama 9 (sembilan) tahun mulai tahun 2000 PDRB Kabupaten Kerinci
mengalami perkembangan sebesar 351,28% atau 3,51 kali lebih besar dibandingkan
tahun 2000. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan indeks perkembangannya tahun
2008 sebesar 147,90 atau mengalami perkembangan sebesar 147,90%atau 1,47 kali lebih
besar dibandingkan tahun 2000. Perkembangan PDRB Kabupaten Kerinci disajikan pada
Tabel II.3.1.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -34
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabel II.3.1Perkembangan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2000-2008
TahunAtas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan
PDRB(Juta)
IndeksPerkembangan
Pertumbuhan(%)
PDRB(Juta)
IndeksPerkembangan
PDRB(Juta)
200020012002200320042005200620072008
676.777,98766.562,06937.600,35
1.165.962,011.332.156,761.577.067,481.804.348,022.055.285,332.377.386,68
100113,27138,54172,28196,84233,03266,61303,69351,28
-13,2722,3124,3613,2718,3814,4113,9131,76
676.777,98705.113,36733.160,07768.258,07806.660,74847.651,97892.698,98945.310,06
1.000.928,38
100104,19108,48113,52119,19125,25131,90139,68147,90
-4,194,124,645,005,085,315,895,88
Sumber : PDRB Kabupaten Kerinci, BPS Tahun 2009.
B. Pertumbuhan ekonomi
Perkembangan PDRB Kabupaten Kerinci tahun 2000 sampai tahun 2008 menunjukan
peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan 18,96% atas harga berlaku. Sedangkan atas
harga konstan pertumbuhan rata-rata sampai tahun 2008 sebesar 5,01%.
Pada tahun 2001 perekonomian Kabupaten Kerinci mulai stabil, yang ditandai
dengan pertumbuhan positif sebesar 4,19%. Dan pertumbuhan positif ini pada tahun
2002 mampu dipertahankan. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci
meningkat lagi mencapai 5,88%. Jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Propinsi
Jambi, percepatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci menduduki nomor dua
paling rendah diatas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Angka-
angka pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jambi disajikan pada Tabel II.3.2.
Tabel II.3.2.Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jambi
Kabupaten/KotaPertumbuhanEkonomi (%)
1. Kerinci2. Merangin3. Sarolangun4. Batang Hari5. Muaro Jambi6. Tanjab Timur7. Tanjab Barat8. Tebo9. Bungo10. Kota Jambi11. Kota Sungai Penuh
5,885,997,626,246,605,715,996,0811,136,146,15
Rata - rata 7,16Sumber : PDRB Kabupaten Kerinci, BPS Tahun 2009.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -35
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
C. Kontribusi sektoral PDRB
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci tahun 2008 sebesar 5,88 % telah
menunjukan perbaikan yang sangat baik pada masa pemulihan krisis. Semua sektor
tumbuh positif dengan tingkat pertumbuhan dinamis pada sebagian besar sektor
perekonomian.
Sektor pertanian yang merupakan sektor paling dominan memberikan kontribusinya
pada total PDRB tahun 2008 dengan angka 6,25%. Tingginya pertumbuhan sektor
pertanian ini disumbangkan oleh pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan, dan
sub sektor perkebunan. Meningkatnya pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan
disebabkan oleh meningkatnya produksi padi dan tanaman hortikultura, dimana petani
sudah banyak menggunakan bibit unggul dan didukung musim yang baik, serta
membaiknya pasar produk hortikultura sehingga meningkatnya keinginan petani untuk
mengusahakan tanaman tersebut. Sedangkan meningkatnya pertumbuhan sub sektor
perkebunan didongkrak oleh hasil ikutan, dimana selama ini batang kayu manis hanya
dimanfaatkan untuk kayu bakar, sekarang dimanfaatkan untuk bahan baku industri dan
bahan bangunan.
Sektor industri pengolahan masih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini lebih banyak disumbangkan oleh
sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau, dan industri barang dari kayu.
Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 4,17%, dan lebih tinggi dari pertumbuhan
sebelumnya yaitu 3,49%.
Sektor yang juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Dimana tahun 2008 sektor ini tumbuh 5,36%, namun
pertumbuhan ini menurun tipis bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun-tahun
sebelumnya yaitu 6,03% pada tahun 2006 dan 5,76% pada tahun 2007.
Pertumbuhan sektor bangunan masih cukup tinggi yaitu 6,78% dan diatas rata-rata
pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci, meskipun pertumbuhannya lebih rendah dari
tahun-tahun sebelumnya. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2008
mengalami pertumbuhan yang agak rendah namun lebih tinggi dari tahun sebelumnya
yaitu 5,36%, namun sub sektor telekomunikasi pertumbuhannya lebih tinggi dari tahun
sebelumnya yaitu 6,85 menjadi 6,92%.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan juga merupakan sektor yang
tumbuh dibawah rata-rata pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci, namun
pertumbuhannya meningkat dari tahun sebelumnya. Dan sektor jasa-jasa, di tahun 2008
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -36
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
tumbuh 4,23% dan pertumbuhan ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu 4,34%.
Gambaran kontribusi sektoral ini disajikan pada Tabel II.3.3.
Tabel II.3.3.Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Kerinci.
SektorPertumbuhan Kontribusi
2007 2008 2007 20081. Pertanian2. Pertambangan dan Penggalian3. Industri Pengolahan4. Listrik dan Air Minum5. Bangunan6. Perdagangan, Hotel dan Restoran7. Pengangkutan dan Komunikasi8. Keuangan , Persewaan dan Jasa
Perusahaan9. Jasa-jasa
6,313,495,262,996,835,764,822,914,34
6,254,175,623,386,785,735,363,074,23
67,280,402,280,713,098,573,680,8713,13
67,060,382,250,673,209,203,710,8512,68
PDRB 5,89 5,88 100 100Sumber : PDRB Kabupaten Kerinci, BPS Tahun 2009.
D. PDRB Perkapita
PDRB Perkapita Kabupaten Kerinci atas dasar harga berlaku meningkat dari Rp.
3.059.353,67 pada tahun 2000 dengan rata-rata perbulan Rp. 254,946,14 menjadi
sebesar Rp. 5.887.725,46 atau sebesar Rp. 409.463,79 perbulan pada tahun 2004. Pada
tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 6.899.924,67 atau sebesar Rp. 574.993,72 perbulan.
Pada tahun 2008 PDRB perkapita Kabupaten Kerinci mencapai Rp. 10.136.812,67 dengan
rata-rata perbulan Rp. 844.734,39.
Sedangkan PDRB perkapita Kabupaten Kerinci atas dasar harga konstan 2000
meningkat menjadi Rp. 3.565.193,75 pada tahun 2004, pada tahun 2005 meningkat
menjadi Rp. 3.708.614,11, dan tahun 2006 Rp. 3.865.033,17, tahun 2007 Rp.
4.060.714,88, dan tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 4.267.055,11.
E. Pariwisata
Kabupaten Kerinci sudah sejak lama dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang
potensial, karena pesona alamnya yang amat indah. Disampaing berudara sejuk, daerah
ini juga memiliki obyek wisata yang cukup lengkap, dari wisata pegunungan, danau, air
terjun, hutan alami yang merupakan potensi wisata alam. Selain itu Kabupaten Kerinci
memiliki karakteristik sosial budaya yang khas di Propinsi Jambi, dimana disetiap
wilayah kecamatan memiliki adat istiadat tersendiri, oleh karena itu potensi budaya
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -37
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
berupa tarian, lagu dan makanan menjadi warna tersendiri dalam pengembangan wisata
di Kabupaten Kerinci. Adapun jenis obyek wisata di Kabupaten Kerinci disajikan pada
Tabel II.3.4.
Tabel II.3.4.Jenis Obyek Wisata di Kabupaten Kerinci
Nama Obyek Wisata Jenis1. Air Panas Sungai Medang2. Air Terjun 13 Tingkat3. Gunung Kaca4. Air Terjun Pungut5. Air Panas Sungai Abu6. Panorama Bukit Villa Kemantan7. Batu Jung Kemantan Kebalai8. Air Terjun Pancuran Tujuh9. Goa Kapeh10. Air Terjun Siulak Kecil11. Air Terjun Pauh Tinggi12. Air Terjun Telun Berasap13. Gunung Kerinci14. Danau Gunung Tujuh15. Danau Belibis16. Rawa Ladeh Panjang17. Goa Kasah18. Perkebunan Teh19. Aroma Pecco20. Taman Bunga Puri Asri21. Air Terjun Koto Lebuh Tinggi22. Bukit Sembahyang23. Air Terjun Puti Mayang24. Dendeng Batokok Siulak Deras25. Hutan Adat 50 Tumbi Lempur26. Danau Lingkat27. Air Terjun Siluang Bersisik Emas28. Benteng Depati Parbo29. Batu Selindrik30. Gerao Rasau31. Air Terjun Ksen32. Danau Kaco33. Batu Besurat34. Danau Kerinci35. Air Panas Semurup36. Mesjid Keramat Pulau Tengah37. Kebun Nanas Koto Tengah
Wisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AlamWisata AgroWisata AlamWisata AgroWisata AlamWisata AlamWisata Alam
Wisata KulinerWisata AlamWisata AlamWisata Alam
Wisata SejarahWisata SejarahWisata AlamWisata AlamWisata Alam
Wisata SejarahWisata AlamWisata Alam
Wisata ReligiusWisata Agro
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebuudayaan Kabupaten Kerinci Tahun 2009
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -38
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
2.4 Kajian Tata RuangKabupaten Kerinci2.4.1. Rencana Struktur Ruang
A. Rencana Sistim Perkotaan
Salah satu peranan rencana penataan ruang adalah untuk menciptakan
keseimbangan pembangunan antar wilayah (kecamatan) dan sekaligus mengantisipasi
pertumbuhan pembangunan yang terkonsentrasi pada pusat kota (ibukota kabupaten)
atau pada kawasan tertentu saja. Hal ini juga berkenaan dengan penciptaan sistem
pusat-pusat kota yang berjenjang sehingga terbangun suatu sistim perkotaan yang
efektif dan efisien. Hirarki pusat permukiman/kota di Kabupaten Kerinci saat ini
diantaranya adalah :
1. Batang Sangir (IKK Kayu Aro);
2. Siulak (IKK Siulak);
3. Semurup (IKK Air Hangat);
4. Hiang (Sitinjau Laut);
5. Jujun (IKK Keliling Danau);
6. Lempur (IKK Gunung Raya);
7. Tamiai (IKK Batang Merangin);
8. Sanggaran Agung (IKK Danau Kerinci);
9. Sungai Tutung (IKK Air Hangat Timur);
10. Siulak Deras (IKK Gunung Kerinci);
11. Pelompek (IKK Gunung Tujuh); dan
12. Koto Tuo (IKK Depati VII).
Pada umumnya pusat-pusat permukiman di Kabupaten Kerinci memiliki hirarki III.
Batang Sangir merupakan pusat permukiman dengan hirarki pertama, sedangkan hirarki
terendah adalah Pelompek dan Koto Tuo. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan
pusat-pusat permukiman di Kabupaten kerinci, terdapat pusat permukiman yang perlu
didorong pertumbuhannya dan ada pula yang dikendalikan pertumbuhan sesuai
potensinya, bahkan mungkin dibatasi. Untuk sistem pusat perkotaan Kabupaten Kerinci,
pusat-pusat perkotaan yang perlu didorong ataupun dikendalikan pertumbuhannya
adalah :
a. Batang Sangir (IKK Kayu Aro)
Dalam kebijakan penataan ruang provinsi maupun lokal, Batang Sangir diarahkan
sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PKL) yang melayani dua kecamatan, yaitu
Gunung Tujuh dan Gunung Kerinci. Oleh karena itu, Pelompek dan Siulak Deras
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -39
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
dijadikan Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) yang mendorong perkembangan
wilayah Kabupaten Kerinci dibagian Utara.
b. Siulak (IKK Siulak)
Dalam sistem pusat-pusat perkotaan eksisting IKK ini berada pada hirarki II, namun
mengingat kebijakan Pemerintah Kabupaten Kerinci untuk meningkatkan
peranannya sebagai lokasi pusat perkantoran dan sekaligus sebagai Ibukota
Kabupaten Kerinci, maka untuk menciptakan tingkat pelayanan yang optimal,
Siulak dipromosikan sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) yang akan melayani
PPK Air Hangat, dan PPL Air Hangat Timur dan Depati Tujuh.
c. Semurup (IKK Air Hangat)
Adalah salah satu pusat permukiman yang tumbuh cukup baik dengan kelengkapan
fasilitas sosial yang memadai sehingga kedepan diperkirakan akan dapat
bertumbuh secara mandiri dibanding IKK lainnya. Namun mengingat peran Siulak
sebagai Ibukota Kabupaten Kerinci dan sebagai PKL, maka semurup hanya perlu
diarahkan dan dikendalikan pertumbuhannya untuk melayani desa-desa dibawah
wilayah administrasinya dan mengupayakan interaksi wilayahnya ke siulak (IKK
Siulak). Semurup dan Koto Tuo (IKK Depati VII) perlu dikendalikan
pertumbuhannya dan diarahkan kembali orientasi pengembangannya menuju
siulak dalam rangka menghindari terjadinya konurbasi dengan Kota Sungai Penuh,
mengingat dua pusat permukiman ini berbatasan langsung dengan Kota Sungai
Penuh.
d. Sanggaran Agung (IKK Danau Kerinci)
Merupakan salah satu IKK yang sedang berkembang dan di dalam kebijakan
struktur ruang Propinsi Jambi dirahkan sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL).
Pusat permukiman ini merupakan kawasan wisata Danau Kerinci yang diperkirakan
akan berkembang pada masa mendatang. Mengingat wilayah ini memiliki hirarki
terendah dlam sistim perkotaan di Kabupaten Kerinci, namun Sanggaran Agung
memiliki posisi strategis sebagai simpul transportasi dalam lingkup wilayah
Kabupaten Kerinci. Untuk itu Sanggaran Agung akan dipacu dan didorong
pertumbuhan wilayahnya sebagai pusat pertumbuhan baru yang diharapkan dapat
mewujudkan keseimbangan pertumbuhan wilayah di Kabupaten Kerinci.
e. Hiang (IKK Sitinjau Laut)
Hiang dalam struktur wilayah Kabupaten Kerinci memiliki hirarki III dan telah
cukup berkembang karena didukung oleh infrastruktur dan merupakan lokasi
bandara Depati Parbo sebagai prasarana transportasi udara di Kabupaten Kerinci.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -40
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Mengingat posisi Sanggaran Agung yang ditetapkan menjadi Pusat Kegiatan
Lingkungan (PKL), maka hiang dikendalikan pertumbuhannya dan diupayakan
sebagai PPL yang akan mendorong perkembangan Sanggaran Agung. Selain itu,
mengingat posisi Hiang yang berbatasan langsung dengan Kota Sungai Penuh dan
ini merupakan salah satu argument untuk mengendalikan pertumbuhan Hiang
dalam menghindari terjadinya penyatuan wilayah dengan Kota Sungai Penuh.
f. Jujun (IKK Keliling Danau)
Merupakan pusat permukiman dengan hirarki III dalam sistim perkotaan di
Kabupaten Kerinci. Dalam struktur ruang wilayah Kabupaten Kerinci jujun
diarahkan sebagai PPK yang melayani wilayah di bawah administrasi wilayahnya
dan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan Sanggaran Agung sebagai PKL. Posisi
dan peran Jujun ini juga dimiliki oleh Tamiai (IKK Batang Merangin) dan Lempur
(KKK Gunung Raya).
Tabel II.4.1Sistem Perkotaan di Kabupaten Kerinci
No. Ibukota Kecamatan Hirarki Fungsi Fungsi Utama1. Batang Sangir PKL Simpul Transportasi
Perdagangan dan distribusi BarangLokal
Pusat Wisata Pegunungan Agroindustri Agroforestri
2. Sanggaran Agung PKL Pusat Pemerintahan Agroindustri Perdagangan dan Jasa Pusat Wisata Danau (perairan)
3. Siulak PKLp Ibukota Kabupaten Pusat Pemerintahan Perdagangan dan Jasa Pariwisata Perkebunan Agroforestry
4. Semurup PPK Simpul transportasi lokal Jasa pendukung pertanian, dan
peternakan. Pertanian lahan basah
5. Hiang PPK Simpul transportasi lokal Jasa pendukung pertanian dan
perkebunan. Pertanian lahan basah. Pendukung agropolitan
6. Jujun PPK Perikanan air tawar Pertanian lahan kering dan basah Jasa pendukung pertanian dan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -41
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
No. Ibukota Kecamatan Hirarki Fungsi Fungsi Utamaperikanan
7. Lempur PPK Pusat pengembangan energy panasbumi
Pertanian lahan kering Penunjang agropolitan Agroforestry
8. Tamiai PPK Pusat pengembangan energy alternatif Pertanian lahan kering agroforestry
9. Sungai Tutung PPL Pertanian lahan basah dan kering Agroforestri Pariwisata
10. Siulak Deras PPK Pengembangan pertambangan Agroforestry Pertanian lahan kering Jasa pendukung pertanian dan
perkebunan11. Pelompek PPL Penunjang Agropolitan
Agroforestry Pertanian Hortikultura
12. Koto Tuo PPL Pertanian lahan basah Peternakan
Sumber: Hasil Analisis
B. Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan
1. Jaringan Jalan Provinsi
Terdapat dua ruas jalan yang merupakan jalan provinsi yaitu :
a. Jaringan jalan yang menghubungkan PKL Bangko (ibukota Kabupaten Merangin) –
PKWp Sungai Penuh (Kota Sungai Penuh) – PKL Batang Sangir sepanjang 185.300
Km. Kondisi jalan saat ini perlu perbaikan pada beberapa ruas jalan terutama
antara Bangko dan Danau Kerinci, Semurup dan Siulak Deras.
Pusat-pusat perkotaan yang dihubungkan oleh jalan provinsi ini adalah :
• PPK Tamiai (IKK Batang Merangin)
• PKL Sanggaran Agung (IKK Danau Kerinci)
• PPK Hiang (IKK Sitinjau Laut)
• PPL Koto Tuo (IKK Depati VII)
• PPK Semurup (IKK Air Hangat)
• PKLp Siulak (IKK Siulak)
• PPK Siulak Deras (IKK Gunung Kerinci)
• PKL Batang sangir (IKK Kayu Aro)
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -42
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
• PPL Pelompek (IKK Gunung Tujuh)
b. Jaringan jalan yang menghubungkan PKWp Sungai Penuh (Kota Sungai Penuh)
dengan PPK Lempur (IKK Gunung Raya). Jalan ini melalui PPK Jujun (IKK Keliling
Danau) dan merupakan salah satu jalur wisata menuju obyek wisata Danau Kerinci.
2. Jaringan Jalan Kabupaten.
Selain jaringan jalan provinsi di atas, selebihnya adalah jalan kabupaten yang
secara status terdapat 220 ruas jalan dengan panjang total 937,45 Km yang
menghubungkan IKK ke tiap-tiap wilayah kecamatan.
3. Recana Pembangunan Jalan.
Berdasarkan data dari Dinas PU Binamarga Kabupaten Kerinci diketahui bahwa
terdapat pembangunan….ruas jalan di Kabupaten Kerinci, yaitu :
4. Sistem Jaringan Jalan; berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan
pengelompokan jalan adalah sebagai berikut :
a. Jalan Arteri Primer 1; yang menghubungkan PKN dengan PKN
b. Jalan Arteri primer 2; yang menghubungkan PKN dengan PKW
c. Jalan Kolektor 1; yang menghubungkan PKW dengan PKW
d. Jalan Kolektor 2; yang menghubungkan PKW dengan PKL
e. Jalan Lokal Primer 1; yang menghubungkan PKL dengan PKL
f. Jalan Lokal Primer 2; yang menghubungkan PKL dengan PPK
g. Jalan Lingkungan Primer; yang menghubungkan PPK dengan PPK, dan PPK
dengan PPL
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengembangan jaringan jalan di
Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut :
1. Jalan Kolektor 2 yang bersatus sebagai jalan provinsi menghubungkan
simpul-simpul
a. Tamiai (PPK) – Sanggaran Agung (PKL)
b. Sanggaran Agung (PKL) – Hiang (PPK)
c. Koto Tuo (PPL) – Semurup (PPK)
d. Semurup (PPK) – Siulak (PKLp)
e. Siulak (PKLp) – Siulak Deras (PPK)
f. Siulak Deras (PPK) – Batang Sangir (PKL)
g. Batang Sangir (PKL) – Pelompek (PPL)
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -43
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
h. Jujun (PPK) – Lempur (PPK)
2. Jalan Lokal Primer 2 berstatus sebagai jalan kabupaten adalah yang
menghubungkan simpul-simpul;
a. Semurup (PPK) – Hiang (PPK)
b. Jujun (PPK) – Sanggaran Agung (PKL)
5. Rencana Pengembangan Terminal
Dengan memperhatikan arah pengembangan wilayah Kabupaten Kerinci secara
linier mengikuti jaringan jalan, rencana struktur ruang, dan untuk mewujudkan
keseimbangan pembangunan wilayah maka rencana lokasi pengembangan terminal
angkutan penumpang untuk Kabupaten Kerinci adalah Terminal Tipe C untuk
Semurup dan Hiang (PPK).
6. Rencana Pengembangan Pelabuhan Udara
Kabupaten Kerinci memiliki Bandar udara yang merupakan bandara khusus yaitu
bandara Depati Parbo yang diorientasikan untuk navigasi, mitigasi bencana dan
pariwisata. Bandara ini terletak di Hiang (IKK Sitinjau Laut) dengan dimensi
runway 1.400 m x 30 m yang dapat dipergunakan untuk kegiatan pendaratan dan
lepas landas pesawat Fokker-50. Bandara Depati Parbo saat ini dalam tahap
penyelesaian pembangunan fasilitas sisi udara dan sisi daratnya, setelah diaktifkan
sejak tahun 2002.
Dilihat dari perkembangannya saat ini, potensi permintaan pelayanan angkutan
udara mengalami peningkatan sejalan dengan kegiatan pembangunan di
Kabupaten Kerinci, disamping kegiatan pemerintahan, potensi pariwisata sangat
dominan mempengaruhi pergerakan orang dan barang ke wilayah ini. Untuk itu
Pemerintah Kabupaten Kerinci berupaya mempercepat pelaksanaan pembangunan
Bandar udara Depati Parbo agar dapat menjadi salah satu prasarana pendukung
pembangunan di Kabupaten Kerinci.
7. Rencana Sistem Jaringan Listrik
Kebutuhan listrik untuk wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh saat ini
dilayani oleh PT. PLN (Persero) Cabang padang. Berdasarkan data pengusahaan
listrik PT/ PLN (Persero) Ranting Sungai Penuh tahun 2009 diketahui bahwa
Produksi listrik untuk Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh melalui PLTD Koto
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -44
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Lolo dan Sungai Penuh dengan daya terpasang sebesar 17.216 KW dan daya
mampu sebesar 11.848 KW.
Adapun jumlah pelanggan pada tahun 2009 adalah 40.031 pelanggan. Berdasarkan
proyeksi kebutuhan listrik untuk 20 tahun mendatang, diketahui sebesar 33.342,65
KW untuk konsumsi listrik rumah tangga, fasilitas umum sebesar 8.335.663 KW,
dan kebutuhan penerangan jalan sebesar 5.001.398 KW. Berdasarkan hal
perhitungan tersebut, akan terjadi defisit energi lsitrik sebesar 60% untuk tahun
2031. Untuk mengatasi masalah ini dimasa mendatang, telah direncanakan
pembangunan sumber pembangkit listrik alternatif yang paling potensial
diantaranya :
1. PLTA Merangin di Kecamatan Batang Merangin, dengan daya 2 x 90 MW;
2. PLTMH Telun Berasap dan PLTMH Gunung Tujuh di Kecamatan Gunung Tujuh,
yang masing-masing sebesar 8 MW dan 6,3 MW; dan
3. PLTP Talang Kemuning di Kecamatan Gunung Raya dengan daya sebesar 110
MW.
8. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Penyedia jasa telekomunikasi di Kabupaten Kerinci saat ini adalah PT. Telkom
yang kantor pelayanannya berlokasi di Kota Sungai Penuh yang memberikan
pelayanan telekomunikasi melalui Stasiun Telepon Otomatis (STO) dengan
kapasitas mencapai 5.000 SST. Pelayanan lainnya yang diberikan oleh PT. Telkom
adalah melalui jasa warung telekomunikasi sebanyak 200 SST.
Pengembangan fasilitas telekomunikasi saat ini tidak hanya terbatas pada telepon
rumah dan warung telekomunikasi saja, akan tetapi telah berkembang hingga
jangkauan telekomunikasi nirkabel seperti telepon genggam dan akses internet.
Saat ini telah beroperasi di Kabupaten Kerinci 4 provider telekumunikasi nirkabel
yaitu Telkomsel, Excelindo, Ceria dan Indosat. Total BTS yang telah terpasang di
Kabupaten Kerinci dan tersebar di seluruh kecamatan.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dimasa mendatang, perlu diupayakan
pendistribusian pelayanan telekomunikasi secara merata di dalam wilayah
Kabupaten Kerinci, khususnya internet. sebagai prioritas utama direncanakan
pembangunan kantor pelayanan di Ibukota Kabupaten Kerinci (Siulak), pemenuhan
kebutuhan telekomunikasi di kawasan perkotaan, dan selanjutnya memenuhi
kebutuhan di lokasi-lokasi strategis kabupaten, sehingga kebutuhan informasi bagi
masyarakat dapat terus terpenuhi.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -45
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
9. Rencana Pengembangan Sistem Sumberdaya Air
Sumberdaya air di kabupaten Kerinci secara umum dimanfaatkan untuk rumah
tangga, irigasi dan sumber energi (PLTA, PLTMH). Adapun rincian penggunaan
sumberdaya air tersebut diantaranya adalah :
1. Irigasi; daerah Irigasi di Kabupaten Kerinci sebanyak 234 DI yang terdiri dari
irigasi teknis sepanjang 1.613 meter dan Irigasi sederhan sepanjang 14.310
meter. Dimana seluruh irigasi tersebut mengairi areal persawahan seluas
19.062 Ha yang tersebar di setiap kecamatan dalam Kabupaten Kerinci;
2. PLTMH Lempur yang sumber airnya berada di Kecamatan Gunung Raya;
3. PDAM; terdapat 15 instalasi PAM yang terdapat di Kecamatan Kayu Aro,
Gunung Kerinci, Air Hangat, Sitinjau Laut, Keliling Danau, Danau Kerinci,
Gunung Raya dan Batang Merangin. Berdasarkan laporan dan data PDAM
Sungai Penuh diketahui bahwa pada tahun 2010 telah terjadi peningkatan
kapasitas produksi dari 356 Liter/detik menjadi 366 Liter/detik, dan
pertumbuhan jumlah sambungan 1.200 unit/tahun, telah terwujudnya
peningkatan cakupan pelayanan dari 54,35% menjadi 65,72% pada thaun 2010.
Dalam pemanfaatan sumberdaya air perlu dipertimbangkan dampak negatif yang
ditimbulkan muncul akibat kurang tepatnya pengendalian sumberdaya air
tersebut, misalnya bencana banjir dan menurunnya produktifitas pertanian. Untuk
itu pemanfaatan sumber daya air ke depan untuk Kabupaten Kerinci perlu
dilakukan:
1. Perbaikan dan peningkatan sistem dan bangunan irigasi yang ada, guna
menjamin ketersediaan pasokan air bagi pertanian sawah.
2. Pengembangan PAM pada kawasan perkotaan, terutama pada pusat-pusat
permukiman di seluruh kecamatan dengan sambungan PAM 80% dari total
jumlah KK pada tahun 2028 dan 20% melalui hidran umum.
3. Pembangunan bendungan untuk pengairan dan sekaligus untuk pengendalian
daya rusak air, terutama di di Kawasan Suoh dan pesisir.
4. Peningkatan kapasitas (debit) sumber daya air untuk pemulihan kinerja PLTA
Way Bessai melalui rehabilitasi kawasan tangkapan air hujan (hulu) yang
berada di wilayah Lampung Barat.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -46
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
10. Rencana Sistem Pengelolaan Sampah
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka volume sampah yang dihasilkan
juga turut meningkat. Untuk itu penanganan/pengelolaan terhadap sampah
memerlukan perhatian yang cukup besar, terutama dampak yang muncul apabila
tidak ditangani secara tepat terhadap kota itu sendiri. Secara garis besar
pengelolaan sampah dapat di rinci sebagai berikut :
1. Pengumpulan : sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ke tempat
pengumpulan sementara (TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/ tarik,
truk, motor gerobak;
2. Pengangkutan : dari TPS diangkat dengan truk menuju TPA;
3. Pembuangan akhir : sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke Tempat
Pengelolaan Akhir (TPA), di mana nantinya sampah-sampah organik akan di
olah menjadi kompos, briket dan gas metan (bahan bakar) serta bahan
bangunan.
Rencana pengelolaan sampah untuk wilayah Kabupaten Kerinci dibedakan menjadi
3 kawasan penanganan, yaitu kawasan Perkotaan dan kawasan perdesaan, dimana
untuk persampahan di wilayah perkotaan khususnya di pusat perdagangan
dilakukan proses/tahapan pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
Sedangkan di wilayah perdesaan pada umumnya dikelola sendiri oleh masyarakat
setempat dengan jalan pengumpulan, pembakaraan dan pemendaman dalam
tanah.
Untuk TPA di Kabupaten Kerinci yang berlokasi di Talang Kemulun untuk 20 tahun
mendatang arealnya masih mencukupi untuk menampung jumlah sampah yang
ditimbulkan di Kabupaten Kerinci. Namun untuk mengefesienkan pamanfaatan
areal TPA tersebut direncanakan pengolahan sampah, khususnya sampah organik
menjadi kompos, sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -47
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -48
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
2.4.2. Rencana Pola Ruang
A. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Kawasan Hutan Lindung
Berdasarkan 256/KPTS-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 luas hutan lindung di
Lampung Barat adalah : 81.702 Ha yang sebagian kecil berada di sebelah Selatan
TNBBS yang memanjang secara sporadis dari Barat Daya ke Tenggara dan sebagian
besar di bagian Utara, di kawasan pegunungan.
Hasil super impose dengan peta penggunaan lahan terbaru (2007), dapat
dikatakan bahwa sebagian besar kondisi hutan lindung berada dalam keadaan yang
rusak (70% menurut hasil studi WAC/Watala, 2006). Indikator lain dari kerusakan
hutan lindung ini adalah menurunnya debit air Way Bessai untuk PLTU Way Bessai
dan semakin luasnya cakupan areal banjir di kawasan Suoh. Selain menjadi tegalan,
semak belukar sebagian hutan lindung ditanami tanaman kopi (kebun). Sebaran dan
luasan Hutan Lindung di Lampung Barat adalah seperti yang diuraikan pada tabel di
bawah ini.
Berdasarkan hasil lokakarya, masukan dari Dinas Kehutanan dan Pertambangan
diperoleh informasi bahwa pada kawasan hutan lindung khususnya pada Kawasn
Bukit Rigis, No. Register 45B desa Sukapura, terdapat permukiman lama yang sudah
ada sebelum penetapan status kawasan hutan. Permukiman tersebut diusulkan
untuk dilepas/dikeluarkan (inclave) dari status hutan dengan luas 300 Ha.
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Seluruh kawasan TNBBS, Hutan Lindung dan kawasan dengan kelas lereng di
atas 40% merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya. TNBBS sebagai kawasan suaka alam dan hutan lindung dibahas
terpisah dengan kawasan yang mempunyai kelerengan di atas 40%. Kawasan dengan
kelerengan di atas 40% diluar dua kawasan di atas mencapai luas 52.662 Ha atau
10,64% dari total luas wilayah Lampung Barat. Fakta lapangan menggambarkan
bahwa sebagian kawasan ini berada dalam kondisi dengan bukaan vegetasi yang
cukup luas dan tanaman kopi.
Hasil super impose peta kelas lereng di atas 40% dengan peta rawan longsor
menunjukkan bahwa hampir seluruh kawasan tersebut merupakan kawasan rawan
longsor. Mengingat ancaman bencana alam di Lampung Barat tidak saja dari potensi
longsor namun juga rawan gempa, untuk menghidari bencana yang lebih besar serta
visi penataan ruang yang berbasis konservasi, seluruh kawasan yang berada pada
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -49
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
kelerengan di atas 40% seyogyanya harus dipulihkan melalui penanaman tanaman
yang bernilai ekonomi tinggi.
Rencana pengelolaan kawasan di atas 40% ini adalah dengan melakukan
reboisasi pada kawasan yang sudah kritis dengan pendekatan partisipasi masyarakat
lokal yang didukung oleh pemerintah dan lembaga peduli lingkungan lainnya
Kawasan Perlindungan Setempat
Diseluruh wilayah Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Barat merupakan
wilayah dengan daerah aliran sungai (DAS) terbanyak. Terdapat 60 sungai besar
yang sebagian besar bermuara ke Samudera Hindia dan lainnya ke Laut Cina dan
melintasi sebagian besar wilayah Provinsi Lampung. Artinya sebagian besar
kebutuhan air baku Provinsi Lampung sangat tergantung dari keberadaan kawasan
lindung di wilayah Lampung Barat. Pada sisi lain keseimbangan neraca air dan
kualitas iklim regional, khususnya di wilayah Provinsi Lampung sangat tergantung
dari keberadaan TNBBS dan hutan lindung di Lampung Barat.
Hal penting lain terkait dengan kawasan lindung ini, adalah keberlanjutan dari
luas dan produktivitas pertanian sawah, rencana pembangunan PLTU Suoh,
keberlanjutan dari pemanfaatan aliran sungai (debit) untuk PLTHM serta
pengendalian banjir. Diantara upaya yang dapat dilakukan untuk memulihkan
kawasan lindung setempat adalah dengan menetapkan garis sempadan sungai (GSS),
garis sempadan danau (Danau Ranau), catchment area (kawasan sekitar mata air
dan hulu sungai) dan garis sempada pantai.
Mengacu pada ketetapan sempadan yang sudah ditetapkan melalui Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 2008 bahwa lebar sempadan adalah sebagai berikut :
1. Sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria :
a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus)
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat;
b. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi
fisik pantai.
2. Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria :
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5
(lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -50
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi
sungai;
c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai.
3. Kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan dengan kriteria :
a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus)
meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi;
b. Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional
terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kawasan lindung setempat meliputi :
1. Sempadan pantai (100 meter) sepanjang 210 Km
2. Sempadan danau selebar 50-100 meter disesuaikan dengan kondisi sempadan
saat ini
3. Sempadan sungai, terutama sungai-sungai besar (60 sungai) selebar 50-100
meter.
Kawasan Suaka Alam (TNBBS dan CAL)
Di Lampung Barat terdapat 2 kawasan suaka alam, yaitu Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan (280.851 Ha) dan Cagar Alam Laut (17.281 Ha). Kawasan Bukit
Barisan Selatan ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui Surat Pernyataan
Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 seluas 356.800
Ha. Wilayah dan batas kawasan TNBBS tidak pernah berubah sejak ditetapkan pada
tahun 1935 sebagai Suaka Margasatwa melalui Besluit Ban der Gauvemeur General
van Nederlandsch Indie No. 48 stbl. 1935 dengan nama Sumatera Selatan I (SS I).
berdasarkan SK Menhut No. 71/Kpts- II/1990 tanggal 15 Fepbruari 1990 ditetapkan
pula Cagar Alam Laut (CAL) Bukit Barisan Selatan seluas ± 21.600 Ha yang
terintegrasi dalam pengelolaan TNBBS Juli 2004 beserta 2 Taman Nasional lain (TN
Gunung Leuser dan TN Kerinci Seblat) ditetapkan sebagai Cluster Natural World
Heritage Site dengan nama The Tropical Rainforest Heritage of Sumatera. Juli 2007
menjadi TN Model melalui SK Dirjen PHKA No. 69/IVSet/ HO/2006 dan menjadi Balai
Besar TN berdasarkan Permenhut No. P03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -51
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Kedua kawasan yang menjadi ciri khas dari Lampung Barat berada dalam
kondisi yang rusak. Berdasarkan hasil penelitian World Agroforestry Center-Asia
Tenggara (2006) 70% dari TNBBS mengalami alih fungsi dan rusak. Sedangkan pada
laporan Renstra Kawasan Pesisir Provinsi Lampung diperoleh informasi bahwa telah
terjadi degradasi habitat wilayah pesisir yang diakibatkan oleh penangkapan ikan
dengan pengeboman, potas, mini trawl, kendati kerusakannya tidaklah begitu parah
dibanding TNBBS.
Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Rawan Bencana Tsunami; Terkait erat dengan kejadian gempabumi,
maka di wilayah Kabupaten Lampung Barat juga berpotensi terjadi tsunami
apabilagempa diikuti oleh perpindahan material di bawah laut akibat longsoran
ataupun akibat goncangan (shaking) gempa sendiri.
Sistem palung yang memanjang sejajar Pulau Sumatera di Samudera Indonesia
yang terletak di sebelah barat-barat daya wilayah Kabupaten Lampung Barat
merupakan zona lemah yang berpotensi adanya runtuhan material di dasar laut.
Apabila terjadi perpindahan/longsoran material di palung atau sistem patahan yang
sejajar dengan palung di Samudera Indonesia akibat proses tektonik, maka terdapat
kemungkinan akan terjadi gelombang tsunami yang mengarah kurang lebih ke arah
timur laut atau barat daya.
Sebagian besar kawasan rawan bencana tsunami terletak pada bagian Pantai
Barat sebelah Selatan. Hampir semua desa yang berada di kawasan pesisir potensial
terkena bencana tsunami, terutama desa tepi pantai mulai dari Kecamatan
Bengkunat, Pesisir Selatan, Pesisir Tengah, Karya Penggawa, Pesisir Utara sampai
Kecamatan Lemong. Hanya saja di bagian Utara kawasan potensial terkena tsunami
lebih kecil dibanding bagian Selatan, karena di bagian Selatan pantainya lebih
landai.
Klasifikasi zona rawan bencana tsunami :
• Zona Kerawanan tinggi, wilayah dengan jarak garis pantai 50 m, sepanjang
pantai dengan ketinggian kontur kurang dari 10 m dpl.
• Zona Kerawanan menengah yaitu daerah sepanjang pantai dengan kontur
ketinggian 10 – 15 m dpl, dengan kemiringan lereng cukup terjal.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -52
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
• Zona kerawanan rendah yaitu wilayah sepanjang pantai dengan ketinggian 15 –
30m dpl, dengan morfologi curam dan relief tinggi atau berbukit, dan daerah
ini dapat dimanfaatkan untuk evakuasi dan lokasi pengungsian.
Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi; Berdasarkan Peta Seismotektonik
Indonesia, secara regional Wilayah Kabupaten Lampung Barat terletak pada Zona
Sumber Gempabumi Samudera Indonesia. Lajur penunjaman (Palung Samudera
Indonesia) yang terletak di sebelah barat wilayah Lampung Barat menjadikan
wilayah ini rawan bencana gempabumi. Analisis regional menunjukkan kemungkinan
akumulasi energi yang terjadi pada jalur penunjaman dapat menjadi pemicu
terjadinya gempa bumi akibat pelepasan energi akumulatif tersebut. Selanjutnya
energi ini akan merambat lebih cepat melalui patahan-patahan yang terletak pada
satu system dengan episentrum.
Pola struktur di wilayah Kabupaten Lampung Barat yang berarah tenggara-
baratlaut dan timurlaut-baratdaya sangat berpotensi menjadi zona lemah. Untuk itu
zona sepanjang patahan-patahan dalam sistem ini harus diwaspadai sebagai daerah
bahaya gempabumi merusak. Kondisi geologi wilayah Kabupaten Lampung Barat
merupakan salahsatu variabel utama dalam menentukan tingkat kerawanan bencana
di wilayah ini. Sistem patahan dan kondisi litologi merupakan media yang mampu
menghantarkan gelombang gempa ke wilayah-wilayah di sekitar titik episentrum.
Daerah-daerah yang harus diwaspadai terkait dengan bencana gempa bumi
adalah daerah-daerah pada sisten patahan terutama pada daerah yang ditutupi oleh
batuan yang bersifat lepas (unconsolidated), yang pada umumnya berumur Kuarter.
Secara historis gempa-gempa yang terjadi di wilayah Kabupaten Lampung Barat
merupakan gempa dangkal (dengan hiposenter 0-90 kilometer) dengan kekuatan 5
dan 6. Pusat-pusat gempa berada pada arah barat dan barat daya wilayah
Kabupaten Lampung Barat. Sejarah terjadinya gempa bumi menunjukkan bahwa
wilayah ini termasuk wilayah gempabumi yang merusak (Wilayah /Samudera
Indonesia). Peta Seismotektonik Indonesia (Kertapati,drr,1992) memperlihatkan
adanya konsentrasi kegempaan yang cukup tinggi di ujung Selat Semangko.
Konsentrasi kegempaan yang cukup tinggi juga terdapat berkaitan dengan adanya
Sistem Patahan Mentawai.Gempa dengan kedalaman 90-150 kilometer menjadi ciri
khas kegempaan di daerah Sumatera Bagian Selatan. Gempa-gempa ini sering
terjadi berkaitan dengan zona penunjaman di barat daya Pulau Sumatera saat ini.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -53
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Beberapa wilayah yang merupakan daerah resiko gempabumi di Kabupaten
Lampung Barat antara lain :
1. Daerah di sekitar zona patahan, seperti di sepanjang Sesar Semangko dari Teluk
Karang berak sampai Liwa,
2. Daerah pada sebaran litologi berupa aluvial dan batuan berumur Kuarter,
3. Daerah pemukiman padat penduduk,
4. Daerah dengan bangunan-bangunan semi permanen ataupun bangunan yang
tidak tahan gempa,
Kawasan Rawan Bencana Longsor; Tanah longsor adalah perpindahan material
pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang
bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan
tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris
avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan
rembesan (seepage) merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada
lereng alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara penggalian atau
penimbunan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup
dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat
dibedakan sebagai faktor alami dan manusia. Kondisi alam yang menjadi factor
utama terjadinya longsor antara lain :
- Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu
lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung api.
- Iklim : curah hujan yang tinggi.
- Keadaan topografi : lereng yang curam.
- Keadaan tata air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi
dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
- Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
Gejala umum terjadinya tanah longsor :
Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing;
Biasanya terjadi setelah hujan;
Munculnya mata air baru secara tiba-tiba;
Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -54
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Dari seluruh kecamatan yang ada hanya Kecamatan Ngambur, Bengkunat dan
Gedung Surian saja yang relatif tidak terdapat kawasan rawan longsor. Total desa
yang potensial terkena bahaya longsor adalah 153 desa di 14 kecamatan. Artinya
hampir 80% dari luas kawasan Kabupaten Lampung Barat merupakan kawasan rawan
longsor.
Kawasan Rawan Banjir; Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi dan di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang
terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal
penampung banjir buatan tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga
meluap. Kemampuan/daya tampung system pengaliran air berkurang akibat
sedimentasi, maupun penyempitan sungai akibat fenomena alam dan manusia.
Secara umum pada sebuah system aliran sungai yang memiliki tingkat kemiringan
(gradien) sungai yang relative tinggi (lebih dari 30%) apabila di bagian hulunya
terjadi hujan yang cukup lebat, maka potensi terjadinya banjir bandang relatif
tinggi.
Tingkat kemiringan sungai yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai factor
“bakat” atau bawaan. Sedangkan curah hujan adalah salah satu factor pemicu.
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga
menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke
dalam sistem pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas
pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang
menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air
lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas
meningkatnya debit banjir.
Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga
tingkat resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan
yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran permukaan yang langsung masuk
kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan
banjir.
Perilaku manusia yang menimbulkan bencana banjir diantaranya kegiatan
pembalakan kayu secara ilegal, proyek-proyek pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan, perkebunan kopi skala besar, HPH, HTI, dan IPK yang tidak direncanakan
dengan baik telah menyebabkan terjadinya banjir. Akibatnya, beberapa DAS di
Lampung Barat kondisinya semakin kritis, sehingga di musim hujan sering
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -55
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
menimbulkan banjir dan kekeringan di musim kemarau. Kendati demikian luasan
kawasan banjir di Lampung Barat tidaklah terlalu besar.
Kawasan rawan banjir di Lampung Barat sebagian besar terdapat di Suoh dan
Pesisir Selatan. Penyebab utama dari banjir pada kawasan tersebut adalah karena
kerusakan kawasan tangkapan air, sehingga terjadi surface run off (limpasan) yang
tinggi sehingga badan sungai tidak mampu menampung limpasan dan menggenang
pada wilayah cekungan/datar. Meskipun demikian untuk kawasan banjir Suoh juga
disebabkan karena daerah cekungan yang cukup luas, sehingga pada saat musim
hujan juga terjadi genangan (banjir) yang luas. Secara kesluruhan desa-desa yang
potensial terkena bahaya banjir adalah di Pesisir Tengah dan Bengkunat.
Kawasan Lindung Lainnya; pada kawasan TNBBS terdapat habitat binatang langka
yang dilindungi yaitu Badak, Harimau Sumatera dan Gajah. Habitat terluas ketiga
jenis binatang ini terdapat di Bengkunat. Sesuai RDTR yang disusun bersama WWF
diusulkan untuk mengembangkan kawasan lindung khusus habitat yang didalamnya
dikembangkan kawasan rehabilitasi habitat dengan total luas 9.338 Ha.
B. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Lampung Barat mempunyai HPT seluas 33.358 Ha yang saat ini tidak seluruhnya
produktif dan sebagian mengalami kerusakan. Untuk itu akan dilakukan pemulihan
dan pemanfaatan HPT melalui dua program hutan tanaman yaitu Hutan Tanaman
Rakyat dan Hutan Desa. Dinas Kehutanan dan PSDA Lampung Barat bermaksud akan
mengembangkan kedua program terebut, dengan prioritas utama program HTR pada
HPT yang ada seluas 5.000 Ha dalam beberapa tahun kedepan. Tahap pertama
direncanakan akan dikembangkan di Kecamatan Bengkunat sesuai dengan RDTR
Kecamatan Bangkunat. Pada RDTR tersebut direncanakan pengembangan HTR dan
HKm seluas 16.084 Ha. Secara bertahap akan dikembangkan sesuai kemampuan
pada HPT yang secara status hutan mempunyai luas lebih dari 33.358 Ha.
Kawasan Hutan Rakyat
Salah satu primadona hasil hutan rakyat Lampung Barat adalah hutan damar
yang dalam bahasa setempat dikenal dengan Repong Damar. Produksi Damar, rata-
rata tiap tahunnya menghasilkan Rp. 60 Milyar. Hanya saja sampai saat ini belum
dilakukan pendataan dan pengukuran luas dan sebaran Repong Damar secara detil.
Umumnya Repong Damar tersebar di sepanjang tepi barat Bukit Barisan (TNBBS)
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -56
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut. Perkiraan sementara luas Repong
adalah 17.500 Ha (paparan Bupati pada penerimaan penghargaan PU, November
2008). Agar terdapat kepastian hukum bagi masyarakat pengelola Repong Damar
serta kepastian untuk menyusun
Kawasan Pertanian
Pertanian Lahan Basah; Berdasarkan data irigasi luas pertanian padi sawah adalah
18.593,93 Ha. Namun tidak semua daerah irigasi berada dalam kondisi yang baik,
sehingga tidak seluruhnya produktif. Bila diambil kondisi Daerah Irigasi (DI) yang
baik dan sedang, maka luasnya menjadi 16.112, 7 Ha. Sedangkan bila mengacu pada
data BPS (Lampung Barat Dalam Angka 2007) luas kawasan pertanian padi sawah
adalah 33.328 Ha dan padi ladang 1.831 Ha atau total luas 35.159 Ha dengan total
produksi 150.409 ton (rata-rata produksi 4,2 ton/ha). Dengan asumsi bahwa setiap
keluarga mengkonsumsi beras 139,5 Kg/KK/tahun dan konversi produksi padi (gabah
kering) ke beras adalah 63,2% (Anjak, Litbang Deptan, 2006), maka kebutuhan
lahan untuk padi sawah di Lampung Barat bagi 710.370 penduduk (142.074 KK) pada
tahun 2029 adalah 134.153 Ha (31.359 ton). Dengan demikian luas lahan pertanian
sawah yang ada masih memadai sehingga tetap dipertahankan.
Pertanian Lahan Kering; dalam ilmu pertanian jenis pertanian ini dikenal dengan
pertanian tanpa genangan atau unirrigated land, seperti tanaman palawija,
kacangkacangan, jagung dan lain-lain (Tejoyuwono, 1989). Secara eksisting jenis
tanaman pertanian lahan kering yang bertumbuh di Lampung Barat adalah jagung,
ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang hijau dan kacang tanah. Jenis pertanian
lahan kering ini dikembangkan pada lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta
kesesuaian lahan maupun fakta lapangan. Kegiatan ini diarahkan untuk
diintensifkan di kecamatan Sukau dan ditunjang oleh Balik Bukit, sebagian kecil di
Way Tenong. Lokasi lain adalah Suoh dan Bengkunat. Mengingat letak geografis
kecamatan-kecamatan di atas, maka Sukau lebih diarahkan sebagai sentra produksi
pertanian lahan kering skala kabupaten, sedangkan Suoh untuk pemenuhan sendiri
dan Bengkunat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penduduk di kawasan pesisir
bagian selatan (kecamatan pemekaran; Ngambur, Bengkunat & Bengkunat
Belimbing).
Pertanian Hortikultura; ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman
lahan kering yang bernilai ekonomi tinggi (Tejoyuwono, 1989), seperti sayur-
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -57
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
sayuran. Komoditas pertanian hortikultura yang terdapat di Lampung Barat adalah
kembang kol, kentang, kubis, wortel, labu siam, bawang daun, sawi, buncis dan
cabe. Sebagian besar jenis komoditas ini dikembangkan di Sukau, Belalau, Sekincau
dan Way Tenong. Mengingat karakteristik wilayah dan penduduk serta kesesuaian
lahan yang ada, maka ke empat kawasan ini diarahkan sebagai kawasan
pengembangan pertanian hortkultura dengan kawasan inti Kecamatan Sekincau.
Kawasan Perkebunan
Berdasarkan potensi (luas) komoditas perkebunan yang dikembangkan di
Lampung Barat terdapat 4 jenis komoditas yang mempunyai areal tanam yang paling
luas, yaitu Kopi (Robusta) seluas 38.419 Ha, sawit (28.739 Ha), Lada (3.725 Ha) dan
Kelapa Dalam (2.913 Ha). Mengingat kondisi perkebunan sawit yang terdapat di
Bengkunat (17.807 Ha) sudah tidak bergitu produktif serta tidak bersesuaian dengan
kebijakan Lampung Barat sebagai kabupaten konservasi, maka perkebunan sawit
tidak menjadi prioritas untuk dikembangkan. Oleh karena itu untuk tanaman
perkebunan yang sebaiknya dikembangkan adalah kopi, lada dan kelapa dalam.
Kopi; sesuai data yang tersedia, total luas perkebunan kopi (robusta) di
Lampung Barat
adalah 38.419 Ha dengan areal terluas di Sekincau (9.268 Ha), diikuti Way
Tenong (6.459 Ha) dan Belalau (6.093 Ha). Sesuai dengan kebijakan Pemerintah
Kabupaten Lampung Barat, bahwa perlu dikembangkan kawasan agropolitan dengan
komoditas inti kopi di Kecamatan Way Tenong dan sekitarnya. Dalam hal ini
direkomendasikan untuk mengembangkan kawasan agropolitan yang meliputi
kecamatan Sekincau, Sukau, Belalau dan Way Tenong. Mencermati hasil kajian
dalam penyusunan rencana terminal agribisnis, kawasan yang potensial
dikembangkan sebagai kawasan perkebunan kopi dilihat dari kesesuaian lahan
pertanian adalah kecamatan Belalu dan Sumber Jaya.
Lada; merupakan salah satu produksi khas Lampung Barat dengan total luas
lahan tahun 2007 sebesar 2.913 Ha. Sebagian besar perkebunan lada dikembangkan
di Bengkunat (885 Ha), Belalau (668 Ha), Way Tenong (653 Ha) dan Lemong (625
Ha). Dalam kerangka pengembangan wilayah yang berimbang dan memberikan fokus
kegiatan ekonomi secara spasial, sebaiknya Bengkunat dan Lemong diarahkan
sebagai sentra lada kabupaten. Adapun posisi Belalau dan Way Tenong dapat saja
sebagai penunjang produksi.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -58
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Kelapa Dalam; Komoditas perkebunan peringkat ketiga di Lampung Barat
adalah Kelapa Dalam yang sampai saat ini diolah menjadi kopra. Kawasan dengan
cakupana real produksi terluas terdapat di sepanjang kawasan pesisir terutama di
kecamatan Pesisir Selatan (864 Ha) diikuti Bengkunat (663 Ha), Pesisir Utara (333
Ha). Kecamatan lainnya dipesisir rata-rata mempunyai luas lahan perkebunan
kelapa dalam sebesar 200 Ha. Pesisir Selatan berpotensi untuk dijadikan sebagai
sentra pengembangan kelapa dalam.
Kawasan Perikanan
Perikanan Tangkap, Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999
pasal 3, bahwa wilayah provinsi, sebagaimana yang dimaksud pasal 2 ayat 1, terdiri
ataswilayah
darat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah
laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Sesuai dengan undang-undang
tersebut maka batas wilayah laut termasuk kawasan perikanan tangkap yang
pengelolaannya menjadi wewenang provinsi adalah sejauh 12 mil. Perairan pesisir
untuk kegiatan perikanan tangkap dengan bagan, bubu atau perahu < 10 GT
penekanan pada kegiatan penangkapan udang, ikan pelagis dan ikan laut lainnya
skala kecil pada jalur penangkapan 0 – 4 mil dari garis pantai. Perairan pesisir untuk
kegiatan perikanan tangkap komersil untuk perahu/kapal ikan 10 – 30 GT penekanan
pada kegiatan penangkapan udang, ikan pelagis dan ikan laut lainnya skala komersil
pada jalur penangkapan > 4 mil dari garis pantai. Lampung Barat mempunyai 210
km panjang pantai dengan 3 pelabuhan ikan, yaitu di Bengkunat, Krui dan Lemong.
Namun hasil perikanan tangkap belum begitu optimal. Hal ini dapat dilihat dari
aktivitas yang terjadi di 3 pelabuhan perikanan ini, dimana hanya pelabuhan Krui
yang terlihat kegiatan nelayan dan tempat penjualan/lelang ikan yang cukup intens.
Berdasarkan data umum yang diperoleh (Lampung Barat Dalam Angka, 2007)
diketahui bahwa jumlah nelayan adalah 1.603 orang dengan produksi ikan tangkap
tidak lebih dari 9.000 ton/tahun. Artinya dengan luas 1,3 juta Ha hanya dihasilkan
9.000 ton/tahun terlihat bahwa nilai produksi kelautan Lampung Barat belum
terolah secara optimal. Saat ini potensi kawasan pesisir (laut) yang perlu dikelola
dengan baik adalah Cagar Alam Laut (17.281 Ha) sebagai taman wisata alam laut,
kawasan surfing di Tanjung Setia (kelas dunia), areal diving di Lemong dan
Belimbing, dan selebihnya adalah kawasan ikan tangkap sampai batas 4 mil dari
pantai (kewenangan kabupaten; 1,3 juta Ha). Secara lebih detil rencana
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -59
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
pengelolaan kawasan laut dan pesisir didetailkan pada rencana pengelolaan zonasi
kawasan pesisir pada studi yang berbeda.
Budidaya Perikanan, Perikanan budidaya dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga), yaitu budidaya laut, budidaya tambak dan budidaya air tawar. Kriteria untuk
kawasan pengembangan budidaya air tawar dan tambak adalah sebagai berikut :
• Kelerengan lahan < 8 %
• Persediaan air cukup
• Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri.
• Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya perikanan).
Kriteria untuk kawasan pengembangan budidaya laut adalah
• Terlindung dari gelombang dan angin. Menghindari terjadinya kerusakan pada
kegiatan atau usaha budidaya yang berasal dari gelombang dan arus yang besar.
• Jauh dari permukiman dan industri. Limbah atau pencemaran yang berasal dari
rumah tangga dan industri dapat mengakibatkan kerusakan perairan dan
kegagalan usaha budidaya.
• Jauh dari muara sungai. Muara sungai juga sangat mempengaruhi budidaya laut
dengan adanya proses sedimentasi akibat aktifitas di daerah atas ( Upland )
seperti penebangan hutan, pertanian, permukiman dan industri yang dekat
bantaran sungai. Kondisi ini menjadi kompleksi karena daerah muara sungai
secara oseanografi sangat dipengaruhi oleh air laut. Akibatnya, kondisi
perairan, biota dan ekosistemnya memiliki karakteristik yang khas. Dengan
demikian kegiatan budidaya laut tidak mungkin dilakukan di daerah ini.
• Jauh dari kawasan ekosistem penting laut, seperti terumbu karang, mangrove
dan padang lamun.
• Kualitas air baik. Kualitas ini mengidikasikan kelayakan kondisi perairan yang
dapat dijadikan lokasi budidaya laut. Kelayakan kondisi perairan ini dapat
diukur dari parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter Fisika ; Kecerahan;
parameter kimia : Disolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD),
kandungan organik (organic matter), Biolocal Oxygen Demand (BOD),
kandungan klorofil dan parameter biologi : plankton.
Budidaya perikanan di Lampung Barat belum terkelola secara optimal, dimana
per tahunnya hanya menghasilkan sedikit di atas 1.000 ton. Produksi sebesar ini
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -60
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
dihasilkan oleh 6.342 petani ikan kolam yang sebagian besar bergiat di Kecamatan
Suoh, Batu Brak dan Balik Bukit. Memperhatikan luas lahan dan ketersediaan air
dengan puluhan sungai yang ada, diperlukan adanya terobosan baru agar budidaya
perikanan kolam, sungai dan danau lebih ditingkatkan. Namun untuk pengembangan
budidaya perikanan darat di danau dan sungai sebaiknya dihindari penggunaan
jaring apung/karamba. Pengalaman pada beberapa danau/waduk menunjukkan
bahwa pencemaran danau/sungai dari pakan ikan membawa dampak buruk bahkan
terhadap hasil produksi ikan itu sendiri.
Dengan demikian sangat disarankan agar budidaya perikanan dikembangkan
dalam bentuk kolam. Berkenaan dengan pengembangan terkini dari budidaya
perikanan kolam, pendekatan minapolitan perlu dilakukan terutama di kawasan
pertanian lahan basah (minapadi). Mengingat keterbatasan lahan untuk
pengembangan usaha tani yang berbasis lahan (ekstensif), maka pengembangan
kolam ikan bernilai ekonomi tinggi perlu ditumbuhkan pada kawasan-kawasan yang
selama ini sudah menjadi sentra budidaya ikan.
Kawasan Pengolahan Ikan; pengolahan ikan atau industri perikanan (added value)
terhadap hasil tangkapan/budidaya ikan masih berlum berkembang di Lampung
Barat. Mengingat potensi perikanan tangkap/budidaya yang sangat besar (terutama
laut), serta perlunya transformasi struktur ekonomi masyarakat yang berbasis non
lahan, maka usaha pengeolahan ikan merupakan salah satu tumpuan peningkatan
perekonomian masyarakat Lampung Barat terutama di kawasan pesisir. Lemong,
Bengkunat dan Krui dapat dijadikan sentra pengolahan ikan laut dengan pusat
pengeolahan di Bengkunat. Pertimbangan Bengkunat sebagai pusat pengolahan
terkait dengan rencana pembangunan Pelabuhan Nasional di Teluk Bengkunat.
Sedangkan pengolahan ikan budidaya dapat dikembangkan di Way Tenong sebagai
pusat agropolitan.
Kawasan Pertambangan
Dalam mengelola usaha pertambangan, pemerintah menetapkan wilayah
pertambangan (WP), yang terdiri dari wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah
pertambangan rakyat (WPR) dan wilayah pencadangan negara (WPN).
Wilayah usaha pertambangan (WUP), adalah bagian dari wilayah pertambangan
(WP) yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -61
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
geologi. WUP ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui koordinasi dengan
pemerintah provinsi.
Wilayah pertambangan rakyat (WPR), adalah bagian dari wilayah pertambangan
(WP) tempat dilakukannya usaha pertambangan rakyat. WPR ditetapkan oleh
bupati/walikota, sesuai pasal 21, UU nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan. Kriteria untuk menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR)
adalah :
a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di
antara tepi dan tepi sungai;
b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman
maksimal 25 (dua puluh lima) meter;
c. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;
d. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua puluh lima)
hektare;
e. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau
f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah
dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.
• Wilayah pencadangan negara (WPN), adalah bagian dari wilayah pertambangan
(WP) yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Penetapan
wilayah pencadangan negara (WPN) dilakukan oleh pemerintah pusat dengan
tetap memperhatikan aspirasi daerah sebagai daerah yang dicadangkan untuk
komoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan
ekosistem dan lingkungan. WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu
dapat diusahakan sebagian luasnya, sedangkan WPN yang ditetapkan untuk
konservasi ditentukan batasan waktunya. WPN yang diusakan sebagaian luasnya
statusnya berubah menjadi wilayah usaha pertambangan khusus (WUPK).
Perubahan status WPN menjadi WPUK dapat dilakukan dengan pertimbangan
sebagai berikut :
a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri;
b. Sumber devisa negara;
c. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana;
d. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi;
e. Daya dukung lingkungan; dan/atau
f. Penggunaan teknologi tinggi dan modal investasi yang besar.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -62
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Hampir semua wilayah administrasi merupakan rencana usaha pertambangan,
karena 17 dari 19 wilayah administrasi kabupaten/kota mempunyai bahan
pertambangan yang berpotensi untuk dieksploitasi.
Bahan Galian Strategis; yang termasuk kategori bahan galian strategis adalah emas,
pasir besi dan bijih besi. Belum diperoleh data rinci tentang deposit emas yang
terdapat di Way Rilau (Bengkunat), tapi diperkirakan tersebar pada kisaran 1.000
Ha. Deposit pasir besi dan bijih besi masing-masing diperikirakan 3,4 juta ton dan
600.000 ton. Sebagian besar pasir besi terdapat di sepanjang pantai barat mulai
dari Pesisir Selatan sampai Lemong dan Bijih besi terdapat di Kecamatan Belalau
(Desa Atar Bawang). Pemanfaatan bahan strategis ini akan membuka lapangan kerja
dan penghasilan yang signifikan bagi masyarakat sekitar, terutama pertambangan
emas. Sebagian besar pasir besi terdapat di sepanjang pantai barat Lampung Barat.
Selama lokasi bahan galian berada diluar sempadan pantai dan bukan sendun, serta
memenuhi persyaratan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, tentu hal
ini perlu dikembangkan lebih lanjut dengan tetap memperhatikan lingkungan
sekitar.
Bahan Galian Vital; yang termasuk kategori bahan galian vital adalah perlit,
granodiorit, obsidian, kaolin, batu gamping, lempung dan pasir kuarsa. Jenis batuan
ini umumnya digunakan sebagai bahan dasar untuk industri. Perlit dijumpai di Batu
Brak dengan perkiraan deposit sebesar 3,9 juta ton, granodiorit terdapat di Balik
Bukit dan Suoh dengan potensi 680.000 ton, obsidian ditemui di Balik Bukit, Belalau
dan Suoh dengan perkiraan deposit mencapai 1,6 juta ton, kaolin banyak dijumpai
di Sumber Jaya dengan potensi lebih dari 625.000 ton. Batu gamping dan Kuarsa
(Silika) dijumpai di Lemong dan Diatomea di Belalau. Artinya Lampung Barat
mempunyai potensi bahan galian vital yang tersebar merata di seluruh kecamatan.
Bahan galian ini dapat saja dikelola (eksploitasi) dengan prioritas yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi dan tidak merusak lingkungan.
Bahan Galian Konstruksi; merupakan jenis batuan yang kuat dan umum digunakan
sebagai bahan dasar bangunan (konstruksi), seperti basalt (8,8 juta ton), batu
apung (1,4 juta ton), pasir batu (1,2 juta ton) dan batu tembakak. Basalt dan Batu
Apung banyak terdapat di kawasan perbukitan seperti Belalau, Sumber Jaya dan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -63
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Balik Bukit. Sedangkan pasir batu (sirtu) umumnya terdapat pada wilayah hilir
sungai, seperti Way
Krui, Lemong, Ratu Ngaras dan Bandar Agung. Pemanfaatan bahan galian sudah
pasti akan membawa dampak lingkungan. Oleh karena itu pemanfaatannya
sebaiknya dibatasi untuk kebutuhan lokal sehingga tidak dieksploitasi secara
berlebihan.
Bahan Galian Sumber Energi; di Kabupaten Lampung Barat terdapat dua jenis
bahan galian sumber energi yaitu batu bara dan panas bumi. Batu bara terdapat di
Kecamatan Batu Brak ( Ha) dan Sukau (3 Ha) dengan total deposit diperkirakan
260.000 ton. Sedangkan panas bumi terdapat di Suoh, Sumber Jaya dan Sukau.
Namun potensi yang paling besar adalah di Suoh yang diperkirakan dapat
menghasilkan listrik sebesar 430 MW. Kedua jenis bahan galian sumber energi ini
dapat saja dimanfaatkan, namun jauh lebih penting untuk memprioritaskan
pemanfaatan panas bumi yang terdapat di Suoh. Pemanfaatan panas bumi sebagai
sumber energi terbarui (alternatif) dapat menjadi solusi sumber daya litrik yang ada
saat ini terbatas serta mendukung kebijakan Pemerintah Lampung Barat sebagai
Kabupaten Konservasi.
Kawasan Industri
Di Lampung Barat tidak terdapat industri berat ataupun industri sedang, hanya ada
indusri kecil dengan jumlah yang juga tidak terlalu banyak yaitu 215 unit industri
makanan dan 174 unit industri lainnya. Mengingat semakin terbatasnya luas lahan
untuk kegiatan usaha pertanian serta perlunya peningkatan SDM masyarakat, maka
kegiatan industry yang berbasis agro perlu didorong pertumbuhannya. Oleh karena
itu industri pengolahan hasil agro, perikanan dan kelautan perlu mendapat prioritas
utama dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Agroindustri sebaiknya
dikembangkan di sekitar Sukau sampai Sumber Jaya dan pengolahan ikan laut di
Krui-Bengkunat.
Kawasan Pariwisata
Menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan
kepariwisataan dilakukan melalui pengembangan industri pariwisata, destinasi
pariwisata, pemasaran dan kelembagaan pariwisata. Upaya pengembangan
kepariwisataan di Kabupaten Lampung Barat ini juga tetap dikaitkan dengan daerah
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -64
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
tujuan wisata (destinasi) nasional yakni: Jakarta, Jogja, dan Bali sebagai satu
kesatuan destinasi wisata nasional sekaligus untuk menarik minat pengunjung,
ditujukan terhadap wisatawan nusantara maupun mancanegara. Daerah tujuan
pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis
yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat
daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Pariwisata Budaya; Wisata budaya dalam bentuk situs banyak terdapat di Balik
Bukit, Belalau, Batu Brak dan Pesisir Utara. Balik Bukit sebagai ibukota
pemerintahan dapat dijadikan pusat wisata budaya dan selanjutnya disiapkan paket
wisata budaya ke Batu Brak dan Belalau. Sementara itu untuk wisata Pesisir Utara
dapat digabung dengan paket wisata bahari. Wisata budaya yang bersifat sejarah
(situs) tentunya perlu diperkaya dengan atraksi budaya yang dipusatkan di Liwa
(Balik Bukit).
Pariwisata Alam; jenis wisata ini merupakan andalan dari Lampung Barat, salah
satunya yang sudah mendunia adalah gelombang laut di Pantai Barat yang
dimanfaatkan oleh peselancar dunia untuk surfing. Terdapat 2 titik surfing yang
atraktif, yaitu di Tanjung Setia dan Way Jambu yang telah didukung dengan
parasarana perhubungan yang baik dan penginapan khusus bagi peselancar
mancanegara (cottage). Kekuatan wisata alam kedua adalah ekowisata/wana wisata
pada beberapa lokasi TNBBS seperti di Kubu Perahu dan perbatasan dengan
Tanggamus (Rhino Camp). Lampung Barat juga mempunyai Danau Ranau dan telah
dibangun resort berperingkat bintang 4 yaitu Seminung Resort dan akan
dikembangkan lebih lanjut dengan beberapa klaster yang mengelilingi resort seperti
klaster kupu-kupu, rusa, play/camping ground dan lain-lain. Arung jeram, diving &
snorkeling (wisata alam laut), menikmati air terjun, mengarungi gua dan menikmati
pantai sepanjang 210 km adalah potensi wisata alam lain yang belum tergarap
secara optimal. Strategi pengembangan wisata Lampung Barat dapat dimulai dari
pantai (paling banyak pengunjung dan adanya turis asing), dikaitkan dengan CAL
dan TNBBS dan selanjutnya diperluas ke pariwisata budaya. Untuk itu diperlukan
dukungan promosi yang gencar, pembangunan infrastruktur, penguatan strategi
pemasaran dan meningkatkan pelayanan wisatawan mulai dari informasi sampai
fasilitas penunjang pada tiap-tiap kawasan wisata alam yang sudah ada.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -65
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Pengembangan wisata alam lainnya dapat dilakukan seiring dengan penguatan dan
pengembangan objek yang sudah ada.
Pariwisata Buatan; Salah satu wisata buatan yang akan dikembangkan di Lampung
Barat dengan skala nasional adalah Kebun Raya Liwa (KRL). Bahkan dalam kebijakan
penataan ruang provinsi KRL ini sudah diarahkan sebagai kawasan strategis provinsi.
Saat ini kemajuan pembangunan sudah sampai pada penyelesaian Master Plan
termasuk DED KRL dan tahun 2010 akan dilanjutkan dengan pembangunan beberapa
prasarana dasar. Pariwisata buatan boleh dikatakan bukan menjadi kekuatan dari
pariwisata Lampung Barat. Kalaupun ada, seperti KRL Liwa basisnya tetap potensi
alam dan bersifat alamiah. Pariwsata safari alam terbuka dan taman buru
merupakan salah satu atraksi wisata yang berbasis alam yang dapat dikembangkan
di Lampung Barat. Potensi ini sudah mempunyai embrionya di Bengkunat (kawasan
khusus konservasi binatang liar) dan Belimbing (taman buru). Kalaupun akan
dikembangkan wisata buatan lain, mungkin lebih berorientasi pada pasar dalam
daerah sendiri, seperti waterboom dan kolam renang di Liwa dan Krui.
Kawasan Permukiman
Permukiman Perkotaan; mencermati perkembangan kawasan dan kebijakan
penataan ruang nasional dan provinsi, pertumbuhan kawasan perkotaan di Lampung
Barat maka Liwa dan Fajar Bulan akan mempunyai ciri kawasan permukiman
perkotaan pada kawasan perbukitan dan setiap saat menghadapi potensi bahaya
gempa dan longsor. Sementara Krui adalah kawasan permukiman pantai yang juga
potensial terkena bahaya tsunami. Walaupun hasil kajian menginformasikan bahwa
bahaya Tsunami bersiklus 500 tahun sekali, mitigasi gempa dan tsunami tetap
menjadi bagian tidak terpisahkan dalam perencanaan tata ruang wilayah ini. Secara
fungsional Kota Liwa adalah sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa,
pendidikan, kesehatan dan budaya. Krui sebagai kawasan perkotaan pesisir dengan
fungsi utama kegiatan berbasis laut dan Fajar Bulan akan menjadi pusat kegiatan
agropolitan.
Permukiman Perdesaan; Umumnya ciri permukiman perdesaan adalah berupa
bangunan rumah tradisional, umumnya berkondisi semi permanen, KDB rendah, MCK
diluar rumah dan sebagian besar menggunakan sumur (air tanah) sebagai sumber air
minum dan belum mendapat aliran listrik. Ciri permukiman bersifat mengelompok
dan tersebar secara sporadis. Memperhatikan kondisi faktual lapangan pola
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -66
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
pembangunan permukiman di Lampung Barat umumnya membentuk pola pita
(ribbon) memanjang mengikuti pola perkembangan pembangunan jalan. Hal ini
mudah dilihat, terutama antara Fajar Bulan sampai ke Liwa yang merupakan
konsentrasi utama permukiman penduduk di Lampung Barat. Pembangunan
permukiman perdesaan di Lampung Barat memang belum padat dan menimbulkan
masalah. Hanya saja perlu dikuatkan keyakinan masyarakat bahwa rumah panggung
yang ada saat ini adalah rumah tahan gempa dan sesuai untuk daerah tropis.
Selanjutnya pola pembangunan permukiman dikembangkan sedemikian rupa
sehingga aman, efektif, efisien dan sehat serta tersedia fasilitas umum/sosial yang
menjadi kebutuhan masyarakat lokal.
Berdasarkan rencana pola ruang diatas, pola ruang Lampung Barat dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budiddaya
3. Diantara kedua jenis rencana pola ruang terebut juga dipetakan beberapa
kawasan yang berhimpit dengan kedua pola ruang diatas, yaitu :
i. Rencana kawasan perkotaan Kota Liwa
ii. Rencana kawasan Agropolitan Way Tenong
iii. Potensi kawasan pertambangan
iv. Kawasan Rawan Bencana Tsunami
v. Kawasan Patahan Semangko Besar
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -67
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -68
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
2.4.3. Kebijakan Penataan Ruang
A. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci
Dengan memperhatikan rumusan tujuan penataan ruang, karakteristik
wilayah Kerinci, kapasitas sumber daya wilayah, kebijakan penataan ruang
nasional, pulau dan provinsi untuk Kabupaten Kerinci serta kebijakan aspek-aspek
sektoral yang terkait dengan Kabupaten Kerinci, maka rumusan kebijakan
penataan ruang yang akan dilaksanakan dalam rangka penataan ruang wilayah
Kabupaten Kerinci tahun 2010-2030 adalah, sebagai berikut :
1. Penguatan dan pemulihan hutan, kawasan lindung dan TNKS;
2. Penataan penyesuaian kawasan rawan bencana serta pengendaliannya agar
dapat teraplikasinya perencanaan yang berlandaskan mitigasi bencana di
wilayah Kabupaten Kerinci.
3. Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis
konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui intensifikasi lahan,
diversifikasi dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan sistem produksi
yang komulatif dalam skala global;
5. Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro serta wisata
sesuai keunggulan dan potensi kawasan yang bernilai ekonomi tinggi,
terintegrasi dan dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan;
6. Pembangunan Infrastruktur yang berkualitas untuk peningkatan aksesibilitas
dan peningkatan kualitas pelayanan masyarakat.
B. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran dari
kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah
operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi sebagai :
a. Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang,
dan penetapan kawasan strategis kabupaten;
b. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam rtrw
kabupaten; dan
c. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumus berdasarkan :
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -69
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
a. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam melaksanakan kebijakan
penataan ruangnya; dan
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
a. Memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang;
b. Tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
wilayah nasional, dan provinsi;
c. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan secara efisien dan efektif;
d. Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur dan rencana
pola ruang wilayah kabupaten; dan
e. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan pertimbangan bahwa strategi adalah turunan dari kebijakan yang
dijabarkan secara lebih operasional dan dapat dituangkan dalam bentuk ruang.
Mengacu pada klausul kebijakan yang telah dirumuskan di atas, maka strategi
penataan ruang wilayah Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut :
1. Strategi untuk “Penguatan dan pemulihan hutan, kawasan lindung dan
TNKS” adalah :
a. Pemantapan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya untuk
memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi;
b. Menyusun dan melaksanakan program rehabilitasi lingkungan, terutama
pemulihan fungsi TNKS dan hutan lindung yang berbasis masyarakat;
c. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan
dan pencemaran lingkungan;
d. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
keanekaragaman hayati dan sumber daya tarik wisata alam
hutan/ekowisata dan wisata hutan; dan
e. Menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka
pemulihan fungsi kawasan lindung terutama TNKS, hutan lindung dan
cagar alam.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -70
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
2. Strategi untuk “Penataan penyesuaian kawasan rawan bencana serta
pengendaliannya agar dapat teraplikasinya perencanaan yang berlandaskan
mitigasi bencana di wilayah Kabupaten Kerinci” adalah :
a. Menyusun dan melaksanakan rehabilitasi kawasan atas sesar dan kawasan
Gunung Kerinci;
b. Menyusun dan merencanakan pengembangan kawasan evakuasi bencana
alam gempa bumi dan letusan gunung api;
c. Perencanaan dan penataan detail khusus untuk kawasan rawan bencana
berdasarkan mitigasi bencana dan pengendalian pemanfaatan lahan untuk
kawasan bukan permukiman padat; dan
d. Mengembangkan sistem infrastruktur, prasarana dan sarana wilayah
dengan menerapkan sistem tanggap bencana dan sistem tahan bencana
gempa.
3. Strategi untuk “Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya
alam yang berbasis konservasi guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat” adalah :
a. Mengembangkan energi alternatif sebagai sumber listrik, seperti
pembangkit listrik mikro hidro, tenaga uap, panas bumi dan lain-lain;
b. Mengembangkan infrastruktur dan prasarana kawasan menunjang
pengembangan pembangkit listrik sumber panas bumi (geothermal) PLTPB
di Lempur;
c. Mengembangkan kawasan pusat studi dan penelitian pengembangan
pembangkit listrik sumber energi alternatif yaitu panas bumi, tenaga uap,
mikrohidro dan lainnya;
d. Menyusun rencana pengembangan sumber daya energi alternatif listrik
tenaga uap Batang Merangin dan tenaga panas bumi Semurup serta
sumber energi listrik mikro-hidro dengan sumber potensi air terjun dan
sungai yang ada di Kabupaten Kerinci;
e. Mengembangkan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan
sekaligus juga bernilai sosial-ekonomi, seperti hutan kemasyarakatan,
hutan tanaman rakyat, hutan adat dan perkebunan; dan
f. Meningkatkan kapasitas sosialisasi masyarakat dalam pemanfaatan sumber
energi yang terbarukan (renewable energy).
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -71
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
4. Strategi untuk “Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi
lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan dan sistem produksi
yang komulatif dalam skala regional wilayah maupun nasional” adalah :
a. Meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan
melalui intensifikasi lahan;
b. Memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi
peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat;
c. Meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan,
peternakan dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi dengan
kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi;
d. Meningkatkan sistem produksi dan pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan serta kehutanan agar dapat meningkatkan nilai jual dan
meningkatkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan perekonomian
daerah; dan
e. Meningkatkan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber
daya manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang
dibutuhkan.
5. Strategi untuk “Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier
berbasis agro serta wisata sesuai keunggulan dan potensi kawasan yang
bernilai ekonomi tinggi, terintegrasi dan dikelola secara berhasil guna,
terpadu dan ramah lingkungan” adalah :
a. Merencanakan dan mengembangkan kawasan pertanian dengan sistem
modernisasi dan teknologi terpadu untuk meningkatkan kegiatan ekonomi
berbasis agro;
b. Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas
unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agro-industri dan agri-bisnis);
c. Mengembangkan penelitian dan pengelolaan sumber daya pertanian,
perkebunan dan kehutanan sehingga menjadi kekuatan utama ekonomi
masyarakat Kerinci, serta meningkatkan kualitas sumber daya
pengelolaan melalui pengembangan pusat kajian dan penelitian agri-
bisnis;
d. Meningkatkan dan merehabilitasi kawasan pengolahan teh Kayu Aro;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -72
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
e. Meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan
sarana pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta
pemasaran yang lebih agresif dan efektif; dan
f. Mengembangkan dan meningkatkan penataan kawasan daya tarik wisata
yaitu kawasan wisata Gunung Kerinci dan sekitarnya, kawasan wisata
Danau Kerinci dan sekitarnya serta kawasan-kawasan daya tarik wisata
lainnya.
6. Strategi untuk “Pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana wilayah
yang berkualitas untuk peningkatan aksesibilitas ke seluruh wilayah dan
peningkatan kualitas pelayanan di Kabupaten Kerinci” adalah :
a. Membangun prasarana dan sarana transportasi terutama transportasi
darat yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara
signifikan dan berimbang namun tetap mempertimbangkan ketahanan
terhadap ancaman bencana alam;
b. Meningkatkan aksesibilitas antar kawasan dalam wilayah maupun antar
wilayah dengan wilayah sekitar Kabupaten Kerinci;
c. Meningkatkan dan mengembangkan kawasan bandar udara Depati Parbo
sebagai sarana transportasi udara guna melayani jalur penerbangan skala
regional;
d. Membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai
sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan),
termasuk fasilitas pemerintahan kabuapten yang baru;
e. Menyusun syarat dan ketentuan pembangunan prasarana, sarana dan
infrastruktur tahan gempa; dan
f. Menyusun program dan membangun berbagai perangkat keras dan lunak
untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti letusan gunung api, gempa
bumi, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman lainnya.
2.4.4. Kondisi Guna Lahan Kabupaten Kerinci
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Kerinci didominasi oleh hutan,
perkebunan rakyat seperti, kayu manis (cassiavera), kopi karet dan teh. Selain kayu
manis di daerah hinterland berkembang juga pertanian tanaman pangan (persawahan)
dan tanaman hortikultura.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -73
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Perkebunan kayu manis berlokasi pada lahan peruntukan hutan produksi
kemasyarakatan (HPK) seluas 109.823 Ha atau mencapai 26,15% dari total luas wilayah
kabupaten, sekaligus merupakan pembatas/kawasan penyangga antara kawasan TNKS
dengan penggunaan lahan budidaya lainnya. Saat ini hampir 60% dari luas HPK sudah
berubah fungsi menjadi perkebunan rakyat dan semak belukar. Walaupun begitu
statusnya tetap dipertahankan sebagai hutan produksi kemasyarakatan. Kawasan HPK ini
setiap tahunnya telah dilakukan reboisasi untuk mengembalikan fungsinya semula
sebagai HPK. Beberapa lokasi dalam HPK ini sudah diperuntukan untuk kegiatan
agroforesty.
Penggunaan lahan lainnya berskala besar adalah perkebunan teh PTPN VI yang
terdapat di Kecamatan Kayu Aro seluas 3.016 Ha. Perkebunan kopi seluas 7.000 Ha,
Kayu Manis 109.823 Ha dan karet mencapai 748 Ha.
Penggunaan lahan tegalan dan ladang yang diusahakan dan dilakukan oleh rakyat
sekitar mencapai luas 36.450 Ha atau 8,68% dari total luas wilayah kabupaten.
Penggunaan lahan ini ditanami rakyat sebagai kegiatan hortikultura (buah-buahan dan
sayuran). Lebih dari separuh atau 51,19 wilayah Kabupaten Kerinci merupakan kawasan
TNKS yang fungsi pokoknya sebagai kawasan hutan lindung. Keberadaan TNKS
menyebabkan bentuk kegiatan konservatif menjadi suatu keharusan dalam
pengembangan wilayah Kabupaten Kerinci, sementara diluar TNKS kegiatan budidaya
eksploitatif dan ekstensif akan berpengaruh terhadap fungsi lindung dan kelestarian
alam TNKS. Deskriptif pola penggunaan lahan Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada
Tabel II.4.2.
Penggunaan lahan untuk permukiman umumnya menyebar di sepanjang jaringan
jalan dan kosentrasi permukiman penduduk yang paling besar adalah di Kecamatan Kayu
Aro, perkembangan permukiman saat ini cukup pesat menyebar sporadis di pusat-pusat
kegiatan terutama di daerah perkotaan. Hal ini dibuktikan dari data BPS tahun 2004,
luas lahan permukiman mencapai 2.135 Ha, selama kurun waktu 2 tahun saja luas
penggunaan lahan permukiman sudah mencapai 3.345 Ha. Berarti mengalami kenaikan
sekitar 1.210 Ha atau mengalami kenaikan 36,17% selama kurun waktu 2 tahun terakhir.
Kenaikan penggunaan lahan untuk kawasan permukiman ditandai dengan berubah fungsi
dan berkurangnya luas lahan pertanian (ladang dan kebun). Hal ini ditunjukan luas lahan
ladang/kebun selama 2-3 tahun terakhir mengalami penurunan, pada tahun 2003
tercatat memiliki luas 130.720 Ha, menurun pada tahun 2006 tinggal 40.075 Ha,
berkurang sebesar 90.045 Ha atau naik 69 %.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -74
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Pesatnya perkembangan ini seringkali menyebabkan berubahnya fungsi lahan
pertanian yang subur (produktif) menjadi kawasan terbangun. Hal ini terlihat pada
daerah sepanjang jalan-jalan utama yang tadinya persawahan. Ladang/kebun sudah
berubah menjadi permukiman. Perkembangan ini perlu diantisipasi sejak dini karena
akan terus terjadi intervensi lahan produktif karena desakan kebutuhan perkembangan
kota. Kawasan-kawasan produktif harus tetap dipertahankan sementara perkembangan
permukiman diarahkan kepada lahan-lahan yang tidak produktif terutama ke arah
perbukitan dengan kemiringan kurang dari 15%.
Secara umum kecenderungan perubahan penggunaan lahan yang drastis tidak
Nampak, tetapi lebih banyak pergeseran fungsi. Baik untuk kehutanan maupun
perkebunan. Tetapi walaupun demikian, cukup banyak masalah yang dihadapi, terutama
yang berkaitan dengan penetapan batas TNKS serta perambahan hutan yang ditandai
dengan terus berkurangnya kawasan hutan.
Tabel II.4.2.Penggunaan Lahan Kabupaten Kerinci tahun 2008
No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) %
1 Permukiman/Kampung 3.345 0,80
2 Sawah 6.630 3,96
3 Tegalan dan Ladang 36.450 8,68
4 Perkebunan 120.587 28,71
a. Kayu manis 109.823 26,15
b. Teh 3.016 0,72
c. Kopi 7.000 1,67
d. Karet 748 0,18
5 Kebun Campuran 3.625 0,86
6 Semak/Alang-alang/Rumput dsb 16.082 3,83
7 Hutan Lebat/Hutan Negara (TNKS) 215.000 51,19
8 Hutan Rakyat/Belukar 846 0,20
9 Hutan Sejenis (Pinus, dsb) 1.250 0,30
10 Sungai, Danau dan Rawa 5.890 1,40
11 Jalan (Perhubungan) 295 0,07
Total 420.000 100,00Sumber : Kabupaten Kerinci Dalam Angka, BPS Tahun 2008
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -75
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -76
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
2.5 Kependudukan
Penduduk, disadari atau tidak merupakan pelaku sekaligus obyek pembangunan.
Keberhasilan sebuah pembangunan sangat ditunjang oleh kuantitas dan kualitas SDM.
Dengan bergabungnya kebijakan otonomi daerah sejak tahun 1999, potensi penduduk
menjadi bertambah penting bagi pembangunan daerah.
2.5.1 Jumlah dan laju Pertumbuhan Penduduk
Pada tahun 2012 penduduk Kabupaten Kerinci berjumlah 235.797 jiwa dengan
tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun 2011-2012 secara umum di Kabupaten Kerinci
adalah sebesar 0,23%.
Tabel II.5.1Jumlah Penduduk Kabupaten Kerinci Tahun 2012
No. KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH LAJUPERTUMBUHAN
PENDUDUKTAHUN 2011-2012
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.
Gunung RayaBatang MeranginKeliling DanauDanau KerinciSitinjau LautAir HangatAir Hangat TimurDepati VIIGunung KerinciSiulakKayu AroGunung Tujuh
7.0718.837
10.8488.0237.0279.7518.8237.1316.110
15.91120.5867.466
7.2398.514
11.7258.1537,299
10.2409.1167.6895.809
15.67419.8006.984
14.31017.35122.57316.17614.32619.99117.93914.82011.91931.58540.38614.420
0,230,230,240,230,240,240,240,240,230,230,230,22
JUMLAH 117.585 118.212 235.797 0,23Sumber : Kerinci Dalam Angka, 2013.
2.5.2 Distribusi dan Kepadatan
Melalui perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah, sampai
tahun 2012 tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Kerinci adalah 61,91
jiwa/ha. Adapun tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Depati
VII, yaitu 574,44 jiwa/ha dan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Gunung Raya,
yaitu 19,16 jiwa/ha. Pada umumnya penyebaran penduduk di wilayah Kabuapten Kerinci
tidak merata. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Kayu Aro, yaitu 40.386
jiwa atau 17,13% dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Kerinci tahun 2012,
sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di wilayah Kecamatan Gunung Kerinci,
yaitu 11.919 jiwa (5,05%).
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -77
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabel II.5.2Kepadatan Penduduk, Sex Ratio dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2012
No. KECAMATAN KEPADATAN PENDUDUK SEX RATIO1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.
Gunung RayaBatang MeranginKeliling DanauDanau KerinciSitinjau LautAir HangatAir Hangat TimurDepati VIIGunung KerinciSiulakKayu AroGunung Tujuh
19,1650,5874,1654,20
245,9392,23
112,12574,4434,0553,52
123,1188,74
97,67103,7992,5398,4196,2895,2396,7992,74
105,18101,51103,97107,36
JUMLAH 61,91 99,47Sumber : Kerinci Dalam Angka, 2013.
Perkembangan penduduk per kecamatan pada rentang tahun 2011-2012 di
Kabupaten Kerinci menunjukkan tingkat pertumbuhan yang relatif kecil.
2.5.3 Struktur Penduduk
Struktur penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2012 di Kabupaten Kerinci,
jumlah penduduk laki-laki hampir sebanding dengan jumlah penduduk perempuan.
Jumlah penduduk laki-laki adalah 117.585 jiwa atau 49,87% dari total jumlah penduduk
Kabupaten Kerinci. Jumlah penduduk perempuan sebesar 118.212 jiwa (50,13%).
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil Podes Inti Provinsi Jambi tahun 1998,
diketahui bahwa mata pencaharian utama penduduk di Kabupaten Kerinci mayoritas di
sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa. Dengan data
tersebut terlihat bahwa penduduk di Kabupaten Kerinci masih tergantung pada sektor
ekstraktif terutama pertanian, perkebunan dan kehutanan serta kegiatan jasa
masyarakat.
2.5.4 Ketenagakerjaan
Data penduduk berdasarkan kelompok umur menggambarkan banyaknya usia
produktif dan non produktif dalam suatu wilayah. Usia produktif atau usia angkatan
kerja dapat digolongkan dari usia 15 sampai 54 tahun, sedangkan kelompok usia non
produktif dari 0 tahun sampai 14 tahun dan usia 55 tahun ke atas. Untuk Kabupaten
Kerinci, usia produktif berjumlah 116.700 jiwa atau 49,49%, dan non-produktif
berjumlah 59.134 jiwa (25,08%).
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum II -78
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabel. II.5.3Persentase Angkatan Kerja menurut Status dalam Pekerjaan Utama
No. STATUS DALAM PEKERJAAN UTAMA PERSENTASE1.2.3.4.5.6.7.
Berusaha SendiriBerusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayarBerusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayarBuruh/karyawanPekerja bebas pertanianPekerja bebas non pertanianPekerja tidak dibayar
16,3529,472,939,58
14,866,58
20,23JUMLAH 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Kerinci, 2013.
2.5.5 Tingkat Pendidikan
Kesadaran dan kemampuan masyarakat Kabupaten Kerinci dalam pendidikan
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah dengan karakteristik serupa di
wilayah sekitarnya. Hal ini terlihat dari relatif tingginya partisipasi pendidikan di
kabupaten ini, yang diindikasikan dengan semakin tingginya pendidikan, maka semakin
tinggi pula tingkat pertisipasi di dalam mengikuti jenjang pendidikan.
2.5.6 Karakteristik Sosial-Budaya Masyarakat
Penduduk Kabupaten Kerinci adalah merupakan penduduk asli, karena
masyarakat Kerinci sejak nenek moyangnya telah lama menetap di daerah ini. Keadaan
sosial-budaya masyarakatnya dicirikan oleh adanya suku Kerinci, yaitu merupakan
turunan suku melayu tua dan mempunyai bahasa dan dialek spesifik (Bahasa Kerinci)
dengan tulisan rencong srik. Hubungan kekerabatan lebih erat dan terikat satu sama
lain, yaitu terlihat adanya suatu strata masyarakat, tokoh masyarakat, ninik-mamak,
alim ulama, cerdik pandai. Di samping itu di Kabupaten Kerinci ini terdapat asat istiadat
yang dilaksanakan turun-temurun dengan menonjolkan sifat kegotongroyongan.
2.5.7 Tingkat Kemiskinan: Gambaran Ketertinggalan Pembangunan
Berdasarkan identifikasi dan verifikasi dan validasi data yang telah dilakukan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci, maka sebagai tindak lanjut dari identifikasi
daerah tertinggal ditandai dengan banyaknya penduduk miskin yang terdapat di
Kabupaten Kerinci. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah penduduk miskin terbesar
adalah di Kecamatan Siulak, Kayu Aro, Keliling Danau, Air Hangat Timur, Sitinjau Laut,
dan Kecamatan Batang Beringin.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -1
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
3.1 ASPEK TEKNIS
PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci di dukung dengan adanya Instalasi Pengolahan
Air sebanyak 29 unit dengan kapasitas 421 l/det, yang berada di 8 lokasi dengan sistim
perpompaan dan gravitasi.
3.1.1 Ibukota Kabupaten
Cabang Siulak
Total kapasitas pada cabang siulak ini adalah 55 liter/detik, dengan voume reservoar
550 m3. Terdapat 2 (dua) intake yaitu intake sungai sikabu dan sungai mukai. Intake
Sungai Sikabu, terdiri dari 2 (dua) IPA (instalasi pengolahan air) yaitu IPA jenis SSF
dengan kapasitas produksi 5 liter/detik dan IPA jenis IPA baja yang kapasitasnya juga
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -2
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
sebesar 5 liter/detik dengan volume reservoar masing-masing 50 m3, sistem distribusi
hidrolis. Sedangkan intake Sungai Mukai memiliki 3 (tiga) instalasi pengolahan air yaitu
2 (dua) jenis IPA 5 liter/detik dengan jenis IPA beton dan IPA SSF, namun IPA SSF tidak
berfungsi. IPA dan ditambah dengan kapasitas 40 liter/detik dengan jenis IPA Baja. IPA
dengan kapasitas 5 liter/detik memiliki reservoar dengan volume 50 m3, sedangkan IPA
dengan kapasitas 40 liter/detik memiliki reservoar dengan volume 400 m3. Sistem
distribusi yang digunakan pada intake sungai mukai ini juga dengan sistem hidrolis.
PDAM cabang siulak ini meliputi wilayah pelayanan untuk Kecamatan Gunung Kerinci,
Kecamatan Siulak, Kecamatan Air Hangat, Kecamatan Depati Tujuh dan Kecamatan
Pesisir Bukit.
Sambungan rumah Cabang Siulak ini berjumlah 3.520 SR, ekspor ke Cabang Semurup
1.479 SR, dan ekspor ke Cabang Sungai Penuh 30 SR. Dengan demikian, total
sambungan rumah untuk Cabang Siulak ini adalah 5.029 SR.
3.1.2 Ibukota Kecamatan
1. Cabang Semurup
Cabang Semurup, dengan intake dari Sungai Pendung memiliki 4 (empat) IPA, yaitu IPA
5 liter/detik jenis SSF (tidak aktif), 2 IPA dengan kapasitas 10 liter/detik dengan jenis
IPA baja dan IPA Beton dengan reservoar sebesar 50 m3, dan IPA dengan kapasitas 80
liter/detik dengan reservoar sebesar 600 m3. Keseluruhan IPA yang ada di cabang
Semurup didistribusikan dengan sistem hidrolis.
PDAM Cabang Semurup ini meliputi wilayah pelayanan untuk Kecamatan Air Hangat,
Kecamatan Air Hangat Timur, Kecamatan Depati Tujuh, Kecamatan Hamparan Rawang,
dan Kecamatan Pesisir Bukit.
Sambungan rumah dari Cabang Semurup 6.826 SR, impor dari cabang Siulak 1.479 SR
dan ekspor ke cabang Sungai Penuh sebanyak 2.618 SR.
2. Cabang Sungai Penuh
Cabang Sungai Penuh memiliki 3 (tiga) intake, yaitu dari Sungai Batang Merao, Sungai
Jernih, dan Sungai Ampuh. Intake Sungai Batang Merao memiliki IPA Baja kapasasitas 20
liter/detik dengan kapasitas reservoar sebanyak 100 m3. Intake Sungai Jernih memiliki
2 (dua) IPA jenis beton, yaitu dengan kapasasitas 20 liter/detik dan 35 liter/detik
dengan reservoar 200 m3 dan 100 m3. Dan intake Sungai Ampuh hanya memiliki IPA 5
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -3
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
liter/detik dengan reservoar 50 m3. Keseluruhan IPA yang ada menggunakan
pendistribusian dengan sistem Hidrolis.
Wilayah pelayanan dari dari cabang Sungai Penuh ini meliputi Kecamatan Sungai Penuh,
Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Kumun Debai, Kecamatan Tanah Kampung,
Kecamatan Pesisir Bukit dan Kecamatan Keliling Danau.
Sambungan Rumah total di cabang Sungai Penuh ini berjumlah 11.251 SR, yang terdiri
dari supply setempat 8.060 SR, impor dari cabang Siulak 30 SR, impor dari cabang
Semurup 2.618 SR’ impor dari cabang PI. Tengah 300 SR dan impor dari cabang Joang
243 SR.
3. Cabang Hiang
Cabang Hiang memiliki 4 (empat) intake, yang terdiri dari 2 (dua) intake dari Danau
Kerinci dengan kapasitas 20 liter/detik jenis IPA Baja dan IPA Beton, dengan reservoar
masing-masing IPA 100 m3. Distribusi dengan pompa. Selanjunty intake Sungai Ambei
dengan jenis IPA Beton kapasitas 10 liter/detik, dengan reservoar 100 m3. Intake Sungai
Batang Sangkir dngan kapasitas 10 liter/detik dengan 100 m3.
Wilayah pelayanan meliputi Kecamatan Danau Kerinci, Kecamatan Sitinjau Laut,
Kecamatan Tanah Kampung dan Kecamatan Kumun Debai.
Sambungan Rumah di cabang Hiang ini berjumlah 6.514 SR dan impor ke Cabang Sungai
Penuh sebanyak 243 SR.
4. Cabang Jujun/Pulau Tengah
Sungai Gunung Lumut, Muara Telago dan Sungai Batang Merao adalah intake yang ada
di cabang ini. Intake sungai Gunung Lumut hanya berkapasitas 2,5 liter/detik dengan
jenis IPA Beton dan reservoar 50 m3. Muaro Telago dengan jenis IPA Broncapt
berkapasitas 10 liter/detik dengan reservoar 50 m3. Sungai Batang Merao berkapasitas
30 liter/detik dengan kapasitas reservoar 300 m3. Sistem pendistribusian secara
hidrolik.
Wilayah pelayanan cabang Hiang Meliputi Kecamatan Kelilin Danau dan Kecamatan
Kumun Debai.
Wilayah pelayanan meliputi Kecamatan Keliling Danau dan Kecamatan Kumun Debai.
Sambungan Rumah berjumlah 1.972 SR, dan ekspor ke Cabang Sungai Penuh 300 SR.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -4
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
5. Cabang Tamiai
Intake berasal dari Sungai Batang Sako dan Sungai Batang Merangin dengan kapasitas
produksi masing-masing 2,5 liter/detik dan 10 liter/detik dengan jenis IPA Beton,
sedangkan reservoar sama-sama berkapasitas 50 m3. Sistem distribusi secara hidrolik
untuk melayani Kecamatan Batang Merangin.
Sambungan Rumah keseluruhan di Cabang Tamiai 745 SR.
6. Cabang Lempur
Danau Lingkat dan Muara Talang Kemuning merupakan intake dari cabang Lempur,
dengan kapasitas 10 liter/detik, reservoar masing-masing 100 m3 sistem hidrolik untuk
melayani Kecamatan Gunung Raya yang memiliki SR sebanyak 2.010.
7. Cabang Kayu Aro
Cabang Lempur mengambik Intake dari MA Pelompek, Muara Sungai Tanduk dan Muara
Sungai Tanduk dan Muara Sungai Lintang. Intake MA Pelompek berkapasitas produksi 10
liter/detik dengan reservoar 100 m3. Intake Muara Sungai Tandung 16 liter/detik, dan
intake Muara Sungai Lintang dengan kapasitas 10 liter/detik, keseluruhan IPA yang ada
berjenis Broncapt. Reservoar berkapasitas 100 m3, dan muara Sungai Lintang
berkapasitas 100 m3.
Wilayah pelayanan adalah Kecamatan Gunung Tujuh dan Kecamatan Kayu Aro.
Jumlah SR sebanyak 3.879.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -5
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
DAERAH SAMBUNGAN CAKUPAN NRW RATA KONS KAP.IDLEINTAKE IPA POMPA HIDROLIS DISTRIBUSI PELAYANAN AKTIF % % M3/BLN SETARA SR
Wilayah Pelayanan : - Kec. Gunung Kerinci - Kec. Siulak - Kec. Air Hangat - Kec. Depati Tujuh - Kec. Pesisir BukitSR Cabang Siulak (setempat) 3.520Ekspor Ke Cab. Semurup 1.479Ekspor Ke Cab. Sei.Penuh 30
Total Kapasitas : 55 L/DET 550 JUMLAH 5.029Wilayah Pelayanan :
- Kec. Air Hangat - Kec. Air Hangat Timur - Kec. Depati Tujuh - Kec. Hamparan Rawang - Kec. Pesisir Bukit
Impor dari Cab. Siulak 1.479SR Cab. Semurup 6.826
Total Kapasitas : 100 L/DET 650 Ekspor ke Cab. Sei.Penuh 2.618JUMLAH 9.444
Wilayah Pelayanan : - Kec. Sungai Penuh - Kec. Hamparan Rawang - Kec. Kumun Debai - Kec. Tanah Kampung - Kec. Pesisir Bukit - Kec. Keliling DanauSupplay Setempat 8.060Impor dari Cab. Siulak 30Impor dari Cab. Semurup 2.618Impor dari Cab. Pl.Tengah 300Impor dari Cab. Hiang 243
Total Kapasitas : 80 L/DET 450 SR Cabang. Sei.Penuh 11.251
Wilayah Pelayanan : - Kec. Danau Kerinci - Kec. Sitinjau Laut - Kec. Tanah Kampung - Kec. Kumun Debai
SR Cabang. Hiang 6.510Ekspor ke Cab.S.Penuh 243
Total Kapasitas : 60 L/DET 600 JUMLAH 6.753
JUJUN / Wilayah Pelayanan :PULAU TENGAH - Kec. Keliling Danau 344 156
- Kec Kumun Debai 424 (174)1.204 1.496
SR Cab. Pulau Tengah 1.972Total Kapasitas : 42.5 L/DET 400 Ekspor ke Cab.S.Penuh 300
JUMLAH 2.272
Wilayah Pelayanan : 479 (229) - Kec. Batang Merangin 266 734SR Cabang. Tamiai 745
Total Kapasitas : 12.5 L/DET 100
1.440 (440)Wilayah Pelayanan : 570 430
- Kec. Gunung RayaSR Cabang. Lempur 2.010
Total Kapasitas : 20 L/DET 200
Wilayah Pelayanan : - Kec. Gunung Tujuh 807 193 - Kec. Kayu Aro 1.839 (239)
1.233 (233)
SR Cabang Kayu Aro 3.879Total Kapasitas : 36 L/DET 450
JUMLAH 406 3400 38.192 33,33 12,47 2.408L/DET M3 SR % SR
SIULAK
TAMIAI
LEMPUR
SEMURUP
SUNGAI PENUH
HIANG
34,01
KAYU ARO
UNIT PRODUKSI SISTEM DISTRIBUSICABANG RESERVOAR
11,13 471
33,79 12,32 556
32,54
16,04 (60)
34,05 10,00
34,68 9,81
(753)
27,82 9,04
(279)
1.978
505
(10)
10,33
11,51
31,04
29,05
5 L/DetSSF
5 L/DetIPA Baja
50 m3
50 m3
5 L/DetSSF
5 L/DetIPA Beton
50 m3
400 m340 L/DetIPA Baja
Sei.Sikabu
Sei.Mukai
H
H
5 L/DetSSF
10 L/DetIPA Baja
10 L/DetIPA Beton
80 L/DetIPA Beton
Sei.Pendung
600 m3
50 m3
H
H
H
Sei.Btg.Merao
20 L/DetIPA Baja
20 L/DetIPA Beton
35 L/DetIPA Beton
5 L/DetIPA Beton 50 m3
100 m3
200 m3
100 m3
Sei.Ampuh
Sei. Jernih H
H
DanauKerinci
20 L/DetIPA Baja
DanauKerinci
Sei. Ambai
20 L/DetIPA Beton
10 L/DetIPA Beton
100 m3
100 m3
100 m3
100 m3
100 m3
H
H
H
2.5 L/DetIPA Beton
10 L/DetBroncapt
Sei. GngLumut
MA.Talago
50 m3
50 m3
H
H
Sei. Btg.Sako
Sei. Btg.Merangin
2,5 L/DetIPA Beton
10 L/DetIPA Beton
50 m3
50 m3
H
H
DanauLingkat
MA.Talang
Kemuning
10 L/DetIPA Beton 100 m3
100 m3
H
H
MA.Pelompek
MA.Sei.Tanduk
MA. Sei.Lintang
10 L/DetBroncapt
16 L/DetBroncapt
10 L/DetBroncapt
100 m3 H
100 m3 H
10 L/DetBroncapt
10
16
10
10
10
20
20
20 20
20
20
50 m3 100 m3 100 m3
Sei.Btg.Merao
30 L/DetIPA Baja
300 m3 H
Sei. BtgSangkir
10 L/DetIPA Baja
10
30
100 m3
10
Tabel III.1.1Kondisi Eksisting Teknis PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci
Tahun 2013
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -6
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabel III.1.2Tingkat Pelayanan PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci
Tahun 2013
No. KECAMATANJUMLAH
PENDUDUK(Jiwa)
JUMLAH KK TERLAYANITINGKAT
PELAYANAN(%)
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.
Gunung RayaBatang MeranginKeliling DanauDanau KerinciSitinjau LautTanah KampungSungai PenuhHamparan RawangPesisir BukitKumun DebaiAir HangatAir Hangat TimurDepati TujuhGunung KerinciSiulakKayu AroGunung Tujuh
15.05922.56021.99915.96813.9408.280
32.79413.08716.5338.715
21.12918.43015.26411.44130.01435.72511.738
4.5916.3976.1424.3964.1342.6228.0802.9203.5952.4276.7445.7734.1663.5759.713
10.5813.524
1.994740
1.9642.8912.0611,3606.6902.2802.288
5433.9561.2203.011
2872.8762.7231.137
43,4311,5731,9865,7649,8551,8782,8078,0857,7922,3758,6621,1372,288,03
29,6125,7332,26
JUMLAH 312.676 89.744 38.021 42,37Sumber : PDAM Tirta Sakti Kab. Kerinci, 2013
Dari Tabel III.1.2 di atas dapat dilihat tingkat pelayanan PDAM Tirta Sakti yang
terendah berada di Kecamatan Gunung Kerinci, yang hanya 8,03% rumah tangga yang
terlayani. Hal ini kemungkinan disebabkan karena letak geografis daerah yang memiliki
kontur yang tajam sehingga mengalami kendala dalam pendistribusian perpipaan. Selain
itu, masyarakat memenuhi kebutuhan air minum dari BJP (bukan jaringan perpipaan) yang
berasal dari sungai-sungai yang mengalir di kecamatan tersebut. Sedangkan untuk
pelayanan yang tertinggi adalah Kecamatan Sungai Penuh, yaitu 82,80% rumah tangga
sudah terlayani oleh jaringan distribusi PDAM Tirta Sakti.
Tabel III.1.3Tingkat Kehilangan Air di masing-masing Cabang
PDAM Tirta Sakti Kabupaten KerinciTahun 2013
No. CABANG TINGKAT KEHILANGAN AIR(%)
1.2.3.4.5.6.7.8.
SiulakSemurupSungai PenuhHiangJujun/Pulau TengahTamiaiLempurKayu Aro
32,1733,5935,7232,3835,0222,0527,1530,74
Sumber : PDAM Tirta Sakti Kab. Kerinci, 2013
Dari Tabel III.1.3 di atas, terlihat tingkat kehilangan air yang terbesar di PDAM
cabang Sungai Penuh, yaitu 35,72%, sedangkan tingkat kehilangan air terendah di PDAM
cabang Tamiai, yang hanya 22,05% dari total produksi.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -7
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
GAMBAR III.1.1 PETA PELAYANAN
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -8
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
3.2 Aspek Non Teknis
3.2.1 Kelembagaan
Pelayanan air minum di Kabupaten Kerinci pada awalnya dilaksanakan oleh Proyek
Penyediaan Air Bersih Jambi (PPSAB) Propinsi Jambi yang pada tahun anggaran 1976/1977
dilaksanakan pembangunan Sarana Penyediaan Air Bersih yang berloksi di Kota Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci.
Pada Tahun 1981 dengan Surat Keputusan Menteri Nomor : 104/KPTS/CK/1981 pada
tanggal 10 Nopember 1981 dibentuklah Badan Pengelolaan Air Minum (BPAM), kemudian
pada Tahun 1981/1982 mulai beroperasinya Instalasi Pengolahan Air di Desa Rawang
tepatnya pada bulan September 1982 dengan Kapasitas 20 l/det.
Terbentuknya BPAM ini adalah untuk mempersiapkan wadah organisasi yang dapat
mengelola pelayanan air minum kepada masyarakat secara mandiri, sesuai dengan Surat
Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 28/KPTS/1984 dan Menteri Dalam
Negeri Nomor : 5 Tahun 1984 yang isinya meliputi pedoman-pedoman organisasi, sistem
akuntansi, teknik operasi dan pemeliharaan, teknik perawatan, struktur dan perhitungan
biaya untuk menentukan tarif air minum dan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
Pada saat kondisi keuangan BPAM telah mencapai Break Event Point (BEP) yaitu
pada Tahun 1990/1991, dengan kemampuan keuangan memungkinkan BPAM dialih
statusnya menjadi PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), maka pada Tahun 1990
berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Kerinci Nomor : 10 Tahun 1990
dibentuklah Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti Kabupaten Kerinci yang dikukuhkan
atau disahkan oleh Gubernur KDH Tingkat I Jambi berdasarkan Peraturan Daerah Nomor :
485 Tahun 1990. Yang secara Neraca Pembukuan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti
kabupaten Kerinci dimulai beroperasi pada tanggal 5 Oktober 1991.
Tujuan utama pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kerinci ini untuk
mewujudkan serta meningkatkan pelayanan umum, berupa jasa kepada masyarakat dengan
jalan memenuhi dan mengusahakan kebutuhan air minum yang bersih dan sehat bagi
kesejahteraan masyarakat. Disamping tujuan diatas juga berguna untuk melaksanakan
pembangunan daerah khususnya dan pembangunan Nasional pada umumnya.
Pada tanggal 5 Oktober 1991 sampai dengan sekarang Perusahaan Dearah Air Minum
Tirta Sakti Kabupaten Kerinci dengan bantuan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Kabupaten secara berkesinambungan melalui Direktorat Air Bersih yaitu
Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum melaksanakan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -9
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
pengembangan dan pembangunan sarana air bersih di Kecamatan-Kecamatan dan
Pedesaan.
Struktur OrganisasiPDAM Tirta Sakti
Gambar III.2.1Kelembagaan PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci
BUPATI
DIREKTUR UTAMA
DEWANPENGAWAS
BAGIAN UMUM
DIREKTUR UMUM &ADM
DIREKTUR TEKNIK
BAGIAN HUKUM,HUMAS,HUB.LANG
G
BAGIANKEUANGAN
BIDANG TRANSMISI/DISTRIB
BIDANG PRODUKSI
BIDANGPERENCANAAN
CAB. SUNGAI PENUH
CAB. SEMURUP
CAB. SIULAK
CAB. P.TENGAH/JUJUN
CAB. HIANG
CAB. KAYU ARO
CAB. LEMPUR
CAB. TAMIAI
UNIT USAHAAMDK”OEGAR”
SPI
LITBANG
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -10
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
3.2.2 Pengaturan
Peraturan Daerah dalam penentuan sistem organisasi PDAM Tirta Sakti adalah:
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KERINCI
RANCANGANPERATURAN DAERAH KABUPATEN
KERINCINOMOR TAHUN 2009
TENTANGSUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH
AIR MINUM TIRTA SAKTI KABUPATEN KERINCIDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KERINCI,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 Ayat 1 dan 2 PermendagriNomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan DaerahAir Minum, maka Perda Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasidan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti KabupatenKerinci perlu ditinjau kembali;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas,perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Susunan Organisasi danTata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti Kabupaten Kerinci.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 58 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 21 Tahun 1957 tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah SwatantraTingkat II dalam Lingkungan Daerah Swatantra Tingkat I SumateraTengah sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1958 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 1643).
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32 Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4377);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4339);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -11
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4844);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang PengembaganSistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4410);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ danKepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum;
8. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1990 tentang PembentukanPerusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti Kabupaten Daerah Tingkat IIKerinci
9. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Kewenangan DaerahKabupaten Kerinci (Lembaran Daerah Kabupaten Kerinci Tahun 2008Nomor 8).
Dengan Persetujuan Bersama
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kerincidan
BUPATI KERINCI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TENTANG SUSUNAN ORGANISASIDAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SAKTIKABUPATEN KERINCI.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Kerinci.2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kerinci.3. Bupati adalah Bupati Kerinci.4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Kerinci.5. PerusahaanDaerah Air Minum yang selanjutnya disingkat PDAM adalah Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Sakti Kabupaten Kerinci.6. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti Kabupaten Kerinci.7. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti
Kabupaten Kerinci.8. Pegawaiadalah Pegawai Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti Kabupaten Kerinci.9. Pelanggan adalah setiap orang/pribadi atau badan yang mendapat pelayanan atau yang
menggunakan air minum dari PDAM Tirta Sakti secara tetap dengan membayar rekeningair minum.
10. Air Minum adalah Air Minum Produksi PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -12
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
BAB IIKEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Pasal 2
(1) PDAM adalah milik Pemerintah Kabupaten Kerinci dan sebagai alat kelengkapan yangbergerak di bidang penyediaan air minum.
(2) PDAM dipimpin oleh Direksi yang berada di bawah pengawasan Dewan Pengawas.
Pasal 3
Tugas Pokok PDAM adalah Menyelenggarakan Pengelolaan Air Minum untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek kesehatan dan pelayananan umum.Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut dalam Pasal 3, PDAMmenyelenggarakan fungsi sebagai berikut :a. melaksanakan pelayanan umum, jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum dan
sekaligus menghimpun dana sebagai sumber pendapatan daerah sesuai denganPeraturan dan Perundang-Undangan yang berlaku;
b. merumuskan kebijaksanaan teknik dan memberikan bimbingan teknik sesuai dengankebijaksanaan yang ditetapkan Bupati dan Peraturan Perundang-undangan yangberlaku;
c. mengamankan dan mengendalikan teknik pelaksanaan tugas pokok berdasarkankebijaksanaan yang di tetapkan oleh Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB IIISUSUNAN ORGANISASI
Pasal 5
(1) Susunan Organisasi PDAM adalah sebagai berikut :a. Dewan Pengawasb. Direksi :
1. Direktur Utama.2. Direktur Umum dan Administrasi.3. Direktur Teknik.
(2) Direktur Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b Angka 1,membawahi :a. Direktur Umum dan Administrasi.b. Direktur Teknik.c. Satuan Pengawasan Intern (SPI)d. Satuan Penelitian Pengembangan (Litbang) dan Pengolahan Data Elektronik (PDE)e. Cabangf. Unit Usaha
(3) Direktur Umum dan Administrasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) huruf b,Angka 2, membawahi :
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -13
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
a. Bagian Umum yang terdiri dari :1. Subbag Tata Usaha.2. Subbag Sumber Daya Manusia.3. Subbag Logistik, Perlengkapan dan Penataan Asset.4. Subbag Pemeliharaan Umum.
b. Bagian Keuangan yang terdiri dari :1. Subbag Anggaran.2. Subbag Akuntansi.3. Subbag Kas.4. Subbag Pengelola Rekening & Penagihan.
c. Bagian Hukum, Humas dan Hubungan Langganan yang terdiri dari :1. Subbag Hukum dan Humas2. Subbag Hubungan Langganan.
(4) Direktur Teknik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b Angka 3,membawahi :a. Bidang Perencanaan, terdiri dari :
1. Seksi Survey Perencanaan.2. Seksi Monitoring dan Evaluasi.3. Seksi Pelaporan dan Dokumentasi.
b. Bidang Produksi, yang terdiri dari :1. Seksi Sumber dan Pengolahan I ( Kota).2. Seksi Sumber dan Pengolahan II (Utara).3. Seksi Sumber dan Pengolahan III (Selatan).4. Seksi Laboratorium.5. Seksi Pemeliharaan Sarana Produksi.
c. Bidang Transmisi / Distribusi terdiri dari :1. Seksi Pendistribusian Air.2. Seksi Pemeliharaan Jaringan dan Kebocoran Air.3. Seksi Bengkel Meter.
(5). Satuan Pengawasan Intern(6). Satuan Penelitian Pengembangan (Litbang) dan Pengelolaan Data Elektronik (PDE).
Pasal 6
Susunan organisasi PDAM adalah sebagaimana terlampir dalam peraturan daerah ini yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
BAB IVTATA KERJA
Pasal 7
Direksi, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Ketua SPI, Ketua Litbang serta Kepala Cabangdalam melaksanakan tugas berkewajiban :
a. Menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta simplikasibaik secara vertikal maupun secara horizontal.
b. Bertanggung jawab memimpin, mengawasi bawahannya masing-masing danmemberikan bimbingan serta petunjuk – petunjuk bagi pelaksanaan fungsi dantugas bawahannya sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -14
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
c. Mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk dan bertanggung jawab kepadaatasannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
d. Menyampaikan laporan tepat pada waktunya kepada atasan sesuai dengan bidangtugasnya.
BAB VKEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI
Bagian PertamaDEWAN PENGAWAS
Pasal 8
Dewan Pengawas mempunyai tugas:a. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap pengurusan dan
pengelolaan PDAM;b. Memberikan pertimbangan dan saran kepada Bupati diminta atau tidak diminta guna
perbaikan dan pengembangan PDAM antara lain pengangkatan Direksi, program kerjayang diajukan oleh Direksi, rencana perubahan status kekayaan PDAM, rencanapinjaman dan ikatan hukum dengan pihak lain, serta menerima, memeriksa dan ataumenandatangani Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan; dan
c. Memeriksa dan menyampaikan Rencana Strategis Bisnis (business plan/corporate plan),dan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan PDAM yang dibuat Direksi kepada Bupatiuntuk mendapatkan pengesahan.
Pasal 9
Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,mempunyai fungsi :a. Menilai kinerja Direksi dalam mengelola PDAM;b. Menilai Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan yang disampaikan Direksi untuk
mendapat pengesahan Bupati;c. Meminta keterangan Direksi mengenai pengelolaan dan pengembangan PDAM; dand. Mengusulkan pengangkatan, pemberhentian sementara, rehabilitasi dan pemberhentian
Direksi kepada Bupati.
Bagian KeduaDIREKTUR UTAMA
Pasal 10
Kedudukan Direktur Utama :1. Direktur Utama berkedudukan sebagai unsur pembantu Bupati dalam menyelenggarakan
tugas pokok dan fungsi sesuai dengan bidangnya.2. Direktur Utama berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.
Pasal 11
Direktur Utama mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam pengelolaan PDAMmeliputi :
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -15
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
a. Perencanaanb. Pengkoordinasianc. Penetapan Programd. Pengendalian Operasionale. Pelaporanf. Mewakili PDAM baik didalam maupun diluar PDAMg. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan bidang
tugasnya.
Pasal 12
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 Direktur Utamamempunyai fungsi :a. Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan PDAM.b. Merencanakan, menetapkan program kerja serta perumusan anggaran pendapatan dan
biaya PDAM.c. Bersama Direksi lainnya merumuskan strategi dan mengambil keputusan serta
menjalankan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengawas ataspersetujuan Bupati dalam pelaksanaan operasional PDAM sesuai dengan peraturanyang berlaku.
d. Mengangkat, menempatkan, membina dan memberhentikan Pegawai sesuai dengankebutuhan, kemampuan dan peraturan yang berlaku serta berkoordinasi denganDirektur Umum dan Administrasi dan Direktur Teknik.
Bagian KetigaDIREKTUR UMUM DAN ADMINISTRASI
Pasal 13
1. Direktur Umum dan Administrasi berkedudukan sebagai unsur pembantu DirekturUtama dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi sesuai dengan bidangnya.
2. Direktur Umum dan Administrasi berada dibawah dan bertanggung jawab kepadaDirektur Utama.
Pasal 14
Direktur Umum dan Administrasi mempunyai tugas pokok membantu Direktur Utamadalam pengelolaan Bagian Umum yang meliputi Kepegawaian, Pemeliharaan Umum,Kinerja Keuangan, Pelayanan Adminstrasi Pelanggan, Kesekretariatan, Logistik,Perlengkapan dan Penataan Asset serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan olehDirektur Utama sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 15
Untuk menyelengarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 14, DirekturUmum dan Administrasi mempunyai fungsi :a. Pengaturan, pengawasan dan pengendalian kegiatan pada Bagian Umum, Bagian
Keuangan dan Bagian Hukum, Humas dan Hubungan Langganan.b. Penetapan kebijaksanaan mengenai pemeliharaan umum dan penggunaan secara efektif
semua peralatan, fasilitas serta perlengkapan milik PDAM .
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -16
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
c. Pengawasan, Penyusunan anggaran belanja, perencanaan besarnya anggaran kerjaPDAM, perumusan dan penetapan kebijaksanaan mengenai penggunaan keuangansecara lebih efektif bersama Direktur Teknik.
d. Perencanaan dan pengendalian sumber-sumber pendapatan belanja, tarif, penerimaandan pendapatan PDAM.
e. Penilaian dan persetujuan setiap pembelian untuk keperluan operasional sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Pengendalian, penyelenggaraaan pembukuan dan penilaian laporan keuangan untukmengusulkan perbaikan posisi keuangan dan persediaan kepada Direktur Utama.
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai mana dimaksud dalam pasal 14 dan15 Direktur Bidang Umum dan Administrasi dibantu oleh :a. Kepala Bagian Umum.b. Kepala Bagian Keuangan.c. Kepala Bagian Hukum, Humas dan Hubungan Langganan
Pasal 17
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 KepalaBagian dibantu oleh Kepala Sub Bagian.
Bagian KeempatDIREKTUR TEKNIK
Pasal 18
1. Direktur Teknik berkedudukan sebagai unsur pembantu Direktur Utama dalammenyelenggarakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan bidangnya.
2. Direktur Teknik berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Pasal 19
Direktur Teknik mempunyai tugas pokok membantu Direktur Utama dalam pengelolaan,perencanaan, dan pengembangan sistim penyediaan air minum meliputi terjaminnyapasokan produksi air yang memenuhi standar kualitas air dan kegiatan pendistribusian airsecara merata, terus-menerus dan pengendalian instalasi perpipaan PDAM sertamelaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur Utama sesuai dengan bidangtugasnya.
Pasal 20
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, DirekturTeknik mempunyai fungsi :a. Pengkoordinasian, pengendalian dan pengawasan kegiatan pada Bidang Perencanaan,
Produksi, Transmisi, Distribusi dan Perawatan / Pemeliharaan.b. Penetapan kebijaksanaan mengenai pemeliharaan teknik dan penggunaannya secara
efektif dan efisien serta pengawasan pemakaian material dan bahan kimia.c. Perencanaan sistim penyediaan air minum untuk keperluan produksi dan distribusi.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -17
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
d. Perumusan alternatif dan kebijaksanaan mengenai peningkatan kinerja produksi,distribusi air dan penanggulangan kehilangan air.
Pasal 21
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 dan 20 Direktur Teknikdibantu oleh :a. Kepala Bidang Perencanaan.b. Kepala Bidang Produksi.c. Kepala Bidang Transmisi dan Distribusi.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai mana dimaksud dalam pasal 21 KepalaBidang dibantu oleh Kepala Seksi.
Bagian KelimaSATUAN PENGAWASAN INTERN
Pasal 23
(1). Satuan Pengawasan Intern dipimpin oleh seorang Ketua yang kedudukannya setingkatdengan Kepala Bagian dan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
(2). Ketua Satuan Pengawasan Intern dibantu oleh maksimal lima orang anggota yangkedudukannya setingkat dengan Kepala Sub Bagian.
Bagian KeenamSATUAN PENELITIAN PENGEMBANGAN (LITBANG) DAN
PENGOLAHAN DATA ELEKTRONIK (PDE)
Pasal 24
(1). Satuan Penelitian Pengembangan (Litbang) dan Pengolahan data Elektronik (PDE)dipimpin oleh seorang Ketua yang kedudukannya setingkat dengan Kepala Bagian danberada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
(2). Satuan Penelitian Pengembangan dan Pengolahan data Elektronik dibantu olehmaksimal lima orang anggota yang kedudukannya setingkat dengan Kepala Sub Bagian.
Bagian KetujuhCABANG
Pasal 25
1. Untuk mendukung operasional dan pelayanan kepada pelanggan, PDAM dapatdibentuk cabang pelayanan yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi
2. Cabang perusahaan dipimpin oleh seorang Kepala Cabang yang berkedudukansetingkat dengan Kepala Bagian/Bidang dan berada dibawah serta bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -18
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
3. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Cabang dibantu oleh Kepala Seksi sesuaidengan kebutuhan.
Bagian kedelapanUNIT USAHA
Pasal 26
Untuk Pengembangan usaha PDAM dapat membentuk unit usaha.
BAB VIIKETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 27
Uraian tugas dan fungsi masing-masing Bagian, Bidang, Satuan, Cabang, Sub Bagian danSeksi ditetapkan dengan Keputusan Direksi.
BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta SaktiKabupaten Daerah Tingkat II Kerinci dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangannya dalam LembaranDaerah Kabupaten Kerinci.
Ditetapkan di Sungai PenuhPada tanggal2009
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH BUPATI KERINCI,KABUPATEN KERINCI
KETUA
H. NASRUL MADIN H. MURASMAN
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -19
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Untuk penetapan tarif air minum, maka ditetapkan SK Direksi, yaitu:
SURAT KEPUTUSAN DIREKSIPERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SAKTI
KABUPATEN KERINCI
NOMOR : TAHUN 2012
TENTANG
PERATURAN PELAYANAN AIR MINUMPERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SAKTI KABUPATEN KERINCI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SAKTI,
Menimbang : a. bahwa Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti Kabupaten Kerincimerupakan Perusahaan Daerah yang menyelenggarakan SistemPenyediaan Air Minum ;
b. bahwa untuk meningkatkan pelayanan Perusahaan Daerah Air MinumTirta Sakti Kabupaten Kerinci serta dalam rangka mencapai MDGs(Millenium Development Goals) tahun 2015, maka perlu diatur hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan air minum;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada hurufa dan huruf b, maka Direksi memandang perlu untuk mengeluarkanSurat Keputusan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerahsebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun1969 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 37,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2901);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang PengelolaanLingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3699);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang PerlindunganKonsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -20
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3866);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organdan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum;
8. Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah Nomor 43 Tahun 2000tentang Pedoman Kerjasama Perusahaan Daerah Dengan PihakKetiga;
9. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1990 tentang PembentukanPerusahaan Daerah air Minum Tirta Sakti Kabupaten Kerinci;
10. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang Dewan Pengawas,Direksi dan KepegawaianPerusahaan Daerah Air Minum Tirta SaktiKabupaten Kerinci;
11. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasidan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti KabupatenKerinci;
12. Keputusan Bupati Kerinci Nomor :690/Kep.329/2009 tentangPenetapan Tarif Air Minum dan Non Air Pada Perusahaan Daerah AirMinum Tirta Sakti Kabupaten Kerinci;
13. Peraturan Perusahaan Nomor 02 Tahun 2009 tentang KetentuanKepegawaian PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci;
DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SAKTI
KABUPATEN KERINCI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUMTIRTA SAKTI KABUPATEN KERINCI TENTANG PERATURANPELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUMTIRTA SAKTI KABUPATEN KERINCI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Direksi ini yang dimaksud dengan:
1. Direksi adalah Direksi PDAM.2. Daerah adalah Kabupaten Kerinci3. Pemerintah Daerah adalah Bupati Kerinci dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.4. Perusahaan Daerah Air Minum, yang selanjutnya disebut PDAM, adalah Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Sakti Kabupaten Kerinci.5. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas PDAM.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -21
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
6. Air baku untuk air minum, yang selanjutnya disebut air baku, adalah air yang dapatdimanfaatkan oleh PDAM yang dapat berasal dari sumber air permukaan, mata air,danau yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
7. Air minum adalah air minum produksi PDAM.8. Mata air adalah sumber air yang berasal dari lapisan bawah tanah/aquifer yang
muncul ke permukaan tanah secara alamiah.9. Air permukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah.10. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.11. Sarana dan prasarana air minum adalah bangunan beserta peralatan dan
perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan mendistribusikan air minumuntuk masyarakat.
12. Pipa transmisi air baku adalah pipa pembawa air baku dari bangunan penangkap air(intake) ke Instalasi Pengolahan Air (IPA).
13. Pipa transmisi air bersih adalah pipa pembawa air bersih dari sumber mata air ataudari Instalasi Pengolahan Air (IPA) ke reservoir/bak penampungan.
14. Pipa distribusi adalah pipa primer dan sekunder pembawa air minum dari Reservoiryang disalurkan kepada pelanggan.
15. Pipa dinas adalah pipa dan perlengkapannya yang menghubungkan pipa distribusidengan pipa persil sampai dengan meter air.
16. Pipa Tertier adalah pipa beserta peralatan yang terletak antara pipa dinas dan pipadistribusi dimana pada pipa tertier terletak titik pengambilan (taping) ke sambunganrumah.
17. Pipa persil adalah pipa beserta peralatan dan perlengkapannya yang terletak dalampersil pelanggan sesudah meter air.
18. Persil adalah sebidang tanah yang dimiliki/dikuasai oleh seseorang atau badan, yangmempunyai ukuran tertentu sesuai dengan bukti kepemilikan tanah.
19. Meter air adalah alat untuk mengukur volume pemakaian air oleh pelanggan dalamsatuan waktu tertentu dan sudah ditera oleh lembaga yang berwenang.
20. Instrumen Meter Air adalah peralatan mekanis yang terdapat pada meter air yaitukipas, kaca, magnit meter, register kapsul, meter, tutup meter dan peralatan lainnyayang terdapat di dalam meter air.
21. Segel meter adalah segel yang dipasang oleh instansi yang berwenang untukmenandakan ketelitian meter sudah memenuhi syarat.
22. Segel dinas adalah segel yang dipasang oleh PDAM pada meter air ke pipa dinas danpipa persil untuk mencegah penyalahgunaan meter air oleh pelanggan dari jaringanperpipaan.
23. Pelanggan adalah perorangan atau sekelompok masyarakat/badan yang menggunakanjasa pelayanan air minum dari PDAM.
24. Non Air adalah pelayanan yang meliputi sambungan baru, pemeriksaan air lab,penyambungan kembali, balik nama, denda, pemeriksaan instalasi pelanggan,penggantian meter, penggantian pipa persil dan non air lainnya.
25. Eks pelanggan adalah pelanggan yang berhenti menjadi pelanggan.26. Instalatir air minum adalah suatu badan usaha atau perorangan yang bergerak dalam
pekerjaan instalasi air minum dan telah memiliki persyaratan sesuai peraturanperundang-undangan.
27. Terminal Air dan Hidran Umum, yang selanjutnya disebut TAHU, adalah saranapelayanan air minum yang terlebih dahulu ditampung dalam sebuah tangki atau bakdan pengambilannya dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan jerigen ataualat sejenis.
28. Tarif air minum adalah harga air minum untuk setiap meter kubik (m3) yang harusdibayar oleh pelanggan.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -22
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
29. Rekening air minum adalah kewajiban yang harus dibayar oleh pelanggan setiap bulansesuai jumlah pemakaian air ditambah biaya tetap.
BAB IIAZAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Azas penyelenggaraan PDAM meliputi azas kepastian hukum, keterbukaan,partisipatif, akuntabilitas, kepentingan umum, profesionalisme, kesamaan hak ,keseimbangan hak dan kewajiban, efisiensi dan efektifitas.
(2) Tujuan pelayanan air minum adalah untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakatsecara berkesinambungan sesuai standar kesehatan dengan mengutamakan pemerataanpelayanan, mempertimbangkan keterjangkauan masyarakat, membantu danmendorong pertumbuhan perekonomian daerah.
(3) Ruang lingkup pelayanan PDAM meliputi semua bentuk pelayanan yang berkaitandengan air minum dan non air.
BAB IIIPENYELENGGARAAN PELAYANAN AIR MINUM
Bagian PertamaKewenangan
Pasal 3
(1) PDAM merupakan Badan Usaha Milik Daerah yang diberi wewenang untukmenyelenggarakan pelayanan air minum yang dimanfaatkan untuk masyarakat umum.
(2) Untuk melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PDAM memilikitugas sebagai berikut:a. menyediakan pelayanan air minum bagi masyarakat .b. melakukan pemeliharaan terhadap aset PDAM;c. melaksanakan perluasan cakupan pelayanan pada wilayah dimana sumber air tanah
tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai air minum;d. mengatur sistem pendistribusian air minum sesuai dengan kapasitas produksi yang
tersedia;e. berpartisipasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya air dalam
rangka konservasi lingkungan;f. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam melaksanakan penyelenggaraan pelayanan air minum sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) PDAM dapatmengadakan kerjasama dengan pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Bagian KeduaHak dan Kewajiban PDAM Terhadap Pelanggan
Paragraf 1Hak PDAM
Pasal 4
Dalam penyelenggaraan pelayanan air minum, PDAM mempunyai hak sebagai berikut:
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -23
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
a. menagih dan menerima hasil penjualan air dan/atau non air dari pihak lain ataupelanggan;
b. menetapkan dan mengenakan denda terhadap keterlambatan pembayaran tagihan;c. menolak dan/atau menerima permintaan calon pelanggan dengan memperhatikan
kapasitas produksi dan alasan-alasan teknis lainnya;d. menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggan dan eks
pelanggan, atau pihak lain sesuai ketentuan;e. melakukan pemeriksaan atas rangkaian pipa dinas dan pipa persil apabila diperlukan.
Paragraf 2Kewajiban PDAM
Pasal 5
Dalam penyelenggaraan pelayanan air minum PDAM mempunyai kewajiban sebagai berikut:a. mengoperasikan sarana pelayanan air minum secara optimal;b. Apabila dalam jangka waktu 1 X 24 (satu kali dua puluh empat jam) PDAM tidak dapat
memenuhi aliran air setelah mendapat laporan dari pelanggan, maka PDAMmenyediakan kebutuhan air melalui cara lain atau memberitahu kepelanggan tentanggangguan aliran air.
c. memberikan pelayanan air minum kepada pelanggan dengan memperhatikan kualitas,kuantitas dan kontinuitas kecuali dalam keadaan memaksa (force majeure);
d. melaksanakan penggantian meter air secara periodik paling sedikit setiap 5 (lima)tahun, dan apabila sebelum 5 tahun meter air mengalami kerusakan secara teknis ,maka kewajiban PDAM untuk melakukan penggantian meter air;
e. memberitahukan kepada pelanggan tentang adanya gangguan dan hambatan pelayanan;f. melakukan pemeriksaan kualitas air minum;g. melayani dan menindaklanjuti keluhan pelanggan;h. meningkatkan kapasitas air untuk menjaga kontinuitas pendistribusian;i. menyediakan call centre yang aktif selama 24 (dua puluh empat) jam dan kotak pos
pengaduan.
Bagian KetigaPelayanan Umum Air Minum
Pasal 6PDAM memberikan pelayanan untuk kepentingan umum sesuai dengan kemampuan yangmeliputi:
a. menyediakan hidran kebakaran di tempat-tempat tertentu;b. menyediakan loket pembayaran rekening air yang memberikan kemudahan bagi
pelanggan.
Bagian KeempatTata Cara Pelayanan Air Minum
Paragraf 1Pemasangan Baru
Pasal 7
(1) Setiap permohonan pemasangan baru harus diajukan secara tertulis kepada PDAM.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -24
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
(2) Permohonan pemasangan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakanformulir yang harus diisi dengan benar, jelas dan lengkap, diberi tanggal, danditandatangani serta melampirkan persyaratan yang ditentukan oleh PDAM.
(3) Permohonan pemasangan baru dapat diterima atau ditolak oleh PDAM.(4) Terhadap permohonan yang diterima, pemasangan sambungan akan dilaksanakan paling
lama 3(tiga) hari kerja setelah permohonan pemasangan baru diterima dan biayapemasangan dilunasi.
(5) Terhadap permohonan pemasangan baru yang ditolak, PDAM memberikan alasan yangjelas secara tertulis paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah pengajuan permohonandan pelunasan biaya disertai pengembalian segala sesuatunya yang menjadi hakpemohon.
Pasal 8
Setiap pemasangan baru pelayanan air minum dikenakan biaya pemasangan sesuai denganPeraturan.
Pasal 9
Untuk pemasangan baru khusus komplek real estate/BTN dan Perkantoran yang belum adajaringan air minumnya/perpipaan, seluruh biaya prasarana dan sarana air minumdibebankan kepada pihak pengembang berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yangdibuat oleh PDAM.
Pasal 10
(1) Untuk pelanggan baru golongan niaga/industri yang melakukan pemasangan pipa persilsendiri dikenakan biaya pengawasan yang besarnya 40% (empat puluh perseratus) dariharga pipa persil yang terpasang.
(2) Pipa persil untuk pelanggan niaga/industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan jaminan selama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya berita acara pemeriksaandan pengawasan dalam hal terjadi kebocoran.
(3) Jaminan yang diberikan PDAM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya padakebocoran jaringan perpipaan.
Pasal 11
Pipa dinas, meter air dan instrumennya yang dipergunakan dalam penyambungan airminum ke persil pelanggan, sepenuhnya milik PDAM.
Paragraf 2Pemutusan Sambungan Langganan
Pasal 12
(1) PDAM dapat melakukan pemutusan sambungan kepada pelanggan karena hal-halsebagai berikut:a. menunggak rekening air minum selama 3 (tiga) bulan berturut-turut;b. pelanggaran yang mengakibatkan kerugian bagi PDAM;c. karena permintaan pelanggan.
(2) Pemutusan sambungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:a. pemutusan sementara;b. pemutusan tetap.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -25
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Pasal 13
(1) Pemutusan sementara adalah tindakan yang dilakukan PDAM kepada pelanggan berupapencabutan meter air untuk sementara.
(2) Pemutusan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:a. pemutusan sementara selama 2 (dua) bulan karena adanya tunggakan dan atau
adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggan;b. pemutusan sementara atas permintaan sendiri paling lama 6 (enam) bulan dengan
terlebih dahulu melunasi seluruh tunggakan.(3) Pemutusan sementara dapat disambung kembali paling lambat 2 (dua) hari setelah
pelanggan melunasi tunggakan dan denda administrasi ditambah biaya penyambungankembali yang diatur sesuai dengan ketentuan perusahaan.
Pasal 14
(1) Pemutusan tetap adalah pemutusan dari pipa tertier/distribusi.(2) Pemutusan tetap dilakukan apabila:
a. pelanggan tidak menyelesaikan segala kewajibannya dalam jangka waktusebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a;
b. pelanggan tidak memperpanjang masa pemutusan sementara dalam jangka waktusebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b;
c. atas permintaan pelanggan dengan mengajukan permohonan tertulis untuk berhentimenjadi pelanggan PDAM dengan melunasi segala sesuatu yang menjadi kewajibanpelanggan.
(3) Pemutusan tetap dapat disambung kembali setelah pelanggan melunasi tunggakan dandenda ditambah biaya penyambungan kembali.
BAB IVREKENING AIR MINUM
Bagian PertamaTarif Air Minum
Pasal 15(1) Setiap orang atau badan yang menggunakan jasa pelayanan air minum dikenakan tarif
air minum.(2) Perhitungan dan penetapan tarif air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan tarif yang berlaku.
Pasal 16
(1) Besarnya tarif air minum dihitung berdasarkan formulasi sesuai dengan peraturanperundang-undangan.
(2) PDAM dapat melaksanakan penyesuaian tarif air minum secara berkala yang tata caradan penghitungannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -26
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Bagian KeduaRekening Air Minum
Pasal 17(1) Rekening air minum terdiri atas:
a. jumlah pemakaian air minum pelanggan per meter kubik (m³) dikalikan dengan tarifair;
b. biaya beban tetap yang terdiri atas:1) Biaya Pemeliharaan Meter Air (BPMA);
2) Biaya Administrasi (BA).
(2) Biaya beban tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dalam KeputusanBupati.
(3) Jumlah pemakaian air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dihitungberdasarkan hasil pembacaan meter air selama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila meter air tidak terbaca atau tidak berjalan baik maka jumlah pemakaian airminum dihitung berdasarkan pemakaian rata-rata 3 (tiga) bulan terakhir.
(5) PDAM dapat menyesuaikan biaya beban tetap sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf bsecara berkala yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian KetigaPembayaran Rekening Air Minum
Pasal 18(1) Pembayaran rekening air minum dilakukan pada tempat-tempat yang ditentukan oleh
PDAM.(2) Pembayaran rekening air minum dimulai tanggal 1 (satu) sampai dengan tanggal 20
(dua puluh) setiap bulan.(3) Keterlambatan pembayaran rekening air minum dikenakan denda keterlambatan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.(4) Besarnya denda keterlambatan dan biaya administrasi segel meter sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian KeempatBiaya Non Air
Pasal 19
(1) Selain biaya pemasangan baru dan biaya dalam rekening air, kepada pelanggan dapatdikenakan biaya non air yang terdiri atas:a. biaya penyambungan kembali;b. biaya balik nama;c. biaya penggantian meter air atas permintaan pelanggan;d. biaya pindah letak meter;e. biaya tera meter atas permintaan pelanggan ;f. biaya pengujian kualitas air minum;g. biaya beban pelanggan pasif.
(2) Besaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan KeputusanDireksi.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -27
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
BAB VHAK DAN KEWAJIBAN PELANGGAN
Bagian PertamaHak Pelanggan
Pasal 20
Pelanggan mempunyai hak sebagai berikut:a. mendapatkan hasil pengujian atas:
1) perhitungan tagihan rekening air minum bulanan;2) kualitas air;3) akurasi meter air.
b. mendapatkan penjelasan atas ketentuan yang telah disepakati pada saat mengajukanpemasangan baru;
c. mendapatkan informasi tentang struktur dan besaran tarif serta tagihand. mendapatkan penggantian meter air apabila berdasarkan hasil tera meter,
menunjukkan kondisi rusak;e. mengajukan permohonan pemutusan sementara atas permintaan sendiri;f. menyampaikan pengaduan tentang layanan air minum yang meliputi:
1) keberatan atas tagihan rekening air minum;2) pendistribusian air minum;3) kualitas air minum4) hal-hal lain yang menyangkut pelayanan air minum.
Bagian KeduaKewajiban Pelanggan
Pasal 21
Pelanggan mempunyai kewajiban sebagai berikut:a. segera melaporkan apabila mengetahui adanya kerusakan pipa dinas atau sarana milik
PDAM lainnya;b. mentaati seluruh ketentuan dan prosedur yang tercantum dalam surat pernyataan yang
ditetapkan oleh PDAM dan peraturan pelayanan air minum;c. bertanggungjawab atas kerusakan atau kehilangan meter air dan rangkaian pipa dinas
yang berada di lingkungan rumah pelanggan;d. melaksanakan pendaftaran atas perubahan kepemilikan rumah atau bangunan dan
dikenakan biaya balik nama;e. memberi kemudahan kepada petugas PDAM dalam melaksanakan tugas kedinasannya di
dalam persil pelanggan;f. bertanggungjawab apabila terjadi pemakaian air besar atau penurunan kualitas air
akibat menggunakan bak penampungan (menara air atau penampungan air di bawahpermukaan tanah/ground reservoir) atau terjadi kebocoran pipa persil (setelah meterair);
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -28
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
g. memelihara pipa dinas, segel dinas dan segel meter, meter air serta instrumen metertermasuk kelengkapannya yang berada di dalam persil pelanggan sejak menjadipelanggan;
h. pelanggan sebagai pemilik persil bertanggungjawab penuh atas beban biaya yangditimbulkan oleh pihak lain.
Bagian KetigaPelayanan Pengaduan
Pasal 22
(1) Pelanggan dapat menyampaikan pengaduan tentang pelayanan air minum.(2) PDAM menindaklanjuti pengaduan baik secara teknis maupun administrasi.(3) PDAM memberikan informasi yang diperlukan kepada pihak terkait.(4) Penyelesaian perselisihan antara pelanggan dan PDAM dapat dilaksanakan di luar
pengadilan yang dilakukan melalui azas musyawarah/mufakat atau alternatifpenyelesaian sengketa sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB VIPENGENDALIANBagian Pertama
LaranganPasal 23
Setiap orang atau badan dilarang:a. menimbun dan atau mendirikan bangunan di atas meter air;b. menggabungkan air PDAM dengan air dari sumber lainnya dalam 1 (satu) saluran pipa
persil;c. mendistribusikan air minum ke luar persil pelanggan;d. menjual air minum kepada pihak lain dengan cara dan dalih apapun kecuali telah
diperjanjikan terlebih dahulu dengan pihak PDAM;e. mendistribusikan air minum dari kran umum atau terminal air dengan segala jenis pipa
dan atau saluran ke rumah ataupun ke pihak lain;f. memindahkan lokasi meter air/hidran tanpa seizin PDAM;g. merusak jaringan pipa, melepas dan menghilangkan segel, membalik arah meter air
atau merusak meter air dan instrumennya;h. menyadap air minum langsung dari pipa distribusi atau pipa dinas tanpa melalui meter
air dan atau mengambil air minum sebelum meter air;i. menyambung kembali saluran air minum (secara illegal), setelah dilakukan pemutusan
sambungan oleh PDAM;j. mengubah ukuran dan letak pipa dinas yang dipasang;k. menjual air minum dari kran umum dengan menggunakan mobil tangki tanpa seizin
PDAM;l. menggunakan pompa hisap langsung dari pipa dan atau cara lain yang menyimpang
dari ketentuan PDAM;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -29
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
m. melakukan kegiatan yang mengakibatkan kerusakan sumber daya air dansarana/prasarana PDAM, mengganggu upaya pengolahan dan pendistribusian air ataumengakibatkan pencemaran air secara sengaja maupun sebagai akibat kelalaian;
n. melakukan kegiatan di sekitar sumber air yang mengakibatkan kerugian terhadapPDAM dan yang merusak fungsi sumber air secara sengaja maupun sebagai akibatkelalaian;
o. menggunakan logo, atribut, atau mengatasnamakan PDAM di luar kepentingan PDAM.
Bagian KeduaPemeriksaan/Penelitian
Pasal 24
(1) Pengujian meter air dilaksanakan di bengkel meter PDAM dan dapat disaksikan olehpelanggan.
(2) Apabila menurut hasil pengujian terbukti meter air dinyatakan tidak/kurang baik atauterdapat penyimpangan dari semestinya, maka perlu dilakukan penggantian meter airtanpa dipungut biaya dan besaran pemakaian airnya akan diperhitungkan.
(3) Apabila hasil pengujian meter air atas permintaan pelanggan dinyatakan baik, makapelanggan dikenakan biaya pengujian meter air yang besarnya diatur denganKeputusan Direksi.
Bagian KetigaPengawasan
Pasal 25
Pengawasan terhadap pelayanan air minum dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah bersama-sama dengan pelanggan dan masyarakat umum.
BAB VIIPERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 26
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan informasi mengenai gangguanpelayanan PDAM.
(2) Masyarakat berhak untuk memberikan saran secara lisan atau tertulis dalam rangkapeningkatan pelayanan PDAM.
(3) Untuk memenuhi hak masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PDAM wajibmenyediakan sarana yang memadai.
BAB VIIISANKSI ADMINISTRASI
Pasal 27
(1) Setiap pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23dikenakan sanksi administrasi yang terdiri atas:
a. sanksi denda;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -30
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
b. sanksi polisional.(2) Sanksi polisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. penyegelan meter air;b. pemutusan sambungan langganan yang terdiri atas:
1) pemutusan sementara sambungan langganan;2) pemutusan tetap sambungan langganan.
BAB IXMEKANISME DAN TATA CARA SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 28
(1) Sanksi denda keterlambatan pembayaran rekening adalah dikenakan denda progresifsebagai berikut :
a. Terlambat pembayaran rekening setelah tanggal 20 setiap bulan dikenakan tarifBiaya Keterlambatan (BK) sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Terlambat pembayaran rekening mulai tanggal 1 berikutnya dan seterusnyadikenakan denda tarif progresif.
(2) Sanksi denda administrasi dikenakan kepada pelanggan yang melakukan pelanggaransebagai berikut :a. Menimbun meter air dengan bahan material dan atau mendirikan bangunan di atas
meter air yang mempersulit pelaksanaan tugas petugas PDAM, dikenakan dendasebesar Rp. 250.000,- (Dua ratus lima puluh ribu rupiah).
b. Menggabungkan air PDAM dengan air dari sumber lainnya dalam 1 (satu) saluranpipa persil, dikenakan denda sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu juta rupiah).
c. Mendistribusikan air minum ke luar persil pelanggan, dikenakan denda sebesar Rp.1.500.000,- (Satu juta lima ratus ribu rupiah).
d. Menjual air minum kepada pihak lain dengan cara dan dalih apapun tanpa seizinPDAM, dikenakan denda sebesar Rp. 2.000.000,- (Dua juta rupiah).
e. Mendistribusikan air minum dari Kran Umum atau Terminal Air dengan segala jenispipa dan atau saluran ke rumah ataupun ke pihak lain, dikenakan denda sebesarRp.1.500.000,- (Satu juta lima ratus ribu rupiah).
f. Memindahkan Hidran, Kran Umum tanpa seizin PDAM, dikenakan denda sebesarRp.2.000.000,- (Dua juta rupiah).
g. Merusak jaringan pipa, melepas meter air/ segel, membalik arah meter air ataumerusak meter air dan instrumennya, dikenakan denda dengan rumus perhitungan :3 m³/hari x 30 hari x 12 bln x tarif + Rp. 500.000,-
h. Menghilangkan meter air, dikenakan denda sesuai dengan harga meter.i. Menyambung kembali saluran air minum (secara illegal), setelah dilakukan
pemutusan sambungan oleh PDAM , dikenakan denda dengan rumus perhitungan : 3m³/hari x 30 hari x 12 bln x tarif + Rp.500.000,-
j. Mengubah ukuran dan letak pipa dinas yang dipasang, dikenakan denda sebesarRp.3.000.000,- (Tiga juta rupiah).
k. Menjual air minum dari Kran Umum Sosial degan menggunakan Mobil Tangki tanpaseizin PDAM, dikenakan denda tarif Niaga Besar (NB) sesuai pemakaian.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -31
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
l. Menggunakan pompa hisap langsung dari pipa melalui meter air dan atau cara lainyang menyimpang dari ketentuan PDAM, dikenakan denda sebesar Rp. 3.000.000,-(Tiga juta rupiah).
m. Menyadap air minum langsung dari pipa distribusi tanpa melalui meter air dan ataumengambil air minum sebelum meter air, dikenakan denda paling tinggi sebesarRp.50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah).
n. Melakukan kegiatan yang mengakibatkan kerusakan sumber daya air dansarana/prasarana PDAM, mengganggu upaya pengolahan dan pendistribusian airatau mengakibatkan pencemaran air secara sengaja maupun sebagai akibatkelalaian, dikenakan denda paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima puluh jutarupiah).
o. Menggunakan logo, atribut atau mengatasnamakan PDAM diluar kepentingan PDAM,dikenakan denda paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah).
BAB XKETENTUAN PIDANA
Pasal 29Setiap orang dan atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 23, penyelesaiannyadilimpahkan kepada pihak yang berwenang.
BAB XIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannyaakan diatur lebih lanjut.
Pasal 31
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan agar setiap orang dapatmengetahuinya.
Ditetapkan di : Sungai Penuh
Pada tanggal : 01 M e i 2012DIREKSI PDAM TIRTA SAKTI
KABUPATEN KERINCI
Ir. H. NANDANG MUZARDI, MMDIREKTUR UTAMA
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -32
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
3.2.3 KeuanganTabel III.2.1
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sakti Kabupaten KeriniLaporan Laba Rugi per 31 Desember 2012 dan 2011
Sumber : PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci, 2013.
PENDAPATANPENDAPATAN USAHA
PENDAPATAN PENJUALAN AIR 15.865.697.820,00 * 14.567.117.335,00Harga Air 12.741.380.320,00 * 12.401.055.835,00Beban Tetap 3.124.317.500,00 * 2.166.061.500,00
PENDAPATAN NON AIR 6.021.050.623,00 * 5.538.680.055,00Pendapatan Sambungan Baru 1.227.931.623,00 * 1.369.525.555,00Pendapatan Denda 374.404.000,00 * 263.876.500,00Pendapatan Penyambungan Kembali 43.575.000,00 * 52.675.000,00Pendapatan Balik Nama - 7.400.000,00Pendapatan Sewa HU - 2.110.000,00Pendapatan Jasa Perbaikan - 3.070.000,00Pendapatan Pindah Lokasi - 3.600.000,00Pendapatan AMDK 4.375.140.000,00 * 3.836.423.000,00
PENDAPATAN KEMITRAAN - -PENDAPATAN AIR LIMBAH - -
JUMLAH PENDAPATAN USAHA 21.886.748.443,00 * 20.105.797.390,00PENDAPATAN LAIN-LAIN 18.410.452,94 * 354.794.539,00
21.905.158.895,94 * 20.460.591.929,00
BEBANBEBAN OPERASIONAL
Beban Sumber Air 56.216.100,00 * 77.258.670,00Beban Pegawai 9.268.337.255,00 * 8.867.025.346,00Beban Listrik 1.387.289.332,00 * 1.130.933.395,00Beban BBM 74.229.525,00 * 120.446.040,00Beban Pemakaian Bahan Kimia 685.974.437,00 * -Beban Pemeliharaan 689.506.387,90 * -Beban Pemakaian Bahan Pembantu 82.998.900,00 * -Beban Penyusutan/Penyisihan/Amortisasi 3.760.720.507,75 * 2.820.556.797,00Beban Operasional Lainnya 2.038.633.337,37 * 7.981.484.637,00
JUMLAH BEBAN OPERASIONAL 18.043.905.782,02 * 20.997.704.885,00BEBAN NON OPERASIONAL 4.212.559.396,00 428.217.359,00
22.256.465.178,02 * 21.425.922.244,00
LABA/RUGI SEBELUM PAJAK PENGHASILAN (351.306.282,08) * (965.330.315,00)PAJAK PENGHASILAN - -
LABA/RUGI BERSIH (351.306.282,08) * (965.330.315,00)
JUMLAH PENDAPATAN
JUMLAH BEBAN
URAIAN 31 DESEMBER 201131 DESEMBER 2012
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -33
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
ASET LANCAR 6.258.992.231,16 * 5.388.589.902,00KAS DAN BANK 1.320.843.180,64 * 974.142.569,00
Kas 10.122.976,00 13.624.317,00Bank 1.310.720.204,64 960.518.252,00
INVESTASI JANGKA PENDEK 400.000.000,00 * -Deposito 400.000.000,00 -Surat Berharga - -
PIUTANG USAHA (NET) 3.004.183.036,75 * 2.442.511.418,00Piutang Rekening Air 3.799.764.140,00 3.353.502.632,00Piutang Rekening Non Air 35.885.960,50 37.930.836,00Piutang AMDK 892.370.700,00 682.625.170,00Penyisihan Piutang Usaha (1.723.837.763,75) (1.631.547.220,00)
PIUTANG NON USAHA (NET) 7.080.250,00 * 7.080.250,00Piutang Non Usaha 7.080.250,00 7.080.250,00Penyisihan Piutang Non Usaha - -
PERSEDIAAN 1.452.257.598,09 * 1.922.114.249,00Persediaan Bahan Operasi Kimia 121.457.800,50 165.468.738,00Persediaan Bahan Operasi Lainnya 2.020.050,00 5.338.575,00Persediaan Bahan Instalasi 997.827.295,59 1.203.156.107,00Persediaan Operasional AMDK 330.952.452,00 397.806.329,00Persediaan Barang Jadi AMDK 150.344.500,00Persediaan Lain-Lain - -Akumulasi Penurunan Nilai - -
PEMBAYARAN DIMUKA 74.628.165,68 * 42.741.416,00INVESTASI JANGKA PANJANG - -
Deposito Berjangka Lebih dari 1 tahun - -Penyertaan - - -Investasi jangka panjang lainnya - -
PROPERTI INVESTASI - -Nilai Perolehan - -Akumulasi Penyusutan - -Akumulasi Penurunan Nilai - -
ASET TETAP 69.364.649.795,91 * 34.620.563.624,91 * 53.590.911.412,00 22.472.391.752,00Tanah dan Penyempurnaan Tanah 580.865.775,00 539.365.775,00Instalasi Sumber Air 2.817.300.684,00 2.783.432.884,00Instalasi Pompa 1.038.916.081,00 966.026.081,00Instalasi Pengolahan Air 20.342.227.415,00 8.778.150.915,00Instalasi Transmisi dan distribusi 40.073.474.362,91 36.335.750.079,00Bangunan/Gedung 1.710.345.154,00 1.700.362.654,00Peralatan dan Perlengkapan 302.588.248,00 295.014.248,00Kendaraan/alat Pengangkutan 1.265.086.591,00 1.081.486.591,00Inventaris/Perabot Kantor 1.233.845.485,00 1.111.322.185,00Akumulasi Penyusutan (34.744.086.171,00) * (31.118.519.660,00)
Akumulasi Penyusutan Inst. Sumber Air (1.031.750.546,00) (882.478.474,00)Akumulasi Penyusutan Instalasi Pompa (673.761.453,00) (621.006.954,00)Akumulasi Penyusutan Inst. Pengolahan Air (7.210.991.851,00) (6.484.572.714,00)Akum.Penyusutan Inst. Trans. & Dist. (22.816.912.932,00) (20.714.760.559,00)Akumulasi Penyusutan Bangunan/ Gedung (755.174.762,00) (542.675.469,00)Akum.Penyusutan Peralatan & Perlengkapan (278.433.563,00) (255.063.959,00)Akum.Peny. Kendaraan/Alat Pengangkutan (999.048.080,00) (777.010.578,00)Akum.Peny. Inventaris/Perabot Kantor (978.012.984,00) (840.950.953,00)
Akumulasi Penurunan Nilai - -ASET TETAP LEASING - -
Nilai Perolehan - -Akumulasi Penyusutan - -
ASET LAIN-LAIN 872.050.000,00 * 872.050.000,00Aset Tetap dalam Penyelesaian - -Uang Jaminan - -Pembayaran dimuka pembagian laba kepada Pemda 872.050.000,00 872.050.000,00Aset Tidak Berwujud - -
TOTAL ASET 41.751.605.856,07 * 28.733.031.654,00
31 Desember 201131 Desember 2012URAIANASET
Tabel III.2.2Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sakti Kabupaten Kerini
Neraca Komparatif per 31 Desember 2012 dan 2011
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum III -34
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 1.497.230.807,74 * 2.409.466.323,00UTANG USAHA 744.347.146,00 * 1.458.420.779,00UTANG NON USAHA - -BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR 9.365.130,00 * 4.275.400,00PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA - -PINJAMAN JANGKA PENDEK - -
Pinjaman/Kredit Bank Jangka Pendek - -Pinjaman Jangka Pendek Lainnya - -
UTANG PAJAK 419.886.919,00 * 299.506.919,00PINJAMAN JANGKA PENDEK LAINNYA - -KEWAJIBAN JANGKA PANJANG YG TELAH JATUH TEMPO 323.631.612,74 * 647.263.225,00
Pokok Pinjaman dari Pemerintah Pusat yang Telah Jatuh Tempo 323.631.612,74 647.263.225,00Bunga Pinjaman dari Pemerintah Pusat yang Telah Jatuh Tempo
KEWAJIBAN IURAN PENSIUN - -KEWAJIBAN JANGKA PENDEK LAINNYA - -
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 17.859.411.917,58 * 17.859.411.918,00PINJAMAN DALAM NEGERI 17.859.411.917,58 * 17.859.411.918,00
Pokok Pinjaman dari Pemerintah Pusat 16.888.517.080,75 16.888.517.081,00Bunga Pinjaman yang Belum Jatuh Tempo 970.894.836,83 970.894.837,00
PINJAMAN LUAR NEGERI - -Bunga Masa Tenggang-Pinjaman Dalam Negeri - -Bunga Masa Tenggang-Pinjaman Luar Negeri - -
UTANG LEASING - -KEWAJIBAN LAIN-LAIN - -
PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN - -CADANGAN DANA - -UANG JAMINAN LANGGANAN - -
19.356.642.725,32 * 20.268.878.241,00
KEKAYAAN PEMDA YANG DIPISAHKAN - -Kekayaan Asal Anggaran Belanja Daerah - -Kekayaan Asal Dana Pembangunan Daerah - -
PENYERTAAN PEMERINTAH PUSAT 40.748.626.782,00 * 26.736.414.782,00Penyertaan Yang Telah Ditetapkan Statusnya - -Penyertaan Yang Belum Ditetapkan Statusnya 40.748.626.782,00 * 26.736.414.782,00
MODAL 7.752.038.043,20 * 7.482.134.043,00MODAL HIBAH 56.920.000,00 * 56.920.000,00SELISIH PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP - -CADANGAN - -
CADANGAN UMUM - -CADANGAN TUJUAN - -
LABA DITAHAN/(AKUMULASI KERUGIAN) (25.811.315.412,37) * (24.845.985.097,00)LABA (RUGI) PERIODE BERJALAN (351.306.282,08) * (965.330.315,00)
22.394.963.130,75 * 8.464.153.413,0041.751.605.856,07 * 28.733.031.654,00
URAIAN 31 Desember 201131 Desember 2012
TOTAL MODAL DAN KEWAJIBAN
MODAL DAN CADANGAN
KEWAJIBAN
TOTAL KEWAJIBAN
TOTAL MODAL DAN CADANGAN
lanjutan...
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -1
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
4.1. Kriteria Perencanaan4.1.1. Unit Air Baku
Tentukan kebutuhan air berdasarkan:
a. Proyeksi penduduk, harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode perencanaan
untuk perhitungan kebutuhan domestic
b. Identifikasi jenis penggunaan nondomestik sesuai RSNI T-01-2003 butir 5.2 tentang Tata
Cara Perencanaan Plambing
c. Pemakaian air untuk setiap jenis penggunaan sesuai RSNI T-01-2003 butir 5.2 tentang
Tata Cara Perencanaan Plambing
d. Perhitungan kebutuhan air domestil dan nondomestik berdasarkan perhitungan butir a,
b dan c
e. Kehilangan air fisik/teknis maksimal 15% dengan komponen utama penyebab kehilangan
atau kebocoran air sebagai berikut:
Kebocoran pada pipa transmisi dan pipa induk
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -2
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Kebocoran dan luapan pada tangki reservoir
Kebocoran pada pipa dinas hingga meter pelanggan
Sedangkan kehilangan nonteknis dan konsumsi resmi tak berekening diminiminalkan
hingga mendekati nol.
Kebutuhan air baku rata-rata dihitung berdasarkan jumlah perhitungan kebutuhan air
domestik, non domestik dan air tak berekening. Rencana alokasi air baku dihitung 130%
dari kebutuhan air baku rata-rata.
Unit Air Baku dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan pengambilan
/ penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pengadaan, dan/atau
sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air baku merupakan sarana pengambilan
dan/atau penyedia air baku
Ketentuan Teknis
1) Air Baku
Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi: mata air, air
tanah, air permukaan dan air hujan
2) Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pengambilan Air Baku :
a) Survei dan identifikasi sumber air baku, mengenai : mata air, debit, kualitas air,
pemanfaatan.
b) Perhitungan debit sumber air baku
1. Pengukuran debit mata air, menggunakan:
a. Pengukuran debit dengan pelimpah.
Alat ukur pelimpah yang dapat digunakan. Alat ukur Thomson berbentuk V
dengan sudut celah 30º, 45º, 60º, 90º.
Alat ukur Thomson sudut celah 90º dengan rumus:
Q = 1,417. H 3/2
dimana:
Q = debit aliran (m³/detik)
H = tinggi muka air dari ambang
1,417 = konstanta konversi waktu (perdetik)
b. Penampung dan pengukuran volume air dengan mengukur lamanya (t) air
mengisi penampungan air yang mempunyai volume tertentu:
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -3
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
)det/()( ikLt
AxHQDebit
VAQ .
Dengan mengukur perubahan tinggi muka air (H) dalam penampangan yang
mempunyai luas tertentu (A) dalam jangka waktu tertentu maka dapat
dihitung :
2. Potensi Air Tanah
a) perkiraan potensi air tanah dangkal dapat diperoleh melalui survei terhadap
10 buah sumur gali yang bisa mewakili kondisi air tanah dangkal di desa
tersebut.
b) Perkiraan potensi sumur tanah dalam dapat diperoleh informasi data dari
instansi terkait, meliputi: kedalaman sumur, kualitas air dan kuantitas serta
konstruksinya.
3. Perhitungan debit air permukaan terdiri dari:
a) Perhitungan debit air sungai pengukuran debit sungai dilakukan dengan
mengukur luas potongan melintang penampang basah sungai dan kecepatan
rata-rata alirannya, dengan rumus:
dimana:
Q = debit (m³/detik)
A = luas penampang basah (m²)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan/slope
m = koefisien Bazin
)det/()( ikLt
npenampungaVolumeQairDebit
SRCV ..
R
mChezykoefisienC
1
6,157
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -4
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Selain pengukuran perlu diperoleh data-data lain dan informasi yang dapat
diperoleh dari penduduk. Data-data yang diperlukan meliputi debit aliran,
pemanfaatan sungai, tinggi muka air minimum dan tinggi muka air
maksimum.
b) Perhitungan debit air danau
Perhitungan debit air danau dilakukan berdasarkan pengukuran langsung.
Cara ini dilakukan dengan pengamatan atau pencatatan fluktuasi tinggi
muka air selama minimal 1 tahun. Besarnya fluktuasi debit dapat diketahui
dengan mengalikan perbedaan tinggi air maksimum dan minimum dengan
luas muka air danau.
Pengukuran ini mempunyai tingkat ketelitian yang optimal bila dilakukan
dengan periode pengamatan yang cukup lama. Data-data di atas dapat
diperoleh dari penduduk setempat tentang fluktuasi yang pernah terjadi
(muka air terendah).
c) Perhitungan debit embung
Pengukuran debit yang masuk ke dalam embung dapat dilakukan pada saat
musim penghujan, yaitu dengan mengukur luas penampang basah
sungai/parit yang bermuara di embung dan dikalikan dengan kecepatan
aliran.
Sedangkan volume tampungan dapat dihitung dengan melihat volume
cekungan untuk setiap ketinggian air. Volume cekungan dapat dibuat pada
saat musim kering (embung tidak terisi air) yaitu dari hasil pemetaan
topografi embung dapat dibuat lengkung debit (hubungan antara tinggi air
dan volume).
3) Persyaratan lokasi penempatan dan konstruksi bangunan pengambilan:
a) Penempatan bangunan penyadap (intake) harus aman terhadap polusi yang
disebabkan pengaruh luar (pencemaran oleh manusia dan mahluk hidup lain);
b) Penempatan bangunan pengambilan pada lokasi yang memudahkan dalam
pelaksanaan dan aman terhadap daya dukung alam (terhadap longsor dan lain-
lain);
c) Konstruksi bangunan pengambilan harus aman terhadap banjir air sungai,
terhadap gaya guling, gaya geser, rembesan, gempa dan gaya angkat air (up-
lift);
d) Penempatan bangunan pengambilan disusahakan dapat menggunakan sistem
gravitasi dalam pengoperasiannya;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -5
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
e) Dimensi bangunan pengabilan harus mempertimbangkan kebutuhan maksimum
harian;
f)Dimensi inlet dan outlet dan letaknya harus memperhitungkan fluktuasi
ketinggian muka air;
g) Pemilihan lokasi bangunan pengambilan harus memperhatikan karakteristik
sumber air baku;
h) Konstruksi bangunan pengambilan direncanakan dengan umur pakai (lifetime)
minimal 25 tahun;
i) Bahan/material konstruksi yang digunakan diusahakan menggunakan material
lokal atau disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar.
4) Tipe Bangunan Pengambilan Air Baku
a) Sumber air baku mata air
Bangunan Pengambilan air baku untuk mata air secara umum dibedakan
menjadi bangunan penangkap dan bangunan pengumpul atau sumuran:
1. Bangunan penangkap
a. Pertimbangan pemilihan bangunan penangkap adalah pemunculan mata
air cenderung arah horisontal dimana muka air semula tidak berubah,
mata air yang muncul dari kaki perbukitan; apabila keluaran mata air
melebar maka bangunan pengambilan perlu dilengkapi dengan
konstruksi sayap yang membentang di outlet mata air.
b. Perlengkapan bangunan penangkap adalah outlet untuk konsumen air
bersih, outlet untuk konsumen lain (perikanan atau pertanian, dan
lain-lain), peluap(overflow), penguras (drain), bangunan pengukur
debit, konstruksi penahan erosi, lubang periksa (manhole), saluran
drainase keliling, pipa ventilasi.
2. Bangunan pengumpul atau sumuran
a. Pertimbangan pemilihan bangunan pengumpul adalah pemunculan
mata air cenderung arah vertikal, mata air yang muncul pada daerah
datar dan membentuk tampungan, apabila outlet mata air pada suatu
tempat maka digunakan tipe sumuran, apabila outlet mata air pada
beberapa tempat dan tidak berjatuhan maka digunakan bangunan
pengumpul atau dinding keliling.
b. Perlengkapan bangunan penangkap adalah outlet untuk konsumen air
bersih, outlet untuk konsumen lain (perikanan atau pertanian, dan
lain-lain), peluap(overflow), penguras (drain), bangunan pengukur
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -6
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
debit, konstruksi penahan erosi, lubang periksaan (manhole), saluran
drainase keliling, pipa ventilasi.
b) Sumber Air Baku Air Tanah
Pemilihan bangunan pengambilan air tanah dibedakan menjadi sumur dangkal
dan sumur dalam
1. Sumur dangkal
a. Pertimbangan pemilihan sumur dangkal adalah secara umum kebutuhan
air di daerah perencanaan kecil; potensi sumur dangkal dapat
mencukupi kebutuhan air bersih di daerah perencanaan (dalam kondisi
akhir musim kemarau/kondisi kritis).
b. Perlengkapan bangunan sumur dangkal dengan sistem sumur gali,
meliputi: ring beton kedap air, penyekat kontaminasi dengan air
permukaan tiang beton, ember/pompa tangan. Sedangkan
perlengkapan sumur dangkal dengan sistem sumur pompa tangan (SPT)
meliputi pipa tegak (pipa hisap), pipa selubung, saringan, sok reducer.
2. Sumur dalam
a. Pertimbangan pemilihan sumur dalam adalah secara umum kebutuhan
air di daerah perencanaan cukup besar; di daerah perencanaan potensi
sumur dalam dapat mencukupi kebutuhan air minum daerah
perencanaan sedangkan kapasitas air dangkal tidak memenuhi.
b. Sumur dalam sumur pompa tangan (SPT) dalam meliputi pipa tegak
(pipa hisap), pipa selubung, saringan, sok reducer. Sumur pompa
benam (submersible pump) meliputi pipa buta, pipa jambang,
saringan, pipa observasi, pascker socket/reducer, dop socket, tutup
sumur, batu kerikil.
c) Sumber air baku air permukaan
Pemilihan bangunan pengambilan air permukaan dibedakan menjadi :
a. Bangunan penyadap
(Intake) bebas
1. Pertimbangan pemilihan bangunan penyadap
(intake) bebas adalah fluktuasi muka air tidak
terlalu besar, ketebalan air cukup untuk
dapat masuk inlet.
2. Kelengkapan bangunan pada bangunan
penyadap (intake) bebas adalah saringan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -7
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
sampah, inlet, bangunan pengendap,
bangunan sumur
b. Bangunan penyadap
(Intake) dengan bendung
1. Pertimbangan pemilihan bangunan penyadap
(intake) dengan bendung adalah ketebalan air
tidak cukup untuk intake bebas.
2. Kelengkapan bangunan penyadap (intake)
dengan bendung adalah saringan sampah,
inlet, bangunan sumur, bendung, pintu bilas.
c. Saluran Resapan
(Infiltration galleries)
1. Pertimbangan pemilihan saluran resapan
(Infiltration galleries) adalah ketebalan air
sangat tipis, sedimentasi dalam bentuk
lumpur sedikit, kondisi tanah dasar cukup
poros (porous), aliran air bawah tanah cukup
untuk dimanfaatkan, muka air tanah terletak
maksimum 2 meter dari dasar sungai.
2. Kelengkapan bangunan pada saluran resapan
(Infiltration galleries) media infiltrasi: pipa
pengumpul berlubang, sumuran.
4.1.2. Unit Transmisi
Perencanaan teknis unit transmisi mengoptimalkan jarak antara unit air baku
menuju unit produksi dan/atau dari unit produksi menuju reservoir/jaringan distribusi
sependek mungkin, terutama untuk sistem transimisi distribusi (pipa transmisi dari unit
produksi menuju reservoir).
─ Karena transmisi distribusi debit aliran untuk kebutuhan jam puncak, sedangkan
pipa transmisi air baku kebutuhan maksimum harian.
─ Pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level
garis hidrolis untuk menjamin aliran sesuai harapan.
─ Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada
bagian belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah
horizontal untuk menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam
pipa dan energi kinetik dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan
pipa maupun kebocoran aliran air dalam pipa tersebut secara berlebihan.
Sistem transmisi harus menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan
pukulan air (water hammer) yaitu bilamana sistem aliran tertutup dalam suatu pipa
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -8
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
transmisi terjadi perubahan kecepatan aliran air secara tiba-tiba yang menyebabkan
pecahnya pipa transmisi atau berubahnya posisi pipa transmisi dari posisi semula.
Sistem pipa transmisi air baku yang panjang dan berukuran diameter relatif besar dari
diameter nominal ND-600 mm sampai dengan ND-1000 mm perlu dilengkapi dengan
aksesoris dan perlengkapan pipa yang memadai.
Perlengkapan penting dan pokok dalam sistem transmisi air baku air minum
1. Katup pelepas udara, yang berfungsi melepaskan udara yang terakumulasi dalam
pipa transmisi, yang dipasang pada titik-titik tertentu dimana akumulasi udara
dalam pipa akan terjadi.
2. Katup pelepas tekanan, yang berfungsi melepas atau mereduksi tekanan berlebih
yang mungkin terjadi pada pipa transmisi.
3. Katup penguras (Wash-out Valve), berfungsi untuk menguras akumulasi lumpur
atau pasir dalam pipa transmisi, yang umumnya dipasang pada titik-titik terendah
dalam setiap segmen pipa transmisi.
4. Katup ventilasi udara (Air Valve) perlu disediakan pada titik-titik tertentu guna
menghindari terjadinya kerusakan pada pipa ketika berlangsung tekanan negatif
atau kondisi vakum udara.
Tabel IV.1.1Kriteria Pipa Transmisi
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -9
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Debit pompa transmisi air minum ke reservoir ditentukan bardasarkan debit hari
maksimum. Perioda operasi pompa antara 20–24 jam per hari.
Tabel IV.1.2Besar Debit dan Jumlah Pompa
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -9
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Debit pompa transmisi air minum ke reservoir ditentukan bardasarkan debit hari
maksimum. Perioda operasi pompa antara 20–24 jam per hari.
Tabel IV.1.2Besar Debit dan Jumlah Pompa
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -9
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Debit pompa transmisi air minum ke reservoir ditentukan bardasarkan debit hari
maksimum. Perioda operasi pompa antara 20–24 jam per hari.
Tabel IV.1.2Besar Debit dan Jumlah Pompa
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -10
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabel IV.1.3Ketentuan Teknis Pipa Transmisi
PERENCANAAN JALUR PIPATRANSMISI PENENTUAN DIMENSI PIPA BAHAN PIPA(SNI)
1. Jalur pipa sependek mungkin;
2. Menghindari jalur yang
mengakibatkan konstruksi sulit
dan mahal;
3. Tinggi hidrolis pipa minimum 5
m diatas pipa, sehingga cukup
menjamin operasi air valve;
4. Menghindari perbedaan elevasi
yang terlalu besar sehingga
tidak ada perbedaan kelas
pipa.
1. Pipa harus direncanakan
untuk mengalirkan debit
maksimum harian;
2. Kehilangan tekanan dalam
pipa tidak lebih air 30% dari
total tekanan statis (head
statis) pada sistem
transmisi dengan
pemompaan. Untuk sistem
gravitasi, kehilangan
tekanan maksimum 5
m/1000 m atau sesuai
dengan spesifikasi teknis
pipa
1. Spesifikasi pipa PVC mengikuti
standar SNI 03-6419-2000 tentang
Spesifikasi Pipa PVC bertekanan
berdiameter 110-315 mm untuk
Air Bersih dan SK SNI S-20-1990-
2003 tentang Spesifikasi Pipa PVC
untuk Air Minum.
2. SNI 06-4829-2005 tentang Pipa
Polietilena Untuk Air Minum;
3. Standar BS 1387-67 untuk pipa
baja kelas medium.
4. Fabrikasi pipa baja harus sesuai
dengan AWWA C 200 atau SNI-07-
0822-1989 atau SII 2527-90 atau
JIS G 3452 dan JIS G 3457.
5. Standar untuk pipa ductile
menggunakan standar dari ISO
2531 dan BS 4772.
Sumber: SK-SNI Air minum 2001
4.1.3. Unit Produksi
Unit produksi direncanakan berdasarkan kebutuhan kebutuhan hari puncak yang besarnya
berkisar 120% dari kebutuhan rata-rata. Penyusunan perencanaan teknis unit produksi
didasarkan pada kajian kualitas air yang akan diolah (kondisi rata-rata dan terburuk yang
mungkin terjadi dijadikan sebagai acuan dalam penetapan proses pengolahan air
dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air minum (output).
Rangkaian proses pengolahan air umumnya : satuan operasi dan satuan proses yaitu untuk
memisahkan material kasar, material tersuspensi, material terlarut, proses netralisasi dan
proses desinfeksi.
Unit produksi dapat terdiri dari :
Unit koagulasi
Unit flokulasi
Unit sedimentasi
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -11
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Unit filtrasi
Unit netralisasi
Unit desinfeksi
Perencanaan unit produksi antara lain dapat mengikuti standar berikut ini:
SNI 03-3981-1995 tentang tata cara perencanaan instalasi saringan pasir lambat;
SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan Air Sistem
Konvensional Dengan Struktur Baja;
SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan Air.
Kegiatan Penyusunan Rencana Teknik Unit Produksi
Tabel IV.1.4Kegiatan Penyusunan Rencana Teknik Unit Produksi
SURVEI DAN PENGKAJIAN PERHITUNGAN GAMBAR
1. penyelidikan tanah
2. survei dan pengkajian lokasi IPA
3. survei dan pengkajian topografi
4. survei dan pengkajian
ketersediaan bahan konstruksi
5. survei dan pengkajian
ketersediaan peralatan elektro
6. survei dan pengkajian sumber
daya energi
Perhitungan mengacu pada
tata cara perancangan
teknis unit produksi
1. gambar jaringan pipa transmisi
2. gambar lokasi/tata letak IPA
3. gambar lokasi reservoir
4. gambar detail konstruksi
• pipa transmisi
• reservoir
• IPA
Sumber: SK-SNI Air minum 2001
Penyusunan perencanaan teknis unit produksi didasarkan pada kajian kualitas air
yang akan diolah (kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi dijadikan sebagai
acuan dalam penetapan proses pengolahan air dikaitkan dengan sasaran standar kualitas
air minum (output).
Rangkaian proses pengolahan air umumnya : satuan operasi dan satuan proses yaitu
untuk memisahkan material kasar, material tersuspensi, material terlarut, proses
netralisasi dan proses desinfeksi.
Unit produksi dapat terdiri dari :
Unit koagulasi
Unit flokulasi
Unit sedimentasi
Unit filtrasi
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -12
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Unit netralisasi
Unit desinfeksi
Perencanaan unit produksi antara lain dapat mengikuti standar berikut ini:
SNI 03-3981-1995 tentang tata cara perencanaan instalasi saringan pasir lambat;
SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan Air Sistem
Konvensional Dengan Struktur Baja;
SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan Air.
4.1.4. Unit Distribusi
Unit distribusi direncanakan berdasarkan kebutuhan jam puncak yang besarnya
berkisar 115%-300% dari kebutuhan rata-rata. Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung
dalam reservoir air yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan
kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai
penyediaan kebutuhan air untuk keperluan instalasi. Reservoir air dibangun baik dengan
konstruksi baja maupun konstruksi beton bertulang.
Jaringan perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup
(loop), sistem jaringan distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau
kombinasi dari kedua sistem tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi
ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah
pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang.
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan denah (lay-out) sistem
distribusi adalah sebagai berikut:
Denah (Lay-out) sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah
pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air;
Tipe sistem distribsi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan;
Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya,
diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan relatif
datar, dapat digunakan sistem perpompaan langsung, kombinasi dengan menara air,
atau penambahan pompa penguat (booster pump);
Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40 m,
wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan tekanan minimum. Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan dapat
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -13
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve). Untuk mengatasi kekurangan
tekanan dapat digunakan pompa penguat.
Perpipaan Transmisi Air Minum dan Distribusi
a. Penentuan dimensi perpipaan transmisi air minum dan distribusi dapat menggunakan
formula:
Q = V x A
A = 0,785 D2
Dimana
Q : debit (m3/detik)
V : kecepatan pengaliran (m/detik)
A : luas penampang pipa (m2)
D : diameter pipa (m)
b. Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan tinggi
dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) Medium atau pipa PVC kelas AW, 8 s/d 10
kg/cm2 atau pipa berdasarkan SNI, Seri (10–12,5), atau jenis pipa lain yang telah
memiliki SNI atau standar internasional setara.
c. Jaringan pipa didesain pada jalur yang ditentukan dan digambar sesuai dengan zona
pelayan yang di tentukan dari jumlah konsumen yang akan dilayani, penggambaran
dilakukan skala maksimal 1:5.000.
Tabel IV.1.5Kriteria Pipa Distribusi
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -13
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve). Untuk mengatasi kekurangan
tekanan dapat digunakan pompa penguat.
Perpipaan Transmisi Air Minum dan Distribusi
a. Penentuan dimensi perpipaan transmisi air minum dan distribusi dapat menggunakan
formula:
Q = V x A
A = 0,785 D2
Dimana
Q : debit (m3/detik)
V : kecepatan pengaliran (m/detik)
A : luas penampang pipa (m2)
D : diameter pipa (m)
b. Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan tinggi
dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) Medium atau pipa PVC kelas AW, 8 s/d 10
kg/cm2 atau pipa berdasarkan SNI, Seri (10–12,5), atau jenis pipa lain yang telah
memiliki SNI atau standar internasional setara.
c. Jaringan pipa didesain pada jalur yang ditentukan dan digambar sesuai dengan zona
pelayan yang di tentukan dari jumlah konsumen yang akan dilayani, penggambaran
dilakukan skala maksimal 1:5.000.
Tabel IV.1.5Kriteria Pipa Distribusi
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -13
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve). Untuk mengatasi kekurangan
tekanan dapat digunakan pompa penguat.
Perpipaan Transmisi Air Minum dan Distribusi
a. Penentuan dimensi perpipaan transmisi air minum dan distribusi dapat menggunakan
formula:
Q = V x A
A = 0,785 D2
Dimana
Q : debit (m3/detik)
V : kecepatan pengaliran (m/detik)
A : luas penampang pipa (m2)
D : diameter pipa (m)
b. Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan tinggi
dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) Medium atau pipa PVC kelas AW, 8 s/d 10
kg/cm2 atau pipa berdasarkan SNI, Seri (10–12,5), atau jenis pipa lain yang telah
memiliki SNI atau standar internasional setara.
c. Jaringan pipa didesain pada jalur yang ditentukan dan digambar sesuai dengan zona
pelayan yang di tentukan dari jumlah konsumen yang akan dilayani, penggambaran
dilakukan skala maksimal 1:5.000.
Tabel IV.1.5Kriteria Pipa Distribusi
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -14
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Sumber: SK-SNI Air minum 2001
Pipa Distribusi
1. Denah (Lay-out) Jaringan Pipa Distribusi
Perencanaan denah (lay-out) jaringan pipa distribusi ditentukan berdasarkan
pertimbangan:
Situasi jaringan jalan di wilayah pelayanan; jalan-jalan yang tidak saling
menyambung dapat menggunakan sistem cabang. Jalan-jalan yang saling
berhubungan membentuk jalur jalan melingkar atau tertutup, cocok untuk sistem
tertutup, kecuali bila konsumen jarang
Kepadatan konsumen; makin jarang konsumen lebih baik dipilih denah (lay-out)
pipa berbentuk cabang
Keadaantopografi dan batas alamwilayahpelayanan
Tata gunalahanwilayahpelayanan
2. Komponen Jaringan Distribusi
Jaringan pipa distribusi harus terdiri dari beberapa komponen untuk memudahkan
pengendalian kehilangan air
(a) Zona distribusi suatu sistem penyediaan air minum adalah suatu area pelayanan
dalam wilayah pelayanan air minum yang dibatasi oleh pipa jaringan distribusi
utama (distribusi primer). Pembentukan zona distribusi didasarkan pada batas alam
(sungai, lembah, atau perbukitan) atau perbedaan tinggi lebih besar dari 40 meter
antara zona pelayanan dimana masyarakat terkonsentrasi atau batas administrasi.
Pembentukan zona distribusi dimaksudkan untuk memastikan dan menjaga tekanan
minimum yang relatif sama pada setiap zona. Setiap zona distribusi dalam sebuah
wilayah pelayanan yang terdiri dari beberapa Sel Utama (biasanya 5-6 sel utama)
dilengkapi dengan sebuah meter induk.
(b)Jaringan Distribusi Utama (JDU) atau distribusi primer yaitu rangkaian pipa distribusi
yang membentuk zona distribusi dalam suatu wilayah pelayanan SPAM.
(c) Jaringan distribusi pembawa atau distribusi sekunder adalah jalur pipa yang
menghubungkan antara JDU dengan Sel Utama.
(d) Jaringan distribusi pembagi atau distribusi tersier adalah rangkaian pipa yang
membentuk jaringan tertutup Sel Utama.
(e) Pipa pelayanan adalah pipa yang menghubungkan antara jaringan distribusi pembagi
dengan Sambungan Rumah. Pendistribusian air minum dari pipa pelayanan dilakukan
melalui Clamp Sadle.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -15
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
(f) Sel utama (Primary Cell) adalah suatu area pelayanan dalam sebuah zona distribusi
dan dibatasi oleh jaringan distribusi pembagi (distribusi tersier) yang membentuk
suatu jaringan tertutup. Setiap sel utama akan membentuk beberapa Sel Dasar
dengan jumlah sekitar 5-10 sel dasar. Sel utama biasanya dibentuk bila jumlah
sambungan rumah (SR) sekitar 10.000 SR.
3. Bahan Pipa
Pemilihan bahan pipa bergantung pada pendanaan atau investasi yang tersedia. Hal
yang terpenting adalah harus dilaksanakannya uji pipa yang terwakili untuk menguji
mutu pipa tersebut. Tata cara pengambilan contoh uji pipa yang dapat mewakili
tersebut harus memenuhi persyaratan teknis dalam SNI 06-2552-1991 tentang Metode
Pengambilan Contoh Uji Pipa PVC Untuk Air Minum, atau standar lain yang berlaku.
4. Diameter Pipa Distribusi
Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak dengan
sisa tekan minimum di jalur distribusi, pada saat terjadi kebakaran jaringan pipa
mampu mengalirkan air untuk kebutuhan maksimum harian dan tiga buah hidran
kebakaran masing-masing berkapasitas 250 gpm dengan jarak antara hidran maksimum
300 m. Faktor jam puncak terhadap debit rata-rata tergantung pada jumlah penduduk
wilayah terlayani sebagai pendekatan perencanaan dapat digunakan tabel dibawah ini :
Tabel IV.1.6Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan jaringan Pipa Distribusi
Sumber: SK-SNI Air minum 2001
Tabel 4.7Diameter Pipa Distribusi
Sumber: SK-SNI Air minum 2001
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -15
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
(f) Sel utama (Primary Cell) adalah suatu area pelayanan dalam sebuah zona distribusi
dan dibatasi oleh jaringan distribusi pembagi (distribusi tersier) yang membentuk
suatu jaringan tertutup. Setiap sel utama akan membentuk beberapa Sel Dasar
dengan jumlah sekitar 5-10 sel dasar. Sel utama biasanya dibentuk bila jumlah
sambungan rumah (SR) sekitar 10.000 SR.
3. Bahan Pipa
Pemilihan bahan pipa bergantung pada pendanaan atau investasi yang tersedia. Hal
yang terpenting adalah harus dilaksanakannya uji pipa yang terwakili untuk menguji
mutu pipa tersebut. Tata cara pengambilan contoh uji pipa yang dapat mewakili
tersebut harus memenuhi persyaratan teknis dalam SNI 06-2552-1991 tentang Metode
Pengambilan Contoh Uji Pipa PVC Untuk Air Minum, atau standar lain yang berlaku.
4. Diameter Pipa Distribusi
Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak dengan
sisa tekan minimum di jalur distribusi, pada saat terjadi kebakaran jaringan pipa
mampu mengalirkan air untuk kebutuhan maksimum harian dan tiga buah hidran
kebakaran masing-masing berkapasitas 250 gpm dengan jarak antara hidran maksimum
300 m. Faktor jam puncak terhadap debit rata-rata tergantung pada jumlah penduduk
wilayah terlayani sebagai pendekatan perencanaan dapat digunakan tabel dibawah ini :
Tabel IV.1.6Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan jaringan Pipa Distribusi
Sumber: SK-SNI Air minum 2001
Tabel 4.7Diameter Pipa Distribusi
Sumber: SK-SNI Air minum 2001
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -15
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
(f) Sel utama (Primary Cell) adalah suatu area pelayanan dalam sebuah zona distribusi
dan dibatasi oleh jaringan distribusi pembagi (distribusi tersier) yang membentuk
suatu jaringan tertutup. Setiap sel utama akan membentuk beberapa Sel Dasar
dengan jumlah sekitar 5-10 sel dasar. Sel utama biasanya dibentuk bila jumlah
sambungan rumah (SR) sekitar 10.000 SR.
3. Bahan Pipa
Pemilihan bahan pipa bergantung pada pendanaan atau investasi yang tersedia. Hal
yang terpenting adalah harus dilaksanakannya uji pipa yang terwakili untuk menguji
mutu pipa tersebut. Tata cara pengambilan contoh uji pipa yang dapat mewakili
tersebut harus memenuhi persyaratan teknis dalam SNI 06-2552-1991 tentang Metode
Pengambilan Contoh Uji Pipa PVC Untuk Air Minum, atau standar lain yang berlaku.
4. Diameter Pipa Distribusi
Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak dengan
sisa tekan minimum di jalur distribusi, pada saat terjadi kebakaran jaringan pipa
mampu mengalirkan air untuk kebutuhan maksimum harian dan tiga buah hidran
kebakaran masing-masing berkapasitas 250 gpm dengan jarak antara hidran maksimum
300 m. Faktor jam puncak terhadap debit rata-rata tergantung pada jumlah penduduk
wilayah terlayani sebagai pendekatan perencanaan dapat digunakan tabel dibawah ini :
Tabel IV.1.6Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan jaringan Pipa Distribusi
Sumber: SK-SNI Air minum 2001
Tabel 4.7Diameter Pipa Distribusi
Sumber: SK-SNI Air minum 2001
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -16
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Analisis jaringan pipa distribusi antara lain memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Jika jaringan pipa tidak lebih dari empat loop, perhitungan dengan metoda hardy-
cross masih diijinkan secara manual. Jika lebih dari empat loop harus dianalisis
dengan bantuan program komputer.
2. Perhitungan kehilangan tekanan dalam pipa dapat dihitung dengan rumus Hazen
Williams :
Hf = 10,66-1,85 D-4,87 L
Kecepatan aliran dengan rumus:
V = 0,38464 C.D 0,63 I 0,54
Debit aliran dihitung dengan rumus:
Q = 0,27853 C.D 2,63 I 0,54
Dimana:
Q = debit air dalam pipa (m³/detik)
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter pipa (m)
S = slope/kemiringan hidrolis
Ah = kehilangan tekanan (m)
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
A = luas penampang pipa (m³)
Perlengkapan Jaringan Pipa Distribusi :
a. Katup/valve
Katup berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa, dipasang pada:
lokasi ujung pipa tempat aliran air masuk atau aliran air keluar;
setiap percabangan;
pipa outlet pompa;
pipa penguras atau wash out
Tipe katup yang dapat dipakai pada jaringan pipa distribusi adalah Katup Gerbang
(Gate Valve) dan Katup kupu-kupu (Butterly Valve).
b. Katup penguras (Wash Out/Blow Off)
Dipasang pada tempat-tempat yang relatif rendah sepanjang jalur pipa, ujung jalur
pipa yang mendatar dan menurun dan titik awal jembatan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -17
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
c. Katup Udara (Air Valve)
Dipasang pada titik tertinggi di sepanjang pipa distribusi, di jembatan pipa dengan
perletakan ¼ panjang bentang pipa dari arah aliran, pada jalur lurus setiap jarak
tertentu.
d. Hidran Kebakaran
Dipasang pada jaringan pipa distribusi dengan jarak antar hidran maksimum tidak
boleh lebih dari 300 m di depan gedung perkantoran kran komersil
e. Bak Pelepas Tekan (BPT)
Bak pelepas tekan (BPT) merupakan salah satu bangunan penunjang pada jaringan
transmisi atau pipa distribusi. BPT berfungsi untuk menghilangkan tekanan lebih yang
terdapat pada aliran pipa, yang dapat mengakibatkan pipa pecah.
f. Jembatan Pipa
a) Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang menyeberang
sungai/saluran atau sejenis, diatas permukaan tanah/sungai.
b) Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa baja atau
pipa Ductile Cast Iron (DCIP).
c) Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi gate valve dan wash out.
d) Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari titik
masuk jembatan pipa.
g. Syphon
Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang menyeberang di
bawah dasar sungai/saluran.
Pipa yang digunakan untuk syhpon disarankan menggunakan pipa baja atau pipa
Ductile Cast Iron (DCIP).
Bagian pipa masuk dan keluar pada syphon, dibuat miring terhadap pipa transmisi
atau pipa distribusi membentuk sudut 45 derajat dan diberi blok beton penahan
sebagai pondasi.
Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah dasar sungai/saluran harus diberi
pelindung.
h. Manhole
a) Manhole diperlukan untuk inspeksi dan perbaikan terhadap perlengkapan-
perlengkapan tertentu pada jaringan distribusi.
b) Ditempatkan pada tempat-tempat pemasangan meter air, pemasangan katup, dan
sebagainya.
i. Thrust Block
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -18
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
1. Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti bend, tee,
Katup (valve) yang berdiameter lebih besar dari 40 mm.
2. Dipasang pada tempat-tempat dimana perlengkapan pipa dipasang yaitu pada:
Belokan pipa.
Persimpangan/percabangan pipa.
Sebelum dan sesudah jembatan pipa, syphon.
Perletakan valve/katup.
3. Dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang.
4.1.5. Unit Pelayanan
Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran/kran umum, terminal air, hidran
kebakaran dan meter air
1) Sambungan Rumah
Yang dimaksud dengan pipa sambungan rumah adalah pipa dan perlengkapannya,
dimulai dari titik penyadapan sampai dengan meter air. Fungsi utama dari sambungan
rumah adalah:
mengalirkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen;
untuk mengetahui jmlah air yang dialirkan ke konsumen.
Perlengkapan minimal yang harus ada pada sambungan rumah adalah:
bagian penyadapan pipa;
meter air dan pelindung meter air atau flowrestrictor;
katup pembuka/penutup aliran air;
pipa dan perlengkapannya.
2) Hidran/Kran Umum
Pelayanan Kran Umum (KU) meliputi pekerjaan perpipaan dan pemasangan meteran air
berikut konstruksi sipil yang diperlukan sesuai gambar rencana. KU menggunakan pipa
pelayanan dengan diameter ¾”–1” dan meteran air berukuran ¾”. Panjang pipa
pelayanan sampai meteran air disesuaikan dengan situasi di lapangan/pelanggan.
Konstruksi sipil dalam instalasi sambungan pelayanan merupakan pekerjaan sipil yang
sederhana meliputi pembuatan bantalan beton, meteran air, penyediaan kotak
pengaman dan batang penyangga meteran air dari plat baja beserta anak kuncinya,
pekerjaan pemasangan, plesteran dan lain-lain sesuai gambar rencana.
Instalasi KU dibuat sesuai gambar rencana dengan ketentuan sebagai berikut:
lokasi penempatan KU harus disetujui oleh pemilik tanah
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -19
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
saluran pembuangan air bekas harus dibuat sampai mencapai saluran air
kotor/selokan terdekat yang ada
KU dilengkapi dengan meter air diameter ¾”
3) Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk
mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau
pengurasan pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya dipasang pada
setiap interval jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan
kepadatan bangunannya.
Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu:
Tabung basah, mempunyai katup operasi diujung air keluar dari kran kebakaran.
Dalam keadaaan tidak terpakai hidran jenis ini selalu terisi air.
Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran. Dengan menutup
katup ini maka pada saat tidak dipergunakan hidran ini tidak berisi air.
Pada umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu:
Bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran
Badan hidran
Kepala hidran
Katup hidran
4.2. Standar Kebutuhan AirTingkat pemakaian air per orang sangat bervariasi antara suatu daerah dengan
daerah lainnya, sehingga secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem
penyediaan air minum juga akan bervariasi. Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain: iklim, standar hidup, aktivitas masyarakat, tingkat sosial
dan ekonomi, pola serta kebiasaan masyarakat dan hari libur.
Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air ini, terdapat tiga macam pengertian, yaitu:
a. Kebutuhan rata-rata
Pemakaian air rata-rata dalam satu hari adalah pemakaian air dalam setahun dibagi
dengan 365 hari.
b. Kebutuhan maksimum (Qmax)
Fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari dalam satu tahun sangat bervariasi dan
terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan hari lainnya.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -20
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan sebagai dasar perencanaan untuk
menghitung kapasitas bangunan penangkap air, perpipaan transmisi dan Instalasi
Pengolahan Air (IPA). Faktor hari maksimum (fm) berkisar antara 1,1 sampai 1,5
(Lampiran III Permen PU NO. 18 Tahun 2007). Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM
Kawasan Perkotaan Bandung Raya, faktor hari maksimum (fm) yang digunakan sebagai
kriteria desai adalah 1,2.
c. Kebutuhan Puncak (Qpeak)
Faktor jam puncak (fp) adalah suatu kondisi dimana pemakaian air pada jam tersebut
mencapai maksimum. Faktor jam puncak biasanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk
dan tingkat perkembangan kota, dimana semakin besar jumlah penduduknya semakin
beraneka ragam aktivitas penduduknya. Dengan bertambahnya aktivitas penduduk,
maka fluktuasi pemakian air semakin kecil. Berdasarkan standar yang tercantum dalam
Lampiran III Permen PU No.18 Tahun 2007, faktor jam puncak (fp) berkisar antara 1,15
– 3. Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM Kawasan Perkotaan Bandung Raya, faktor
jam puncak (fp) yang digunakan sebagai kriteria desain adalah 1,5.
Kebutuhan air ditentukan berdasarkan:
Proyeksi penduduk
Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode perencanaan
Pemakaian air (L/o/h)
Laju pemakaian air diproyeksikan setiap interval 5 tahun
Ketersediaan air
Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi dan
kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau masyarakat
4.2.1. Kebutuhan Domestik
Merupakan kebutuhan air yang berasal dari rumah tangga dan sosial. Standar konsumsi
pemakaian domestic ditentukan berdasarkan rata-rata pemakaian air perhari yang
diperlukan oleh setiap orang. Standar konsumsi ipemakaian air domestic dapat dilihat dari
Tabel IV.2.1.
Tabel IV.2.1Tingkat Konsumsi/Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -21
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
No. KATEGORI KOTA JUMLAH PENDUDUK SISTEM TINGKAT PEMAKAIANAIR
1. Kota Metropolitan >1.000.000 Non Standar 190
2. Kota Besar 500.000 – 1.000.000 Non Standar 170
3. Kota Sedang 100.000 – 500.000 Non Standar 150
4. Kota Kecil 20.000 – 100.000 Standar BNA 130
5. Kota kecamatan <20.000 Standar IKK 100
6. Kota Pusat Pertumbuhan <3.000 Standar DPP 60
Sumber: SK-SNI Air minum 2001
Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan jumlah
penduduk tahun perencanaan. Kebutuhan air minum untuk daerah domestic ini dilayani
dengan sambungan rumah (SR) dan hidran umum (HU). Kebutuhan air minum untuk daerah
domestic ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Kebutuhan air = % pelayanan x a x b
Dimana:
a = jumlah pemakaian air (liter/orang/hari)
b = jumlah penduduk daerah pelayanan (jiwa)
4.2.2. Kebutuhan Non Domestik
Kegiatan non domestic adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan
komersil berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah,
rumah sakit dan tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non domestic didasarkan pada
faktor jumlah penduduk pendukng dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas
perkotaan tersebut antara lain adalah fasilitas umum, industri dan komersil. Perhitungan
kebutuhan air nnon domestic di Kabupaten Tanjung Jabung Timur diasumsikan sebesar 15-
20%.
4.3. Periode PerencanaanUntuk periode perencanaan dalam penyusunan RISPAM di ikuti pedoman yang di
atur dalam Permen PU no. 18 Tahun 2007 , yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -22
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabel IV.3.1Periode Perencanaan
Sumber: Permen PU no. 18 Tahun 2007
4.4. Kriteria Daerah PelayananPenetapan wilayah Pelayanan
Pada dasarnya sasaran wilayah pelayanan suatu daerah tergantung pada fungsi
strategis kota atau kawasan, tingkat kepadatan penduduk dan ketersediaan sumber air.
Wilayah pelayanan tidak terbatas pada wilayah administrasi yang bersangkutan sesuai hasil
kesepakatan dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang
pembangunan sistem penyediaan air minum.
Kondisi wilayah pelayanan yang menjadi sasaran pelayanan mengacu pada
pertimbangan teknis dalam standar spesifikasi teknis berikut. Cantumkan hasil
pertimbangan teknis dalam bentuk tabel tabel dan buatlah dalam bentuk peta.
a. Bentuk Wilayah Pelayanan
Bentuk wilayah pelayanan mengikuti arah perkembangan kota dan kawasan di dalamnya.
b. Luas Wilayah Pelayanan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -23
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Luas wilayah pelayanan ditentukan berdasarkan survei dan pengkajian sehingga memenuhi
persyaratan teknis.
c. Pertimbangan Teknis Wilayah Pelayanan
Pertimbangan teknis dalam menentukan wilayah pelayanan antara lain namun tidak
dibatasi oleh:
kepadatan penduduk
tingkat kesulitan dalam memperoleh air
kualitas sumber air yang ada
tata ruang kota
tingkat perkembangan daerah
dana investasi, dan
kelayakan operasi
d. Komponen Wilayah Pelayanan
Komponen wilayah pelayanan adalah:
Kawasan permukiman
Kawasan perdagangan
Kawasan pemerintahan dan pendidikan
Kawasan industri
Kawasan pariwisata
Kawasan khusus: pelabuhan, rumah susun.
Penetapan wilayah studi
Apabila terdapat sistem eksisting, maka lakukan penanganan seperti pada
ketentuan umum dan ketentuan teknis di atas, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Menguraikan sasaran wilayah pelayanan dan arah pengembangan kota menurut tata
ruang kota yang sudah disetujui.
Menguraikan komponen-komponen yang ada di dalam wilayah pelayanan saat ini
dan proyeksi pada masa mendatang.
Menggambarkan dan menempatkan lokasi sumber air alternatif yang telah
dikunjungi dan alternatif jalur pipa transmisi air baku.
Membuat batas wilayah meliputi seluruh alternatif sumber dan wilayah yang
menjadi kesepakatan dan koordinasi pihak terkait.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum IV -24
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Penetapan wilayah proyek
Wilayah proyek merupakan wilayah sistem yang sudah terpilih yang mencakup
semua tahapan pengembangan sistem penyediaan air minum.kemudian menggambarkan
alternatif terpilih tersebut pada sebuah peta wilayah proyek, dan lengkapi dengan
keterangan sistem yang mencakup:
a. lokasi sumber air baku dan pengembangannya,
b. lokasi instalasi pengolahan dan pengembangannya,
c. lokasi reservoir distribusi dan pengembangannya,
d. wilayah pelayanan dan pengembangannya.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -1
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
5.1. Arahan Perkembangan Kota5.1.1. Rencana Struktur Ruang
A. RencanaSistimPerkotaan
Salah satu peranan rencana penataan ruang adalah untuk menciptakan
keseimbangan pembangunan antar wilayah (kecamatan) dan sekaligus mengantisipasi
pertumbuhan pembangunan yang terkonsentrasi pada pusat kota (ibukota kabupaten) atau
pada kawasan tertentu saja. Hal ini juga berkenaan dengan penciptaan sistem pusat-pusat
kota yang berjenjang sehingga terbangun suatu sistim perkotaan yang efektif dan efisien.
Hirarki pusat permukiman/kota di Kabupaten Kerinci saat ini diantaranya adalah :
1. Batang Sangir (IKK Kayu Aro);
2. Siulak (IKK Siulak);
3. Semurup (IKK Air Hangat);
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -2
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
4. Hiang (Sitinjau Laut);
5. Jujun (IKK Keliling Danau);
6. Lempur (IKK Gunung Raya);
7. Tamiai (IKK Batang Merangin);
8. Sanggaran Agung (IKK Danau Kerinci);
9. Sungai Tutung (IKK Air Hangat Timur);
10. Siulak Deras (IKK Gunung Kerinci);
11. Pelompek (IKK Gunung Tujuh); dan
12. Koto Tuo (IKK Depati VII).
Pada umumnya pusat-pusat permukiman di Kabupaten Kerinci memiliki hirarki III.
Batang Sangir merupakan pusat permukiman dengan hirarki pertama, sedangkan hirarki
terendah adalah Pelompek dan Koto Tuo. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan
pusat-pusat permukiman di Kabupaten kerinci, terdapat pusat permukiman yang perlu
didorong pertumbuhannya dan ada pula yang dikendalikan pertumbuhan sesuai potensinya,
bahkan mungkin dibatasi. Untuk sistem pusat perkotaan Kabupaten Kerinci, pusat-pusat
perkotaan yang perlu didorong ataupun dikendalikan pertumbuhannya adalah :
a. Batang Sangir (IKK Kayu Aro)
Dalam kebijakan penataan ruang provinsi maupun lokal, Batang Sangir diarahkan
sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PKL) yang melayani dua kecamatan, yaitu
Gunung Tujuh dan Gunung Kerinci. Oleh karena itu, Pelompek dan Siulak Deras
dijadikan Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) yang mendorong perkembangan wilayah
Kabupaten Kerinci dibagian Utara.
b. Siulak (IKK Siulak)
Dalam sistem pusat-pusat perkotaan eksisting IKK ini berada pada hirarki II, namun
mengingat kebijakan Pemerintah Kabupaten Kerinci untuk meningkatkan peranannya
sebagai lokasi pusat perkantoran dan sekaligus sebagai Ibukota Kabupaten Kerinci,
maka untuk menciptakan tingkat pelayanan yang optimal, Siulak dipromosikan
sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) yang akan melayani PPK Air Hangat, dan PPL
Air Hangat Timur dan Depati Tujuh.
c. Semurup (IKK Air Hangat)
Adalah salah satu pusat permukiman yang tumbuh cukup baik dengan kelengkapan
fasilitas sosial yang memadai sehingga kedepan diperkirakan akan dapat bertumbuh
secara mandiri dibanding IKK lainnya. Namun mengingat peran Siulak sebagai Ibukota
Kabupaten Kerinci dan sebagai PKL, maka semurup hanya perlu diarahkan dan
dikendalikan pertumbuhannya untuk melayani desa-desa dibawah wilayah
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -3
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
administrasinya dan mengupayakan interaksi wilayahnya ke siulak (IKK Siulak).
Semurup dan Koto Tuo (IKK Depati VII) perlu dikendalikan pertumbuhannya dan
diarahkan kembali orientasi pengembangannya menuju siulak dalam rangka
menghindari terjadinya konurbasi dengan Kota Sungai Penuh, mengingat dua pusat
permukiman ini berbatasan langsung dengan Kota Sungai Penuh.
d. Sanggaran Agung (IKK Danau Kerinci)
Merupakan salah satu IKK yang sedang berkembang dan di dalam kebijakan struktur
ruang Propinsi Jambi dirahkan sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL). Pusat
permukiman ini merupakan kawasan wisata Danau Kerinci yang diperkirakan akan
berkembang pada masa mendatang. Mengingat wilayah ini memiliki hirarki terendah
dlam sistim perkotaan di Kabupaten Kerinci, namun Sanggaran Agung memiliki posisi
strategis sebagai simpul transportasi dalam lingkup wilayah Kabupaten Kerinci. Untuk
itu Sanggaran Agung akan dipacu dan didorong pertumbuhan wilayahnya sebagai
pusat pertumbuhan baru yang diharapkan dapat mewujudkan keseimbangan
pertumbuhan wilayah di Kabupaten Kerinci.
e. Hiang (IKK Sitinjau Laut)
Hiang dalam struktur wilayah Kabupaten Kerinci memiliki hirarki III dan telah cukup
berkembang karena didukung oleh infrastruktur dan merupakan lokasi bandara Depati
Parbo sebagai prasarana transportasi udara di Kabupaten Kerinci. Mengingat posisi
Sanggaran Agung yang ditetapkan menjadi Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL), maka
hiang dikendalikan pertumbuhannya dan diupayakan sebagai PPL yang akan
mendorong perkembangan Sanggaran Agung. Selain itu, mengingat posisi Hiang yang
berbatasan langsung dengan Kota Sungai Penuh dan ini merupakan salah satu
argument untuk mengendalikan pertumbuhan Hiang dalam menghindari terjadinya
penyatuan wilayah dengan Kota Sungai Penuh.
f. Jujun (IKK Keliling Danau)
Merupakan pusat permukiman dengan hirarki III dalam sistim perkotaan di Kabupaten
Kerinci. Dalam struktur ruang wilayah Kabupaten Kerinci jujun diarahkan sebagai PPK
yang melayani wilayah di bawah administrasi wilayahnya dan diarahkan untuk
mendorong pertumbuhan Sanggaran Agung sebagai PKL. Posisi dan peran Jujun ini
juga dimiliki oleh Tamiai (IKK Batang Merangin) dan Lempur (KKK Gunung Raya).
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -4
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
TabelV.1.1SistemPerkotaan di KabupatenKerinci
No. IbukotaKecamatan HirarkiFungsi FungsiUtama1. BatangSangir PKL SimpulTransportasi
Perdagangan dandistribusiBarangLokal
PusatWisataPegunungan Agroindustri Agroforestri
2. SanggaranAgung PKL PusatPemerintahan Agroindustri Perdagangan dan Jasa PusatWisataDanau (perairan)
3. Siulak PKLp IbukotaKabupaten PusatPemerintahan Perdagangan dan Jasa Pariwisata Perkebunan Agroforestry
4. Semurup PPK Simpultransportasilokal Jasapendukungpertanian, dan
peternakan. Pertanianlahanbasah
5. Hiang PPK Simpultransportasilokal Jasapendukungpertaniandan
perkebunan. Pertanianlahanbasah. Pendukungagropolitan
6. Jujun PPK Perikanan air tawar Pertanianlahankering dan basah Jasapendukungpertanian dan
perikanan7. Lempur PPK Pusatpengembangan energy
panasbumi Pertanianlahankering Penunjangagropolitan Agroforestry
8. Tamiai PPK Pusatpengembangan energy alternatif Pertanianlahankering agroforestry
9. Sungai Tutung PPL Pertanianlahanbasah dan kering Agroforestri Pariwisata
10. SiulakDeras PPK Pengembanganpertambangan Agroforestry Pertanianlahankering Jasapendukungpertanian dan
perkebunan11. Pelompek PPL PenunjangAgropolitan
Agroforestry PertanianHortikultura
12. Koto Tuo PPL Pertanianlahanbasah Peternakan
Sumber: RTRW Kabupaten Kerinci
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -5
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
B. RencanaSistemJaringanTransportasi
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan
1. Jaringan Jalan Provinsi
Terdapat dua ruas jalan yang merupakan jalan provinsi yaitu :
a. Jaringan jalan yang menghubungkan PKL Bangko (ibukota Kabupaten Merangin) –
PKWp Sungai Penuh (Kota Sungai Penuh) – PKL Batang Sangir sepanjang 185.300 Km.
Kondisi jalan saat ini perlu perbaikan pada beberapa ruas jalan terutama antara
Bangko dan Danau Kerinci, Semurup dan Siulak Deras.
Pusat-pusat perkotaan yang dihubungkan oleh jalan provinsi ini adalah :
• PPK Tamiai (IKK Batang Merangin)
• PKL Sanggaran Agung (IKK Danau Kerinci)
• PPK Hiang (IKK Sitinjau Laut)
• PPL Koto Tuo (IKK Depati VII)
• PPK Semurup (IKK Air Hangat)
• PKLp Siulak (IKK Siulak)
• PPK Siulak Deras (IKK Gunung Kerinci)
• PKL Batang sangir (IKK Kayu Aro)
• PPL Pelompek (IKK Gunung Tujuh)
b. Jaringan jalan yang menghubungkan PKWp Sungai Penuh (Kota Sungai Penuh) dengan
PPK Lempur (IKK Gunung Raya). Jalan ini melalui PPK Jujun (IKK Keliling Danau) dan
merupakan salah satu jalur wisata menuju obyek wisata Danau Kerinci.
2. Jaringan Jalan Kabupaten.
Selain jaringan jalan provinsi di atas, selebihnya adalah jalan kabupaten yang secara
status terdapat 220 ruas jalan dengan panjang total 937,45 Km yang menghubungkan
IKK ke tiap-tiap wilayah kecamatan.
3. Recana Pembangunan Jalan.
Berdasarkan data dari Dinas PU Binamarga Kabupaten Kerinci diketahui bahwa
terdapat pembangunan….ruas jalan di Kabupaten Kerinci, yaitu :
4. Sistem Jaringan Jalan; berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan
pengelompokan jalan adalah sebagai berikut :
a. Jalan Arteri Primer 1; yang menghubungkan PKN dengan PKN
b. Jalan Arteri primer 2; yang menghubungkan PKN dengan PKW
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -6
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
c. Jalan Kolektor 1; yang menghubungkan PKW dengan PKW
d. Jalan Kolektor 2; yang menghubungkan PKW dengan PKL
e. Jalan Lokal Primer 1; yang menghubungkan PKL dengan PKL
f. Jalan Lokal Primer 2; yang menghubungkan PKL dengan PPK
g. Jalan Lingkungan Primer; yang menghubungkan PPK dengan PPK, dan PPK
dengan PPL
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengembangan jaringan jalan di
Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut :
1. Jalan Kolektor 2 yang bersatus sebagai jalan provinsi menghubungkan simpul-
simpul
a. Tamiai (PPK) – Sanggaran Agung (PKL)
b. Sanggaran Agung (PKL) – Hiang (PPK)
c. Koto Tuo (PPL) – Semurup (PPK)
d. Semurup (PPK) – Siulak (PKLp)
e. Siulak (PKLp) – Siulak Deras (PPK)
f. Siulak Deras (PPK) – Batang Sangir (PKL)
g. Batang Sangir (PKL) – Pelompek (PPL)
h. Jujun (PPK) – Lempur (PPK)
2. Jalan Lokal Primer 2 berstatus sebagai jalan kabupaten adalah yang
menghubungkan simpul-simpul;
a. Semurup (PPK) – Hiang (PPK)
b. Jujun (PPK) – Sanggaran Agung (PKL)
5. Rencana Pengembangan Terminal
Dengan memperhatikan arah pengembangan wilayah Kabupaten Kerinci secara linier
mengikuti jaringan jalan, rencana struktur ruang, dan untuk mewujudkan
keseimbangan pembangunan wilayah maka rencana lokasi pengembangan terminal
angkutan penumpang untuk Kabupaten Kerinci adalah Terminal Tipe C untuk
Semurup dan Hiang (PPK).
6. Rencana Pengembangan Pelabuhan Udara
Kabupaten Kerinci memiliki Bandar udara yang merupakan bandara khusus yaitu
bandara Depati Parbo yang diorientasikan untuk navigasi, mitigasi bencana dan
pariwisata. Bandara ini terletak di Hiang (IKK Sitinjau Laut) dengan dimensi runway
1.400 m x 30 m yang dapat dipergunakan untuk kegiatan pendaratan dan lepas landas
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -7
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
pesawat Fokker-50. Bandara Depati Parbo saat ini dalam tahap penyelesaian
pembangunan fasilitas sisi udara dan sisi daratnya, setelah diaktifkan sejak tahun
2002.
Dilihatdariperkembangannyasaatini,
potensipermintaanpelayananangkutanudaramengalamipeningkatansejalandengankegi
atanpembangunan di KabupatenKerinci, disampingkegiatanpemerintahan,
potensipariwisatasangatdominanmempengaruhipergerakan orang dan
barangkewilayahini.UntukituPemerintahKabupatenKerinciberupayamempercepatpela
ksanaanpembangunan Bandar udaraDepatiParbo agar
dapatmenjadisalahsatuprasaranapendukungpembangunan di KabupatenKerinci.
7. Rencana Sistem Jaringan Listrik
Kebutuhan listrik untuk wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh saat ini
dilayani oleh PT. PLN (Persero) Cabang padang. Berdasarkan data pengusahaan
listrik PT/ PLN (Persero) Ranting Sungai Penuh tahun 2009 diketahui bahwa Produksi
listrik untuk Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh melalui PLTD Koto Lolo dan
Sungai Penuh dengan daya terpasang sebesar 17.216 KW dan daya mampu sebesar
11.848 KW.
Adapun jumlah pelanggan pada tahun 2009 adalah 40.031 pelanggan. Berdasarkan
proyeksi kebutuhan listrik untuk 20 tahun mendatang, diketahui sebesar 33.342,65
KW untuk konsumsi listrik rumah tangga, fasilitas umum sebesar 8.335.663 KW, dan
kebutuhan penerangan jalan sebesar 5.001.398 KW. Berdasarkan hal perhitungan
tersebut, akan terjadi defisit energi lsitrik sebesar 60% untuk tahun 2031. Untuk
mengatasi masalah ini dimasa mendatang, telah direncanakan pembangunan sumber
pembangkit listrik alternatif yang paling potensial diantaranya :
1. PLTA Merangin di Kecamatan Batang Merangin, dengan daya 2 x 90 MW;
2. PLTMH Telun Berasap dan PLTMH Gunung Tujuh di Kecamatan Gunung Tujuh,
yang masing-masing sebesar 8 MW dan 6,3 MW; dan
3. PLTP Talang Kemuning di Kecamatan Gunung Raya dengan daya sebesar 110 MW.
8. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Penyedia jasa telekomunikasi di Kabupaten Kerinci saat ini adalah PT. Telkom yang
kantor pelayanannya berlokasi di Kota Sungai Penuh yang memberikan pelayanan
telekomunikasi melalui Stasiun Telepon Otomatis (STO) dengan kapasitas mencapai
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -8
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
5.000 SST. Pelayanan lainnya yang diberikan oleh PT. Telkom adalah melalui jasa
warung telekomunikasi sebanyak 200 SST.
Pengembangan fasilitas telekomunikasi saat ini tidak hanya terbatas pada telepon
rumah dan warung telekomunikasi saja, akan tetapi telah berkembang hingga
jangkauan telekomunikasi nirkabel seperti telepon genggam dan akses internet. Saat
ini telah beroperasi di Kabupaten Kerinci 4 provider telekumunikasi nirkabel yaitu
Telkomsel, Excelindo, Ceria dan Indosat. Total BTS yang telah terpasang di
Kabupaten Kerinci dan tersebar di seluruh kecamatan.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dimasa mendatang, perlu diupayakan
pendistribusian pelayanan telekomunikasi secara merata di dalam wilayah Kabupaten
Kerinci, khususnya internet. sebagai prioritas utama direncanakan pembangunan
kantor pelayanan di Ibukota Kabupaten Kerinci (Siulak), pemenuhan kebutuhan
telekomunikasi di kawasan perkotaan, dan selanjutnya memenuhi kebutuhan di
lokasi-lokasi strategis kabupaten, sehingga kebutuhan informasi bagi masyarakat
dapat terus terpenuhi.
9. Rencana Pengembangan Sistem Sumberdaya Air
Sumberdaya air di kabupaten Kerinci secara umum dimanfaatkan untuk rumah
tangga, irigasi dan sumber energi (PLTA, PLTMH). Adapun rincian penggunaan
sumberdaya air tersebut diantaranya adalah :
1. Irigasi; daerah Irigasi di Kabupaten Kerinci sebanyak 234 DI yang terdiri dari
irigasi teknis sepanjang 1.613 meter dan Irigasi sederhan sepanjang 14.310
meter. Dimana seluruh irigasi tersebut mengairi areal persawahan seluas 19.062
Ha yang tersebar di setiap kecamatan dalam Kabupaten Kerinci;
2. PLTMH Lempur yang sumber airnya berada di Kecamatan Gunung Raya;
3. PDAM; terdapat 15 instalasi PAM yang terdapat di Kecamatan Kayu Aro, Gunung
Kerinci, Air Hangat, Sitinjau Laut, Keliling Danau, Danau Kerinci, Gunung Raya
dan Batang Merangin. Berdasarkan laporan dan data PDAM Sungai Penuh
diketahui bahwa pada tahun 2010 telah terjadi peningkatan kapasitas produksi
dari 356 Liter/detik menjadi 366 Liter/detik, dan pertumbuhan jumlah
sambungan 1.200 unit/tahun, telah terwujudnya peningkatan cakupan pelayanan
dari 54,35% menjadi 65,72% pada thaun 2010.
Dalam pemanfaatan sumberdaya air perlu dipertimbangkan dampak negatif yang
ditimbulkan muncul akibat kurang tepatnya pengendalian sumberdaya air tersebut,
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -9
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
misalnya bencana banjir dan menurunnya produktifitas pertanian. Untuk itu
pemanfaatan sumber daya air ke depan untuk Kabupaten Kerinci perlu dilakukan:
1. Perbaikan dan peningkatan sistem dan bangunan irigasi yang ada, guna menjamin
ketersediaan pasokan air bagi pertanian sawah.
2. Pengembangan PAM pada kawasan perkotaan, terutama pada pusat-pusat
permukiman di seluruh kecamatan dengan sambungan PAM 80% dari total jumlah
KK pada tahun 2028 dan 20% melalui hidran umum.
3. Pembangunan bendungan untuk pengairan dan sekaligus untuk pengendalian
daya rusak air, terutama di di Kawasan Suoh dan pesisir.
4. Peningkatan kapasitas (debit) sumber daya air untuk pemulihan kinerja PLTA
Way Bessai melalui rehabilitasi kawasan tangkapan air hujan (hulu) yang berada
di wilayah Lampung Barat.
10. Rencana Sistem Pengelolaan Sampah
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka volume sampah yang dihasilkan juga
turut meningkat. Untuk itu penanganan/pengelolaan terhadap sampah memerlukan
perhatian yang cukup besar, terutama dampak yang muncul apabila tidak ditangani
secara tepat terhadap kota itu sendiri. Secara garis besar pengelolaan sampah dapat
di rinci sebagai berikut :
1. Pengumpulan : sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ke tempat
pengumpulan sementara (TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/ tarik, truk,
motor gerobak;
2. Pengangkutan : dari TPS diangkat dengan truk menuju TPA;
3. Pembuangan akhir : sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke Tempat
Pengelolaan Akhir (TPA), di mana nantinya sampah-sampah organik akan di olah
menjadi kompos, briket dan gas metan (bahan bakar) serta bahan bangunan.
Rencana pengelolaan sampah untuk wilayah Kabupaten Kerinci dibedakan menjadi 3
kawasan penanganan, yaitu kawasan Perkotaan dan kawasan perdesaan, dimana
untuk persampahan di wilayah perkotaan khususnya di pusat perdagangan dilakukan
proses/tahapan pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Sedangkan di
wilayah perdesaan pada umumnya dikelola sendiri oleh masyarakat setempat dengan
jalan pengumpulan, pembakaraan dan pemendaman dalam tanah.
Untuk TPA di Kabupaten Kerinci yang berlokasi di Talang Kemulun untuk 20 tahun
mendatang arealnya masih mencukupi untuk menampung jumlah sampah yang
ditimbulkan di Kabupaten Kerinci. Namun untuk mengefesienkan pamanfaatan areal
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -10
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
TPA tersebut direncanakan pengolahan sampah, khususnya sampah organik menjadi
kompos, sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -11
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
5.1.2. Rencana Pola Ruang
A. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Kawasan Hutan Lindung
Berdasarkan 256/KPTS-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 luas hutan lindung di
Lampung Barat adalah : 81.702 Ha yang sebagian kecil berada di sebelah Selatan
TNBBS yang memanjang secara sporadis dari Barat Daya ke Tenggara dan sebagian
besar di bagian Utara, di kawasan pegunungan.
Hasil super impose dengan peta penggunaan lahan terbaru (2007), dapat dikatakan
bahwa sebagian besar kondisi hutan lindung berada dalam keadaan yang rusak (70%
menurut hasil studi WAC/Watala, 2006). Indikator lain dari kerusakan hutan lindung ini
adalah menurunnya debit air Way Bessai untuk PLTU Way Bessai dan semakin luasnya
cakupan areal banjir di kawasan Suoh. Selain menjadi tegalan, semak belukar sebagian
hutan lindung ditanami tanaman kopi (kebun). Sebaran dan luasan Hutan Lindung di
Lampung Barat adalah seperti yang diuraikan pada tabel di bawah ini.
Berdasarkan hasil lokakarya, masukan dari Dinas Kehutanan dan Pertambangan
diperoleh informasi bahwa pada kawasan hutan lindung khususnya pada Kawasn Bukit
Rigis, No. Register 45B desa Sukapura, terdapat permukiman lama yang sudah ada
sebelum penetapan status kawasan hutan. Permukiman tersebut diusulkan untuk
dilepas/dikeluarkan (inclave) dari status hutan dengan luas 300 Ha.
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Seluruh kawasan TNBBS, Hutan Lindung dan kawasan dengan kelas lereng di atas
40% merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya. TNBBS sebagai kawasan suaka alam dan hutan lindung dibahas terpisah
dengan kawasan yang mempunyai kelerengan di atas 40%. Kawasan dengan kelerengan
di atas 40% diluar dua kawasan di atas mencapai luas 52.662 Ha atau 10,64% dari total
luas wilayah Lampung Barat. Fakta lapangan menggambarkan bahwa sebagian kawasan
ini berada dalam kondisi dengan bukaan vegetasi yang cukup luas dan tanaman kopi.
Hasil super impose peta kelas lereng di atas 40% dengan peta rawan longsor
menunjukkan bahwa hampir seluruh kawasan tersebut merupakan kawasan rawan
longsor. Mengingat ancaman bencana alam di Lampung Barat tidak saja dari potensi
longsor namun juga rawan gempa, untuk menghidari bencana yang lebih besar serta
visi penataan ruang yang berbasis konservasi, seluruh kawasan yang berada pada
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -12
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
kelerengan di atas 40% seyogyanya harus dipulihkan melalui penanaman tanaman yang
bernilai ekonomi tinggi.
Rencana pengelolaan kawasan di atas 40% ini adalah dengan melakukan reboisasi
pada kawasan yang sudah kritis dengan pendekatan partisipasi masyarakat lokal yang
didukung oleh pemerintah dan lembaga peduli lingkungan lainnya
Kawasan Perlindungan Setempat
Diseluruh wilayah Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Barat merupakan
wilayah dengan daerah aliran sungai (DAS) terbanyak. Terdapat 60 sungai besar yang
sebagian besar bermuara ke Samudera Hindia dan lainnya ke Laut Cina dan melintasi
sebagian besar wilayah Provinsi Lampung. Artinya sebagian besar kebutuhan air baku
Provinsi Lampung sangat tergantung dari keberadaan kawasan lindung di wilayah
Lampung Barat. Pada sisi lain keseimbangan neraca air dan kualitas iklim regional,
khususnya di wilayah Provinsi Lampung sangat tergantung dari keberadaan TNBBS dan
hutan lindung di Lampung Barat.
Hal penting lain terkait dengan kawasan lindung ini, adalah keberlanjutan dari
luas dan produktivitas pertanian sawah, rencana pembangunan PLTU Suoh,
keberlanjutan dari pemanfaatan aliran sungai (debit) untuk PLTHM serta pengendalian
banjir. Diantara upaya yang dapat dilakukan untuk memulihkan kawasan lindung
setempat adalah dengan menetapkan garis sempadan sungai (GSS), garis sempadan
danau (Danau Ranau), catchment area (kawasan sekitar mata air dan hulu sungai) dan
garis sempada pantai.
Mengacu pada ketetapan sempadan yang sudah ditetapkan melalui Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 2008 bahwa lebar sempadan adalah sebagai berikut :
1. Sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria :
a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter
dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat;
b. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam
atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik
pantai.
2. Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria :
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5
(lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -13
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai.
3. Kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan dengan kriteria :
a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus)
meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi;
b. Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional
terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kawasan lindung setempat meliputi :
1. Sempadan pantai (100 meter) sepanjang 210 Km
2. Sempadan danau selebar 50-100 meter disesuaikan dengan kondisi sempadan saat
ini
3. Sempadan sungai, terutama sungai-sungai besar (60 sungai) selebar 50-100 meter.
Kawasan Suaka Alam (TNBBS dan CAL)
Di Lampung Barat terdapat 2 kawasan suaka alam, yaitu Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan (280.851 Ha) dan Cagar Alam Laut (17.281 Ha). Kawasan Bukit Barisan
Selatan ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui Surat Pernyataan Menteri
Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 seluas 356.800 Ha. Wilayah
dan batas kawasan TNBBS tidak pernah berubah sejak ditetapkan pada tahun 1935
sebagai Suaka Margasatwa melalui Besluit Ban der Gauvemeur General van
Nederlandsch Indie No. 48 stbl. 1935 dengan nama Sumatera Selatan I (SS I).
berdasarkan SK Menhut No. 71/Kpts- II/1990 tanggal 15 Fepbruari 1990 ditetapkan pula
Cagar Alam Laut (CAL) Bukit Barisan Selatan seluas ± 21.600 Ha yang terintegrasi
dalam pengelolaan TNBBS Juli 2004 beserta 2 Taman Nasional lain (TN Gunung Leuser
dan TN Kerinci Seblat) ditetapkan sebagai Cluster Natural World Heritage Site dengan
nama The Tropical Rainforest Heritage of Sumatera. Juli 2007 menjadi TN Model
melalui SK Dirjen PHKA No. 69/IVSet/ HO/2006 dan menjadi Balai Besar TN
berdasarkan Permenhut No. P03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007.
Kedua kawasan yang menjadi ciri khas dari Lampung Barat berada dalam kondisi
yang rusak. Berdasarkan hasil penelitian World Agroforestry Center-Asia Tenggara
(2006) 70% dari TNBBS mengalami alih fungsi dan rusak. Sedangkan pada laporan
Renstra Kawasan Pesisir Provinsi Lampung diperoleh informasi bahwa telah terjadi
degradasi habitat wilayah pesisir yang diakibatkan oleh penangkapan ikan dengan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -14
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
pengeboman, potas, mini trawl, kendati kerusakannya tidaklah begitu parah dibanding
TNBBS.
Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Rawan Bencana Tsunami; Terkait erat dengan kejadian gempabumi, maka
di wilayah Kabupaten Lampung Barat juga berpotensi terjadi tsunami apabilagempa
diikuti oleh perpindahan material di bawah laut akibat longsoran ataupun akibat
goncangan (shaking) gempa sendiri.
Sistem palung yang memanjang sejajar Pulau Sumatera di Samudera Indonesia
yang terletak di sebelah barat-barat daya wilayah Kabupaten Lampung Barat
merupakan zona lemah yang berpotensi adanya runtuhan material di dasar laut.
Apabila terjadi perpindahan/longsoran material di palung atau sistem patahan yang
sejajar dengan palung di Samudera Indonesia akibat proses tektonik, maka terdapat
kemungkinan akan terjadi gelombang tsunami yang mengarah kurang lebih ke arah
timur laut atau barat daya.
Sebagian besar kawasan rawan bencana tsunami terletak pada bagian Pantai Barat
sebelah Selatan. Hampir semua desa yang berada di kawasan pesisir potensial terkena
bencana tsunami, terutama desa tepi pantai mulai dari Kecamatan Bengkunat, Pesisir
Selatan, Pesisir Tengah, Karya Penggawa, Pesisir Utara sampai Kecamatan Lemong.
Hanya saja di bagian Utara kawasan potensial terkena tsunami lebih kecil dibanding
bagian Selatan, karena di bagian Selatan pantainya lebih landai.
Klasifikasi zona rawan bencana tsunami :
• Zona Kerawanan tinggi, wilayah dengan jarak garis pantai 50 m, sepanjang pantai
dengan ketinggian kontur kurang dari 10 m dpl.
• Zona Kerawanan menengah yaitu daerah sepanjang pantai dengan kontur
ketinggian 10 – 15 m dpl, dengan kemiringan lereng cukup terjal.
• Zona kerawanan rendah yaitu wilayah sepanjang pantai dengan ketinggian 15 –
30m dpl, dengan morfologi curam dan relief tinggi atau berbukit, dan daerah ini
dapat dimanfaatkan untuk evakuasi dan lokasi pengungsian.
Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi; Berdasarkan Peta Seismotektonik Indonesia,
secara regional Wilayah Kabupaten Lampung Barat terletak pada Zona Sumber
Gempabumi Samudera Indonesia. Lajur penunjaman (Palung Samudera Indonesia) yang
terletak di sebelah barat wilayah Lampung Barat menjadikan wilayah ini rawan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -15
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
bencana gempabumi. Analisis regional menunjukkan kemungkinan akumulasi energi
yang terjadi pada jalur penunjaman dapat menjadi pemicu terjadinya gempa bumi
akibat pelepasan energi akumulatif tersebut. Selanjutnya energi ini akan merambat
lebih cepat melalui patahan-patahan yang terletak pada satu system dengan
episentrum.
Pola struktur di wilayah Kabupaten Lampung Barat yang berarah tenggara-
baratlaut dan timurlaut-baratdaya sangat berpotensi menjadi zona lemah. Untuk itu
zona sepanjang patahan-patahan dalam sistem ini harus diwaspadai sebagai daerah
bahaya gempabumi merusak. Kondisi geologi wilayah Kabupaten Lampung Barat
merupakan salahsatu variabel utama dalam menentukan tingkat kerawanan bencana di
wilayah ini. Sistem patahan dan kondisi litologi merupakan media yang mampu
menghantarkan gelombang gempa ke wilayah-wilayah di sekitar titik episentrum.
Daerah-daerah yang harus diwaspadai terkait dengan bencana gempa bumi adalah
daerah-daerah pada sisten patahan terutama pada daerah yang ditutupi oleh batuan
yang bersifat lepas (unconsolidated), yang pada umumnya berumur Kuarter.
Secara historis gempa-gempa yang terjadi di wilayah Kabupaten Lampung Barat
merupakan gempa dangkal (dengan hiposenter 0-90 kilometer) dengan kekuatan 5 dan
6. Pusat-pusat gempa berada pada arah barat dan barat daya wilayah Kabupaten
Lampung Barat. Sejarah terjadinya gempa bumi menunjukkan bahwa wilayah ini
termasuk wilayah gempabumi yang merusak (Wilayah /Samudera Indonesia). Peta
Seismotektonik Indonesia (Kertapati,drr,1992) memperlihatkan adanya konsentrasi
kegempaan yang cukup tinggi di ujung Selat Semangko. Konsentrasi kegempaan yang
cukup tinggi juga terdapat berkaitan dengan adanya Sistem Patahan Mentawai.Gempa
dengan kedalaman 90-150 kilometer menjadi ciri khas kegempaan di daerah Sumatera
Bagian Selatan. Gempa-gempa ini sering terjadi berkaitan dengan zona penunjaman di
barat daya Pulau Sumatera saat ini.
Beberapa wilayah yang merupakan daerah resiko gempabumi di Kabupaten
Lampung Barat antara lain :
1. Daerah di sekitar zona patahan, seperti di sepanjang Sesar Semangko dari Teluk
Karang berak sampai Liwa,
2. Daerah pada sebaran litologi berupa aluvial dan batuan berumur Kuarter,
3. Daerah pemukiman padat penduduk,
4. Daerah dengan bangunan-bangunan semi permanen ataupun bangunan yang tidak
tahan gempa,
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -16
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Kawasan Rawan Bencana Longsor; Tanah longsor adalah perpindahan material
pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang
bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan
tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris
avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan
rembesan (seepage) merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada
lereng alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara penggalian atau penimbunan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup
dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat
dibedakan sebagai faktor alami dan manusia. Kondisi alam yang menjadi factor utama
terjadinya longsor antara lain :
- Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung,
struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung api.
- Iklim : curah hujan yang tinggi.
- Keadaan topografi : lereng yang curam.
- Keadaan tata air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi
dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
- Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
Gejala umum terjadinya tanah longsor :
Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing;
Biasanya terjadi setelah hujan;
Munculnya mata air baru secara tiba-tiba;
Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
Dari seluruh kecamatan yang ada hanya Kecamatan Ngambur, Bengkunat dan
Gedung Surian saja yang relatif tidak terdapat kawasan rawan longsor. Total desa yang
potensial terkena bahaya longsor adalah 153 desa di 14 kecamatan. Artinya hampir 80%
dari luas kawasan Kabupaten Lampung Barat merupakan kawasan rawan longsor.
Kawasan Rawan Banjir; Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curah
hujan yang tinggi dan di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -17
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung
banjir buatan tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap.
Kemampuan/daya tampung system pengaliran air berkurang akibat sedimentasi,
maupun penyempitan sungai akibat fenomena alam dan manusia. Secara umum pada
sebuah system aliran sungai yang memiliki tingkat kemiringan (gradien) sungai yang
relative tinggi (lebih dari 30%) apabila di bagian hulunya terjadi hujan yang cukup
lebat, maka potensi terjadinya banjir bandang relatif tinggi.
Tingkat kemiringan sungai yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai factor
“bakat” atau bawaan. Sedangkan curah hujan adalah salah satu factor pemicu.
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga
menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam
sistem pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan
menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya
sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu
berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.
Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat
resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang
tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran permukaan yang langsung masuk kedalam
sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir.
Perilaku manusia yang menimbulkan bencana banjir diantaranya kegiatan
pembalakan kayu secara ilegal, proyek-proyek pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan, perkebunan kopi skala besar, HPH, HTI, dan IPK yang tidak direncanakan
dengan baik telah menyebabkan terjadinya banjir. Akibatnya, beberapa DAS di
Lampung Barat kondisinya semakin kritis, sehingga di musim hujan sering menimbulkan
banjir dan kekeringan di musim kemarau. Kendati demikian luasan kawasan banjir di
Lampung Barat tidaklah terlalu besar.
Kawasan rawan banjir di Lampung Barat sebagian besar terdapat di Suoh dan
Pesisir Selatan. Penyebab utama dari banjir pada kawasan tersebut adalah karena
kerusakan kawasan tangkapan air, sehingga terjadi surface run off (limpasan) yang
tinggi sehingga badan sungai tidak mampu menampung limpasan dan menggenang pada
wilayah cekungan/datar. Meskipun demikian untuk kawasan banjir Suoh juga
disebabkan karena daerah cekungan yang cukup luas, sehingga pada saat musim hujan
juga terjadi genangan (banjir) yang luas. Secara kesluruhan desa-desa yang potensial
terkena bahaya banjir adalah di Pesisir Tengah dan Bengkunat.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -18
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Kawasan Lindung Lainnya; pada kawasan TNBBS terdapat habitat binatang langka
yang dilindungi yaitu Badak, Harimau Sumatera dan Gajah. Habitat terluas ketiga jenis
binatang ini terdapat di Bengkunat. Sesuai RDTR yang disusun bersama WWF diusulkan
untuk mengembangkan kawasan lindung khusus habitat yang didalamnya
dikembangkan kawasan rehabilitasi habitat dengan total luas 9.338 Ha.
B. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Lampung Barat mempunyai HPT seluas 33.358 Ha yang saat ini tidak seluruhnya
produktif dan sebagian mengalami kerusakan. Untuk itu akan dilakukan pemulihan dan
pemanfaatan HPT melalui dua program hutan tanaman yaitu Hutan Tanaman Rakyat
dan Hutan Desa. Dinas Kehutanan dan PSDA Lampung Barat bermaksud akan
mengembangkan kedua program terebut, dengan prioritas utama program HTR pada
HPT yang ada seluas 5.000 Ha dalam beberapa tahun kedepan. Tahap pertama
direncanakan akan dikembangkan di Kecamatan Bengkunat sesuai dengan RDTR
Kecamatan Bangkunat. Pada RDTR tersebut direncanakan pengembangan HTR dan HKm
seluas 16.084 Ha. Secara bertahap akan dikembangkan sesuai kemampuan pada HPT
yang secara status hutan mempunyai luas lebih dari 33.358 Ha.
Kawasan Hutan Rakyat
Salah satu primadona hasil hutan rakyat Lampung Barat adalah hutan damar yang
dalam bahasa setempat dikenal dengan Repong Damar. Produksi Damar, rata-rata tiap
tahunnya menghasilkan Rp. 60 Milyar. Hanya saja sampai saat ini belum dilakukan
pendataan dan pengukuran luas dan sebaran Repong Damar secara detil. Umumnya
Repong Damar tersebar di sepanjang tepi barat Bukit Barisan (TNBBS) yang memanjang
dari Tenggara ke Barat Laut. Perkiraan sementara luas Repong adalah 17.500 Ha
(paparan Bupati pada penerimaan penghargaan PU, November 2008). Agar terdapat
kepastian hukum bagi masyarakat pengelola Repong Damar serta kepastian untuk
menyusun
Kawasan Pertanian
Pertanian Lahan Basah; Berdasarkan data irigasi luas pertanian padi sawah adalah
18.593,93 Ha. Namun tidak semua daerah irigasi berada dalam kondisi yang baik,
sehingga tidak seluruhnya produktif. Bila diambil kondisi Daerah Irigasi (DI) yang baik
dan sedang, maka luasnya menjadi 16.112, 7 Ha. Sedangkan bila mengacu pada data
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -19
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
BPS (Lampung Barat Dalam Angka 2007) luas kawasan pertanian padi sawah adalah
33.328 Ha dan padi ladang 1.831 Ha atau total luas 35.159 Ha dengan total produksi
150.409 ton (rata-rata produksi 4,2 ton/ha). Dengan asumsi bahwa setiap keluarga
mengkonsumsi beras 139,5 Kg/KK/tahun dan konversi produksi padi (gabah kering) ke
beras adalah 63,2% (Anjak, Litbang Deptan, 2006), maka kebutuhan lahan untuk padi
sawah di Lampung Barat bagi 710.370 penduduk (142.074 KK) pada tahun 2029 adalah
134.153 Ha (31.359 ton). Dengan demikian luas lahan pertanian sawah yang ada masih
memadai sehingga tetap dipertahankan.
Pertanian Lahan Kering; dalam ilmu pertanian jenis pertanian ini dikenal dengan
pertanian tanpa genangan atau unirrigated land, seperti tanaman palawija,
kacangkacangan, jagung dan lain-lain (Tejoyuwono, 1989). Secara eksisting jenis
tanaman pertanian lahan kering yang bertumbuh di Lampung Barat adalah jagung, ubi
kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang hijau dan kacang tanah. Jenis pertanian lahan
kering ini dikembangkan pada lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta
kesesuaian lahan maupun fakta lapangan. Kegiatan ini diarahkan untuk diintensifkan di
kecamatan Sukau dan ditunjang oleh Balik Bukit, sebagian kecil di Way Tenong. Lokasi
lain adalah Suoh dan Bengkunat. Mengingat letak geografis kecamatan-kecamatan di
atas, maka Sukau lebih diarahkan sebagai sentra produksi pertanian lahan kering skala
kabupaten, sedangkan Suoh untuk pemenuhan sendiri dan Bengkunat diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan penduduk di kawasan pesisir bagian selatan (kecamatan
pemekaran; Ngambur, Bengkunat & Bengkunat Belimbing).
Pertanian Hortikultura; ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahan
kering yang bernilai ekonomi tinggi (Tejoyuwono, 1989), seperti sayur-sayuran.
Komoditas pertanian hortikultura yang terdapat di Lampung Barat adalah kembang kol,
kentang, kubis, wortel, labu siam, bawang daun, sawi, buncis dan cabe. Sebagian
besar jenis komoditas ini dikembangkan di Sukau, Belalau, Sekincau dan Way Tenong.
Mengingat karakteristik wilayah dan penduduk serta kesesuaian lahan yang ada, maka
ke empat kawasan ini diarahkan sebagai kawasan pengembangan pertanian hortkultura
dengan kawasan inti Kecamatan Sekincau.
Kawasan Perkebunan
Berdasarkan potensi (luas) komoditas perkebunan yang dikembangkan di Lampung
Barat terdapat 4 jenis komoditas yang mempunyai areal tanam yang paling luas, yaitu
Kopi (Robusta) seluas 38.419 Ha, sawit (28.739 Ha), Lada (3.725 Ha) dan Kelapa Dalam
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -20
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
(2.913 Ha). Mengingat kondisi perkebunan sawit yang terdapat di Bengkunat (17.807
Ha) sudah tidak bergitu produktif serta tidak bersesuaian dengan kebijakan Lampung
Barat sebagai kabupaten konservasi, maka perkebunan sawit tidak menjadi prioritas
untuk dikembangkan. Oleh karena itu untuk tanaman perkebunan yang sebaiknya
dikembangkan adalah kopi, lada dan kelapa dalam.
Kopi; sesuai data yang tersedia, total luas perkebunan kopi (robusta) di Lampung
Barat
adalah 38.419 Ha dengan areal terluas di Sekincau (9.268 Ha), diikuti Way Tenong
(6.459 Ha) dan Belalau (6.093 Ha). Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten
Lampung Barat, bahwa perlu dikembangkan kawasan agropolitan dengan komoditas
inti kopi di Kecamatan Way Tenong dan sekitarnya. Dalam hal ini direkomendasikan
untuk mengembangkan kawasan agropolitan yang meliputi kecamatan Sekincau,
Sukau, Belalau dan Way Tenong. Mencermati hasil kajian dalam penyusunan rencana
terminal agribisnis, kawasan yang potensial dikembangkan sebagai kawasan
perkebunan kopi dilihat dari kesesuaian lahan pertanian adalah kecamatan Belalu dan
Sumber Jaya.
Lada; merupakan salah satu produksi khas Lampung Barat dengan total luas lahan
tahun 2007 sebesar 2.913 Ha. Sebagian besar perkebunan lada dikembangkan di
Bengkunat (885 Ha), Belalau (668 Ha), Way Tenong (653 Ha) dan Lemong (625 Ha).
Dalam kerangka pengembangan wilayah yang berimbang dan memberikan fokus
kegiatan ekonomi secara spasial, sebaiknya Bengkunat dan Lemong diarahkan sebagai
sentra lada kabupaten. Adapun posisi Belalau dan Way Tenong dapat saja sebagai
penunjang produksi.
Kelapa Dalam; Komoditas perkebunan peringkat ketiga di Lampung Barat adalah
Kelapa Dalam yang sampai saat ini diolah menjadi kopra. Kawasan dengan cakupana
real produksi terluas terdapat di sepanjang kawasan pesisir terutama di kecamatan
Pesisir Selatan (864 Ha) diikuti Bengkunat (663 Ha), Pesisir Utara (333 Ha). Kecamatan
lainnya dipesisir rata-rata mempunyai luas lahan perkebunan kelapa dalam sebesar 200
Ha. Pesisir Selatan berpotensi untuk dijadikan sebagai sentra pengembangan kelapa
dalam.
KawasanPerikanan
Perikanan Tangkap, Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 pasal 3,
bahwa wilayah provinsi, sebagaimana yang dimaksud pasal 2 ayat 1, terdiri
ataswilayahdarat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -21
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Sesuai dengan undang-undang tersebut
maka batas wilayah laut termasuk kawasan perikanan tangkap yang pengelolaannya
menjadi wewenang provinsi adalah sejauh 12 mil. Perairan pesisir untuk kegiatan
perikanan tangkap dengan bagan, bubu atau perahu < 10 GT penekanan pada kegiatan
penangkapan udang, ikan pelagis dan ikan laut lainnya skala kecil pada jalur penangkapan
0 – 4 mil dari garis pantai. Perairan pesisir untuk kegiatan perikanan tangkap komersil
untuk perahu/kapal ikan 10 – 30 GT penekanan pada kegiatan penangkapan udang, ikan
pelagis dan ikan laut lainnya skala komersil pada jalur penangkapan > 4 mil dari garis
pantai. Lampung Barat mempunyai 210 km panjang pantai dengan 3 pelabuhan ikan, yaitu
di Bengkunat, Krui dan Lemong. Namun hasil perikanan tangkap belum begitu optimal. Hal
ini dapat dilihat dari aktivitas yang terjadi di 3 pelabuhan perikanan ini, dimana hanya
pelabuhan Krui yang terlihat kegiatan nelayan dan tempat penjualan/lelang ikan yang
cukup intens. Berdasarkan data umum yang diperoleh (Lampung Barat Dalam Angka, 2007)
diketahui bahwa jumlah nelayan adalah 1.603 orang dengan produksi ikan tangkap tidak
lebih dari 9.000 ton/tahun. Artinya dengan luas 1,3 juta Ha hanya dihasilkan 9.000
ton/tahun terlihat bahwa nilai produksi kelautan Lampung Barat belum terolah secara
optimal. Saat ini potensi kawasan pesisir (laut) yang perlu dikelola dengan baik adalah
Cagar Alam Laut (17.281 Ha) sebagai taman wisata alam laut, kawasan surfing di Tanjung
Setia (kelas dunia), areal diving di Lemong dan Belimbing, dan selebihnya adalah kawasan
ikan tangkap sampai batas 4 mil dari pantai (kewenangan kabupaten; 1,3 juta Ha). Secara
lebih detil rencana pengelolaan kawasan laut dan pesisir didetailkan pada rencana
pengelolaan zonasi kawasan pesisir pada studi yang berbeda.
Budidaya Perikanan, Perikanan budidaya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu
budidaya laut, budidaya tambak dan budidaya air tawar. Kriteria untuk kawasan
pengembangan budidaya air tawar dan tambak adalah sebagai berikut :
• Kelerengan lahan < 8 %
• Persediaan air cukup
• Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri.
• Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya perikanan).
Kriteriauntukkawasanpengembanganbudidayalautadalah
• Terlindung dari gelombang dan angin. Menghindari terjadinya kerusakan pada
kegiatan atau usaha budidaya yang berasal dari gelombang dan arus yang besar.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -22
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
• Jauh dari permukiman dan industri. Limbah atau pencemaran yang berasal dari
rumah tangga dan industri dapat mengakibatkan kerusakan perairan dan kegagalan
usaha budidaya.
• Jauh dari muara sungai. Muara sungai juga sangat mempengaruhi budidaya laut
dengan adanya proses sedimentasi akibat aktifitas di daerah atas ( Upland )
seperti penebangan hutan, pertanian, permukiman dan industri yang dekat
bantaran sungai. Kondisi ini menjadi kompleksi karena daerah muara sungai secara
oseanografi sangat dipengaruhi oleh air laut. Akibatnya, kondisi perairan, biota
dan ekosistemnya memiliki karakteristik yang khas. Dengan demikian kegiatan
budidaya laut tidak mungkin dilakukan di daerah ini.
• Jauh dari kawasan ekosistem penting laut, seperti terumbu karang, mangrove dan
padang lamun.
• Kualitas air baik. Kualitas ini mengidikasikan kelayakan kondisi perairan yang
dapat dijadikan lokasi budidaya laut. Kelayakan kondisi perairan ini dapat diukur
dari parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter Fisika ; Kecerahan; parameter
kimia : Disolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD), kandungan organik
(organic matter), Biolocal Oxygen Demand (BOD), kandungan klorofil dan
parameter biologi : plankton.
Budidaya perikanan di Lampung Barat belum terkelola secara optimal, dimana per
tahunnya hanya menghasilkan sedikit di atas 1.000 ton. Produksi sebesar ini dihasilkan oleh
6.342 petani ikan kolam yang sebagian besar bergiat di Kecamatan Suoh, Batu Brak dan
Balik Bukit. Memperhatikan luas lahan dan ketersediaan air dengan puluhan sungai yang
ada, diperlukan adanya terobosan baru agar budidaya perikanan kolam, sungai dan danau
lebih ditingkatkan. Namun untuk pengembangan budidaya perikanan darat di danau dan
sungai sebaiknya dihindari penggunaan jaring apung/karamba. Pengalaman pada beberapa
danau/waduk menunjukkan bahwa pencemaran danau/sungai dari pakan ikan membawa
dampak buruk bahkan terhadap hasil produksi ikan itu sendiri.
Dengan demikian sangat disarankan agar budidaya perikanan dikembangkan dalam
bentuk kolam. Berkenaan dengan pengembangan terkini dari budidaya perikanan kolam,
pendekatan minapolitan perlu dilakukan terutama di kawasan pertanian lahan basah
(minapadi). Mengingat keterbatasan lahan untuk pengembangan usaha tani yang berbasis
lahan (ekstensif), maka pengembangan kolam ikan bernilai ekonomi tinggi perlu
ditumbuhkan pada kawasan-kawasan yang selama ini sudah menjadi sentra budidaya ikan.
Kawasan Pengolahan Ikan; pengolahan ikan atau industri perikanan (added value)
terhadap hasil tangkapan/budidaya ikan masih berlum berkembang di Lampung Barat.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -23
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Mengingat potensi perikanan tangkap/budidaya yang sangat besar (terutama laut), serta
perlunya transformasi struktur ekonomi masyarakat yang berbasis non lahan, maka usaha
pengeolahan ikan merupakan salah satu tumpuan peningkatan perekonomian masyarakat
Lampung Barat terutama di kawasan pesisir. Lemong, Bengkunat dan Krui dapat dijadikan
sentra pengolahan ikan laut dengan pusat pengeolahan di Bengkunat. Pertimbangan
Bengkunat sebagai pusat pengolahan terkait dengan rencana pembangunan Pelabuhan
Nasional di Teluk Bengkunat. Sedangkan pengolahan ikan budidaya dapat dikembangkan di
Way Tenong sebagai pusat agropolitan.
Kawasan Pertambangan
Dalam mengelola usaha pertambangan, pemerintah menetapkan wilayah
pertambangan (WP), yang terdiri dari wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah
pertambangan rakyat (WPR) dan wilayah pencadangan negara (WPN).
Wilayah usaha pertambangan (WUP), adalah bagian dari wilayah pertambangan
(WP) yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi.
WUP ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui koordinasi dengan pemerintah
provinsi.
Wilayah pertambangan rakyat (WPR), adalah bagian dari wilayah pertambangan
(WP) tempat dilakukannya usaha pertambangan rakyat. WPR ditetapkan oleh
bupati/walikota, sesuai pasal 21, UU nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan.
Kriteria untuk menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR) adalah :
a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di
antara tepi dan tepi sungai;
b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman
maksimal 25 (dua puluh lima) meter;
c. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;
d. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua puluh lima)
hektare;
e. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau
f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah
dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.
• Wilayah pencadangan negara (WPN), adalah bagian dari wilayah pertambangan
(WP) yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Penetapan wilayah
pencadangan negara (WPN) dilakukan oleh pemerintah pusat dengan tetap
memperhatikan aspirasi daerah sebagai daerah yang dicadangkan untuk komoditas
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -24
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem
dan lingkungan. WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan
sebagian luasnya, sedangkan WPN yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan
batasan waktunya. WPN yang diusakan sebagaian luasnya statusnya berubah
menjadi wilayah usaha pertambangan khusus (WUPK). Perubahan status WPN
menjadi WPUK dapat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri;
b. Sumber devisa negara;
c. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana;
d. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi;
e. Daya dukung lingkungan; dan/atau
f. Penggunaan teknologi tinggi dan modal investasi yang besar.
Hampir semua wilayah administrasi merupakan rencana usaha pertambangan, karena
17 dari 19 wilayah administrasi kabupaten/kota mempunyai bahan pertambangan yang
berpotensi untuk dieksploitasi.
Bahan Galian Strategis; yang termasuk kategori bahan galian strategis adalah emas,
pasir besi dan bijih besi. Belum diperoleh data rinci tentang deposit emas yang terdapat di
Way Rilau (Bengkunat), tapi diperkirakan tersebar pada kisaran 1.000 Ha. Deposit pasir
besi dan bijih besi masing-masing diperikirakan 3,4 juta ton dan 600.000 ton. Sebagian
besar pasir besi terdapat di sepanjang pantai barat mulai dari Pesisir Selatan sampai
Lemong dan Bijih besi terdapat di Kecamatan Belalau (Desa Atar Bawang). Pemanfaatan
bahan strategis ini akan membuka lapangan kerja dan penghasilan yang signifikan bagi
masyarakat sekitar, terutama pertambangan emas. Sebagian besar pasir besi terdapat di
sepanjang pantai barat Lampung Barat. Selama lokasi bahan galian berada diluar sempadan
pantai dan bukan sendun, serta memenuhi persyaratan dan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku, tentu hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut dengan tetap memperhatikan
lingkungan sekitar.
Bahan Galian Vital; yang termasuk kategori bahan galian vital adalah perlit,
granodiorit, obsidian, kaolin, batu gamping, lempung dan pasir kuarsa. Jenis batuan ini
umumnya digunakan sebagai bahan dasar untuk industri. Perlit dijumpai di Batu Brak
dengan perkiraan deposit sebesar 3,9 juta ton, granodiorit terdapat di Balik Bukit dan Suoh
dengan potensi 680.000 ton, obsidian ditemui di Balik Bukit, Belalau dan Suoh dengan
perkiraan deposit mencapai 1,6 juta ton, kaolin banyak dijumpai di Sumber Jaya dengan
potensi lebih dari 625.000 ton. Batu gamping dan Kuarsa (Silika) dijumpai di Lemong dan
Diatomea di Belalau. Artinya Lampung Barat mempunyai potensi bahan galian vital yang
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -25
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
tersebar merata di seluruh kecamatan. Bahan galian ini dapat saja dikelola (eksploitasi)
dengan prioritas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan tidak merusak lingkungan.
Bahan Galian Konstruksi; merupakan jenis batuan yang kuat dan umum digunakan
sebagai bahan dasar bangunan (konstruksi), seperti basalt (8,8 juta ton), batu apung (1,4
juta ton), pasir batu (1,2 juta ton) dan batu tembakak. Basalt dan Batu Apung banyak
terdapat di kawasan perbukitan seperti Belalau, Sumber Jaya dan Balik Bukit. Sedangkan
pasir batu (sirtu) umumnya terdapat pada wilayah hilir sungai, seperti Way
Krui, Lemong, Ratu Ngaras dan Bandar Agung. Pemanfaatan bahan galian sudah pasti
akan membawa dampak lingkungan. Oleh karena itu pemanfaatannya sebaiknya dibatasi
untuk kebutuhan lokal sehingga tidak dieksploitasi secara berlebihan.
Bahan Galian Sumber Energi; di Kabupaten Lampung Barat terdapat dua jenis bahan
galian sumber energi yaitu batu bara dan panas bumi. Batu bara terdapat di Kecamatan
Batu Brak ( Ha) dan Sukau (3 Ha) dengan total deposit diperkirakan 260.000 ton. Sedangkan
panas bumi terdapat di Suoh, Sumber Jaya dan Sukau. Namun potensi yang paling besar
adalah di Suoh yang diperkirakan dapat menghasilkan listrik sebesar 430 MW. Kedua jenis
bahan galian sumber energi ini dapat saja dimanfaatkan, namun jauh lebih penting untuk
memprioritaskan pemanfaatan panas bumi yang terdapat di Suoh. Pemanfaatan panas bumi
sebagai sumber energi terbarui (alternatif) dapat menjadi solusi sumber daya litrik yang
ada saat ini terbatas serta mendukung kebijakan Pemerintah Lampung Barat sebagai
Kabupaten Konservasi.
KawasanIndustri
Di Lampung Barat tidak terdapat industri berat ataupun industri sedang, hanya ada
indusri kecil dengan jumlah yang juga tidak terlalu banyak yaitu 215 unit industri
makanan dan 174 unit industri lainnya. Mengingat semakin terbatasnya luas lahan
untuk kegiatan usaha pertanian serta perlunya peningkatan SDM masyarakat, maka
kegiatan industry yang berbasis agro perlu didorong pertumbuhannya. Oleh karena itu
industri pengolahan hasil agro, perikanan dan kelautan perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Agroindustri sebaiknya dikembangkan di
sekitar Sukau sampai Sumber Jaya dan pengolahan ikan laut di Krui-Bengkunat.
Kawasan Pariwisata
Menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan kepariwisataan
dilakukan melalui pengembangan industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran
dan kelembagaan pariwisata. Upaya pengembangan kepariwisataan di Kabupaten
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -26
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Lampung Barat ini juga tetap dikaitkan dengan daerah tujuan wisata (destinasi)
nasional yakni: Jakarta, Jogja, dan Bali sebagai satu kesatuan destinasi wisata nasional
sekaligus untuk menarik minat pengunjung, ditujukan terhadap wisatawan nusantara
maupun mancanegara. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi
Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
Pariwisata Budaya; Wisata budaya dalam bentuk situs banyak terdapat di Balik Bukit,
Belalau, Batu Brak dan Pesisir Utara. Balik Bukit sebagai ibukota pemerintahan dapat
dijadikan pusat wisata budaya dan selanjutnya disiapkan paket wisata budaya ke Batu
Brak dan Belalau. Sementara itu untuk wisata Pesisir Utara dapat digabung dengan
paket wisata bahari. Wisata budaya yang bersifat sejarah (situs) tentunya perlu
diperkaya dengan atraksi budaya yang dipusatkan di Liwa (Balik Bukit).
Pariwisata Alam; jenis wisata ini merupakan andalan dari Lampung Barat, salah
satunya yang sudah mendunia adalah gelombang laut di Pantai Barat yang
dimanfaatkan oleh peselancar dunia untuk surfing. Terdapat 2 titik surfing yang
atraktif, yaitu di Tanjung Setia dan Way Jambu yang telah didukung dengan
parasarana perhubungan yang baik dan penginapan khusus bagi peselancar
mancanegara (cottage). Kekuatan wisata alam kedua adalah ekowisata/wana wisata
pada beberapa lokasi TNBBS seperti di Kubu Perahu dan perbatasan dengan Tanggamus
(Rhino Camp). Lampung Barat juga mempunyai Danau Ranau dan telah dibangun resort
berperingkat bintang 4 yaitu Seminung Resort dan akan dikembangkan lebih lanjut
dengan beberapa klaster yang mengelilingi resort seperti klaster kupu-kupu, rusa,
play/camping ground dan lain-lain. Arung jeram, diving & snorkeling (wisata alam
laut), menikmati air terjun, mengarungi gua dan menikmati pantai sepanjang 210 km
adalah potensi wisata alam lain yang belum tergarap secara optimal. Strategi
pengembangan wisata Lampung Barat dapat dimulai dari pantai (paling banyak
pengunjung dan adanya turis asing), dikaitkan dengan CAL dan TNBBS dan selanjutnya
diperluas ke pariwisata budaya. Untuk itu diperlukan dukungan promosi yang gencar,
pembangunan infrastruktur, penguatan strategi pemasaran dan meningkatkan
pelayanan wisatawan mulai dari informasi sampai fasilitas penunjang pada tiap-tiap
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -27
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
kawasan wisata alam yang sudah ada. Pengembangan wisata alam lainnya dapat
dilakukan seiring dengan penguatan dan pengembangan objek yang sudah ada.
Pariwisata Buatan; Salah satu wisata buatan yang akan dikembangkan di Lampung
Barat dengan skala nasional adalah Kebun Raya Liwa (KRL). Bahkan dalam kebijakan
penataan ruang provinsi KRL ini sudah diarahkan sebagai kawasan strategis provinsi.
Saat ini kemajuan pembangunan sudah sampai pada penyelesaian Master Plan
termasuk DED KRL dan tahun 2010 akan dilanjutkan dengan pembangunan beberapa
prasarana dasar. Pariwisata buatan boleh dikatakan bukan menjadi kekuatan dari
pariwisata Lampung Barat. Kalaupun ada, seperti KRL Liwa basisnya tetap potensi alam
dan bersifat alamiah. Pariwsata safari alam terbuka dan taman buru merupakan salah
satu atraksi wisata yang berbasis alam yang dapat dikembangkan di Lampung Barat.
Potensi ini sudah mempunyai embrionya di Bengkunat (kawasan khusus konservasi
binatang liar) dan Belimbing (taman buru). Kalaupun akan dikembangkan wisata
buatan lain, mungkin lebih berorientasi pada pasar dalam daerah sendiri, seperti
waterboom dan kolam renang di Liwa dan Krui.
Kawasan Permukiman
Permukiman Perkotaan; mencermati perkembangan kawasan dan kebijakan penataan
ruang nasional dan provinsi, pertumbuhan kawasan perkotaan di Lampung Barat maka
Liwa dan Fajar Bulan akan mempunyai ciri kawasan permukiman perkotaan pada
kawasan perbukitan dan setiap saat menghadapi potensi bahaya gempa dan longsor.
Sementara Krui adalah kawasan permukiman pantai yang juga potensial terkena
bahaya tsunami. Walaupun hasil kajian menginformasikan bahwa bahaya Tsunami
bersiklus 500 tahun sekali, mitigasi gempa dan tsunami tetap menjadi bagian tidak
terpisahkan dalam perencanaan tata ruang wilayah ini. Secara fungsional Kota Liwa
adalah sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan dan
budaya. Krui sebagai kawasan perkotaan pesisir dengan fungsi utama kegiatan berbasis
laut dan Fajar Bulan akan menjadi pusat kegiatan agropolitan.
Permukiman Perdesaan; Umumnya ciri permukiman perdesaan adalah berupa
bangunan rumah tradisional, umumnya berkondisi semi permanen, KDB rendah, MCK
diluar rumah dan sebagian besar menggunakan sumur (air tanah) sebagai sumber air
minum dan belum mendapat aliran listrik. Ciri permukiman bersifat mengelompok dan
tersebar secara sporadis. Memperhatikan kondisi faktual lapangan pola pembangunan
permukiman di Lampung Barat umumnya membentuk pola pita (ribbon) memanjang
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -28
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
mengikuti pola perkembangan pembangunan jalan. Hal ini mudah dilihat, terutama
antara Fajar Bulan sampai ke Liwa yang merupakan konsentrasi utama permukiman
penduduk di Lampung Barat. Pembangunan permukiman perdesaan di Lampung Barat
memang belum padat dan menimbulkan masalah. Hanya saja perlu dikuatkan
keyakinan masyarakat bahwa rumah panggung yang ada saat ini adalah rumah tahan
gempa dan sesuai untuk daerah tropis. Selanjutnya pola pembangunan permukiman
dikembangkan sedemikian rupa sehingga aman, efektif, efisien dan sehat serta
tersedia fasilitas umum/sosial yang menjadi kebutuhan masyarakat lokal.
Berdasarkan rencana pola ruang diatas, pola ruang Lampung Barat dibedakan menjadi
tiga bagian, yaitu :
1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budiddaya
3. Diantara kedua jenis rencana pola ruang terebut juga dipetakan beberapa
kawasan yang berhimpit dengan kedua pola ruang diatas, yaitu :
i. Rencana kawasan perkotaan Kota Liwa
ii. Rencana kawasan Agropolitan Way Tenong
iii. Potensi kawasan pertambangan
iv. Kawasan Rawan Bencana Tsunami
v. Kawasan Patahan Semangko Besar
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -29
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
5.2. Rencana Daerah Pelayanan Kabupaten Kerinci
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -30
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
5.2.1. Rencana Pengembangan Sistem Sumberdaya Air
Sumberdaya air di kabupaten Kerinci secara umum dimanfaatkan untuk rumah
tangga, irigasi dan sumber energi (PLTA, PLTMH). Adapun rincian penggunaan sumberdaya
air tersebut diantaranya adalah :
1. Irigasi; daerah Irigasi di Kabupaten Kerinci sebanyak 234 DI yang terdiri dari irigasi
teknis sepanjang 1.613 meter dan Irigasi sederhan sepanjang 14.310 meter. Dimana
seluruh irigasi tersebut mengairi areal persawahan seluas 19.062 Ha yang tersebar di
setiap kecamatan dalam Kabupaten Kerinci;
2. PLTMH Lempur yang sumber airnya berada di Kecamatan Gunung Raya;
3. PDAM; terdapat 15 instalasi PAM yang terdapat di Kecamatan Kayu Aro, Gunung
Kerinci, Air Hangat, Sitinjau Laut, Keliling Danau, Danau Kerinci, Gunung Raya dan
Batang Merangin. Berdasarkan laporan dan data PDAM Sungai Penuh diketahui bahwa
pada tahun 2010 telah terjadi peningkatan kapasitas produksi dari 356 Liter/detik
menjadi 366 Liter/detik, dan pertumbuhan jumlah sambungan 1.200 unit/tahun, telah
terwujudnya peningkatan cakupan pelayanan dari 54,35% menjadi 65,72% pada thaun
2010.
Dalam pemanfaatan sumberdaya air perlu dipertimbangkan dampak negatif yang
ditimbulkan muncul akibat kurang tepatnya pengendalian sumberdaya air tersebut,
misalnya bencana banjir dan menurunnya produktifitas pertanian. Untuk itu pemanfaatan
sumber daya air ke depan untuk Kabupaten Kerinci perlu dilakukan:
1. Perbaikan dan peningkatan sistem dan bangunan irigasi yang ada, guna menjamin
ketersediaan pasokan air bagi pertanian sawah.
2. Pengembangan PAM pada kawasan perkotaan, terutama pada pusat-pusat permukiman
di seluruh kecamatan dengan sambungan PAM 80% dari total jumlah KK pada tahun
2028 dan 20% melalui hidran umum.
3. Pembangunan bendungan untuk pengairan dan sekaligus untuk pengendalian daya
rusak air, terutama di di Kawasan Suoh dan pesisir.
Dari hasil analisis kebutuhan air bersih diketahui bahwa total kebutuhan air bersih
pada tahun 2030 adalah 9.913.831 liter perhari. Kebutuhan untuk sambungan rumah
sebanyak 8.150.384 liter perhari dan kebutuhan untuk non domestik sebanyak 1.652.305
liter perhari.
Kebutuhan air yang ada pada dasarnya disesuaikan dengan kapasitas terpasang
maupun kapasitas produksi dari PDAM. Untuk mendukung penyediaan air bersih ini,
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sakti melalui 8 (delapan) cabang yaitu cabang
Siulak, Semurup, Sungai Penuh, Hiang, Kayu Aro, Tamiai, Jujun dan Lempur.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -31
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Pelayanan PDAM Tirta Sakti ke depan diharapkan dapat mengatasi/menekan atau
meminimalkan kendala sistem air berish, mulai dari sumber sampai dengan jaringan
transmisi dan pengolahannya serta perbaikan sistem distribusinya sehingga PDAM dapat
meningkatkan segi kuantitas demi terjaminnya kepuasan masyarakat sebagai
pelanggannya.
5.3. PROYEKSI JUMLAH PENDUDUKProyeksi penduduk di Kabupaten Kerinci berdasarkan kecamatan dilihat dari laju
pertumbuhan masing-masing kecamata yang ada pada wilayah administrasi Kabupaten
Kerinci. Berikut ini proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Kerinci tahun 2014 - 2033.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -32
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Jum
ah
Pend
uduk
Tah
un 2
012
(Po)
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
1G
unun
g R
aya
14,1
7314
,367
14,7
3915
,302
16,0
8117
,108
18,4
2920
,106
22,2
2224
,888
28,2
54
2Ba
tang
Mer
angi
n17
,351
17,5
8917
,830
18,0
7518
,323
18,5
7418
,829
19,0
8719
,349
19,6
1519
,884
3Ke
lilin
g D
anau
22,5
7322
,883
23,1
9623
,515
23,8
3724
,164
24,4
9624
,832
25,1
7225
,518
25,8
68
4D
anau
Ker
inci
16,3
5416
,578
16,8
0617
,037
17,2
7017
,507
17,7
4817
,991
18,2
3818
,488
18,7
42
5Si
tinj
au L
aut
14,3
2614
,522
14,7
2114
,923
15,1
2815
,335
15,5
4515
,758
15,9
7416
,193
16,4
15
6A
ir H
anga
t19
,991
20,2
6520
,543
20,8
2521
,111
21,4
0021
,694
21,9
9222
,293
22,5
9922
,909
7A
ir H
anga
t T
imur
17,9
3918
,185
18,4
3518
,687
18,9
4419
,204
19,4
6719
,734
20,0
0520
,279
20,5
57
8D
epat
i T
ujuh
14,8
2015
,024
15,2
3015
,439
15,6
5115
,866
16,0
8416
,305
16,5
2916
,756
16,9
86
9G
unun
g Ke
rinc
i11
,919
12,0
8212
,247
12,4
1512
,585
12,7
5712
,931
13,1
0813
,287
13,4
6913
,653
10Si
ulak
31,5
8532
,017
32,4
5532
,899
33,3
4933
,806
34,2
6834
,737
35,2
1235
,694
36,1
83
11Ka
yu A
ro40
,381
40,9
3441
,494
42,0
6142
,637
43,2
2043
,812
44,4
1145
,019
45,6
3546
,260
12G
unun
g T
ujuh
14,4
1914
,616
15,0
1915
,644
16,5
1817
,680
19,1
8221
,096
23,5
1926
,579
30,4
49
Jum
lah
235,
831
239,
062
242,
716
246,
823
251,
434
256,
621
262,
484
269,
157
276,
820
285,
714
296,
158
Jum
ah
Pend
uduk
Tah
un 2
012
(Po)
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
1G
unun
g R
aya
14,1
7332
,518
37,9
5144
,922
53,9
3865
,698
81,1
8310
1,77
312
9,43
316
6,98
821
8,53
7
2Ba
tang
Mer
angi
n17
,351
20,1
5720
,433
20,7
1420
,998
21,2
8621
,578
21,8
7422
,174
22,4
7822
,787
3Ke
lilin
g D
anau
22,5
7326
,222
26,5
8226
,947
27,3
1627
,691
28,0
7128
,456
28,8
4629
,242
29,6
43
4D
anau
Ker
inci
16,3
5418
,999
19,2
6019
,524
19,7
9220
,064
20,3
3920
,618
20,9
0121
,188
21,4
79
5Si
tinj
au L
aut
14,3
2616
,640
16,8
6817
,099
17,3
3317
,571
17,8
1218
,056
18,3
0318
,554
18,8
09
6A
ir H
anga
t19
,991
23,2
2423
,542
23,8
6524
,193
24,5
2524
,861
25,2
0225
,548
25,8
9826
,254
7A
ir H
anga
t T
imur
17,9
3920
,839
21,1
2521
,415
21,7
0922
,006
22,3
0822
,614
22,9
2423
,239
23,5
58
8D
epat
i T
ujuh
14,8
2017
,219
17,4
5517
,695
17,9
3818
,185
18,4
3418
,687
18,9
4419
,204
19,4
68
9G
unun
g Ke
rinc
i11
,919
13,8
4014
,029
14,2
2114
,416
14,6
1314
,813
15,0
1515
,221
15,4
2915
,640
10Si
ulak
31,5
8536
,678
37,1
7937
,688
38,2
0438
,727
39,2
5639
,793
40,3
3840
,890
41,4
49
11Ka
yu A
ro40
,381
46,8
9347
,534
48,1
8548
,844
49,5
1250
,190
50,8
7751
,573
52,2
7852
,994
12G
unun
g T
ujuh
14,4
1935
,359
41,6
2249
,666
60,0
7473
,659
91,5
5111
5,34
714
7,31
519
0,71
925
0,28
9
Jum
lah
235,
831
308,
586
323,
582
341,
941
364,
755
393,
536
430,
396
478,
313
541,
521
626,
108
740,
905
Jum
lah
Pend
uduk
Tah
un P
roye
ksi
(Pn)
No.
Keca
mat
an
No.
Keca
mat
anJu
mla
h Pe
ndud
uk T
ahun
Pro
yeks
i (P
n)
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -33
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
5.4. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM5.4.1 Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang melayani sambungan langsung
pelanggan (SR) dan sambungan tidak langsung (KU/HU). Kebutuhan air domestik dihitung
berdasarkan proyeksi jumlah penduduk tahun perencanaan terhadap jumlah penduduk
yang terlayani, untuk konsumsi pemakaian air dihitung bedasarkan kebutuhan satuan unit
perencanaan (SK-SNI Kebutuhan air minum yang dikeluarkan PU-CK) dan disesuaikan
dengan tingkat pertumbuhan perekonomian penduduk perencanaan. Besarnya kebutuhan
air domestik di Kabupaten Kerinci sampai akhir tahun perencanaan tahun 2033 sebesar
266,66 lt/dt.
5.4.2 Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non-domestik merupakan kebutuhan air yang penggunaannya diluar
dari kebutuhan air domestik seperti fasilitas sosial (peribadatan, yayasan dan panti sosial),
fasilitas institusi (kantor, pendidikan dan kesehatan), fasilitas industry dan fasilitas
komersial (hotel/penginapan, niaga/perdagangan, pasar dan sarana hiburan). Kebutuhan
air non domestik ini juga dihitung berdasarkan proyeksi penduduk terhadap pemakaian air
domestik dan atau konsumsi pemakaian air non-domestik yang dikeluarkan oleh
kementerian PU-CK dengan kisaran 20 – 30 %. Besarnya kebutuhan air non domestik untuk
Kabupaten Kerinci sampai akhir tahun perencanaan tahun 2033 sebesar 34,73 lt/dt.
5.4.3 Kehilangan Air
Kehilangan air dalam sistem merupakan selisih antara jumlah air yang
dikonsumsi/terjual dengan jumlah air yang diproduksi dan air yang didistribusi. Dalam
perencanaan air minum kehilangan air tetap diperhitungkan di dalam proyeksi kebutuhan
air, besarnya kehilangan air yang ditetapkan dalam standar nasional sebesar 20%
(kehilangan air maksimum) yang didasarkan pada pertimbangan ekonomis yang dikeluarkan
dalam bentuk petunjuk teknis kebocoran air oleh PU-CK. Perkiraan besarnya kehilangan air
sampai akhir tahun perencanaan adalah sebesar 53,25 lt/dt. Proyeksi kebutuhan air
Kabupaten Kerinci dapat dilihat dalam Tabel V.4.1 dan Tabel V.4.2 dibawah ini.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -34
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabe
l V.4
.1Pr
oyek
si K
ebut
uhan
Air
Min
um d
i Kab
upat
enKe
rinc
i Tah
un 2
014
-20
23
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
A.
Kepe
ndud
ukan
1Ju
mla
h Pe
ndud
ukJi
wa
239,
062
242,
172
245,
324
248,
519
251,
758
255,
041
258,
369
261,
743
265,
163
268,
630
2T
ingk
at P
elay
anan
%60
6060
6060
7575
7575
75
3Pe
ndud
uk T
erla
yani
Jiw
a14
3,43
714
5,30
314
7,19
414
9,11
115
1,05
519
1,28
119
3,77
719
6,30
719
8,87
220
1,47
2
4Ju
mla
h Pe
ndud
uk P
er S
RJi
wa
55
55
55
55
55
B.Ke
butu
han
Dom
esti
k
1Ju
mla
h SR
Uni
t28
,687
29,0
6129
,439
29,8
2230
,211
38,2
5638
,755
39,2
6139
,774
40,2
94
2Pe
mak
aian
Per
Ora
nglt
/har
i13
013
013
013
013
014
014
014
014
014
0
3Ke
butu
han
Air
SR
lt/d
et43
.16
43.7
344
.29
44.8
745
.46
61.9
962
.80
63.6
264
.45
65.2
9
4Ke
butu
han
Dom
esti
klt
/det
43.1
643
.73
44.2
944
.87
45.4
661
.99
62.8
063
.62
64.4
565
.29
C.
Kebu
tuha
n N
on D
omes
tik
15%
dar
i Ke
butu
han
Dom
esti
klt
/det
6.47
6.56
6.64
6.73
6.82
9.30
9.42
9.54
9.67
9.79
Tot
al K
ebut
uhan
Non
Dom
esti
klt
/det
6.47
6.56
6.64
6.73
6.82
9.30
9.42
9.54
9.67
9.79
D.
Tot
al K
ebut
uhan
Air
lt/d
et49
.64
50.2
850
.94
51.6
052
.27
71.2
972
.22
73.1
674
.12
75.0
9
E.Ke
hila
ngan
Air
% K
ehila
ngan
Air
%9.
9310
.06
10.1
910
.32
10.4
514
.26
14.4
414
.63
14.8
215
.02
Jum
lah
Kehi
lang
an A
irlt
/det
9.93
10.0
610
.19
10.3
210
.45
14.2
614
.44
14.6
314
.82
15.0
2
F.Ke
butu
han
Air
Rat
a-R
ata
(D+E
)lt
/det
59.5
760
.34
61.1
361
.92
62.7
385
.54
86.6
687
.79
88.9
490
.10
G.
Kebu
tuha
n H
ari
Mak
sim
um
Fakt
or K
oefe
sien
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
Kebu
tuha
n A
irlt
/det
71.4
872
.41
73.3
574
.31
75.2
810
2.65
103.
9910
5.35
106.
7310
8.12
H.
Kebu
tuha
n Ja
m P
unca
k
Fakt
or K
oefe
sien
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
Kebu
tuha
n A
irlt
/det
104.
2410
5.60
106.
9710
8.36
109.
7814
9.70
151.
6615
3.64
155.
6515
7.68
No.
Kete
rang
anSa
tuan
Tah
un
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum V -35
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabe
l V.4
.2Pr
oyek
si K
ebut
uhan
Air
Min
um d
i Kab
upat
en K
erin
ci T
ahun
202
4-
2033
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
A.
Kepe
ndud
ukan
1Ju
mla
h Pe
ndud
ukJi
wa
272,
144
275,
707
279,
318
282,
979
286,
690
290,
452
294,
265
298,
131
302,
050
306,
022
2T
ingk
at P
elay
anan
%80
8080
8080
9090
9090
90
3Pe
ndud
uk T
erla
yani
Jiw
a21
7,71
522
0,56
522
3,45
522
6,38
322
9,35
226
1,40
6.84
264,
839
268,
318
271,
845
275,
420
4Ju
mla
h Pe
ndud
uk P
er S
RJi
wa
55
55
55
55
55
B.Ke
butu
han
Dom
esti
k
1Ju
mla
h SR
Uni
t43
,543
44,1
1344
,691
45,2
7745
,870
52,2
8152
,968
53,6
6454
,369
55,0
84
2Pe
mak
aian
Per
Ora
nglt
/har
i15
015
015
015
015
015
015
015
015
015
0
3Ke
butu
han
Air
SR
lt/d
et75
.60
76.5
977
.59
78.6
179
.64
90.7
791
.96
93.1
794
.39
95.6
3
4Ke
butu
han
Dom
esti
klt
/det
75.6
076
.59
77.5
979
8091
9293
9496
C.
Kebu
tuha
n N
on D
omes
tik
15%
dar
i Ke
butu
han
Dom
esti
klt
/det
11.3
411
.49
11.6
411
.79
11.9
513
.61
13.7
913
.97
14.1
614
.34
Tot
al K
ebut
uhan
Non
Dom
esti
klt
/det
11.3
411
.49
11.6
411
.79
11.9
513
.61
13.7
913
.97
14.1
614
.34
D.
Tot
al K
ebut
uhan
Air
lt/d
et86
.93
88.0
789
.23
90.4
091
.58
104.
3810
5.75
107.
1410
8.55
109.
98
E.Ke
hila
ngan
Air
% K
ehila
ngan
Air
%17
.39
17.6
117
.85
18.0
818
.32
20.8
821
.15
21.4
321
.71
22.0
0
Jum
lah
Kehi
lang
an A
irlt
/det
17.3
917
.61
17.8
518
.08
18.3
220
.88
21.1
521
.43
21.7
122
.00
F.Ke
butu
han
Air
Rat
a-R
ata
(D+E
)lt
/det
104.
3210
5.69
107.
0710
8.48
109.
9012
5.26
126.
9012
8.57
130.
2613
1.97
G.
Kebu
tuha
n H
ari
Mak
sim
um
Fakt
or K
oefe
sien
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
1.20
Kebu
tuha
n A
irlt
/det
125.
1912
6.83
128.
4913
0.17
131.
8815
0.31
152.
2815
4.28
156.
3115
8.37
H.
Kebu
tuha
n Ja
m P
unca
k
Fakt
or K
oefe
sien
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
Kebu
tuha
n A
irlt
/det
182.
5618
4.95
187.
3818
9.83
192.
3221
9.20
222.
0822
5.00
227.
9523
0.95
No.
Kete
rang
anSa
tuan
Tah
un
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VI -1
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
6.1 Potensi Air PermukaanPotensi sumber daya air di Kabupaten Kerinci sangat melimpah, karena letaknya yang
berlokasi di dataran tinggi dengan kondisi topografi pergunungan dan hutan lebat,disertai
beberapa alur sungai dan anak sungai. Sebagian aliran sungai dan anak sungai bermuara ke
Danau Kerinci, kemudian mengalir melalui Sungai Batang Merangin sampai ke pantai timur
Jambi.
Sebagai gerbang utama arus ke luar deposit air dari Danau Kerinci, Sungai Batang
Merangin merupakan sungai terbesar yang ada di Kabupaten Kerinci. Selain itu sungai-
sungai lain yang terdapat di Kabupaten Kerinci diantaranya adalah Sungai Sikai, Sungai
Rumpun, Sungai Tanduk, Sungai CIbudak, Sungai Dadap, Sungai Simpang Tutup, Sungai
Siulak Desar, Sungai Koto Rendah, Sungai Bukit Sembahyang, Sungai Dusun Baru, Sungai
Pendung Mudik, Sungai Air Patah, Sungai Terung, Sungai Semurup, Sungai Tutung, Sungai
Hiang, Sungai Batang Sangir, Sungai Betung Kuning, Sungai Cupak Raja Seleman, Sungai
Talang Kemulun, Sungai Lubuk Pagar, Sungai Tapan, Sungai Air Jernih, Sungai Air Terjun,
Sungai Air Lintah, Sungai Talang Kemuning, Sungai Rawa Air Lingkat, Sungai Rumpun dan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VI -2
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Sungai Renah Sako. Selain bermuara di Danau Kerinci, sebagian dari sungai ini mengalir ke
Sumatera Barat seperti Sungai Air Terjun ke Kabupaten Solok Selatan dan Sungai Batang
Sako ke Kabupaten Pesisir Selatan.
Potensi Sumberdaya Air di Kabupaten Kerinci saat ini dimanfaatkan untuk
pengembangan Daerah Irigasi untuk mengairi areal persawahan, selain itu sebagian potensi
ini juga digunakan untuk pembangunan pembangkit listrik (PLTA dan PLTMH).
6.2 Potensi Air TanahKondisi air tanah di Kabupaten Kerinci memiliki kualitas air yang cukup memadai,
kondisi ini diperkirakan adanya jenis batuan yang merupakan sebagai tempat daerah
tangkapan air dimana pada lapisan tersebut debit air cukup stabil dan kecil kemungkinan
terkontaminasi oleh adanya pencemaran, sedangkan pada tempat-tempat tertentu
terutama pada daerah perbukitan tinggi muka air akan lebih dalam dari muka tanah.
Secara umum potensi sumber air tanah untuk kebutuhan air bersih/minum saat ini
masih memungkinkan untuk di eksplorasi. Kemungkinan hal ini terjadinya adanya
perubahan lingkungan akibat perusakan hutan dan daerah resapan, adanya potensi sumber
pencemar yang menyebabkan turunnya potensi air tanah baik kulitas maupun kuantitas,
serta kajian geolistrik apakah debit yang terkandung masih mampu untuk memenuhi
kebutuhan air di masa yang akan datang.
6.3 Neraca Air
Ketersediaan sumber air baku sebagai kebutuhan SPAM Kabupaten Kerinci lebih
diprioritaskan pada sumber air permukaan dan air tanah. Prioritas peruntukan sumber air
permukaan saat ini tidak dipengaruhi oleh kebutuhan irigasi atau pertanian. Keutamaan
sumber air permukaan, terutama sungai Batang Merangin sumber ini sangat potensial dan
memungkinkan untuk digunakan sebagai sumber air baku karena ketersediaan debit sumber
yang mampu untuk dimanfaatkan sampai puluhan tahun ke depan dengan debit minimum
yang masih jauh lebih besar bila dibandingkan dengan debit pemakaian air akhir tahun
perencanaan 2028.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VI -3
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
6.4 Alternatif Sumber Air Baku
Pemanfaatan sumber air baku di Kabupaten Kerinci adalah dengan memanfaatkan
sumber air permukaan (sungai dan danau) dan sumber air tanah, dan pemanfaatan sumber
mata air
Secara garis besar sumber-sumber air yang terdapat pada kawasan perencanaan
terbagi menjadi :
Air Tanah : Air tanah dangkal, air tanah dalam
Mata Air : Air Tanah yang muncul kepermukaan.
Air Permukaan : Sungai, danau atau waduk.
Pada pelaksanaan pekerjaan ini ka kajian potensi air angkasa ( Air Hujan ) tercakup
dalam pembahasan potensi air permukaan. Hubungan antara Air Angkasa, Air Permukaan,
dan Air Tanah Air diperlihatkan pada Gambar VI.3.1.
Gambar VI.1.1 Model Penyebaran Sumber Daya Air pada suatu wilayah
6.4.1 Air Permukaan
Sumber air permukaan pada daerah studi sangat banyak dilalui oleh sungai-sungai
yang melintas baik diwilayah perkotaan maupun wilayah IKK. Jarak lokasi sumber ke
daerah pelayanan relatif dekat, kapasitas debit yang dimiliki air permukaanpun jauh lebih
besar dari kapasitas debit yang dibutuhkan. Dari segi kualitas, sumber air permukaan
diperlukan adanya pengolahan lengkap, hal ini air permukaan merupakan aliran terbuka
bebas yang mudah terkontaminasi bahan pencemar disekelilingnya, disamping sumber air
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VI -4
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
permukaan sebagai pembawa kandungan sedimen yang bersifat koloid. Secara kuantitas
penggunaan air permukaan dapat menjamin kesinambungannya dalam waktu yang cukup
lama. Sedangkan dari segi operasional sumber air permukaan memerlukan biaya yang
cukup mahal, kompleks dalam pemeliharaan dan operasional sistem.
Sumber air yang digunakan pada sistem penyediaan air bersih Kerinci secara umum
menggunakan sumber air permukaan dan air tanah dalam yang meliputi Sungai Sikai,
Sungai Rumpun, Sungai Tanduk, Sungai CIbudak, Sungai Dadap, Sungai Simpang Tutup,
Sungai Siulak Desar, Sungai Koto Rendah, Sungai Bukit Sembahyang, Sungai Dusun Baru,
Sungai Pendung Mudik, Sungai Air Patah, Sungai Terung, Sungai Semurup, Sungai Tutung,
Sungai Hiang, Sungai Batang Sangir, Sungai Betung Kuning, Sungai Cupak Raja Seleman,
Sungai Talang Kemulun, Sungai Lubuk Pagar, Sungai Tapan, Sungai Air Jernih, Sungai Air
Terjun, Sungai Air Lintah, Sungai Talang Kemuning, Sungai Rawa Air Lingkat, Sungai
Rumpun dan Sungai Renah Sako
A. Sungai Air Jernih
Sumber air ini merupakan sumber air utama pada sistem penyediaan air bersih
Kabupaten Kerincidengan kapasitas penyadapan untuk kapasitas IPA sebesar sebesar ± 35
liter/detik yang terbagai dalam 2 unit IPA. Karena air baku dari Sungai Jerbih ini secara
kualitas masih belum memenuhi syarat dari standar kualitas air bersih, maka air baku dari
Sungai Jernihini perlu diolah terlebih dahulu sebelum didistribusikan ke daerah pelayanan.
B. Sungai Batang Merangin
Sumber air ini merupakan sumber air baku pada sistem penyediaan air bersih
Kabupaten Kerincidengan kapasitas penyadapan untuk kapasitas IPA sebesar sebesar ±
10liter/detik. Unit IPA yang menggunakan IPA ini adalah IPA Tamiai. Karena air baku dari
Sungai Batang Merangin ini secara kualitas masih belum memenuhi syarat dari standar
kualitas air bersih, maka air baku dari sungai Batang Pelawan ini perlu diolah terlebih
dahulu sebelum didistribusikan ke daerah pelayanan.
C. Sungai Batang Merao
Sumber air ini merupakan sumber air baku pada sistem penyediaan air bersih
Kabupaten Batang Meraodengan kapasitas penyadapan untuk kapasitas IPA sebesar sebesar
± 30 liter/detik. Unit IPA yang memanfaatkan sumber air baku ini adalah IPA Jujun/Pulau
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VI -5
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tengah. Air baku dari sungai Pulau Aro ini perlu diolah terlebih dahulu sebelum
didistribusikan ke daerah pelayanan.
D. Danau Kerinci
Sumber air ini merupakan sumber air baku pada sistem penyediaan air bersih
Kabupaten Kerinci dengan kapasitas penyadapan untuk kapasitas IPA sebesar 20
liter/detik. Unit IPA yang memanfaatkan sumber air baku ini adalah IPA Hiang. Karena air
baku ini secara kualitas masih belum memenuhi syarat dari standar kualitas air bersih,
maka air baku dari sungai Pulau Pandan ini perlu diolah terlebih dahulu sebelum
didistribusikan ke daerah pelayanan.
6.4.2 Air Tanah
Penggunaan Air tanah dibedakan menjadi air tanah dalam dan air tanah dangkal.
Pada lokasi studi air tanah dangkal banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumur
gali/sumur bor secara individu, dengan kedalaman antara 20 - 50 meter. Sedangkan air
tanah dalam digunakan oleh pengelola SPAM dengan kedalaman lebih dari 100 m untuk
dialirkan ke daerah pelayanan (pelanggan).
Dari segi kualitas kandungan materi air tanah cukup memadai baik fisik, kimia dan
biologis hanya diperlukan bahan desinfeksi sebelum disalurkan ke daerah pelayanan untuk
dikonsumsi. Namun demikian kualitas sumber air tanah tidak selalu baik mengingat kualitas
air tanah yang ada di Kabupaten Sarolangun ini memiliki kadar besi yang cukup tinggi dan
terletak dalam wilayah tanah yang bergambut, salah satu sumur bor SPAM PDAM memiliki
kualitas air yang berwarna putih kecoklatan dan berbau sehingga memerlukan pengolahan
yang lebih lanjut. Unit PDAM yang menggunakan air tanah sebagai sumber air baku adalah
unit PDAM unit Singkut dan Bukit Suban dengan kapasitas 25 l/det dan 5 l/det.
6.4.3 Mata Air
Mata air adalah air tanah yang muncul kepermukaan tanah secara alami.
Pemunculan mata air secara alami tersebut dapat diakibatkan karena pemancungan
topografi ataupun akibat adanya rekahan/atau patahan seperti dapat dilihat pada Gambar
VI.3.2 dan Gambar VI.3.3 di bawah ini:
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VI -6
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Gambar VI.3.2Model Pemunculan mata air akibat pemacungan topografi
Gambar VI.3.3Model Pemunculan mata air akibat struktur patahan
Dalam upaya pemanfaatan mata air sebagai sumber air baku maka PDAM Tirta Sakti
perlu melakukan kajian atau studi yang lebih lanjut dan mendalam untuk memanfaatkan
mata air sebagai sumber air baku. Dari segi kualitas sumber mata air cukup bagus baik dari
kandungan fisik, kimia dan biologis hanya diperlukan bahan desinfeksi sebelum disalurkan
ke daerah pelayanan untuk dikonsumsi.
Biaya operasional yang dibutuhkan dalam pengambilan sumber mata air dapat lebih
murah karena tidak diperlukan biaya perawatan dan operasional secara khusus. Biaya
tinggi hanya dibutuhkan saat pembangunan awal jaringan pipa transmisi air baku dan unit
bangunan penangkap air (broncaptering).
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VI -7
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Dari ke tiga sumber air baku yang terdapat pada daerah studi baik secara teknis
maupun non teknis, maka sumber air baku yang dapat diandalkan adalah dengan
memanfaatkan sumber air dari air permukaan walaupun ada beberapa wilayah
menggunakan sumber air dari sumber lain seperti mata air dan air tanah dalam bila dilihat
dari peta potensi air tanah Kabupaten Sarolangun sangat sulit untuk di ekplorasi, hal ini
perlu pengkajian lebih lanjut.
Pemilihan sumber cenderung dengan air permukaan ini berdasarkan atas evaluasi
dan pertimbangan bahwa pelayanan air bersih harus dilaksanakan secara kontinyu, dengan
kualitas yang memadai serta kemudahan memperoleh sumber air baku dalam jumlah tak
terbatas. Untuk daerah studi Kabupaten Kerinci baik wilayah perkotaan maupun
IKK/pedesaan hampir seluruhnya dilalui oleh sungai sehingga sistem SPAM di wilayah
tersebut lebih banyak menggunakan sumber air dari air permukaan. Untuk wilayah yang
jauh dari sumber air permukaan akan dilayani dengan sumber air dari sumber air tanah
dangkal/dalam.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -1
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
7.1 Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang
Wilayah Kabupaten Kerinci7.1.1 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci
A. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci
Dengan memperhatikan rumusan tujuan penataan ruang, karakteristik wilayah
Kerinci, kapasitas sumber daya wilayah, kebijakan penataan ruang nasional, pulau
dan provinsi untuk Kabupaten Kerinci serta kebijakan aspek-aspek sektoral yang
terkait dengan Kabupaten Kerinci, maka rumusan kebijakan penataan ruang yang
akan dilaksanakan dalam rangka penataan ruang wilayah Kabupaten Kerinci tahun
2010-2030 adalah, sebagai berikut :
1. Penguatan dan pemulihan hutan, kawasan lindung dan TNKS;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -2
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
2. Penataan penyesuaian kawasan rawan bencana serta pengendaliannya agar dapat
teraplikasinya perencanaan yang berlandaskan mitigasi bencana di wilayah
Kabupaten Kerinci.
3. Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis
konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui intensifikasi lahan, diversifikasi
dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan sistem produksi yang komulatif
dalam skala global;
5. Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro serta wisata
sesuai keunggulan dan potensi kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, terintegrasi
dan dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan;
6. Pembangunan Infrastruktur yang berkualitas untuk peningkatan aksesibilitas dan
peningkatan kualitas pelayanan masyarakat.
B. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran dari
kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi sebagai :
a. Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan
penetapan kawasan strategis kabupaten;
b. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam rtrw
kabupaten; dan
c. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumus berdasarkan :
a. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam melaksanakan kebijakan
penataan ruangnya; dan
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
a. Memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang;
b. Tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
wilayah nasional, dan provinsi;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -3
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
c. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan
pada wilayah kabupaten bersangkutan secara efisien dan efektif;
d. Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur dan rencana pola
ruang wilayah kabupaten; dan
e. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan pertimbangan bahwa strategi adalah turunan dari kebijakan yang
dijabarkan secara lebih operasional dan dapat dituangkan dalam bentuk ruang.
Mengacu pada klausul kebijakan yang telah dirumuskan di atas, maka strategi
penataan ruang wilayah Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut :
1. Strategi untuk “Penguatan dan pemulihan hutan, kawasan lindung dan TNKS”
adalah :
a. Pemantapan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya untuk
memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi;
b. Menyusun dan melaksanakan program rehabilitasi lingkungan, terutama
pemulihan fungsi TNKS dan hutan lindung yang berbasis masyarakat;
c. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan
pencemaran lingkungan;
d. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
keanekaragaman hayati dan sumber daya tarik wisata alam hutan/ekowisata
dan wisata hutan; dan
e. Menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka
pemulihan fungsi kawasan lindung terutama TNKS, hutan lindung dan cagar
alam.
2. Strategi untuk “Penataan penyesuaian kawasan rawan bencana serta
pengendaliannya agar dapat teraplikasinya perencanaan yang berlandaskan
mitigasi bencana di wilayah Kabupaten Kerinci” adalah :
a. Menyusun dan melaksanakan rehabilitasi kawasan atas sesar dan kawasan
Gunung Kerinci;
b. Menyusun dan merencanakan pengembangan kawasan evakuasi bencana
alam gempa bumi dan letusan gunung api;
c. Perencanaan dan penataan detail khusus untuk kawasan rawan bencana
berdasarkan mitigasi bencana dan pengendalian pemanfaatan lahan untuk
kawasan bukan permukiman padat; dan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -4
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
d. Mengembangkan sistem infrastruktur, prasarana dan sarana wilayah dengan
menerapkan sistem tanggap bencana dan sistem tahan bencana gempa.
3. Strategi untuk “Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya
alam yang berbasis konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat”
adalah :
a. Mengembangkan energi alternatif sebagai sumber listrik, seperti pembangkit
listrik mikro hidro, tenaga uap, panas bumi dan lain-lain;
b. Mengembangkan infrastruktur dan prasarana kawasan menunjang
pengembangan pembangkit listrik sumber panas bumi (geothermal) PLTPB di
Lempur;
c. Mengembangkan kawasan pusat studi dan penelitian pengembangan
pembangkit listrik sumber energi alternatif yaitu panas bumi, tenaga uap,
mikrohidro dan lainnya;
d. Menyusun rencana pengembangan sumber daya energi alternatif listrik
tenaga uap Batang Merangin dan tenaga panas bumi Semurup serta sumber
energi listrik mikro-hidro dengan sumber potensi air terjun dan sungai yang
ada di Kabupaten Kerinci;
e. Mengembangkan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan sekaligus
juga bernilai sosial-ekonomi, seperti hutan kemasyarakatan, hutan tanaman
rakyat, hutan adat dan perkebunan; dan
f. Meningkatkan kapasitas sosialisasi masyarakat dalam pemanfaatan sumber
energi yang terbarukan (renewable energy).
4. Strategi untuk “Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan
dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan dan sistem produksi yang
komulatif dalam skala regional wilayah maupun nasional” adalah :
a. Meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan
melalui intensifikasi lahan;
b. Memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan
kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat;
c. Meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan,
peternakan dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi dengan
kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi;
d. Meningkatkan sistem produksi dan pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan serta kehutanan agar dapat meningkatkan nilai jual dan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -5
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
meningkatkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan perekonomian
daerah; dan
e. Meningkatkan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya
manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan.
5. Strategi untuk “Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis
agro serta wisata sesuai keunggulan dan potensi kawasan yang bernilai
ekonomi tinggi, terintegrasi dan dikelola secara berhasil guna, terpadu dan
ramah lingkungan” adalah :
a. Merencanakan dan mengembangkan kawasan pertanian dengan sistem
modernisasi dan teknologi terpadu untuk meningkatkan kegiatan ekonomi
berbasis agro;
b. Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas
unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agro-industri dan agri-bisnis);
c. Mengembangkan penelitian dan pengelolaan sumber daya pertanian,
perkebunan dan kehutanan sehingga menjadi kekuatan utama ekonomi
masyarakat Kerinci, serta meningkatkan kualitas sumber daya pengelolaan
melalui pengembangan pusat kajian dan penelitian agri-bisnis;
d. Meningkatkan dan merehabilitasi kawasan pengolahan teh Kayu Aro;
e. Meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana
pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta
pemasaran yang lebih agresif dan efektif; dan
f. Mengembangkan dan meningkatkan penataan kawasan daya tarik wisata
yaitu kawasan wisata Gunung Kerinci dan sekitarnya, kawasan wisata Danau
Kerinci dan sekitarnya serta kawasan-kawasan daya tarik wisata lainnya.
6. Strategi untuk “Pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana wilayah
yang berkualitas untuk peningkatan aksesibilitas ke seluruh wilayah dan
peningkatan kualitas pelayanan di Kabupaten Kerinci” adalah :
a. Membangun prasarana dan sarana transportasi terutama transportasi darat
yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan
dan berimbang namun tetap mempertimbangkan ketahanan terhadap
ancaman bencana alam;
b. Meningkatkan aksesibilitas antar kawasan dalam wilayah maupun antar
wilayah dengan wilayah sekitar Kabupaten Kerinci;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -6
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
c. Meningkatkan dan mengembangkan kawasan bandar udara Depati Parbo
sebagai sarana transportasi udara guna melayani jalur penerbangan skala
regional;
d. Membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai
sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan),
termasuk fasilitas pemerintahan kabuapten yang baru;
e. Menyusun syarat dan ketentuan pembangunan prasarana, sarana dan
infrastruktur tahan gempa; dan
f. Menyusun program dan membangun berbagai perangkat keras dan lunak
untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti letusan gunung api, gempa
bumi, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman lainnya.
C. Kebijakan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci
Kebijakan struktur ruang skala nasional dan provinsi yang berlaku untuk
Kabupaten Kerinci adalah :
1. Kawasan Strategis Nasional (KSN) dalam bidang lingkungan adalah Kawasan
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), yang juga merupakan kawasan
perlindungan biota alam serta merupakan hutan sebagai paru-paru dunia;
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berdasarkan RTRW Propinsi Jambi adalah Batang
Sangir yaitu wilayah Batang Sangir (Kecamatan Kayu Aro) dan sekitarnya yang
merupakan jalur lintas perdagangan khususnya hasil pertanian dan perkebunan
dari dan ke Kabupaten Kerinci, Siulak (Kecamatan Siulak) dan sekitarnya yang
merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Kerinci, serta wilayah Sanggaran
Agung (Kecamatan Danau Kerinci) dan sekitarnya bagi kegiatan pariwisata dan
perikanan;
3. Jalan Strategis Nasional adalah segmen jalan Bangko – Kota Sungai Penuh – Pesisir
Selatan (Sumatera Barat).
4. Jalan Arteri Primer adalah segmen jalan Sungai Penuh (Kota Sungai Penuh) -
Kayu Aro – Letter W/Batas Sumatera Barat;
5. Jalan Kolektor Primer adalah segmen jalan Sungai Penuh (Kota Sungai Penuh) –
Jujun - Lempur;
6. Peranan dan fungsi wilayah Kabupaten Kerinci dalam struktur wilayah provinsi
Jambi yaitu sebagai pusat (i) Perkebunan; (ii) Peternakan dan perikanan; (iii)
Pertanian; (iv) Pariwisata; (v) Pertambangan; (vi) Kawasan Konservasi;
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -7
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
7. Pengembangan Kawasan Bandar Udara pengumpan skala regional yaitu Bandar
Udara Depati Parbo di Kecamatan Sitinjau Laut;
8. Pengembangan terminal tipe A di Kota Sungai Penuh; dan
9. Mendorong percepatan pembangunan PLTA Batang Merangin dan pengembangan
sumber-sumber energi alternatif baru dengan memanfaatkan potensi sumber
daya yang ada.
D. Kebijakan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci
1. Kawasan Lindung
a. Kawasan suaka alam dan margasatwa yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat.
b. Kawasan perlindungan setempat yaitu kawasan sepanjang sungai Batang
Merangin dan kawasan disekitar Danau Kerinci dan Danau Lingkat.
c. Kawasan Rawan Bencana yaitu beberapa kawasan di Kabupaten Kerinci
rawan terhadap bencana gempa bumi, letusan gunung api, longsoran dan
banjir.
2. Kawasan Budidaya
a. Kawasan Hutan Produksi Partisipasi yaitu kawasan yang difungsikan sebagai
zona penyangga antara kawasan budidaya dan Taman Nasional Kerinci
Seblat, dengan luas 30.490 Ha yang berada di wilayah Kabupaten Kerinci dan
Kota Sungai Penuh.
b. Kabupaten Kerinci salah satu wilayah yang diarahkan sebagai Kawasan
Pertanian lahan basah, lahan kering, tanaman tahunan dan perkebunan.
c. Kabupaten Kerinci sebagai salah satu wilayah pengembangan Kawasan
pariwisata di Propinsi Jambi.
d. Kawasan Permukiman
7.1.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci
A. Rencana Sistem Perkotaan
Perumusan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci dilakukan dengan
mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah
provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang
berbatasan.
Berdasarkan kebijakan RTRW Nasional, RTR Pulau Sumatera dan RTRW Provinsi
serta usulan dari Pemerintah Daerah maka rencana sistem perkotaan di Kabupaten
Kerinci adalah sebagai berikut :
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -8
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Batang Sangir (Kecamatan Kayu Aro),
Sanggaran Agung (Kecamatan Danau Kerinci) dan Siulak (Kecamatan Siulak);
2. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang diusulkan menjadi Pusat Pelayanan
Kegiatan Prioritas adalah Siulak Deras (Kecamatan Gunung Kerinci) dan Jujun
(Kecamatan Keliling Danau).
3. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah Pelompek (Kecamatan Gunung Tujuh),
Koto Tuo (Kecamatan Depati Tujuh), Hiang (Kecamatan Sitinjau Laut), Semurup
(Kecamatan Air Hangat), Sungai Tutung (Kecamatan Air Hangat Timur), Tamiai
(Kecamatan Batang Merangin) dan Lempur (Kecamatan Gunung Raya).
Rencana Struktur Ruang ini akan menjadi pertimbangan rencana arah
pengembangan wilayah yang juga akan sangat berdampak bagi tingkat pembangunan
yang akan terjadi di Kabupaten Kerinci untuk 20 tahun kedepan. Adapun rencana
sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Kerinci disajikan pada Tabel VII.1.1 dan
Gambar 7.1.1.
Tabel VII.1.1Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten
No Ibukota Kecamatan Hirarki Fungsi Fungsi Utama
1Batang Sangir(Kecamatan Kayu Aro)
PKL
- Kegiatan Pendukung Industri Agro- Kesehatan- Pendidikan- Pusat Jasa Keuangan- Pusat Jasa dan Informasi Pertanian- Pusat Perdagangan Hortikultura dan Peternakan- Pusat Pendukung Kegiatan Pariwisata- Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
dan Pertanian- Pusat Mitigasi Bencana Geologi
2Sanggaran Agung(Kecamatan Danau Kerinci)
PKL
- Pusat Jasa dan Informasi Pariwisata- Pusat Pendidikan Pariwisata dan Pertanian- Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Air
Tawar- Kegiatan Penunjang Pariwisata- Pusat Mitigasi Bencana Geologi- Pusat Pengembangan ESDM- TPA- Terminal Tipe C
3Siulak(Kecamatan Siulak)
PKL
- Pusat Perkantoran/Pemerintahan Kabupaten- Pusat Jasa Penunjang Kegiatan Pemerintahan- Pusat Pengembangan ESDM- Pusat Pendidikan dan Kebudayaan- Pusat Jasa dan Informasi Pariwisata- Pusat Pengembangan Pertanian dan Kehutanan- Kegiatan Evakuasi Bencana Gunung Api- Terminal Tipe C
4Siulak Deras(Kecamatan GunungKerinci)
PPK- Pengembangan Komoditas Perkebunan- Pengolahan Hasil Perkebunan- Pengolahan Hasil Perkebunan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -9
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
No Ibukota Kecamatan Hirarki Fungsi Fungsi Utama- Pengembangan ESDM- Kegiatan Pendukung Peternakan
5Jujun(Kecamatan Keliling Danau)
PPK
- Kegiatan Pendukung Perdagangan- Pendidikan- Kesehatan- Budidaya Perikanan Air Tawar- Kegiatan Penunjang Pariwisata- Kegiatan Penunjang Kehutanan- Pusat Pengembangan Buah-Buahan- Pengembangan ESDM
6Lempur(Kecamatan Gunung Raya)
PPL
- Pendidikan- Pengembangan Teknologi dan penelitian- Pengembangan PLTPB- Pengembangan kegiatan penunjang PLTPB- Pengembangan Perkebunan- Pengembangan Kehutanan- Pengembangan Pertanian- Pengembangan Pariwisata- Kegiatan Pendukung Perdagangan- Pengembangan ESDM- Pengembangan Industri Agro
7Tamiai( Kecamatan BatangMerangin)
PPL
- Pendidikan- Pengembangan PLTA Batang Merangin- Pengembangan kegiatan penunjang PLTA- Pengembangan Perkebunan- Kegiatan Pendukung Perdagangan- Pengembangan Pertanian- Kegiatan Penunjang Pariwisata
8Hiang(Kecamatan Sitinjau Laut)
PPL
- Pelayanan dan Jasa Transportasi- Kesehatan- Pendidikan- Kegiatan Pendukung Pariwisata- Kebudayaan dan Kerajinan- Pengembangan Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan
9Semurup(Kecamatan Air Hangat)
PPL
- Pendidikan- Pariwisata- Kegiatan Pendukung Pertanian- Pengolahan hasil pertanian- Peternakan- Pengembangan ESDM- Kesehatan
10Sungai Tutung(Kecamatan Air HangatTimur)
PPL
- Pendidikan- Peternakan- Pariwisata- Kegiatan Pendukung Industri Kecil/menengah- Pertanian
11Koto Tuo(Kecamatan Depati VII)
PPL
- Pertanian- Peternakan- Pariwisata- Pendidikan
12Pelompek(Kecamatan Gunung Tujuh)
PPL
- Peternakan- Pertanian- Pariwisata- Perkebunan- Kehutanan- Pengembangan ESDM
Sumber : RTRW Propinsi Jambi dan Hasil Analisis Tahun 2010
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -10
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -11
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
B. Rencana Sistem Jaringan Prasarana
1) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
a) Transportasi Darat
Transportasi darat dalam hal ini terdiri dari rencana pengembangan
jaringan jalan dan terminal. Jaringan jalan dikembangkan untuk mendukung
pengembangan Kabupaten Kerinci sebagai kabupaten yang mandiri dan
terlepas dari ikatan pelayanan Kota Sungai Penuh yang dulunya merupakan
ibukota Kabupaten Kerinci. Rencana pengembangan jaringan jalan ini
disajikan pada Tabel VII.1.2 dan Gambar 7.1.2.
Tabel VII.1.2.Rencana Pengembangan Jaringan Jalan
Fungsi Jalan Lokasi RuasStrategis Nasional(Kepmen PU No.631/Kpts/M/2009)
Ruas Jalan Bangko (Kabupaten Merangin)-Sungai Penuh (KotaSungai Penuh).
Arteri Primer(RTRW Propinsi Jambi)
1. Sungai Penuh (Kota Sungai Penuh)-Letter W/ Batas SumateraBarat.
2. Sungai Penuh (Kota Sungai Penuh)-Lempur.
Kolektor Primer1. Simpang Tanjung Tanah – Hiang – Sungai Tutung – Kemantan –
Mukai Tinggi - Lubuk Nagodang.
Lokal Primer
1. Lolo Kecil – Selampaung.2. Tanjung Batu – Baru Pulau Sangkar.3. Simpang Tiga Hiang (Bandara) – Betung Kuning – Ambai Bawah
– Tebing Tinggi – Pendung Talang Genting.4. Sungai Tutung – Pungut Mudik.5. Belui Tinggi- Siulak Kecil – Koto Tengah – Sungai Gelampeh –
Siulak Deras.6. Siulak Deras Mudik – Sungai Tanduk – Pelompek.
Lokal SekunderRuas jalan di Kabupaten Kerinci selain Selain Jalan StrategisNasional, Jalan Propinsi, Jalan Kolektor Primer, Jalan LokalPrimer dan Jalan Strategis Kabupaten.
Strategis Kabupaten(Khusus untuk jalan mitigasibencana)
1. Pelompek – Pauh Tinggi – Sungai Kuning – Limbur LubukMingkuang (Kabupaten Bungo)
2. Sungai Tanduk – Danau Tinggi – Sungai Kuning – Limbur LubukMingkuang (Kabupaten Bungo)
3. Lempur Mudik – Renah Kemumu (Kabupaten Merangin)Sumber : Kementerian PU, RTRW Propinsi dan Hasil Analisis, Tahun 2010
Sedangkan untuk rencana pengembangan prasarana transportasi darat
lainnya adalah pengembangan terminal tipe C di PKL (Siulak dan Sanggaran
Agung ) yang merupakan simpul pengembangan wilayah yang diprioritaskan.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -12
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
b) Transportasi Udara
Sistem jaringan transportasi udara di Kabupaten Kerinci adalah Bandar
Udara Depati Parbo (Kecamatan Sitinjau Laut) yang difungsikan sebagai
bandar udara pengumpan. Saat ini Bandara Depati Parbo belum
termanfaatkan secara optimal untuk kegiatan penerbangan, dan investasi
yang telah ditanam pada saat pembangunan bandar udara ini cukup besar,
oleh karena itu dengan mempertimbangkan potensi wilayah dan pariwisata
diharapkan kedepannya bandar udara Depati Parbo dapat dimanfaatkan
dalam skala penerbangan regional.
Melalui perencanaan dan pengembangan serta komitmen pemerintah
daerah tingkat I dan tingkat II, diharapkan bandar udara Depati Parbo ini
dapat diaktifkan kembali untuk melayani jalur penerbangan Jambi-Kerinci,
Kerinci-Padang, Kerinci-Jambi-Palembang, Kerinci-jambi-Pekanbaru, dan
Kerinci-Bengkulu.
c) Transportasi Danau
Sistem transportasi danau berpeluang untuk dikembangkan di Kabupaten
Kerinci, dimana transportasi ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
prasarana pendukung kegiatan pariwisata dan perikanan. Terdapat tiga titik
penyeberangan/dermaga yang direncanakan di Kawasan Danau Kerinci yaitu
desa Ujung Pasir dan Sangaran Agung di Kecamatan Danau Kerinci serta di
Desa Punai Merindu di Kecamatan Keliling Danau.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -13
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -14
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
2) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi
Prasarana energi sangat penting peranannya dalam peningkatan kegiatan
ekonomi di daerah, sehingga pengelolaan energi (penyediaan, pemanfaatan, dan
pengusahaan) harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, optimal dan
terpadu.
Tujuan pengembangan jaringan prasarana energi di Kabupaten Kerinci
adalah untuk menjamin ketersediaan energi dan memenuhi kebutuhan energi
bagi masyarakat di Kabupaten Kerinci, serta mengurangi disparitas antar wilayah
dan terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Kabupaten Kerinci Saat ini telah memanfaatkan beberapa potensi air dan
potensi Panas Bumi yang merupakan sumber energi terbaharukan diantaranya
yaitu :
1. PLTMH Napal Melintang di Kecamatan Gunung Kerinci dengan kapasitas ±
900Kilo Watt;
2. PLTMH Batu Hampar Kecamatan Kayu Aro dengan kapasitas ± 1 Mega Watt;
3. PLTA Kerinci, di Kecamatan Batang Merangin dengan kapasitas ± 180 Mega
Watt; dan
4. PLTPB Lempur, di Kecamatan Gunung Raya.
Selain itu, juga terdapat potensi air yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai sumber energi terbaharukan lainnya yaitu :
1. PLTA Telun Berasap di Kecamatan Gunung Tujuh dengan kapasitas ± 8 Mega
Watt;
2. PLTA Gunung Tujuh di Kecamatan Gunung Tujuh dengan kapasitas ± 6,3
Mega Watt; dan
3. PLTA Pulau Tengah di Kecamatan Keliling Danau dengan kapasitas ± 3,7 Mega
Watt.
3) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumberdaya Air
a) Irigasi
Daerah Irigasi di Kabupaten Kerinci dimanfaatkan untuk mengairi areal
persawahan dengan kriteria irigasi teknis seluas 12.929 Ha, semi teknis
seluas 2.778 Ha, dan irigasi sederhana seluas 15.643 Ha.
Keberadaan 233 unit irigasi yang merupakan kewenangan pemerintah
daerah Kabupaten Kerinci telah cukup untuk mengairi jumlah areal
persawahan yang ada. Namun yang dibutuhkan dimasa mendatang adalah
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -15
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
upaya rehabilitasi dan pemeliharaan saluran serta bendungan irigasi agar
dapat berfungsi baik untuk meningkatkan produksi pertanian di Kabupaten
Kerinci.
b) Rencana Jaringan Air Baku
Dari standar kebutuhan air bersih tersebut dapat di proyeksikan
kebutuhan air bersih di Kabupaten Kerinci pada tahun 2030 mencapai
9.913.831 liter/hari, dimana kebutuhan untuk sambungan rumah sebanyak
8.150.384 liter perhari dan kebutuhan untuk non domestik sebanyak
1.652.305 liter perhari, sebagaimana disajikan pada Tabel VII.1.3.
Tabel VII.1.3.Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Kerinci
No KecamatanSambunganRumah (SR)Liter/hari
KranUmum (KU)Liter/hari
KebutuhanNon
Domestik(20%)
TotalKebutuhanLiter/hari
1 Kayu Aro 1.292.610 17.627 262.047 572.284
2 Gunung Tujuh 428.846 5.848 86.939 521.633
3 Gunung Kerinci 405.526 5.530 82.211 493.267
4 Siulak 1.066.120 14.538 216.132 1.296.790
5 Air Hangat 737.880 10.062 149.588 897.530
6 Depati VII 501.204 6.835 101.608 609.646
7 Air Hangat Timur 634.106 8.647 128.551 771.303
8 Sitinjau Laut 497.068 6.778 100.769 604.615
9 Danau Kerinci 660.022 9.000 133.804 802.827
10 Keliling Danau 769.604 10.495 156.020 936.118
11 Batang Merangin 620.532 8.462 125.799 754.793
12 Gunung Raya 536.866 7.321 108.837 653.024
Jumlah 8.150.384 111.142 1.652.305 9.913.831Sumber : Hasil Analisis Tahun 2010
Pelayanan PDAM Tirta Sakti ke depan diharapkan dapat mengatasi/menekan
atau meminimalkan kendala sistem air bersih, mulai dari sumber air sampai
dengan jaringan distribusinya sehingga PDAM dapat meningkatkan segi kuantitas
demi terjaminnya kepuasan masyarakat sebagai pelanggannya.
4) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Peningkatan jaringan telekomunikasi sangat penting guna mendukung
penatalayanan pembangunan di Kabupaten Kerinci. Untuk saat ini selain
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -16
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Perusahaan PT.TELKOM, jaringan telekomunikasi didominasi oleh jaringan
telepon seluler yang telah menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Kerinci.
Untuk kedepannya diharapkan penambahan jaringan telekomunikasi dari
operator telepon seluler untuk mendorong kelancaran informasi dan
telekomunikasi di Kabupaten Kerinci, serta pembangunan BTS bersama antar
provider yang diharapkan dapat mengurangi biaya masing-masing provider dan
menciptakan estetika lingkungan. Selain itu juga direncanakan pengembangan
jaringan internet keseluruh kator kecamatan dan lembaga pelayanan publik
lainnya dalam rangka peningkatan profesionalitas, efesiensi, efektifitas dan
akuntabilitas kinerja pemerintah.
5) Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana lainnya
a) Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan Sampah
Kabupaten Kerinci memiliki Tempat Pengelolaan (Pembuangan)
sampah Akhir (TPA) yang terdapat di Talang Kemulun, Kecamatan
Danau Kerinci. Penempatan TPA di lokasi ini tidak begitu baik karena
berdekatan dengan Danau Kerinci karena secara ekologis akan
mengganggu ekosistem sungai.
Untuk masa mendatang perlu menetapkan suatu lokasi di Kabupaten
Kerinci sebagai lokasi TPA Regional, dengan sistem pengeloaan sanitary
landfill. TPA nantinya diharapkan bukan hanya sebagai tempat
pembuangan akhir tapi juga tempat pengolahan sampah (Pembuatan
Kompos, Lindi, Pemisahan Sampah).
Pemilihan lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)
dilakukan dengan mempertimbangkan aspek - aspek keruangan sebagai
berikut :
1. Lokasi TPA sampah diharapkan berlawanan arah dengan arah
perkembangan daerah perkotaan (Urbanized Area);
2. Lokasi TPA sampah harus berada di luar dari daerah perkotaan yang
didorong pengembangannya (Urban Promotion Area);
3. Diupayakan transportasi menuju TPA sampah tidak melalui jalan
utama menuju perkotaan/daerah padat;
Selain hal - hal tersebut di atas, perencanaan TPA sampah
perkotaan perlu memperhatikan hal sebagai berikut :
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -17
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
1. Rencana pengembangan kota dan daerah, tata guna lahan serta
rencana pemanfaatan lahan bekas TPA;
2. Kemampuan ekonomi pemerintah daerah setempat dan masyarakat,
untuk menentukan teknologi sarana dan prasarana TPA yang layak
secara ekonomis, teknis dan lingkungan;
3. Kondisi fisik dan geologi seperti topografi, jenis tanah, kondisi
badan air sekitarnya, pengaruh pasang surut, angin iklim, curah
hujan, untuk menentukan metode pembuangan akhir sampah;
4. Pengembangan jaringan jalan yang ada, untuk menentukan rencana
jalan masuk TPA.
5. Rencana TPA di daerah lereng agar memperhitungkan masalah
kemungkinan terjadinya longsor;
6. Tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan TPA;
7. Sampah yang dibuang ke TPA harus telah melalui pengurangan
volume sampah sedekat mungkin dengan sumbernya;
8. Sampah yang dibuang di lokasi TPA adalah hanya sampah perkotaan
yang bukan berasal dari industri, rumah sakit yang mengandung B3;
9. Kota-kota yang sulit mendapatkan lahan TPA di wilayahnya, perlu
melaksanakan model TPA regional serta perlu adanya institusi
pengelola kebersihan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
TPA tersebut secara memadai; dan
10. Aksesibilitas jalan menuju TPA sampah harus tersedia guna
memudahkan kendaraan pengangkut membuang limbah /sampah
sampai ditempatnya, kebutuhan lahan yang relatif cukup luas
disesuaikan dengan konsep pengelolaan TPA sampah misalnya Buffer
zone untuk menghindari dampak dari bau, kebisingan, lalat dan
vektor penyakit dengan ditanami pohon pelindung. Selain itu
ditetapkan pula Free Zone yang merupakan zona bebas dimana
kemungkinan masih dipengaruhi leachate, sehingga harus
merupakan ruang Terbuka Hijau. Pendekatan pengelolaan sampah
yang berasal dari limbah organik dengan cara diproses menjadi
pupuk atau kompos, merupakan pendekatan yang perlu pula
menjadi alternative pilihan pengelolaan limbah, karena dapat
memberikan nilai tambah baik secara ekologis, psikologis dan
ekonomis.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -18
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Jaringan Drainase, Air Limbah dan Pengendalian Air
Kabupaten Kerinci memiliki jaringan drainase di wilayah perkotaan,
namun secara umum kinerjanya belum optimal, dimana drainase yang
ada difungsikan sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah rumah
tangga. Dalam rangka mengatasi permasalahan yang terjadi dalam sistim
jaringan drainase dibutuhkan penyediaan sarana dan prasarana
penunjang secara terencana, terpadu dan berkesenambungan serta
pembenahan terhadap manajemen pengelolaan sistim jaringan drainase.
Upaya tersebut dilaksanakan melalui program dan kegiatan
pengembangan drainase yaitu :
a) Program pengembangan dan perencanaan drainase, diantaranya
adalah penyusunan rencana induk drainase perkotaan;
b) Program pembangunan sistim drainase primer, sekunder dan tersier
di wilayah perkotaan dan kawasan strategis lainnya;
c) Program pengelolaan drainase terpadu dalam mendukung konservasi
sumberdaya air, seperti pembangunan drainase pada desa-desa
kawasan tangkapan air, dan pembangunan bak-bak penampung air
yang bersumber dari mata air sekitar kawasan konservasi.
d) Program promosi pengelolaan drainse, melalui penyuluhan dan
penyusunan regulasi penggunaan drainase; dan
e) Program pengembangan dan rehabiliasi jaringan drainase.
Selain itu dalam upaya pengendalian debit air di setiap DAS
Kabupaten Kerinci, maka pengembangannya kedepan diprioritaskan
pada sistem pengendalian debit air, khususnya Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang sering meluap pada saat musim hujan, untuk DAS sungai
siulak dan DAS Batang Merao. Pengendalian banjir terhadap meluapnya
air sungai ini, diperlukan penanganan yang tepat untuk jalur badan
sungai sepanjang DAS serta penetapan /pengawasan yang konsisten akan
daerah perlindungan badan sungai / sempadan sungai.
Rencana Sistem Evakuasi Bencana Alam
Wilayah Kabupaten Kerinci sebagian besar adalah daerah rawan
bencana gempa bumi, hal ini dikarenakan wilayah ini berada diatas sesar
utama Patahan Sumatera yang membentang dari Utara hingga sisi
Selatan wilayah. selain itu kabupaten Kerinci juga memiliki beberapa
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -19
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
daerah yang rawan terhadap bencana alam lainnya seperti erupsi gunung
api, banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor.
Dalam rangka mengantisipasi bencana yang mungkin akan terjadi
tersebut, maka upaya mitigasi bencana perlu dilakukan dalam
memperkecil korban jiwa dan kerugian harta benda yang diakibatkan
bencana alam tersebut. Salah satu upaya mitigasi terhadap bencana
alam tersebut, terutama bencana letusan gunung api Kerinci, maka
dalam struktur ruang dan rencana sistim jaringan prasarana lainnya ini
direncanakan jalur/arah penyelamatan diri dan lokasi/tempat
pengungsian sementara.
Berdasarkan tipologi kawasan rawan bencana letusan gunung api
Kerinci dan mempertimbangkan aspek kemudahan untuk melakukan
evakuasi, maka lokasi/tempat pengungsian sementara jika terjadi
letusan adalah di Renah Pemetik (desa pasir jaya), Kecamatan Siulak.
Adapun jalur evakuasi penduduk dari daerah rawan bencana letusan
gunung api (Kecamatan Gunung Tujuh, Kecamatan Kayu Aro, Kecamatan
Gunung Kerinci) adalah melalui jalan Pauh Tinggi-Sungai Kuning-Pasir
Jaya (Renah Pemetik)-Pungut Mudik-Limbur Lubuk Mingkuang
(Kabupaten Bungo), dan Jalan Danau Tinggi-Sungai Kuning-Pasir Jaya
(Renah Pemetik)-Pungut Mudik-Limbur Lubuk Mingkuang (Kabupaten
Bungo).
Sedangkan untuk mitigasi bencana gempa bumi, lokasi pengungsian
sementara diarahkan di lapangan terbuka yang terdapat di setiap
wilayah kecamatan. Adapun jalur evakuasi perlu direncanakan
pembangunannya, terutama untuk menjangkau daerah-daerah
pedalaman dan terisolir dalam rangka kemudahan dalam pendistribusian
bantuan, seperti di desa Masgo, Selampaung (Kecamatan Gunung Raya)
dan ke desa Renah Kemumu, Kecamatan jangkat (Kabupaten Merangin).
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -20
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
7.1.3 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci
A. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama menjaga
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, budaya dan sejarah
bangsa untuk kepentingan berlangsungnya pembangunan yang berkelanjutan.
Kawasan lindung harus dilindungi dari kegiatan-kegiatan produksi dan kegiatan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -21
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
lainnya yang dapat merusak kelestarian lingkungan.
Kawasan lindung di Kabupaten Kerinci terdiri dari : a) kawasan yang melindungi
kawasan bawahannya, b) kawasan perlindungan setempat, c) kawasan pelestarian
alam, d) kawasan lindung lainnya, dan e) kawasan rawan bencana. Adapun rincian dari
setiap jenis kawasan lindung ini adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Yang Melindungi Kawasan Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
meliputi : kawasan bergambut dan kawasan resapan air. Kawasan-kawasan
resapan air yang ada di wilayah Kabupaten Kerinci sangat besar, terutama pada
kawasan lindung/konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat yang lebih dari
separuh wilayah yang mengelilingi wilayah Kabupaten Kerinci.
Kawasan resapan air di Kabupaten Kerinci berupa rawa dengan luas 959 Ha,
yang terdiri dari :
a. Rawa Arah Seratus di Kecamatan Air Hangat Timur dengan luas 150 Ha;
b. Rawa Bento di Kecamatan Kayu Aro dengan luas 425 Ha; dan
c. Rawa Lingkat di Kecamatan Gunung Raya dengan luas 384 Ha.
2. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat terdiri dari kawasan sempadan sungai dan
danau, yang ditujukan untuk melindungi sungai dan danau dari kegiatan manusia
yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai dan danau.
a. Garis Sempadan Sungai.
Berada di seluruh Daerah Aliran Sungai yang ada, terutama sungai-sungai
besar seperti sungai Batang Merangin (di Kecamatan Danau Kerinci dan Batang
Merangin), Sungai Siulak (di Kecamatan Siulak dan Kecamatan Gunung
Kerinci), sungai Batang Merao (di Kecamatan Air Hangat, Air Hangat Timur,
Sitinjau Laut, dan Danau Kerinci) , Sungai Tapan (Kecamatan Keliling Danau),
dan lain-lain. Luas sempadan sungai di Kabupaten Kerinci lebih kurang 1.628
Ha.
b. Kawasan Tepi Waduk/Danau.
Di seluruh tepi waduk dan telaga serta danau yang ada, khususnya Danau
Kerinci, dan Danau Lingkat, yang berada di kawasan budidaya, dengan luas
lebih kurang 592 Ha.
c. Kawasan Sekitar Mata Air.
Di seluruh mata air yang ada di Kabupaten Kerinci
d. Rencana ruang terbuka hijau.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -22
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Di seluruh pusat-pusat permukiman dan pusat perkotaan di Kabupaten Kerinci.
3. Kawasan Pelestarian ALam
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yaitu Taman
Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Luas TNKS di Kabupaten Kerinci lebih kurang
191.822 Ha (setelah dikurangi luas TNKS untuk wilayah Kota Sungai Penuh).
Kawasan TNKS ini ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor 91/Kpts-II/1999, Tahun 1999, dimana Taman Nasional ini merupakan
kawasan strategis nasional dan kawasan strategis Propinsi Jambi, serta sebagai
world herietage dan paru-paru dunia.
Secara defintif, kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan yang memiliki
ekosistim khas dan merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi
perkembangan flora dan fauna yang khas dan beraneka ragam. Perlindungan ini
adalah untuk melindungi keaneka ragaman biota, tipe ekosistim, gejala dan
keunikan alami bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan
pembangunan pada umumnya.
4. Kawasan Lindung Lainnya
Berupa kawasan hutan rakyat yang merupakan Hutan Hak Adat yang statusnya
bukan hutan negara melainkan Hak Ulayat. Kawasan hutan hak adat di Kabupaten
Kerinci yang telah diinventarisasi adalah sebanyak 8 (delapan) kawasan dengan
penjelasan sebagai berikut :
Hutan adat Ulu Air Lempur Lekuk Limo Puluh Tumbi, desa Lempur Kecamatan
Gunung Raya dengan luas 858,3 Ha.
Hutan adat Nenek Limo Hiang Tinggi Nenek Empat Betung Kuning, desa Muara
Air Dua Kecamatan Sitinjau Laut, dengan luas 858,95 Ha.
Hutan adat Temedak, desa Keluru Kecamatan Keliling Danau, dengan luas 23
Ha.
Hutan adat Kaki bukit lengeh, desa Pungut Mudik, Kecamatan Air Hangat
Timur dengan luas 292 Ha.
Hutan adat Bukit Tinggai, desa Sungai Deras Kecamatan Air Hangat Timur,
dengan luas 41,27 Ha.
Hutan adat Bukit Sembahyang dan padun gelanggang, desa Air Terjun
Kecamatan Siulak, dengan luas 39,04 Ha.
Hutan adat bukit sigi, desa Tanjung genting, Kecamatan Gunung Kerinci.
Hutan adat kemantan, desa kemantan, Kecamatan Air Hangat.
Hutan adat bukit teluh, Kecamatan Batang Merangin.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -23
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
5. Kawasan Rawan Bencana
Kabupaten Kerinci adalah salah satu wilayah di Propinsi Jambi yang
merupakan daerah rawan bencana. Mengingat wilayah Kabupaten Kerinci berada
dekat dengan lokasi pertemuan lempeng aktif sumatera dan berada pada jalur
rangkaian gunungapi aktif dunia (ring of fire). Dalam struktur geologinya,
Kabupaten Kerinci dilalui oleh sesar utama yang berarah barat laut-tenggara yaitu
sesar siulak. Sesar ini terdiri atas dua sesar yang sejajar dan membatasi danau
kerinci dengan panjang kurang lebih 37 Km dan lebarnya 17 Km.
Berdasarkan kondisi ini, wilayah Kabupaten Kerinci menjadi daerah yang
rawan terhadap bencana gempa bumi, tanah longsor dan letusan gunung api.
Selain tiga jenis bencana ini, Kabupaten Kerinci juga rawan terhadap bencana
banjir dan angin puting beliung.
a. Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi
Berdasarkan tinjauan zona gempa di Indonesia, Kabupaten Kerinci secara
umum termasuk pada daerah rawan gempa dengan skala intensitas VII-VIII,
dengan episentrum yang relatif dangkal-sedang (Sampurno, ITB 1962).
Kegempaan di Kabupaten Kerinci selama ini merupakan gempa tektonik yang
terjadi akibat aktifitas tunjaman lempeng aktif Samudera Hindia dibawah
lempeng benua asia, dan sesar aktif sumatera. Berdasarkan sejarah gempa
bumi, tercatat sebanyak 3 (tiga) kali gempa bumi di Kabupaten Kerinci yaitu
Tahun 1908, 1995, dan 2009.
Kejadian gempa bumi tahun 1995 berpusat di daerah pertemuan antara
segmentasi siulak-batang merangin dengan segmentasi batang suliti. Sehingga
mengakibatkan kerusakan di kecamatan keliling danau (benik), dan
kecamatan air hangat (kemantan dan semurup). Jumlah korban jiwa pada
kejadian gempa bumi ini sebanyak 85 orang, bangunan rusak total sebanyak
75 unit, rusak sedang 6.806 unit, dan rusak ringan 10.448 unit. Pada tahun
2009, terjadi gempa bumi yang bersumber di kecamatan gunung raya dengan
kekuatan 7,1 SR. Dampak dari bencana ini tidak menimbulkan korban jiwa,
akan tetapi penduduk sebagian besar di wilayah tersebut kehilangan rumah
dan lapangan pekerjaan.
Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi di wilayah Kabupaten Kerinci
terbagi atas 3 (tiga) tipologi kawasan sebagaimana disajikan pada Gambar 4.2,
dengan penjelasan sebagai berikut :
Tipe A
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -24
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Kawasan ini berlokasi jauh dari daerah sesar yang rentan terhadap
getaran gempa. Kawasan ini dicirikan dengan adanya kombinasi saling
melemahkan dari faktor dominan yang berpotensi untuk merusak. Bila
intensitas gempa tinggi (Modified Mercalli Intensity/MMI- VIII) maka efek
merusaknya diredam oleh sifat fisik batuan yang kompak dan kuat.
Adapun wilayah kecamatan yang masuk dalam kategori tipe ini adalah
Kecamatan Gunung Tujuh, sebagian wilayah Kecamatan Kayu Aro, dan
selebihnya berada di Kecamatan Gunung Kerinci, Siulak, Air Hangat,
Batang Merangin, Gunung Raya dan Keliling Danau yang berupa kawasan
Taman Nasional Kerinci Seblat.
Tipe B
Kawasan ini cenderung mengalami kerusakan cukup parah terutama untuk
bangunan dengan konstruksi sederhana. Faktor yang menyebabkan tingkat
kerawanan bencana gempa pada tipe ini tidak disebabkan oleh satu faktor
dominan, tetapi disebabkan oleh lebih dari satu faktor yang saling
mempengaruhi, yaitu intensitas gempa tinggi (MMI-VIII) dan sifat fisik
batuan menengah. Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten
Kerinci tergolong dalam tipe ini.
Tipe C
Kawasan ini mengalami kerusakan cukup parah dan kerusakan bangunan
dengan konstruksi beton teruama yang berada pada jalur sepanjang zona
sesar. Terdapat paling tidak dua faktor dominan yang menyebabkan
kerawanan tinggi pada kawasan ini. Kombinasi yang ada antara lain
adalah intensitas gempa tinggi dan sifat fisik batuan lemah, atau
kombinasi dari sifat fisik batuan lemah dan berada dekat zona sesar cukup
merusak. Wilayah kecamatan yang masuk dalam kategori tipe ini adalah
Kecamatan Depati VII, Air Hangat Timur, Sitinjau Laut, Danau Kerinci,
sebagian wilayah Kecamatan Batang Merangin, Gunung Raya, dan
Kecamatan Keliling Danau.
b. Kawasan Rawan Bencana Banjir
Bencana banjir di Kabupaten Kerinci terjadi pada tahun 2006yang
menyebabkan sebagian desa dan wilayah kecamatan digenangi air. Dalam
musibah ini tidak menimbulkan korban jiwa, akan tetapi masyarakat
mengalami kerugian materi yang cukup besar akibat rusaknya sarana dan
prasarana serta beberapa lahan pertanian/sawah dan musnahnya hewan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -25
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
ternak. Kecamatan yang mengalami bencana ini adalah Kecamatan Gunung
Kerinci, Kecamatan Air Hangat, dan Kecamatan Sitinjau Laut sertabeberapa
kecamatan di wilayah Kota Sungai Penuh.
Pada umumnya wilayah Kabupaten Kerinci memiliki kawasan rawan banjir
yang termasuk dalam kategori kerawanan sedang, dengan luas wilayah 24.120
Ha. wilayah yang masuk dalam kawasan rawan bencana banjir ini diantarnya
adalah sebagian wilayah Kecamatan Siulak, Air Hangat, Air Hangat Timur,
Sitinjau Laut dan Keliling Danau.
c. Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah
Daerah rawan longsor terjadi pada daerah yang memiliki lereng 25% ke
atas dengan tekstur tanah kasar dan peka terhadap erosi, di dukung oleh
faktor curah hujan yang tinggi. Kawasan ini diklasifikasikan menjadi Potensi
Gerakan Tanah Rendah, Potensi Gerakan Tanah Menengah dan Potensi
Gerakan Tanah Tinggi.
Potensi Gerakan Tanah Rendah, menempati sebagian kecil dari
kecamatan Gunung Kerinci yang menyebar di bagian Tengah dan bagian Barat,
Kecamatan Sitinjau Laut dan Kecamatan Gunung Raya.
Potensi Gerakan Tanah Menengah, secara umum penyebarannya
menempati bagian tengah dari seluruh Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai
Penuh tersebar hampir merata di setiap Kecamatan. Sedangkan Potensi
Gerakan Tanah Tinggi, menempati sebagian kecil Kecamatan Danau Kerinci
dan Kecamatan Gunung Raya, dan Kecamatan Gunung Kerinci kearah Timur
laut.
d. Kawasan Rawan Bencana Angin Puting Beliung/Angin Ribut
Bencana angin ribut/angin puting beliung/badai di Kabupaten Kerinci
pernah terjadi di Kecamatan Air Hangat dan Kecamatan Siulak. Dimana ke dua
wilayah kecamatan tersebut berada pada dataran yang sangat luas dan tidak
ada penghambat dari gerakan udara/angin yang menuju ke permukiman
penduduk.
Pemetaan ancaman angin ribut sangat sulit dilakukan, karena jenis
bencana tersebut merupakan jenis bencana yang bersifat kontinyu atau dapat
terjadi dimana saja. Untuk itu pemetaan kawasan rawan bencana angin ribut
ini dapat dilakukan dengan metode ploting. Metode ploting ini dilakukan
dengan cara memetakan/memplot setiap kejadian bencana yang pernah
terjadi disuatu daerah. Frekuensi kejadian bencana yang pernah terjadi dapat
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -26
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
dijadikan acuan untuk menentukan tingkat kerawanan bencana. Berdasarkan
data bencana angin ribut di Kabupaten Kerinci diketahui bahwa kecamatan
yang sering mengalami bencana ini adalah Kecamatan Siulak dan Kecamatan
Air Hangat.
e. Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunungapi
Nama Lain Gunung Kerinci adalah :Peak ofIndrapura, G. Gadang, Berapi
Kurintji, yang bertipe Strato. Gunung Kerinci secara geografis terletak pada
1°41,5'LS -101°16' BT, dan secara administrasi termasuk dalam administrasi
Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, dan Kabupaten Solok Selatan, Propinsi
Sumbar.
Sejarah Letusan Gunung Kerinci dimulai pada tahun 1883 yang umumnya
terjadi letusan di kawah pusat. Karakter letusan Gunung Kerinci pada
dasarnya bersifat eksplosif, diselingi dengan adanya aliran-aliran lava.
Karakter letusan G. Kerinci saat ini adalah letusan bertipe vulkano lemah yang
hanya mengeluarkan material abu letusan, tidak ada data aliran lava yang
tercatat sebagaimana tertera dalam sejarah letusannya.
Berdasarkan informasi geologi dan tingkat resiko letusannya, maka
kawasan rawan letusan gunung api Kerinci dibagi menjadi 3 (tiga) tipologi,
dengan penjelasan sebagai berikut :
Tipe A
Kawasan Tipe A ini merupakan Kawasan Rawan Bencana (KRB) I, dimana
daerah berpotensi terlanda lahar/banjir dan tidak menutup kemungkinan
dilanda perluasan awan panas dan aliran lava. Bila erupsi membesar,
daerah ini mungkin akan dilanda hujan abu lebat dan lontaran baru pijar.
Daerah Bahaya II adalah daerah di sepanjang lembah sungai yang berhulu
dari puncak gunung api, melewati DAS Siulak dan DAS Batang Merao, dan
tidak tertutup kemungkinan luapan banjirnya sampai ke Danau Kerinci.
Tipe B
Kawasan Tipe B merupakan Kawasan Rawan Bencana (KRB) II, yang
merupakan kawasan berpotensi terlanda awan panas, lontaran batu pijar,
aliran lava, hujan abu lebat, hujan lumpur panas (lahar) dan gas beracun.
Daerah Bahaya II adalah daerah di sepanjang lembah sungai yang berhulu
dari puncakyang berada di Kecamatan Kayu Aro, Gunung Tujuh dan
Gunung Kerinci. Luas wilayah bahaya II ini adalah 23.115 Ha dengan radius
15 Km.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -27
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tipe C
Kawasan Tipe C adalah Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, yang berpotensi
terlanda awan panas, aliran lava, material lontaran dan guguran batu
pijar. Kawasan ini meliputi daerah puncak dan sekitarnya dan beberapa
lembah sungai yang berasal dari daerah puncak gunung. Daerah ini tidak
terdapat kawasan permukiman, dimana luas keseluruhan untuk kawasan
bahaya I ini mencakup seluas 4.779 Ha, dengan radius 5 km dari kawah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa total luas kawasan lindung di
Kabupaten Kerinci lebih kurang 197.114 Ha, yang terdiri dari Kawasan Pelestarian
Alam, Kawasan Perlindungan Setempat, dan Kawasan Lindung lainnya. Secara rinci
jenis dan luasan kawasan lindung ini disajikan pada Tabel VII.1.4.
Tabel VII.1.4Kawasan Lindung di Kabupaten Kerinci
Jenis Kawasan Luas (Ha) % Kawasan Pelestarian Alam
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) 191.822 97,31
Kawasan Perlindungan SetempatSempadan SungaiSempadan Danau
1.628592
0,830,30
Kawasan Lindung LainnyaKawasan RawaHutan Hak Adat
9592.113
0,481,07
T o t a l 197.114 100Sumber : 1. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kerinci;
2. Hasil Analisis Tahun 2010
B. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya di Kabupaten Kerinci diantaranya adalah :
1. Kawasan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Kerinci adalah kawasan Hutan Produksi
Pola Partisipasi Masyarakat (HP3M) yang berfungsi memproduksi hasil hutan yang
diserahkan pengelolaanya kepada masyarakat sesuai dengan Tata Guna Hutan
Kesepakatan (TGHK) yang sebelumnya berstatus sebagai Areal Penggunaan Lain
(APL).
Kawasan HP3M ditetapkan sesuai dengan SK Menteri Kehutanan dan
Perkebunan Nomor 421/Kpts-II/1999, dan SK Gubernur Daerah TK I Jambi Nomor
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -28
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
108 Tahun 1999, tentang Penetapan Luas Kawasan Hutan Kesepakatan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jambi seluas 30.490 Ha. Dan luas kawasan
HP3M di Kabupaten Kerinci saat ini adalah 28.665 Ha, setelah dibagi dengan
kawasan HP3M di wilayah Kota Sungai Penuh.
2. Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian di Kabupaten Kerinci terdiri dari :
a. Kawasan pertanian Lahan Basah yang tersebar di Kecamatan Siulak, Air
Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Sitinjau Laut, Danau Kerinci dan Keliling
Danau, serta beberapa area di Kecamatan Gunung Raya dan Batang Merangin.
Luas kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Kerinci adalah 23.618 Ha.
b. Kawasan pertanian Lahan Kering yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan,
berupa tegalan, kebun campuran, kolam dan padang rumput dengan luas
55.893 Ha;
c. Kawasan pertanian Tanaman Tahunan yang sebagian besar berada di
Kecamatan Batang Merangin dan Gunung Raya. Selebihnya kawasan pertanian
tanaman tahunan ini tersebar di Kecamatan Gunung Tujuh, Kayu Aro, dan
Gunung Kerinci. Luas kawasan pertanian Tanaman Tahunan di Kabupaten
Kerinci adalah 26.414 Ha.
d. Kawasan Pertanian Tanaman Hortikultura yang sebagian besar terkosentrasi di
Kecamatan Kayu Aro dan Gunung Tujuh, dengan luas kawasan 17.767 Ha.
e. Kawasan Perkebunan di Kabupaten Kerinci yaitu Perkebunan t eh milik PTPN
VI Kayu Aro, dengan luas kawasan 3.622 Ha.
f. Kawasan Peternakan berupa kawasan pertanian lahan kering untuk
pengembalaan ternak besar dan areal persawahan (lahan basah) setelah
panen untuk ternak itik seperti di Kecamatan Air Hangat dan Air Hangat
Timur. Selain itu untuk peternakan unggas lainnya seperti ayam petelur
tersebar di setiap kecamatan dalam Kabupaten Kerinci seperti di Kecamatan
Danau Kerinci, Batang Merangin dan Kecamatan Siulak;
g. Kawasan Perikanan umumnya tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang
diusahakan oleh setiap rumah tangga. Pengembangan sektor perikanan dimasa
mendatang diarahkan dengan menetapkan lokasi perikanan di kawasan Danau
Kerinci dan sekitarnya sebagai kawasan Mina Politan.
3. Kawasan Non Pertanian
a. Kawasan Pariwisata di Kabupaten Kerinci yang pada umumnya merupakan
obyek wisata alam dan tersebar di setiap wilayah kecamatan dalam
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -29
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kerinci. Luas kawasan pariwisata di Kabupaten Kerinci adalah
5.463 Ha, yang diantaranya merupakan obyek wisata alam yang cukup besar
dan diminati oleh wisatawan, diantaranya adalah: Air Terjun Telun Berasap,
Resort Danau Kerinci, Danau Lingkat, Pemandian Air Panas Semurup dan
Pemandian Air Panas Sungai Medang.
b. Kawasan Pertambangan yang umumnya adalah lokasi pertambangan bahan
galian golongan C, dan selain itu juga terdapat 1 (satu) lokasi yang memiliki
potensi untuk pertambangan mineral golongan A, serta lokasi pertambangan
panas bumi. Luas keseluruhan kawasan pertambangan ini adalah 9.703 Ha.
c. Kawasan permukiman di Kabupaten Kerinci pada umumnya merupakan
kawasan permukiman perdesaan. Dan dalam perencanaannya, kawasan
permukiman ini diupayakan terkosentrasi di pusat-pusat pertumbuhan yang
merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) seperti di Batang Sangir, Siulak dan di
Sanggaran Agung. Luas kawasan permukiman di Kabupaten Kerinci adalah
12.589 Ha.
Berdasarkan uraian terhadap kawasan budidaya diatas, dapat diketahui bahwa
total luas kawasan budidaya di Kabupaten Kerinci lebih kurang 183.736 Ha, yang
terdiri dari Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Pertanian, dan Kawasan Non Pertanian.
Secara rinci jenis dan luasan kawasan budidaya ini disajikan pada Tabel VII.1.5.
Tabel VII.1.5.Luas Kawasan Budidaya di Kabupaten Kerinci
Jenis Kawasan Luas (Ha) %I. Kawasan Hutan Produksi
1. Hutan Produksi Pola Partisipasi Masyarakat (HP3M) 28.665 15,6II. Kawasan Pertanian
1. Kawasan Pertanian Lahan Basah2. Kawasan Pertanian Lahan Kering3. Kawasan Petanian Tanaman Tahunan4. Kawasan Pertanian Tanaman Hortikultura5. Kawasan Perkebunan
23.61855.89326.41417.7673.622
12,8530,4214,379,671,97
III. Kawasan Non Pertanian1. Kawasan Pariwisata2. Kawasan Pertambangan3. Kawasan Permukiman
5.4639.70312.589
2,975,286,85
Jumlah 183.736 100Sumber : 1. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kerinci;
2. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Kerinci;3. Dinas Pemuda Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kerinci;4. Hasil Analisis Tahun 2010
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -30
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -31
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
7.2 Rencana Sistem PelayananRencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumberdaya Air
c) Irigasi
Daerah Irigasi di Kabupaten Kerinci dimanfaatkan untuk mengairi areal
persawahan dengan kriteria irigasi teknis seluas 12.929 Ha, semi teknis seluas 2.778
Ha, dan irigasi sederhana seluas 15.643 Ha.
Keberadaan 233 unit irigasi yang merupakan kewenangan pemerintah daerah
Kabupaten Kerinci telah cukup untuk mengairi jumlah areal persawahan yang ada.
Namun yang dibutuhkan dimasa mendatang adalah upaya rehabilitasi dan
pemeliharaan saluran serta bendungan irigasi agar dapat berfungsi baik untuk
meningkatkan produksi pertanian di Kabupaten Kerinci.
d) Rencana Jaringan Air Baku
Dari standar kebutuhan air bersih tersebut dapat di proyeksikan kebutuhan air
bersih di Kabupaten Kerinci pada tahun 2030 mencapai 9.913.831 liter/hari, dimana
kebutuhan untuk sambungan rumah sebanyak 8.150.384 liter perhari dan kebutuhan
untuk non domestik sebanyak 1.652.305 liter perhari, sebagaimana disajikan pada
Tabel VII.2.1.
Tabel VII.2.1Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Kerinci Tahun 2030
No Kecamatan
JumlahPenduduk
Tahun2033(Jiwa)
JumlahSambungan
RumahTahun
2033 (SR)
SambunganRumah (SR)Liter/hari
KebutuhanNon
Domestik(15%)
TotalKebutuhanLiter/hari
1. Kayu Aro 15,020 2,690 224,128 33,619 257,747
2. Gunung Tujuh 22,787 4,102 274,389 41,158 315,5473. Gunung Kerinci 29,643 5,336 356,969 53,545 410,5144. Siulak 21,479 3,866 258,623 38,794 297,4175. Air Hangat 18,809 3,386 226,548 33,982 260,5316. Depati VII 26,254 4,726 316,138 47,421 363,5597. Air Hangat Timur 23,558 4,240 283,687 42,553 326,2408. Sitinjau Laut 19,468 3,504 234,367 35,155 269,5229. Danau Kerinci 15,640 2,815 188,479 28,272 216,75110. Keliling Danau 41,449 7,461 499,468 74,920 574,38811. Batang Merangin 52,994 9,539 638,563 95,785 734,34812. Gunung Raya 18,923 3,406 228,014 34,202 262,216
Jumlah 306,022 55,070 3,729,375 559,406 4,288,781Sumber : Hasil Analisis Tahun 2013
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -32
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Pelayanan PDAM Tirta Sakti ke depan diharapkan dapat mengatasi/menekan atau
meminimalkan kendala sistem air bersih, mulai dari sumber air sampai dengan jaringan
distribusinya sehingga PDAM dapat meningkatkan segi kuantitas demi terjaminnya kepuasan
masyarakat sebagai pelanggannya.
7.3 Rencana Pengembangan SPAMTingkat pelayanan didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan jumlah
penduduk yang dilayani baik perkotaan maupun IKK/pedesaan serta program air minum
untuk pencapaian target MDG’s (sampai tahun 2028) dan target pelayanan nasional. Untuk
skala perkotaan tingkat pelayanan harus mencapai 80% dan IKK/pedesaan 60% dari total
jumlah penduduk.
Tingkat pelayanan direncanakan sesuai dengan perkembangan penduduk tiap 5
tahun, maka tingkat pelayanan untuk tahap I untuk wilayah Kabupaten Kerinci mencapai
60%, sedangkan tahap II mencapai 80 % dan tahap III sebesar 90 % penduduk wilayah
Kabupaten Kerinci dapat terlayani oleh air bersih dimana
Untuk meningkatkan cakupan pelayanan maka pemerintah daerah dalam
mensejahterakan tingkat kesehatan masyakat baik melalui operator, BLU maupun
organisasi masyarakat adalah harus melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
Penyediaan Prasarana dan sarana air minum untuk daerah rawan air (IKK/pedesaan)
yang belum memiliki sistem.
Perluasan/Pengembangan SPAM Kota/IKK yang sudah memiliki sistem (baik jaringan
perpipaan maupun pelayanan/SR-HU).
Peningkatan air minum non perpipaan yang terlindungi.
Peningkatan Penyehatan PDAM dari status kurang sehat menjadi sehat dengan
melakukan penyesuaian tarif air rata-rata dan dukungan APBD dalam mengurangi
hutang.
Menurunkan tingkat kehilangan air/kebocoran dari 28,34% menjadi 20% (standar
kehilangan air nasional).
Penambahan sambungan pelayanan (SR)
Penambahan Kapasitas Produksi
Besarnya tingkat pelayanan yang didasarkan pada perkembangan jumlah penduduk
dalam pencapaian target MDG’s serta target perencanaan (hasil proyeksi penduduk sampai
tahun 2028).
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -33
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Rencana pentahapan pengembangan akan dibagi dalam 3 tahap yaitu tahap I adalah
tahap jangka pendek yang telah diprogramkan untuk memenuhi kebutuhan tahun
2011/2012 , tahap II adalah tahap jangka menengah untuk memenuhi kebutuhan tahun
2015 sesuai dengan program pencapaian target MDG’s dan tahap III adalah tahap jangka
panjang untuk memenuhi kebutuhan akhir tahun perencanaan tahun 2028.
7.4 Kapasitas SistemTeknis
Kajian alternatif pengembangan SPAM Kabupaten Kerinci secara teknis dapat
berupa:
Pengembangan terhadap daerah yang belum terjangkau oleh jaringan perpipaan yang
berpotensi untuk berkembang dan menjadi prioritas pengembangan jaringan ke daerah
tersebut.
Pengembangan terhadap daerah yang sudah terjangkau oleh jaringan perpipaan namun
tingkat pelayanan belum optimal.
Pengembangan terhadap peningkatan kapasitas dengan membangun sistem baru atau
up rating IPA.
Potensi
Pengembangan SPAM Kabupaten Kerinci terutama wilayah perkotaan sangat
berpotensi besar mengingat Kecamatan Kerinci dalam satu dasa warsa terakhir sangat
pesat berkembang baik pertumbuhan penduduk maupun pertumbuhan perdagangan dan
jasa. Potensi-potensi yang dapat mendukung dalam pengembangan SPAM Kabupaten
Kerinci adalah :
Cakupan dan tingkat pelayanan yang maksimal sehingga tidak ada kapasitas yang idle.
Kapasitas sumber yang memiliki kualitas dan kuantitas yang mencukupi setiap saat.
Kemauan dan kemampuan masyarakat dalam membiayai sistem.
SDM yang mencukupi dalam menjalankan sistem dengan ditunjang kemampuan skil yang
memadai dan,
Penurunan tingkat kehilangan air yang tinggi.
Kebutuhan Air
Kebutuhan air untuk pelayanan sampai dengan tahun 2028 sesuai dengan periode
tahun perencanaan antara 15 – 20 tahun ke depan untuk Kabupaten Kerinciakan ditentukan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -34
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk terhadap jumlah penduduk yang terlayani.
Dari hasil perhitungan tersebut didapat kebutuhan air total untuk perkotaan sebesar 315,17
lt/dt dan untuk pedesaan sebesar 210,11 lt/dt. Sehingga untuk wilayah yang sudah dilayani
dengan sistem SPAM saat ini hanya menambahkan kekurangan terhadap kapasitas dan
sambungan pelayanan yang ada sesuai dengan kebutuhan proyeksi.
Air baku yang akan disadap/digunakan adalah air dari sumber air permukaan,
sumber ini dipilih karena wilayah Kabupaten Kerinci banyak dilintasi oleh sungai-sungai
terutama Sungai Batang Merangin dan Sungai Jernih yang memang banyak melintasi
kecamatan-kecamatan yang ada diwilayah tersebut dan memiliki debit minimum yang
cukup besar yaitu 591.3 m3/dt dan 112,5 m3/dt. Dengan demikian pengambilan air baku
dari air permukaan dibutuhkan bangunan penangkap air/intake, bangunan intake sungai ini
ada berbagai type/jenis yaitu jenis sumuran tepi/bantaran dengan sadap melalui saluran
terbuka dan jenis intake jembatan anjungan (sumuran di tengah sungai) atau intake kanal
(dengan membuat chamber). Kebutuhan debit sadap diambil debit maksimum akhir tahun
perencanaan (Qmax = 1,1 x pemakaian debit rata-rata).
Unit Produksi
Dengan sumber air berasal dari air permukaan maka unit produksi yang akan
digunakan adalah instalasi pengolahan air lengkap dengan kapasitas pengolahan air
disesuaikan dengan kebutuhan debit masing-masing baik Perkotaan/IKK yang akan dilayani.
Kebutuhan Debit Maksimum Unit Air Baku dan Unit Produksi pelayanan perkotaan/IKK akhir
tahun perencanaan 2028. Unit produksi tersebut merupakan rangkaian proses pengolahan
air yang hasilnya akan ditampung dalam bangunan berupa bak penampung air sementara
(reservoir) sebelum didistribusikan ke pelayanan.
Unit Distribusi
Unit distribusi merupakan jaringan transfer air (jaringan perpipaan) ke sambungan
langsung pelanggan, kapasitas jaringan transfer air ini tergantung dari pembebanan air ke
wilayah-wilayah/zona pelayanan. Sedangakan jumlah/kapasitas sambungan langsung
dihitung atas kebutuhan air jam puncak.
RENCANA PENURUNAN TINGKAT KEBOCORAN
A. Penurunan Kebocoran Teknis
Upaya penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air secara teknis merupakan
tantangan besar bagi pengelola air minum, hal ini terkait dengan kinerja yang nantinya
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -35
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
dapat berpengaruh terhadap biaya produksi. Selama ini upaya yang dilakukan oleh SPAM
Kabupaten Merangin dalam penurunan kebocoran/kehilangan air secara teknis masih
terfokus pada jaringan pipa yang rusak, berdasarkan adanya laporan yang kemudian baru
melakukan perbaikan¬perbaikan secara langsung. Sedangkan kebocoran teknis lain seperti
kebocoran katup dan pengurasan (washout) pada jaringan tidak begitu diperhatikan. Upaya
penurunan kebocoran/kehilangan air secara teknis harus dilakukan secara berkala dan
kontinyu, dengan cara monitoring jaringan per zona pelayanan.
B. Penurunan Kebocoran Non Teknis
Kebocoran/kehilangan air secara non teknis/administrasi tidak kalah besar
tantangannya dengan kebocoran/kehilangan air secara teknis. Disini sering operator
cenderung mengabaikan hal-hal yang dianggap sepele/kecil namun berdampak besar
seperti :
Melakukan perkiraan angka meter sesuai dengan keinginannya sendiri terhadap
kondisi alat ukur (meter induk atau meter pelanggan) yang tidak berfungsi/bekerja
dengan baik dan atau terhadap pelanggan yang rumahnya terkunci/kosong. Dengan
kata lain kemungkinan kehilangan air yang nyata dapat lebih besar dari 30%.
Salah melakukan dalam pembacaan meter dan perhitungan biaya.
Hal lain yang menyebabkan kebocoran/kehilangan air secara administrasi adalah :
Adanya sambungan tanpa meteran.
Adanya sambungan tak tercatat (pencurian air/sambungan illegal).
Upaya yang harus dilakukan dalam penurunan air secara administrasi adalah dengan :
Menempatkan tenaga yang jujur, memiliki skil dan kemampuan berhitung.
Melakukan penggantian meter air yang tidak berfungsi/rusak dengan yang baik
secara berkala ± 6 bulan sekali untuk dikalibrasi.
Melakukan monitoring terhadap adanya sambungan tanpa meter dan sambungan-
sambungan illegal.
Melakukan monitoring terhadap pelanggan yang melakukan manipulasi sambungan
(by pass, pemasangan magnet dsb.)
C. Perhitungan Water Balance
Titik awal dari analisis kebocoran/kehilangan air adalah perhitungan kesetimbangan
air dalam system. Oleh karena itu alat ukur yang tepat sa ngat d iperl uka n. Dala m
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -36
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
kenyataan nya peralata n-pera latan tersebut sering tidak sesuai atau berfungsi kurang baik
atau tidak secara teratur dikalibrasi.
Salah satu bagian dari penilaian kehilangan air dalam sistem distribusi diperlukan data :
Volume air yang didistribusikan, dihitung rata-rata dari meter induk = Vd
Volume air yang dikonsumsi pelanggan, dihitung rata-rat dari meter air pelanggan =
Vc
Maka kesetimbangan air dari sistem distriubusi dapat dihitung berdasarkan rumus :
Vd =Vc + Vk (Vk = Volume kebocoran)
Sedangkan prosentase kehilangan air adalah :
Vk
KAT =_________ X 100 %
Vd
D. Potensi Pencemar Air Baku
Keberadaan air permukaan, air tanah dan mata air sebagai sumber kehidupan bagi
makhluk hidup saat ini cenderung menurun kualitas dan kuantitasnya, hal ini tidak terlepas
dari ulah dan kegiatan manusia demi kepentingan pribadi dan golongan. Penyebab
utamanya adalah alih fungsi lahan dan penebangan liar pada kawasan lindung,
penambangan liar/tradisional (emas, batu bara dan pasir) dan buangan air kotor serta
buangan padat (sampah) dari permukiman yang tidak dikelola dengan baik dan benar akan
mencemari/merusak lingkungan dan badan air perairan. Untuk mengembalikan kondisi
lingkungan tersebut harus diupayakan konservasi (mempertahankan, merehabilitasi dan
meningkatkan daya guna) lingkungan yang optimal serta melaksanakan peraturan dan
kebijakan pemerintah, dan partisipasi peran serta masyarakat.
Rekomendasi Penguasaan Dan Pengamanan Sumber Air Baku
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital untuk saat ini dan masa yang akan
datang, keberadaan sumber air akan sangat sulit didapatkan baik air tanah, air permukaan
dan mata air dengan kondisi kualitas, kuantitas yang baik dan mencukupi serta kontinuitas
yang berkelanjutan bila tidak di jaga dan dilestarikan. Dengan kondisi tersebut perlu
dilakukan kelestarian dan pemanfaatannya dengan menjaga kondisi lingkungan dan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -37
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
perilaku manusia untuk menjaga sumber-sumber air baku dari kegiatan dan aktivitas
manusia yang berpotensi sebagai pencemar.
Dalam Undang-undang Dasar negara disebutkan air, tanah dan udara sepenuhnya
milik dan dikuasai oleh negara, dalam hal ini pemerintah daerah dan DPRD sebagai
regulator kebijakan publik perlu membuat suatu peraturan (Perda) tentang penguasaan
dan pengamanan pengelolaan sumber daya alam atas sumber-sumber air baku tersebut,
serta peran serta dan partisipasi masyarakat dalam melestarikan dan mengawasi
lingkungan sehinga kegiatan dan aktivitas manusia yang dapat menimbulkan pencemaran/
dampak kerusakan bagi lingkungan yang menyangkut sumber-sumber air baku dapat
diberlakukan sanksi hukum yang dapat membuat jera pelaku pengrusakan lingkungan.
Pengolahan Limbah Dari IPA
Berbagai macam proses apapun suatu produk akan menghasilkan limbah/buangan
dari produk tersebut, tidak terkecuali proses pengolahan air dari air kotor menjadi air
bersih. Pengolahan air bersih/minum dari instalasi pengolahan air/IPA akan menghasilkan
limbah berupa kandungan lumpur yang bila tidak ditangani akan menyebabkan dampak
lingkungan terutama dapat menyebabkan pendangkalan terhadap perairan setempat. Hasil
limbah lumpur dari proses pengolahan air minum perlu dilakukan proses pemisahan antara
air dan partikel diskrit endapan lumpur dengan membuat bangunan pengering lumpur
sebelum dibuang atau ditempatkan pada tempat yang aman.
Potensi Sumber Air Minum Dari IPAL
Penggunaan air akibat aktivitas manusia akan menghasilkan air buangan yang
berpotensi sebagai pencemar baik terhadap air permukaan maupun air tanah. Untuk
wilayah perkotaan sumber air buangan berasal dari permukiman sebagai air kotor yang
akan dibuang ke badan air permukaan melalui saluran drainase. Air hasil buangan tersebut
merupakan pencemar bagi badan air penerima (sungai) yang berfungsi sebagai sumber air
baku. Untuk itu sebelum air buangan masuk ke badan air penerima harus diproses dan
diolah lebih dahulu melalui kolam stabilisasi seperti sistem Echodrain untuk mengurangi
beban pencemar. Sedangkan air buangan dari hasil buangan padat manusia akan dibuang
melalui jamban maupun septik tank, yang apabila tidak dikelola dengan baik dan benar
akan mencemari sumber air tanah.
Untuk itu perlu dilakukan pembuatan kolam resapan dengan media yang dapat
menghambat kandungan pencemar dalam air buangan yang meresap ke dalam tanah.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -38
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
7.5 Perkiraan Kebutuhan BiayaTabel 7.5.1
Perkiraan Biaya Pengembangan SPAM Kabupaten KerinciRENCANA USULAN PROGRAM AIR MINUM TAHUN 2014 - 2018
UNIT KERJA : PDAM TIRTA SAKTI KAB. KERINCIKABUPATEN : KERINCIPROPINSI : JAMBI
NO KEGIATAN TOTAL BIAYA TH.2014 - 2018 ( Rp )( Rp ) APBN APBD I APBD II
I Lokasi PDAM Induk
1 Pemasangan daya PLN 114 Kpa 1 unit 350,000,000.00 350,000,000.00
2 Gedung Labor 98,000,000.00 98,000,000.00
3 Pompa Submersible NC 45 Lt/dt 1 Unit 190,000,000.00 190,000,000.00
4 Pompa Centrifugal 45 Lt/dt 1 unit 120,000,000.00 120,000,000.00
5 Mobil Tangki Kap 5000 liter 1 unit 350,000,000.00 350,000,000.006 Pengadaan Pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 43,780,000.00 43,780,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 116,800,000.00 116,800,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 205,290,000.00 205,290,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 511,490,000.00 511,490,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 679,830,000.00 679,830,000.00
Pengadaan Pipa GI Dia. Ls 80,000,000.00 80,000,000.00
Pengadaan Accessoris Ls 60,000,000.00 60,000,000.00
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -39
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
7 Pemasangan Pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 36,000,000.00 36,000,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 57,500,000.00 57,500,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 78,000,000.00 78,000,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 105,000,000.00 105,000,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 108,000,000.00 108,000,000.00
8 Pengadaan Water Meter 300 unit 98,000,000.00 98,000,000.00
9 Rumah Jaga 6 x 6 M 1 unit 75,000,000.00 75,000,000.00
JUMLAH 1 3,362,690,000.00 350,000,000.00 3,012,690,000.00
UNIT KERJA : PDAM TIRTA SAKTI KAB. KERINCIKABUPATEN : KERINCIPROPINSI : JAMBI
NO KEGIATANTOTAL BIAYA TH.2014 - 2018 ( Rp )
( Rp ) APBN APBD I APBD II
Lokasi PDAM Induk Kerinci
10 Pengadaan genset
Genset 200 KVA 1 unit 350,000,000.00 350,000,000.00
Genset 250 KVA 1 unit 380,000,000.00 380,000,000.00
11 Pembangunan mushalla 6 x 6 M I unit 120,000,000.00 120,000,000.00
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -40
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
12 Paket air kemasan 1 Paket 350,000,000.00 350,000,000.00
13 AMDK 1 Paket 875,000,000.00 875,000,000.00
14 Gedung AMDK 1 Unit 250,000,000.00 250,000,000.00
JUMLAH 2 2,325,000,000.00 2,325,000,000.00
JUMLAH 1 + 2 5,687,690,000.00 5,337,690,000.00
NO KEGIATAN TOTAL BIAYA TH.2014 - 2018 ( Rp )( Rp ) APBN APBD I APBD II
II Lokai PDAM Cab. Siulak1 Pengadaan Pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 43,780,000.00 43,780,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 116,800,000.00 116,800,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 205,290,000.00 205,290,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 511,490,000.00 511,490,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 679,830,000.00 679,830,000.002 Pemasangan Pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 36,000,000.00 36,000,000.00Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 57,500,000.00 57,500,000.00
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -41
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 78,000,000.00 78,000,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 105,000,000.00 105,000,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 108,000,000.00 108,000,000.00
3 Drainase Jalan Panjang 130 M Ls 75,000,000.00 75,000,000.00
4 Pompa Centrifugal 10 Lt/dt 1 Unit 75,000,000.00 75,000,000.00
5 Pompa Submersible NC 10 Lt/dt 1 Unit 85,000,000.00 85,000,000.00
6 Pengadaan water meter 400 Unit 130,400,000.00 130,400,000.00
7 Daya PLN 1 Paket 150,000,000.00 120,000,000.00
JUMLAH 2,457,090,000.00 - 160,000,000.00 2,267,090,000.00
NO KEGIATAN TOTAL BIAYA TH.2014 - 2018 ( Rp )( Rp ) APBN APBD I APBD II
III Lokasi PDAM Cab.Semurup1 Pengadaan Pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 43,780,000.00 43,780,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 116,800,000.00 116,800,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 205,290,000.00 205,290,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 511,490,000.00 511,490,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 679,830,000.00 679,830,000.002 Pemasangan Pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 36,000,000.00
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -42
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
36,000,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 57,500,000.00 57,500,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 78,000,000.00 78,000,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 105,000,000.00 105,000,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 108,000,000.00 108,000,000.00
3 Pompa Submersible NC 15 Lt/dt 1 Unit 120,000,000.00 120,000,000.00
4 Kantor Pembayaran Rekening 3 x 6 1 Unit 80,000,000.00 80,000,000.00
5 Pengadaan reservoir 100 L / D 1 Paket 600,000,000.00 600,000,000.00
6 Pembuatan IPA 10 L / D 1 Paket 750,000,000.00 750,000,000.00
7 Daya PLN 1 Paket 150,000,000.00 150,000,000.00
8 Pengadaan water meter 400 Unit 130,400,000.00 130,400,000.00
JUMLAH 3,772,090,000.00 - 3,772,090,000.00
NO KEGIATAN TOTAL BIAYA TH.2014 - 2018 ( Rp )( Rp ) APBN APBD I APBD II
V Lokasi PDAM Cab. Hiang1 Pengadaan pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 43,780,000.00 43,780,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 116,800,000.00 116,800,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 205,290,000.00 205,290,000.00Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -43
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
511,490,000.00 511,490,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 679,830,000.00 679,830,000.002 Pemasangan Pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 36,000,000.00 36,000,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 57,500,000.00 57,500,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 78,000,000.00 78,000,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 105,000,000.00 105,000,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 108,000,000.00 108,000,000.00
3 Pompa Centrifugal 10 Lt/dt 1 Unit 75,000,000.00 75,000,000.00
4 Pompa Submersible NC 10 Lt/dt 1 Unit 85,000,000.00 85,000,000.00
5 Pengadaan Genset 100 Kva. 1 Unit 300,000,000.00 300,000,000.00
6 Pengadaan water meter 400 Unit 130,400,000.00 130,400,000.00
7 Daya PLN 1 Paket 150,000,000.00 150,000,000.00
8 Pengadaan reservoir 100 L/D 1 Paket 600,000,000.00 600,000,000.00
9 Pengadaan IPA 10 L / D 1 Paket 750,000,000.00 750,000,000.00
JUMLAH 4,032,090,000.00 600,000,000.00 750,000,000.00 2,682,090,000.00
NO KEGIATAN TOTAL BIAYA TH.2014 - 2018 ( Rp )( Rp ) APBN APBD I APBD II
VI Lokasi PDAM Cab. Jujun/Pulau Tengah1 Pengadaan pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 43,780,000.00 43,780,000.00Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -44
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
116,800,000.00 116,800,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 205,290,000.00 205,290,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 511,490,000.00 511,490,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 679,830,000.00 679,830,000.002 Pemasangan Pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 36,000,000.00 36,000,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 57,500,000.00 57,500,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 78,000,000.00 78,000,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 105,000,000.00 105,000,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 108,000,000.00 108,000,000.00
3 Pompa Centrifugal 10 Lt/dt 1 Unit 75,000,000.00 75,000,000.00
4 Pompa Submersible NC 10 Lt/dt 1 Unit 85,000,000.00 85,000,000.00
5 Perbaikan Pagar Kantor 45,000,000.00 45,000,000.00
6 Pengadaan reservoir 100 ( M3 ) 1 paket 600,000,000.00 600,000,000.00
7 Pengadaan water meter 400 Unit 130,400,000.00 130,400,000.00
8 Pengadaan IPA paket 10 L / D 1 Paket 750,000,000.00 750,000,000.00
9 Genset 75 Kva. 1 Unit 250,000,000.00 250,000,000.00
JUMLAH ,877,090,000.00 - 1,600,000,000.00 2,277,090,000.00
NO KEGIATAN TOTAL BIAYA TH.2014 - 2018 ( Rp )( Rp ) APBN APBD I APBD II
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -45
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
VII Lokasi PDAM Cab. Tamiai1 Pengadaan pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 43,780,000.00 43,780,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 116,800,000.00 116,800,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 205,290,000.00 205,290,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 511,490,000.00 511,490,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 679,830,000.00 679,830,000.002 Pemasangan Pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 36,000,000.00 36,000,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 57,500,000.00 57,500,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 78,000,000.00 78,000,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 105,000,000.00 105,000,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 108,000,000.00 108,000,000.00
3 Pengadaan IPA 10 L / D 1 Paket 750,000,000.00 750,000,000.00
4 pengadaan reservoir 100 m3 1 Paket 600,000,000.00 600,000,000.00
5 Rehab IPA 5 L/D 1 Unit 65,000,000.00 65,000,000.00
6 Rehab IPA 2.5 L/D 1 Unit 45,000,000.00 45,000,000.00
7 Pompa Kimia 2 Unit 12,000,000.00 12,000,000.00
8 Water Meter 300 Unit 98,000,000.00 98,000,000.00
9 Daya PLN 1 Paket 150,000,000.00 150,000,000.00
10 Pengadaan Genset 75 Kva. 1 Unit 250,000,000.00 250,000,000.00
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -46
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
11 Pompa Centrifugal 10 Lt/dt 1 Unit 75,000,000.00 75,000,000.00
12 Pompa Submersible NC 10 Lt/dt 1 Unit 85,000,000.00 85,000,000.00
JUMLAH 4,071,690,000.00 - 1,600,000,000.00 2,471,690,000.00
NO KEGIATAN TOTAL BIAYA TH.2014 - 2018 ( Rp )( Rp ) APBN APBD I APBD II
VIII Lokasi PDAM Cab. Lempur1 Pengadaan pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 43,780,000.00 43,780,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 116,800,000.00 116,800,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 205,290,000.00 205,290,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 511,490,000.00 511,490,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 679,830,000.00 679,830,000.002 Pemasangan Pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 36,000,000.00 36,000,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 57,500,000.00 57,500,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 78,000,000.00 78,000,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 105,000,000.00 105,000,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 108,000,000.00 108,000,000.00
3 Pengadaan IPA 10 L / D I Paket 750,000,000.00 750,000,000.004 Pengadaan reservoir 100 m3 I Paket 600,000,000.00 600,000,000.00
5 Pengadaan Genset 100 Kva. 1 Paket 300,000,000.00 300,000,000.00
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -47
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
6 Pompa Kimia 1 Paket 12,000,000.00 12,000,000.00
7 Daya PLN 1 Paket 150,000,000.00 150,000,000.00
6 Pengadaan water meter 400 Unit 130,400,000.00 130,400,000.00
7 Pompa Centrifugal 10 Lt/dt 1 Unit 75,000,000.00 75,000,000.00
8 Pompa Submersible NC 10 Lt/dt 1 Unit 85,000,000.00 85,000,000.00
JUMLAH 4,044,090,000.00 - 1,650,000,000.00 2,394,090,000.00
NO KEGIATAN TOTAL BIAYA TH.2014 - 2018 ( Rp )( Rp ) APBN APBD I APBD II
IX Lokasi PDAM Cabang Kayu Aro1 Pengadaan pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 43,780,000.00 43,780,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 116,800,000.00 116,800,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 205,290,000.00 205,290,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 511,490,000.00 511,490,000.00
Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M 679,830,000.00 679,830,000.002 Pemasangan Pipa
Pipa PVC Dia. 50 mm 2000 M 36,000,000.00 36,000,000.00
Pipa PVC Dia. 75 mm 2500 M 57,500,000.00 57,500,000.00
Pipa PVC Dia. 100 mm 3000 M 78,000,000.00 78,000,000.00
Pipa PVC Dia. 150 mm 3500 M 105,000,000.00 105,000,000.00Pipa PVC Dia. 200 mm 3000 M
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VII -48
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
108,000,000.00 108,000,000.00
3 Pengadaan IPA 10 L / D 1 Paket 750,000,000.00 750,000,000.00
4 pengadaan reservoir 100 m3 1 Paket 600,000,000.00 600,000,000.00
5 Pengadaan Genset 100 Kva. 1 Paket 300,000,000.00 300,000,000.00
6 Pengadaan water meter 400 Unit 130,400,000.00 130,400,000.00
7 Pompa Centrifugal 10 Lt/dt 1 Unit 75,000,000.00 75,000,000.00
8 Pompa Submersible NC 10 Lt/dt 1 Unit 85,000,000.00 85,000,000.00
JUMLAH 3,882,090,000.00 1,650,000,000.00 2,232,090,000.00
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VIII -1
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
8.1 Kebutuhan Investasi Dan Sumber PendanaanKebutuhan investasi dan sumber pendanaan untuk pengembangan sistem
penyediaan air minum disajikan dalam tabel di bawah ini:
Rencana Program Dan Investasi Jangka Menengah (RIPJM)
Provinsi : Jambi
Pekerjaan : Pengembangan SPAM Kab. Kerinci
Kabupaten : Kerinci
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VIII -2
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tabel VIII.1.1Kebutuhan Investasi Pembangunan SPAM di Kabupaten Kerinci
Tahun 2014 - 2033
No. Program Kegiatan Satuan Biaya (Rp.) Sumber Dana
1. Dukungan Air BakuKebutuhan Air Baku m3/det 12 M APBNPembangunan Uptake danTransmisi Air Baku
m3/det 9 M APBD I/APBD II
2. Peningkatan SPAM IKK
Penambahan Unit Produksi m3/det 8,4 M APBN/APBD IPenambahan JaringanDistribusi
m 36 M APBN/APBD I
Penambahan SambunganRumah
SR 7,5 M APBN/APBD I
3. IKK Baru
Pembangunan Unit Produksi m3/det 75 M APBNPembangunan JaringanDistribusi
m 108 M APBD I/APBD II
Pembangunan SR SR 3,9 M APBD dan PDAMJumlah 259.8 M
Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2013
Jumlah investasi yang dibutuhkan oleh PDAM saat ini adalah sebesar Rp
259.800.000.000,-. Dana investasi tersebut diharapkan dapat diperoleh melalui APBN, APBD
Propinsi, dan APBD Kabupaten. Program investasi tersebut akan dipenuhi dan dipergunakan
melalui tahapan-tahapan, yaitu tahapan I tahun 2014/2018, tahapan II tahun 2019, dan
tahapan III tahun 2024. Melalui pentahapan ini, diharapkan pengolahan PDAM menjadi lebih
bertahap dan menjadi lebih optimal.
8.2. Dasar Penentuan Asumsi KeuanganJumlah dana yang dibutuhkan dalam pengembangan SPAM ini didasarkan pada kondisi
eksisting PDAM Kabupaten Kerinci yang telah disajikan pada bab 3. Selanjutnya, dasar-
dasar penentuan asumsi keuangan ini juga dilandaskan pada rencana pengembangan SPAM
yang telah disajikan pada bab 6. Antara lain dasar penentuan asumsi keuangan adalah :
1. Persentase jumlah penduduk yang belum terlayani.
Dalam menentukan jumlah investasi yang dibutuhkan, persentase penduduk yang
belum terlayani menjadi salah satu dasar dalam menentukan kebutuhan investasi.
Pada saat ini, jumlah penduduk yang terlayani sebanyak 29.475 jiwa atau 13,7 % dari
jumlah penduduk sebanyak 214.036 jiwa. Optimalisasi dan maksimalisasi kebutuhan
penduduk ini dapat terwujud dengan melakukan peningkatan sambungan rumah. Oleh
karena itu, tingkat penduduk yang belum terlayani menjadi dasar kebutuhan investasi.
2. Tingkat Kebocoran Air Yang Tinggi.
Kehilangan air yang diproduksi menyebabkan terjadinya kerugian di PDAM. Jika
kerugian ini terjadi terus menerus, akan berpengaruh pada kelangsungan hidup PDAM.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VIII -3
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Tingkat kehilangan air tersebut salah satunya disebabkan oleh kebocoran air, adanya
jaringan instalasi transmisi/distribusi yang telah rusak dan kemungkinan adanya
sambungan liar. Disamping itu, water meter pelanggan dan water meter induk sudah
tua dan sering rusak. Faktor kebocoran air ini dijadikan sebagai penentu kebutuhan
investasi. Analisis terhadap penyebab kebocoran dilakukan untuk melakukan
penggantian dan perbaikan terhadap prasarana yang bermasalah.
3. PerkembanganKabupatenKerinci
Pesatnya pertumbuhan Kabupaten Kerinci menuntut PDAM untuk dapat memberikan
pelayanan terbaik mereka. Perkembangan tersebut diikuti dengan perkembangan
kebutuhan masyarakat atas air bersih, salah satunya yang dihasilkan oleh PDAM.
Permintaan untuk membuka sambungan baru, menyebabkan dibutuhkan investasi yang
besar untuk memenuhinya. Oleh karena itu, perkembangan perekonomian kabupaten
menjadi factor penentu kebijakan investasi.
4. Peningkatan Kebutuhan Atas Kualitas Dan Kuantitas Air Yang Lebih Baik
Saat ini, PDAM belum dapat mengoperasikan mesin selama 24 jam. Waktu operasi yang
dilakukan hanya mencapai 18 jam. Keterbatasan kemampuan mesin menyebabkan
rendahnya kuantitas air yang lebih baik. Disamping itu, biaya pemeliharan mesin yang
semakin tinggi akan meningkatkan biaya produksi yang akan berpengaruh pada jumlah
laba yang dihasilkan oleh PDAM.
Kualitas air yang baik juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Peningkatan kebutuhan
atas kualitas dan kuantitas air yang lebih baik menyebabkan PDAM harus mengambil
langkah untuk memperoleh tambahan investasi. Investasi tersebut dapat digunakan
sebagai modal untuk memperbaiki mesin-mesin yang sudah terlalu tua, dan memiliki
biaya pemeliharaanyang terlalu tinggi.
8.3. Kondisi TarifBerikut adalah perhitungan tarif rata-rata air dan perhitungan full cost recovery
untuk tahun 2009:
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VIII -4
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Pendapatan, Tarif, dan Harga Pokok
Pendapatan Air
Terdiri dari:1. Rumah tangga
Kelompok 1 846. 275 M3 X 3.192,02 = 2.701.323.660Kelompok 2 137.834 M3 X 4.053,78 = 558.749.140
2. Social 38.485 M3 X 1.248,56 = 48.050.9203. Usaha 92.371 M3 X 6.013,93 = 555.512.8004. Industri 3.485 M3 X 10.952 = 38.170.8005. Instansi Pem/ABRI - M3 X - = -6. HU/MCK/TA 15.482 M3 X 12.642,14 = 60.480.0007. Lain-lain 4.784 M3 X 12.642,14 = 60.480.000
J U M L A H 1.138.716 M3 = 3.994.348.480
Tarif Rata-RataTarif air rata-rata 3.994.348.480 / 1.138.716 = 3.507,77
Pemakaian Rata-RataTerdiri dari:
1. Rumah tanggaKelompok 1 846.275 M3 / 5.359 = 157,92 m3
Kelompok 2 137.834 M3 / 191 = 721,64 m3
2. Social 38.485 M3 / 61 = 630,90 m3
3. Usaha 92.371 M3 / 487 = 189,67 m3
4. Industry 3.485 M3 / 3 = 1.161,67 m3
5. Instansi Pem/ABRI - M3 / - = -6. HU/MCK/TA 15.482 M3 X 12.642,14 = 60.480.000 m3
7. Lain-lain 4.784 M3 / - = -J U M L A H 1.138.716 M3 = 3.994.348.480
Jumlah pemakaian rata-rata pelanggan rumah tangga = 177,32 m3
Jumlah pemakaian rata-rata pelanggan rumah tangga tiap bulan = 14,78 m3
Jumlah pemakaian rata-rata tiap orang = 29,55(jumlah pelanggan rumah tangga dikalikan 6)
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VIII -5
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
STRUKTUR HARGA POKOK (FULL COST RECOVERY)
dalam Rupiah
1. Biaya Usaha1. Biaya l i st r ik 783.078.3052. Biaya bahan bakar 51.023.5003. Biaya penyusutan 1.047.013.8394. Biaya pegawai 571.627.8045. Biaya pemeliharaan 227.127.9506. Biaya bahan k imia 210.197.0007. Biaya usaha la innya 54.149.740
J U M L A H 2.944.218.138
2. Biaya Umum dan Administrasi1. Biaya pegawai 919.493.3992. Biaya bunga dan denda RPD 2.122.262.1783. Biaya penyusutan aktiva tetap 55.220.6264. Biaya penyisihan piutang usaha 250.723.9275. Biaya umum dan adm la innya 959.049.687
J U M L A H 4.306.750.357JUMLAH BIAYA 7.250.968.495
3. Harga Pokok AirJumlah biaya
Jumlah produksi – kebocoran normal (maks. 20%)Rp 7.250.968.495
(2.036.737– (20% x 2.036.737)= Rp 4.450,11
Perhitungan tariff dan struktur harga pokok merupakan perhitungan untuk tahun
2009. Perhitungan tersebut menggambarkan besarnya tarif yang seharusnya
dibebankan kepada masyarakat. Tetapi hal ini tidak terimplementasikan, karena
rendahnya tingkat pendapatan masyarakat Kabupaten Kerinci.
8.4. Hasil Analisis Kelayakan8.4.1. Metoda Penilaian Investasi
Metoda penilaian investasi yang dapat digunakan sebagai dasar kelayakan suatu
investasi, antara lain adalah:
1. Metoda Net Present Value
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih (opeasional maupun terminal cash flow) di masa
yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan
terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Ada beberapa konsep untuk
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VIII -6
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
menghitung tingkat bunga yang dianggap relevan ini. Pada dasarnya tingkat bunga
tersebut adalah tingkat bunga pada saat kita mengganggap keputusan investasi masih
terpisah dari keputusan pembelanjaan ataupun waktu kita mulai mengaitkan
keputusan investasi dengan keputusan pembelanjaan.
2. Metoda Internal Rate of Return
Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi
dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang.
Apabila tingkat bunga ini lebih besar daripada tingkat bunga relevan (tingkat bunga
yang disyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan, kalau lebih kecil
dikatakan merugiakan.
8.4.2. Penilaian Investasi Pengembangan SPAM Kabupaten Kerinci
Berikut adalah informasi terkait penilaian investasi pengembangan SPAM Kabupaten
Kerinci :
Jumlah investasi Rp 108.356.022
Tingkat suku bunga yang disyaratkan 10%
Jangka waktu 15 tahun
Berdasarkan pada informasi tersebut, maka penilaian NPV tersaji dalam tabel
berikut:
TAHUN ARUS KAS 10% NPV1 102.503.182.639,50 0,9090 93.175.393.019,312 128.128.978.299,38 0,8260 105.834.536.075,293 153.754.773.959,26 0,7510 115.469.835.243,404 179.380.569.619,13 0,6830 122.516.929.049,875 205.006.365.279,01 0,6210 127.308.952.838,266 205.006.365.279,01 0,5640 115.623.590.017,367 205.006.365.279,01 0,5130 105.168.265.388,138 205.006.365.279,01 0,4670 95.737.972.585,309 205.006.365.279,01 0,4240 86.922.698.878,30
10 205.006.365.279,01 0,3860 79.132.456.997,7011 205.006.365.279,01 0,3500 71.752.227.847,6512 205.006.365.279,01 0,3190 65.397.030.524,0013 205.006.365.279,01 0,2900 59.451.845.930,9114 205.006.365.279,01 0,2630 53.916.674.068,3815 205.006.365.279,01 0,2390 48.996.521.301,68
1.346.404.929.765,55INVESTASI 108.356.022,00
N P V 1.346.296.573.743,55
Berdasarkan pada hasil perhitungan NPV, terlihat bahwa hasil yang diperoleh
adalah sebesar Rp 1.346.296.573.743,55. Angka ini bernilai positif, yang berarti bahwa
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum VIII -7
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
investasi layak untuk dilaksanakan. Penilaian investasi juga dapat dilakukan dengan
menghitung IRR dari nilai investasi. Berikut adalah hasil perhitungan IRR:
TAHUN ARUS KAS 9% NPV 8% NPV1 102.503.182.639,50 0.9170 93.995.418.480,43 0.9260 86.820.413.935,882 128.128.978.299,38 0.8420 107.884.599.728,08 0.8570 90.700.197.416,523 153.754.773.959,26 0.7720 118.698.685.496,55 0.7940 91.683.049.183,264 179.380.569.619,13 0.7080 127.001.443.290,35 0.7350 90.049.942.851,655 205.006.365.279,01 0.6500 133.254.137.431,36 0.6810 86.697.396.882,866 205.006.365.279,01 0.5960 122.183.793.706,29 0.6300 72.842.861.710,947 205.006.365.279,01 0.5470 112.138.481.807,62 0.5830 61.313.098.721,288 205.006.365.279,01 0.5020 102.913.195.370,06 0.5400 51.698.505.196,069 205.006.365.279,01 0.4600 94.302.928.028,34 0.5000 43.461.349.439,1510 205.006.365.279,01 0.4220 86.512.686.147,74 0.4630 36.638.327.589,9311 205.006.365.279,01 0.3880 79.542.469.728,26 0.4290 30.781.705.746,6412 205.006.365.279,01 0.3560 72.982.266.039,33 0.3970 25.962.621.118,0313 205.006.365.279.01 0.3260 66.832.075.080,96 0.3680 21.878.279.302,5814 205.006.365.279,01 0.2990 61.296.903.218,42 0.3400 18.331.669.183,2515 205.006.365.279,01 0.2750 56.376.750.451,73 0.3150 15.433.904.210,03
1.435.915.834.005,49 823.753.322.488,06INVESTASI 108.356.022,00 108.356.022.00
N P V 1.435.807.477.983,49 823.644.966.466,06
Basis 9 %
IRR = 9 + (Rp 1.435.807.477.983,49 / Rp 612.162.511.517,43) x 1 %
RR = 9 % + 0,59 %
IRR = 11,35 %
Basis 8 %
IRR = 8 % + (Rp 823.644.966.466,06/ Rp
612.162.511.517,43) x 1 %
IRR = 8 % + 1,35 %
IRR = 9,35 %
Nilai IRR lebih besar dan lebih kecil dari 10 %, maka usulan proyek
investasi ini bisa tetap dilaksanakan.
Berdasarkan pada 2 (dua) metoda penilaian investasi, diperoleh hasil
penilaian yang berbeda. Dengan menggunakan NPV disimpulkan bahwa
investasi layak diterima, sedangkan menggunakan IRR menyatakan kalau
investasi layak diterima.
RencanaIndukSistemPenyediaan Air Minum IX -1
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
9.1. Lembaga PenyelenggaraPengembangan kelembagaan/ institusional pengelolaan air bersih merupakan upaya
peningkatan kapasitas institusi pemerintah, swasta dan masyarakat untuk merespon
perubahan/ peningkatan kebutuhan air bersih dimasa kini dan masa yang akan datang.
Adapun tujuan dan sasaran dari pengembangan kelembagaan tersebut antara lain:
Memperjelas tugas pokok dan fungsi serta kinerja lembaga pemerintah daerah
sebagai pengambil kebijakan dan pemberi pelayanan air bersih.
Mengefektifkan struktur lembaga daerah untuk mendukung pembangunan sarana
air bersih.
Memperjelas peran pemerintah dan mengatur sinergi (mitra) dengan pihak swasta
serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan air bersih.
Mengembangkan kapasitas sumberdaya aparat untuk mendukung pelaksanaan
program pembangunan air bersih.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran diatas, maka langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah:
RencanaIndukSistemPenyediaan Air Minum IX -2
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Identifikasi instansi-instansi daerah yang terkait dengan pengelolaan sistem
penyediaan air bersih dalam kota yang telah ada, unit badan pengelolaannya
(PDAM), organisasi, serta jumlah personalianya.
Merangkum semua instansi tersebut beserta tugas dan tanggung jawab
pengelolaannya dalam penyediaan air bersih.
Menentukan kebutuhan pengembangan kelembagaan untuk pengelolaan sistem air
bersih saat ini dan proyeksi 25 tahun mendatang, baik dalam pembangunan
prasarana maupun operasi pelayanannya.
BentukLembaga/OrganisasiPengelola
a. Prasarana dan sarana yang pengelolaan yang diserahkan pada masyarakat, bentuk
pengelolaannya ditunjukkan pada Gambar IX.1.1
b. Bentuk Kelembagaan untuk Sistem Perpipaan dengan Sambungan Rumah, Hidran Umum
dan Kran Umum, ditunjukkan pada Gambar IX.1.2
c. Bentuk Kelembagaan pengelolaan air bersih oleh Pengelola, ditunjukkan pada Gambar
IX.1.3.
Gambar IX.1.1Contoh bentuk Kelembagaan Sistem Non Perpipaan di Masyarakat
KETUAPengelolaan Penyediaan Air Bersih
KETUAPengelolaan Penyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABTEKNIK
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABTEKNIK
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABADMINISTRASI
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABADMINISTRASI
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABKEUANGAN
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABKEUANGAN
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
RencanaIndukSistemPenyediaan Air Minum IX -3
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
KETUAPengelolaan Penyediaan Air Bersih
KETUAPengelolaan Penyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABTEKNIK
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABTEKNIK
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABADMINISTRASI
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABADMINISTRASI
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABKEUANGAN
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABKEUANGAN
Sarana dan PrasaranaPenyediaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABHidran Umum
PENANGGUNGJAWABHidran Umum
PENANGGUNGJAWABPencatatan dan
pembukuan
PENANGGUNGJAWABPencatatan dan
pembukuan
PENANGGUNGJAWABPenagihan/Rekening
Penggunaan Air Bersih
PENANGGUNGJAWABPenagihan/Rekening
Penggunaan Air Bersih
STAFSTAF
PENANGGUNGJAWABKran Umum
PENANGGUNGJAWABKran Umum
PENANGGUNGJAWABSambungan Rumah
PENANGGUNGJAWABSambungan Rumah
Gambar IX.1.2Contoh bentuk Kelembagaan Untuk Sistem Perpipaan dengan SR, HU dan KU
RencanaIndukSistemPenyediaan Air Minum IX -4
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Gambar IX.3.3Contoh bentuk Kelembagaan Untuk Pengelola Pelayanan Air Bersih
9.2. Struktur OrganisasiPelayanan air minum di Kabupaten Kerinci pada awalnya dilaksanakan oleh Proyek
Penyediaan Air Bersih Jambi (PPSAB) Propinsi Jambi yang pada tahun anggaran 1976/1977
dilaksanakan pembangunan Sarana Penyediaan Air Bersih yang berloksi di Kota Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci.
BUPATI
BADAN PENGELOLA
BIDANG TEKNIK BIDANG UMUM
Seksi Produksi danPerawatan
Seksi Transmisi danDistribusi
Seksi Laboratorium
Seksi Personalia
Seksi Keuangan
Seksi HubunganPelanggan
BADAN PENGAWAS
Seksi Perencanaan
RencanaIndukSistemPenyediaan Air Minum IX -5
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
Pada Tahun 1981 dengan Surat Keputusan Menteri Nomor : 104/KPTS/CK/1981 pada
tanggal 10 Nopember 1981 dibentuklah Badan Pengelolaan Air Minum (BPAM), kemudian
pada Tahun 1981/1982 mulai beroperasinya Instalasi Pengolahan Air di Desa Rawang
tepatnya pada bulan September 1982 dengan Kapasitas 20 l/det.
Terbentuknya BPAM ini adalah untuk mempersiapkan wadah organisasi yang dapat
mengelola pelayanan air minum kepada masyarakat secara mandiri, sesuai dengan Surat
Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 28/KPTS/1984 dan Menteri Dalam
Negeri Nomor : 5 Tahun 1984 yang isinya meliputi pedoman-pedoman organisasi, sistem
akuntansi, teknik operasi dan pemeliharaan, teknik perawatan, struktur dan perhitungan
biaya untuk menentukan tarif air minum dan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
Pada saat kondisi keuangan BPAM telah mencapai Break Event Point (BEP) yaitu
pada Tahun 1990/1991, dengan kemampuan keuangan memungkinkan BPAM dialih
statusnya menjadi PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), maka pada Tahun 1990
berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Kerinci Nomor : 10 Tahun 1990
dibentuklah Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti Kabupaten Kerinci yang dikukuhkan
atau disahkan oleh Gubernur KDH Tingkat I Jambi berdasarkan Peraturan Daerah Nomor :
485 Tahun 1990. Yang secara Neraca Pembukuan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti
kabupaten Kerinci dimulai beroperasi pada tanggal 5 Oktober 1991.
Tujuan utama pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kerinci ini untuk
mewujudkan serta meningkatkan pelayanan umum, berupa jasa kepada masyarakat dengan
jalan memenuhi dan mengusahakan kebutuhan air minum yang bersih dan sehat bagi
kesejahteraan masyarakat. Disamping tujuan diatas juga berguna untuk melaksanakan
pembangunan daerah khususnya dan pembangunan Nasional pada umumnya.
Pada tanggal 5 Oktober 1991 sampai dengan sekarang Perusahaan Dearah Air Minum
Tirta Sakti Kabupaten Kerinci dengan bantuan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Kabupaten secara berkesinambungan melalui Direktorat Air Bersih yaitu
Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum melaksanakan
pengembangan dan pembangunan sarana air bersih di Kecamatan-Kecamatan dan
Pedesaan.
RencanaIndukSistemPenyediaan Air Minum IX -6
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
StrukturOrganisasiPDAM TirtaSakti
Gambar IX.2.1Kelembagaan PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci
BUPATI
DIREKTUR UTAMA
DEWANPENGAWAS
BAGIAN UMUM
DIREKTUR UMUM &ADM
DIREKTUR TEKNIK
BAGIAN HUKUM,HUMAS,HUB.LANG
G
BAGIANKEUANGAN
BIDANG TRANSMISI/DISTRIB
BIDANG PRODUKSI
BIDANGPERENCANAAN
CAB. SUNGAI PENUH
CAB. SEMURUP
CAB. SIULAK
CAB. P.TENGAH/JUJUN
CAB. HIANG
CAB. KAYU ARO
CAB. LEMPUR
CAB. TAMIAI
UNIT USAHAAMDK”OEGAR”
SPI
LITBANG
RencanaIndukSistemPenyediaan Air Minum IX -7
Pemerintah Kabupaten KerinciDinas Pekerjaan Umum
9.3. Kebutuhan SDMDari segi sumber daya manusia, PDAM harus dapat meningkatkan kemampuan teknis
dan non teknis karyawannya, serta melakukan penerimaan karyawan baru dengan
mengutamakan kualitas pendidikan dan kompetensi, sehingga tugas-tugas dapat berjalan
dengan baik. Jumlah dan latar belakang pendidikan karyawan yang dimiliki oleh PDAM saat
ini, masih jauh dari kondisi yang ideal, sehingga akan berpengaruh terhadap pelaksanaan
kerja baik dari segi efisiensi maupun efektifitas.
Untukkedepan, segisumberdayamanusia PDAM
harusdapatmeningkatkankemampuanteknis dan non tekniskaryawannya,
sertamelakukanpenerimaankaryawanbarudenganmengutamakankualitaspendidikan dan
kompetensi, sehinggatugas-tugasdapatberjalandenganbaik.Jumlah dan
latarbelakangpendidikankaryawan yang dimilikioleh PDAM saatini, masihjauhdarikondisi
yang ideal, sehinggaakanberpengaruhterhadappelaksanaankerja.
Kebutuhan jumlah pegawai dengan menghitung jumlah rasio 8 per 1000 pelanggan
atau 1 pegawai untuk melayani 125 sambungan rumah (SR).
9.4. Rencana Pengembangan SDMPerlu dibuatkan konsep baru untuk meningkatkan kualitas SDM karyawan PDAM,
dengan melaksanakan sistem magang di salah satu PDAM yang dianggap memiliki prestasi
terbaik.Sistem magang ini dapat dilakukan dengan mengirimkan karyawan untuk mengikuti
pelatihan teknis dan non teknis, secara teori dan praktek lapang. Diharapkan PDAM Tirta
Sakti dapat memberangkatkan karyawannya untuk mengikuti pelatihan dan magang di
salah satu PDAM. Pengiriman karyawan yang akan mengikuti magang dapat dilakukan
secara bertahap, sehingga tidak mengganggu kegiatan operasional di PDAM. Konsep dan
aturan mengenai sistem magang ini dapat di disusun oleh lanjut oleh staf pimpinan PDAM.