Laporan Refleksi Kasus Angina Petktoralis Tak Stabil
Click here to load reader
-
Upload
chi-rahmawati -
Category
Documents
-
view
33 -
download
6
description
Transcript of Laporan Refleksi Kasus Angina Petktoralis Tak Stabil
LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
ANGINA PEKTORIS TAK STABIL
Dokter pembimbing : dr. Widhi, Sp. PD
Disusun oleh : Amalia Afiyatun Nazilah
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
LAPORAN REFLEKSI KASUS 5
1. Rangkuman kasus
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri, terasa ngilu dan
seperti tertindih sejak kemarin, nyeri menjalar sampai ke tangan kiri, hilang
timbul, biasanya nyeri muncul saat beraktifitas/kelelahan. Saat serangan
durasi nyeri dadanya sekitar setengah jam, kadang bisa lebih dari itu. Kadang
mereda dengan istirahat, kadang juga tidak. Pasien tidak mengeluh adanya
sesak nafas, mual, muntah, nyeri kepala. BAK (+) N, BAB (-) sejak 3 hari
yang lalu. Riwayat sebelumnya juga sering seperti ini sejak 1 tahun yang lalu,
terutama saat kelelahan.
Identitas pasien
Nama : Tn. SM
Umur/ JK : 64 th / laki-laki
Alamat : Kejajar
Pekerjaan : Petani
Vital sign
TD : 170/100 mmHg
HR : 68 x/mnt
RR : 24 x/mnt
t : 36,7 ºC
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : CM
Pernafasan : regular
Kepala : CA -/-, SI -/-
Leher : JVP ≠ ↑, PKGB (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : S1>S2, irama regular, bising (-)
Pulmo : SDV +/+, ST (-/-)
Abdomen : supel, timpani, BU (+) N, NT(-)
Ekstremitas : akral hangat ++/++, edema --/--
Diagnosa : Angina Pectoris
2. Perasaan terhadap pengalaman
Kasus Angina Pektoris merupakan kasus yang jarang ditemui di RS,
biasanya pasien yang datang ke RS sudah pada tahap OMI (Old Miocard
Infark). Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri dada kiri yang terasa
ngilu dan berat seperti tertindih, kadang disertai dengan keluhan nyeri yang
menjalar hingga ke tangan kiri. Akan tetapi, pada angina pectoris stabil
biasanya keluhan nyeri dada akan reda dengan sendirinya pada saat istirahat.
Berbeda halnya dengan angina pectoris tidak stabil yang tidak mereda dengan
istirahat.
3. Evaluasi
Apa yang terjadi dengan pasien ini?bagaimana penatalaksaannya?
4. Analisis
Angina pectoris adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia
miokardium. Biasanya mempunyai karakteristik tertentu :
a. Lokasi biasanya di dada, substernal atau sedikit di kirinya, dengan
penjalaran ke leher, rahang, bahu kiri sampai dengan lengan dan jari-jari
bagian ulnar, punggung atau pundak kiri.
b. Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri yang tumpul seperti rasa
tertindih atau berat di dada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari
bawah diafragma, seperti diremas-remas atau dada mau pecah dan
biasanya pada keadaan yang berat disertai keringat dingin dan sesak
nafas, serta perasaan takut mati. Biasanya bukanlah nyeri yang tajam,
seperti rasa ditusuk-tusuk atau diiris, dan bukan pula mulas. Tidak jarang
pasien mengatakan bahwa ia mengatakan merasa tidak enak di dadanya.
Nyeri berhubungan dengan aktifitas, hilang dengan istirahat; tapi tidak
berhubungan dengan gerakan pernafasan atau gerakan dada ke kiri dan
ke kanan.
c. Kuantitas : nyeri yang pertama kali timbul biasanya agak nyata, dari
beberapa menit sampai kurang dari 20 menit. Bila lebih dari 20 menit dan
berat, maka harus dipertimbangkan sebagai angina tidak stabil, sehingga
dimasukkan ke dalam sindrom koroner akut (ACS) yang memerlukan
perawatan khusus. Nyeri dapat dihilangkan dengan nitrogliserin
sublingual dalam hitungan detik sampai menit. Nyeri tidak terus-
menerus, tapi hilang timbul dengan intensitas makin bertambah atau
makin berkurang sampai terkontrol. Nyeri yang berlangsung terus
menerus sepanjang hari, bahkan sampai berhari-hari, biasanya bukanlah
nyeri angina pectoris.
Gradasi beratnya nyeri dada dibuat oleh Canadian Cardiovascular
Society , sebagai berikut :
Kelas I : aktifitas sehari-hari seperti jalan kaki, berkebun, naik
tangga satu sampai dua lantai dan lain-lain tidak menimbulkan nyeri
dada. Nyeri baru timbul pada latihan yang berat, berjalan cepat, serta
terburu-buru waktu, kerja atau bepergian.
Kelas II : aktifitas sehari-hari agak terbatas, misalnya AP timbul bila
melakukan aktifitas lebih berat dari biasanya seperti jalan kaki 2
blok, naik tangga lebih dari 1 lantai atau terburu-buru, berjalan
menanjak.
Kelas III : aktifitas sehari-hari nyata terbatas. AP timbul bila berjalan
1 atau 2 blok, naik tangga 1 lantai dengan kecepatan yang biasa.
Kelas IV : AP timbul waktu istirahat sekalipun. Hampir semua
aktifitas dapat menimbulkan angina, termasuk mandi, menyapu, dan
lain-lain.
Yang dimasukkan dalam angina tak stabil yaitu :
a. Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina
cukup berat dan frekuensi cukup sering, > 3x per hari.
b. Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina
stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit
dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin ringan.
c. Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat.
Menurut pedoman American College of Cardiology (AAC) dan American
Heart Association (AHA) perbedaan angina tak stabil dan infark tanpa elevasi
segmen ST (Non STEMI) ialah apakah iskemia yang timbul cukup berat,
sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada miokardium, sehingga adanya
petanda kerusakan miokardium dapat diperiksa. Diagnosis angina tak stabil
bila pasien mempunyai keluhan iskemia sedangkan tak ada kenaikan troponin
maupun CK-MB, dengan ataupun tanpa perubahan EKG untuk iskemia, seperti
adanya depresi segmen ST ataupun elevasi yang sebentar atau adanya
gelombang T yang negative. Karena kenaikan enzim biasanya dalam waktu 12
jam, maka pada tahap awal serangan, angina tak stabil sering kali tak bisa
dibedakan dari Non-STEMI.
Gambaran klinis angina tak stabil adalah keluhan pasien yang pada
umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina yang
bertambah dari biasa. Nyeri dada pada angina biasa, tapi lebih berat dan lebih
lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktifitas yang
minimal. Nyeri dada dapat disertai dengan keluhan sesak nafas, mual, sampai
muntah, kadang-kadang disertai keringat dingin. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan yang khas.
PENATALAKSANAAN
a. Tindakan umum
Pasien perlu perawatan di RS, sebaiknya di unit intensif coroner, pasien
perlu diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen; pemberian
morfin atau petidin perlu pada pasien yang masih merasakan sakit dada
walaupun sudah mendapat nitrogliserin.
b. Terapi medikamentosa
Nitrat, dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan arteriol
perifer, dengan efek mengurangi preload dan afterload sehingga dapat
mengurangi wall stress dan kebutuhan oksigen.
Penyekat beta, dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokardium
melalui efek penurunan denyut jantung dan daya kontraksi miokardium.
Antagonis kalsium, dibagi dalam 2 golongan besar : golongan
dihidropiridin seperti nifedipin dan golongan non-dihidropiridin seperti
diltiazem dan verapamil. Kedua golongan dapat menyebabkan
vasodilatasi koroner dan menurunkan tekanan darah.
Obat anti agregasi trombosit, merupakan salah satu dasar dalam
pengobatan angina tak stabil maupun infark tanpa elevasi ST segmen. 3
golongan obat anti platelet seperti aspirin, tienopiridin (tiklodipin,
klopidogrel) dan inhibitor GP IIb/IIIa telah terbukti bermanfaat.
Obat anti thrombin, antara lain : Unfractionated Heparin, Low
Molecular Weight Heparin.
Direct Thrombin Inhibitor
Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner
5. Kesimpulan
Angina pectoris adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia
miokardium. Lokasi biasanya di dada, substernal atau sedikit di kirinya.
Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri yang tumpul seperti rasa
tertindih atau berat di dada.
Tindakan umum, pasien perlu perawatan di RS, sebaiknya di unit
intensif coroner, pasien perlu diistirahatkan (bed rest), diberi penenang
dan oksigen.
Terapi medikamentosa : Nitrat, penyekat beta, antagonis kalsium, obat
anti agregasi trombosit, obat anti thrombin, Direct Thrombin Inhibitor,
Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner
6. Daftar pustaka
Trisnohadi, H. B. (2009). Angina Pektoris Tak Stabil. In A. W. Sudoyo,
B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata & S. Setiati (Eds.). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Rahman, A. M. (2009). Angina Pektoris Stabil. In A. W. Sudoyo, B.
Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata & S. Setiati (Eds.). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, jilid III, edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Wonosobo, November 2013
Praktikan, Dokter Pembimbing,
Amalia Afiyatun N dr. Widhi, P. S, Sp. PD