LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …
Transcript of LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS …
LAPORAN PENELITIAN
PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS (PPI)
EFEK PEMBERIAN MINUMAN CAMPURAN MINYAK ZAITUN
DENGAN MADU PADA HISTOLOGI PENAMPANG LIVER TIKUS
PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR SPRAGUE-DAWLEY
NOMOR KONTRAK PENELITIAN : 164/ f.03.07/2019
OLEH:
RETNO MARDHIATI, M.KES NIDN. 039037401
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA
JAKARTA
2019
v
RINGKASAN
Minyak zaitun extra virgin dan madu merupakan suplemen herbal yang
sering digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan. Namun efek
minuman campuran minyak zaitun extra virgin dan madu pada kesehatan liver,
belum pernah dibuktikan secara ilmiah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
efek pemberian minuman campuran minyak zaitun dengan madu pada histologi
penampang liver tikus putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague-Dawley.
Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang
menggunakan studi hewan. Tahapan penelitian terdiri dari 3 tahapan yakni tahap
pertama, membuat minuman campuran minyak zaitun extra virgin dan madu, tahap
ke-dua, melakukan treatment pada hewan coba, tahap ke tiga, melakukan analisis
histopatologi penampang liver. Penelitian ini dilakukan di RS Hewan Fakultas
Kedokteran Hewan IPB Bogor dan Pusat Studi Satwa Primata IPB Bogor.
Penelitian ini membuat minuman dengan perbandingan 1:1 (minyak zaitun extra
virgin:Madu) dengan penambahan lesitin 5%, kecepatan 1000 rpm, dan suhu 10oC,
serta aquades 200 ml. Tempat pembuatan minuman campuran minyak zaitun dan
madu di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Universitas Indonesia.
Tempat untuk treatment hewan coba dilakukan di Laboratorium hewan primate
Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Tempat untuk melakukan analisis histopatologi
dilakukan laboratorium histopatologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Metodologi. Minuman ini diberikan selama 14 hari pada 1 kelompok yang terdiri 7
tikus, sedangkan 1 kelompok kontrol yang terdiri 7 tikus tanpa perlakuan. Hari ke
15, tikus diberi paparan CCl4 dosis 0,1 ml/20g bobot badan mlalui intraperitoneal.
Setelah 24 jam pemberian CCl4. Tikus dikorbankan dengan cara exsanguinations,
kemudian dibedah untuk mengambil organ hati. Pembuatan preparat histopatologi
dengan pewarnaan Mayers Hematoxylin Eosin. Analisis yang digunakan analisis
histopatologi.
Hasil menunjukkan histologi kelompok hewan coba yang diberi minuman
campuran EVOO dan Madu lebih sedikit mengalami kerusakan liver dibandingkan
kelompok yang tanpa perlakuan. Kesimpulan minuman campuran EVOO dan
Madu dapat mencegah kerusakan liver yang terpapar oleh CCl4.
Luaran penelitian ini adalah jurnal nasional terakreditasi yakni Indonesia
Medicus Veterinus, eISSN : 24776637 | pISSN : 23017848, Universitas Udayana.
Luaran penelitian lain adalah mempresentasikan hasil penelitian di seminar
nasional/internasional yang diselenggarakan di Indonesia
Kata Kunci : minyak zaitun, madu, minuman, liver
vi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ………………………………………………………….. i
Halaman Pengesahan ……………………………………………………... ii
Surat Penjanjian Kerja (SPK) …………………………………………….. iii
Ringkasan …………………………………………………………………. v
Daftar Isi ………………………………………………………………….. vi
Daftar Tabel ……………..………………………………………………... vii
Daftar Gambar.....………..………………………………………………... viii
Daftar Lampiran ………………………………………………………….. ix
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 2
1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 3
1.4. Urgensi Penelitian ……………………………………………………. 3
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………… 4
2.1. Penelitian Terkait Kesehatan Organ Liver ....………………………… 4
2.2. Kandungan Gizi Minyak Zaitun ……………………………………... 5
2.3. Kandungan Gizi Madu ………………………………………………. 5
2.4. Histologi Liver ……………………………………………………….. 7
2.5. Roadmap Penelitian ………………………………………………….. 9
BAB 3 METODE PENELITIAN ………………………………………… 10
3.1. Alur Penelitian ……………………………………………………….. 10
3.2. Desain Penelitian …………………………………………………….. 10
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………….. 10
3.4. Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun dan Madu …………. 10
3.5. Studi Hewan ………………………………………………………….. 11
3.6. Analisis Data …………………………………………………………. 11
vii
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………. 12
4.1. Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun Extra Virgin dan
Madu …………………………………………………..………….
12
4.2. Histologi Liver Tikus……………………………………………….. 15
BAB 5 TARGET DAN CAPAIAN……….………………………………. 20
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...…………………………………. 21
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 22
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Skoring Histipatologi Liver Tikus …………………………….. 9
Tabel 2 Roadmap Penelitian …………………………………………… 9
Tabel 3 Alur Penelitian ………………………………………………… 10
Tabel 4 Dosis dan Takaran Minuman Campuran EVOO dan Madu…… 13
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kandungan Asam Fenolik Pada Madu ……………………. 6
Gambar 2 Struktur Kimia Flavanoid Dalam Madu …………………... 6
Gambar 3 Kondisi Fisik Dan Histologi Liver Tikus …………………. 7
Gambar 4 Histologi Mencit Setelah Pemberian Buah Merah ………... 8
Gambar 5 Proses Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun Dan
Madu ……………………………………………………….
12
Gambar 6 Persiapan Hewan Coba ……………………………………. 14
Gambar 7 Organ Liver ……………………………………………….. 14
Gambar 8 Histopatologi Liver Yang Diberi Perlakuan Minuman
Minyak Zaitun Extra Virgin Dan Madu …………………...
16
Gambar 9 Mekanisme Minyak Zaitun Extra Virgin Dalam Melindungi
Liver ……………………………………………………….
17
Gambar 10 Histopatologi Liver Tikus Yang Tanpa Perlakuan Setelah
Diinduksi CCl4 …………………………………………….
18
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Artikel Publikasi ke Media Gizi Indonesia
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Liver merupakan salah satu organ penting untuk metabolisme tubuh.
Liver berfungsi menyaring dari toksik yang masuk, menyimpan energi, Kerusakan
liver dapat terjadi karena virus, penggunaan alkohol, konsumsi lemak yang tinggi,
dan terpapar zat racun. Liver terdiri dari lobus kiri dan lobus kanan. Liver memiliki
kemampuan untuk regenerasi sel sehingga liver dapat kembali tumbuh.
Beberapa zat yang dapat merusak liver antara lain CCl4 (Carbon
Tetrachloride), MSG (Monosodium glutamate), dan alkohol. Kerusakan dapat
menyebabkan nekrosis atau kematian sel-sel hati. Pencegahan terhadap kerusakan
liver dapat dilakukan dengan mengkonsumsi herbal atau makanan yang dapat
memperbaiki sel-sel liver seperti temu ireng, temulawak, buah merah, daun keladi
tikus, madu, dan minyak zaitun.
EVOO mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
Asam lemak tak jenuh tunggal terbanyak dalam EVOO adalah asam oleat (asam 9-
oktadekanoat). Asam oleat (C18:1) merupakan asam lemak tidak jenuh yang banyak
terdapat dalam trigliserida dan memiliki satu ikatan rangkap (Winarno, 2008).
Asam oleat merupakan asam lemak 65-85 % dalam minyak zaitun (Peri, 2014).
Asam lemak oleat memiliki bentuk rantai L, dimana asam oleat termasuk asam
dengan ikatan rangkap cis (Murray et al 2009; Mark et al 2014). Champe et al
(2011) lemak tak jenuh tunggal mampu menurunkan kadar kolesterol plasma total
dan kolesterol LDL, serta meningkatkan kadar HDL.
Kandungan asam oleat yang memiliki titik leleh lebih rendah dari suhu
tubuh dan memiliki ketahanan oksidasi lebih tinggi dibandingkan asam lemak
lainnya. Kelebihan ini pada asam oleat ini, memberi efek terhadap beberapa fungsi
biologis antara lain menurunkan tekanan darah, mengurangi penyumbatan dan
pengerasan arteri, menururkan kadar LDL, meningkatkan kadar HDL, memperkuat
integritas sel-membran dan membantu memperbaiki sel dan jaringan yang rusak,
melawan sel kanker, dan mengurangi gejala asma. (Peri 2014). Dan Ghanbari et al
(2012) menyatakan EVOO memiliki kandungan minor seperti fenolat, fitosterol,
tocopherol, karotenoid, klorofil dan squalene, yang memberikan efek fungsional
2
pada kesehatan tubuh. Serolic et al (2014) menyatakan EVOO merupakan makanan
fungsional yang berkontribusi terhadap pencegahan dan pengobatan beberapa
penyakit. EVOO mengandung banyak antioksidan, dominan asam lemak tak jenuh
tunggal, rendah asam lemak jenuh, dan mengandung asam lemak essensial dengan
rasio yang seimbang.
Madu adalah larutan kental yang mengandung berbagai molekul, termasuk
fruktosa dan glukosa (80-85%); air (15-17%); abu (0,2%); protein dan asam amino
(0,1-0,4%) dan jumlah enzim, vitamin dan zat lainnya, seperti senyawa fenolik (Rao
et al. 2016). Komposisi madu paling dominan adalah karbohidrat. Glukosa dan
fruktosa merupakan komponen utama madu. Kedua monosakarida tersebut dikenal
dengan gula pereduksi. Monosakarida yang paling dominan adalah fruktosa dan
glukosa. Monosakarida sekitar 75 % pada madu (da Silva et al 2016; Miguel et al
2017). Kandungan disakarida dan trisakarida berkisar 10-15 % dari karbohidrat
madu. Madu juga mengandung maltose dan sukrosa (Ratnayani et al. 2008).
Kandungan gula pada madu akan mengalami perubahan jika disimpan terlalu lama.
Berdasarkan SNI 2013 kandungan dalam madu berisi gula pereduksi > 65% dan
sukrosa < 5%). Adalina (2017) menyatakan komposisi kimia madu hutan kabupaten
Bima mengandung glukosa 27,11%, fruktosa 40,73%, sukrosa 0,61% dengan total
gula 68,45%.
Selain itu madu juga mengandung asam amino, protein, enzim, asam
organik, vitamin, mineral, zat volatil, dan polifenol. Proline merupakan jenis
protein paling banyak pada madu. Protein lain berbentuk enzim (diastase atau
amilase, invertase atau sukrase atau α-glukosidase). Glukonat merupakan asam
organik terbanyak di madu. Madu mengandung vitamin: tiamin (B1), riboflavin
(B2), asam nikotinat (B3), asam pantotenat (B5), piridoksin (B6), biotin (B8), asam
folat (B9), dan vitamin C. Kandungan mineral dalam madu antara lain kalium,
magnesium, kalsium, besi, fosfor, natrium, mangan, yodium, seng, lithium, kobalt,
nikel, kadmium, tembaga, barium, kromium, selenium, arsenik, dan perak (da Silva
et al 2016; Miguel et al 2017). Madu memiliki banyak manfaat pada organ tubuh
seperti liver, pencernaan,karena memiliki kemampuan meningkatkan kerja enzim
dalam tubuh.
3
Saat ini, masyarakat sering mengkonsumsi minuman temulawak asem, atau
temu ireng asem, sebagai minuman herbal menyehatkan liver. Belum ada formulasi
minuman dari campuran minyak zaitun dan madu dan pembuktian khasiat minuman
tersebut untuk kesehatan liver. Hal ini yang melatarbelakangi penelitian ini
1.2. Rumusan Masalah
Banyak faktor yang dapat menurunkan kapasitas liver sebagai organ
yang berkaitan dengan metabolisme tubuh terutama metabolisme lemak. Salah satu
faktor yang dapat merusak liver adalah bahan kimia seperti obat-obatan, konsumsi
makanan tinggi lemak, softdrink soda dan tinggi gula.
Kebutuhan minuman sehat yang dapat membantu kesehatan liver.
Pembuatan minuman campuran minyak zaitun extra virgin dan madu, perlu
dilakukan karena kedua senyawa tersebut memiliki kandungan antioksidan yang
tinggi, berpeluang memperbaiki kerusakan liver. Berdasarkan latar belakang diatas,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah Efek Minuman Minyak Zaitun Extra
Virgin dan Madu terhadap Histologi Liver pada Tikus Putih .
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis efek pemberian minuman
Minyak Zaitun Extra Virgin dan Madu terhadap Histologi Liver pada Tikus Putih .
Tujuan khusus penelitian :
1. Membuat formulasi minuman Minyak Zaitun Extra Virgin dan Madu
2. Melakukan analisis histopatologi liver tikus setelah intervensi minman Minyak
Zaitun Extra Virgin dan Madu
1.4. Urgensi Penelitian
Manfaat penelitian terutama sebagai data ilmiah untuk Minyak Zaitun
Extra Virgin dan Madu sebagai konsumsi peningkatan daya kesehatan liver.
Pemanfaatan EVOO dan madu dalam kesehatan akan berdampak perbaikan sel-sel
liver dari kontaminasi toksisitas yang masuk ke tubuh melalui lingkungan dan
makanan. Penelitian ini juga diharapkan akan memberikan gambaran adanya
sinergis dalam campuran minyak zaitun dan madu untuk kesehatan liver.
4
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terkait Kesehatan Organ Liver
Liver merupakan salah satu organ penting yang terkait dengan
metabolisme lemak akibat konsumsi makanan tinggi lemak seperti goreng-
gorengan, lemak daging dan lemak tinggi lainnya. Akibatnya liver mengalami
perlemakan hati (fatty liver). Nasution dkk (2015) menyatakan Fatty Liver dibagi
menjadi dua kategori utama. Tipe pertama berkaitan dengan peningkatan kadar
asam lemak bebas plasma akibat mobilisasi lemak dari jaringan adiposa atau
hidrolisis triasilgliserol lipoprotein oleh lipoprotein lipase di jaringan ekstra
hepatik. Pembentukan VLDL tidak dapat mengimbangi meningkatnya influks dan
esterifikasi asam lemak bebas sehingga terjadi penumpukan triasilgliserol dan
menyebabkan perlemakan hati. Hal ini terjadi selama kelaparan dan mengonsumsi
diet tinggi lemak. Tipe kedua perlemakan hati biasanya disebabkan oleh blok
metabolik dalam produksi lipoprotein plasma sehingga terjadi penimbunan
triasilgliserol. Secara teoritis, lesi dapat disebabkan oleh: (1) blok pada sintesis
apolipoprotein, (2) blok pada sintesis lipoprotein dari lipid dan apolipoprotein, (3)
kegagalan penyediaan fosfolipid yang ditemukan pada lipoprotein, atau, (4)
kegagalan mekanisme sekretorik itu. Salah satu indicator kesehatan liver adalah
SGOT dan SGPT. Nasution dkk (2015) menyatakan SGOT atau juga dinamakan
AST merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam
konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi
rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam
jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. SGPT adalah singkatan dari serum
glutamic pyruvic transaminase, sering juga disebut dengan istilah ALT merupakan
enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis
destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot
jantung, ginjal dan otot rangka. SGPT jauh dianggap lebih spesifik untuk menilai
kerusakan hati dibandingkan SGOT.
5
2.2. Kandungan Gizi Minyak Zaitun Extra Virgin
Kandungan EVOO yang utama adalah senyawa fenolik (Borges et al 2017;
Agrawal et al 2017; Caro et al 2006). Menurut Borges et al (2017) kandungan
EVOO yang teridentifikasi antara lain tocopherol, senyawa utama fenolik terdiri
dari flavonoid (apegenin, luteolin), asam fenolik (naringenin, asam p-koumarat,
asam vanilla) dan alkohol fenolik (hidroksityrosol), serta kandungan CoQ10 yang
tinggi, yang berkisar antara 48 sampai 85 mg / L. Menurut Caro et al (2006)
kandungan minyak zaitun dapat berbeda dikarenakan faktor suhu, cahaya, dan
penyimpanan. Kandungan klorofil, karotenoid, -tocopherol dan phenol dapat
mengalami penurunan selama penyimpanan dan pengiriman, namun aktivitas
antioksidan tidak mengalami perubahan. Menurut Agrawal et al (2017) oleokantal,
tyrosol, dan fenolik merupakan salah satu kandungan yang ada pada EVOO, dan
oleokantal merupakan antioksidan yang terkandung dalam minyak zaitun, bersifat
antiinflamasi.. Fenolik memiliki kemampuan perlindungan lendir pada lambung,
perlindungan pada hati, anti-inflamasi dan anti-neoplasma, aktivitas antimikroba
dan efek biokimia pada enzim dan hormon (Raj Narayana et al., 2001).
2.3. Kandungan Gizi Madu
Madu juga mengandung polifenol dalam bentuk asam fenolat dan flavonoid.
Madu memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi untuk menangkal radikal bebas
(da Silva et al 2016; Miguel et al 2017). Uthurry et al (2011) menyatakan polifenol
terbagi menjadi polifenol berat molekul rendah dan polifenol berat molekul tinggi.
Polifenol dengan berat molekul rendah yang terdiri dari fenol sederhana dan
flavonoid, dan polifenol dengan berat molekul tinggi yang diwakili oleh tanin.
Khasiat madu lebih banyak dipengaruhi flavonoid. Flavonoid dapat meningkatkan
produksi enzim, menghambat radikal bebas, dan menstimulasi hormon. Flavonoid
sebagai salah satu polifenol, yang memberikan sumbangan atom hidrogen, dimana
minimal ada satu gugus hidroksil terikat ke cincin aromatik dalam molekul.
Flavonoid diklasifikasikan berdasarkan tingkat oksidasi cincin C menjadi flavon
(seperti apigenin, luteolin dan diosmetin), flavonol, (seperti quercetin, myricetin
dan kaempferol), flavanon (seperti naringenin dan hesperidin), flavan-3-ols,
(seperti katekin dan epikatekin), antosianidin dan glikosida mereka (seperti
malvidin, sianida dan pelargonidin).
6
Sumber : Erejuwa et al (2014)
Gambar 1. Kandungan asam fenolik pada madu
Erejuwa et al (2014) menyatakan kandungan asam fenolik pada madu terdiri
dari p-Coumaric acid, gallic acid, ellagic acid, ferulic acid, syringic acid, dan
caffeic acid. Dan kandungan flavonoid dalam madu terdiri dari chrysin, kaempferol,
quercetin, pinobaksin, pinocembrin, luteolin, apigenin, hesperetin, naringenin, dan
genistein.
Sumber : Erejuwa et al (2014)
Gambar 2. Struktur Kimia Flavanoid dalam Madu
7
Rababah et al. (2014) menyatakan aktivitas kandungan flavonoid,
antosianin dan antioksidan pada madu tergantung tanaman sumber nektar, dan
senyawa tersebut dapat rusak karena proses oksidasi. Madu mengandung senyawa
fenolat yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Cahyati (2008)
menyatakan flavonoid dalam madu dibagi menjadi 3 kelas dengan struktur yang
mirip yaitu flavono; flavon, dan flavanon. Kandungan kadar fenolat total paling
tinggi pada madu randu dibandingkan madu kopi, sawit, dan rambutan. Ratnayani
et al. (2012) menyatakan madu randu dan kelengkeng yang beredar dipasaran,
memiliki kandungan total senyawa fenolat 1375,89 mg GAE/kg dan 1136,49 mg
GAE/kg. GAE (gallic acid equivalent ) yaitu jumlah kesetaraan mg asam galat
dalam 1 g sampel. Beberapa senyawa fenolat yang terdapat pada madu antara lain
asam galat, asam sinamat, pinocembrin, krisin dan kumarin.
2.4. Histologi Liver
Panjaitan dkk (2007) menyatakan gambar histologi liver yang rusak akibat
lingkungan, makanan, dan factor lainnya, ditandai dengan adanya peradangan pada
sel-sel hati. Peradangan dapat berbentuk nekrosis, steatosis. Nekrosis milier pada
permukaan hati. Steatosis merupakan gambaran patologi yang ditandai dengan
akumulasi lemak di dalam sel hati yang disebabkan oleh gangguan pada
metabolisme lipid di hati. Ada beragam faktor penyebab terjadinya steatosis, secara
garis besar dibedakan atas faktor primer, yakni obesitas, hiperlipidemia, dan
resistensi insulin, serta faktor sekunder yang meliputi diet yang tidak seimbang,
malabsorpsi, kehamilan, alkohol, serta obat-obatan antara lain aspirin dan
tetrasiklin.
Sumber : Panjaitan dkk (2007)
Gambar 3 Kondisi Fisik dan Histologi Liver Tikus
8
Gambar 3 menunjukkan A) Liver tikus normal, B) Liver terpapar bahan
kimia CCl4 namun belum ada lemak dalam sel hati. C) Liver tikus terpapar bahan
kimia CCl4, yang sudah ada lemak dalam sel hati. D) Liver tikus terpapar bahan
kimia CCl4, sudah mengalami perubahan jaringan.
Gambar 4. Mikroskopis liver mencit setelah perlakuan pemberian buah
merah. (A) gambaran mikroskopis liver normal; (B) gambaran mikroskopis
kerusakan liver menyeluruh; (C) liver normal; (D) liver yang mengalami degenerasi
sel; dan (E) liver yang mengalami nekrosis
Sumber : Nugraha dkk (2007)
Gambar 4. Histologi Mencit Setelah Pemberian Buah Merah
Panjaitan dkk (2007) menyatakan kerusakan sel hati akan mempengaruhi
kadar enzim-enzim hati, bilirubin, dan protein dalam serum. Ciri secara
laboratorium, yakni meningkatkan kadar bilirubin total, enzim ALT, AST, dan
ALP.
Baldatina (2008) ada parameter skoring 5 lapangan pandang disekitar vena
sentralis histopatologis liver sebagai berikut :
9
Tabel 1. Skoring Histopatologis Liver Tikus
Nilai skor Histopatologis
0 jika < 25 % Liver degenerasi hidropik, degenerasi parenkim, apoptosis
di sentrolobuler (vena sentralis)
1 jika 25-50% Liver degenerasi hidropik, degenerasi parenkim, apoptosis
yang meluas hingga ke daerah tengah (midzona).
2 jika 50-75 % Liver degenerasi hidropik, degenerasi parenkim, apoptosis
yang meluas hingga ke periportal (perilobuler)
3 jika > 75% Liver degenerasi hidropik, degenerasi parenkim, apoptosis
yang meluas hingga ke zona periportal (perilobuler)
Sumber : Baldatina (2008).
2.5. Roadmap Penelitian
Roadmap penelitian ini menuju produk minuman sehat untuk liver.
Tabel 2. Roadmap Penelitian
Tahun Topik Penelitian
Tahun 2017 Kandungan gizi minyak zaitun extra virgin dan madu
Tahun 2019 Efek Minuman minyak zaitun extra virgin dan madu pada
histopatologi liver
Tahun 2020 Efek Minuman minyak zaitun extra virgin dan madu pada
indikator laboratorim fungsi liver
10
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Alur Penelitian
Alur Penelitian sebagai berikut :
Tabel 3 Alur Penelitian
Tahapan Kegiatan
Tahap 1 Pembuatan minuman minyak zaitun dan madu
Tahap 2 Perhitungan dosis konversi untuk hewan coba
Tahap 3 Intervensi
Tahap 4 Pembuatan preparat histologi
3.2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah , dengan menganalisis 2 preparat histopatologi
antara jaringan liver tikus yang terpapar CCL4 diberi minuman minyak zaitun dan
madu, dan liver tikus yang terpapar tanpa intervensi
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RS Hewan IPB Bogor, Laboratorium histopatologi
Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor, dan di laboratorium Pusat Kajian Primata
IPB Bogor.
3.4. Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun dan Madu
Pembuatan minuman campuran minyak zaitun extra virgin dan madu
dengan 3 dosis yakni 1 : 1 + lesitin 5 %, 1:2 + lesitin 5%, dan 2:1 + lesitin 5%.
Minyak zaitun extra virgin dalam minuman sebanyak 7,24 gr dan madu sebanyak
31,12 gr serta lesitin 5%. Minuman ditambahkan dengan aquades sampai 200 ml.
Kemudian dilakukan pengadukan dengan alat digital . Untuk pemberian intervensi
dilakukan konversi pada dosis hewan dengan rumus sebagai berikut :
11
3.5. Studi Hewan
Ada 2 kelompok tikus yang digunakan, kelompok tikus diberi CCl4
tanpa minuman minyak zaitun extra virgin dan madu, kelompok tikus diberi CCl4
tanpa intervensi. Pengamatan akan dilakukan setelah intervensi. Hewan coba yang
digunakan pada penelitian ini adalah Rattus norvegicus dengan strain Sparague
Dawley. Hewan coba yang digunakan berjumlah 14 tikus. Tikus saat masa aklimasi
diberi vitamin dan obat cacing, serta ransum yang berstandar dan minum ad litium.
Setelah masa aklimasi, tikus diberi intervensi selama 14 hari. Setelah
intervensi, hari ke 15 tikus diberi karbon tetraklorida (CCl4) dengan dosis 0,1
ml/20g bobot badan (Nugraha dkk 2007). Pemberian CCl4 disuntikkan secara
intraperitoneal. Setelah 24 jam pemberian CCl4. Tikus dikorbankan dengan cara
exsanguinations, kemudian dibedah untuk mengambil organ hati. Organ hati yang
diambil kemudian dicuci dengan NaCl fisiologis, selanjutnya difiksasi dengan
menggunakan buffer formalin 10%. Jaringan yang telah difiksasi kemudian
didehidrasi dengan alkohol mulai dari konsentrasi 70%, 80%, 90%, 95% masing-
masing selama 24 jam dilanjutkan dengan alkohol 100% selama 1 jam yang diulang
tiga kali. Setelah dehidrasi dilanjutkan dengan penjernihan dengan menggunakan
xilol sebanyak tiga kali masing-masing selama satu jam,dilanjutkan dengan
infiltrasi parafin. Jaringan kemudian ditanam dalam media parafin. Berikutnya
dilakukan penyayatan dengan ketebalan 4-5 mikron. Hasil sayatan dilekatkan pada
kaca objek, kemudian diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (Panjaitan
dkk 2007; Nugraha dkk 2008). Nugraha dkk (2008) menyatakan pewarnaan organ
hati menggunakan Hematoxylin Eosin (HE) yang dilakukan setelah jaringan yang
kering dimasukkan ke dalam xylol I, II dan III, masing masing selama 5, 4, dan 3
menit. Jaringan selanjutnya dimasukkan ke dalam alkohol absolut I (3 menit),
alkohol absolut II (2 menit),
3.6. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis histopatologi, dengan
membandingkan gambar jaringan hati dari tikus yang normal.
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun dan Madu
Minuman campuran Minyak Zaitun Extra Virgin dan Madu dibuat di
laboratorium kimia organik Fakultas Kimia Universitas Indonesia. Kecepatan
sentrifuges yang digunakan 6000 Rpm selama 2 jam dengan suhu 100C. Minyak
zaitun extra virgin sebanyak 7,24 gr/kg BB dan Madu 31,12 gr/kg BB.
Gambar 5. Proses Pembuatan Minuman Campuran Minyak Zaitun dan Madu
13
Dosis minuman campuran Minyak Zaitun Extra Virgin dan Madu yang
dibuat sebagai berikut :
Tabel 4. Dosis dan Takaran Minuman Campuran EVOO dan Madu
Dosis Takaran Minyak
Zaitun Extra
Virgin (gr)
Takaran
Madu (gr)
Lesitin
(%)
Aquades
(ml)
Hasil Campuran
1:1 7,24 31,12 5 200 Tidak terpisah
1:2 7,24 62,24 5 200 Terpisah
2:1 14,48 31,12 5 200 Terpisah
Tabel 3 menunjukkan dosis terbaik ditentukan hasil campuran tidak terpisah
setelah disentrifuse selama 2 jam dengan suhu 10oC. Hasil yang tidak terpisah pada
perbandingan dosis 1:1. Dosis dikonversikan ke dosis tikus. Hasil konversi sebagai
berikut :
Perhitungan dosis EVOO sebagai berikut :
Dosis manusia = 2 sendok makan = 7,24 gr/ 60 kg berat badan
Dosis manusia = 0,12 gr/ kg berat badan = 0,012 gr/ 100 gr berat badan
Konversi ke dosis tikus
= 0,012 gr/100 gr berat badan x 37/6 = 0,074 gr/100 gr berat badan
Berat badan tikus 250 gr, sehingga dosis EVOO untuk tikus
= 0,074 x 2,5 = 0,185 gr/ekor/hari
Pemberian EVOO ke tikus : 0,185 gr 0,75 ml
Perhitungan dosis madu sebagai berikut :
Dosis manusia = 2 sendok makan = 31,12 gr/ 60 kg berat badan
Dosis manusia = 0,519 gr/ kg berat badan = 0,0519 gr/ 100 gr berat badan
Konversi ke dosis tikus
= 0,0519 gr/100 gr berat badan x 37/6 = 0,32005 gr/100 gr berat badan
Berat badan tikus 250 gram, sehingga dosis madu untuk tikus
= 0,32005 x 2,5 = 0,8 gram/ekor/hari
Pemberian madu : 0,8 gram/ekor/hari + aquades 10 ml
14
Perhitungan dosis Minuman EVOO dan Madu untuk tikus :
Dosis Minuman Campuran EVOO dan Madu untuk tikus per-ekor:
0,75 ml + 10 ml ( 0,8 gram + aquades) + 5 % lesitin
Intervensi dilakukan selama 14 hari. Hari ke 15, pemberian CCl4
disuntikkan secara intraperitoneal. Setelah 24 jam pemberian CCl4. Tikus
dikorbankan dengan cara exsanguinations, kemudian dibedah untuk mengambil
organ hati.
Gambar 6. Persiapan Hewan Coba
Gambar 7. Organ Liver
15
Gambar 6 menunjukkan proses pemeliharaan dan intervensi hewan coba
yang diberi minuman campuran minyak zaitun dan madu selama 14 hari.
Penyuntikan CCl4 dan nekrosis untuk pengambilan jaringan hati. Gambar 7
menunjukkan organ liver yang sudah disiap untuk dilakukan pembuatan paraffin.
Organ tikus yang sudah direndam formalin 10 % dalam container. Secara
makroskopik, ukuran liver tikus yang diintervensi dengan tikus yang tidak
diintervensi, tidak berbeda dalam warna yakni merah kecoklatan Fitmawati dkk
(2018) menyatakan makroskopik liver tikus yang mendapatkan rebusan obat pahit
dari kebudayaan Riau tidak berbeda warna dengan liver yang normal yakni warna
merah kecokelatan. Liver yang berwarna pucat menunjukkan adanya senyawa
toksik yang menyebabkan perlemakan pada liver.
Azougwu (2017) menyatakan hati berfungsi dalam metabolisme nutrien
dan vitamin yang diserap oleh saluran pencernaan. Hati juga memiliki peran
penting sebagai pembentukan dan sekresi empedu. Peran liver menjadi 3 yakni
membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam saluran intestinal, terlibat dalam
metabolisme karbohidrat, protein, lemak, mengeluarkan racun, benda asing yang
masuk lewat pencernaan. Metabolisme tubuh di hati sangat kompleks. Kerusakan
pada hati, maka akan mempengaruhi fungsi jaringan tubuh lainnya. Berbagai
macam kelainan hati antara lain perlemakan hati, nekrosis, sirosis, nodul
hiperplastik, dan neoplasia. Kerusakan ini dapat dilihat dengan pemeriksaan
mikroskop. Hati terletak pada sela intercostal kelima sampai kelengkuangan iga.
Boorman (2006) ada 4 bagian pada hati yakni lobus kanan, lobus kiri, lobus
caudatus dan lobus quadratus. Darah mengalir ke hati dari vena portae dan arteri
hepatica, sedangkan vena hepatica merupakan saluran darah dari hati. Liver
menjadi organ penting dikarenakan proses fisiologis sel-sel hati berhadapan dengan
materi yang diserap tubuh dan berkaitan dengan pengeluaran racun dari dalam
tubuh (detoksifikasi).
Fitmawati dkk (2018) menyatakan faktor eksternal dari lingkungan dan
makanan yang tidak higienis dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada tikus.
Semakin tinggi dosis ramuan pahit dari daerah Riau (akar-akar dari beberapa pohon
seperti akar mengkudu, akar pasak bumi, akar sebaju, cengkeh dan lainnnya)
semakin banyak kerusakan di jaringan liver. Jenis kerusakan yang terjadi pada liver
16
adalah degenerasi hidropis, degenerasi lemak dan nekrosis. Dosis dan jenis ramuan
menjadi faktor-faktor yang berkaitan dengan kerusakan pada liver (Ervina dan
Sukarjati, 2017; Fitmawati dkk 2018).
Rahmawati dkk (2018) menyatakan kerusakan hati dapat dicegah dengan
bahan-bahan hepatoprotektor melalui sifat antioksidan. Minyak zaitun extra virgin
dan madu termasuk senyawa yang bersifat hepatoprotektor dikarenakan kandungan
zat dalam minyak zaitun extra virgin dan madu dapat menangkal radikal bebas
dalam tubuh.
Histopatologi liver tikus setelah pemberian minuman minyak zaitun extra
virgin dan madu selama 14 hari yang kemudian diberi paparan CCl4 sebagai
berikut:
Gambar 8. Histopatologi Liver yang diberi perlakuan Minuman Minyak Zaitun
Extra Virgin dan Madu
Gambar 8 menunjukkan jaringan liver tidak banyak mengalami nekrosis
(kematian jaringan). Sel yang mengalami infiltrasi sel radang jumlahnya sedikit.
Infiltrasi dapat terjadi dikarenakan zat toksik. Namun pemberian minuman minyak
zaitun extra virgin dan madu dapat mengurangi nekrosis dan infiltrasi sel hati.
Minyak zaitun extra virgin dan madu mengandung flavonoid. Flavonoid memiliki
17
hepato-protective activity. Minyak zaitun extra virgin dapat meningkatkan kerja
enzim di liver. Hasil penelitian Shidfar et al (2018) membuktikan adanya
peningkatan kadar enzim alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate
aminotransferase (AST) di liver pada mencit yang diberi minyak zaitun extra
virgin. Raflizar (2009) menyatakan Enzim Glutamat Pirufat Transaminase (GPT)
dan Enzim Glutamate Oxalo Transaminase (GOT), merupakan enzim yang
dihasilkan oleh intra sel hati dan menjadi indikator kerusakan sel hati. Rata-rata
SGPT 14,37±3,65μ/l dan SGOT 58,0833±2,88 μ/l pada tikus tanpa perlakuan.
Kadar SGPT meningkat berbanding linier dengan dosis intervensi ekstrak daun
paliasa (250, 500, 750, 1000 mg/kg bb) sedangkan SGOT tidak mengalami
peningkatan seiring jumlah peningkatan dosis.
Sumber : Assy et al (2009)
Gambar 9. Mekanisme Minyak Zaitun Extra Virgin dalam Melindungi Liver
Minyak zaitun extra virgin memiliki kandungan asam oleat. Asam oleat
meningkatkan kadar TNF-α dan peningkatan produksi sitokin inflamasi. Assy et al
18
(2009) menyatakan peran minyak zaitun Extra Virgin dalam mengurangi aktivasi
NF-κB, menurun oksidasi LDL dan dalam meningkatkan resistensi insulin.
Sugihartini dan Fajri (2016) asam oleat meningkatkan penyerapan perkutan dengan
kemampuan mengubah fluiditas lipida dalam stratum korneum yang dapat
meningkatkan permeabilitas lapisan stratum korneum, sehingga dapat memecah
ikatan lipid stratum korneum.
Beberapa zat yang dapat merusak liver antara lain formalin, bahan tambahan
makanan yang berlebihan, Karbon tetraklorida (CCl4), ramuan herbal dengan dosis
tinggi, bahan kimia (niasin, kafein), dan beberapa zat bioaktif dalam tumbuhan
(seperti nimbolide pada ekstrak biji papaya). Karbon tetraklorida (CCl4) adalah
bahan kimia yang bersifat toksik yang diproduksi dalam berbagai industry. Efek
paparan CCl4 dapat menyebabkan kerusakan hati. Pemeriksaan histopatologi
akibat paparan CCl4 pada jaringan liver antara lain degenerasi sel, penimbunan
lemak, dan nekrosis yang dapat merusak struktur sel. Kerusakan liver dapat
meningkat dari degenerasi menjadi kongesti, hemoragi, oedema, dan radang.
Jaringan infiltrasi sel seluruhnya ditandai dengan adanya sel radang berwarna ungu
(Sugihartini dan Fajri, 2016).
Histopatologi liver tikus yang diberi paparan CCl4 sebagai berikut:
Gambar 10. Histopatologi liver tikus yang tanpa perlakuan setelah diinduksi CCl4
19
Gambar 10. Menunjukkan histopatologi liver tikus tanpa pemberian
minuman minyak zaitun extra virgin dan madu. Banyak terdapat sel radang yang
ditandai dengan warna ungu. Kerusakan jaringan liver yang terpapar CCl4. Sangat
berbeda, jika dibandingkan dengan jaringan liver tikus yang diintervensi minyak
zaitun extra virgin dan madu. Bahan toksik yang masuk ke dalam tubuh kemudian
diolah detoksifikasi oleh liver sehingga mudah diekskresikan. Ervina dan Sukarjati
(2017) menyatakan kerusakan liver yang terjadi berupa degenerasi. Degenerasi
bersifat reversible. Perubahan ditandai adanya akumulasi hasil metabolisme sel
yang dikenal dengan akumulasi patologis intraseluler. Degenerasi juga dapat terjadi
karena stress. Saat stress, hormone kortisol akan meningkat, imunitas yang rendah
menghambat kerja sel Natural Killer (NK) di liver, sehingga terjadi kerusakan.
Assy et al (2009) menyatakan kerusakan liver juga dapat berawal dari liver
berlemak non alkohol berpotensi menjadi liver fibrosis dan sirosis. Pola makan
yang tidak baik, asupan lemak, konsumsi softdrink, resisten insulin dan peningkatan
stress oksidatif berdampak pada peningkatan akumulasi trisgliserida hati (TG).
Raflizar ( 2009) menyatakan gambaran histopatologi dapat tidak berbeda
antar perlakuan, dikarenakan tikus sebelum penelitian mengalami infeksi atau
kerusakaan sel, sehingga tidak dihubungkan dengan perlakuan yang diberikan.
Adanya nekrosis ringan pada semua kelompok dapat saja terjadi karena adanya
infeksi sebelum perlakuan penelitian.
20
BAB 5 TARGET DAN CAPAIAN
Hasil Penelitian ini akan dipublikasi pada jurnal Media Gizi Indonesia, Program
Studi Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga.
21
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Pembuatan minuman campuran minyak zaitun extra virgin yang terbaik
dengan ukuran menyak zaitun extra virgin sebanyak 7,24 gr dan madu
sebanyak 31,12 gr dengan lesitin 5%.
2. Gambaran histopatologi pada tikus yang mendapatkan minuman minyak
zaitun extra virgin dan madu lebih baik dengan sedikit jaringan mati
dibandingkan dengan histopatologi tikus tanpa intervensi.
6.2. Saran
Disarankan konsumsi minuman campuran EVOO dan madu secara rutin
dengan takanan 2 sendok makan EVOO dan 2 sendok makan madu untuk
melindungi liver dari hal-hal yang dapat merusak liver.
Adanya penelitian lanjut dengan induksi zat kimia yang lain seperti
formalin atau MSG terhadap histopatologi liver. Penelitian lanjut yang juga
mengamati waktu pemberian intervensi yang bervariasi serta dosis paparan zat
kimia yang bervariasi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Adalina Y. 2017. Kualitas madu putih asal Provinsi Nusa Tenggara Barat. Prosiding
Seminar Nasional Masyarakat BIODIV INDON 3(2) ; 189-193
Agata A, Widiastuti EL, Susanto GN, Sutyarso. 2016. Respon Histopatologi Hepar
Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Benzo(a) Piren terhadap
Pemberian Taurin dan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata). Jurnal
Natur Indonesia 16(2): 54-63
Agrawal K, Melliou E, Li X, Pedersen TL, Wang SC, Magiatis PM, Newman JW,
Holt RR. 2017. Oleocanthal-Rich Extra Virgin Olive Oil Demonstrates
Acute Anti Platelet Effects In Healthy Men in A Randomized Trial. Journal
of Functional Foods 36: 84-93
Amiralevi SH, Trianto HF, Novianry V, Zakiah M. 2017. Efek Paparan
Formaldehid Oral Akut pada Histopatologi Hati Tikus Wistar Jantan.
Jurnal Cerebellum 3(3): 874-887
Azougwu J. 2017. Physiology of the liver. International Journal of Research in
Pharmacy and Biosciences 4(8): 13-24
Borges TH, Lopez LC, Pereira A, Vique CC. 2017. Comparative Analysis of Minor
Bioactive Constituents (CoQ10), Tocopherols & Phenolic Compounds) in
Arbequina Extra Virgin Olive Oil From Brazil & Spain. Journal of Food
Composition & Analysis 63: 47-54
Borges TH, Pereira JA, Vique CC, Seiquer I. 2017. Study of the antioxidant
potential of Arbequina extra virgin olive oils from Brazil & Spain applying
combined models of simulated digestion & cell culture markers. Journal of
Functional Foods 37: 209–218
Caro AD, Vacca V, Poiana M, Fenu P, Piga A. 2006. Influence of Technology,
storage & exposure on components of extra virgin olive oil (Bosana cv)
from wole & de-stoned fruits. Food Chemistry 98: 311-316
Champe PC, Harvey RA, Ferrier DR. 2011. Biokimia, Ulasan Bergambar, Edisi 3.
Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran
da Silva PM, Gauche C, Gonzaga LV, Costa ACO, Fett R. 2016. Honey: chemical
composition, stability & authenticity. Food Chem. 196:309–323.
Erejuwa OO, Sulaiman SA, Ab Wabab MS. 2014. Effects of Honey & Its
Mechanisms of Action on the Development & Progression of Cancer.
International Journal of Molecules Sciences 19: 2497-2522
Erejuwa OO, Sulaiman SA, Wahab MS. 2012. Review Honey: A Novel
Antioxidant. International Journal of Molecules Sciences 17:4400-4423
Ervina L, Sukarjati. 2017. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya
L), Ekstrak Daun Mimba (Azadiracta indica A. Juss) serta Campuran
Ekstrak Biji Pepaya dan Ekstrak Daun Mimba Terhadap Gambaran
Histopatologi Ginjal dan Hati Mencit Jantan (Mus musculus L). Wahana
68(1)61-69
Fahmi M, Fahrimal Y, Aliza D, Budiman H, Aisyah S, Hambal M. 2015. Gambaran
Histopatologis Hati Tikus (Rattus novergicus) yang Diinfeksi
Trypanosoma evansi Setelah Pemberian Ekstrak Kulit Batang Jaloh (Salix
tetras Roxt). Jurnal Medika Veterinaria 9(2):141-145.
23
Fitmawati, Titrawani, Safitri W. 2018. Struktur Histopatologi Hati Tikus Putih
(Rattus novergicus Berkenhout 1769) dengan Pemberian Ramuan
Tradisioanal Masyarakat Melayu Lingga, Kepulauan Riau. Ekotonia
Jurnal Penelitian Botani, Zoologi, dan Mikrobiologi 4(1):11-19
Ghanbari R, Anwar F, Alkharfy KM, Gilani AH, Saari N. 2012. Valuable nutrients
& functional bioactives in different parts of olive (Olea europaea L.).
International Journal of Molecules Sciences 13(3):3291-340.
Lailatul NF, Lyrawati D, Handaru M. 2015. Efek Pemberian Asam Alfa Lipoat
terhadap Kadar MDA dan Gambaran Histopatologi pada Hati Tikus Wistar
Jantan dengan Diabetes Melitus Tipe 1. Jurnal Kedokteran Brawijaya
28(3):170-176
Marks DB, Marks AD, Smith CM. 2014. Biokimia Kedokteran Dasar, Sebuah
Pendekatan Klinis. Jakarta : EGC Penerbitan Buku Kedokteran
Miguel MG, Antunes MD, Faleiro ML. 2017. Honey as a Complementary
Medicine. Integrative Medicine Insights12: 1-15
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta :
EGC Penerbit Buku Kedokteran
Nasution AY, Adi P, Santosa PA. 2015. Pengaruh Ekstrak Propolis terhadap Kadar
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic
Pyruvic Transaminase) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar dengan
Diet Tinggi Lemak. Majalah Kesehatan FKUB 2(3):120-126
Nugraha AP, Isdadiyanto S, Tana S. 2018. Histopatologi Hepar Tikus Wistar
(Rattus norvegicus) Jantan Setelah Pemberian Teh Kombucha Konsentrasi
100% dengan Waktu Fermentasi yang Berbeda. Buletin Anatomi dan
Fisiologi 3(1): 71-78
Nugraha AS, Hadi NS, Siwi RSU. 2008. Efek Hepatoprotektif Ekstrak Buah Merah
(Pandanus conoideus Lam.) pada Hati Mencit Jantan Galur Swiss induksi
dengan CCl4. Jurnal Natur Indonesia 11(1) : 24-30
Pramesti NKT, Wiratmi NI, Astiti NP. Xxxx. Struktur Histologi Hati Mencit (Mus
musculus L) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Ekor Naga (Rhapidhophora
pinnata Schott). Jurnal Simbiosis 5(2):43-46
Panjaitan RGP, Handharyani E, Chairul, Masriani, Zakiah Z, Manalu W. 2007.
Pengaruh Pemberian Karbon Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal
Tikus. Makara Kesehatan 11(1) : 11-16
Rababah TM, Omoush MA, Brewer S, Alhamad M. 2014. Total Phenol,
Antioksidant Activity, Flavonoids, Anthocyanins & Color of Honey as
Affected by Floral Origin Found in the Arid & Semiarid Mediterranean
Areas. Journal of Food Processing & Preservation 38(3): 1119-1128.
Rao PV, Krishnan KT, Salleh N, Gan SH. 2016. Biological & therapeutic effects of
honey produced by honey bees & stingless bees: a comparative review.
Revista Brasileira de Farmacognosia 26: 657–664
Ratnayani K, Adhi S, Gitadewi IG. 2008. Penentuan kadar glukosa dan fruktosa
pada madu randu dan madu klengkeng dengan metode kromatografi cair
kinerja tinggi. Jurnal Kimia 2 (2): 77–86.
Ratnayani K, Laksmiwati AAIAM, Septian NPIP. 2012. Kadar Total Senyawa
Fenolat pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng serta Uji Aktivitas
Antiradikal Bebas dengan Metode DPPH (Difenilpikril Hidrazil). Jurnal
Kimia 6(2): 163-168
24
Raflizar. 2009. Sub Chronic Toxicity Test From Alkohol Extract Paliasa Leaves
(Kleinhovia Hospita Linn) To Hepar/Liver and Kidney of Experimental
Mice. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 19(4):204-213
Rahmawati L, Sulistyaningsih E, Dewi R. 2018. Efektivitas Ekstrak Artemisia
Vulgaris L sebagai Hepatoprotektor pada Sel-Sel Hati Tikus yang
Diinduksi Niasin. E-Jurnal Pustaka Kesehatan 6(2): 251-256
Rohmani A, Rakhmawatie MD. 2015. Efek Ekstrak Kulit Manggis Terhadap
Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Wistar yang Diinduksi Formalin.
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah 1(2):88-95
Sarolic M, Gugic M, Marijanovic Z, Suste M. 2014. Virgin Olive Oil & Nutrition.
Food In Health & Disease, Scientific-Professional. Journal Of Nutrition &
Dietetics 3 (1) 38-43
Shidfar F, Bahrololumi SS, Doaei S, Mohammadzadeh A, Gholamalizadeh M,
Mohammadimanesh A. 2018. The Effects of Extra Virgin Olive Oil on
Alanine Aminotransferase, Aspartate Aminotransferase, and
Ultrasonographic Indices of Hepatic Steatosis in Nonalcoholic Fatty Liver
Disease Patients Undergoing Low Calorie Diet. Canadian Journal of
Gastroenterology and Hepatology Volume 2018, Article ID 1053710,
https://doi.org/10.1155/2018/1053710
Sugihartini N, Fajri MA. 2016. Gambaran Histopatologi Organ Hati dan Ginjal
Mencit Balb/c Setelah Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia
Sinensis L). Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia 3(1):32-38
Taufikurohmah T, Sanjaya IGM, Baktir A, Syahrani A. 2016. Perubahan
Histokimia Hati dan Ginjal Mencit Terpapar Merkuri Serta Pemulihannya
dengan Nanogold. Molekul 11(1): 80-91
Tierney JF, Poirier J, Chivukula S, Pappas SG, Herti M, Schadde E, Keutgen X.
2019. Primary Tumor Site Affects Survival in Patients with
Gastroenteropancreatic and Neuroendocrine Liver Metastases.
International Journal of Endocrinology Vol 2019: 1-7
Utomo Y, Hidayat A, Dafip M, Sasi FA. 2012. Studi Histopatologi Hati Mencit
(Mus musculus L.) yang Diinduksi Pemanis Buatan. Jurnal MIPA
35(2):122-129
Winarno F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor : M-Brio Press