LAPORAN PUSKESMAS

54
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KLINIK SANITASI DI UPK PUSKESMAS KHATULISTIWA KELURAHAN BATULAYANG TAHUN 2014 Telah Disetujui, Pada 14 Juli 2014 Mengetahui, Pembimbing Klinik Sanitasi Sri Endah NIP. 19710205 199803 2 005 Menyetujui, Kepala UPK Puskesmas Khatulistiwa i

description

laporan praktikum klinik sanitasi di puskesmas

Transcript of LAPORAN PUSKESMAS

Page 1: LAPORAN PUSKESMAS

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM KLINIK SANITASI DI UPK PUSKESMAS KHATULISTIWA

KELURAHAN BATULAYANGTAHUN 2014

Telah Disetujui,

Pada 14 Juli 2014

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Sanitasi

Sri EndahNIP. 19710205 199803 2 005

Menyetujui,

Kepala UPK Puskesmas Khatulistiwa

Sri Mulyanti, S . K . M NIP. 19760321 200501 2 005

i

Page 2: LAPORAN PUSKESMAS

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan praktikum klinik

sanitasi di UPK. Puskesmas Khatulistiwa Kelurahan Batu Layang dapat

diselesaikan tepat waktu.

Penyusunan laporan praktikum klinik sanitasi ini berkat adanya kerjasama

yang sangat baik dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Hajimi, S.K.M., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan yang

telah menyediakan berbagai fasilitas dalam memperlancar pelaksanaan

praktikum klinik sanitasi.

2. Dosen Pengampu Mata Kuliah Klinik Sanitasi yang telah memberikan

materi perkuliahan klinik sanitasi sehingga menjadi dasar teori kami dalam

melaksanakan kegiatan klinik sanitasi di UPK. Puskesmas Khatulistiwa.

3. Ibu Sri Mulyanti, S.K.M selaku Kepala UPK. Puskesmas Khatulistiwa

yang telah memberikan izin dan kesempatan pada kami untuk

memperdalam aplikasi ilmu klinik sanitasi dalam pelaksanaan program di

puskesmas bersangkutan.

4. Ibu Sri Endah selaku koordinator pelaksana kegiatan klinik sanitasi di

UPK. Puskesmas Khatulistiwa yang telah bersedia membimbing kami

selama kegiatan praktikum di Puskesmas bersangkutan.

5. Pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan praktikum klinik sanitasi di

UPK. Puskesmas Khatulistiwa ini masih banyak kekurangan sehingga kami

sangat mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya laporan ini.

Pontianak, Juli 2014

Penyusun

ii

Page 3: LAPORAN PUSKESMAS

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................. i

KATA PENGANTAR...................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................... iii

DAFTAR TABEL............................................................................ v

DAFTAR GRAFIK.......................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................... 1

B. Tujuan.................................................................................. 3

C. Manfaat................................................................................ 3

D. Sasaran................................................................................. 4

E. Ruang Lingkup..................................................................... 4

F. Kegiatan Klinik Sanitasi....................................................... 4

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Letak Geografi...................................................................... 6

B. Kependudukan...................................................................... 6

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. Angka Kematian (Mortalitas)............................................... 9

B. Angka Kesakitan (Morbiditas).............................................. 9

C. Pemberantasan Penyakit........................................................ 13

D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar........ 14

BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kegiatan....................................................................... 16

B. Pembahasan........................................................................... 20

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................ 25

B. Saran...................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 26

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Dokumentasi Kegiatan......................................................... 27

B. Alur Pelayanan Upk. Puskesmas Khatulistiwa Pontianak.... 32

iii

Page 4: LAPORAN PUSKESMAS

C. Rekapitulasi Data Pasien Klinik Sanitasi............................ 33

D. Lembar Kegiatan Praktik Klinik Sanitasi............................ 36

E. Absensi Kehadiran Praktik Klinik Sanitasi......................... 42

iv

Page 5: LAPORAN PUSKESMAS

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Indikator Kependudukan Kelurahan Batu Layang Tahun 2013

Tabel 2. Angka Kematian di Kelurahan Batu Layang Tahun 2013

Tabel 3. Angka Kesakitan (morbiditas) Tahun 2013

Tabel 4. Hasil Kegiatan Praktik Klinik Sanitasi di UPK. Puskesmas

Khatulistiwa

Tabel 5. Data Penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk ke pelayanan

klinik sanitasi 23–28 Juni 2014 di wilayah kerja Puskesmas

Khatulistiwa

v

Page 6: LAPORAN PUSKESMAS

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Batu Layang tahun 2011-2013

Grafik 2. Perbandingan penduduk menurut jenis kelamin tahun 2011 – 2013

Grafik 3. IR/CFR DBD Kelurahan Batu Layang tahun 2008-2013

Grafik 4. Hasil Pencapaian TB tahun 2011-2013

Grafik 5. Morbiditas Pneumonia per 1000 balita tahun 2008-2012

Grafik 6. Morbiditas diare per 1000 penduduk Kelurahan Batu Layang

tahun 2008-2013

vi

Page 7: LAPORAN PUSKESMAS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (UU

No. 36 thn 2009).. Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari

beberapa indikator yang digunakan untuk memantau perkembangan derajat

kesehatan sesuai standar pelayanan minimal bidang kesehatan dengan fokus

pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs).

MDGs atau Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan

Millenium) adalah 8 tujuan yang telah disetujui oleh 191 negara anggota PBB

untuk dapat dicapai pada tahun 2015 yang ditandatangani saat Deklarasi

Millenium PBB. Tujuan-tujuan MDGs tersebut adalah menanggulangi

kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua kalangan,

mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan

angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS,

malaria, dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan

hidup serta mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (Ajeng,

2013).

Salah satu tujuan MDGs yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan

adalah pada tujuan ketujuh, yaitu memastikan keberlanjutan lingkungan

hidup dengan beberapa indikator pencapaian. Indikator tersebut diantaranya

adalah upaya penurunan sebesar setengah dari proporsi penduduk tanpa akses

terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas

sanitasi dasar pada tahun 2015. Berdasarkan target tersebut, maka diperlukan

adanya jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat untuk mencapai

target MDGs melalui kegiatan kesehatan lingkungan. Salah satu

tempat/fasilitas pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh

masyarakat yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

1

Page 8: LAPORAN PUSKESMAS

Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang

pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi

utama sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan yang melaksanakan

pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk

masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara

mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek

pembiayaan (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008).

Salah satu kegiatan Puskesmas yang berkaitan sebagai upaya

pemenuhan target pencapaian pemenuhan kebutuhan sanitasi dasar sesuai

komitmen internasional yang tercantum di dalam MDGs adalah adanya

kegiatan kesehatan lingkungan. Program penyehatan lingkungan di

Puskesmas dibagi ke dalam 4 kegiatan pokok yaitu penyehatan lingkungan

pemukiman, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan tempat-tempat

umum dan pengawasan air limbah.

Berdasarkan data UPK. Puskesmas Khatulistiwa pada tahun 2013

tentang pencapaian program penyehatan lingkungan, diperoleh data bahwa

persentase penyehatan lingkungan pemukiman untuk angka bebas jentik 72,5

% dari target 95 %. Sementara cakupan rumah tangga yang telah menerapkan

Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 30,8 % dari target 70 %.

Persentase tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan

81,57 % dari 76 TUPM yang diperiksa di Kelurahan Batu Layang. Sementara

untuk sanitasi tempat - tempat umum yang diperiksa di Kelurahan Batu

Layang yang memenuhi syarat sebanyak 85%. Pengelolaan air limbah di

Kelurahan Batu Layang masih memprihatinkan Rumah Tangga pada

umumnya tidak memiliki SPAL hanya menggunakan saluran pembuangan air

limbah yang dialirkan ke badan air supaya limbah tidak tergenang. Demikian

pula dengan akses air bersih sampai sekarang sebagian masyarakat Kelurahan

Batu Layang dan khususnya Puskesmas Khatulistiwa belum menggunakan air

PDAM atau sekitar 413 rumah tangga saja yang menggunakan air PDAM

(Profil UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013).

2

Page 9: LAPORAN PUSKESMAS

Berdasarkan hasil penelitian Malik dan Aryanto, 2011 bahwa sebagian

besar derajat kesehatan masyarakat lebih dipengaruhi akibat faktor

lingkungan dan prilaku. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori  H.L.

Blum (1974) yang menyatakan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan

dimana faktor lingkungan dan perilaku mempunyai pengaruh terbesar

terhadap status kesehatan.

Berdasarkan teori H.L. Blum tersebut, maka upaya pencegahan dan

pengendalian penyakit-penyakit tersebut harus melalui upaya perbaikan

lingkungan atau sanitasi dasar dan perubahan perilaku. Klinik sanitasi adalah

suatu cara dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk pencegahan

dan pengendalian penyakit dengan menggunakan upaya kuratif, promotif dan

preventif mempunyai peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat rujukan,

fasilator di bidang kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan klinik sanitasi di UPK.

Puskesmas Khatulistiwa untuk meningkatkan pengetahuan dan

membentuk sikap serta ketrampilan kerja.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mendapatkan gambaran nyata tentang klinik sanitasi.

b. Mahasiswa mendapatkan pemahaman, penghayatan, dan ketrampilan

kerja dibidang klinik sanitasi.

c. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan membentuk sikap

serta ketrampilan profesional dalam praktik klinik sanitasi secara

nyata.

d. Mahasiswa terampil dalam mengidentifikasi masalah kesehatan

berbasis lingkungan.

e. Mahasiswa dapat memberikan alternatif pemecahan masalah yang

sedang dihadapi pasien dan atau klien.

3

Page 10: LAPORAN PUSKESMAS

C. Manfaat

1. Bagi Puskesmas

a. Dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian

tugas klinik sanitasi.

b. Mendapatkan alternatif calon karyawan yang telah dikenal mutu dan

kredibilitasnya

c. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat

antara Puskesmas dan Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Pontianak.

2. Bagi mahasiswa

a. Mendapatkan pengalaman dan ketrampilan di bidang klinik sanitasi.

b. Terpapar dengan sesungguhnya dan pengalaman di instansi kesehatan

dalam hal ini puskesmas.

c. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi.

D. Sasaran

1. Penderita penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan

lingkungan yang datang ke Puskesmas.

2. Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan

yang datang ke Puskesmas.

E. Ruang Lingkup

1. Penyakit dan penyehatan air bersih / jamban dalam rangka pencegahan

penyakit diare, kecacingan dan penyakit kulit.

2. Penyehatan perumahan/lingkungan dalam rangka pencegahan penyakit

ISPA / TB-Paru / DBD / malaria.

3. Penyehatan lingkungan kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan atau akibat kerja.

4. Penyehatan makanan dan minuman dalam rangka pencegahan penyakit

saluran pencernaan atau keracunan makanan.

4

Page 11: LAPORAN PUSKESMAS

5. Pengamanan pestisida dalam rangka pencegahan keracunan pestisida.

6. Penyakit atau gangguan kesehatan lainnya yang berhubungan dengan

lingkungan.

F. Kegiatan Klinik Sanitasi

1. Di dalam gedung

a. Semua pasien yang mendaftar di loket setelah mendapat kartu status

seterusnya diperiksa oleh petugas medis / paramedis Puskesmas.

Apabila didapatkan penderita penyakit berhubungan erat dengan faktor

lingkungan, maka yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi.

b. Klien yang mendaftar di loket langsung ke ruang klinik sanitasi untuk

mendapatkan bimbingan teknis. Di ruang klinik sanitasi sanitarian

akan melakukan wawancara dan konseling yang hasilnya ditulis dalam

kartu status kesehatan lingkungan. Selanjutnya petugas membuat janji

kunjungan ke rumah pasien atau klien.

2. Di luar gedung

Kegiatan di luar gedung ini adalah kunjungan rumah sebagai

tindak lanjut kunjungan pasien / klien ke Puskesmas. Kunjungan ini

sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya,

sesuai hasil wawancara pasien/klien dengan petugas sanitarian pada waktu

di Puskesmas.

5

Page 12: LAPORAN PUSKESMAS

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Letak Geografi

Wilayah kerja Puskesmas Khatulistiwa meliputi seluruh wilayah

Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara dengan luas 920 km².

Kelurahan Batu Layang terdiri dari 20 Rw dan 85 Rt. Keluarahn Batu Layang

berada pada 00’10” LS s/d 02’10” LU dan 10916’25” BT sampai

dengan 10920’05” BT. Batas geografis wilayah Kelurahan Batu Layang

adalah sebagai berikut.

1. Sebelah Utara : Kabupaten Pontianak

2. Sebelah Selatan : Sungai Kapuas

3. Sebelah Barat : Kabupaten Pontianak

4. Sebelah Timur : Kelurahan Siantan Hilir

B. Kependudukan

Berdasarkan data sensus penduduk Kelurahan Batu Layang tahun

2013 diketahui berjumlah 24.385 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 12.514 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 11.871 jiwa.

Berikut adalah grafik jumlah penduduk dari tahun ke tahun selama 3

(tiga) tahun terakhir di Kelurahan Batu Layang.

Grafik 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Batu Layang

Tahun 2011-2013

Sumber: Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013

6

Page 13: LAPORAN PUSKESMAS

Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk dari

tahun 2012 yang berjumlah 24.184 jiwa menjadi 24.385 jiwa pada tahun

2013 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 27 jiwa / km2 . Bila

dibandingkan menurut jenis kelamin, sejak tahun 2011 - 2013 maka akan

terlihat kondisi sebagai berikut:

Grafik 2. Perbandingan Penduduk Kelurahan Batu Layang

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 - 2013

Sumber : Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013

Berdasarkan grafik di atas, perbandingan penduduk laki-laki dan

penduduk perempuan hampir berimbang jumlahnya dengan sex ratio 1. Data

jumlah penduduk ini dari tahun ke tahun masih menjadi hambatan tersendiri

karena kekurangakuratan data yang diperoleh dari sektor terkait.

Berikut adalah tabel data indikator penduduk Kelurahan Batu Layang

pada tahun 2013.

Tabel 1. Data Indikator Kependudukan Kelurahan Batu Layang

Tahun 2013

No. Variable Kependudukan Angka/Rasio1. ∑ Penduduk 24.385

a. Laki-laki 12.514b. Perempuan 11.871c. Balita (0-4th) 2438d. Apras 975e. Kepala Keluarga 4864f. WUS 5865g. Pra-Usila 2723

7

Page 14: LAPORAN PUSKESMAS

h.Usila 12572. Kepadatan Penduduk 274. Jumlah Penduduk Miskin 38755. Jumlah Rw 206. Jumlah Rt 88

Sumber: Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013

8

Page 15: LAPORAN PUSKESMAS

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. Angka Kematian (Mortalitas)

Angka kematian dapat menunjukan status yang kompleks dari

sekelompok masyarakat dalam suatu wilayah tertentu yang meliputi

lingkungan fisik, biologi, ekonomi dan kesehatan. Sebagai indikator derajat

kesehatan masyarakat, angka kematian yang dipergunakan adalah angka

kematian bayi, angka kematian kasar, kasus kematian ibu maternal, kasus

kematian neonatus.

Tabel 2. Angka Kematian di Kelurahan Batu Layang

Tahun 2013

Sum be r:

Data Puskesmas Khatulistiwa, 2013

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa permasalahan AKI dan

AKB perlu mendapat perhatian serius agar di tahun yang akan datang terjadi

penurunan AKI dan AKB.

B. Angka Kesakitan (Morbidilitas)

Angka kesakitan dapat dikelompokkan dalam menjadi 2 kelompok

utama yaitu penyakit akibat infeksi dan non infeksi. Tabel berikut adalah data

angka kesakitan beberapa penyakit menular dan berpotensial wabah.

9

Indikator Puskesmas Khatulistiwa

Angka Kematian Ibu Nifas 1

Angka Kematian Bayi- Neonatal < 28 hr- Perinatal- Lahir Mati

221

Angka Kematian Balita Per 1000 Balita 0.005

Page 16: LAPORAN PUSKESMAS

Tabel 3. Angka Kesakitan (Morbiditas) di Kelurahan Batu Layang

Tahun 2013

No Jenis Penyakit Jumlah1 Demam Berdarah Dengue 82 TB BTA+ 73 Diare 2014 Pneumonie Balita 05 Campak 0

Sumber : Data Puskesmas Khatulistiwa, 2013

1. DBD

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kasus DBD di kelurahan Batu

Layang pada tahun 2013 sebanyak 8 kasus, ini dapat disebabkan karena

masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan PHBS. Hal

ini dapat dilihat dari capaian rumah atau bangunan bebas jentik hanya

75,2% sedangkan target yang harus dicapai 95%. Sedangkan capaian

rumah tangga sehat dan ber-PHBS hanya 30,8% sementara target yang

harus dicapai sebesar 70%.

Grafik 3. IR/CFR DBD Kelurahan Batu Layang

Tahun 2008-2013

Sumber: Data Puskesmas Khatulistiwa, 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan Incident

Rate pada tahun 2013 sebesar 0.008%, sedangkan untuk Case Fatality

10

Page 17: LAPORAN PUSKESMAS

Rate tahun 2013 adalah 0% yang berarti tidak adanya kasus kematian

yang disebabkan oleh DBD.

2. TB BTA+

Penyakit TB paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa yang

sangat menular. Pengobatan TB paru memerlukan waktu yang lama

sehingga dalam masa pengobatan sering terjadi drop out atau pengobatan

terputus sebelum pasien sembuh. Sehingga tingkat kesembuhan pasien

sangat ditentukan oleh kerjasama yang baik dengan pasien maupun

keluarga sebagai faktor pendukung.

Pada tahun 2013 penemuan pasien baru TB BTA+ belum mencapai target

yaitu hanya 26% . Sedangkan untuk tingkat kesembuhan penderita TB

BTA+ juga belum mencapai target yaitu hanya 60%. Hal ini disebabkan

ada 2 pasien yang ditemukan pada akhir tahun sehingga sampai sekarang

masih menjalani pengobatan.

Grafik 4. Hasil Pencapaian TB di Wilayah Binaan UPK. Puskesmas Khatulistiwa

Tahun 2011-2013

Sumber : Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 20133. ISPA

Indikator yang dipakai untuk angka kesakitan ISPA adalah Pneumonia

balita per 1000 balita. Pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus pneumoni

pada balita.

11

Page 18: LAPORAN PUSKESMAS

Grafik 5. Morbiditas Pneumonia per 1000 Balita di Wilayah Binaan UPK. Puskesmas Khatulistiwa

tahun 2008-2012

Sumber: Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013

4. Diare

Diare adalah penyakit yang disebabkan Eschericia Coli yang menyerang

saluran pencernaan. Penyakit ini erat kaitannya dengan hygiene

perorangan yang kurang baik. Pada tahun 2013 ditemukan kasus diare

sebanyak 201 kasus.

Grafik 6. Morbiditas Diare per 1000 PendudukKelurahan Batu Layang

Tahun 2008-2013

Sumber: Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013

12

Page 19: LAPORAN PUSKESMAS

C. Pemberantasan Penyakit

1. Pemberantasan penyakit menular tidak langsung

Kegiatan pemberantasan dan penanggulangan penyakit menular tidak

langsung ini meliputi pemberantasan penyakit DBD dan malaria. Adapun

capaian kinerja kegiatan ini adalah :

a. Morbiditas penyakit malaria tahun 2013 di kelurahan Batu Layang

menunjukkan Incident Rate per 100.000 penduduk 0 karena tidak

terdapat kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Khatulistiwa.

Sedangkan untuk DBD angka Incident Rate per 100.000 penduduk

sebesar 0.008%.

b. Angka kematian (CFR ) akibat penyakit DBD dan malaria dengan

realitas 0 %

2. Diare

Penyakit diare merupakan penyakit endemi, tidak hanya di Kelurahan

Batu Layang, tapi juga di Kota Pontianak. Penyakit ini erat kaitannya

dengan buruknya sanitasi dan kurangnya persediaan air bersih untuk

keperluan rumah tangga. Kinerja dari program ini dapat dilihat dari :

a. Tertanganinya kasus diare selama tahun 2013 sebanyak 100% ( 201

kasus).

b. Cakupan penemuan penderita diare hanya 32,15%.

3. TBC

Tuberculosis Paru adalah penyakit menular yang masih cukup banyak

ditemui di Kelurahan Batu Layang. Tingkat ekonomi, kurangnya

kesadaran Prilaku Hidup Bersih Sehat disertai rendahnya tingkat

pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingginya kasus TB Paru di

wilayah ini. Kinerja dari program ini adalah :

a. Ditemukannya penderita TB Paru BTA positif baru sebanyak 7 kasus

atau Case Detection Rate sebesar 26%.

b. Tingkat kesembuhan penderita atau cure rate 60 %, hasil ini belum

mencapai angka nasional > 85 %.

13

Page 20: LAPORAN PUSKESMAS

4. ISPA

Selama tahun 2013, ISPA merupakan penyakit yang menduduki peringkat

1 dari 10 besar penyakit di Puskesmas Khatulistiwa dengan jumlah kasus

sebanyak 3.166 (27,2%). Kasus ISPA biasanya meningkat pada musim

kemarau akibat kabut asap dan kondisi udara yang kurang

menguntungkan. Pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus pneumonia

balita.

5. Pemberantasan penyakit kusta

Selama tahun 2013 di Kelurahan Batu Layang ditemukan 2 kasus

penyakit kusta. Kedua kasus tersebut sudah tertangani.

6. Surveilans

Surveilans adalah pengumpulan data guna pemantauan secara

berkesinambungan dan informasi tentang penyakit untuk mencegah

terjadi KLB. Hasil dari kegiatan ini adalah di lakukan 52 kali (100%)

penyediaan informasi kasus penyakit menular berpotensi wabah.

D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

Program penyehatan lingkungan dijabarkan ke dalam 4 kegiatan pokok

yaitu penyehatan lingkungan pemukiman, penyehatan makanan dan

minuman, penyehatan TTU dan pengawasan air-limbah.

Adapun hasil di kegiatan ini adalah sebagai berikut.

1. Penyehatan lingkungan pemukiman

a. Tahun 2013 diperoleh Angka Bebas Jentik 72,5 % dari target 95 %

b. Penyediaan abate untuk pemberantasan nyamuk .

c. Rumah tangga ber-PHBS 30,8 % dari target 70 %.

2. Penyehatan makanan dan minuman

Persentase tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat

kesehatan 81,57 % dari 76 TUPM yang diperiksa di Kelurahan Batu

Layang.

3. Peningkatan penyehatan TTU

Tempat - tempat umum yang diperiksa di Kelurahan Batu Layang

yang memenuhi syarat sebanyak 85%.

14

Page 21: LAPORAN PUSKESMAS

4. Pengawasan air dan limbah

Pengelolaan air limbah di Kelurahan Batu Layang masih

memprihatinkan. Rumah Tangga pada umumnya tidak memiliki

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), melainkan hanya

menggunakan Saluran Pembuangan Air Limbah yang dialirkan ke

badan air supaya limbah tidak tergenang.

Demikian pula dengan akses air bersih sampai sekarang sebagian

masyarakat Kelurahan Batu Layang dan khususnya di wilayah

Puskesmas Khatulistiwa belum menggunakan air PDAM atau sekitar

413 rumah tangga saja yang menggunakan air PDAM.

15

Page 22: LAPORAN PUSKESMAS

BAB IV

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kegiatan

Kegiatan praktik klinik sanitasi di UPK. Puskesmas Khatulistiwa

ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan membentuk sikap serta

ketrampilan kerja. Berikut hasil kegiatan yang telah kami lakukan selama

jadwal praktik 23-28 Juni 2014.

Tabel 4. Hasil Kegiatan Praktik Klinik Sanitasi

di UPK. Puskesmas Khatulistiwa

Hari, Tanggal Kegiatan Klinik Sanitasi

Senin, 23 Juni - Konseling- Kunjungan ke DAMIU Aquarius- Rekapitulasi data Sarana Sanitasi Dasar di

Wilayah Kerja Puskesmas KhatulistiwaSelasa, 24 Juni - Konseling

- Lanjutan rekapitulasi data Sarana Sanitasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Khatulistiwa

Rabu, 25 Juni - Konseling- Penyuluhan DBD di RT II/RW XVI di Gang

Masjid, Batulayang- Sosialisasi kawasan tanpa rokok di masjid/surau

di Gang Flora, Batulayang- Pengasapan/fogging di RT I/RW XI Gang

Beringin 2, BatulayangKamis, 26 Juni - Konseling

- Rekapitulasi data survey jentik di wilayah kerja Puskesmas Khatulistiwa

- Menyusun laporan PSN di wilayah kerja Puskesmas Khatulistiwa

Jumat, 27 Juni - Konseling- Survey jentik dan abatisasi di RT II/RW XV dan

RT II/RW XVI Gang Makam, BatulayangSabtu, 28 Juni - Konseling

- Kunjungan tindak lanjut klinik sanitasi ke rumah pasien penyakit kulit di RT I/RW XI Gang Beringin Maju I, Batulayang

Sumber: Data Primer, 2014

16

Page 23: LAPORAN PUSKESMAS

Berikut penjelasan hasil kegiatan praktik klinik sanitasi yang kami

lakukan di UPK. Puskesmas Khatulistiwa.

1. Di dalam gedung

a. Konseling

Kegiatan konseling kami lakukan setiap hari di meja klinik sanitasi

sesuai dengan jam buka Puskesmas.

Tabel 5. Data Penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk ke Pelayanan Klinik Sanitasi 23 – 28 Juni 2014 di Wilayah Binaan

UPK. Puskesmas Khatulistiwa

No Penyakit Jumlah1 Kulit 92 ISPA 73 TB 24 Diare 1

Jumlah 19Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel di atas, jumlah kasus penyakit kulit atau gatal-gatal

pada 23 – 28 Juni 2014 di wilayah kerja Puskesmas Khatulistiwa

merupakan penyakit berbasis lingkungan yang paling banyak dirujuk

ke pelayanan konseling klinik sanitasi.

b. Rekapitulasi data

Selain melakukan kegiatan konseling, kami juga membantu petugas

dalam merekap beberapa data terkait klinik sanitasi, seperti data

survey jentik yang telah diperoleh dari proses surveilans di lapangan.

Surveilans ini bertujuan untuk mengumpulkan data guna pemantauan

secara berkesinambungan dan informasi tentang penyakit untuk

mencegah terjadi KLB.

2. Di luar gedung

a. Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan dilakukan sebagai upaya preventif dalam

menurunkan atau menghindari tenjadinya angka kesakitan atau

bahkan angka kematian. Dalam hal ini adalah upaya penyuluhan

17

Page 24: LAPORAN PUSKESMAS

tentang DBD. Penyuluhan dilakukan di rumah Ketua RT II/ RW XVI

di Gang Masjid, Batulayang dengan melibatkan seluruh warga di

wilayah tersebut.

b. Survey jentik dan abatisasi

Kegiatan survey jentik dan abatisasi dilakukan rutin setiap 3 bulan

sekali di wilayah kerja UPK. Puskesmas Khatulistiwa. Pada

praktiknya, kami membantu petugas sanitarian melakukan survei di

wilayah RT. II/RW XV dan RT II/RW XVI.

c. Fogging atau pengasapan

Kegiatan fogging dilakukan di wilayah RT I/RW XI Gang Beringin 2,

Batulayang. Kegiatan bersifat berkelanjutan. Setelah dilakukan

pengasapan, masyarakat harus melakukan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) agar nyamuk tidak sempat berkembang biak.

d. Kunjungan klinik sanitasi

Sesuai dengan data pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi, sebagian

besar merupakan penderita penyakit kulit. Dari 9 kasus penyakit kulit

yang terdata selama rentang 23-28 Juni 2014, kami memutuskan

untuk melakukan kunjungan pada pasien Ahid Murtado (14 tahun)

dengan pertimbangan bahwa selain pasien, anggota keluarga lainnya

juga menderita penyakit yang sama yaitu penyakit kulit.

Berikut beberapa gambar keadaan lingkungan sekitar rumah pasien

yang kami kunjungi.

Gambar 1. Sumber air bersih menggunakan sumur gali

18

Page 25: LAPORAN PUSKESMAS

Gambar 2. Kondisi air limbah yang menggenang

Gambar 3. Keadaan tempat mandi dan jamban

B. Pembahasan

Klinik sanitasi merupakan sebagai salah satu pelayanan puskesmas

yang mengintegrasikan antara upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif  mempunyai peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat

rujukan, fasilitator bidang kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis

lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan permukiman yang difokuskan

pada penduduk yang beresiko tinggi di wilayah kerja puskesmas (Lindu,

2014).

Kegiatan klinik sanitasi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu sebagai

berikut.

19

Page 26: LAPORAN PUSKESMAS

1. Di dalam gedung

Kegiatan klinik sanitasi di dalam gedung adalah konseling. Semua pasien

yang mendaftar di loket setelah mendapat kartu status seterusnya

diperiksa oleh petugas medis / paramedis Puskesmas. Apabila di dapatkan

penderita penyakit yang behubungan erat dengan faktor lingkungan, maka

yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Kalau klien, setelah

mendaftar di loket, mereka langsung ke ruang klinik sanitasi untuk

mendapatkan bimbingan teknis. Di ruang klinik sanitasi, sanitarian /

tenaga kesling akan melakukan wawancara dan konseling yang hasilnya

ditulis dalam Kartu Status Kesehatan Lingkungan. Selanjutnya

sanitarian / petugas kesling membuat janji kunjungan ke rumah pasien /

klien.

Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pasien atau klien yang dirujuk ke

bagian klinik sanitasi harus dilakukan kunjungan. Berikut beberapa

pertimbangan yang perlu dijadikan landasan dilakukannya kunjungan

klinik sanitasi.

a. Pasien dengan keluhan sakit yang sama dan berulang-ulang.

b. Beberapa anggota keluarga pasien/klien bersangkutan menderita atau

mengeluh gejala yang sama

Jadi, tidak semua pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi harus

ditindaklanjuti dengan melakukan kunjungan agar lebih efektif dan tepat

sasaran.

2. Di luar gedung

a. Penyuluhan

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan masyarakat

agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi

tercapainya peningkatan derajat kesehatannya (Sulistiani, 2014).

Kasus DBD di Kelurahan Batu Layang pada tahun 2013 menempati

peringkat ketiga tertinggi di Kota Pontianak, yaitu sebanyak 8 kasus.

Hal ini dapat disebabkan karena masih kurangnya kesadaran

20

Page 27: LAPORAN PUSKESMAS

masyarakat dalam menerapkan PHBS terutama berkaitan dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Berdasarkan data kasus tersebut, maka UPK. Puskesmas Khatulistiwa

mengambil kebijakan untuk mengadakan kegiatan penyuluhan DBD

di wilayah yang berpotensi terjadinya kasus DBD. Sasaran

penyuluhan kali ini adalah warga RT. 02/ RW. 16 bertempat di rumah

ketua RT. Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini adalah agar warga

mengetahui dan dapat melakukan upaya antisipasi dini terhadap DBD

secara sederhana dan mandiri. Dalam hal ini, petugas memberikan

penekanan untuk menjaga keadaan sanitasi lingkungan rumah warga.

Petugas juga mengajak keterlibatan kami dalam memberikan materi

penyuluhan kepada warga sebagai upaya penerapan keilmuan klinik

sanitasi.

Kelemahan dari metode penyuluhan ini adalah masih kurangnya

kesadaran warga untuk menghadiri kegiatan penyuluhan. Ada

beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab kurangnya minat

warga. Salah satunya karena kesibukan warga.

b. Survei jentik dan abatisasi

Survei jentik dilakukan untuk mendapatkan data Angka Bebas Jentik

(ABJ), Container Index (CI) dan House Index (HI) di wilayah kerja

UPK. Puskesmas Khatulistiwa. Selain survei juga dilakukan kegiatan

pembagian bubuk abate untuk mengendalikan kasus DBD di

Kelurahan Batu Layang. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang

dilakukan oleh UPK. Puskesmas Khatulistiwa setiap 3 bulan sekali

sebagai upaya pengumpulan data perkembangan siklus kehidupan

nyamuk Aedes aegypti di wilayah kerja puskesmas.

Keterlibatan kami adalah membantu petugas sanitarian dalam

melakukan survei jentik dan abatisasi di RT II / RW XV dan RT II /

RW XVI Kelurahan Batu Layang.

c. Fogging

21

Page 28: LAPORAN PUSKESMAS

Fogging adalah upaya pemberantasan nyamuk dengan cara

penyemprotan asap (pengasapan). Fogging bukan merupakan upaya

pencegahan tetapi upaya pemberantasan nyamuk Aedes aegypti.

Fogging biasa dilakukan di wilayah yang ada penderita DBD untuk

membunuh nyamuk yang telah menggigit penderita agar tidak

menularkan pada orang lain. Setelah dilakukan fogging tidak lantas

menjamin terbebas dari nyamuk karena pada saat pengasapan hanya

nyamuk dewasa saja yang terbunuh, tetapi jentik-jentiknya tetap

berkembangbiak (Kadi, 2013).

Demikian halnya pemahaman yang diberikan oleh petugas sanitarian

di lapangan. Kegiatan fogging dilakukan di wilayah RT I / RW XI

Gang Beringin 2, Batu Layang. Kegiatan tidak hanya berhenti sampai

di situ. Setelah dilakukan pengasapan, masyarakat harus melakukan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) agar nyamuk tidak sempat

berkembang biak. Fogging sebenarnya kurang efektif apabila tidak

ditindaklanjuti dengan gerakan 3M. Mencegah lebih efektif daripada

mengobati atau memberantas.

d. Kunjungan klinik sanitasi

Kunjungan klinik sanitasi merupakan upaya untuk menindaklanjuti

pasien atau klien yang melakukan konseling. Tujuan dari kunjungan

ini adalah sebagai berikut.

1) Menentukan pola penyebab atau penyebaran dari kasus penyakit

yang diderita pasien

2) Membantu memberikan saran upaya penanganan dengan

memperhatikan kondisi lingkungan rumah pasien/klien

Sesuai dengan data pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi, sebagian

besar merupakan penderita penyakit kulit. Berdasarkan 9 kasus

penyakit kulit yang terdata selama rentang 23-28 Juni 2014, kami

memutuskan untuk melakukan kunjungan pada pasien Ahid Murtado

(14 tahun) dengan pertimbangan bahwa selain pasien, anggota

22

Page 29: LAPORAN PUSKESMAS

keluarga lainnya juga menderita penyakit yang sama yaitu penyakit

kulit.

Langkah awal yang kami lakukan adalah dengan melakukan

wawancara keluarga pasien mengenai prilaku atau kebiasaan sehari-

hari pasien dan anggota keluarga lainnya untuk menentukan

kemungkinan penyakit kulit diakibatkan dari personal higiene.

Selanjutnya dengan melakukan pengamatan kondisi lingkungan

sekitar rumah untuk menentukan kemungkinan faktor lingkungan

sebagai sumber penyebab.

Berdasarkan hasil analisa kami, penyebab dari penyakit kulit yang

diderita pasien ini adalah sebagai berikut.

1) Sumber air yang digunakan, yaitu menggunakan sumur gali yang

jaraknya berdekatan dengan jamban

2) Adanya sumber pencemar kandang ayam di area pemukiman

tersebut sehingga memungkinkan kotoran terbawa angin

3) Prilaku atau kebiasaan keluar rumah tanpa menggunakan alas kaki

sehingga berpotensi menempelnya kotoran dari tanah

4) Kepadatan hunian di dalam kamar rumah yaitu 3 orang dalam

sekamar sehingga memungkinkan terjadinya penularan akibat

kontak langsung

Adapun saran yang kami rekomendasikan adalah sebagai berikut.

1) Pencegahan penularan

a) Memiliki peralatan mandi dan pakaian yang terpisah dengan

anggota keluarga lainnya

b) Tidak kontak langsung dengan penderita

2) Penanganan penderita

a) Mengatur pola makan dan menghindari makanan berprotein

tinggi yang dapat memicu gejala gatal-gatal seperti telur dan

udang

b) Istirahat yang cukup

3) Perbaikan lingkungan

23

Page 30: LAPORAN PUSKESMAS

a) Menjaga kebersihan rumah

b) Melakukan upaya penjernihan air sumur yang digunakan

dengan melakukan penambahan Polyaluminium chloride

(PAC) pada tempat penampungan air.

24

Page 31: LAPORAN PUSKESMAS

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktik klinik sanitasi di UPK. Puskesmas

Khatulistiwa, beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai

berikut.

1. Pembangunan kesehatan Kelurahan Batu Layang pada tahun 2013 sudah

menunjukkan kemajuan dengan semakin meningkatnya derajat kesehatan

masyarakat.

2. DBD masih menjadi masalah penyakit berbasis lingkungan di wilayah

kerja UPK. Puskesmas Khatulistiwa.

3. Berdasarkan hasil kegiatan, kami telah melakukan kegiatan klinik sanitasi

baik di dalam maupun di luar gedung. Kegiatan di dalam gedung yang

kami lakukan berupa konseling. Sementara kegiatan di luar gedung adalah

penyuluhan, surveilans dan kunjungan klinik sanitasi.

B. Saran

Saran yang bisa diberikan berdasarkan praktik klinik sanitasi yang telah

dilakukan adalah perlunya kerjasama dari pihak poli umum untuk selalu

memberikan rujukan bagi pasien / klien yang mengalami gangguan kesehatan

berbasis lingkungan ke bagian klinik sanitasi agar dapat dilakukan upaya

pencegahan dan penanganan melalui rekayasa maupun modifikasi lingkungan

untuk menghindari terjadinya KLB.

25

Page 32: LAPORAN PUSKESMAS

DAFTAR PUSTAKA

Royanti, Elly dkk. 2013. Profil UPK Puskesmas Khatulistiwa Tahun 2013

Tim Akademik D-IV Kesehatan Lingkungan. 2014. Panduan Praktik Klinik Sanitasi. Politeknik Kesehatan Pontianak Jurusan Kesehatan Lingkungan

Ajeng, Ayuningtyas. 2013. Tujuan MDGs dalam Bidang Kesehatan. Diakses dari http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2013/08/11/tujuan-tujuan-mdgs-dalam-bidang-kesehatan-di-indonesia-580276.html. 8 Juli 2014

26

Page 33: LAPORAN PUSKESMAS

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Dokumentasi Kegiatan

Ket. Gambar tampak depan UPK. Puskesmas Khatulistiwa, Batu Layang

Ket. Briefing rencana kegiatan oleh Ibu Sri Endah selaku Pembimbing Klinik

Sanitasi

27

Page 34: LAPORAN PUSKESMAS

Ket: Penyuluhan DBD di rumah Ketua RT. II/RW. XVI di Gang Masjid,

Batulayang.

Ket. Materi penyuluhan tentang DBD dan pemahaman mengenai penggunaan

bubuk abate

28

Page 35: LAPORAN PUSKESMAS

Ket. Membantu kegiatan di apotek

Ket. Survei jentik dan abatisasi di RT. III/RW. XVI dan RT. /RW. XV

29

Page 36: LAPORAN PUSKESMAS

Ket. Persiapan kunjungan lapangan ke rumah salah satu pasien penderita

penyakit kulit

Ket. Kegiatan konseling klinik sanitasi

30

Page 37: LAPORAN PUSKESMAS

Ket. Mengamati kondisi lingkungan di sekitar rumah pasien

Ket. Wawancara dengan keluarga pasien kunjungan

31

Page 38: LAPORAN PUSKESMAS

B. Alur Pelayanan UPK. Khatulistiwa Pontianak

32

Pasien datang

Loket

pembayaran

Ruang pemeriksaan

Pasien pulang

Apotik

Poli umum

Poli Gigi

Poli KIA

Pelayanan Penunjang

Klinik Klinik Klinik Sanitasi

Klinik Gizi

Lab