LAPORAN PRATIKUM SABUN
-
Upload
hendra-riau -
Category
Documents
-
view
120 -
download
2
Transcript of LAPORAN PRATIKUM SABUN
-
1
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
LAPORAN PRATIKUM
PRODUKSI 1
PERCOBAAN : 5
PEMBUATAN SABUN BUBUK BANYAK BUSA DAN
DETERGEN
PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT
POLITEKNIK KAMPAR
2012
Nama pratikan NIM Tanggal Kumpul
Tanda tangan
Hendra Riau
201211031
20 Maret 2014
Pratikan instruktur
Nama penilai Tanggal koreksi Nilai Tanda tangan
Hanifah khairiah, S.ST
-
2
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses sabun bubuk banyak busa
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan deterjen bubuk
II. TEORI
Deterjen sangat akrab dengan kehidupan kita terutama bagi ibu
rumah tangga untuk mencuci pakaian. Deterjen tidaklah sama dengan
sabun, meskipun sabun juga termasuk deterjen. Kata deterjen berasal
dari bahasa Latin deterjene yang berarti menghapus. Deterjen
merupakan campuran berbagai bahan yang digunakan untuk
membersihkan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Deterjen berhubungan dengan pembersihan benda padat dengan
menyingkirkan benda yang tidak diinginkan dari permukaannya.
Pembersihan ini dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti
pemisahan mekanik sederhana (misalnya mengucek dan mencelupkan
ke dalam air),pemisahan dengan pelarut (misalnya penambahan pelarut
organik, dan pemisahan dengan menambahkan air dan bahan
kimiasepertisurfaktan.
Sistem pencucian dengan deterjen melibatkan interaksi antara
pengotor dan liquid bath (air yang mengandung surfaktan). Hasil
pencucian sangat bergantung pada interaksi tersebut. Selain itu kondisi
pencucian, seperti temperatur, waktu, energi mekanik yang diberikan
dan kesadahan air juga menentukan.
Setelah lebih dari dua ribu tahun menggunakan sabun, orang akhirnya
membuat deterjen sintesis yang dapat membersihkan lebih baik dari
sabun dan tidak dipengaruhi oleh kesadahan air. Semua deterjen
termasuk sabun merupakan surfaktan, senyawa kimia yang dengan
keistimewaannya dapat mempertemukan lemak dan air. Kebanyakan
kotoran yang melekat pada kulit, pakaian dan perabotan rumah tangga
tidak terlepas dari andil lemak yang melekat pada bahan.
Menurut kandungan gugus aktifnya deterjen diklasifikasikan sebagai
-
3
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
berikut :
1. Deterjen jenis keras
Deterjen jenis keras sukar diuraikan oleh mikroorganisme
meskipun bahan tersebut dibuang. Akibatnya zat tersebut masih
aktif dan jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.
Contohnya adalah Alkil Benzena Sulfonat (ABS). Senyawa
ABS dapat dibuat dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan
Belerang Trioksida, Asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini
menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil
Benzena maka persamaan reaksinya adalah
C6H4C12H25SO3HC6H5C12H25 + SO3
(Dodekil Benzena Sulfonat)
Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga
dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat
2. Deterjen jenis lunak
Deterjen jenis lunak mudah diuraikan oleh mikroorganisme,
sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai. Contohnya adalah
Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat (LAS). Senyawa LAS
dapat dibuat dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam
Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH C12H25OSO3H + H2O+ H2SO4
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan
NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun
kini meluas dalam bentuk produk-produk seperti:
1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri
seperti sampo, sabun cuci tangan, dll.
2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk
deterjen yang paling populer di masyarakat.
3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga
baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.
-
4
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti
pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik,
metal, gelas, dll.
Deterjen dapat dibuat dengan mereaksikan asam alkil sulfonat
atau asam alkil benzensulfonat dengan suatu basa. Berikut ini
reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan deterjen:
Rantai karbon (gugus alkil, R) pada struktur di atas dapat berupa rantai
lurus maupun rantai bercabang. Rantai alkil yang digunakan sebaiknya
tidak bercabang karena rantai alkil yang bercabang sulit untuk
diuraikan oleh mikrooganisme. Akibatnya dapat menimbulkan polusi
berupa buih di sungai dan danau. Oleh karena itu, sejak tahun 1965
digunakan alkil benzensulfonat yang tidak bercabang.
Salah satu bahan pembuatan deterjen adalah asam sulfonat yang
memiliki molekul berantai panjang dengan jumlah atom karbon 12 -18
-
5
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
atom tiap molekulnya. Deterjen pertama kali disintesis pada tahun
1940-an berupa garam natrium dari alkil hidrogen sulfat. Senyawa ini
didapat dari reaksi antara alkohol berantai panjang dengan asam sulfat
yang kemudian dinetralkan dengan basa. Alkohol berantai panjang
dapat dibuat dengan reaksi hidrogenasi lemak dan minyak.
Salah satu contoh deterjen yang memiliki kualitas yang baik adalah
natrium lauril sulfat. Deterjen yang umum digunakan saat ini adalah
alkil benzenasulfonat berantai lurus. Proses pembuatannya meliputi
tiga tahapan. Tahap pertama adalah reaksi antara alkena rantai lurus
dengan jumlah atom karbon 14 dengan benzena dan katalis AlCl3 atau
HF sehingga membentuk alkil benzena. Reaksi ini sangat umum dan
biasa dikenal dengan reaksi Friedel Craft. Tahap selanjutnya
melibatkan reaksi sulfonasi yaitu alkil benzena yang dihasilkan dari
tahap pertama direaksikan dengan asam sulfat sehingga dihasilkan
asam alkil benzenasulfonat. Tahap terakhir adalah penetralan asam
alkil benzenasulfonat dengan suatu basa misalnya NaOH sehingga
dihasilkan garam natrium alkil benzenasulfonat atau deterjen.
Berikut ini adalah reaksi pada tiap tahapan proses pembuatan deterjen:
Zat lain yang terkandung dalam deterjen antara lain builder, filler dan
aditif. Builder memiliki fungsi untuk membantu efisiensi surfaktan
dalam proses pembersihan kotoran. Salah satu kemampuan builder
yang penting adalah menyingkirkan ion yang menyebabkan kesadahan
air dan mencegah ion tersebut berinteraksi dengan surfaktan. Hal ini
diperlukan untuk menjaga efektivitas proses pencucian. Secara umum
builder meningkatkan alkalinitas cairan sehingga dapat pula berfungsi
-
6
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
sebagai alkali. Beberapa contoh builder yang banyak digunakan adalah
sebagaiberikut:
1. Zeolit
Zeolit (Na2Ox.Al2O3y.SiO2z.pH2O) berfungsi sebagai builder
penukar ion. Zeolit yang banyak digunakan adalah zeolit dengan tipe
A. Ion natrium yang terkandung di dalam zeolit akan dilepaskan oleh
kristal zeolit dan digantikan dengan ion kalsium dari air sadah. Hal ini
akan menyebabkan penurunan kesadahan dari air pencuci.
2. Clay
Clay seperti juga kaolin, montmorilonit, dan bentonit dapat digunakan
sebagai builder. Namun, clay memiliki efektivitas pelunakkan air yang
lebih rendah dibandingkan zeolit tipe A. Tetapi penggunaan clay
sebagai builder memiliki nilai tambah lain. Misalnya clay
montmorilonit yang dapat juga berfungsi sebagai komponen pelembut.
Komponen ini akan diserap dan difilter ke dalam pakaian selama
proses pencucian dan pembilasan.
3. Nitrilotriacetic acid
Senyawa Nitrilotriacetic acid N(CH2COOH)3 atau biasa disebut NTA
ini merupakan salah satu builder yang kuat. Senyawa ini merupakan
tipe builder organik. Namun, penggunaaannya memiliki efek samping
pada kesehatan dan lingkungan.
4. Garam Netral
Natrium sulfat dan natrium klorida merupakan garam-garam netral
yang dapat digunakan sebagai builder. Natrium sulfat juga dapat
menurunkan Critical Micelle Concentration (CMC) dari surfaktan
organik sehingga konsentrasi pencucian efektif dapat tercapai.
Bahan lain yang terkandung dalam deterjen adalah filler. Bahan ini
merupakan bahan tambahan yang tidak memiliki kemampuan untuk
meningkatkan daya cuci, tetapi dapat meningkatkan kuantitas deterjen,
-
7
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
contohnya adalah natrium sulfat.
Aditif organik dalam deterjen juga dapat ditambahkan untuk
meningkatkan daya cuci. Peningkatan yang dimaksud meliputi hal-hal
di bawah ini:
a. Menurunkan pengendapan kembali kotoran.
b. Meningkatkan efek whiteness dan brightness.
c. Meningkatkan kemudahan terlepasnya kotoran.
d. Menurunkan atau menigkatkan pembusaan seperti yang diinginkan.
e. Menaikkan tingkat kelarutan deterjen. Jika deterjen semakin larut,
maka fungsi pencucian juga meningkat.
f. Menaikkan daya dorong terhadap logam-logam.
g. Menurunkan injury (misalnya iritasi pada kulit manusia, barang atau
kain, dan mesin).
Beberapa aditif organik yang dapat digunakan dalam deterjen adalah:
1. Na-CMC
Natrium Carboxyl Methyl Cellulose berfungsi sebagai agen anti-
redeposisi yang paling umum digunakan pada kain katun. Namun,
senyawa ini tidak berfungsi baik pada serat sintetis.
2. Blueing Agent
Blueing agent memiliki fungsi untuk memberi kesan biru pada kain
putih sehingga kain akan terlihat semakin putih. Selain itu, blueing
agent juga dapat memberi kesan warna yang lembut.
3. Fluorescent
Fluorescent merupakan agen pemutih yang pertama kali digunakan
pada deterjen pada tahun 1940. Bahan ini dapat menyerap radiasi
ultraviolet dan mengemisi sebagian energi radiasi tersebut sebagai
sinar-sinar biru yang tampak. Konsentrasi aditif harus diperhatikan
dalam penggunaannya karena jika konsentrasi aditif yang digunakan
salah, fluorescent tidak akan memberikan efek absorbsi sinar
ultraviolet.
4. Proteolytic enzyme
Proteolytic enzyme banyak digunakan pada formula deterjen. Tujuan
-
8
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
penggunaannya adalah untuk mendegradasi bercak-bercak pada
substrat yang dapat didegradasi oleh enzim. Penggunaan aditif ini
membutuhkan waktu lebih lama daripada aditif lainnya karena
merupakan produk bioteknologi. Enzim-enzim yang dapat digunakan
sebagai aditif antara lain enzim amilase, trigliserida, dan lipase.
5. Bleaching agent
Bleaching agent anorganik yang banyak digunakan dalam deterjen
adalah natrium perborat. Pada temperatur pencucian yang tinggi yaitu
sekitar 7080oC. Senyawa ini akan memucatkan (efek bleaching)
bercak-bercak seperti bercak wine dan buah-buahan secara efektif.
Namun sebelum dibuang air sisa cucian harus didinginkan hingga
temperatur di bawah 50oC agar bisa lebih ramah lingkungan.
Bleaching agent organik yang biasa digunakan adalah TAED (Tetra
Acetyl Ethylene Diamine). Senyawa ini efektif digunakan pada
temperatur pencucian 50-60oC.
6. Foam Regulator
Foam regulator seperti amin oksida, alkanolamida, dan betain
digunakan untuk menghasilkan busa sehingga aditif ini umumnya
digunakan pada cairan pencuci tangan dan sampo. Busa dapat
meratakan deterjen dengan lebih baik saat digunakan, misalnya saat
mencuci rambut atau menggosok gigi.
7. Organic sequestering
Aditif ini berfungsi untuk memisahkan ion logam dari bath liquid.
Beberapa aditif yang berfungsi sebagai organic sequestering adalah
EDTA dan nitrilotriacetic acid.
Secara umum fungsi dari zat-zat yang terkandung dalam deterjen
adalah:
a. Asam dan alkali
Kandungan asam dapat memudahkan pelepasan endapan mineral,
contohnya asam asetat dan asam sitrat. Alkali dapat melawan kotoran
-
9
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
berlemak dan berminyak, contohnya amonia.
b. Agen antimikroba
Keberadaan agen antimikroba ini dapat membantu dalam membasmi
mikroorganisme, contoh agen antimikroba adalah minyak pinus,
trikloban, triklosan.
c. Agen antideposisi
Agen anti deposisi berperan untuk mencegah pembentukan kembali
kotoran yang telah terangkat, contoh agen antideposisi adalah
karboksimetil selulosa, plietilena glikol, natrium silikat.
d. Pengelantang
Pengelantang dapat menghilangkan noda dengan cara memutihkan dan
mencerahkan pakaian, contoh pengelantang adalah natrium hipoklorit
(chlorine bleach), natrium perbonat (colie safe bleach).
e. Anti sadah
Anti sadah berguna untuk mengatasi kesadahan air. Yang dimaksud air
sadah (air keras) adalah jenis air yang mengandung ion-ion tertentu
yang dapat menurunkan kinerja surfaktan. ion-ion yang biasa
terkandung dalam air sadah biasanya ion Ca2+, Mg2+, SO42- dan
HCO3-. Contoh zat anti sadah adalah natrium karbonat,
natriumtripolifosfat.
f. Penghambat korosi
Kandungan bahan ini dapat melindungi komponen-komponen logam
seperti pada perabotan masak dari perkaratan, contoh penghambat
korosi adalah natrium silikat.
g. Enzim
Enzim merupakan biokatalisator yang dapat mempercepat laju suatu
reaksi yang terjadi pada organisme. Dalam hal ini enzim dapat
mempercepat proses penghancuran noda-noda tertentu, misalnya
getah. Contoh enzim yang biasa digunakan adalah protease dan
selulose.
h. Agen pelembut kain
-
10
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
Zat ini dapat melembutkan kain dan mengendalikan listrik statis.
Contohnya adalah senyawa golongan amonuim kuartener.
i. Pengharum
Pengharum dapat menyembunyikan bau-bau dan menjadikan bahan
lebih segar dan tentunya wangi.
j. Pencerah optik
Zat ini dapat membuat bahan tampak lebih cemerlang dengan
mengubah cahaya kuning atau cahaya ultra ungu yang tidak kelihatan
menjadi warna kebiruan dan keputihan. Contoh pencerah optik adalah
stilbena disulfanat.
k. Pengawet
Pengawet dapat melindungi produk dari oksidasi dan hilangnya warna
serta serangan bakteri. Contohnya adalah hidroksitoluena butilat,
EDTA.
l. Pelarut
Pelarut digunakan agar semua bahan terlarut dalam cairan, contohnya
etil alkohol, propilena glikol.
m. Agen pengendali dadih
Zat ini berfungsi untuk mengendalikan jumlah dadih dan mencegah
terbentuknya kerak, contohnya adalah alkanolamida.
III. ALAT DAN BAHAN
A. Pembuatan sabun banyak busa
Alat :
1. Baskom
2. Beaker glass 250 ml
3. Beaker glass 100 ml
4. Batang pengaduk besar
5. Hand sealer
6. Kemasan plastic
-
11
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
Bahan yang digunakan :
1. Natrium karbonat 50 g
2. STTP 15 g
3. TSP 5 g
4. Texafon bubuk 15 g
5. Texafon gel 15 g
6. Sodium metabisulfit 5 g
7. Calcium carbonat 50 g
8. Parfum secukupnya.
B. Pembuatan deterjen bubuk
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Beaker glass 500 ml
2. Beaker glass 100 ml
3. Batang pengaduk besar
4. Baskom
5. Hand sealer
6. Kemasan plastic
Bahan :
1. Texafon powder 25 g
2. Emal_10 25 g
3. Sodium karbonat 15 g
4. STTP 7 g
5. Sodium sulfat 100 g
6. Parfum secukupnya
IV. PROSEDUR
A. Pembuatan sabun banyak busa
-
12
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
1. Natrium karbonat,STTP,sodium metabosulfit dan texafon bubuk
campur hingga rata
2. Di campur texafon gel aduk rata lalu setelah rata tambahkan calcium
carbonat, panaskan didalam oven selama 60 menit dengan suhu 650c
3. Setelah tercampur rata tambahkan parfum secukupnya dan saring
B. Pembuatan deterjen bubuk
1. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan formula diatas
2. Lalu campurkan emal_10 dan STTP dimasukan kedalam baskom aduk
dengan pengaduk kayu dengan rata
3. Dicampurkan parfum pada wadah sodium karbonat,diaduk rata lalu
campurkan pada baskom
4. Dicampurkan bagian sodium sulfat pada baskom lalu aduk rata
5. Lalu sisa sodium sulfat lainnya dicampurkan dan diaduk rata lalu
tuangkan dalam baskom dan diaduk hingga merata
6. Kemudian deterjen dipanaskan selama 60 menit, kemudian di saring
dan ditambahkan pewarna, lalu diaduk selama 10 menit
7. Deterjen bubuk siap dimasukakan kedaalam kemasan.
V. DATA PENGAMATAN
Dari hasil pengamatan yang praktikan dapatkan yaitu:
A. (sabun banyak busa)
No Uraian Hasil
1. Natrium karbonat 50,1 g
2. STTP 15,2 g
3. TSP 5,1 g
4. Texafon bubuk 15,2 g
5. Texafon gel 15,1 g
6. Sodium metabisulfit 5,1 g
7. Calsium carbonat 50,1 g
8. parfum secukupnya
-
13
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
9. Semua bahan dicampurkan,selain
parfum
Lembab dan kasar
10. Diofen selama kurang lebih 60 menit Kering,halus,lembut,dan bewarna
putih
B. (deterjen bubuk)
no uraian hasil
1. Texafon powder 25,3 g
2. Emal_10 25,1 g
3. Sodium karbonat 15,1 g
4. STTP 7,2 g
5. Sodium sulfat 100 g
6. parfum secukupnya
7. Bahan dicampurkan Lembab dan kasar
8. Di oven selama 60 menit dan disaring Kering,halus, dan lembut
9. 5 gr deterjen Bewarna merah
10. Warna biru 5 gr deterjen
11. Warna kuning 5 gr deterjen
12. Kemudian putih,biru,kuning,merah di
campur
Putih bercak-bercak warna
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini pratikan melakukan pratikum pembuatan sabun
banyak busa dan juga detergent. Sabun dalam kegiatan sehari hari
merupakan bahan penunjang yang selalu di perlukan, karena begitu
pentingnya manfaat dalam kehidupan untuk selalu terjaga kesehatan
dari hal hal kotor yang dapat menimbulkan penyakit. Adapun tujuan
dari pembuatan sabun dan detergen ini untuk menambah pengetahuan
-
14
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
bagi mahasiswa dalam peoses pembuatan sabun dan juga detergen.
Detergen .
Pratikum ini memerlukan waktu yang relative lama, karena adanya
proses pengeringan pada setiap produk. Dalam proses pembuatan
sabun dan detergen, hal yang terpenting di lakukan ialah mencuci
semua peralatan agar terhindar dari kotoran atau zat lain yang dapat
mengakibatkan kontaminasi dan perubahan reaksi. Setelah pencucian ,
peralatan juga harus kering. Karena air dapat mengakibatkan bahan
tidak dapat bereaksi dengan zat zat penunjang lain ya, sehingga bahan
akan larut karena adanya air tersebut. Setelah bersih bahan yang
berupa natrium karbonat, STTP, TSP, texafon bubuk, , di campurkan
dan di aduk hingga tercampur merata. Jika ada bahan yang
menggumpal maka harus di haluskan agar hasil dapat menjadi lembut.
Setelah tercampur merata di tambahkan texafon gel , yang berguna
untuk menghasilkan busa pada sabun dan mengangkat kotoran . Dan
berlahan lahan di masukan calcium carbonat sebagai bahan filler, atau
bahan yang di gunakan untuk memperbanyak volume. Untuk
mengurangi kelembapan pada sabun tersebut, di lakukan pemanasan di
dalam oven dengan waktu 1 jam. Setelah kering, produk sabun di beri
pewangi. zat ini harus di lakukan di akhir proses agar tidak terjadi
penguapan ketika pemanasan di oven. Penambahan zat ini harus
sedikit, yaitu 2 hingga 3 tetes pipet. Jika terlalu banyak sabun yang di
hasilkan akan menjadi lembab. Untuk memisahkan partikel yang halus
dan kasar, di lakukan penyaringan kembali. Ketika partikel berukuran
besar di dapat maka di haluskan dan di saring kembali, hal tersebut di
lakukan secara berulang - ulang.
Pada proses pembuatan detergen, di lakukan sama dengan
pembuatan sabun. Tetapi bahan yang di gunakan ada yang sediit
berbeda. Yaitu pada dettergen menggunakan bahan emal-10 yang
berguna sebagai bahan aktif untuk meningkatkan daya bersih pada
pengangkatan kotoran. Hal ini berperan sama dengan texafon gel yang
di gunakan pada sabun. Tujuan pada sabun menggunakan texaon
-
15
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
sedangkan gel, sedangkan pada detergen menggunakan emal 10 .
karena texafon gel dapat menghasilkan busa yang cukup banyak,
sehingga daya bersihnya lebih rendah dari emal 10 yang mempunyai
busa sedang. Dan untuk fillernya di gunakan sodium sulfat. Bahan
yang berperan sebagai daya bersih jika di gunakan secara berlebihan
akan mengakibakan efek, tangan akan panas bahakan dapat
mengakibatkan iritasi.
Pada percobaan ini pratikan mendapatkan dua produk sabun dan
detergen yang belum sampai pada proses pengemasan, pengemasan
yang di lakukan hanya dalam sementara. Dan hasil produk yang di
dapatkan telah di uji kelarutanya, serta kualitas daya bersih dan busa.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Semua deterjen termasuk sabun merupakan surfaktan,
2. Surfaktan dapat mengangkat kotoran dari berbagai media, baik
pakaian
3. Setiap pembuatan sabun dan detergen di tambahkan bahan
filler yang berguna untuk menaikan volume produk.
4. Bahan filler yang di gunakan merupakan bahan yang tidak
dapat breaksi dengan bahan bahan lainya dan dapat larut di
dalam air.
5. STTP yang di tambahakan pada sabun dan detergen berguna
untuk mengurangi dampak negative dari limbah sabun , dengan
adanya STTP limbah sabun mengurangi dampak terhadap
tanaman. Karena STTP merupakan bahan yang dapa
menyuburkan tanaman.
B. Saran
Adapun saran yang dapat menunjang kesempurnaan sebagai
berikut :
-
16
TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014
1. Sebaiknya peralatan sebelum di gunakan harus dalam keadaan
bersih dari kotoran dan air.
2. Pada penggunaan zat penunjang dan adiktif di gunakan
secukupnya, karena jika terlalu berlebih dapat mengakibatkan
efek pada kulit.
3. Pada pencampuran bahan filler , masukan secara berlahan lahan
, agar proses pencampuran dapat lebih mudah dan hasil yang di
dapat lebih halus.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. http://webkimia.blogspot.com/2010/10/apakah-yang-dimaksud-dengan-
deterjen.html
2. http://rinrinmiatri.blogspot.com/2012/02/makalah-detergent.html
3. Hanifah, khairiah. 2014. Penuntun pratikum praktek produksi 1.politeknik
kampar