Laporan Prak. 2
-
Upload
mey-budiartini -
Category
Documents
-
view
251 -
download
1
description
Transcript of Laporan Prak. 2
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………………………………………………………………………. 1
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang…………………………………………………………………...2B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..2C. Tujuan …………………………………………………………………………...2
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………………. 3
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian………………………………………………………………….. 8B. Variabel Penelitian..…………………………………………………………….. 8C. Alat dan Bahan………………………………………………………………….. 8D. Langkah Kerja…………………………………………………………………... 9E. Alur Kerja……………………………………………………………………….. 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian…………………………………………………………………... 11B. Analisis Data……………………………………………………………………... 12C. Pembahasan………………………………………………………………………. 13D. Diskusi……………………………………………………………………………. 13
BAB V PENUTUP A. Simpulan………………………………………………………………………..... 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. . 16
LAMPIRAN………………………………………………………………………………. 17
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengangkutan air melalui membran sel dapat terjadi secara pasif maupun secara aktif.
Pengangkutan secara pasif terjadi jika mengikuti arah gradien konsentrasi, artinya dari larutan
yang memiliki konsentrasi tinggi menuju larutan yang memilki konsentrasi rendah. Proses ini
terjadi tanpa memerlukan energi hasil metabolisme. Sedangkan pada proses pengangkutan
secara aktif memerlukan energi hasil metabolisme seperti ATP (Adenosin Tri Phospat)
karena prosesnya terjadi melawan arah gradient konsentrasi.
Proses difusi dan osmosis merupakan contoh proses pengangkutan secara pasif.
Proses osmosis merupakan proses difusi yang sifatnya khusus, yang menunjukkan adanya
perpindahan air melalui selaput membra yang bersifat permeabel selektif ( permeabel
deferensial) . Terjadinya proses omosis sangat ditentukan oleh adanya perbedaan potensial
kimia air atau potensial air (PA).
Pada proses osmosis, disamping komponen potensial air, komponen lain yang penting
adalah potensial osmotik dan potensial tekanan, yang pada tumbuhan timbul dalam bentuk
tekanan turgor. Untuk dapat mengetahui potensial air dan potensial osmotik serta pengeruh
konsentrasi larutan dengan pertambahan panjang jaringan tumbuhan kami melakukan
percobaan terhadap jaringan wortel.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang
potongan jaringan tumbuhan?
2. Bagaimana mengidentifikasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan perubahan
panjang irisan jaringan umbi?
3. Bagaimana menghitung potensial air jaringan tumbuhan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang
potongan jaringan tumbuhan.
2. Mengidentifikasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan perubahan panjang irisan
jaringan umbi.
3. Menghitung potensial air jaringan tumbuhan.
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sel tumbuhan hidup terdiri dari dinding sel yang kaku berisi plasma cair dibungkus
oleh membran. Dinding sel terdiri dari materi yang mati, sedang plasma sel terdiri dari
protoplasma yang hidup serta benda ergastik yang mati, yang terlarut atau terendap
didalamnya. Plasma menunjukan struktur sebagai sistem koloid, meskipun ada komponen
yang bersifat sebagai larutan dan emulsi. Partikel koloid yang tersebar di dalam plasma
terbungkus selubung air. Kandungan air di dalam plasma dapat berfluktuasi karena adanya
perubahan senyawa organik maupun anorganik di dalamnya.
A. PERMEABILITAS
Masuk dan keluarnya senyawa atau ion ke dan dari sel hidup tergantung kepada
kemampuan membran sel untuk melakukannya yang disebut dengan permeabilitas.
Tiga sifat dari membran yaitu :
1. Permeable, jika melekukan baik pelerut maupun zat terlarut. Sifat ini dimiliki
oleh dinding sel.
2. Semipermeable, jika melakukan sebagian zat dan menahan zat lainnya. Sifat ini
dimiliki oleh plasma sel.
3. Impermeable, jika tidak dapat melakukan semua zat. Sifat ini dimiliki oleh
kutikula.
Permeabilitas membran tergantung senyawa yang ada disekitar sel dan perubahan
yang terjadi di luar dan didalam sel. Keadaan menyebabkan terjadinya permeabilitas selektif
atau permeabilitasdiferensial. Kecepatan lewaynya melalui membra ini tergantung kepada
keadaan zatnya.
Tenaga yang mendorong masuknya air kedalam sel adalah aktifitas molekul, tekanan
hidrostatik dan tekanan osmotik, sedang faktor yang menentukan gerakan larutan melalui
membra adala ukuran molekul, laju selisih konsentrasi, muatan dan adanya transport aktif.
B. DIFUSI
Difusi atau berbaur merupakan proses berpencarnya partikel suatu materi dengan
tenaga kinetiknya sendiri. Difusi terjadi sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi.
Konsentrasi adalah sejumlah zat atau partikel per unit volume. Suatu perbedaan terjadi ,
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 3
apabila terjadi perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Pada difusi
arah gerakan partikel berasal dari tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi lebih
rendah untuk menyeimbangkan konsentrasi. Setelah keseimbangan tercapai, proses difusi
tetap berjalan (tetapi tidak dapat dikenal karena kecepatan ke dua arah sama). Bila berbagai
macam zat mengadakan difusi pada pelarut yang sama arah dan kecepatan masing-masing zat
tidak saling pengaruh mempengarui.
Contoh proses difusi yaitu pada proses pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi
pada daun. Di dalam proses ini gas CO2 dari atmosfer masuk ke dalam rongga antar sel pada
mesofil daun, yang selanjutnya digunakan untuk proses fotosintesis. Karena pada siang hari
CO2 yang masuk ke daun selalu digunakan untuk fotosintesis, maka kadar CO2 di dalam
rongga antar sel daun akan selalu lebih rendah dari atmosfer, akibatnya pada siang hari akan
terjadi aliran difusi gas CO2 dari atmosfer ke daun. Bersamaan dengan itu terjadi pula difusi
gas O2 dari rongga antar sel daun menuju ke atmosfer.
C. OSMOSIS
Osmosis merupakan proses gerakan cairan suatu larutan menembus membran semi
permeable. Dalam hal sel tumbuhan, proses osmosis dapat berlangsung dari luar masuk ke
dalam sel (dinamakan endosmosis) atau dari dalam sel keluar (dinamakan eksosmosis). Bila
membra itu selektif permeable, maka membran itu akan melakukan ion atau molekul tertentu
sedang bahan pelarutnya bebas melewatinya. Bila dua larutan berbeda konsentrasinya, sedang
membran yang memisahkannya hanya melakukan pelarut dan tidak melakukan zat terlarut,
maka akan terjadi gerakan molekul pelarut ke arah larutan yang lebih pekat konsentrasi
pelarutnya lebih rendah.
Osmosis ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan
kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Potensial kimia zat terlarut kurang
lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang difusi cenderung
bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang lebih kecil.
Potensial air adalah sesuatu yang sama dengan potensial kimia air dalam suatu sistem,
dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama.
Potensial air akan negatif apabila potensial kimia air di dalam sistem lebih rendah daripada
air murni dan akan positif apabila potensial kimia air dalam sistem lebih beasar dari air
murni.
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 4
Osmosis terjadi dari larutan yang hipertonis menuju larutan yang hipotonis, asal saja
potensial air pada larutan yang hipertonis lebih besar daripada larutan hipotonis. Tekanan
yang diberikan atau yang timbul dalam sistem ini disebut potensial tekanan dan di didalam
kehidupan tumbuhan potensial tekanan dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Tekanan
torgor yaitu tekanan yang terjadi di dalam sel karena adanya osmosis melewati membran sel.
Bila isi sel menyerap larutan, terjadilah tekanan turgor yang menekan membran plasma ke
luar ke arah dinding sel. Karena dinding sel tumbuhan merupakan massa yang sedikit. Nilai
potensial tekanan dapat bernilai positif, nol, atau negatif. Di dalam proses osmosis, disamping
komponen potensial air dan potensial tekanan, terdapat pula potensial osmotik. Hubungan
antara potensial (PA), potensial osmotik (PO), dan potensial tekanan (PT) dapat dinyatakan
dengan hubungan sebagai berikut :
Faktor-faktor yang mempengaruhi potensial osmotik :
Konsentrasi
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial osmotiknya.
Bila zat terlarut bukan zat terlarut dan molekulnya tidak mengikat air hidrasi, maka
potensial osmotik larutan tersebut pasti akan sebanding dengan konsentrasi molalnya.
Ionisasi molekul zat terlarut
Potensial osmotik sutu larutan tidak ditentukan oleh macamnya zat, tetapi ditentukan
oleh jumlah partikel yang terdapat didalam larutan tersebut. PO lebih bergantung pada
perbandingan antara jumlah pelarut dengan partikel yang dikandung didalamnya yaitu
ion, molekul, dan partikel koloida.
Hidrasi molekul zat terlarut
Air yang berasosiasi dengan patikel zat terlarut biasanya disebut sebagai air hidrasi.
Air dapat berasosiasi dengan ion, molekul, atau partikel koloida. Dampak air
hidrasi terhadap suatu larutan dapat menyebabkan larutan menjadi lebih pekat.
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 5
PA = PO + PT
Suhu
Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu.
Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya.
Hasil pengukur terhadap 1 molal larutan sukrosa, menunjukkan bahwa kenaikan suhu
akan menurunkan nilai potensial osmotik larutan tersebut.
Imbisisi
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik,
seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, dan zat-zat lainya yang menyebabkan
zat-zat tersebut mengembang setelah menyerap air tadi. Kemampuan zat tersebut
untuk menyerap air disebut potensial matriks atau potensial imbibisan dan prosesnya
disebut hidrasi atau imbibisi juga ditentukan oleh adanya zat terlarut di dalam air.
Semakin pekat larutan, semakin lambat imbibisi. Ion-ion tertentu juga mempengarui
kecepatan imbibisi.
Contoh dari osmosis yaitu plasmolisis. Bila sel tumbuhan diletakkan didalam larutan
yang hipertonik, yaitu larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dari pada konsentrasi isi sel,
maka terjadilah eksosmosis yaitu keluarnya air dari isi sel ke sebelah luar membran. Oleh
karena itu volume sel berkurang. Dan karena dinding sel sifatnya permeabel, maka ruang
antara membran plasma dan dinding sel itu akan diisi oleh larutan dari luar. Terlepasnya
membran plasma dari dinding sel karena plasma sel mengkerut disebut plasmolisis.
Bila sel yang telah mengalami plasmolisis ini diletakan dalam larutan yang hipotonik
yaitu larutan yang konsentrasinya lebih rendah daripada cairan sel, akan berlangsung proses
endosmosis sehingga plasma akan kembali ke keadaan semula yang disebut dengan
deplasmolisis.
Bila sel berada di dalam larutan yang hipotonik, turgor selnya akan naik. Bila berada
pada lingkungan yang isotonik, yaitu larutan yang sama konsentrasinya dengan konsentrasi
isi sel, maka sebagian sel ada yang mengalami plasmolisis, sebagian lainya tidak. Keadaan ini
dapat dipakai untuk menentukan tekanan osmotik yang dikenal dengan metode plasmolisis.
Metode ini ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapa jumlah sel
yang mengalami plasmolisis 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama
dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 6
50% sel terplasmolisis diketahui, maka nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Dengan :
TO : tekanan osmotik
M : konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisasi.
T : temperatur mutlak (273 + to C)
Tekanan sel bernilai positif, sedangkan nilai potensial osmotik bernilai negatif.
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 7
TO sel = 22,4 x M x T273
PO = - TO
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental, karena dilakukan percobaan untuk
menjawab rumusan masalah, dan terdapat variabel-variabel dalam penelitian yang dilakukan.
B. Variabel penelitian
Variabel yang digunakan dalam melekukan percobaan ini antara lain :
Variabel kontrol :
Waktu
Jenis bahan (wortel)
Panjang potongan silinder wortel (2 cm)
Variabel manipulasi :
Konsentrasi larutan sukrosa (0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; dan 1 M)
Variabel respon :
Pertambahan panjang wortel
C. Alat dan Bahan
Alat
1. Gelas kimia 100 mL sebanyak 6 buah.
2. Gelas ukur 50 mL, 1 buah.
3. Alat pengebor gabus.
4. Penggaris, pisau tajam, pinset, gelas plastik, plastik, dan karet gelang/tali.
Bahan
1. Wortel
2. Larutan sukrosa 0 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M dan 1 M.
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 8
D. Prosedur Kerja
1. Mengisi gelas kimia ke-1 dengan larutan sukrosa 0 M, gelas kimia ke-2 dengan
larutan sukrosa 0,2 M dan seterusnya sampai gelas kimia ke-6, masing-masing 25 mL.
Memberi label pada masing-masing gelas kimia tersebut.
2. Memilih wortel yang cukup besar dan baik, membuat silinder wortel dengan alat
pengebor gabus. Memotong-motong silinder wortel sepanjang 2 cm.
3. Memasukkan potongan wortel tersebut ke dalam gelas kimia yang telah diisi dengan
larutan sukrosa pada berbagai konsentrasi, masing-masing 4 potongan. Mencatat
waktu pada saat memasukkan potongan wortel ke dalam gelas kimia. Bekerjalah
dengan cepat untuk mengurangi waktu penguapan dan tutup rapat gelas kimia selama
percobaan dilakukan.
4. Setelah 1,5 jam, mengeluarkan setiap potongan wortel tersebut dan mengukur kembali
panjangnya.
5. Menghitung nilai rata-rata pertambahan panjang wortel untuk setiap konsentrasi
larutan sukrosa.
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 9
E. Alur Kerja
- Diberi label
- Silinder wortel dipotong 2 cm
- Dimasukkan 4 potong silinder
wortel
- Ditutup rapat
- Dicatat waktunya
- Potongan silinder wortel dikeluarkan
- Diukur panjang silinder wortel
- Hitung rata-rata pertambahan
panjang wortel
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 10
Gelas kimia ke-1 samapi ke-6 diisi dengan larutan sukrosa 25 ml
Buat silinder wortel dengan alat pengebor
1 M0,8 M0,6 M0,4 M0,2 M0 M
1,5 jam
Panjang
silinder wortel ke-6
Panjang
silinder wortel ke-5
Panjang
silinder wortel ke-4
Panjang
silinder wortel ke-3
Panjang
silinder wortel ke-2
Panjang
silinder wortel ke-1
Rata-rata pertambahan
panjang jaringan wortel
BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Tabel Hubungan Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap Pertambahan Panjang
Potongan Silinder Wortel
Konsentrasi
larutan sukrosa
( M )
Panjang potongan wortel
( cm )
Pertambahan
panjang wortel
(cm)
Rata-rata
pertambahan
panjang wortel
(cm)
Awal Akhir
0 2 2,2 0,2 0,125
2 2,1 0,1
2 2,1 0,1
2 2,1 0,1
0,2 2 2,1 0,1 0,15
2 2,1 0,1
2 2,2 0,2
2 2,2 0,2
0,4 2 2,1 0,1 0,1
2 2,0 0
2 2,1 0,1
2 2,2 0,2
0,6 2 2,1 0,1 0,025
2 2,0 0
2 2,0 0
2 2,0 0
0,8 2 1,9 -0,1 -0,1
2 1,9 -0,1
2 1,8 -0,2
2 2,0 0
1 2 1,8 -0,2 -0,175
2 1,8 -0,2
2 1,9 -0,1
2 1,8 -0,2
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 11
2. Grafik
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
-0.2
-0.15
-0.1
-0.05
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.1250.15
0.1
0.025
-0.1
-0.175
Konsentrasi larutan sukrosa (M)
Rat
a-ra
ta p
erta
mb
ahan
pan
jan
g w
or-
tel (
cm)
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi larutan Sukrosa Dengan Pertambahan
Panjang Potongan Silinder Wortel
B. Analisis Data
Berdasarkan data dan grafik yang diperoleh dapat diambil suatu analisis bahwa pada
konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0,2 M mengalami pertambahan panjang potongan silinder
wortel yang paling panjang memiliki rata-rata pertambahan panjang wortel sebesar 0,15 cm
sedangkan pada konsentrasi larutan sukrosa yang tertinggi yaitu sebesar 1 M didapatkan
penyusutan potongan wortel paling besar yaitu rata-ratanya -0,175 cm.
Pada konsentrasi larutan sukrosa yang lainnya yaitu 0 M memiliki rata-rata
pertambahan panjang wortel sebesar 0,125 cm, pada konsentrasi 0,4 M sebesar 0,1 cm, pada
konsentrasi 0,6 M sebesar 0,025cm dan pada konsentrsi 0,8 M sebesar -0,1 cm.
Konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang potongan
silinder wortel adalah 0,63 M, hal ini karena konsentrasi larutan didalam dan di luar sel itu
sama. Dengan suhu ruangan sebesar 28 0C dan nilai M (konsentrasi larutan sukrosa yang
tidak menyebabkan pertambahan panjang) sebesar 0,63 M maka nilai TO sel (Tekanan
Osmotik) adalah sebesar 15,56 dan nilai PA (Potensial Air) adalah sebesar -15,56 (karena
nilai potensial adalah bernilai negatif). Dari sini dapat diketahui bahwa perubahan panjang
potongan silinder wortel dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi larutan sukrosa.
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 12
C. Pembahasan
Berdasarkan tabel, potongan wortel yang dimasukkan ke dalam larutan sukrosa 0,2 M
pertambahan panjangnya paling panjang. Seharusnya pertambahan panjang pada potongan
wortel yang paling panjang adalah pada konsentrasi 0 M, hal ini disebabkan karena larutan
sukrosa 0 M konsentrasinya paling rendah dan memiliki potensial air (PA) rendah. Akibatnya
air masuk dalam sel dan menyebabkan pertambahan panjang pada potongan wortel tersebut.
Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan kurang teliti dalam mengukur dan waktu pada saat
dimasukkannya kurang tepat.
Pada larutan 1 M tidak ada pertambahan panjang bahkan potongan wortel tersebut
mengalami penyusutan. Hal ini disebabkan karena larutan sukrosa 1M memiliki konsentrasi
yang tinggi dan potensial airnya rendah, sedangkan konsentrasi cairan di dalam sel lebih
tinggi dan memiliki potensial air (PA) rendah. Akibatnya cairan dalam sel keluar menuju
larutan sukrosa. Sehingga menyebabkan penyusutan terhadap potongan wortel.
Konsentrasi larutan yang tidak menyebabkan pertambahan panjang terhadap
potongan wortel yaitu pada larutan sukrosa 0,63 M. Hal ini disebabkan karena konsentrasi di
dalam sel maupun konsentrasi larutan sukrosa (luar sel) sama.
D. Diskusi
1. Mengapa perlu dicari nilai konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
pertambahan panjang potongan silinder umbi dalam menentukan nilai potensial air ?
2. Mengapa nilai potensial air sel wortel yang tidak berubah panjangnya sama dengan
nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang
wortel tersebut ?
JAWAB :
1. Karena digunakan untuk mencari potensial air (PA) yang terlebih dahulu dicari
tekanan osmotiknya.dengan perhitungan sebagai berikut
Konsentrasi sukrosa = konsentrasi wortel
PA = PO + PT
Karena tidak ada tekanan maka :
PT = 0
PA = PO
PO = - TO
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 13
TO =
22 , 4 . M . T273
TO = 22,4x0,63x301
273
TO = 15,56
PO = - TO
PO = -15,56
Jadi, PA = PO
PA = -15,56
2. Nilai potensial air wortel yang tidak menyebabkan pertambahan panjang sama dengan
nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang
wortel tersebut. Hal ini disebabkan nilai potensial air didalam sel maupun diluar sel
sama.
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 14
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingginya konsentrasi larutan sukrosa berpengaruh terhadap perubahan panjang
wortel, yaitu semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka semakin berkurang
panjang wortel, Sedangkan semakin rendah konsentrasinya sukrosa maka semakin
besar pertambahan panjang potongan jaringan wortel.
2. Konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang wortel
adalah 0,63 M, karena terjadi keseimbangan nilai potensial air (PA) sehingga
tidak ada air yang masuk ke dalam sel atau yang keluar sel.
3. Nilai potensial air (PA) potongan wortel pada konsentrasi 0,63 adalah sebesar
-15,56 atm.
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 15
DAFTAR PUSTAKA
Kimball, John W. 1983. Biologi Edisi 5. Bogor : Airlangga.
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.
Sasmitahardja, Dradjat, dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Depdikbud.
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 16