LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI - Kementerian PUPR...NIP : 199409052019031002 BALAI PENDIDIKAN DAN...
Transcript of LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI - Kementerian PUPR...NIP : 199409052019031002 BALAI PENDIDIKAN DAN...
PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH III JAKARTA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI
PENINGKATAN PEMAHAMAN REGISTRASI LEMBAGA
SERTIFIKASI PROFESI DAN LEMBAGA PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN KERJA JASA KONSTRUKSI MELALUI MEDIA
BANNER DI DIREKTORAT BINA KOMPETENSI DAN
PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI
DISUSUN OLEH :
NAMA : RM DANI MOELOEK ARNANSYAH, SE NIP : 199409052019031002
BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH III JAKARTABADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 2
1.2 Maksud .......................................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup .............................................................................................................................. 3
BAB II GAMBARAN UNIT KERJA .............................................................................................4
2.1 Deskripsi Organisasi ..................................................................................................................... 4
2.2 Visi dan Misi Organisasi ............................................................................................................... 4
2.3 Tugas dan Fungsi .......................................................................................................................... 5
2.4 Struktur Organisasi ....................................................................................................................... 6
2.5 Issue ............................................................................................................................................. 7
BAB III DESKRIPSI RANCANGAN AKTUALISASI .................................................................8
3.1 Core Issue ..................................................................................................................................... 8
3.2 Gagasan Penyelesaian Issue .......................................................................................................... 9
3.3 Dampak Issue……………………………….…………………………………...………. 9
3.4 Kegiatan ........................................................................................................................................ 9
3.5 Tahap Kegiatan ........................................................................................................................... 10
3.6 Jadwal Kegiatan .......................................................................................................................... 13
BAB IV PELAKSANAAN AKTUALISASI ................................................................................18
4.1 Lembaga Pendidikan & Pelatihan Kerja Jasa Konstruksi ........................................................... 18
4.2 Persyaratan Registrasi Lembaga Pendidikan & Pelatihan Kerja Bidang Jasa Konstruksi .......... 27
4.3 Menyusun Form Registrasi LPPK .............................................................................................. 34
4.4 Lembaga Sertifikasi Profesi ........................................................................................................ 40
4.5 Permohonan Rekomendasi Menteri PUPR ................................................................................. 46
4.6 Menyusun Form Registrasi LSP ................................................................................................. 51
BAB V ANALISA .........................................................................................................................58
5.1 Analisa Prosedur Mekanisme Registrasi LSP & LPPK .............................................................. 58
BAB VI PENUTUP .......................................................................................................................59
6.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 59
6.2 Saran ........................................................................................................................................... 59
0
PENINGKATAN PEMAHAMAN REGISTRASI LEMBAGA SERTIFIKASI
PROFESI DAN LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA JASA
KONSTRUKSI MELALUI MEDIA BANNER DI DIREKTORAT BINA
KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan instansi
pemerintah untuk memberikan pendidikan dan pelatihan bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS), termasuk di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Tujuannya adalah untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab,
dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Salah satu pelatihan yang
harus diikuti oleh CPNS adalah Pelatihan Dasar CPNS, dimana tujuannya adalah
membentuk PNS yang berkarakter dan dapat melakukan fungsinya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa sesuai dengan kode
etik, kode perilaku, dan peraturan perundang-undangan. Kompetensi yang dibangun
dalam Pelatihan Dasar CPNS adalah PNS sebagai pelayan masyarakat yang profesional,
yang diindikasikan dengan empat kemampuan:
• Menunjukkan sikap perilaku dan disiplin PNS;
• Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam pelaksanaan tugas jabatannya;
• Mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka NKRI; dan
• Menunjukkan penguasaan kompetensi teknis yang dibutuhkan sesuai bidang
tugas.
Pada akhir sistem pembelajaran pelatihan dasar ini, CPNS diharapkan mampu menerapkan
kompetensi yang disebutkan di atas dengan membuat rancangan aktualisasi yang dapat
dilaksanakan pada tahapan habituasi. Rancangan aktualisasi disusun berdasarkan isu yang
terdapat pada lingkungan kerja (sesuai tugas dan fungsi unit kerja) serta terkait dengan
kedudukan dan peran PNS dalam kerangka NKRI (manajemen PNS, pelayanan publik,
dan Whole of Government). Gagasan pemecahan isu dituangkan dalam bentuk kegiatan
yang harus memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai dasar PNS (akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi) dan berkontribusi terhadap
tercapainya visi dan misi organisasi serta berdampak pada penguatan nilai –nilai
organisasi..
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai Lembaga
pemerintah yang melakukan pengadaaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tentunya
juga berkewajiban menyelenggarakan Pelatihan Dasar. Penulis saat ini telah diterima
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) dan ditempatkan pada Direktorat Bina Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi.
1.2 MAKSUD
Maksud dari penyusunan rancangan aktualisasi untuk menginternalisasi dan
mengaktualisasikan nilai – nilai dasar ASN yaitu akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, Anti-Korupsi ( ANEKA ), serta peran dan kedudukan ASN
dalam NKRI. Hal ini bertujuan saat melaksanakan tugas sebagai ASN di Kementerian
PUPR dapat sesuai dengan amanat UU No. 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil Negara
serta sesuai dengan jati diri insan PUPR.
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan laporan rancangan rencana aktualisasi ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan gagasan pemecahan isu berupa rancangan kegiatan aktualisasi
yang akan dilakukan pada tahapan habituasi di unit kerja
2. Peningkatan pemahaman mekanisme registrasi LSP dan LPPK
1.4 RUANG LINGKUP
Focus dari rancangan aktualisasi ini yaitu menginternalisasi dan mengaktualisasikan
akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti-Korupsi ( ANEKA ),
serta peran dan kedudukan ASN dalam NKRI. Sedangkan Focus kegiatannya adalah
Meningkatkan pemahaman registrasi lembaga sertifikasi profesi dan lembaga pendidikan
dan pelatihan kerja jasa konstruksi melalui media banner
Locus dari rancangan aktualisasi ini dilaksanakan pada Direktorat Bina Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi selama 30 hari.
BAB II
GAMBARAN UNIT KERJA
2.1 DESKRIPSI ORGANISASI
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia adalah
kementerian dalam Pemerintah Indonesia dibidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara.
2.2 VISI DAN MISI ORGANISASI
Visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2015-2019
berdasarkan Permen PUPR 13.1/PRT/M/2015 adalah :
"TERWUJUDNYA INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT YANG HANDAL DALAM MENDUKUNG INDONESIA YANG BERDAULAT,
MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG"
Misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang merupakan rumusan
upaya yang akan dilaksanakan selama periode Renstra 2015 – 2019 dalam rangka
mencapai visi serta mendukung upaya pencapaian target pembangunan nasional,
berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 165 Tahun
2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja, amanat RPJMN serta perubahan
kondisi lingkungan strategis yang dinamis adalah sebagai berikut :
1. Mempercepat pembangunan infrastruktur sumber daya air termasuk sumber
daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan
kedaulatan energi.
2. Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung
konektivitas guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan sistem
logistik nasional.
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan
rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak.
4. Mempercepat pembangunan infrastruktur PUPR secara terpadu dari
pinggiran didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan
pembangunan antardaerah.
5. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang pekerjaan umum
dan perumahan rakyat yang meliputi SDM, pengendalian dan pengawasan,
kesekertariatan serta Litbang.
2.3 TUGAS DAN FUNGSI
Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kompetensi
dan produktivitas konstruksi. Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standar, penerapan, pengembangan
kompetensi profesi jasakonstruksi, dan produktivitas konstruksi;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang standar, penerapan, pengembangan
kompetensi profesi jasa konstruksi, dan produktivitas konstruksi;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang standar,
penerapan, pengembangan kompetensi profesi jasa konstruksi, dan
produktivitas konstruksi;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang standar, penerapan,
pengembangan kompetensi profesi jasa konstruksi, dan produktivitas
konstruksi;
e. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang standar, penerapan,
pengembangan kompetensi profesi jasa konstruksi, dan produktivitas
konstruksi; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
2.4 STRUKTUR ORGANISASI
2.5 ISSUE
Selama menjalani OJT di Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi,
terdapat banyak hal terkait tugas dan fungsi yang telah dipelajari, serta isu yang menjadi
penghambat terlaksananya pekerjaan. Berdasarkan Permen PU No.03 Tahun 2019
mengenai organisasi dan tata kerja Kementerian PUPR, Direktorat Jendral Bina
Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi memiliki tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kompetensi dan produktivitas konstruksi
dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Berdasarkan pengamatan selama On the Job Training di Direktorat Bina Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi selama 30 hari, penulis mendapatkan isu diantaranya
1. Kurang pemahaman tetang mekanisme registrasi LSP dan LPPK
2. Kurangnya pemahaman tentang buku saku tenaga konstruksi
3. Tidak adanya skema sertifikasi tenaga kerja konstruksi
BAB III
DESKRIPSI RANCANGAN AKTUALISASI
3.1 CORE ISSUE
Dari ketiga isu di atas, ditentukan core issue yang akan diangkat dengan
menggunakan kriteria analisis USG (Urgency, Seriousnes, dan Growth) yaitu metode yang
menggunakan rentang penilaian (1-5) dari mulai sangat USG sampai sangat USG. Berikut
tabel analisis USG untuk penentuan isu.
Tabel 3. 1 Analisis Issu menggunakan metode USG
No Isu Urgency Seriousness Growth Total
1
Kurang pemahaman tetang mekanisme
registrasi LSP dan LPPK 4 4 4 12
2
Kurangnya pemahaman tentang buku saku
tenaga konstruksi
2 3 3 8
3
Tidak adanya skema sertifikasi tenaga kerja
konstruksi
2 2 3 7
Berdasarkan analisis di atas, core issue yang diangkat adalah Kurangnya pemahaman
tentang mekanisme registrasi LSP & LPPK di Direktorat Bina Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi. Hal ini disebabkan kurang dikenalnya sistem informasi
registrasi LSP dan LPPK.
3.2 GAGASAN PENYELESAIAN ISSUE
Solusi atau gagasan aktualisasi yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan isu
tersebut adalah melalui sosialisasi pemanfaatan sistem informasi mekanisme registrasi
LSP & LPPK melalui pembuatan banner. Penyediaan banner yang informatif mengenai
mekanisme registrasi LSP & LPPK diharapkan dapat membantu ASN dalam
melaksanakan tugas dan fungsi secara efektif dan efisien di Direktorat Bina Kompetensi
dan Produktivitas Konstruksi.
3.3 DAMPAK ISSUE
Dampak yang timbul akibat kurangnya dimanfaatkan Sistem Informasi Mekanisme
registrasi LSP & LPPK adalah terhambatnya tentang informasi mekanisme registrasi
LSP & LPPK dengan tepat dan benar.
3.4 KEGIATAN
Kampanye pemanfaatan sistem mekanisme registrasi LSP & LPPK melalui
pembuatan banner menjadi gagasan aktualisasi yang solutif pada isu terpilih. Proses
informasi registrasi LSP & LPPK akan terbagi dalam beberapa kegiatan yang kemudian
terbagi kembali dalam tahapan kegiatan. Berikut merupakan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan :
1. Melakukan konsultasi judul rancangan aktualisasi
2. Mengumpulkan data LSP & LPPK dan prosedur registrasi LSP & LPPK
3. Menentukan jenis media sosialisasi registrasi LSP & LPPK
4. Menyusun dan membuat rancangan pembuatan X-Banner mekanisme registrasi.
3.5 TAHAPAN KEGIATAN
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil Keterkaitan Substansi dengan
ANEKA dan Peran PNS
Kontribusi
Terhadap Visi /
Misi Organisasi
Penguatan Nilai Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Melakukan konsultasi
judul rancangan
aktualisasi
a. Berkonsultasi dengan
mentor
b. Mencari list issue
c. Menentukan Issue dan
Judul
Issue dan Judul
rancangan
aktualisasi
a. Etika Publik (Dalam
berkonsultasi dengan
mentor dilakukan
secara santun, ramah,
dan hormat)
b. Komitmen Mutu
(Dalam pencapaian
output terdapat unsur
kreatif dan inovatif)
c. Whole of Govermment
(Dalam pencapaian
output terdapat unsur
kolaborasi )
d. Pelayanan Publik (
Untuk bertemu mentor
harus berjanji terlebih
dahulu )
Penyediaan
banner yang
informatif
mengenai
mekanisme
registrasi LSP &
LPPK diharapkan
dapat
berkontribusi
pada tugas dan
fungsi bimbingan
teknis dan
supervisi di
bidang standar,
penerapan,
pengembangan,
kompetensi
profesi
di Direktorat
Bina Kompetensi
dan Produktivitas
Konstruksi
secara efektif dan
efisien
Penyediaan banner yang
informatif mengenai
mekanisme registrasi LSP
& LPPK diharapkan dapat
berkontribusi pada tugas
dan fungsi secara efektif
dan efisien merupakan
penguatan nilai
organisasi ;
a. Profesional (adanya
peningkatan
kompetensi sdm)
b. Intergritas (banner di
siapkan berdasarkan
hasil konsultasi
bersama)
c. Visioner (melalui
informasi banner
dapat meningkatkan
pemahaman
stakeholder sehingga
kedepan lebih cepat
dalam melakukan
registrasi
2 Mengumpulkan data
LSP & LPPK &
prosedur registrasi LSP
& LPPK
a. Mencari data LSP & LPPK
melalui website
b. Mencari prosedur
registrasi LSP & LPPK
a. Data LSP
& LPPK
b. Prosedur
registrasi
LSP &
LPPK
a. Etika Publik (Dalam
bertanya dengan
pegawai lain dilakukan
secara santun, ramah,
dan hormat)
b. Komitmen Mutu
(Dalam pencapaian
output terdapat unsur
kreatif dan inovatif)
3 Menentukan jenis
media sosialisasi
mekanisme registrasi
LSP & LPPK
a. Konsultasi dengan mentor
tentang media sosialisasi
yang akan dibuat
b. Mengajukan beberapa jnis
media social
Memutuskan
media
sosialisai
a. Etika Publik(Dalam
berkonsultasi dengan
mentor dilakukan
secara santun, ramah,
dan hormat)
b. Komitmen
Mutu(Dalam
pencapaian output
terdapat unsur kreatif
dan inovatif)
c. Whole of Govermment
(Dalam pencapaian
output terdapat unsur
kolaborasi )
4 Menyusun dan membuat rancangan pembuatan X-Banner
mekanisme registrasi
LSP & LPPK
a. Membuat skema kegiatan
registrasi berdasarkan
Formulir LSP & LPPK
b. Mengidentifikasi
stakeholder dan tugasnya
berdasarkan skema
kegiatan LSP & LPPK
c. Berdiskusi dan konfirmasi
dengan staff, atasan,
dan/atau mentor terkait
rancangan X- Banner yang
komunikatif dan menarik
X- Banner
berdasarkan
skema
registrasi yang
berpedoman
pada Formulir
Kegiatan LSP
& LPPK
a. Akuntabilitas
(mampu memilih
contoh banner
yang tepat dan
benar)
b. Etika Publik(
berkonsultasi
dengan design
banner di lakukan
secara ramah)
d. Menyusun dan membuat
X- Banner dengan bantuan
software menggunakan
rancangan final yang telah
mendapat persetujuan dari
mentor
c. Komitmen Mutu
(Dalam pencapaian
output terdapat
unsur kreatif dan
inovatif)
3.6 JADWAL KEGIATAN
No. Kegiatan
SEPTEMBER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1
Melakukan
konsultasi judul
rancangan
aktualisasi
2
Mengumpulkan data
LSP & LPPK serta
prosedur registrasi
LSP & LPPK
3
Menentukan jenis
media sosialisasi
mekanisme registrasi
LSP & LPPK
4
Menyusun dan
membuat media
mekanisme registrasi
LSP & LPPK (X-
Banner)
5
Mensosialisasikan
mekanisme registrasi
LSP & LPPK
BAB IV
PELAKSANAAN AKTUALISASI
4.1 Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja Jasa Konstruksi
Seiring dengan meningkatnya volume pembangunan infrastruktur, maka bertambah pula
kebutuhan terhadap tenaga kerja konstruksi yang kompeten. Pembinaan tenaga kerja
konstruksi menjadi semakin kuat kedudukannya dengan lahirnya UU No. 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi. Amanat UU No. 2 Tahun 2017 pasal 4 menyatakan bahwa
Pemerintah Pusat bertanggung Jawab atas meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan
produktivitas tenaga kerja konstruksi Nasional. Tanggung jawab tersebut dilaksanakan
oleh Menteri, berkoordinasi dengan menteri teknis terkait. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan memberdayakan Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan Kerja (LPPK) Bidang Jasa Konstruksi.
Berkaitan dengan hal tersebut, secara tegas dalam pasal 69 ayat 4, 5, 6 dan 7 menyatakan
bahwa pelatihan tenaga kerja konstruksi diselenggarakan oleh LPPK sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat selanjutnya menyatakan bahwa LPPK
diregistrasi oleh Menteri. Menteri melakukan registrasi terhadap LPPK yang telah
memiliki izin dan/atau terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi LPPK diatur
dalam Peraturan Menteri.
Selain Undang- Undang No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi acuan pelaksanaan
lain yang digunakan adalah Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 17 Tahun 2016
tentang Tata Cara Perijinan dan Pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja. Kementerian
PUPR melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi saat ini sedang menyusun draft Permen
PUPR tentang Tata Cara Registrasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja Bidang Jasa
Konstruksi. Permen tersebut merupakan penjabaran dari amanat Undang Undang Jasa
Konstruksi pasal 69 ayat 7. Draft Permen tersebut tidak hanya mengatur tentang tata cara
registrasi LPPK saja, tetapi juga mengatur tentang penyelenggaraan pelatihan berbasis
kompetensi bidang jasa konstruksi oleh LPPK, evaluasi dan pelaporan pelatihan yang
diselenggarakan LPPK, pemberdayaan dan pengawasan LPPK, hingga persoalan
pencabutan registrasi LPPK. LPPK dapat berasal dari instansi pemerintah, asosiasi profesi,
asosiasi perusahaan, swasta berbadan hukum termasuk asing, atau perseorangan yang
memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang jasa
konstruksi.
Saat ini registrasi LPPK secara umum masih ditangani oleh Kementerian
Ketenagakerjaan, biasanya LPPK berbentuk BLK/UPT/UPTD dibawah pembinaan
Kementerian Ketenagakerjaan. Data dari Kementerian Ketenagakerjaan c.q Dirjen
Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalatas) pada Maret 2018 menyatakan bahwa
BLK/UPT/UPTD yang terdaftar di Kementerian Ketenagakerjaan ada 171 lembaga,
dengan jenis jurusan yang sangat beragam, yaitu: Teknologi Mekanik, Listrik, Otomotif,
Tata Niaga, Bangunan, Pertanian dan Aneka Kejuruan lainnya. Satu BLK/UPT/UPTD
bisa memiliki beberapa jurusan. Total jumlah jurusan mencapai 1.023 jurusan, dimana
jurusan Konstruksi atau Bangunan adalah ± 12% nya atau diselenggarakan oleh 119
BLK/UPT/UPTD. Secara rinci tergambar dalam grafik berikut ini:
Sumber: Ditjen Binalatas, Kementerian Ketenagakerjaan, Maret 2018
Gambar 1. Peta jurusan pada BLK/UPT/UPTD
Namun dalam terminologi Kementerian Ketenagakerjaan, jurusan di bidang Bangunan
meliputi Furniture, Konstruksi Batu dan Beton, Survey dan Pemetaan, Gambar Bangunan,
Konstruksi Kayu, Konstruksi Baja Ringan dan Pekerjaan Gypsum. Penelusuran lebih
lanjut dilakukan pengecekan terhadap BLK/ UPT/UPTD yang benar-benar konstruksi.
Hasilnya hanya ada 76 BLK/UPT/UPTD yang bergerak dalam bidang konstruksi dengan
mengecualikan jurusan Furniture. Terdapat 102 jurusan di bidang Bangunan yang
diselenggarakan oleh 76 BLK/UPT/UPTD tersebut, karena banyak yang
menyelenggarakan lebih dari 1 jurusan dalam 1 BLK/UPT/UPTD. Tiga jurusan yang
paling banyak diselenggarakan adalah Konstruksi Kayu (37%), disusul kemudian
Konstruksi Batu dan Beton (27%) serta Gambar Bangunan (26%).
15%
15%
16%15%
12%
11%
16%
Peta Jurusan pada BLK/UPT/UPTD
TEKNOLOGI MEKANIK
LISTRIK
Otomotif
TATA NIAGA
Bangunan
PERTANIAN
ANEKA KEJURUAN
27%
6%
26%
37%1%
3%
Peta Jurusan Bidang Bangunan pada BLK/UPT/UPTD
Konstruksi Batu dan Beton
Survey dan Pemetaan
gambar bangunan
konstruksi Kayu
Survey dan Pemetaan
konstruksi baja ringan
Sumber: Ditjen Binalatas, Kementerian Ketenagakerjaan, Maret 2018
Gambar 2. Peta jurusan bidang bangunan pada BLK/UPT/UPTD
Data dasar tersebut belum sepenuhnya menggambarkan kesiapan LPPK bidang konstruksi
sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mulai dari kelembagaan LPPK,
operasional LPPK, kapasitas per tahun dari LPPK, fasilitas atau sarana dan prasarana yang
dimiliki LPPK, SKKNI dan modul yang digunakan LPPK, serta tenaga pendidik
(instruktur). Hal ini mendesak untuk dilaksanakan mengingat kedepan LPPK menjadi
tumpuan bagi tercetaknya tenaga kerja konstruksi yang kompeten. Kelonggaran aturan
tentang pendirian dan operasionalisasi LPPK, pada satu sisi menjadi pendorong berdirinya
LPPK, tetapi pada sisi yang lain bisa menjadi boomerang tersendiri jika mengabaikan
mutu, sehingga proses registrasi harus berjalan sesuai aturan tanpa tanpa pandang bulu.
Selain itu, monitoring dan evaluasi wajib dilakukan secara berkala sebagai penerapan
fungsi kontrolnya. Dengan kondisi yang ada memungkinkan banyaknya LPPK yang akan
mengajukan registrasi di Kementerian PUPR. Kondisi ini harus secara dini diantisipasi
agar lembaga baru yang muncul bukan menambah masalah baru namun akan semakin
mewarnai dunia konstruksi apalagi jika jurusan di bidang konstruksinya semakin beragam.
Survei pendahuluan terhadap kondisi LPPK maupun kepada penyedia jasa sudah dirintis
oleh Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi, Ditjen Bina Konstruksi
pada periode Mei s.d Juli 2017 kepada (1) B2PTKLN CEVEST Bekasi; (2) BLK Padang
Panjang; (3) BLK Surabaya; (4) Balai Jasa Konstruksi Wilayah II Palembang; (5) PT.
Nindya Karya; dan (6) PT. Pembangunan Perumahan. Survei meliputi rata-rata program
pelatihan yang diselenggarakan per tahun, jumlah tenaga kerja yang sudah dilatih,
ketersediaan instruktur, ketersediaan tempat praktik kerja, kepemilikan SKKNI, modul
dan program pelatihan dan kompetensi yang dimiliki LPPK. Hasilnya cukup beragam,
yang pada intinya masih banyak hal yang perlu dibenahi LPPK, terutama pada sisi
penggunaan SKKNI, modul dan standarisasi untuk penyelenggaraan pelatihan. Pembinaan
kepada LPPK berupa pemberdayaan oleh Ditjen Bina Konstruksi sangat diperlukan.
Pemberdayaan dapat dilakukan melalui Balai Jasa Konstruksi Wilayah dalam bentuk:
a. Bantuan penyusunan standar kompetensi kerja dan materi pelatihan;
b. Bantuan penyiapan program pelatihan berbasis kompetensi;
c. Bantuan sumber daya instruktur pelatihan serta manajer pelatihan (course
director/CD); dan
d. Bantuan pelaksanaan pelatihan tenaga kerja konstruksi yang bersifat strategis
dan/atau pelatihan percontohan.
Program pemberdayaan sebagaimana di atas, harus dibarengi dengan pengawasan. Hal ini
untuk meningkatkan mutu LPPK yang dampaknya akan meningkatkan mutu
penyelenggaraan pelatihan dan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu
lulusan. Monitoring dan evaluasi harus teerus dilakukan untuk memantau dalam hal LPPK
mempertahankan persyaratan yang telah dipenuhi pada saat registrasi. Semoga ke depan
banyak bermunculan LPPK Bidang Jasa Konstruksi yang berkualitas.
Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) dan Lembaga Kursus & Pelatihan (LKP) yang akan
melakukan registrasi sebagai Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Konstruksi ( LPPK ) di
Kementerian PUPR secara tertib dan mengikuti prosedur.
Tujuan mekanisme registrasi ini adalah
a. Mendorong LPPK dan LSP agar mampu melakukan registrasi sesuai dengan
ketentuan perundangan yang berlaku.
b. Mendorong agar LPPK yang telah mempunyai sumber daya dan metode yang
memadai mampu melakukan pelatihan secara efektif dan efisien berdasarkan
standar kompetensi kerja, terdata/tercatat dan terpantau secara nasional dalam
sistem informasi teritegrasi.
c. Mendorong LPPK yang sudah diregistrasi agar dapat meningkatkan mutu dan
kemampuannya untuk melakukan pelatihan berbasis kompetensi.
Dalam Panduan registrasi LPPK ini yang dimaksud dengan:
a. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja yang selanjutnya disebut LPPK
adalah instansi pemerintah, asosiasi profesi, asosiasi perusahaan, swasta
berbadan hukum termasuk asing, atau perseorangan yang memenuhi
persyaratan untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang jasa
konstruksi.
b. Pelatihan Berbasis Kompetensi yang selanjutnya disebut PBK adalah pelatihan
kerja yang menitik beratkan pada penguasaan kemampuan kerja yang
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai dengan stándar
dan persyaratan yang ditetapkan ditempat kerja.
c. Registrasi adalah proses pencatatan untuk pangkalan data lembaga pendidikan
dan pelatihan kerja dalam rangka pengembangan tenaga kerja konstruksi.
d. Menteri adalah Menteri yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
e. Direktur Jenderal yang selanjutnya disebut Dirjen adalah Direktur Jenderal
yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pembinaan jasa konstruksi.
f. Sekretariat Registrasi adalah unit yang dibentuk oleh Dirjen untuk melakukan
registrasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja Bidang Jasa Konstruksi.
Keterkaitan dengan UU No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
a. UU No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi : Pasal 5 Ayat 4 (Kewenangan
Pemerintah Pusat)
Undang – undang No. 2 Tahun 2017 tentang jasa konstruksi pada pasal 5 ayat (4)
menyatakan bahwa Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
1. Mengembangkan standar kompetensi kerja dan Pelatihan Jasa Konstruksi;
2. memberdayakan lembaga pendidikan dan Pelatihan kerja konstruksi nasional;
3. menyelenggarakan Pelatihan tenaga kerja konstruksi strategis dan percontohan;
4. menyelenggarakan pengawasan sistem Sertifikasi, Pelatihan, dan standar
remunerasi minimal bagi tenaga kerja konstruksi;
5. menyelenggarakan registrasi pengalaman profesional tenaga kerja konstruksi
serta lembaga pendidikan dan Pelatihan kerja di bidang konstruksi;
6. menyelenggarakan penyetaraan tenaga kerja konstruksi asing; dan membentuk
lembaga sertifikasi profesi untuk melaksanakan tugas sertifikasi kompetensi
kerja yang belum dapat dilakukan lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk
oleh asosiasi profesi atau lembaga pendidikan dan pelatihan.
b. Undang-undang no 2 2017 Pasal 69 tentang Pelatihan Tenaga Kerja Konstruksi
Undang-undang no 2 2017 Pasal 69 tentang Pelatihan Tenaga Kerja Konstruksi
disebutkan bahwa:
1. Pelatihan tenaga kerja konstruksi diselenggarakan dengan metode Pelatihan
kerja yang relevan, efektif, dan efisien sesuai dengan Standar Kompetensi
Kerja.
2. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
meningkatkan produktivitas kerja.
3. Standar Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pelatihan tenaga kerja konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan Pelatihan kerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Lembaga pendidikan dan Pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) diregistrasi oleh Menteri.
6. Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) melakukan registrasi terhadap
lembaga pendidikan dan Pelatihan kerja yang telah memiliki izin dan/atau
terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi lembaga pendidikan dan
Pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan
Menteri.
c. Undang-undang no 2 2017 Pasal 71 tentang Sertifikasi Kompetensi Kerja
Undang-undang no 2 2017 Pasal 71 tentang Sertifikasi Kompetensi Kerja menyebutkan
bahwa :
1. Lembaga Sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (5) dapat
dibentuk oleh:
a. asosiasi profesi terakreditasi; dan
b. lembaga pendidikan dan Pelatihan yang memenuhi syarat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Akreditasi terhadap asosiasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diberikan oleh Menteri kepada asosiasi profesi yang memenuhi persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara akreditasi asosiasi profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan tata cara Menteri melakukan Sertifikasi Kompetensi
Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.
Syarat Perijinan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan kerja;
Syarat Perijinan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan kerja menurut Peraturan Menteri
Tenaga Ketenagakerjaan Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Tata cara perijinan dan
Pendaftaran Lembaha Pelatihan kerja dengan cara mengajukan permohonan secara tertulis
kepada Kadinaker Kab/Kota, dengan melampirkan :.
a. Copy akte pendirian dan/atau perubahan sebagai badan hukum dan tanda bukti
pengesahan dari insatansi yang berwenang (AKTA YAYASAN / PT/
KOPERASI YG BER – SK KEMENKUMHAM)
b. Daftar nama yang dilengkapi dengan riwayat hidup penanggungjawab LPK;
c. CV (Daftar Riwayat Hidup) Penanggung Jawab LPK Yang Terlampir Di
Akta.
d. KTP
e. Pasfoto 4x6 Berlatar Merah
f. Copy NPWP ATAS NAMA AKTA
g. Copy tanda bukti kepemilikan atau penguasaan sarana, prasarana dan fasilitas
pelatihan kerja untuk sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sesuai dengan
program pelatihan yang akan diselenggarakan;
h. Surat keterangan domisili
i. program pelatihan kerja berbasis kompetensi;
j. profil LPK yang meliputi antara lain:
✓ Struktur organisasi dan uraian tugas;
✓ Daftar instruktur dan tenaga kepelatihan, bersertifikat kompeten;
✓ Program kerja lpk dan rencana pembiayaan selama 3 tahun.
✓ Program pelatihan berbasis kompetensi yang akan diselenggarakan;
✓ Kapasitas pelatihan pertahun;
✓ Daftar sarana dan prasarana pelatihan yang sesuai dengan program pelatihan
yang akan diselenggarakan
4.2 PERSYARATAN REGISTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KERJA BIDANG JASA KONSTRUKSI
Mekanisme registrasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja (LPPK) Merupakan
mekanisme registrasi yang disusun sebagai petunjuk pelaksanaan yang lebih rinci dari
rancangan peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Tata Cara
Registrasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja Bidang Jasa Konstruksi. Dalam Hal
Ini kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat tidak mengatur terkait pendirian
LPPK namun mengatur registrasi LPPK bidang jasa Konstruksi.
Menurut UU nomor 2 tahun 2017 tentang jasa konstruksi, Menteri melakukan registrasi
kepada LPPK yang telah memiliki izi dan/atau akreditasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Menteri menunjuk Dirjen
untuk membentuk sekretariat Registrasi.
Sekretariat Registrasi bertanggung jawab dalam melakukan verifikasi dan validasi
Dokumen. Adapun tugas dan tanggungjawab sekretariat registrasi adalah sebagai berikut:
(1) Melakukan administrasi registrasi berupa:
a. Melayani pendaftaran dan memberikan informasi proses registrasi;
b. Memberikan layanan konsultasi serta informasi lainnya yang berkaitan dengan
registrasi LPPK;
c. Memberikan informasi tentang kekurangan data kelengkapan registrasi;
d. Memberikan informasi hasil penilaian data LPPK pemohon yang belum bisa
diberikan verifikasi, dan/atau validasi data pendukung yang belum memenuhi
persyaratan;
e. Memberikan informasi sosialisasi program registrasi, pembinaan kepada LPPK;
dan
f. Memberikan informasi telah selesainya Sertifikat Registrasi kepada LPPK
pemohon.
(2) Melakukan pengecekan kelengkapan data LPPK pemohon berupa:
a. Melaksanakan pengecekan data-data administrasi LPPK;
b. Melakukan inventarisasi ringkas pengalaman penyelenggaraan pelatihan
pendidikan dan pengalaman kerja lainnya yang relevan;
c. Memberikan catatan kekurangan data persyaratan registrasi serta catatan
penting lainnya yang relevan dengan persyaratan registrasi; dan
d. Memberikan rekomendasi registrasi LPPK.
(3) Melaksanakan penilaian data LPPK:
a. Melaksanakan penilaian dan penelitian atas kualitas atau kebenaran data
pendukung persyaratan registrasi LPPK pemohon;
b. Memberikan penilaian atas pengalaman kerja dan data pendukungnya yang bisa
dipertanggung jawabkan kebenarannya;
c. Memberikan catatan dan rekomendasi LPPK tertentu untuk diikutsertakan
dalam program pembinaan berdasarkan pengalaman kegiatan pelatihan dan
pengalaman kerja lainnya yang relevan; dan
d. Menyampaikan data hasil-hasil penelitian dan rekomendasi kepada pengelola
database dan sistem informasi
(4) Melaksanakan tugas-tugas administrasi kesekretariatan:
a. Melaksanakan koordinasi operasional pengelolaan administrasi pendaftaran,
layanan informasi, pengecekan dan penilaian data, rekomendasi pembinaan
serta penyusunan database, koresponden, dan kearsipan;
b. Melaksanakan pengelolaan kesekretariatan, administrasi pendaftaran format
registrasi, penilaian data, dan rekomendasi;
c. Menyusun Rencana Anggaran Biaya registrasi Sekretariat Registrasi; dan
d. Menyusun laporan kegiatan Sekretariat Registrasi kepada Menteri.
(5) Dalam melaksanakan tugasnya Sekretariat Registrasi dibantu oleh Balai Jasa
Konstruksi Wilayah dan unit pemerintah provinsi yang bertanggung jawab
terhadap pengembangan Jasa Konstruksi di daerah.
(6) Balai Jasa Konstruksi Wilayah selaku pembantu sekretariat registrasi dapat
melakukan pendaftaran dan membantu verifikasi data dari Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan Kerja pemohon menggunakan format pendaftaran dan registrasi
yang telah ditetapkan oleh Sekretariat Registrasi.
(7) Balai Jasa Konstruksi Wilayah melayani pendaftaran dan verifikasi data LPPK
pemohon yang berdomisili di provinsi-provinsi dalam lingkup wilayah kerjanya.
(8) Setelah permohonan registrasi LPPK diterima dan diverifikasi, Balai Jasa
Konstruksi Wilayah menyampaikan berkas permohonan registrasi secara lengkap
beserta lampirannya kapada Sekretariat Registrasi untuk diproses lanjut oleh
Sekretariat Registrasi.
(9) Pemerintah Provinsi bertindak selaku pembantu registrasi, dapat menerima
pendaftaran permohonan registrasi menggunakan format yang telah ditetapkan
Sekretariat Registrasi.
(10) Permohonan registrasi lengkap beserta lampirannya sebagaimana dimaksud pada
ayat (9) kepada Balai Jasa Konstruksi Wilayah sesuai wilayah kerja Balai Jasa
Konstruksi sebagaimana tersebut dalam ayat (7).
(11) Permohonan registrasi dapat disampaikan melalui Sekretariat Registrasi, Balai
Jasa Konstruksi Wilayah, Pemerintah Provinsi, atau dilakukan secara daring.
(12) Permohonan secara daring sebagaimana dimaksud ayat (11) diatur lebih lanjut
oleh Sekretariat Registrasi.
Dalam melaksanakan Registrasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja (LPPK) Bidang
Jasa Konstruksi, LPPK mengajukan permohonan registrasi secara tertulis kepada
Sekretariat Registrasi dengan mengisi formulir registrasi. Dokumen Persyaratan yang
harus dipenuhi adalah sebagai beriku:
(1) Dokumen persyaratan registrasi sebagaimana pada ayat (1) meliputi:
a. Fotokopi izin lembaga pelatihan yang masih berlaku;
b. Fotokopi akreditasi lembaga (jika ada);
c. Daftar nama dilengkapi dengan riwayat hidup penanggung jawab LPPK, yang
dilengkapi dengan identitas diri (KTP) dan pasfoto ukuran 4x6 cm sebanyak 3
(tiga) lembar;
d. Fotokopi NPWP atas nama lembaga;
e. Fotokopi tanda bukti kepemilikan atau sewa atas sarana dan prasarana kantor
dan tempat pelatihan untuk sekurang-kurangnya 3 tahun;
f. Keterangan domisili LPK dari pejabat yang berwenang;
g. Profil LPPK yang ditandatangani oleh penanggungjawab yang tercantum dalam
akta yang sekurang-kurangnya memuat:
1) Visi, misi dan tujuan organisasi;
2) Struktur organisasi dan uraian tugas;
3) Daftar dan riwayat hidup instruktur bersertifikat kompetensi dan tenaga
pelatihan;
4) Program kerja LPPK dan rencana pembiayaan selama 3 (tiga) tahun;
5) Program pelatihan berbasis kompetensi yang disusun berdasarkan
kebutuhan akan pelatihan;
6) Rencana pelatihan tahunan;
7) Daftar modul bidang jasa konstruksi yang akan diselenggarakan;
8) Kapasitas pelatihan per tahun;
9) Daftar sarana dan prasarana pelatihan sesuai dengan program pelatihan
yang akan diselenggarakan.
KEGIATAN LPPK SEKRETARIAT REGISTRASI DIREKTUR MANAJEMEN MUTU KETERANGAN
Tim Verifikasi Tim Survey
(1). Pengisian formulir permohonan registrasi
(2). Pengajuan permohonan registrasi ke pada
MENTERI PUPR
(3). Penyusunan dokumen persyaratan registrasi
(4). Penyerahan Form isian Dokumen yang telah diisi
(5). Verifikasi dokumen permohonan registrasi dan
dokumen pendukungnya Paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah
permohonan dinyatakan
lengkap.
(6). Tim survey melakukan observasi lapangan
(7). Pemrosesan hasil survey
(8). Persetujuan Direktur
(9). Penerbitan Sertifikat Registrasi Lembaga
Pendidikan dan Pelatihan Kerja Jasa Konstruksi
1
2
3 4
5
6
7
8
9
(2) Form isian yang telah diisi disertai dokumen persyaratan registrasi diserahkan kepada Sekretariat Registrasi.
(10). Pengunggahan Data LPPK yang telah teregistrasi
pada sistem informasi terintegrasi dan
disampaikan kepada masyarakat melalui media
sosial dan laman Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
Sertifikat Registrasi tidak
dapat dipindahkan kepada
Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Kerja lain.
(11). Pengajuan permohonan akreditasi LPPK yang
telah teregistrasi Paling lama 2 (dua) tahun
sejak diterbitkannya
Sertifikat Registrasi
Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Kerja Jasa
Konstruksi.
(12). Pembentukan Lembaga Sertifikasi profesi oleh
LPPK yang telah diakreditasi.
10
4.3 MENYUSUN FORM REGISTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KERJA
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR .....
TENTANG
TATA CARA REGISTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BIDANG
JASA KONSTRUKSI
FORMAT SURAT PERMOHONAN PENGAJUAN REGISTRASI LPPK
KOP SURAT LEMBAGA
PELATIHAN JASA KONSTRUKSI
Nomor : ……….. , ………… 20…. Sifat : Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Permohonan Pengajuan Registrasi LPPK Kepada Yth;
Sekretariat Registrasi Teknis
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
di –
tempat
Dengan Hormat,
Bersama ini kami sampaikan Permohonan Registrasi dan Penyelenggaraan
Pelatihan atas nama Lembaga Pendidikan dan Pelatihan bidang Jasa Konstruksi :
...........................................................................................................
Untuk program pelatihan:
1. .........................................................
2. .........................................................
3. .........................................................
4. .........................................................
Adapun persyaratan administrasi sebagaimana ketentuan kami lampirkan.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu diucapkan terima
kasih.
................,........... 2019
Hormat Kami,
....................................
(Pimpinan Lembaga)
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR .....
TENTANG
TATA CARA REGISTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BIDANG
JASA KONSTRUKSI
FORMULIR PENGAJUAN REGISTRASI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KERJA KONSTRUKSI
A. Administrasi
1. Nama Lembaga : ........................................................................
2. Bentuk Lembaga :
Pemerintah Swasta Perusahaan
3. Alamat Lengkap : .......................................................................................
4. Nama Penanggungjawab : .........................................................................
5. Telpon / Fax : ..............................................................................................
6. No. NPWP : ..............................................................................................
7. Memiliki Akte Pendirian Perusahaan :
Ya, Nomor : ........... Tanggal : .................................... Tidak
Perubahan Akte, Nomor : ..........................................
8. Memiliki Tanda Daftar Perusahaan :
Ya, Nomor : ............................................................... Tidak
9. Memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan :
Ya, Sebutkan : ........................................................... Tidak
10. Memiliki Laporan Pajak (dibuktikan dengan SPPT Tahun terakhir) :
Ya, Tahun Pajak : ........................................................... Tidak
B. Manajemen Lembaga
1. Memiliki Struktur Organisasi :
Ya Tidak
2. Memiliki Manajer Pelatihan :
Ya Tidak
3. Memiliki Daftar Penyelenggara/ Pengelola Pelatihan :
Ya Tidak
4. Memiliki Visi, Misi dan Tujuan Lembaga :
Ya Tidak
5. Memiliki Skema Pendanaan Lembaga Pelatihan :
Ya Tidak
C. Program Pelatihan Kejuruan
1. Memiliki Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi :
Ya, Sebutkan : ........................................................... Tidak
2. Klasifikasi Program Jasa Pelaksana Konstruksi Yang Dimiliki :
3. Memiliki instruktur pelatihan tetap dan bersertifikat pelatihan instruktur yang sudah sesuai
dengan klasifikasi kejuruan jasa pelaksana konstruksi :
Ya Tidak
Jika YA, sertifikat kompetensi Instruktur dikeluarkan oleh : ................ Tahun .......
4. Memiliki Modul Pelatihan Sesuai Dengan Kejuruan Jasa Pelaksana Konstruksi :
Ya, Dikeluarkan Oleh .................. Tahun ............. Tidak
5. Modul Pelatihan Sudah Sesuai Dengan SKKNI :
Ya, Dikeluarkan Oleh .................. Tidak
6. Memiliki Kurikulum / Silabus Sesuai :
Ya, Dikeluarkan Oleh .................. Tidak
7. Memiliki Program Pengembangan Berkelanjutan Terhadap Pelaksanaan Pelatihan :
Ya Tidak
8. Daftar Instruktur Pelatihan :
No. Nama
Instruktur Kualifikasi Instruktur Bersertifikat TOT
Keterangan
Gedung Sipil M.E Jumlah
D. SARANA DAN PRASANA
9. Memiliki Ruang Kelas Pelatihan :
Ya Tidak
10. Memiliki Workshop Pelatihan :
Ya Tidak
Jika YA, Rincian Ruang Kelas Pelatihan Diuraikan Sebagai Berikut :
a) Jumlah Ruang Kelas Pelatihan :
5 – 10 Kelas 15 – 20 Kelas
10 – 15 Kelas > 20 Kelas
b) Fasilitas Dalam Ruang Kelas :
AC Sound System
White Board Kursi Meja Lipat
Alat Tulis Peserta Seragam Peserta
Alat Peraga Proyektor
Leptop Lainnya, Sebutkan .................
c) Luas Setiap Ruang Kelas :
< 30 m2 > 50 m2
30 s/d 50 m2 Lainnya, Sebutkan ............
d) Memiliki Peralatan Pelatihan (khusus) Sesuai Dengan Klasifikasi Bidang Pelatihan
Konstruksi :
Ya Tidak
11. Daftar Peralatan Pelatihan :
No. Jenis Peralatan Banyaknya Mesin Menurut Kondisi
Keterangan
Baik Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR .....
TENTANG
TATA CARA REGISTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BIDANG JASA KONSTRUKSI
SertiFIkat registrasi
No. Reg :
DIBERIKAN KEPADA :
alamat :
SEBAGAI :
Lembaga pendidikan dan pelatihan kerja bidang jasa konstruksi
Telah MEMENUHI SYARAT :
Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan perumahan rakyat nomor …./prt/m/201..
Yang bertandatangan
An. Dirjen bina konstruksi
Direktorat ............................
.......................................................
4.4 LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
Berdasarkan undang-undang No. 2 tahun 2017 bahwa setiap tenaga kerja konstruksi yang
bekerja di bidang Jasa Konstruksi wajib memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja. Setiap Pengguna
Jasa dan / atau Penyedia Jasan wajib mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang memiliki
Sertifikat Kompetensi Kerja. Sertifikat Kompetensi Kerja diperoleh melalui uji kompetensi
sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja. Sertifikat Kompetensi Kerja kemudian diregistrasi
oleh Menteri. Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi. Lembaga
Sertifikasi Profesi wajib mengikuti ketentuan peraturan perundang – undangan. Lembaga
sertifikasi profesi (LSP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) dapat dibentuk oleh:
a. Asosiasi profesi terakreditasi; dan
b. Lembaga Pendidikan dan pelatihan yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan
perundang – undangan.
LSP yang dibentuk oleh kedua institusi tersebut sebagaimana harus mendapatkan lisensi sesuai
ketentuan peraturan perundang – undangan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri.
Pemberian rekomendasi tersebut dipersyaratkan pada saat permohonan pembentukan lembaga
sertifikasi, pemeliharaan, perpanjangan, penambahan ruang lingkup layanan sertifikasi,
pembekuan dan pencabutan lisensi. Dalam UU No. 2 Tahun 2017 pasal 71 ayat (3) bahwa
Lembaga sertifikasi profesi diberikan lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri. Permohonan rekomendasi ini melalui
beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh LSP, antara lain:
a. Persiapan Internal Pembentukan LSP.
b. Permohonan Rekomendasi Pembentukan LSP.
c. Pengajuan Lisensi LSP kepada Badan pemberi Lisensi.
Sebelum mengajukan permohonan Rekomendasi Menteri LSP harus melakukan kegiatan
persiapan internal yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan Identifikasi acuan normatif dalam rangka pengembangan LSP, yakni ISO
17024 dan regulasi teknis pada bidang Konstruksi.
• Mempelajari dokumen ISO 17024 Conformity assessment – General requirements
for bodies operating certification of person sebagai panduan dalam menyusun
Sistem Manajemen Mutu, dengan lengkap meliputi Panduan, prosedur, instruksi
kerja dan form2 yang diperlukan untuk menerapkan Sistem Manajemen Mutu.
Penyusunan panduan mutu tidak berbeda dengan yang dilakukan untuk SMM
berdasarkan ISO 9001, dengan acuan Pedoman yang telah ditetapkan oleh Badan
yang memberikan lisensi.
• Mengumpulkan peraturan perundangan terkait LSP, (UU 2 2017).
2. Mendiskusikan semua acuan pembentukan LSP yang dikeluarkan oleh instansi yang
memberikan Lisensi;
➢ Instansi yang memberikan lisensi mengeluarkan pedoman penyusunan LSP yang
merupakan acuan bagi LSP untuk mendapatkan lisensi. Semua ketentuan dari instansi
tersebut diikuti agar permohonan lisensi bias diterbitkan.
3. Melakukan apresiasi/sosialisai untuk memastikan para pemangku kepentingan untuk
membentuk LSP;
➢ Melakukan sosialisasi kepada stakeholder tentang rencana pembentukan LSP.
Sosialisasi diperlukan dalam rangka mendapatkan dukungan. LSP didirikan untuk
melayani kebutuhan semua pemangku kepentingan.
4. Memastikan dukungan kuat dari industri/pengguna, asosiasi profesi dan otoritas
kompeten;
➢ LSP harus mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal
sertifikasi yang diwujudkan dalam bentuk surat dukungan tertulis.
5. Membentuk panitia kerja pembentukan LSP dan mengembangkan anggaran dasar rumah
tangga;
➢ Panitia kerja yang dibentuk oleh LPPK apabila LSP dibentuk oleh LPPK atau dengan
dukungan Asosiasi Perusahaan dan atau asosiasi profesi terkait. Menyiapkan
SDM/Personil inti LSP Nama LSP pihak ketiga harus mencerminkan sektor/sub
sektor, bidang/sub bidang atau profesinya. Nama LSP pihak kesatu dan LSP pihak
kedua harus mencerminkan nama Lembaga induknya.
6. Membentuk dan menetapkan organisasi LSP lengkap dengan uraian tugas sesuai dengan
arahan dari Badan pemberi lisensi.
➢ Badan yang memberikan Lisensi menetapkan kebutuhan minimal unsur organisasi
yang harus ada dalam organisasi LSP.
7. Membentuk dan menetapkan organisasi LSP lengkap dengan uraian tugas sesuai dengan
arahan dari Badan pemberi lisensi.
➢ Badan yang memberikan Lisensi menetapkan kebutuhan minimal unsur organisasi
yang harus ada dalam organisasi LSP.
8. Mengembangkan Dokumentasi SMM-LSP.
➢ Untuk menjalankan manajemen mutu, tahapan pertama adalah menyusun panduan
mutu berdasarkan Standar SMM ISO 17024. Panduan ini dilengkapi dengan
prosedur, indtruksi kerja dan form-form yang diperlukan untuk melaksanakan
system. Setelah dokumen SMM selesai, SMM dijalankan secara lengkap dan ditinjau
dengan proses audit internal.
9. Menetapkan uji kompeteni (TUK).
• Ditempat kerja.
• Sewaktu pada saat menggunakan TUK dilakukan verifikasi.
• Mandiri.
10. Menyiapkan Sarana dan Perangkat Sarana dan perangkat yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut:
• LSP harus memiliki kantor tetap sekurang-kurangnya dalam waktu 2 tahun.
• LSP harus memiliki sarana kerja yang memadai, termasuk sistem pengolaan data
berbasis teknologi informasi.
• LSP harus memiliki rencana kegiatan yang diberikan kepada industry dan sekaligus
sebagai penghasilan untuk mendanaan organisasi.
• LSP harus memiliki perangkat kerja yang meliputi:
a. Standar kompetensi,
b. Skema sertifikasi dan perangkat asesmen termasuk materi uji kompetensi,
c. Tempat uji kompetensi,
d. Personil yang kompeten termasuk asesor kompetensi,
e. Sistem pengendalian pelaksanaan sertifikasi.
11. Menetapkan Standar Kompetensi yang akan digunakan:
Sertifikasi kompetensi kerja
➢ Proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif
melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi kerja nasional
Indonesia, standar internasional dan/atau standar khusus.
• SKKNI
Standar Kompetensi Kerja Nasioanal Indonesia, rumsan kemampuan kerja yang
mancakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja
yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• SKK KHUSUS
Standar Kompetendi Kerja Khusus, standar kompetensi kerja yang dikembangkan
dan digunakan oleh organisasi untuk memenuhi kebutuhan organisasinya sendiri
dan/atau untuk memenuhi kebutuhan organisasi lain yang memiliki ikatan
kerjasama dengan organisasi lain yang memerlukan.
• SKK INTERNASIONAL
Standar kompetensi kerja internasional, standar kompetensi kerja yang
dikembangkan dan ditetapkan oleh suatu organisasi multinasional dan digunakan
secara internasional.
12. Menetapkan skema sertifikasi dan mengurus persetujuan dari Kementerian PUPR
➢ Skema sertifikasi yaitu Paket kompetensi dan persyaratan spesifikasi yang berkaitan
dengan kategori jabatan atau keterampilan tertentu dari seorang, ditetapkan sesuai
dengan lingkup kegiatan asosiasi dengan mengacu Standar Kompetensi Kerja terkait,
dan harus mendapat persetujuan dari Kementerian PUPR, skema sertifikasi bias
berdasarkan SKKNI, okupas nasional, ataupun klister.
➢ LSP menetapkan sertifikasi untuk memenuhi permintaan pelanggan dan/atau
pemangku kepentingan, yang kemudian iajukan ke BNSP untuk dimintakan lisensi.
BNSP melakukan verifikasi terhadap skema sertifikasi yang diajukan oleh LSP.
➢ LSP dapat melakukan perubahan skema, dan selanjutnya diverifikasi oleh BNSP.
Pemilihan skema sertifikasi dilandasi oleh pertimbangan kebutuhan pasar sertifikasi
dan kemampuan pelayanan LSP. Pada saat mengajukan permohonan lisensi, LSP
mengajukan skema sertifikasi dalam jumlah yang rasional sehingga menjamin
penanganan sertifikasi. LSP dapat menambah atau mengurangi skema sertifikasi yang
dimintakan lisensi sesuai kebutuhan dan kemampuannya.
13. Menyiapkan Asesor Kompetensi.
➢ Menyiapkan calon asesor untuk mendapatkan pembekalan dan sertifikasi dan
refreshing bagi yang sudah memiliki sertifikasi asesor.
14. Menyiapkan badan usaha sebagai representasi dari keabsahan lembaga.
➢ Lembaga sertifikasi profesi (LSP) harus murupak
• Badan hukum
• Bagian dari suatu badan hukum, atau
• Badan usaha yang legal.
➢ Badan atau Lembaga sertifikasi yang dibentuk oleh suatu lembaga pemerintah
dengan sendirinya merupakan badan hukum sesuai status Lembaga pemerintah
tersebut. LSP pihak ketiga dibentuk oleh asosiasi industri dan/atau asosiasi
profesi, dan didukung oleh instansi teknis Pembina sektor/lapangan usaha.
➢ Dalam hal terdapat kebutuhan pengakuan kompetensi yang mendesak dan/atau
sudah terdapat regulasi pada sektornya, tetapi asosiasi terkait belum/tidak ada,
maka LSP pihak ketiga dapat dibentuk melalui dukungan instansi teknis Pembina
sektor/lapangan usaha dengan melibatkan pemangku kepentingan.
➢ LSP pihak ketiga yang merupakan badan hukum dapat berupa perseroan terbatas
atau Yayasan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. LSP phak ketiga yang
merupakan badan usaha yang legal disahkan melalui akte notaris yang didalam
kepengurusannya mencantumkan perwakilannya dari para pemangku
kepentingan yang mendirikannya.
➢ LSP yang merupakan bagian dari badan hukum atau lembaga pemerintah
dibentuk melalui surat keputusan pimpinan instansi/lembaga, dengan lingkup
sertifikasi kompetensi kerja sesuai tugas, fungsi dan kegiatan kerja
instansi/lembaga induknya. LSP yang dibentuk tersebut di atas dapat diajukan
lisensinya kepada BNSP sebagai LSP pihak kesatu atau LSP pihak kedua, sesuai
dengan sasaran sertifikasinya.
15. Menyusun Business Plan.
➢ LSP didirikan untuk menangani sertifikasi bidang tertentu dengan target jumlah
peserta sertifikasi sedemikian rupa sehingga layak secara pertimbangan bisnis.
LSP harus mempertimbangkan pasar yang akan ditangani oleh LSP, jangan
sampai LSP didirikan tapi hanya menangani sertifikasi sampai jumlah yang tidak
berarti dibandingkan dengan upaya yang dilakukan dalam rangka pendirian LSP.
16. Menyiapkan perangkat asesmen.
➢ Menyiapkan semua kelengkapan dokumen dalam rangka pelaksanaan asesmen
yang terdiri dari:
• Merencanakan dan mengorganisasikan Asesmen (MMA);
• Menyiapkan perangkan asesmen (MPA);
• Melaksanakan asesmen (MAK).
17. Melakukan uji coba asesmen.
➢ Uji coba asesmen dilakukan untuk memastikan bahwa semua kebutuhan
kelengkapan dalam rangka pelaksanaan asesmen bias dijalankan tanpa hambatan
yang berarti.
18. Mengurus rekomendasi dari Menteri untuk kelengkapan dokumen pengajuan lisensi.
➢ Rekomendasi dari Menteri diperoleh melalui pengajuan permohonan
rekomendasi yang diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.
19. Mengajukan permohonan lisensi untuk mendapatkan arahan langkakah selanjutnya.
➢ LSP yang telah memiliki semua dokumen yang dipersyaratkan dan mendapatkan
rekomendasi dari Kementerian PUPR mengajukan permohonan lisensi.
4.5 PERMOHONAN REKOMENDASI MENTERI PUPR
Rekomendasi diperlukan oleh setiap LSP bidang jasa konstruksi yang akan dilisensi. LSP
mengajukan permohonan rekomendasi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) harus memiliki asesor-asesor yang sesuai dengan
kualifikasi dan klasifikasi yang menjadi lingkup layanan sertifikasi.
b. Asesor-asesor sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, harus memiliki sertifikat
asesor dan sertifikat kompetensi kerja sesuai dengan kualifikasi dan klasifikasinya.
c. Lembaga Sertifikasi Profesi harus mempunyai tempat Uji kompetensi yang di
lengkapi dengan sarana dan prasarana sesuai Standar Kompetensi Kerja.
d. Lmbaga Sertifikasi Profesi harus memiliki skema sesuai dengan klasifikasi dan
kualifikasi yang diusulkan.
e. Lmbaga Sertifikasi Profesi harus menugaskan asesor dalam kegiatan uji kompetensi.
f. Memiliki kebijakan dan prosedur yang terdokumentasi dengan baik untuk
pembekuan atau pencabutan sertifikasi kompetensi.
g. Memiliki prosedur yang terdokumentasi untuk pelaksanaan proses sertifikasi
kompetensi.
Pemberian rekomendasi tersebut dipersyaratkan pada saat permohonan pembentukan Lembaga
sertifikasi, pemeliharaan, perpanjangan, penambahan ruang lingkup layanan sertifikasi,
pembekuan dan pencabutan lisensi.
Untuk mendapatkan rekomendasi, Lembaga Sertifikasi Profesi harus memiliki prinsip layanan
sertifikasi kompetensi kerja antara lain:
a. Berorientasi pada kebutuhan industry jasa konstruksi.
b. Berbasis standar kompetensi kerja.
c. Merupakan tanggung jawab Bersama dunia usaha, pemerintah dan masyarakat.
d. Bagian dari upaya memperkuat profesionalisme, produktivitas, dan daya saing tenaga
kerja jasa konstruksi nasional.
e. Dilakukan secara transparan, berkeadilan dan tidak diskriminatif.
f. Manajemen layanan sertifikasi kompetensi bersifat independent dan terpisah dari
manajemen Lembaga pembentuknya.
Proses pengajuan permohonan rekomendasi dilakukan melalui diagram alir sebagai berikut
MENTERI
Asosias
i
(2) registrasi
Lembaga
Diklat
(1) akreditasi
LSP (3)
Membentuk
(6) Rekomendasi
lisensi BNSP (7) lisensi
1. PEMBENTUKAN LSP 3. REGISTRASI
TENAGA KERJA
Sertifikat
Kompetensi Surat Tanda
Registrasi
(STR)
4. MONEV, SANKSI DAN
PEMBINAAN
Monitoring
Evaluasi
2. PROSES UJI KOMPETENSI
Belum
Kompeten
Kompeten
Penerapan
sanksi (*)
(9) Tidak ada LSP pada profesi tertentu
Keterangan:
LSP/
PTUK
Lembaga
Diklat/
Asosiasi
Pemerintah
Tim Monev
Hasil
Ada
Pelanggaran
Tdk Ada
Pelanggaran
Pembinaan
3. Penyedia Jasa/
Pengguna Jasa 2. LSP 1. Tenaga Kerja (5) Permohonan Rekomendasi
(8) Registrasi LSP
KAN (4) akreditasi
PTUK
(10)
(11)
Registrasi
(13) STR didistribusikan ke
LSP
(12) Register
LSP mengirmkan surat permohonan rekomendasi lisensi LSP beserta dengan syarat-syarat
pengajuannya. Surat tersebut dilengkapi dengan Surat Pernyataan Asesor, Surat
Pernyataan Uji Kompetensi. Kemudian Tim Sekertariat melakukan verifikasi okumentasi
yang diberikan oleh LSP. Jika diperlukan maka Tim Sekertariat melakukan visitasi ke
lokasi (TUK) LSP yang bersangkutan. Setelah itu Tim Sekertariat melakukan validasi
terhadap dokumen dan menetapkan hasilnya. Penerbitan rekomendasi akan dikirimkan
kepada Direktorat Jendral Bina Konstruksi untuk selanjutnya dibuat Surat Ketetapan
Rekomendasi Lisensi dari Menteri. Pendistribusian hasil rekomendasi akan diserahkan
kepada LSP dan tahapan selanjutnya adalahmengajukan lisensi kepada Badan pemberi
lisensi.
Permohonan lisensi bias disampaikan secara tertulis melalui penyerahan dokumen
langsung atau bias melalui online pada website Lembaga pemberi lisensi.
LSP yang telah dilisensi wajib melakukan registrasi kepada Meneteri melalui Direktur
Jendral. Syarat registrasi LSP adalah dengan melengkapi bukti lisensi dari Badan pemberi
lisensi. LSP yang telah di registrasi akan diberikan tanda registrasi dan berlaku selama
LSP tersebut menyelenggarakan uji kompentensi.
LSP yang telah mendapat lisensi dan teregister, harus membuat laporan berkala tentang
pelaksanaan kegiatan sertifikasi kompetensi kerja bidang jasa konstruksi selama 1 tahun.
LSP harus mengajukan permohonan lisensi, dengan menggunakan formulir isian dari
BNSP, yang dilengkapi dengan informasi relevan yang mencakup:
a. Gambaran umum LSP, termasuk bentuk organisasi, nama, alamat, status legal
dan sumberdaya manusia serta sumberdaya teknis;
b. Informasi umum mengenai LSP, dan alamat semua fasilitas fisik yang terkait
dengan ruang lingkup lisensi;
c. Bukti pembentukan LSP;
d. Ruang lingkup lisensi yang diajukan;
e. Uraian tantang skema sertifikasi kompetensi, perangkat asesmen, standar
kompetensi kerja, tata cara sertifikasi, serta informasi lain terkait sertifikasi;
f. Dokumen system manajemen mutu LSP;
g. Bukti penerapan system manajemen mutu, uji coba pelaksanaan sertifikasi, dan
pelaksanaan audit internal;
h. Persetujuan untuk memenuhi persyaratan lisensi dan kewajiban lain dari LSP.
BNSP memeriksa kelengkapan dokumen permohonan lisensi. Bila dokumen telah lengkap
maka BNSP akan melanjutkan ke tahapan berikutnya. Bila dokumen belum lengkap maka
informasi tersebut disampaikan kepada LSP dan LSP diberi kesempatan untuk
melengkapinya. Jika dalam waktu 12 bulan LSP belum dapat memenuhi kelengkapan
persyaratan permohonan, maka permohonan dianggap gugur dan LSP harus membuat
permohonan baru.
(Form isian yang telah diisi disertai dokumen persyaratan registrasi)
4.6 MENYUSUN FORM REGISTRASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
LAMPIRAN I
FORMAT SURAT PERMOHONAN REKOMENDASI LISENSI LSP
KOP SURAT LEMBAGA
SERTIFIKASI PROFESI
Nomor : ……….. , ………… 20…. Sifat : Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Permohonan Rekomendasi Lisensi LSP Kepada Yth;
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Up. Dirjen Bina Konstruksi
di –
tempat
Sehubungan dengan amanat UU No. 2 Tahun 2017 pasal 71 ayat 3, untuk
lisensi LSP diberikan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri PUPR. Dengan
demikian mohon dengan hormat, Bapak Menteri/Dirjen untuk memberi rekomendasi
lisensi kepada:
Nama Lembaga Sertifikasi Profesi :………………
Alamat :………………
Telepon/Fax : ……………..
Email : ……………..
Asosiasi/LPPK Pendukung : ……………..
Nama Ketua Dewan Pengarah : ……………..
Nama Ketua/Dierektur : ……………..
Adapun syarat-syarat pengajuan rekomendasi lisensi LSP terlampir. Demikian kami
sampaikan, atas pemberian rekomendsi dari Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Ketua/Direktur
LSP ………
(TTD & Nama jelas)
FORMAT SURAT PERMOHONAN REKOMENDASI LISENSI LSP
LSP (LAMPIRAN SURAT PERMOHONAN REKOMENDASI LISENSI LSP)
A. IDENTITAS LSP
a. Nama LSP :
b. Alamat LSP :
c. Telepon/FAX :
d. Email :
B. DATA PENDUKUNG PERMOHONAN REKOMENDASI LISENSI
a. Sektor/Sub Sektor
- Sektor :
- Subsektor :
b. Jenis Skema : KKNI / Okupasi / Klaster / Unit (lingkari salah satu)
c. Jumlah Skema :
d. Nama Skema & Jumlah Unit Kompetensi :
e. Jumlah Standar Kompetensi : (data terlampir)
SKKNI ….. unit/ standar kompetensi khusus … unit/ standar kompetensi
internasional … unit
f. Jumlah Asesor lisensi : … orang (data terlampir)
g. Jumlah Asesor kompetensi : … orang (data terlampir)
h. Jumlah TUK : … buah (data terlampir)
i. Jumlah sertifikat yang telah diterbitkan per skema :
j. Jumlah target sertifikasi per skema :
C. DUKUNGAN DARI PEMANGKU KEPENTINGAN
Nama Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja/ Asosiasi Profesi terakreditasi
D. PENANDATANGANAN SERIFIKASI KOMPETENSI
Nama :
Jabatan :
E. DATA ASESOR
No. Nama Asesor Alamat
Asesor
Telepon Kualifikasi Klasifikasi
(*) harap dilampirkan dengan surat pernyataan Asesor
F. DATA TEMPAT UJI KOMPETENSI
No Nama
TUK
Alamat Telp/
Fax
Status
Kepemilikan
Ruang
Lingkup/Fasilitas
TUK Untuk Uji
Kompetensi
Mou/Perjanjian
Sewa TUK (*)
Milik
Sendiri
Sewa
(*)
Nomor
&Tgl
Mou
Durasi
pejanjian
(*) harap dilampirkan dengan dokumen kontrak/perjanjian sewa TUK
G. SKEMA SERTIFIKASI
Dokumen skema sertifikasi harus memuat hal-hal sebagai berikut (terlampir)
1) Latar Belakang
2) Ruang Lingkup skema sertifikasi
3) Tujuan Sertifikasi
4) Acuan Normatif
5) Paket/Kemasan Kompetensi
a. Jenis kemasan : SKKNI / Okupasi Nasional / Klaster
b. Rincian Unit Kompetensi / Uraian Tugas
6) Persyaratan Dasar pemohon sertifikasi
7) Hak pemohon sertifikasi dan kewajiban pemegang sertifikat
a. Hak pemohon
b. Kewajiban pemegang sertifikat
8) Biaya Sertifikasi
9) Proses Sertifikasi
a. Persyaratan Pendaftaran
b. Proses Asesmen
c. Proses Uji Kompetensi
d. Keputusan Sertifikasi
e. Pembekuan dan Pencabutan Sertifikat
f. Pemeliharaan sertifikasi, jika ada
g. Proses Sertifikasi Ulang
h. Penggunaan Sertifikat
i. Banding
10) Kode etik profesi, jika ada
LAMPIRAN II
FORMT SURAT PERNYATAAN
ASESOR Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Alamat :
Telepon :
Kualifikasi/Klasifikasi sebagai Asesor :
adalah asesor pada lembaga sertifikasi profesi …… (nama LSP) dan siap untuk ditugasi
dalam pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja bidang jasa konstruksi sesui dengan
kualisifikasi dan klasifikasi yang saya kuasai.
Demikian surat pernyataan yang saya buat, untuk digunakan sebagaimana mestinya.
………, ……… 20…
(Nama Asesor)
LAMPIRAN III
FORMT SURAT PERNYATAAN TEMPAT UJI
KOMPETENSI Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama Pemilik TUK :
Alamat TUK :
Telepon :
dengan ini memberi dukungan kepada lembaga sertifikasi profesi …… (nama LSP) sebagai
Tempat Uji Kompetensi untuk penyelenggaraan sertifikasi kompetensi bidang jasa
konstruksi.
Demikian surat pernyataan yang saya buat, untuk digunakan sebagaimana mestinya.
………, ……… 20…
(Nama Pemilik TUK)
LAMPIRAN II
FORMT LAPORAN BERKALA
PELAKSANAAN KEGIATAN
SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA
BIDANG JASA KONSTRUKSI
A. DATA LSP
Nama LSP : …………
Kategori LSP : …………
Nomor Lisensi : …………
Alamat : …………
Telepon/Fax : …………
Email : …………
Website : …………
Asosiasi/LPPK Pendukung : …………
Nama Ketua Dewan : …………
Pengarah Nama Ketua/Direktur : …………
B. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN LSP
a. Visi LSP :
b. Misi LSP :
c. Tujuan LSP :
d. Sasaran Mutu LSP :
e. Struktur Organisasi Pelaksana (terlampir)
C. PENGUNAAN SARANA DAN PRASARANA
No. Jenis
Sarana/Prasarana
Penggunaan Jumlah Nama
Kegiatan
Mulai Selesai
D. PENUGASAN PERSONIL
No. Nama
Personil
Waktu Penugasan
(Tgl/Bln/Tahun)
Nama
Kegiatan
Penugasan
(Asesor/Pelaksanaan)
(*) Mulai Selesai
(*) Penugasan sebagai : Asesor/ Lead Asesor/ Master Asesor/ Asesor Kompetensi/
Asesor Lisensi/ Staf
E. LAPORAN KEGIATAN LAYANAN SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA
No. Skema
Sertikifasi
Tempat Uji
Kompetensi
Total
Asesor
Kompetensi
Total
Asesi
Biaya
Sertifikasi
F. RINCIAN DAFTAR PEMEGANG SERTIFIKAT/ ASESI
No. Nama
Pemegang
Sertifikat
Skema
Sertifikasi
Unit
Kompetensi
Nomor
Sertifikat
Nomor
Registrasi
Masa Berlaku
Sertifikat
Mulai Sampai
BAB V
ANALISA
5.1 ANALISA PROSEDUR MEKANISME REGISTRASI LSP & LPPK
Pada dasarnya efisiensi prosedur ini adalah sebuah kegiatan untuk merubah suatu prosedural
yang rumit dan memiliki banyak mekanisme didalamnya ke dalam bentuk yang lebih
sederhana dan mudah dipahami, sesuai dengan konsep pada efisiensi prosedur registrasi
Lembaga Sertifikasi Profesi & Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja Jasa Konstruksi ini
yaitu dari prosedural pada buku pedoman dan rancangan peraturan menteri pekerjaan umum
dan perumahan rakyat yang sering dilaksanakan serta penyempurnaan dan penyusunan dari
form mekanisme registrasi lembaga ini diubah menjadi suatu info grafis dengan media X-
Banner yang bertujuan untuk menjelaskan mekanisme atau tahapan pada registrasi Lembaga
Sertifikasi Prosfesi dan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja Jasa Konstruksi.
Pada pedoman registrasi lembaga yang didasari pada form pelaksanaan kegiatan registrasi
tersebut masih berupa sebuah teks yang cukup panjang dan padat, namun pada desain final
X-Banner menjadi sebuah informasi grafis menggunakan gambar atau icon yang menjadi
perwakilan dari tahapan mekanisme registrasi LSP & LPPK tersebut. Pada dasarnya membuat
efisiensi adalah suatu hal yang sangat mungkin dilakukan, dengan bantuan kreatifitas dan
teknologi di jaman ini bukan tidak mungkin melakukan suatu efisiensi dalam segi waktu
ataupun nilai, namun memang dibutuhkan usaha lebih untuk menganalisa tindakan atau
langkah apa yang harus dibuat untuk mengifisiensikan suatu kegiatan atau informasi dengan
tetap diterima dengan baik oleh masyarakat yang berkaitan dengan produk efisiensi tersebut.
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Isu yang diambil dalam rancangan aktualisasi ini adalah kurang dimanfaatkannya
sistem informasi mekanisme registrasi LSP & LPK . Hal ini disebabkan belum dikenalnya
sistem mekanisme registrasi yang dimiliki oleh Direktorat Bina Kompetensi dan
Produktivitas Konstruksi yang selama ini dikelola oleh Direktorat Jendral Bina Konstruksi,
dimana kegiatan-kegiatan pendukungnya sarat akan nilai-nilai dasar PNS (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi). Dengan gagasan ini
diharapkan dapat memberi konstribusi terhadap peningkatan evaluasi pelaksanaan sertifikasi
tenaga kerja konstruksi agar menghasilkan tenaga kerja konstruksi yang kompeten dalam
mendukung Visi Misi Kementerian PUPR, serta lebih jauh dapat mendukung tercapainya cita-
cita dan tujuan nasional.
6.2 SARAN
Prosedur mekanisme registrasi LSP & LPPK seharusnya dijadikan sebuah standar baku yang
dapat diberlakukan pada Lembaga Sertifikasi Profesi & Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Kerja Jasa Konstruksi yang belum teregistrasi, mekanisme registrasi merupakan mekanisme
yang disusun sebagai petunjuk pelaksanaan yang lebih rinci dari rancangan peraturan Menteri
pekerjaan umum dan perumahan rakyat tentang registrasi LSP & LPPK Bidang Jasa
Konstruksi. Dalam hal ini Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi dapat
lebih mudah memberikan layanan konsultasi serta informasi yang berkaitan dengan registrasi
LSP & LPPK.