1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan...
Transcript of 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan...
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP
DAYA SIMPAN BENIH KACANG TANAH
Pendahuluan
Latar belakang
Penyimpanan benih merupakan suatu upaya untuk mempertahankan viabilitas selama
mungkin sehingga mutu benih saat ditanam tetap tinggi. Beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap daya simpan benih adalah faktor internal, faktor lingkungan simpan.
Faktor internal mencakup-sifat-sifat benih secara genetik, faktor kondisi benih
meliputi kadar air dan vigor awal, kebersihan, tingkat kerusakan mekanis.faktor lingkungan
meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik mencakup RH, suhu dan gas. Kondisi benih
apakah disimpan dalam polong atau dalam bentuk biji akan berpengaruh terhadap viabilitas
benih selama penyimpanan. Peningkatan kadar air benih karena kondisi lingkungan
khususnya RH akan mempercepat laju kemunduran benih.
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi benih kacang tanah dan
RH ruang simpan terhadap viabilitas benih kacang tanah selama di penyimpanan.
Bahan dan Metode :
1. Siapkan benih kacang tanah dalam bentuk biji dan polong . Kemas benih dalam
plastic yang telah beri lubang-lubang.
2. Siapkan toples diisi dengan silica, dan toples yang lain diisi dengan larutan garam
NaCl jenuh. Siapkan toples untuk penyimpanan selama 10 minggu.
3. Selanjutnya simpan benih yang sudah dikemas pada toples tersebut . Penyimpanan
dilaksanakan pada kondisi kamar . Amati suhu dan RH toples penyimpanan.
4. Setiap minggu dilakukan pengujian daya berkecambah benih dan kadar air benih
5. Masukan data pengamatan ke dalam tabel. Buat grafik untuk menjelaskan viabilitas
benih selama periode penyimpanan.
Amati bagaimana kecenderungan daya berkecambah benih dan kadar air benih sampai akhir
periode penyimpanan.
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Tabel 1. Pengamatan kadar air benih (KA)
Periode
simpan
(minggu)
Ulangan
Perlakuan
Polong Biji
RH Tinggi RH rendah RH Tinggi RH rendah
0
1
2
3
1
1
2
3
2
1
2
3
3
1
2
3
4
1
2
3
5
1
2
3
6
1
2
3
7
1
2
3
8
1
2
3
9
1
2
3
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Tabel 2. Pengamatan daya berkecambah benih (DB)
Periode
simpan
(minggu)
Ulangan
Perlakuan
Polong Biji
RH Tinggi RH rendah RH Tinggi RH rendah
0
1
2
3
1
1
2
3
2
1
2
3
3
1
2
3
4
1
2
3
5
1
2
3
6
1
2
3
7
1
2
3
8
1
2
3
9
1
2
3
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
2. PENENTUAN BOBOT KERING KECAMBAH
Pendahuluan
Latar belakang Pengujian viabilitas benih melalui pendekatan fisiologis dilakukan dengan mengamati
gejala pertumbuhan benih tersebut. Tolok ukur yang digunakan untuk pengujian tersebut
misalnya daya berkecambah benih yaitu penentuan persentase kecambah normal dari benih
yang diuji.
Viabilitas benih juga dapat dinilai berdasarkan kemampuannya dalam pembentukan
biomas kecambah yang diukur berdasarkan bobot kering kecambah. Lot benih yang
viabilitasnya lebih tinggi akan mampu menghasilkan bobot kering kecambah lebih besar.
Pengukuran bobot kering kecambah merupakan tolok ukur yang lebih kuantitatif dan
obyektif.
Praktikum ini bertujuan untuk menguji viabilitas benih dengan tolok ukur bobot
kering kecambah dari 2 lot benih kacang tanah.
Bahan dan Metode
1. Tanam benih kacang tanah dengan metoda UKDdp, 20 butir setiap gulung dan
dikecambahkan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 72-1
2. Hitung daya berkecambah benih pada hari ke-5
3. Setelah pengamatan daya berkecambah, lakukan pengukuran bobot kering kecambah
normal dengan cara sebagai berikut :
4. Buang kotiledon dengan hati-hati
5. Masukkan kecambah yang sudah dibuang kotiledonnya ke dalam kantong kecambah.
Kantong ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal (Ko)
6. Masukkan kantong berisi kecambah dalam keadaan terbuka ke dalam oven suhu 60oC
selama 3 x 24 jam
7. Selanjutnya masukkan kantong dalam desikator, tunggu sampai dingin dan ditimbang
(K1)
8. Bobot kering kecambah = K1 – Ko
Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel berikut
Tabel 3. Hasil pengamatan daya berkecambah dan bobot kering kecambah
Lot Benih Ulangan Daya berkecambah
(%)
Bobot kering
kecambah (g)
Viabilitas
tinggi
1
2
3
Viabilitas
rendah
1
2
3
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
3. EFISIENSI ALAT PEMBERSIH DAN PEMILAH BENIH
Pendahuluan
Latar Belakang
Pembersihan benih sangat penting karena benih yang kotor tidak baik bila disimpan
lama, secara tidak langsung akan mempengaruhi viabilitas benih karena tersumbat ruang
antara benih akan menimbulkan panas dan kelembaban yang tinggi sehingga menjadi tempat
bersarangnya cendawan maupun hama.
Proses pembersihan benih bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran fisik
maupun biji-bijian lain yang mencampuri suatu kelompok benih. Kotoran fisik antara lain
yaitu pecahan-pecahan biji, benih-benih yang berukuran kurang sempurna (keriput, inferior,
membatu akibat kurang masak atau terserang penyakit), pecahan-pecahan batu maupun
ranting-ranting yang terbawa pada waktu proses permanen.
Dalam proses pembersihan dapat terjadi kerusakan fisik atau kurang sempurna proses
pembersihannya sehingga diperoleh hasil yang tidak bersih 100%. Prinsip kerja dari alat
pembersih ini adalah, memisahkan benih berdasarkan perbedaan ukuran/bentuk dan berat
benih
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari efisiensi alat pembersih benih model
clipper
Bahan dan metode
Siapkan calon benih padi 25 kg untuk setiap ulangan. Masukkan ke dalam mesin ASC
dengan perlakuan sbb :
1. Hoper lebar, blower kecepatan tinggi
2. Hoper sedang, blower kecepatan tinggi
3. Hoper lebar, blower kecepatan sedang
4. Hoper sedang, blower kecepatan sedang
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Tabel 4. Hasil Pengamatan pembersihan dan pemilahan benih padi
Perlakuan Jumlah benih bersih (kg) Jumlah kotoran (g)
1.Hoper lebar,blower tinggi
2.Hoper sedang, blower tinggi
4.Hoper lebar,blower sedang
3.Hoper sedang ,blower sedang
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
4. EFISIENSI PEMBERSIHAN DAN PEMILAHAN DENGAN
BLOWER SEPARATOR
Pendahuluan
Latar belakang
Blower separator merupakan alat prosesing benih yang berfungsi untuk memisahkan
kotoran atau pemilahan benih berdasarkan bobot materinya Materi yang ringan akan tertiup
lebih jauh dan akan tertampung di posisi paling atas. Materi yang lebih berat akan tertampung
di bagian yang lebih bawah . Sehingga berdasarkan bobotnya kotoran atau benih dapat
dipisahkan
Praktikum ini bertujuan untuk membersihkan calon benih cabe
Bahan dan metode
Benih cabe
1. Siapkan calon benih cabe sebanyak 5 g.
2. Masukan dalam blower separator dan lakukan pembersihan dengan kecepatan tinggi,
sedang dan rendah.
3. Amati komponen pada tiap-tiap bagian
Tabel 5. Hasil Pengamatan pembersihan cabe dengan blower
Perlakuan Bayam Padi
Tinggi 1………
2……..
3……..
1………
2……..
3……..
Sedang 1………
2……..
3……..
1………
2……..
3……..
Rendah 1………
2……..
3……..
1………
2……..
3……..
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
5.PENETAPAN KADAR AIR BENIH
Pendahuluan
Latar Belakang
Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan pada
kegiatan pemanenan, pengolahan, penyimpanan dan pemasaran benih. Kadar air benih sangat
menentukan ketepatan saat panen, tingkat kerusakan mekanis saat pengolahan, kemampuan
benih mempertahankan viabilitasnya selama penyimpanan sehingga pengukuran kadar air
benih harus dilakukan dalam pengujian mutu benih (termasuk uji rutin).
Ada dua metode pengukuran kadar air yang dapat dilakukan, yaitu metode langsung
dan metode tak langsung. Pada metode langsung kadar air benih dihitung secara langsung
dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dari dalam benih. Sedangkan secara tidak
langsung kadar air dapat diukur tanpa mengeluarkan air dalam benih, tetapi dengan
memanfaatkan hambatan listrik dalam benih yang kemudiaan dikorelasikan dengan kadar air.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar air benih menggunakan
metoda langsung dengan oven suhu tinggi (130-1330C), dan metoda tidak langsung
menggunakan alat moisture tester yaitu Steinlite moisture tester
Bahan dan Metode.
Metode langsung
1. Ambil benih padi untuk masing-masing lot kurang lebih 5 g dan benih dihancurkan
dengan blender selama 0.5 menit.
2. Timbang cawan dan tutup (M1), kemudian masukkan benih yang sudah dihancurkan
ke dalam cawan dan timbang kembali (M2).
3. Masukan cawan tersebut kedalam oven 130-133 0C, waktu sesuai komoditas dengan
kondisi cawan terbuka.
4. Setelah min. 1 jam cawan dikeluarkan dari oven dalam keadaan tertutup, kemudian
dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit hingga dingin
5. Timbang benih, cawan dan tutup yang telah di oven (M3).
4. Hitunglah kadar air benih dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(M2 – M3)
KA= -------------- X 100%
(M2-M1)
Keterangan :
KA = Kadar air benih
M1 = Berat cawan + tutup kosong
M2 = Berat cawan + tutup + benih sebelum dipanaskan
M3 = Berat cawan + tutup + benih setelah dipanaskan
Metode tidak langsung
Timbang masing-masing lot benih 100 g padi. Kadar air diukur dengan alat Steinlite
moisture tester.
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Data kadar air yang diperoleh dimasukkan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Penentuan kadar air benih padi dengan metode oven dan Steinlite
Benih ulangan Lot 1 Lot 2
Oven Steinlite Oven Steinlite
Padi
1
2
3
Rata-rata
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
6. PEMATAHAN DORMANSI BENIH
Pendahuluan
Latar Belakang
Dormasi benih merupakan suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah walaupun
ditanam dalam kondisi yang optimum. Salah satu keuntungan sifat dormansi pada benih yaitu
untuk melestarikan spesies tersebut. Namun dormansi dapat menjadi masalah karena saat
konsumen benih akan menanam benih yang masih dorman tidak tumbuh dengan seragam,
selain itu juga mengacaukan interpretasi dalam pengujian benih.
Beberapa jenis benih tidak dapat berkecambah karena adanya hambatan dari kulit
benih yang impermeabel terhadap air dan gas, kulit benih yang tebal dan keras. Sebagian
jenis benih yang lain tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat
berkecambah setelah melampaui periode penyimpanan kering. Kasus tersebut disebut after-
fipening.
Beberapa metode pematahan dormansi telah dikembangkan berdasarkan kasus
penyebab dormansi benihnya, karena metode yang efektif untuk suatu kasus belum tentu
efektif untuk kasus dormansi lainnya.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pematahan dormansi yang tepat
pada kasus dormansi fisiologi (salah satunya after-ripening) dan dormansi fisik.
Bahan dan Metode
Bahan yang diperlukan adalah benih padi yang baru dipanen, benih saga pohon, 0.2 %
KNO3, air panas (mendidih), aquades, kertas merang, plastik, label dan pasir.
Teknik pematahan dormansi benih padi
1. kontrol (P0)
2. perendaman KNO3 0.2 % selama 24 jam (P1)
3. perendaman dengan air selama 24 jam (P2).
4. Setelah diberi perlakuan benih ditanam dengan metode UKDdp
5. Pengamatan dilakukan setelah 1 minggu dengan menghitung daya berkecambah dan
potensi tumbuh maksimum
Teknik pematahan dormansi benih saga
1. kontrol (P0)
2. perendaman KNO3 0.2 % selama 24 jam (P1)
3. Skarifikasi fisik yaitu dengan menggunting kulit benih pada posisi yang berlawanan
dengan embrio (P2).
4. Setelah diberi perlakuan benih ditanam dengan media pasir
5. Pengamatan dilakukan setelah 1 minggu dengan menghitung daya berkecambah dan
potensi tumbuh maksimum
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Tabel 7. Pengamatan daya berkecambah benih saga
Ulangan Perlakuan
Kontrol Skarifikasi KNO3 0.2 %
1
2
3
4
Tabel 8. Pengamatan potensi tumbuh maksimum benih saga
Ulangan Perlakuan
Kontrol Skarifikasi KNO3 0.2 %
1
2
3
4
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Tabel 9. Pengamatan potensi tumbuh maksimum /daya berkecambah benih padi
Periode
simpan
(minggu)
Ulangan Perlakuan
Kontrol KNO3 Air
0 1
2
3
1 1
2
3
2 1
2
3
3 1
2
3
4 1
2
3
5 1
2
3
6 1
2
3
7 1
2
3
8 1
2
3
9 1
2
3
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
7.PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH
Pendahuluan
Latar belakang
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih. Berbagai macam
metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter viabilitas benih. Pengujian daya
berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi parameter viabilitas potensial benih. Daya
berkecambah atau daya tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk
tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Sesuai dengan tujuan pengujian yaitu untuk mendeteksi viabilitas benih dalam
kondisi optimum, kondisi pengujian daya berkecambah benih dibuat serba optimum dan
standar. Media untuk menumbuhkan benih digunakan : kertas merang dan pasir, kertas
saring atau kertas koran bila benih dikecambahkan dalam alat pengecambah benih. Media
pasir, serbuk gergaji atau arang sekam digunakan bila benih ditumbuhkan diruang persemaian
(leathouse). Ukuran media kertas atau boks plastik yang digunakan harus standar untuk
menanam sejumlah benih tertentu , pelembaban media harus optimum karena media terlalu
kering atau terlalu basah akan menyebabkan kondisi menjadi tidak optimum.
Metode penanaman benih dalam uji daya berkecambah yang menggunakan media
kertas: benih ditanam diatas media kertas (UDK), diantara media kertas (UAK), diantara
media kertas kemudian digulung (UKD) yang diletakkan berdiri dalam germinator (UKDdp),
bila dilapisi plastik dibagian luarnya adalah UKDdp.
Ciri lain dan khas dari pengujian daya berkecambah benih adalah pengamatan
terhadap benih yang tumbuh dilakukan dua kali. Pengamatan pertama biasa disebut hitungan
pertama, dilakukan pada hari ketiga setelah tanam untuk benih jagung, kedelai, kacang tanah;
untuk benih padi pada hari kelima dan untuk benih cabe, tomat dan terong pada 7 hari setelah
benih ditanam. Pengamatan pertama ditujukan untuk optimalisasi media, benih yang telah
tumbuh menjadi kecambah normal dihitung, dicatat jumlahnya, setelah itu dikeluarkan dari
media. Benih yang busuk, bercendawan juga disingkirkan. Bila media kering ditambah
kelembabannya. Benih yang belum berkecambah atau kecambah belum tumbuh normal
dibiarkan dalam media tanam hingga akhir pengujian.
Pengamatan kedua atau hitungan kedua semua kecambah normal, kecambah
abnormal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh dijumlah. Penentuan daya berkecambah
benih adalah jumlah kecambah normal hitungan satu dan dua dibagi jumlah benih yang diuji
dikali 100%.
Kriteria kecambah normal yang digunakan bagi bermacam jenis tanaman juga harus
standar. Untuk tanaman dikotil bagian kecambah yang harus diperhatikan ialah : perakaran
yang terdiri akar primer dan sekunder, hipokotil yaitu calon batang yang terletak di bawah
kotiledon, kedua kotiledon, epikotil dan plumula. Untuk kecambah monokotil bagian yang
diperhatikan : akar seminal primer dan sekunder, mesokotil, koleoptil, dan plumula.
Tujuan
Setelah mengikuti praktikum Pengujian Daya Berkecambah Benih mahasiswa dapat
melakukan beberapa metode uji daya berkecambah benih serta dapat mendetek si viabilitas
potensial suatu lot benih dengan tolok ukur daya berkecambah benih
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Bahan dan Metode
Bahan
Benih yang digunakan : jagung, kacang panjang, , caisin, cabe, terong, bawang,
kangkung,bayam
Media yang digunakan : kertas merang segi empat panjang berukuran 20X30 cm, kertas
merang bentuk bulat diameter 10 cm
Alat yang digunakan : germinator tipe : IPB 72-1; IPB 73-2A/B, IPB 73-2A. Boks Plastik
ukuran 20X30X10, Alat pengepres kertas merang IPB 75-1.
Alat pengepres kertas merang IPB 75-1
Metode
Pengujian daya berkecambah benih dengan metode UDK (Uji Diatas Kertas)
- Cawan petri diameter 10 cm dilapisi tiga lembar media kertas merang bentuk bulat
- Diatas kertas merang ditetesi air hingga merata. Cawan dimiringkan sehingga air yang
berlebih terkumpul dibagia bawah. Air berlebih dibuang.
- Benih yang ditanam dengan metode UDK ialah benih yang berukuran kecil : cabe,terong
caisin, bawang, bayam.
- Jumlah benih yang ditanam satu cawan petri 25 butir.
- Cawan petri ditutup, diletakkan dalam germinator tipe IPB 73-2A. Setelah benih
mulai berkecambah, tutup cawan dibuka.
- Pengamatan terhadap jumlah kecambah nornal
Pengujian daya berkecambah benih dengan metode UKDdp (Uji Kertas Digulung
dalam Plastik)
IPB 72 – 1 IPB 73-2A/B IPB 73-2A
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
- Kertas merang segi empat panjang berukuran 20X30 cm direndan dalam air. Setelah
lembab diangkat dan diriskan airnya menggunakan alat pengepres kertas merang IPB 75-1
- Benih ditanam diatas 3 media kertas merang yang dibawahnya dilapisi plastik, untuk media
ukuran 20X30 ditanam 25 butir benih ukuran sedang-besar (jagung, kacang panjang,
kangkung). Setelah benih ditanam, ditutup dengan 3 lembar media lembab, kemudian
digulung.
- Benih dikecambahkan dalam germinator tipe IPB 72-1.
- Pengujian UKDdp untuk padi digunakan media kertas merang ukuran 20X30 cm dilipat jadi
dua sejajar panjangnya. Diatas media ditanam 25 butir benih padi, media setengahnya
ditutupkan, kemudian media digulung. Germinator yang digunakan Tipe IPB 73-2A/B.
Tabel 10. Pengamatan Daya Berkecambah Benih
Komoditi Ulangan Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
Benih
Mati
% Daya
Berkecambah
Kangkung
1
2
3
Jagung 1
2
3
Kacang
panjang
1
2
3
Caisin 1
2
3
Bawang 1
2
3
Bayam
1
2
3
Cabe 1
2
3
Terong 1
2
3
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
8.UJI VIGOR BENIH
Pendahuluan
Latar Belakang
Vigor benih adalah kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman berproduksi normal
dalam kondisi subobtimum. Beberapa kondisi suboptimum di lapang misalnya ; kondisi
kekeringan, tanah salin, tanah asam, tanah penyakit, dsb. Benih yang mampu mengatasi
kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi.
Pengujian ketahanan benih terhadap kekeringan dapat dilakukan secara simulasi di
Laboratorium menggunakan larutan NaCl. Pada konsentrasi tinggi larutan ini tidak hanya
memberikan cekaman akibat tekanan osmotiknya sehingga benih mengalami hambatan dalam
proses imbibisi, tetapi juga memberikan cekaman terhadap kondisi salin. Pada kondisi
tersebut hanya benih vigor yang mampu tumbuh dengan baik.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari uji vigor kekuatan tumbuh benih kedelai
terhadap kekeringan (VKTkekeringan
).
Bahan dan Metoda
Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan adalah dua lot benih kedelai yang berbeda vigornya, kertas
merang, plastik, label, larutan NaCl 5.12 g/l dan air.
Alat yang dibutuhkan adalah alat pengecambah benih IPB 72-1, gelas ukur, beaker
glass, pengaduk gelas, timbangan serta alat penunjang yang lain.
Metode
Prosedur pelaksanaan
1. Tanam masing-masing lot benih kedelai sebanyak 25 butir pada substrat kertas merang
yang sudah dilembabkan dengan larutan NaCl 5.12 g/l. Untuk kontrol substrat
perkecambahan dilembabkan dengan aquades. Lakukan sebanyak 4 ulangan untuk
masing-masing perlakuan pada kedua lot benih.
2. Pengecambahan dilakukan pada alat pengecambah benih IPB 72-1.
3. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 setelah tanam terhadap kecambah normal,
abnormal dan mati (isikan pada Tabel ). Bandingkan bagaimana pertumbuhan kecambah
pada kedua substrat (kontrol dan perlakuan NaCl) pada kedua lot benih.
4. Bahas dan buat kesimpulannya.
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Tabel 11. Hasil pengamatan uji vigor dengan media yang dilembabkan larutan NaCl
Lot Perlakuan Ulangan Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal Mati
Vigor
Tinggi
Kontrol
1
2
3
4
Rata-rata
NaCl
1
2
3
4
Rata-rata
Vigor
Rendah
Kontrol
1
2
3
4
Rata-rata
NaCl
1
2
3
4
Rata-rata
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
9.UJI CEPAT VIABILITAS BENIH DENGAN TETRAZOLIUM
Pendahuluan
Latar Belakang
Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih atau uji cepat viabilitas. Disebut uji
biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di
dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indiksi yang
diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-
pola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium
tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah.
Pengujian tetrazolium menggunakan senyawa indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium klorida
yang larut dalam air untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi
oleh benih kedalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan
terjadi proses reduksi sehingga terbentuk endapan formazan yang berwarna merah. Pada sel-
sel yang mati tidak terjadi reduksi, sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna merah
pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan benih mampu
menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.
Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak : untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan
ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya
benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai
uji vigor bila dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih dapat dikembangkan
ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam uji tetrazolium ialah : penyiapan benih yang
akan diuji dengan menghitung jumlahnya, pelembaban benih untuk aktivasi enzim dan
pelunakan jeringan benih, pembukaan jaringan benih untuk pewarnaan ( penusukan,
pemotongan, pengupasan testa, pengeluaran embrio), penyiapan larutan tetrazolium, suhu dan
lama perendaman, penilaian benih viabel dan benih non viabel.
Bahan dan Metode
1. Dua lot benih jagung masing-masing 50 butir dilembabkan selama 1 malam.
2. Belah bagian embrio untuk mempercepat masuknya larutan tetrazolium ke dalam
benih. Rendam benih tersebut dengan larutan Tetrazolium 0.5 % secukupnya sampai
benih terendam seluruhnya. Untuk mempercepat proses pewarnaan bisa dipakai suhu
400C selama 1 jam
3. Evaluasi/Pengamatan
Setelah proses pewarnaan biji harus segera diamati :
Tuang larutan tetrazolium dengan menggunakan saringan teh, cuci benih dengan air mengalir sampai bersih (bebas dari larutan tetrazolium).
Rendam dalam air bersih.
Amati benih satu per satu dengan kaca pembesar, klasifikasikan sesuai dengan
gambar 1 – 10. Gambar dan hitung persentase benih viabel.
Apabila perlu gunakan mikroskop stereo
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Gambar 1. Pola pewarnaan Tetrazolium untuk benih /biji jagung yang hidup dan yang
mati
Kriteria dalam interpretasi hasil uji tetrazolium pada biji jagung. Bagian gambar yang
berwarna hitam menunjukkan adanya pewarnaan merah dari jaringan yang hidup; bagian
yang berwarna putih adalah bagian yang tidak berwarna yang berarti jaringannya mati.
No.1 Biji dapat tumbuh (Germinable)
Seluruh embrio berwarna merah cemerlang
No.2-4 Biji dapat tumbuh (Germinable)
Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna
No.5-6 Biji dapat tumbuh (Germinable)
Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna;dan bagian yang tidak kritis dari radikula (calon
akar) juga tidak berwarna
No.7-8 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Bagian di mana tempat akar seminal berasal (pada struktur biji) tidak ada pewarnaan
No.9 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Plumula tidak terjadi pewarnaan (kadar jaringannya mati)
No.10 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Bagian tengah dari skutelum dan bagian dari tempat pertumbuhan akar seminal tidak
berwarna
No.11 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Plumula dan radikula tidak berwarna
No.12 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Bagian bawah skutelum dan radikula sampai ke bagian tempat tumbuh akar seminal tidak
berwarna
No.13 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Skutelum seluruhnya tidak berwarna
No.14 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Skutelum dan radikula tidak berwarna
No.15 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Pewarnaan embrio merah muda yang sangat redup
No.16 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Seluruh embrio tidak berwarna
Gambar 2. Benih/biji dan struktur bibit jagung
Keterangan:
A. Penampang luar kariopsis
a. Pericap
b. Embrio
c. Endosperm
B. Penampang membujur dari luar
a. Skutelum
b. Koleoptil
c. Plumula
C. Bibit
a. Akar seminal
b. Radikula
c. Koleoriza
Hasil Pengamatan Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazolium
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Gambar 3. Pola pewarnaan Tetrazolium untuk benih /biji kedele yang hidup dan yang
mati
Kriteria dalam interpretasi hasil uji tetrazolium pada biji kedele. Ilustrasi berupa gambar
sepasang kotiledon, dan menyajikan kedua belah permukaan dari biji tersebut. Bagian
gambar yang berwarna hitam adanya pewarnaan merah dari jaringan yang hidup; bagian yang
berwarna putih adalah bagian yang tidak berwarna yang berarti jaringannya mati.
No.1 Biji dapat tumbuh (Germinable)
Biji seluruhnya berwarna (merah); di mana pewarnaannya tidak amat sangat berlebihan
hingga berwarna merah tua (keunguan)
No.2-5 Biji dapat tumbuh (Germinable)
Hanya bagian kecil kotiledon tidak berwarna
No.6 Biji dapat tumbuh (Germinable)
Sedikit bagian ujung dari radikula (calon akar) tidak berwarna dan bagian kecil kotiledon
tidak berwarna.
No.7 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Bagian ujung dari radikula yang tidak berwarna cukup panjang (lebih dari titik ujung
radikula)
No.8 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
Pada bagian bertautnya kotiledon dengan poros radikula-hipokotil tidak berwarna
(jaringannya mati)
No.10 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Terdapat beberapa bagian tidak berwarna pada bagian atas poros radikula-hipokotil
No.11 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Lebih dari setengah kotiledon bagian atas tidak berwarna
No.12 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Bagian bawah kotiledon dan poros radikula-hipokotil pewarnaan merah kusam atau merah
keputihan seperti susu; sedangkan bagian kotiledon yang lain berwarna merah.
No.13 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Sama seperti no.12, namun bagian yang dengan pewarnaan merah keputihan seperti susu
lebih besar
No.14 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Biji berwarna merah tua keunguan. Pewarnaan tersebut pada seluruh bagian kedua
permukaan kotiledon.
No.15 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)
Biji seluruhnya tidak terjadi pewarnaan (semua jaringan mati).
Gambar 4. Benih/biji dan struktur kedelai
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
A. Benih
B. Bibit
C. Embrio
a. kulit biji
b. Hilum
c. Hipokotil
d. Plumula
e. Kotiledon
f. Akar primer
Tabel 12. Hasil pengamatan uji tetrazolium
Ulangan Jenis
Benih
Viable
(%)
Non-Viable
(%)
Kecambah
Normal (%)
Kecambah
Abnormal (%)
Benih
Mati (%)
1 Jagung
Kedelai
2 Jagung
Kedelai
3 Jagung
Kedelai
4 Jagung
Kedelai
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012
10. STRUKTUR BENIH
Pendahuluan
Latar Belakang :
Struktur internal benih pada dasarnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu benih yang
mempunyai endosperm (endospermik) dan benih yang tidak mempunyai endoaperm (non
endospermik). Contoh benih endospermik adalah benih tanaman dari familia Gramineae dan
Euphorbiaceae, sedangkan contoh benih non endospermik adalah benih tanaman dari familia
Leguminosae da Cucurbitaceae.
Struktur lain dari benih adalah kult benih (testa) dan embrio. Testa benih bervariasi
warnanya, teksturnya serta ada atau tidaknya struktur tambahan seperti sayap, karunkula.
Embrio tanaman terdisi dari poros embrio dan kotiledon. Poros embrio terdiri dari calon akar
(radikula), calon batang (eppikotil, hipokotil atau mesokotil), dan calon daun (plumula).
Pada embrio benih monokotil calon daun dibungkus oleh koleoptil. Letak, ukuran dan bentuk
embrio bervariasi.
Tujuan :
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari variasi struktur benih tanaman beberapa familia.
Bahan dan Metode :
Benih dari beberapa familia tanaman : Gramineae (jagung, padi), Leguminosae (kacang
tanah, kedele, kacang merah, lamtoro), Solanaceae (tomat, cabe, terong), Eophorbiacea (jarak
kepyar, jarak pagar, karet) dan lainnya yang tersedia.
1. Benih yang kering dilembabkan dahulu selama 24 jam supaya lunak, mempermu
dah diiris atau dikupas
2. Iris benih dengan arah vertikal sehingga seluruh bagian internal dapat diamati
3. Amati warna, tekstur kulit benih serta adanya struktur tambahan
4. Gambar benih utuk dan struktur internalnya, beri keterangan masing masing ba
gian benih