Laporan Tutorial Pediatri

42
LAPORAN TUTORIAL BLOK XXI (PEDIATRI) SKENARIO 1 NEONATUS OLEH : KELOMPOK 13 Andreas Peter P.B.S G0010018 Anisa Nur Rahma G000100.. Cherryl Martha C.A.W G000100.. Dhyani Rahma Sari G000100.. Finda Kartika G000100.. Kharisma Setya. H G000101.. Meutia Halida G0010124 M. Faiz K. Anwar G00101.. Rizqi Ahmad N.D G00101.. Wida Pratiwi Oktavia G00101..

description

FKUNS

Transcript of Laporan Tutorial Pediatri

Page 1: Laporan Tutorial Pediatri

LAPORAN TUTORIAL BLOK XXI (PEDIATRI)

SKENARIO 1

NEONATUS

OLEH :

KELOMPOK 13

Andreas Peter P.B.S G0010018

Anisa Nur Rahma G000100..

Cherryl Martha C.A.W G000100..

Dhyani Rahma Sari G000100..

Finda Kartika G000100..

Kharisma Setya. H G000101..

Meutia Halida G0010124

M. Faiz K. Anwar G00101..

Rizqi Ahmad N.D G00101..

Wida Pratiwi Oktavia G00101..

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2013

Page 2: Laporan Tutorial Pediatri

BAB I

PENDAHULUAN

Adik Bayi yang Lucu..

Santi, seorang mahasiswi kedokteran, di ruang bersalin, ia mendapati seorang bayi

laki-laki dengan berat 3,6 kg, panjang 50cm. skor APGAR menit pertama 8, menit kelima 9,

dan menit kesepuluh 10. Santi melakukan pemeriksaan fisik lengkap pada bayi yang baru

lahir tersebut dan semuanya normal. Santi melihat catatan riwayat kesehatan ibu serta riwayat

persalinan. Ia mendapati bayi tersebut dilahirkan secara spontan pada umur kehamilan 39

minggu. Ketuban pecah 3 jam sebelum bayi lahir, warna ketuban jernih, tidak ada

mekoneum. Catatan kesehatan ibu menunjukkan bahwa tanda vital ibu normal, pemeriksaan

TORCH negative, HbsAg negative, gula darah normal, dan HIV negative. Selanjutnya bayi

dan ibunya dibawa ke ruang perawatan untuk dirawat gabung dan diberikan ASI.

Page 3: Laporan Tutorial Pediatri

BAB II

STUDI PUSTAKA DAN DISKUSI

Jump 1

Memahami skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario.

1. Skor APGAR: adalah skor untuk menilai kondissi kesehatan bayi terutama untuk

menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak. Meliputi penilaian kulit,

pernapasan, frekuensi jantung, tonus otot, dan respon refleks.

2. Mekoneum: merupakan bahan yang berlendir bewarna hijau kehitaman di dalam usus

bayi, berisis hasil sekresi hati, kelenjar usus dan cairan amnion.

3. HbsAg: merupakan indikator pemeriksaan untuk mendeteksi adanya infeksi hepatitis

B.

4. TORCH: adalah singkatan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.

5. Bayi lahir secara spontan: adalah kelahiran dari tenaga mengejan dari ibu tanpa

bantuan alat apapun dan tanpa pemberian obat apapun.

6. Ketuban: merupakan selaput yang berisi cairan amnion dan chorion dengan komposisi

98% air dan sisanya bahan organik maupun anorganik. Volume ketuban biasanya 1-

1,5 liter.

Jump 2

Menentukan/mendefinisikan permasalahan.

a. Bagaimana fisiologi dari fetus?

b. Apakah dampak pada bayi akibat proses kehamilan dan persalinan ?

c. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium?

d. Apa saja pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan?

e. Apa saja keuntungan dari rawat gabung?

f. Apa saja manfaat dari ASI?

Page 4: Laporan Tutorial Pediatri

Jump 3

Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai

permasalahan (tersebut dalam langkah 2).

A. Fisiologi Fetus dan Neonatus

1. Fetus

Organ – organ pada fetus mulai berkembang sejak 1 bulan setelah fertilisasi, dan selama

2 bulan berikutnya, sebagian besar organ telah selesai dibentuk. Pembentukkan organ ini

terjadi pada trisemester pertama dan disebut dengan organogenesis. Mulai trisemester

berikutnya, organ – organ pada fetus sudah sama dengan neonatus, namun perkembangan

selularnya belum sempurna. Pada trisemester ini, terjadi penyempurnaan fungsi organ –

organ tubuh fetus. Walaupun demikian, beberapa organ tertentu belum sempurna bahkan saat

lahir, seperti sistem saraf, hati, dan ginjal.

Jantung manusia mulai berdenyut selama minggu ke-4 setelah fertilisasi, berkontraksi 65

x/menit dan meningkat 140 x/menit sebelum lahir. Sel darah merah berinti mulanya dibentuk

dalam yolk sac. Lapisan mesotelial plasenta mulai menghasilkan sel darah merah berinti

mulai minggu ke-3. Hal ini akan diikuti pembentukan sel darah merah tak berinti oleh

mesenkim fetus dan endotelium pembuluh darah fetus pada minggu ke-4 dan ke-5. Kira –

kira mulai minggu ke-10, hati mulai membentuk sel - sel darah dan pada bulan ke-3, limpa

dan jaringan limfoid tubuh mulai membentuk sel darah. Sumsum tulang juga mulai

membentuk sel darah merah dan sel darah putih kira – kira bulan ke-3. Pada 3 bulan terakhir

kehidupan fetus, secara perlahan – lahan produksi sel darah diambil alih oleh sumsum tulang,

kecuali pembentukan sel – sel limfosit dan plasma oleh jaringan limfoid.

Pernafasan tidak dapat terjadi selama kehidupan fetus karena gerakan pernafasan fetus

dihambat. Hal ini mungkin disebabkan (1) kondisi kimia khusus yang terdapat dalam cairan

tubuh fetus, (2) terdapatnya cairan dalam paru fetus, (3) kemungkinan rangsangan yang tidak

diketahui. Penghambatan ini bertujuan supaya paru – paru fetus tidak terisi oleh mekonium.

Sebagian besar refleks kulit pada fetus terbentuk pada bulan ke-3 sampai ke-4

kehamilan. Akan tetapi, fungsinya tetap belum berkembang bahkan saat lahir. Mielinisasi

susunan saraf pusat menjadi sempurna setelah 1 tahun kehidupan postnatal.

Fetus mencerna dan mengabsorbsi sejumlah besar cairan amnion selama pertengahan

masa kehamilan. Pada 2 sampai 3 bulan terakhir kehamilan, fungsi gastrointestinal sudah

mendekati fungsi normal neonatus. Di dalam traktus gastrointestinal sudah dihasilkan

Page 5: Laporan Tutorial Pediatri

mekonium secara terus menerus dan dieksresikan ke cairan amnion. Mekonium sendiri

merupakan residu cairan amnion dan sebagian dari produk – produk ekskretoris dari mukosa

dan kelenjar – kelenjar gastrointestinal.

Ginjal fetus mampu mengeksresikan urin paling sedikit selama akhir pertengahan

kehamilan, dan urinasi secara normal terjadi in utero. Akan tetapi, fungsi ginjal sebagai

kontrol keseimbangan asam basa dan keseimbangan cairan elektrolit belum sempurna,

bahkan saat lahirpun, fungsi ginjal masih belum sempurna. Dibutuhkan kira – kira beberapa

bulan untuk mencapai kesempurnaan fungsi ginjal.

(Guyton and Hall, 1997)

2. Neonatus

Kehidupan intrauterin dengan kehidupan ekstrauterin tentu saja berbeda. Janin saat

masih dalam kandungan masih ditopang oleh ibu melalui plasenta. Ketika kelahiran, terjadi

pemutusan hubungan plasenta dengan ibu, yang berarti hilangnya dukungan terhadap

metabolisme janin. Dalam keadaan seperti ini terjadi beberapa peristiwa penting :

1. Mulai bernafasnya neonatus. Ada beberapa faktor yang menyebabkan bayi baru lahir

secara spontan bernafas :

a. Pada ibu yang melahirkan pervaginam terjadi kompresi pada toraks janin. Hal ini

menyebabkan terjadinya ekspulsi cairan dalam paru keluar dan kemudian terisi

udara.

b. Akibat terputusnya ibu dengan plasenta menyebabkan terjadinya asfiksia ringan.

Hal ini akan memberikan impuls pada pusat – pusat pernafasan untuk mulai

bernafas.

c. Adanya rangsangan dingin, terutama pada bagian wajah yang akan merangsang

pusat pernafasan.

d. Pada bayi yang terlambat bernafas, terjadi hipoksia dan hiperkapnea yang juga

akan memberikan stimulus tambahan terhadap pusat pernafasan.

Tekanan negatif yang kuat diperlukan neonatus untuk pertama kali bernafas.

Setelah paru – paru mengembang, hanya dibutuhkan sedikit tekanan untuk

mengambang dan mengempiskan paru – paru. Selain itu, cairan surfaktan juga

diperlukan untuk menurunkan tegangan permukaan, sehingga dapat

mempermudah pengembangan dan pengempisan paru – paru. Pada bayi – bayi

prematur, terjadi kesulitan bernafas karena cairan surfaktan belum diproduksi

banyak. Akibatnya pada bayi – bayi prematur terjadi kesulitan bernafas.

Page 6: Laporan Tutorial Pediatri

2. Penyesuaian sirkulasi saat kelahiran

Pada saat lahir terjadi perubahan sirkulasi dari sirkulasi fetus ke sirkulasi normal.

Perubahan tersebut menyebabkan penutupan beberapa lubang, yang pada fetus masih

terbuka, yaitu :

a. Penutupan foramen ovale

Penutupan foramen ovale terjadi karena tekanan atrium kanan menjadi rendah

sedangkan tekanan atrium kiri menjadi tinggi. Hal ini menyebabkan darah

mencoba mengalir balik ke atrium kanan melalui foramen ovale. Akibatnya,

katup kecil di atas foramen ovale di sebelah kiri septum atrium akan menutup

ostium ini.

b. Penutupan duktus arteriosus

Penutupan duktus arteriosus karena peningkatan resistensi sistemik sehingga

terjadi peningkatan tekanan aorta sementara terjadi penurunan resistensi paru

sehingga menurunkan tekanan arteri pulmonalis. Akibatnya darah mengalir balik

dari aorta ke arteri pulmonalis. Akan tetapi, beberapa jam kemudian, dinding otot

duktus arteriosus mengalami konstriksi sehingga dalam waktu 1 – 8 jam aliran

darah balik sudah berhenti. Setelah 1 – 4 bulan, duktus arteriosus menutup secara

anatomis karena pertumbuhan jaringan fibrosa dalam lumen duktus.

c. Penutupan duktus venosus

Penutupan duktus venosus terjadi karena kontraksi yang kuat dari duktus ini

sehingga aliran darah akan mengalir ke vena porta kemudian aliran darah ini akan

masuk ke sinus – sinus di hati.

3. Fungsi ginjal

a. Kecepatan asupan dan ekskresi cairan pada bayi 7 kali lebih besar dari orang

dewasa berkaitan dengan berat badan.

b. Kecepatan metabolisme bayi 2 kali lebih besar dari orang dewasa berkaitan

dengan berat badan.

c. Perkembangan fungsional ginjal belum sempurna sampai akhir bulan pertama

kehidupan.

Oleh karena itu, pada bayi sering terjadi dehidrasi, asidosis, dan bahkan kelebihan

cairan (edema).

4. Fungsi hati

Selama beberapa hari pertama kehidupan, fungsi hati masih belum optimal, karena:

Page 7: Laporan Tutorial Pediatri

a. Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat oleh hati neonatus berlangsung

buruk dan oleh karena itu hanya menyekresikan sedikit bilirubin selama beberapa

hari pertama kehidupan.

b. Pembentukan protein plasma oleh hati neonatus mengalami defisiensi, sehingga

konsentrasi protein plasma menurun menjadi 15% – 20%. Bahkan kadang –

kadang konsentrasi protein turun sangat rendah sampai bayi mengalami edema

hipoproteinemia.

c. Fungsi glukoneogenesis hati secara khusus mengalami defisiensi. Akibatnya,

kadar glukosa darah pada neonatus yang tidak diberi makan akan turun sampai

sekitar 30 – 40 mg/dl, dan bayi harus bergantung pada simpanan lemak untuk

energinya sampai pemberian makanan yang cukup.

d. Hati neonatus biasanya juga membentuk sangat sedikit faktor – faktor yang

dibutuhkan darah untuk koagulasi darah normal.

5. Pencernaan, absorpsi, metabolisme energi makanan, dan nutrisi

Pada umumnya pencernaan neonatus dengan anak yang lebih tua sudah sama. Namun

demikian, ada beberapa hal yang membedakan, yaitu :

a. Sekresi amilase pankreas masih kurang, sehingga neonatus kurang kuat dalam

mencerna zat tepung.

b. Absorpsi lemak masih kurang, sehingga susu dengan kandungan lemak yang

tinggi, seperti susu sapi, seringa diabsorpsi kurang baik.

c. Akibat fungsi hati yang belum sempurna, kadar glukosa darah neonatus tidak

stabil dan biasanya rendah.

d. Neonatus secara khusus mampu mensintesis dan menyimpan lemak. Sehingga

dengan diet yang adekuat, sebanyak 90% dari asam amino akan dicerna untuk

digunakan sebagai pembentukan protein tubuh. Ini lebih tinggi dari orang dewasa.

(Guyton and Hall, 1997 dan Meadow, Roy dan Simon Newell, 2002)

B. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

1. APGAR SCORE

• Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5

variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek)

• Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950)

Page 8: Laporan Tutorial Pediatri

Dilakukan pada :

• 1 menit kelahiran

yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan

• Menit ke-5

• Menit ke-10

penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu

tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas

pada masa mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis

SKOR APGAR

TANDA 0 1 2

Appearance Biru,pucat Badan

pucat,tungkai

biru

Semuanya merah

muda

Pulse Tidak teraba < 100 > 100

Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat

Activity Lemas/lumpuh Gerakan

sedikit/fleksi

tungkai

Aktif/fleksi tungkai

baik/reaksi melawan

Respiratory Tidak ada Lambat, tidak

teratur

Baik, menangis kuat

Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2

Nilai tertinggi adalah 10

₋ Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik

₋ Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan

tindakan resusitasi

₋ Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan

resusitasi segera sampai ventilasi

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dimulai dari pengukuran berat badan, panjang

badan dan lingkar kepalanya. Bayi  baru lahir normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

₋ Berat badan 2500 – 4000 gram

Page 9: Laporan Tutorial Pediatri

₋ Panjang badan 48 – 52 cm

₋ Lingkar kepala 33 – 35 cm

₋ Lingkar dada 30 – 38 cm

Selanjutnya pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir yang dilakukan adalah

memeriksa kulit, kepala dan wajah, jantung dan paru-paru, sistem saraf, perut dan alat

kelamin bayi. 

2. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian kulit

Pada jam-jam pertama kehidupan bayi baru lahir, kulit bayi baru lahir biasanya agak

kemerahan. Jari-jari tangan dan kaki nampak agak kebiruan karena sirkulasi darah yang

kurang baik. Pada persalinan normal akan mengakibatkan bentuk kepala bayi  berubah dan

memetap selama beberapa hari. Hal ini disebabkan karena pada persalinan normal yang

keluar dahulu adalah bagian kepala bayi. Sedangkan pada persalinan yang sungsang  anggota

tubuh yang mengalami pembengkakan dan memar adalah bokong, alat kelamin dan kaki

karena bokong keluar lebih dulu.

3. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian kepala

Pada proses persalinan kadang-kadang terjadi perdarahan dari tulang kepala dan

lapisan penutupnya (periosteum) hal ini bisa mengakibatkan timbulnya benjolan di kepala

(sefal hematom) yang akan menghilang dalam beberapa minggu. Selain itu penekanan selama

proses persalinan normal juga bisa menyebabkan memar pada wajah.

Sehingga  wajah terlihat tidak simetris. Tetapi asimetri wajah ini juga bisa disebabkan karena

kerusakan saraf pada wajah dan bisa sembuh dalam beberapa minggu.

4. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian jantung dan paru-paru

Biasanya bayi baru lahir memiliki frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit dan

pernafasan ±  60 - 40 kali/menit. Jantung dan paru-paru perlu dilakukan pemeriksaan untuk

mengetahui adanya kelainan yang biasanya dapat terlihat melalui warna kulit bayi dan

keadaannya secara umum.

5. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian saraf

Pemeriksaan saraf pada bayi baru lahir dilakukan dengan menguji gerak refleks bayi

baru lahir.Bayi baru lahir memiliki 3 gerak refleks yaitu:

Refleks Moro : bila bayi baru lahir dikejutkan, tangan dan kakinya akan

terentang ke depan tubuhnya seperti mencari pegangan,

dengan jari-jari terbuka.

Page 10: Laporan Tutorial Pediatri

Refleks Mencucur : bila salah satu sudut mulut bayi disentuh, bayi akan

memalingkan kepalanya ke sisi tersebut. Refleks ini

membantu bayi baru lahir untuk menemukan putting.

Dan Refleks Menghisap : bila suatu benda diletakkan dalam mulut bayi, maka bayi

akan segera menghisapnya.

6. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian perut

 Pemeriksaan daerah perut dilakukan dengan menilai bentuknya, dan memeriksa

ukuran, bentuk dan posisi alat-alat dalam seperti ginjal, hati dan limpa. Pembesaran ginjal

bisa menunjukkan adanya sumbatan pada aliran keluar dari air kemih.

7. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir bagian kelamin/genitalia

Pada bayi laki-laki testis sudah turun dan memiliki dua pelir lengkap di buah

zakarnya sedang pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora (Johnson,

2005).

C. ASI

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,

psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan

pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur

zat makanan.

ASI adalah sebuah cairan yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam

melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu

berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang

masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang

mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf.

D. Manfaat ASI

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula.

Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang menyusui.

Manfaat ASI bagi bayi:

1. ASI merupakan sumber gizi sempurna

ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan

dan perkembangan kecerdasan bayi.faktor pembentukan sel-sel otak terutama DHA

Page 11: Laporan Tutorial Pediatri

dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama dari susu yang

berbentuk cair) lebih banyak dari casein (protein utama dari susu yang berbentuk

gumpalan).komposisi ini menyebabkan ASI mudah diserap oleh bayi.

2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat dari

ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar zat ini akan turun cepat

sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin dalam jumlah yang cukup

pada usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan menurun, sementara

produksi sendiri belum mencukupi, bisa muncul kesenjangan immunoglobulin pada

bayi. Di sinilah ASI berperan bisa menghilangkan atau setidaknya mengurangi

kesenjangan yang mungkin timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang

mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur.

Colostrum (cairan pertama yang mendahului ASI) mengandung zat immunoglobulin

10 - 17 kali lebih banyak dari ASI.

3. ASI eklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak

Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas

bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama kehidupannya.

Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan otak bayi di antaranya

taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus, laktosa atau hidrat arang utama dari

ASI, dan asam lemak ikatan panjang - antara lain DHA dan AA yang merupakan

asam lemak utama dari ASI.

4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang

disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan menjadi

anak yang berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli lingkungan dan

pandai menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. akan sering

dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak jantung ibu, dan gerakan

pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan sering merasakan situasi seperti

saat dalam kandungan: terlindung, aman dan tenteram.

Manfaat menyusui bagi ibu:

1. Mengurangi resiko kanker payudara

Page 12: Laporan Tutorial Pediatri

Menyusui setidaknya sampai 6 bulan mengurangi kemungkinan ibu menderita

kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur. Perlindungan terhadap kanker

payudara sesuai dengan lama pemberian ASI. Ibu yang menyusui akan terhindar dari

kanker payudara sebanyak 20%-30%. Berdasarkan penelitian dari 30 negara pada

50.000 ibu menyusui dan 97.000 tidak menyusui kemungkinan kejadian kanker

payudara lebih rendah pada ibu menyusui. Jika menyusui lebih dari 2 tahun ibu akan

lebih jarang menderita kanker payudara sebanyak 50% (Roesli, 2007).

2. Metode KB paling aman

Jarak kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang menyusui secara eklusif

daripada yang tidak (Roesli, 2007).

3. Kepraktisan dalam pemberian ASI

ASI dapat segera diberikan pada bayi, segar, siap pakai dan mudah

pemberiannya sehingga tidak terlalu merepotkan ibu.

4. Ekonomis

Dengan memberikan ASI, ibu tidak memerlukan untuk makanan bayi sampai

berumur 4-6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga

untuk membeli susu formula dan peralatannya.

E. Fisiologi laktasi

Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. ASI diproduksi atas hasil kerja

gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi mulai mengisabp ASI, akan terjadi dua

refleks yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau

refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau

disebut juga “let down” reflexs.

Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin.

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar otak.

Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus

laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk

membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk memproduksi hormone prolaktin.

Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI.

Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin.

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon

tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin

akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot di

Page 13: Laporan Tutorial Pediatri

sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya

ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi atau ibunya. Oksitosin dibentuk

lebih cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan

mengalir untuk diisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui

(sebelum bayi mengisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi

mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti

memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.

Efek oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan. Sehingga

dapat membantu mengurangi perdarahan walaupun kadang mengakibatkan nyeri.

F. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi

mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi

mamalia lain yang mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan

kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara

bayi melakukan menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari

payudara.

Menurut Gupta (2007) Inisiasi Menyusu Dini disebut sebagai tahap keempat

persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai 1 jam setelah persalinan, meletakkan bayi

baru lahir dengan menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan tubuhnya namun belum

dibersihkan dan tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan

bayi mendapat kontak kulit dini dengan ibunya, menemukan putting susu dan mendapatkan

asupan kolostrum sebelum ASI keluar.

Inisiasi Menyusu Dini sebenarnya telah dilaksanakan di Indonesia mengacu pada

kebijakan PP-ASI, salah satu diantaranya adalah membantu ibu menyususi bayinya dalam 30

menit setelah melahirkan. Namun kenyataannya belum benar, sebab bayi baru lahir biasanya

sudah dibungkus sebelum diletakan di dada ibunya, akibatnya tidak terjadi skin to skin

contact, bayi bukan menyusu tetapi disusui oleh ibunya dan memaksakan bayi untuk

menyusu sebelum siap untuk disusukan selanjutnya bayi dipisahkan dari ibunya.

Menurut IDAI (2008) refleks menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah

lahir, sedangkan menurut Roesli (2007) bayi menunjukan kesiapan untuk mulai menyusu

setelah 30-40 menit setelah lahir. Tanda-tanda kesiapan bayi untuk menyusu yaitu

Page 14: Laporan Tutorial Pediatri

mengeluarkan suara kecil, menguap, meregang, adanya pergerakan mulut. Selanjutnya

menggerakan tangan ke mulut, timbul refleks rooting, menggerakan kepala dan menangis

sebagai isyarat menyusu dini. Dengan indra peraba, penghidu, penglihatan, pendengaran,

refleks bayi baru lahir bisa menemukan dan menyentuh payudara tanpa bantuan. Hal ini dapat

merevitalisasi pencarian bayi terhadap payudara.

G. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi bayi dan ibu :

a. Meningkatkan refleks menyusu bayi secara optimal

Menyusu pada bayi baru lahir merupakan keterpaduan antara tiga refleks yaitu

refleks mencari (Rooting refleks), refleks menghisap (Sucking refleks), refleks

menelan (Swallowing refleks) dan bernafas. Gerakan menghisap berkaitan dengan

saraf otak nervus ke-5, ke-7 dan ke-12. Gerakan menelan berkaitan dengan nervus

ke-9 dan ke-10. Gerakan tersebut salah satu upaya terpenting bagi individu untuk

mempertahankan hidupnya. Pada masa gestasi 28 minggu gerakan ini sudah cukup

sempurna, sehingga bayi dapat menerima makanan secara oral, namun melakukan

gerakan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah usia gestasi 32-43 minggu, mampu

untuk melakukan dalam waktu yang lama.

b. Menurunkan kejadian hipotermi

Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, kecepatan kehilangan

panas pada tubuh bayi baru lahir ± 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin

dengan suhu 20-25° celcius, suhu kulit tubuh bayi akan turun 0,3° celcius, suhu tubuh

bagian dalam turun 0,1° celcius / menit. Selama periode dini setelah bayi lahir,

biasanya berakibat kehilangan panas komulatif 2-3° celcius. Kehilangan panas ini

terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evavorasi.

c. Menurunkan kejadian asfiksia

Dengan inisiasi menyusu dini, ibu dan bayi menjadi lebih tenang. Hal ini akan

membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil.

d. Menurunkan kejadian hipoglikemi

Menyusu dini membuat bayi menjadi tenang dan frekwensi menangis kurang

sehingga mengurangi pemakaian energi.

e. Meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin

Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan

pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada saat

Page 15: Laporan Tutorial Pediatri

merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus untuk merangsang

kontraksi uterus. Oksitosin akan menyebabkan uterus berkontraksi sehingga

membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya perdarahan post partum.

Oksitosin akan merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks,

euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan mencintai bayinya. Oksitosin

merangsang pengaliran ASI dari payudara.

d. Memfasilitasi bonding attachment

Bonding atau ikatan batin menunjukan perjalinan hubungan orang tua dan bayi

pada saat awal kelahiran. Sebagai individu, orang tua akan mengembangkan

hubungan kasih sayang dengan bayi menurut gaya dan cara mereka. Jam pertama

merupakan saat peka dimana kontak pertama akan mempermudah jalinan batin. Sifat

dan tingkah laku jalinan saling berhubungan yang tercipta antara ibu dan bayi sering

berupa sentuhan halus ibu dengan ujung jarinya pada anggota gerak dan wajah bayi

serta membelai dengan penuh kasih sayang. Sentuhan pada pipi akan membangkitkan

respon berupa gerakan memalingkan wajah ke ibu untuk mengadakan kontak mata

dan mengarah ke payudara disertai gerakan menyondol dan menjilat putting susu

selanjutnya menghisap payudara. Kontak pertama ini harus berlangsung pada jam

pertama setelah kelahirannya. Bayi baru lahir matanya terbuka lebih lama daripada

hari-hari selanjutnya, sehingga paling baik untuk memulai perlekatan dan kontak mata

antara ibu dan bayi.

H. Tatalaksana inisiasi menyusu dini

Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua

tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit baik sebaiknya dibiarkan.

Bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan

kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau

setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi. Jika

belum menemukan puting payudara ibunya dalam satu jam, biarkan kulit bayi tetap

bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. Bayi dipisahkan

dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam menyusu awal. Ibu

dan bayi dirawat gabung dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak

dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.

I. Rawat Gabung

Page 16: Laporan Tutorial Pediatri

Rawat gabung adalah bayi bersama ibunya dirawat dalam satu kamar atau satu

ruangan dan dapat juga diartikan bahwa membuat ibu dan anaknya bergabung daam

satu ruangan atau tempat tidur sama dan dapat mencegah terjadinya infeksi serta akan

meningkatkan keberhasilan pemberian ASI, terutama bila digabungkan dengan

penyediaan pedoman-pedoman pemberian ASI.

J. Tujuan Rawat Gabung

Memberikan bantuan emosional

1). Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi

2).Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman

dalam merawat bayi

b. Penggunaan ASI

1). Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI

ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih

banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara, menetekkan sejak bayi lahir

dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin. Pada hari-hari

pertama, yang keluar adalah colostrums yang jumlahnya sedikit.

2). Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering mungkin

c. Pencegahan infeksi

Mencegah terjadinya infeksi silang, pada perawatan bayi dimana banyak bayi yang

disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah mencegah

infeksi silang.Bayi yang melekat pada kulit ibu akan memperoleh transfer antibodi

dari si ibu. Colostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi akan melapisi

seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga

bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan mencegah infeksi terutama

pada diare.

d. Pendidikan kesehatan

Kesempatan melaksanakan rawat gabung da apat dimanfaatkan untuk memberikan

pendidikan kesehatan pada ibu, terutama primipara.

e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi

K. Manfaat Rawat Gabung

Obat bekerja sebagai hasil interaksi fisiokemikal antar molekul-molekul obat dan

molekul-molekul tubuh resipien/pasien. Reaksi kimia ini dapat mengubah carakerja

Page 17: Laporan Tutorial Pediatri

sel yang selanjutnya dapat menimbulkan perubahan pada perilak jaringan, organ dan

system. Obat memodifikasi fungsi tubuh yang sudah ada .Sebagian besar obat akan

bekerja pada lebih dari satu jenis sel dan dengan demikian menimbulkan efek yang

multiple pada tubuh. Sebagian besar molekul obat bekerja lewat :

1. Reseptor protein pada membrane sel atau di dalam sel

2. Saluran ion di dalam membran sel

3. Enzim-enzim dalam sel atau cairan ekstrasel

Adapun manfaat rawat gabung yaitu:

1. Aspek fisik

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya

untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan saja bayinya

menginginkan (nir-jadwal).

2. Aspek fisiologis

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih

sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, di mana bayi mendapat

nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu, dengan menyusui maka akan

timbul refleks oksitosin yang akan membantu proses fisiologis involusi rahim.

3. Aspek psikologis

Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat

(early infant-mother bonding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya.

4. Aspek Edukatif

Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang baru mempunyai anak pertama) akan

mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu menyusui serta merawat

bayinya bila pulang dari rumah sakit.

5. Aspek Medis

Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinya infeksi

nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun

bayi.

L. Pelaksanaan Rawat Gabung

1. Di poliklinik kebidanan

a. Memberikan Penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan merawat gabung.

b. Memberikan penyuluhan mengenai perawatan payudara, makanan ibu hamil, nifas,

Page 18: Laporan Tutorial Pediatri

perawatan bayi.

c. Mengadakan ceramah, Tanya jawab. Dan motivasi KB.

d. Membantu ibu yang mempunyai masalah dalam kesehatan ibu dan anak sesuai

dengan kemampuan.

2. Di kamar bersalin

Adapun kriteria yang diambil sebagai syarat rawat gabung yaitu:

a. Nilai Apgar lebih dari 7

b. BB lebih dari 2500 gram dan kurang dari 4000 gram

c. Masalah kehamilan lebih dari 36 minggu dan kurang dari 42 minggu

d. Lahir spontan persentasi kepala

e. Ibu sehat

3. Di ruang perawatan

Bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi dan ditempatkan di samping ibu. Pada

waktu berkunjung bayi dan tempat tidurnya di tempatkan ke ruangan lain, perawat

harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali keadaan-keadaan yang

tidak normal, bayi bias menyusu sewaktu ia menginginkan dan bayi tidak boleh

menyusu dari botol.

4. Di ruang follow up

Aktifitas di ruang follow up:

a. Menimbang berat bayi

b. Anamnesis mengenai makanan bayi

c. Cara menyusukan bayi

d. Pemberian imunisasi menurut instruksi dokter

M. Pemeriksaan kehamilan

Pemeriksaan kehamilan minimal dilakukan sebanyak 4 kali yaitu :

Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara

0-3 bulan. Memang biasanya ibu tidak menyadari kehamilan saat awal masa kehamilan,

tetapi sangat diharapkan agar kunjungan pertama kehamilan dilakukan sebelum usia

kehamilan < 12 minggu. Pemeriksaan kehamilan ini cukup dilakukan sekali dan mungkin

berlangsung 30-40 menit.

Pada pemeriksaan kehamilan trimester pertama kalinya anda akan diperiksa :

Riwayat kesehatan anda, disini anda akan diajukan beberapa pertanyaan untuk

mengetahui adanya kelainan genetic, kondisi kesehatan anda (adakah penyakit

kronis), riwayat kehamilan sebelumnya dan keadaan psikososial anda.

Page 19: Laporan Tutorial Pediatri

Penentuan usia kehamilan sebenarnya. Hal ini bisa dilakukan dengan USG

transvaginal atau transabdominal sekalian memastikan adanya janin dalam kandungan

atau dengan menanyakan HPHT (hari pertama haid terakhir) anda.

Pemeriksaan fisik secara umum misalnya tekanan darah, berat badan dan pemeriksaan

fisik lainnya.

Pemeriksaan dalam yaitu pemeriksaan vagina dan leher rahim anda.

Pemeriksaan laboratorium untuk kadar hemoglobin darah, urinalisis (pemeriksaan

urin), golongan darah dan rhesus, TORCH dan tes hepatitis.

1) Tes Darah

Tes darah ini dilakukan untuk memeriksa beberapa hal:

Golongan darah dan skrining antibodi. Golongan darah anda bisa A, B, AB, atau O.

Bisa juga Rh positif atau Rh negatif.

Hematokrit dan hemoglobin. Kedua substansi ini perlu diukur untuk memeriksa

adanya anemia. Jika level kedua substansi ini rendah, maka anda kemungkinan

diberikan suplemen zat besi untuk meningkatkan levelnya.

TORCH (Toxoplasma, Other, Rubella, Cytomegalo virus, Herpes Simpleks)

Sipilis.

Human immunodeficiency virus (HIV). HIV adalah virus yang menyerang sel-sel di

sistem imunitas tubuh yang menyebabkan acquired immuno-deficiency syndrome

(AIDS).

Glukosa.

2) Tes Urin

Tes urin bisa dilakukan pada kunjungan pra-kelahiran anda. Tes ini dilakukan untuk

memeriksa kadar gula dan protein. Walaupun keberadaan gula pada urin adalah normal di

masa kehamilan, kadar gula yang tinggi bisa menandakan kemungkinan diabetes. Protein

pada urin menandakan adanya kemungkinan infeksi saluran kencing atau penyakit pada

ginjal. Di umur kehamilan akhir, bisa menadakan adanya tekanan darah tinggi. Kondisi ini

disebut dengan preeclampsia. Jika kondisi ini terjadi, dapat dilakukan perawatan dan

pengobatan.

3) Test Lainnya

Tes Pap (pap smear) kemungkinan dilakukan untuk memeriksa perubahan yang terjadi pada

panggul yang bisa mengarah pada kanker. Sampel dari sel cervical juga bisa diambil untuk

Page 20: Laporan Tutorial Pediatri

penyakit kelamin menular tertentu, seperti gonorrhea dan infeksi chlamydia. Jika kondisi ini

ditemukan, perawatan dan pengobatan dapat dilakukan. Di akhir kehamilan, anda bisa

melakuan tes untuk grup B streptococcus (GBS). Untuk tes ini, tes usap dilakukan untuk

mengabmil sampel dari derah vagina dan anal. GBS dapat ditularkan kepada bayi di saat

kelahiran dan bisa menyebabkan masalah di minggu pertama kehidupan bayi tersebut.

Antibiotik dapat diberikan pada bayi selama waktu melahirkan untuk mencegah agar bayi

tidak terinfeksi.

4) Tes untuk Cacat Lahir

screening test atau tes penyaringan awal ini sangat mudah untuk dilakukan dan tidak

memberikan resiko pada janin. Terdapat berbagai jenis tes dan bisa dilaukan berdasarkan

tahap atau trimester kehamilan anda. Ibu hamil dapat memilih untuk melakukan tes tunggal

atau tes kombinas. Beberap dari tes ini bisa jadi tidak dapat dilakukan di semua tempat. Jika

hasil dari tes ini menunjukkan adanya peningkatan resiko, maka tes diagnostik bisa

dilakukan. Tes ini memiliki resiko terjadinya kehilangan janin atau fetal loss (2%).

` Screening pada Trimester Pertama

Tes yang dilakukan pada trimester pertama ini adalah tes darah dan pemeriksaan

menggunakan ultrasound atau USG. Penyaringan ini bisa dilakukan sekaligus atau sebagai

bagian dari proses tahap-demi-tahap. Beberapa ibu mungkin tidak perlu melakukan tes lebih

lebih lanjut. Screening Test pada trimester pertama ini dilakukan di minggu 11 dan 14

kehamilan untuk mendeteksi resiko adanya down syndrome dan trisomy 18. Tes darah

dilakukan untuk mengukur tingkat dua substansi berikut di dalam darah sang ibu:

1.    Pregnancy-associated plasma protein-A (PAPP-A)

2.    Human chorionic gonadotropin (hCG)

Sedangkan pemeriksaan USG, atau yang disebut nuchal translucency (NT) screening,

dilakukan untuk mengukur ketebalan dari leher belakang janin. Peningkatan pada bagian ini

dapat memberikan sinyal adanya Down Syndrome, trisomy 18, atau masalah lainnya.

Hasil dari pemeriksaan NT ini digabung dengan hasil dari tes darah dan umur dari sang ibu

untuk menilai resiko pada janin. Pada trimester pertama ini hasil dari seluruh tes tersebut

dapat mendeteksi kemungkinan Down syndrome sebanyak 85% dari seluruh kasus. Ketika

ketebalan nuchal translucency (tungkak) meningkat, maka kemungkinan jani mengalami

cacat pada jantung atau kondisi genetik lainnya.

Screening pada Trimester Kedua

Page 21: Laporan Tutorial Pediatri

Pada trimester kedua, tes yang disebut “multiple marker screening” atau screening

serum maternal bisa dilakukan untuk melakukan penyaringan awal Down syndrome, trisomy

18, atau neural tube defects (cacat selubung syaraf). Test ini dilakukan untuk mengukur kadar

dari tiga atau empat substansi berikut pada darah anda:

1.    Alpha-fetoprotein (AFP) – Substansi yang dibuat oleh janin yang berkembang, yang bisa

ditemukan pada cairan amniotik, darah janin, dan darah sang ibu dalam jumlah yang lebih

sedikit.

2.    Estriol – Hormon yang dibuat oleh plasenta dan ginjal sang janin.

3.    hCG

4.    Inhibin-A – Hormon yang diproduksi oleh plasenta.

Tes yang menggunakan tiga dari substansi awal tersebut disebut triple screen. Ketika

substansi ke empat (inhibin-A) ditambahkan, maka tes disebut sebagai quadruple atau quad

screen. Tes ini biasa dilakukan pada sekitar minggu 15-20 kehamilan. Penting untuk

melakukan tes tersebut pada tahap kehamilan ini (trimester ketiga) karena kadar dari

substansi diukur berubah selama kehamilan. Tes triple screen mendeteksi Down Syndrome

dalam 70% kasua. Tes quad screen mendeteksi Down syndrom dalam 80% kasus. Tes AFP

mendeteksi adanya cacat selubung syaraf pada 80% kasus.

Screening pada Trimester Pertama dan Kedua

Hasil dari tes pada trimester pertama dan kedua bisa digunakan bersamaan untuk

meningkatkan kemampuan pendeteksian Down syndrome. Jika digunakan secara bersamaan

dan bergantung pada tes yang digunakan, 85%-96% dari kasus Down Syndrome dapat

terdeteksi. Dengan tipe tes seperti ini, hasil final tidak dapat diambil sebelum sema tes sudah

dilakukan.

5) Tes Diagnostik

Jika dari hasil screening menunjukkan adanya resiko, tes diagnostik berikut bisa dilakukan:

Amniocentesis. Untuk tes ini, sejumlah kecil cairan amnoitic dan sel diambil dari

kantung yang mengelilingi janin dan diperiksa. Tes ini dilakukan di trimester kedua

kehamilan.

Chorionic Villus Sampling (CVS). Untuk tes ini, sampel kecil dari sel diambil dari

plasenta dan diperiksa. Tes ini dilakukan di trimester pertama kehamilan.

Ultrasound. Tipe pemeriksaan ultrasound ini memberikan gambaran detil dari organ

dan fitur janin.

Page 22: Laporan Tutorial Pediatri

Tes amniocentesis dan CVS memberikan resiko kecil akan kehilangan janin. Dokter anda

akan menjelaskan resiko ini pada anda.

Pemeriksaan kehamilan kedua yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara 4-6

bulan. Biasanya kunjungan kehamilan dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 26

minggu. Pemeriksaan ini mungkin berlangsung 20 menit saja.

Pemeriksaan yang akan dilakukan adalah :

Anamnesa.

Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri

(puncak rahim), detak denyut janin dan pemeriksaan fisik menyeluruh serta

pemeriksaan dalam bila pada kunjungan pertama tidak dilakukan.

Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah

tinggi, gula darah dan hemoglobin terutama bila kunjungan pertama anda dinyatakan

anemia. Anda juga bisa melakukan serangkaian pemeriksaan lainnya yang berguna

dalam mendeteksi dini kelainan dalam janin misalnya alpha feto protein (AFP),

Chorion Villius Sample (CVS), dan amniosintesis.

Pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan USG ini berguna untuk mendeteksi kelainan

bawaan janin, jumlah janin, pergerakan jantung janin, lokasi plasenta (ari-ari), dll.

Pemeriksaan kehamilan ketiga yang dilakukan saat usia kehamilan mencapai 32

minggu. Pemeriksaan ini mungkin memakan waktu 20 menit dengan komposisi pemeriksaan

hampir sama dengan pemeriksaan kedua yaitu :

Anamnesa.

Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri

(puncak rahim), detak denyut janin, pemeriksaan Leopold (pemeriksaan kandungan

melalui perut) dan pemeriksaan fisik menyeluruh.

Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah

tinggi, gula darah dan hemoglobin.

Pemeriksaan kehamilan keempat. Ini merupakan pemeriksaan kehamilan terakhir dan

dilakukan pada usia kehamilan antara 32-36 minggu. Pada pemeriksaan ini akan

dilakukan pemeriksaan :

Anamnesa. Anda akan ditanyakan mengenai kondisi selama kehamilan, keluhan-

keluhan yang muncul, pergerakan janin, dan tanda kontraksi rahim.

Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri

(puncak rahim), detak denyut janin, pemeriksaan Leopold (menentukan letak janin

dalam kandungan),  dan pemeriksaan fisik menyeluruh.

Page 23: Laporan Tutorial Pediatri

Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah

tinggi, gula darah dan hemoglobin.

Jump 4

Menginventarisasi permasalahan-permasalahan dan membuat pernyataan secara

sistematis dan pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalahan pada

langkah 3.

Jump 5

Merumuskan tujuan pembelajaran

a. Bagaimana fisiologi dari fetus?b. Apakah dampak pada bayi akibat proses kehamilan dan persalinan ?

c. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium?

d. Apa saja pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan?

e. Apa saja keuntungan dari rawat gabung?

f. Apa saja manfaat dari ASI?

BB = 3,6 kg

PB = 50 cm

APGAR :

1’ = 8

5’ = 9

10’ = 10

Pemeriksaan fisik normal

BAYI LAKI-LAKI

Riwayat persalinan :

Persalinan spontan

Umur kehamilan 39

minggu

Ketuban pecah 3 jam

sebelum persalinan

Ketuban jernih

Mekoneum (-)

Kesehatan Ibu :

Tanda vital normal

TORCH (-)

HbsAg (-)

Gula darah normal

HIV (-)

Rawat gabung

Pemberian ASI

Keesokan harinya bayi IKTERIK

Page 24: Laporan Tutorial Pediatri

Jump 6

Mengumpulkan informasi baru (belajar mandiri)

Jump 7

Melaporkan, membahas, dan menata kemabali informasi baru yang telah diperoleh

Pada skenario satu ini, Santi, seorang mahasiswa kedokteran mendapatkan dua kasus

yang berbeda. Yang pertama ialah seorang bayi laki-laki dengan berat 3,6 kg dan panjang 50

cm. Kelahiran spontan pada umur kehamilan 39 minggu. Ketuban pecah 3 jam sebelum lahir,

warna ketuban jernih, dan tidak ada mekoneum. Dari segi berat badan dan panjang badan,

bayi tersebut lahir normal. Berat badan bayi baru lahir antara 2,5 – 4 kg dan panjang sekitar

50 cm. Kelahirannya pun aterm atau cukup bulan, antara 28-42 minggu, dan spontan melalui

vagina. Ketuban yang pecah 3 jam sebelum lahir bukan merupakan tanda ketuban pecah dini.

Proses persalinan normal dibagi menjadi 4 kala. Kala pertama merupakan waktu pembukaan

serviks sampai lengkap 10 cm. Kala pertama tersebut memerlukan waktu 13-14 pada

primigravida (wanita hamil pertama kali) dan 7 jam pada multigravida (wanita yang sudah

pernah melahirkan bayi hidup). Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan

telah lengkap. Kemudian dilanjutkan dengan kala dua yaitu kala pengeluaran janin. Jika

ketuban pecah sebelum pembukaan ke-5 maka disebut dengan ketuban pecah dini. Warna

ketuban yang jernih dan tidak ada mekoneum merupakan keadaan yang normal. Mekoneum

merupakan bahan yang berlendir berwarna hijau tua dalam usus bayi yang cukup bulan, yang

merupakan campuran sekresi hati, kelenjar usus, dan sejumlah cairan amnion. Jika

mekoneum ini teraspirasi oleh bayi baru lahir maka dapat terjadi asfiksia pada bayi.

Skor Apgar bayi ini pada menit pertama 8, menit kelima 9, dan menit kesepuluh 10.

Skor Apgar merupakan sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi

kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Skor Apgar dihitung dengan menilai

kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol,

satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan

angka nol hingga 10. Pada bayi ini, skor Apgar menunjukkan peningkatan dari menit

pertama, kelima, dan kesepuluh. Skor Apgar berada diantara 7-10 menunjukkan bayi normal

dan tidak memerlukan tindakan khusus. Jika bayi berada pada skor Apgar 4-6 maka

memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas

Page 25: Laporan Tutorial Pediatri

atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas. Jika bayi berada pada skor Apgar 0-3

maka memerlukan tindakan medis yang lebih intensif.

Pemeriksaan fisik lengkap juga dilakukan pada bayi ini. Pemeriksaan fisik pada bayi

baru lahir meliputi pemeriksaan antropometri (berat badan, panjang badan, lingkar kepala,

lingkar dada), pemeriksaan kulit, kepala, wajah, mata, hidung, mulut, telinga, leher,

klavikula, tangan, dada, abdomen, genitalia, anus dan rectum, tungkai, dan spinal.

Pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dan bertujuan untuk

memastikan normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Dalam

pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila

suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat. Pada pemeriksaan fisik bayi pertama ini

tidak didapatkan kelainan pada organ-organ tersebut.

Selanjutnya bayi dan ibunya dibawa ke ruang perawatan untuk dirawat gabung karena

dari pemeriksaan bayi dalam batas normal dan catatan kesehatan ibu juga menunjukkan tanda

vital ibu normal, pemeriksaan TORCH negatif, HbsAg negatif, gula darah normal, dan HIV

negatif. Rawat gabung merupakan suatu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru

dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24

jam penuh. Tidak semua bayi atau ibu dapat dirawat gabung. Syaratnya adalah:

- Usia kehamilan > 34 minggu dan berat lahir > 1800 gr, berarti refleks menelan dan

menghisap sudah baik

- Nilai apgar pada lima menit 7

- Tidak ada kelainan kongenital yang memerlukan perawatan khusus

- Tidak ada trauma lahir

- Bayi lahir dengan sectio caesaria yang menggunakan pembiusan umum, rawat gabung

dilakukan setelah ibu dan bayi sadar

- Ibu dalam keadaan sehat

Kontraindikasi rawat gabung bagi ibu adalah ibu dengan kelaianan jantung, eklampsia

atau preeklampsia berat, karsinoma payudara, dan psikosis. Sedangkan kontraindikasi rawat

gabung bagi bayi ialah bayi dengan berat lahir sangat rendah, kelainan kongenital berat, dan

bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus.

Keuntungan rawat gabung dari aspek psikologis ialah dengan rawat gabung antara ibu

dan bayi akan terjalin proses lekat (bonding) yang sangat mempengaruhi perkembangan

psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak

diperlukan bayi. Rasa aman, terlindung, dan percaya pada orang lain merupakan dasar

terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Dari aspek fisik, dengan rawat gabung, ibu dengan

Page 26: Laporan Tutorial Pediatri

mudah menyusui kapan saja bayi menginginkannya. Dengan demikian, ASI juga akan cepat

keluar. Dari aspek fisiologi dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang

lebih sering dan menimbulkan refleks prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan

refleks oksitosin yang membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi rahim. Dari

aspek edukatif dengan rawat gabung, ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai

pengalaman menyusui dan merawat bayinya. Dari aspek medis dengan rawat gabung, ibu

merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak petugas sehingga infeksi

nosokomial dapat dicegah.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Perlunya pemeriksaan penunjang baik untuk si ibu sendiri maupun bayi setelah

lahir.

Perlunya edukasi bagi itu tentang peran penting dari ASI dan rawat gabung.

Page 27: Laporan Tutorial Pediatri

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A.Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Guyton, Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hassan, Rusepno dan Husein Alatas (editor).2005.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan

Anak.Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

IDAI. (2008). Bedah ASI, Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Johnson, Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, dan Wiwiek Setiowulan. 2005. Kapita

Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius.

Matondang, C.S., Wahidiyat I., Sastroasmoro S. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta:

Sagung Seto.

Meadow, Roy dan Simon Newell. 2002. Lecture Notes Pediatrica. Jakarta : Erlangga.

Putz, R dan R. Pabst. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Kepala, Leher, Ekstremitas Atas

Jilid I Edisi 22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Roesli, Utami. (2007). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: EGC

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC