Laporan Praktikum Teknologi Benih
description
Transcript of Laporan Praktikum Teknologi Benih
Laporan praktikum teknologi benih
kegiatan praktikum teknologi benih memang praktikum yang sangat menyenangkan. kegiatannya malah tidak seperti praktikum melainkan seperti melakukan permainan anak playgroup atau anak TK jaman masih mida dulu. Namun setelah kegiatan praktikum hal yang paling merepotkan dan bikin pusing adalah pembuatan laporan praktikumnya. mengapa bisa demikian?karena setiap kali membuat laporan praktikum ada proses revisi, jadi jika ada kesalahan dalam format tulisan maupun hanya sekedar masalah redaksional saja, laporan harus dibuat ulang. nyebelin juga sih, tapi exited juga menurutku. masalahnya itu tiap kali ngeprint laporan kan menggunakan kertas bagus, jadi berat diongkos gitu bagiku. Soalnya tidak mempunyai fasilitas printer apalgi anak kosan. Ya biasalah mripit-mripit uang sakunya, termasuk yang nulis ini. hehehehe. tiap kali ngeprint tugas atau laporan musti ngeluari uang, kan laporan tidak hanya satu tok, banyak banget kegiatan praktikum yang lain. jadi bisa ditotal dong berapa banyaknya budget yang harus dikeluarin. mungkin hasil laporan praktikum teknologi benih yang beberapa bulan lalu saya buat ini bermanfaat bagi teman-teman senasib seperjuangan dimanapun berada.
I. Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian BenihA. PENDAHULUAN1. Latar BelakangBenih sebagai salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman memegang peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam mendapatkan produk hasil tanamannya. Benih sebagai komoditi perdagangan dan sebagai unsur baku yang mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karena itu, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga sampai di tangan petani untuk proses penanaman. Untuk menjaga kualitas benih tersebut, maka peranan pengujian benih menjadi sangat penting dan harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani.Pengujian benih tersebut bertujuan untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih. Namun banyaknya spesies/varietas tanaman yang beraneka ragam ada kecenderungan benih akan tercampur antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk menjamin penggunaan benih yang benar – benar murni, bersih dan tidak tercampur dengan bahan lainnya, salah satunya adalah dengan melakukan pengujian kemurnian benih.Kemurnian benih merupakan persentase dari berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas benih dapat ditentukan melalui persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, daya berkecambah dan kecepatan berkecambah, daya tumbuh benih, benih terbebas dari hama dan penyakit tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat benih per seribu biji benih.
Pengujian kemurnian benih merupakan serangkaian kegiatan yang berfungsi untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen – komponen pada benih. Hal – hal yang termasuk kepositifan fisik benih tersebut adalah persentase berat dari benih murni, benih tanaman lain, benih dari varietas lain, biji – bijian herba dan kotoran – kotoran yang terdapat pada masa benih.Benih murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih, sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi. Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya
kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian digunakan untuk mengetahui komposisi contoh kerja, kemurnian, dan identitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang didasarkan pada berat komponen pengujian.Sedangkan pengujian berat seribu benih merupakan serangkaian kegiatan untuk menelaah berat benih, sehingga dapat ditentukan berat minimal dan berat maksimal benih yang diuji. Selanjutnya berat benih ini dibandingkan dengan standar berat benih dari deskripsi yang sudah ada, maka akan diketahui mutu benih yang dilakukan pengujian tersebut. 2. Tujuan Dalam pelaksanaan praktikum pengujian berat 1000 benih dan kemurnian benih ini bertujuan untuk :a. Untuk mengetahui kualitas benih ditinjau dari berat 1000 benihb. Untuk mengetahui kualitas benih ditinjau dari tingkat kemurnian fisik
B. TINJAUAN PUSTAKABenih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan pengembangan usahatani dan mempunyai fungsi agronomis. Benih yang bermutu adalah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang bekualitas tinggi. Benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Kartasapoetra, 1986).Pengujian benih khususnya dalam pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan – kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen – komponen benih termasuk pula persentase berat benih murni (pure seed) yang meliputi semua varietas dari setiap spesies yang diakui bagaimana yang dinyatakan oleh pengirim atau yang ditemukan dalam pengujian di laboratorium (Justice, 2002).Usaha pemurnian benih juga memudahkan pengawas benih dalam pekerjaannya mengamati tingkat kemurnian suatu kegiatan dalam produksi benih maupun analisis benih di laboratorium untuk menguji kemurnian fisik benih. Bagi pengujian benih, beratnya contoh kerja untuk masing – masing benih telah ada ketentuannya, kecuali untuk beberapa benih tertentu. Dalam pelaksanaan pengujian kemurniaan benih dimana komponen – komponen telah berhasil dipisahkan, kemudian yang merupakan hasil uji benih murni, benih tanaman lain atau varietas lain, biji-bijian herba serta benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya masing – masing harus ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram (Anonim, 2007).Daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian – bagian penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Danuarti, 2005).C. METODE PRAKTIKUM1. Waktu dan Tempat praktikumDalam pelaksanaan praktikum pengujian berat 1000 benih dan kemurnian benih ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Manajemen dan Produksi Tanaman ( Lab. EMPT) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tanggal 12 April 2010 pukul 15.00 – 17.30 WIB. 2. Alat dan bahana) Bahan - bahan :
1. Benih padi 2. Benih kacang hijau3. Benih cabai4. Benih tomat5. Benih kedelaib) Alat – alat : 1. Timbangan2. Cawan Petri 3. Kalkulator 3. Cara Kerja a. Pengujian berat 1000 benih :1. Timbang 1000 benih dan diulang lima kali2. Hitung berat 1000 benih dan standar deviasinya3. Tentukan berat 1000 benih maksimum dan minimumnyab. Pengujian kemurnian benihc. Amati kemurnian benih dengan cara :1. Ambil contoh benih 400 gram2. Ambil 40 gram dari contoh benih3. Dari 40 gram contoh ini dilakukan pemisahan terhadap : benih murni, benih tanaman lain atau varietas lain, biji – bijian herba dan kotoran atau benda mati. Timbang dari masing – masing bagian dengan ketelitian dua decimal4. Untuk mengetahui identitas benih tanaman lain, sisa contoh benih yang 360 gram tadi, diperiksa kembali selanjutnya dijumlah dengan hasil perhitungan dari contoh 40 gram5. Tiap komponen yang diperoleh dari contoh 40 gram dinyatakan dalam persentase6. Selisih berat antara contoh benih pengujian semula dengan jumlah berat ke empat komponen harus kurang dari 1%. Komponen yang kurang dari 0,05% dinyatakan sebagai jumlah yang terlalu sedikit (trace)D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Hasil PengamatanTabel 1. 1 Hasil pengamatan 1000 benihUlangan Berat 1000 benih | Y – Ý |1 155 0,892 169 13,113 157 1,414 149 6,895 142 13,896 150,4 5,497 139 16,898 160 4,119 186 30,1110 151,5 4,39Jumlah 1558,9 96,88Rata – rata 155,89 9,688
Sumber : Laporan SementaraSD = = = = = 3,23
SD max = y + SD = 155,89 + 3,23 = 159,12 SD min = y + SD = 155,89 - 3,23 = 152,66
Tabel 1.2 Hasil pengamatan kemurnian benihUlangan Berat benih murni (gr) Berat tanaman lain Berat biji herba (gr) Berat benda mati (gr)40 gr 360 gr 1 305,93 8,52 74,35 - 11,22 282,06 8,3 101,18 - 8,463 324,7 14,5 33,9 - 1,44 309,32 8,5 79,21 - 6,185 312,9 12,5 79,83 - 0,86 344,5 4,65 50,2 - 1,17 331,9 7,9 59,1 - -8 343,7 3,7 52,6 - -9 251,71 5,05 56,08 - -10 305,53 10,32 77,15 - 0,76Rata2 311,225 8,394 66,36 - 4,27Sumber : Laporan SementaraBerat benih murni = a/400 x 100% = 311,225/400 x 100% = 77,81%Berat tanaman lain ( 40 g) = b/40 x 100% = 8,394/40 x 100% = 20,98%Berat tanaman lain (360 g) = c/360 x 100% = 66,36/360 x 100% = 18,43%Berat biji herba - Berat benda mati = e/400 x 100% = 4,27/400 x 100% = 1,07%2. PembahasanBerdasarkan tabel 1. 1 di atas, diperoleh hasil penghitungan standar deviasi rata – rata berat 1000 benih yaitu 3,23. Sedangkan standar deviasi maksimal dan minimal berturut – turut yaitu 159,12 dan 152,66. Perhitungan dari standar deviasi perlu diketahui, karena erat kaitannya dengan perhitungan berat maksimal benih maupun berat minimal benih. Selain itu standar deviasi juga akan mempengaruhi tingkat kemurnian benih. Hasil perhitungan standar deviasi seharusnya tidak boleh lebih dari 1%. Jika hasil yang diperoleh lebih dari 1%, maka tingkat kemurnian benih tersebut dapat dikatakan rendah.Berdasarkan data pada tabel 1. 2 didapatkan informasi mengenai tingkat kemurnian pada benih. Dari 400 gram benih yang digunakan untuk praktikum didapatkan tingkat kemurnian benih utama yaitu 77,81%. Hal tersebut berarti dapat dikatakan bahwa dari 400 gram benih yang disediakan, tingkat kemurnian benih inti hanya 77,81%, sisanya merupakan kontaminan yang bisa berasal dari benih tanaman lain, benih herba, kotoran/sisa tanaman, dll. Dari berat 40 gram benih yang dianalisis, terdapat 20,98% tanaman lain. Hal itu menunjukkan bahwa dari 40 gram benih tersebut mempunyai tingkat kemurnian benih sebesar 79,02%. Sedangkan untuk benih 360 gram, didapatkan 18,43% merupakan berat tanaman lain/kontaminan. Sesuai data tersebut berarti dari 360 gram berat benih, tingkat kemurnian benih inti sebesar 81,57%. Pada dasarnya kegiatan pemurnian benih bertujuan untuk membuang benih spesies lain yang berbeda dengan spesies yang diproduksi dan bahan-bahan pengotor serta memilih benih murni dari benih – benih yang kecil, berwarna tidak normal dan benih – benih yang tidak sehat lainnya.
Pemurnian benih tidak dapat dilakukan dengan sembarangan karena masing-masing kelompok benih mempunyai masalah yang harus dianalisis dan dipecahkan dengan menggunakan perangkat mesin dengan cara yang benar. Untuk benih yang sedikit pengayakan dapat dilakukan tetapi pada benih yang banyak harus dilakukan dengan mesin penampi. Ketika dibersihkan, benih harus dipisahkan dari kontaminan seperti tanah, debu dan sekam serta benih yang inferior, yaitu benih yang diluar dari ukuran sebagaimana lazimnya, keriput, retak – retak maupun berpenyakit (Rineka, 1986).Pengujian kemurnian benih biasanya dilakukan secara duplo. Beda antara hasil ulangan pertama dan kedua tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah dari 5%. Dalam uji kemurnian benih sampel benih yang telah ditentukan ditimbang beratnya terlebih dahulu, kemudian dipisah – pisahkan atas komponen yang ada yaitu benih murni, benih spesies tanaman lain, benih gulma dan kotoran lainnya (Anonim, 2008)Untuk memisahkan sampel benih dari kotoran fisik yang lebih ringan dari benih dapat menggunakan seed blower. Setiap komponen yang telah berhasil dipisahkan selanjutnya masing – masing ditimbang, kemudian ditotal. Untuk menghindari adanya kekeliruan dalam menghitung kemurnian benih, maka total berat semua komponen dibandingkan dengan berat awal sampel benih yang diuji. Berat total dari semua komponen seharusnya sama dengan berat awal sampel benih yang diuji, tetapi bisa juga kurang/lebih. Kegiatan terakhir dari pelaksanaan uji kemurnian benih adalah menghitung persentase dari setiap komponen benih yang diuji. Seperti benih spesies lain, gulma dan kotoran lain memiliki nilai rendah (Coppelan, 1985).Dalam perhitungan kemurnian benih dipengaruhi oleh komponen hasil pengujian benih. Apabila berat sampel benih kurang dari 25 gram, maka perhitungan persentase berat masing – masing komponen dengan membandingkan terhadap keseluruhan berat semua komponen (bukan terhadap berat sampel benih yang diuji), yang kemudian dikalikan dengan 100%. Jika tingkat kemurnian benih itu rendah, maka juga akan berpengaruh dalam keseragaman tumbuh di lapangan yang juga akan rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena dimungkinkan benih yang digunakan tercampur oleh spesies tanaman lain, gulma atau kotoran lainnya sehingga akan berpengaruh pada waktu panen yang tidak serentak dan produk yang dihasilkan tidak akan seragam/tidak sesuai dengan yang diharapkan (Kamil, 1979).
E. PENUTUP 1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :a) Pengujian berat 1000 benih bertujuan untuk menelaah berat minimal dan berat maksimal benih, sehingga bisa diketahui berapa besarnya standar deviasi pada benih.
b) Kemurnian benih merupakan persentase dari berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih.c) Kualitas dari benih dapat ditentukan melalui persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, daya berkecambah dan kecepatan berkecambah, daya tumbuh benih, benih terbebas dari hama dan penyakit tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat benih per seribu biji benih.d) Pengujian kemurnian benih biasanya dilakukan secara duplo/ulangane) Jika tingkat kemurnian dari benih rendah maka akan menyebabkan tingkat keseragaman di lapangan yang juga akan rendah, sehingga berpengaruh terhadap waktu panen yang tidak serentak. 2. Saran a. Alat – alat yang mendukung kegiatan praktikum, seperti timbangan digital perlu ditambah lagi sehingga tidak saling berebut.b. Jadual praktikum yang sebenarnya bertepatan dengan waktu salat, sebaiknya mengijinkan praktikan untuk melaksanakan salat dahulu, di sela – sela kegiatan praktikum.c. Untuk Co-ass sebaiknya juga memahami materi yang diujikan dalam kegiatan praktikum, seperti perhitungan standar deviasi yang lebih jelas. Jadi praktikan tidak mengalami kebingungan selama proses perhitungan.DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2007. Teknik pemilihan benih yang baik. www.google.go.id. Diakses pada tanggal 14 April 2010.Anonim. 2008. Pengadaan Benih. www.wikipediaindonesia.com. Diakses pada tanggal 16 April 2010.Copeland. L.O. dan M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Company. New York.Danuarti. 2005. Teknik Budidaya Pertanian. Jurnal Kementrian Negara Riset dan Teknologi Tanggal 27 Desember 2003. Jakarta.Justice. 2002. The Life of The Green Plant. The Mc. Millan Inc. New York.Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Padang : Penerbit Angkasa Raya.Kartasapoetra, Ance G. 1986. Teknologi Benih. Jakarta : Radar Jaya Offset.Rineka Cipta. 1986. Teknologi Benih, Pengolahan benih dan tuntunan praktikum. Jakarta : Rineka Cipta.
II. Pengujian Kadar Air BenihA. PENDAHULUAN1. Latar BelakangKadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Kadar air biji atau benih berfungsi untuk menentukan saat panen yang tepat dan saat penyimpanan benih. Pemanenan harus dilakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing – masing spesies atau varietas. Umumnya tanaman padi – padian dan biji – bijian dipanen pada kadar air biji sekitar 20%. Kadar air 30% merupakan kadar air tertinggi untuk pemanenan. Agar benih dapat disimpan dengan waktu yang relatif lama, maka benih harus dikeringkan terlebih dahulu pada kadar air yang
tertentu pula. Untuk jenis padi – padian kisaran kadar air mencapai 11 – 13%, sedangkan benih semangka dan melon pada kadar air sekitar 10%.Jumlah air dalam suatu benih merupakan kadar airnya, yang diukur berdasarkan berat basah atau berat kering benihnya. Bila kadar air benih diberikan berdasarkan berat basahnya, maka jumlah airnya merupakan persentase dari berat benih sebelum airnya dihilangkan. Selama perkembangan, pemasakan dan pematangan, kadar air benih menurun perlahan – lahan hingga benih yang dipanen akhirnya mengering sampai batas yang tidak ada lagi penurunan kelembaban, karena kadar airnya telah mencapai keseimbangan dengan kelembaban nisbi lingkungan sekitarnya. Secara garis besar cara pengujian kadar air dapat digolongkan atas metode dasar atau yang sering disebut dengan metode tungku (oven) dan metode praktik. Metode dasar adalah cara pengujian dengan menggunakan alat oven, sedangkan metode praktik adalah pengujian kadar air dengan cara menggunakan peralatan praktis. 2. Tujuan Praktikum tentang pengujian kadar air benih ini bertujuan untuk :a. Untuk menguji kadar air benih dengan menggunakan metode dasarb. Untuk menguji kadar air benih dengan menggunakan metode praktisB. TINJAUAN PUSTAKAKadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin (ISTA, 2006). Dalam penentuan uji kadar air digunakan 2 metode oven, yaitu metode temperatur rendah 103±2°C dan metode temperatur tinggi 130 – 133°C. Kedua metode tersebut dapat digunakan dalam penentuan kadar air (Bonner, 1995). Metode pengeringan oven telah mempertimbangkan bahwa hanya air saja yang diuapkan selama pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap mungkin ikut menguap yang akan menyebabkan hasil pengukuran over estimation. Dengan demikian, kadar air yang ditentukan dengan metode oven mungkin saja tidak merepresentasikan kadar air benih yang sesungguhnya (Poulsen, 1994). Namun, bagaimanapun juga metode pengeringan oven merupakan metode yang digunakan sebagai metode standar Pemilihan metode pengukuran kadar air yang paling tepat adalah apabila cara tersebut mampu memberikan nilai kadar air tertinggi (Justice, 1990).
Kuswanto (1997), Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan keadaan sekitarnya. Kadar air benih yang selalu berubah sesuai dengan keadaan sekitarnya itu sangat membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju deteriorasi benih yang pada akhirnya akan berpengaruh pada persentase viabilitas benih. Untuk mengatasi masalah perubahan kadar air benih tersebut, setelah benih diproses dengan kadar air tertentu maka benih tersebut harus dikemas dengan bahan pengemas yang dapat mempertahankan kadar airnya untuk jangka waktu tertentu. Benih tersebut harus disimpan di ruangan dengan persentase RH tertentu, agar kadar airnya tetap stabil.Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya (Satopo, L. 1985). Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% – 8%. Kadar air yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air inilah yang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk diuapkan (Anonim, 2009).
C. METODE PRAKTIKUM1. Waktu dan Tempat PraktikumDalam pelaksanaan praktikum Pengujian Kadar Air Benih, dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Manajemen dan Produksi Tanaman (Lab. EMPT) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tanggal 12 April 2010 pukul 15.00 – 17.30 WIB.2. Alat dan Bahana. Alat – alat yang digunakan, antara lain :1. Timbangan gula2. Oven3. Penguji kadar air benih (eksikator)4. Cawan porselinb. Bahan – bahan yang digunakan :1. Benih padi2. Benih jagung3. Benih kacang tanah3. Cara Kerja a. Metode dasar1. Timbang cawan porselin yang telah dipanaskan dahulu (W1)2. Timbang cawan porselin + contoh benih (W2)3. Cawan + contoh benih dipanaskan dalam oven selama 50 menit pada suhu 130 derajat celcius4. Cawan + contoh benih didinginkan dalam eksikator selama 45 menit (sampai dingin)5. Menimbang cawan + contoh benih yang telah didinginkan (W3)6. hitung persentase air yang telah dilepaskan dengan rumusS = w2 - w3 x 100%w2 – w1
b. Metode praktis1. Siapkan peralatan2. Operasikan alat sesuai dengan petunjuk yang ada3. Hitung kadar air benihD. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Hasil PengamatanTabel 1. 3 Pengamatan kadar air benih metode dasarUlangan W1 W2 W3 W2 – W3 W2 – W1 Kadar air (%)1 5,63 33,11 32,4 0,71 27,48 2,582 14,23 38,51 37,83 0,68 24,28 2,83 5,9 30,5 30,1 0,4 24,6 1,68
4 3,77 26,86 26,4 0,46 23,09 1,995 5,58 25,1 24,6 0,5 19,52 2,566 6,27 35,18 34,43 0,75 28,91 2,597 6,1 34,2 33,5 0,7 28,1 2,498 5,47 35,03 34,4 0,63 29,56 2,139 6,12 28,96 28,32 0,64 22,84 2,810 5,69 27,02 26,7 0,32 21,33 1,5Χ 6,48 31,45 30,87 0,58 24,97 2,31Sumber : Laporan SementaraTabel 1. 4 Pengamatan kadar air metode praktikUlangan KA1 9,32 9,23 94 8,65 9,76 8,37 10,88 8,59 8,610 8,8X 9,08Sumber : Laporan Sementara
2. PembahasanBerdasarkan data yang terdapat pada tabel 1.3 di atas, menunjukkan bahwa hasil perhitungan kadar air benih dengan menggunakan metode dasar/tungku dari 10 kelompok yang melakukan praktikum didapatkan hasil rata – ratanya sebesar 2,31%. Hal itu menunjukkan bahwa kadar air benih termasuk rendah. Benih yang mempunyai kadar air yang rendah berarti benih tersebut dalam keadaan kering, tidak terlalu basah, sehingga tidak begitu terpengaruh dengan fluktuasi suhu yang ada pada lingkungan. Semakin rendah kadar air yang dimiliki benih berarti benih tersebut kondisinya baik serta cukup mempunyai persediaan cadangan makanan untuk kelangsungan hidup benih selanjutnya.Berdasarkan data pada tabel 1.4 menunjukkan bahwa hasil perhitungan kadar air benih dengan menggunakan metode praktis didapatkan tingkat persentase kadar air benih sebesar 9,08%. Hal tersebut berarti tingkat kadar air benih juga termasuk kecil. Kadar air yang dimiliki benih tersebut masih cukup untuk memberikan cadangan makanan bagi benih untuk tetap bisa melangsungkan hidupnya, sebelum benih tersebut ditanam. Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap vialibitas benih (Purwanti, 2004). Oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar berdasarkan kebutuhannya. Adapun tujuan dilakukan pengujian benih adalah untuk menentukan kadar air yang terdapat dalam benih (Anonim, 2008).
Kadar air benih penting untuk diperhatikan karena kadar air benih sangat berkaitan erat dan menentukan terhadap kualitas benih, daya simpan benih, daya kecambah benih serta terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu fungsi untuk mengetahui jumlah kadar air benih yaitu untuk menetapkan waktu panen, karena kegiatan pemanenan itu harus dilakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing-masing spesies atau varietas. Umumnya kadar air saat biji dipanen berkisar antara 16% - 20%. Umumnya tanaman serellia dan biji – bijian legume dipanen pada kadar air 20%. Umumnya kadar air biji 30% merupakan batas tertinggi untuk dipanen. Panenan dengan kadar air biji 30 % tidak baik karena sukar untuk pengiriman, disamping itu biji akan rapuh apabila dikeringkan sampai dibawah kadar air 20% tetapi tergantung pada jenis biji, ada yang baik dipanen pada kadar air 10 – 12%. Gandum dipanen pada kadar air biji 14 – 15%, kapas 12 – 14%, padi 18%, jagung 20 – 30%. Pada kisaran kadar air ini biji telah mengalami tingkat kematangan mencapai masak secara fisiologis, dimana embrio dalam biji telah terbentuk dengan sempurna, sehingga biji akan memiliki viabilitas tinggi (Kamil, 1979).Apabila benih akan disimpan jangka waktu lama tanpa menurunkan viabilitas, maka kandungan air benih harus diturunkan hingga mencapai batas optimal, yaitu berkisar antara 6% - 12%, hal ini tergantung pada masing – masing jenis benih. Apabila benih disimpan dengan kadar air yang relatif tinggi, benih akan cepat mengalami penurunan viabilitas. Hal ini disebabkan kadar air yang tinggi, akan mempengaruhi peningkatan kegiatan enzim yang akan mempercepat terjadinya respirasi yang dapat mengakibatkan benih akan kehabisan bahan cadangan makanan. Dari respirasi benih akan menghasilkan panas dan air yang akhirnya dapat mempengaruhi kelembaban di sekitar benih menjadi tinggi (ISTA, 1999).Benih merupakan organisme hidup bersifat equilibrium/seimbang dengan keadaan lingkungannya, sehingga benih sangat mudah menyerap uap air sampai akhirnya kandungan air benih seimbang dengan sekitarnya. Dengan kelembaban yang tinggi sangat mendukung akan terjadinya perkecambahan benih lebih cepat hingga benih tumbuh sebelum ditanam. Di samping itu kelembaban tinggi pada lingkungan sekitar benih merupakan tempat yang cocok bagi kehidupan organisme, patogen yang mudah merusak benih. Begitu juga sebaliknya, apabila kadar air benih terlalu rendah (0 – 5%), pada beberapa jenis benih dapat menyebabkan benih kehilangan vialibitas oleh akibat rusaknya jaringan sel dalam benih mengkerut sehingga benih tidak dapat tumbuh dengan baik (Kamil, 1979).Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mampengaruhi masa hidupnya. Oleh karena benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera dipanen. Benih jika terlalu kering atas kadar airnya, juga akan membahayakan benih. Benih yang sangat kering tersebut akan menjadi sangat peka terhadap kerusakan mekanis serta pelukan sampingan lainnya. Kerusakan seperti itu dapat menyebabkan bagian penting benih mengalami pecah atau retak pada bagian penting biji, hingga benih tersebut peka terhadap serangan cendawan yang dapat menurunkan daya simpannya (Oren L.Justice dan Louis N.Bass, 1979).Umumnya pada tanaman legume dan padi – padian, ovule atau tepatnya embryo sac yang sedang mengalami pembuahan mempunyai kadar air kira – kira 80 % dalam bebarapa hari kemudian kadar air ini meningkat sampai kira – kira 85% lalu pelan – pelan menurun secara teratur. Dekat kepada waktu masak kadar air ini menurun dengan cepat sampai kira – kira 20% pada biji tanaman sereallia, setelah tercapai berat kering maksimum dari pada biji, kadar air tersebut agak konstan sekitar 20% tetapi sedikit naik turun seimbang dengan keadaan lingkungan di lapangan (Hamman ett all, 2001).Pengujian kadar air benih dilakukan secara duplo/kembar, sehingga nilai akhir persentase kadar
air benih yang diambil adalah hasil rata-rata dari nilai persentase kadar air kedua ulangan. Perbedaan dari hasil ulangan pengujian tidak lebih boleh dari 0,2%. Apabila diperoleh perbedaan lebih besar dari 0,2% maka pengujian harus diulang lagi. Jika pengujian menggunakan metode oven 130 0C sesuai dengan berat yang ditentukan berdasarkan jenis benih, misal benih kacang kedelai adalah 100 gram. Untuk benih – benih yang dalam keadaan basah, sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu pada sinar matahari sampai didapatkan kadar air di bawah 20%. Benih dihancurkan terlebih dahulu dengan penggiling kemudian disaring. Untuk benih-benih yang memiliki kandungan minyak yang tinggi hendaknya tidak dihancurkan, sebab akan berakibat terjadi oksidasi pada minyak yang akan mempengaruhi berat benih. Sampel benih yang telah digiling halus ditimbang sebanyak 4 – 5 gram, lalu dimasukkan ke dalam wadah yang sebelumnya dipanasi terlebih dahulu secara merata. Kemudian wadah ditutup lalu ditimbang. Benih yang terdapat dalam wadah dengan penutup disimpan pada bagian dasar wadah dipanaskan dalam oven yang bertemperatur 130 0C selama 50 – 90 menit. Untuk benih – benih keras dapat dilakukan selama 130 menit pada suhu 130 0C. Pemanasan terhitung mulai dari saat oven mencapai 130 0C. Setelah mencapai waktu yang ditentukan wadah beserta benih dikeluarkan dari oven dan ditutup secepatnya lalu didinginkan dalam desikator selama 10 – 20 menit kemudian ditimbang. Hasil pengujian kadar air benih kemudian dihitung persentase kadar airnya. Pengaruh kadar air tinggi akan menyebabkan daya kecambah rendah. Kadar air tinggi sangat mempengaruhi respirasi semakin cepat yang dapat menghasilkan panas dan air yang dapat mempengaruhi kelembaban di sekitarnya. Dengan kelembaban tinggi mendukung terjadinya perkecambahan sebelum benih ditanam (Satopo, 2002).
E. PENUTUP 1. KesimpulanKesimpulan dari praktikum pengujian kadar air ini antara lain :a) Untuk menguji jumlah kadar air benih digunakan metode dasar/tungku dan metode praktis.b) Pengujian kadar air benih ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang tepat untuk pemanenan. Selain itu penentuan kadar air benih berfungsi dalam proses pengolahan maupun pada saat penyimpanan.c) Kadar air benih selalu berubah sesuai dengan suhu lingkungan.d) Pada umumnya kadar air benih pada saat panen antara 16 – 20 %.e) Jika benih mempunyai kadar air yang tinggi, maka memiliki daya berkecambah yang rendah. Sebaliknya jika benih mempunyai kadar air yang rendah akan lebih tahan lama saat proses penyimpanan.f) Benih yang mempunyai kadar air yang sangat rendah juga dapat meningkatkan kerusakan bagian penting dari benih.2. Sarana) Alat – alat yang menunjang kegiatan praktikum sebaiknya ditambah, sehingga tidak saling berebut untuk menggunakan.
b) Oven sebaiknya dicek terlebih dahulu berfungsi atau tidak, sehingga proses pengovenan tidak terhambat.c) Jika sudah waktunya untuk salat, praktikan sebaiknya diijinkan dahulu untuk melaksanakan salat di sela – sela kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2008. Pengadaan Benih. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 16 April 2010.Anonim, 2009. Pengukuran Kadar Air Benih. www.renhaz.com. Diakses pada tanggal 15 April 2010.Bonner, F. T. 1995. Measurement and Management of Tree Seed Moisture. Technical Note. No. 1. Danida Forest Seed Centre. Hamman. B. ; H. Halmajan and D.B. Egli. 2001. Sigle Seed Conductivity and Seedling Emergence in Soybean. Seed Science and Technology. 29. 575-586.ISTA. 1999. International Rules for Seed Testing: Rules 1999. Seed Science and Technology; Suplement. Zurich. Switzerland.ISTA. 2006. International Rules for Seed Testing: Edition 2006. The International Seed Testing Association. Bassersdorf. CH-. Switzerland.Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1979. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta : Rajawali. 446 hal.Justice. 1990. The Life of The Green Plant. The Mc. Millan Inc. New York.Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Padang : Penerbit Angkasa Raya.Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Jakarta : Grasindo.Setyastuti Purwanti. 2004. Ilmu Pertanian Vol. 11 No.1. halaman : 22-31.Satopo, L. 1985. Teknologi Benih. Jakarta : CV. Gramada.Satopo, L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Ya, semoga saja memberikan manfaat bagi yang membaca blog saya ini.Jazakillah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah kita ketahui bersama bahwa benih mempunyai peranan penting dalam
produksi pertanian. Oleh karena itu diperlukan adanya usaha untuk melakukan pengujian
benih agar diperoleh benih yang berkualitas. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan
konsumen, dalam hal ini adalah petani mengalami kerugian.
Pengujian benih untuk mendapatkan benih bermutu tinggi diperlukan karena
walaupun pertumbuhan dari suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, namun
pada umumnya benih bermutu tinggi akan memberikan hasil produksi relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan benih bermutu rendah. Oleh sebab itu usaha pengembangan dan
pengadaan benih bermutu tinggi sangat penting dan harus sampai pada petani tepat pada
waktu yang dibutuhkan. Selain itu pemakaian benih bermutu tinggi adalah cara yang
paling mudah diantara sekian banyak teknik-teknik untuk meningkatkan hasil tanaman.
Pengujian benih ini dilakukan untuk menetapkan nilai setiap contoh benih yang
diuji sehingga akan diketahui bagaimana keadaan faktor kualitas benihnya. Faktor
kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji
herba, kotoran yang tercampur, gaya berkecambah atau daya tumbuh benih. Ternyata
usaha pengujian benih ini telah dilaksanakan sejak zaman nenek moyang kita, walaupun
hasilnya kurang memuaskan tetapi berhasil menyelamatkan usaha taninya. Pengujian
yang mereka laksanakan biasanya menggunakan perasaan, melihat, meraba, mencium,
dan menggigit benih-benih tersebut, dengan patokan-patokan tradisional. Hasil dari usaha
pengujian-pengujian benih yang mereka lakukan adalah mereka dapat mempertahankan
kelangsungan usaha taninya, serta mencukupi kebutuhan pangan masyarakat dalam
jangka waktu panjang (beratus-ratus tahun).
B. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengujian kemurnian benih secara fisik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih
murni yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu presentase
kadar air dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin diperoleh adalah
nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran (Kuswanto, 1997).
Di Indonesia telah ada peraturan pemerintah tentang pelaksanaan pengujian kualitas
benih. Peraturan inilah yang kemudian menjadi acuan bagi pihak manapun yang
melakukan pengujian benih dan ingin hasil dari pengujiannya mendapatkan pengakuan
secara nasional. Peraturan pemerintah tersebut adalah (Badan Standardisasi Nasional,
2003):
1. Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1995 tentang perbenihan.
2. Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang standardisasi nasional.
3. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 170/Kpts/OT.210/3/2002 tentang pelaksanaan
Standardisasi Nasional di bidang pertanian.
4. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 803/Kpts/OT.210/7/1997 tentang sertifikasi dan
pengawasan mutu benih bina.
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor
fisik. Menurut Kartasapoetra (1992), faktor-faktor genetik adalah benih yang berasal dari
varietas-varietas yang memiliki genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi, tahan
terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik,
atau tahan terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik adalah benih bermutu tinggi dengan
kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang tinggi, bebasa dari kotoran dan benih
rerumputan serat bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air benih yang rendah
(Kamil, 1986).
Menurut Kamil (1986) program pengembangan perbenihan yang terarah pada
dasarnya harus diarahkan kepada dua bidang, yaitu :
1. Pengadaan dan pengaturan penyaluran benih bermutu tinggi yang murni sifat genetiknya
dan tepat waktunya sampai pada petani dengan jumlah yang cukup sehingga kebutuhan
petani akan benih unggul dapat terpenuhi.
2. Pengontrolan dan meningkatkan mutu (quality control) dan kemurnian hasil (benih).
Jika hasil pengujian kemurnian benih menunjukan persentase yang tinggi sekali,
maka working sample untuk pengujian kadar air dan viabilitas benih dapat diambilkan
dari submited sample (Kuswanto, 1997).
Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni
yang terdapat dalam suatu contoh benih. (Sutopo, 1984)
Tujuan utama dari analisa kemurnian benih adalah untuk menentukan komposisi
berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari
kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai species benih dan partikel-
partikel lain yang terdapat dalam suatu benih. Untuk analisa kemurnian benih, maka
contoh uji dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu benih murni, benih species lain, benih
gulma dan bahan lain atau kotoran. (Kartasapoetra, 1986)
Dalam pengertian benih murni termasuk semua varietas dari species yang
dinyatakan berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium. Yang termasuk ke dalam
kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih yang
berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji dan
pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya,
asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam species yang
dimaksud. (Justice, 1990)
Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian
yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Benih gulma
mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam kategori
gulma. Juga pecahan gulma yang berukuran setengah atau kurang dari setengah ukuran
yang sesungguhnya tetapi masih mempunyai embrio. Bahan lain atau kotoran, termasuk
semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni,
benih species lain maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan
bagian-bagian tanaman seperti ranting dan daun. (Sutopo, 1984)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan
Bahan yang digunakan, antara lain: biji kedelai. Alat yang digunakan, antara lain:
timbangan analitik, pinset, petridish, kertas, kalkulator, magnifier, alat tulis, dan lembar
pengamatan.
B. Prosedur kerja
1. Diambil contoh kerja dari benih yangada dengan cara pengurangan dengan memakai
pembagi benih sehingga diperoleh berat benih yang diinginkan dan ditimbang.
2. Disediakan alat-alat yang diperlukan.
3. Diperiksalah contoj kerja sedikit demi sedikit di atas meja pemurnian dengan teliti
(diingat waktu identifikasi biji) dan dipisahkan ke dalam komponen-komponen: benih
murni, biji tanaman atau varietas lain, biji gulma, dan kotoran benih.
4. Dihitung persentase berat komponen-komponen tersebut terhadap berat contoh benih.
Persentase benih murni adalah = 100% – jumlah presentase komponen – komponen)
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil PengamatanACARA 1.PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH
Berat perlakuan persentaseVL(gr) KB(gr) BM (%) UL (%) Kb (%)
7,1 1,1 72,57 23,74 3,8
Pengamatan ( 1 minggu ) / di fotoTinggi tanaman Jumlah daunWarna daunKecepatan berkecambah
Persentase perkecambahan%VL = berat VL x 100% = 7,1 x 100% = 23,74% Jumlah total 29,9
Jumlah total
persentase perkecambahan 3,68% + 23,74% + 72,57% = 99,99%
%KB = berat KB x 100% = 1,1 x 100% = 3,68% Jumlah total 29,9
%BM = berat BM x 100% = 21,7 x 100% = 72,57% Jumlah total 29,9
B. Pembahasan
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga
komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung
presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk
menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang
mewakili lot benih. ( Sutopo, 1998): 1) benih murni, 2) varietas lain, 3) kotoran benih
Benih murni
Benih murni adalah segala macam biji-bijian yang merupaka jenis/spesies yang sedang
diuji. Termasuk dalam kategori:
a. Benih masak dan utuh
b. Benih yang berukuran kecil, mengkerut dan tidak masak
c. Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
d. Pecahan/potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya,
asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam spesies yang
dimaksud
e. Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali.
Benih Tanaman Lain
Yang termasuk benih tanaman lain adalah benih jenis lain yang ikut tercampur
dalam contoh & tidak dimaksudkan untuk diuji. Dalam hal ini beenih tanaman/varietas
lain adalah benih dari semua dan/atau varietas tanaman pertanian yang tidak termasuk
atau jenis varietas yang namanya tercantum pada label kemasan.
Kotoran Benih
Kotoran benih adalah benih dan bagian dari benih serta bahan/material lain yang
ukan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Dalam hal ini termasuk benih
tanpa kulit benih, benih yang terlihat bukan benih sejati, biji hampa tanpa lembaga,
pecahan benih ≤ ½ ukuran normal, cangkang benih, kulit benih, sekam, pasir, partikel
tanah, jerami, ranting, daun, tangkai dan lain-lain.Menurut Kuswanto (1997) prosedur pengujian kemurnian benih adalah sebagai
berikut: 1. pengambilan working sample; 2. penimbangan working sample; 3. komponen-
komponen yang ada dipisahkan; 4. timbang masing-masing komponen; 5. masing-masing
komponen dihitung dalam persen kecuali pure pellet; dan 6. komponen-komponen yang
ada diidentifikasi dan diberi tanda. Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan pada
praktikum yang telah dilaksanakan.
Gb. Skema analisis
pengujian kemurnian benih
Analisa kemurnian
benih mengharuskan
pemisahan menjadi empat
komponen sebagai berikut:
benih murni, benih varietas
lain, dan kotoran benih. Tujuan dari uji kemurnian benih adalah (Kuswanto,1997)
1. Melindungi konsumen dan memberikan informasi kepada konsumen tentang komposisi
benih. Pengguna benih tentunya menginginkan agar benih yang dibelinya adalah benar-
benar benih dengan sifat yang sesuai dengan yang tercantum pada sertifikatnya.
Kesesuaian ini sangat penting karena dapat mempengaruhi jumlah benih yang
dibutuhkan, keragaman tanaman di lahan, pengelolaan dan kualitas hasil panen. Selain
itu, konsumen pengguna benih perlu mengetahui apa saja yang tercampur dalam benih
yang akan dipakai untuk usaha taninya.
2. Mengetahui macam spesies atau varietas lain yang tercampur dalam benih. Jika benih
tercampur dengan biji dari spesies yang sama tetapi varietasnya berbeda maka hal itu
akan menyulitkan penangkar benih pada waktu melakukan roguing, karena perbedaan
kadang-kadang sangat sedikit dan sukar dipilih sehingga pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya polusi kromosom. Seringkali hal itu dapat menjadi sumber
penyakit.
3. Untuk menentukan apakah presentase kemurnian benih dapat melampaui syarat yang
ditentukan oleh peraturan pemerintah untuk kelas benih tertentu sehingga benih tersebut
dapat memperoleh sertifikat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni yang
terdapat dalam suatu contoh benih.
2. Pengujian kemurnian benih merupakan suatu proses atau kegiatan yang berfungsi untuk
menelaah kepositifan fisik komponen – komponen pada benih.
3. Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu jenisatau kelompokbenih. Data dan informasi mengenai benih yangdiuji tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih. Hal ini dilandasi oleh kerena konsumen dapatmemperoleh keterjaminan mengenai benih yang akan digunakan.
B. Saran
1. Kriteria benih murni, benih tanaman/varietas lain dan kotoran benih harus
ditentukan dengan jelas. Apabila kriteria tidak ditentukan dengan jelas maka akan
terjadi kesalahan pada proses seleksi dan akan mempengaruhi hasil dari uji
kemurnian fisik benih
2. Proses seleksi pada benih berukura kecil sangat sulit. Apabila contoh kirim yang
ditetapkan terlalu banyak akan menyita banyak waktu pada proses seleksi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 2003. Benih Padi-Bagian 1: Kelas Benih Penjenis. http://agribisnis.deptan.go.id/layanan_info/view.php?file=STANDARD-MUTU/Standard-Nasional-indonesia/SNI_Horti/Benih/Old/SNI+01-233.4-2000.pdf&folder=MUTU-STANDARDISASI. Diakses pada tanggal 11 Juni 2010.
Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih Rajawali. Jakarta.
Kamil, J. 1986. TEKNOLOGI BENIH 1 cetakan ke 10. Angkasa Raya, Padang.
Kartasapoetra, A.G. 1992. Teknologi Benih: Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta, Jakarta.
Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogyakarta.
Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih cetakan ke empat. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benih merupakan benda hidup yang di dalam Undang-undang RI No. 12 Tahun 1992
disebut sebagai tanaman atau bagian tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangbiakan tanaman.
Produksi benih oleh produsen benih diadakan untuk kelangsungan atas ketersediaan
bahan perbanyakan tanaman tertentu. Hal tersebut dilakukan guna mempertahankan plasma
nutfah yang ada. Produksi benih yang dilakukan tidak hanya sekedar memperhatikan kuantitatif
dari produksi itu sendiri tetapi kualitatif benih juga diutamakan. Mutu benih sangat penting untuk
diperhatikan karena benih bukan merupakan benda mati yang dijual di pasaran kemudian
dipakai/ dikonsumsi hingga habis kegunaannya. Benih yang hendak digunakan oleh para
konsumen (konsumen dalam hal ini adalah petani) adalah benih yang memiliki kriteria sesuai
dengan permintaan/ selera masyarakat.
Pengujian kemurnian benih yang juga merupakan deskripsi mutu benih yang pada
umumnya dicantumkan pada kemasan oleh pihak produsen merupakan pengujian yang bertujuan
untuk memperoleh persentase kemurnian suatu lot benih. Prinsip dari pengujian ini yaitu dengan
memisahkan benih ke dalam tiga komponen, yaitu benih murni (benih yang dimaksud oleh pihak
produsen), benih tanaman lain (benih komoditas lain atau varietas lain yang masih satu
komoditas), dan kotoran benih. Untuk memperoleh persentase kemurnian maka benih murni
ditimbang pada unit penimbang, dan hasilnya dibandingkan dengan standar minimum benih
murni.
Untuk pengembangan industri benih nasional perlu terus dikembangkan kebijaksanaan
operasional, terutama dengan optimalisasi fungsi dan pembinaan, pelayanan dan pengawasan
dari pemerintah, serta meningkatkan peran swasta dalam industri benih. Upaya-upaya tersebut
ditempuh antara lain melalui: peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang perbenihan,
pembenahan kelembagaan perbenihan, peningkatan peran Indonesia dalam organisasi benih
internasional serta penciptaan iklim yang kondusif untuk mengembangkan agribisnis dan industri
benih. (Rasaha, 2003)
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dari contoh benih yang diuji yang
akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh benih tersebut diambil dengan
jenis/ kultivar/ varietas dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identifikasi yang telah
ditetapkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bila suatu varietas baru telah diketemukan dan telah resmi dilepas maka benihnya perlu
diperbanyak untuk mencukupi kebutuhan. Selama masih di pertanaman, benih telah
mendapatkan perlakuan pengujian lapangan yang meliputi kemurnian, keseragaman, dan
kebersihan pertanaman. (Mangoendidjojo, 2003)
Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materi-materi non benih/
serasah, atau benih varietas lain yang tidak diharapkan. Biasanya kemurnian benih dinyatakan
dalam persentase (%). Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan
memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang
selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian
adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang
mewakili lot benih. (Heddy, 2000)
Benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau secara dominan
ditemukan di dalam contoh benih termasuk benih-benih varietas lain dalam jenis tanaman
tersebut. Misalnya :
1. Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut dan benih yang sedikit rusak.
2. Benih terserang penyakit atau benih yang mulai berkecambah, tapi benih tersebut masih bisa
dikenali sebagai benih yang dimaksud. Jika sudah berubah karena adanya sclerotia, smutt balls
atau metode balls maka termasuk dalam kotoran benih.
3. Pecahan benih dengan ukuran yang lebih besar dari ½ ukuran semula. Khusus untuk famili
tertentu yang terkelupas kulit benihnya termasuk dalam kotoran benih. Pada kacang-kacangan
jika kotiledon terpisah termasuk kriteria benih yang rusak atau kotoran benih.
4. Unit-unit kumpulan benih (Multiple Seed Unit)
5. Unit Benih (Seed Unit)
Benih-benih jenis tanaman yang termasuk dalam famili sebagai berikut :
1) Bunga Matahari (compositae)
2) Buck Wheat (Polygonaceae)
3) Wortel (Umbelliferae)
4) Velarean (Velareanceae)
5) Mint (Labiatae)
Tanpa memperhatikan apakah benih-benih tersebut berisi benih sejati (true seed) atau
tidak, kecuali diperiksa secara visual terlihat jelas pada benih-benih tersebut.
6. Semua benih dari rerumputan dimana caryopsis mempunyai endosperma yang berkembang biak
dapat diketahui dengan cara ditekan atau dengan menggunakan cahaya (dengan menggunakan
Diaphanoscope). Floret majemuk dan spikelet dari benih seperti dibawah ini, dimana salah
satunya lebih dari floret tersebut berisi caryopsis Poa pratensis, Arrhenatherum elatius, dan
Chloris ganaya.
Benih tanaman lain (benih varietas lain) adalah benih tanaman selain yang dimaksudkan
oleh pengirim. Penentuan benih varietas lain sebagai kotoran benih sama dengan pada penentuan
benih murni.
Kotoran benih Meliputi benih dan bagian dari benih seperti:
1) Benih dan bagian Benih
Benih yang terlihat jelas bukan benih sejati.
Benih yang kulitnya sudah terkelupas semua.
Pecahan benih dengan ukuran kurang dari ½ ukuran sebenarnya.
Benih rusak tanpa lembaga.
Benih yang berubah warna misal pada Custuta sp. yang berubah warna dari abu-abu menjadi
putih kecokelatan.
Benih hampa atau tidak mentes atau tidak berisi (Empty Glumes).
Sekam, cekang benih, kulit benih dan lainnya.
2) Bahan lain yang bukan bagian dari benih
Merupakan bagian dari benih tetapi bukan bagian dari benih tersebut misalnya tanah,
pasir, daun, tangkai, bunga, dan yang lain yang terbawa oleh benih. Program sertifikasi benih
bertujuan untuk memelihara kemurnian dan multi benih dari varietas unggul, menyediakan
secara kontinu kepada petani. Kegiatan itu meliputi :
1. Pengujian Lapang
2. Pengujian di Laboratorium
3. Pemeriksaan alat-alat pengolahan benih, cara dan temmpat penyimpanan benih. (Suwandi, 1995)
Ada dua metode yang dapat dilakukan dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian
benih, yaitu:
a. Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
b. Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.
(Gambar 1.1) Skema Pengujian Analisis
Kemurnian Benih
Skema diatas dapat diketahui bahwa pengambilan contoh benih dapat dilakukan secara
simplo yaitu dengan melakukan pengambilan contoh kerja hanya satu kali, tetapi jika secara
duplo maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 kali setengah berat contoh kerja.
Setelah dilakukan pengabilan contoh kerja maka dilakukan penimbangan untuk
mengetahui berat awal benih sebelum dilakukan pengujian kemurnian. Tahap selanjutnya adalah
analisis kemurnian, setiap benih diidentifikasi satu persatu secara visual bedasarkan penampakan
morfologi. Semua benih tanaman lain dan kotoran benih dipisahkan. Setelah dilakukan analisis
kemudian dilakukan penimbangan pada setiap komponen tersebut. (Kartasapoetra, 2003)
Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan.
Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai
pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian. Pengujian benih mengacu dari
ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus
(ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa
penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian
benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih. Petunjuk ini menjelaskan bagaimana
mempersiapkan contoh yang mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana
melakukan pengujian benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian. (Mugnisjah, 1995)
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengujian kemurnian benih, meliputi:
1. Benih kedelai yang telah tercampur oleh benih varietas lain dan kotoran benih.
Alat yang digunakan dalam praktikum pengujian kemurnian benih, meliputi:
1. Timbangan analitik.
2. Meja Laboratorium.
3. Kertas.
4. Alat Tulis.
B. Prosedur Kerja
1. Mengambil contoh kerja dari benih yang ada (kedelai) dengan jalan pengurangan dengan
memakai pembagi benih sehingga diperoleh berat benih yang diinginkan dan timbangan.
2. Menyediakan alat-alat yang dipergunakan.
3. Memeriksa contoh kerja sedikit demi sedikit diatas meja pemurnian benih dengan teliti (ingat
waktu identifikasi biji) dan pisahkan dalam komponen-komponen: benih murni, biji tanaman/
varietas lain, dan kotoran benih.
4. Menghitung persentase berat komponen-komponen tersebut terhadap berat contoh benih.
Persentase benih murni adalah (100% - jumlah komponen-komponen).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1) BM (Benih Murni) =
=
= 38,6 %
∑ Benih Murni = 215 Biji
2) VL (Varietas Lain) =
=
= 7,6 %
3) KB (Kotoran Benih) =
=
= 48,7 %
B. Pembahasan
Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang
kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih-benih
murni, benih varietas lain, biji-bijian herba dan kotoran-kotoran pada massa benih.
Contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut: (Qamara, 1990)
1. Benih murni adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji.
Yang termasuk benih murni diantaranya adalah:
a) Benih masak utuh
b) Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
c) Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
d) Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan
dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
e) Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
2. Benih varietas lain adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak
dimaksudkan untuk diuji.
3. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang
termasuk kedalam kotoran benih adalah:
a) Benih dan bagian benih
b) Benih tanpa kulit benih
c) Benih yang terlihat bukan benih sejati
d) Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal
e) Cangkang benih
Kemurnian benih perlu dilakukan karena mempunyai beberapa manfaat diantaranya:
(Justice, 1990)
a) Menjaga kualitas benih terutama varietas unggul.
b) Mengetahui persentase kemurnian benih dari suatu varietas.
Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara perbanyakan,
produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Departemen
Pertanian untuk dapat diedarkan. Sertifikasi Benih dimaksudkan sebagai pelayanan terhadap
produsen/ penangkar serta pedagang benih. Tujuan pada kegiatan sertifikasi ini antara lain adalah
: untuk memelihara kemurnian dan mutu dari varietas unggul serta menyediakan secara kontinyu
kepada petani. (BPSBTPH Provinsi Banten, ____)
Seperti telah dijelaskan bahwa tata usaha perbenihan akan menguraikan tentang kegiatan
pencatatan benih dan bibit mulai dari sumber benih (SB) sampai lokasi tanaman. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 39/Permentan/OT.140/8/06, tentang Produksi Benih,
Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina. Bentuk Tata Usaha bisa bervariasi tergantung Instansi atau
perusahaan dan tujusannya, yang penting isi/ catatan lengkap, karena dari tata usaha ini bisa
dipergunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Selain itu apabila Instansi/ Badan
Usaha ingin mendapatkan Sertifikat Dokumentasi Benih dan Bibit Tanaman, Badan Standarisasi
Nasional (BSN) sedang memproses Standar Nasional Indonesia (SNI). Berikut bagan dari Proses
sertifikasi benih dan pelabelan benih, menurut (BPSBTPH Provinsi Banten, ____)
(Gambar 1.2) Proses Sertifikasi dan Pelabelan Benih.
Berdasarkan hasil yang diperoleh persentase benih murninya yaitu benih kedelai sebesar
38,6 % dengan jumlah biji sebanyak 215 biji. Benih varietas lain yaitu benih padi dan jagung
sebesar 7,6 % dan kotoran benih yaitu berupa pasir, kerikil, dan benih yang rusak yaitu sebesar
48,7 %.
Benih murni meliputi semua varietas dari setiap spesies yang diakui sebagaimana yang ditemukan dalam pengujian di laboratorium. Benih yang murni merupakan benih yang tidak rusak dan tidak berpenyakit. Benih varietas lain merupakan benih yang jenisnya tidak sama, misalnya benih padi dengan benih kedelai atau jagung. Kotoran atau benda mati merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa benih, melainkan benda-benda mati yang hanya mengotori benih, seperti misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam serta bentuk-bentuk lain yang menyerupai benih dan gulma serta benih yang rusak atau pecah dan terkena penyakit.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Manfaat kemurnian benih untuk menjaga kualitas benih dan mengetahui presentase kemurnian benih.
2. Benih yang murni merupakan benih yang tidak rusak dan tidak berpenyakit. Hasil presentase benih murni kedelai sebesar 38,6 %.
3. Benih varietas lain merupakan benih yang jenisnya tidak sama. Hasil presentasi benih varietas lain (padi dan jagung) sebesar 7,6 %.
4. Kotoran benih merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa benih atau benih yang rusak atau pecah dan terkena penyakit. Hasil presentase kotoran benih sebesar 48,7 %.
5. Sertifikasi Benih dimaksudkan sebagai pelayanan terhadap produsen/ penangkar serta pedagang benih.
B. Saran
Saran saya adalah lain kali pelaksanaan praktikumnya tidak dijadikan satu dalam satu
hari karena dalam pengamatan praktikan cukup kesulitan karena tidak semua praktikan bekerja
sesuai dengan tugasnya masing-masing sehingga praktikum kurang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
BPSBTPH. ____. Sertifikasi Benih. http://bpsbtphbanten.wordpress.com/.
Provinsi Banten. Diakses pada 28 Juni 2013.
Heddy, G. 2000. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Justice, Oren L. dan Louis N. B. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih.
Rajawali Press. Jakarta.
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.
Yogyakarta.
Mugnisjah, W. Q., dan Setiawan, A. 1995. Pengantar Produksi Benih. Raja
Grafindo Press. Jakarta.
Qamara, M. dan S. Asep. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press.
Jakarta.
Rasaha, C.A., dkk. 2003. Refleksi Pertanian. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Suwandi, N. Sumarni dan F. A. Bahar. 1995. Aspek Agronomi Cabai. Penebar
Swadaya. Jakarta.