Laporan Pendahuluan Tempe
-
Upload
euni-situmeang -
Category
Documents
-
view
4 -
download
1
description
Transcript of Laporan Pendahuluan Tempe
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TEKNOLOGI BIOPROSES
IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Euniwati Situmeang
NIM : 03121003005
Kelompok : 1 (satu) / Kamis Pagi
I. NAMA PERCOBAAN : Pembuatan Tempe
II. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengetahui cara pembuatan tempe dengan menggunakan proses
fermentasi non-alkoholis.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan
tempe.
3. Untuk mengetahui manfaat dan kandungan gizi tempe.
III. DASAR TEORI
3.1. Definisi Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer (kapang roti),
atau Rizopus arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi
tempe. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe
kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam
kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk
menyembunyikan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Tempe sejak dahulu diketahui sebagai makanan rakyat menengah hingga
ke bawah. Harganya yang murah membuat tempe sering dipandang sebelah mata.
Padahal, berdasarkan penelitian para ahli gizi, tempe banyak mengandung
senyawa aktif yang sangat baik dan berguna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dalam tubuh manusia. Setiap makanan memiliki keunikan tersendiri, keunikan
1
2
utama makanan ini terletak pada proses fermentasi yang menjadikan kandungan
gizi tempe menjadi mudah untuk diurai dan diserap tubuh. Secara umum, tempe
mengandung berbagai senyawa aktif antara lain sejumlah lemak, berbagai mineral
baik itu makro maupun mikro, protein nabati, serat pangan alami, karbohidrat,
isoflavon, beragam vitamin mulai yang larut dalam air sampai yang larut dalam
minyak dan masih banyak lagi lainnya.
Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar
proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung
singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai
kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim
kering. Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber
protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat
dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai. Kedelai dapat
diolah menjadi tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya. Proses
pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses
yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa
dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
Tabel 3.1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan
Komponen Kadar (%)
Protein 35-45
Lemak 18-32
Karbohidrat 12-30
Air 7
Sumber: (Prawirahartono,S, 1991)
Pembuatan tempe secara tradisional biasanya menggunakan tepung tempe
yang dikeringkan di bawah sinar matahari. Sekarang pembuatan tempe ada juga
yang menggunakan ragi tempe. Asam lemak pada tempe digolongkan ke dalam
kelompok Polyunsaturated Fatty Acids atau PUFA. Asam jenis ini merupakan
asam lemak tidak jenuh majemuk yang sangat baik bagi kesehatan tubuh. Asam
lemak tak jenuh ini diperoleh dari proses fermentasi tempe. Asam tersebut adalah
oleat dan linoleat. Kedua asam ini bekerja efektif dalam menurunkan kolesterol
3
serum dalam darah sehingga dampak negatif sterol bisa ditangkal Secara umum,
adapun ciri-ciri dari hasil proses pembuatan tempe seperti tempe berwarna putih
karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan pada biji-biji kedelai
sehingga terbentuklah tekstur-tekstur yang memadat. Sehingga degradasi
komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan
aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam. Manfaat tempe
antara lain, yaitu:
1. Mengandung serat tinggi.
2. Mudah dicerna oleh semua kelompok umur, dari bayi sampai usia lanjut.
3. Pengolahan kedelai menjadi tempe menurunkan kadar raffinosa dan
stakiosa, yang memicu timbulnya gejala flatulensi.
4. Mengandung delapan macam asam amino esensial dan asam lemak tidak
jenuh.
5. Sumber antioksidan yang mengandung isoflavon aglikon sebagai pencegah
kanker.
6. Sumber antibiotik, zat antibakteri yang memperkecil peluang infeksi.
7. Hipokolesterolemik, menurunkan lipid atau lemak dalam darah.
8. Sumber vitamin B.
9. Mengandung vitamin B12. Vitamin tersebut umumnya terdapat dalam
produk hewani tapi tidak dijumpai pada makanan nabati, seperti sayuran,
buah-buahan, dan biji-bijian.
3.2. Pembuatan Tempe
Teknik pembuatan tempe di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan
perebusan, pengupasan, perendaman dan pengasaman, pencucian, inokulasi
dengan ragi, pembungkusan, dan fermentasi. Pada tahap awal pembuatan tempe,
biji kedelai direbus. Tahap perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu
agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin dan untuk melunakkan biji
kedelai. Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium fungi
dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan dapat
dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat pengupas
kulit biji. Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Biji kedelai tersebut direndam
4
selama 1 x 24 jam. Tujuan tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji kedelai dan
membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh
keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal. Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda
tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara
singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhan, melalui
fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan
oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh munculnya bau asam dan buih
pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Bila pertumbuhan
bakteri asam laktat tidak optimum (misalnya di negara-negara subtropis, asam
perlu ditambahkan pada air rendaman. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini
ternyata juga bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan bakteri-
bakteri beracun. Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran
yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu
asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan fungi. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada proses pengolahan tempe agar diperoleh hasil
yang baik ialah:
1. Kedelai harus dipilih yang baik (tidak busuk) dan tidak kotor;
2. Bibit tempe (ragi tempe) harus dipilih yang masih aktif (bila diremas
membentuk butiran halus atau tidak menggumpal).
3. Cara pengerjaannya harus bersih;
4. Air harus jernih, tidak berbau dan tidak mengandung kuman penyakit;
Tempe merupakan fermentasi non alkoholis yaitu fermentasi yang
tidak menghasilkan alkohol sebagai produk akhir disamping produk lainnya.
Dalam membuat tempe diperlukan tiga faktor pendukung utama, yaitu:
a) Bahan baku yang diurai (kedelai).
5
b) Mikrooraganisme berupa kapang tempe (Rhizopus oligosporus, Rhizopus
oryzae, Rhizopus stolonifer).
c) Keadaan lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan (suhu, PH dan
kelembapan).
Gambar 3.2. Proses Pembuatan Tempe
Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau
laru. Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada daun
waru atau daun jati (disebut juga sebagai usar; biasanya digunakan secara
tradisional), spora kapang tempe dalam medium tepung (terigu, beras, atau
tapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun kultur Rhizopus oligosporus murni
(umum digunakan oleh pembuat tempe di luar Indonesia). Adapun pembuatan
inokulasi untuk pembuatan tempe tersebut. Inokulasi dapat dilakukan dengan dua
cara yang dapat dipaparkan sebagai berikut :
a) Penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan
dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum pembungkusan; atau
b) Inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan
beberapa lama, lalu dikeringkan.
6
Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam
wadah untuk fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat
digunakan (misalnya daun pisang, daun waru, daun jati, plastik, gelas, kayu, dan
baja), asalkan memungkinkan masuknya udara karena kapang tempe
membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik
biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk. Biji-biji kedelai yang
sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi. Pada proses ini
kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya
menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20°C–37°C selama 18–36
jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang
menggunakan banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi, sementara proses
tradisional menggunakan laru dari daun biasanya membutuhkan waktu fermentasi
sampai 36 jam.
Dalam memproduksi tempe diperlukan kulitas bahan dasar yang
berkualitas. Untuk memproduksi tempe di gunakan bahan baku pokok yang sama,
yaitu kedelai. Jenis kedelai terdiri atas empat macam, yaitu kedelai kuning,
kedelai hitam, kedelai coklat dan kedelai hijau. Berdasarkan bijinya, kedelai
dibedakan menjadi kedelai berbiji besar bila bobot 100 bijinya lebih dari 13 gram,
kedelai berbiji sedang bila bobot 100 bijinya antara 11-13 gram dan kedelai
berbiji kecil bila bobot 100 bijinya antara 7-11 gram. Para pengrajin tempe
biasanya memakai kedelai kuning sebagai bahan baku utama. Pengrajin tempe
biasanya menggunakan kedelai kuning, akan tetapi juga kedelai jenis lain,
terutama kedelai hitam. Biji kedelai yang dipakai oleh para pengrajin untuk
membuat tempe harus di kupas lebih dahulu dan biji kedelai tahu digiling sesudah
biji kedelai di rendam sekitar 7 jam lebih dahulu.
Keuntungan yang diberikan oleh jasa renik dalam berbagai macam proses
adalah:
1. Berperan didalam proses fermentasi
Tempe, kecap, oncom, taoco, sosis, keju, tapai, bir, brem, anggur adalah
beberapa jenis makanan yang dihasilkan dari proses fermentasi yang biasa pula
dikenal dengan istilah 'peragian'. Ada beberapa jasad renik yang bertugas dalam
7
proses peragian. Diantaranya, Rhizopus oligosporus dan Rhizopus tolonifer
digunakan untuk mengubah kacang kedelai menjadi tempe. Endomycopsis
fibuligera juga mempunyai kemampuan mengubah tepung pati menjadi gula. Ia
sangat dibutuhkan dalam pembuatan tapai singkong, tapai ketan dan lainnya. Ada
juga Rhizopus oryzae yang sanggup mengubah gula menjadi alkohol, ia banyak
dipakai dalam pembuatan bir, brem, atau minuman anggur.
2. Meningkatkan gizi makanan
Terjadi pada pembuatan tempe maupun bahan makanan lainnya seperti
oncom, taoco, terasi dan sebagainya. Dalam proses pembuatan tempe, protein
kedelai diubah menjadi asam amino yang dapat lebih mudah diserap oleh tubuh.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna,
diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai.
Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare
kronis.
3. Memperbaiki aroma dan rasa
Bau dan rasa kacang kedelai yang direbus biasanya kurang menarik bila
dibandingkan dengan kacang kedelai yang telah diolah melalui proses fermentasi
seperti tempe, kecap dan sebagainya. Juga bau dan rasa susu segar misalnya, akan
lebih menarik apabila melalui proses fermentasi menjadi bahan makanan lainnya
seperti yogurt, keju dan lainnya. Baud an aroma dari suatu makanan sangatlah
penting sehingga menarik perhatian untuk makan.
3.3 Khasiat dan Kandungan Gizi Tempe
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat
menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif
(aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu
tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah,
pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Komposisi gizi tempe baik
kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan
dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh
kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih
mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh
8
karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari
bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan
pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan
terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai
efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh
dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan
anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.
Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk
akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan
kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu
senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut). Mutu gizi tempe
yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia
dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung,
atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe
goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 gram nasi.
Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam
perbandingan sebesar 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
Maka dari itu tempe yang proses pembuatannya sehat sangat berpengaruh
terhadap nilai gizi yang terkandung di dalamnya. Proses pembuatan tempe juga
harus diperhatikan agar kandungan nutrisi atau protein dalam tempe tidak rusak
karena salah perlakuan.
1. Asam Lemak
Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan
derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh
majemuk (polyunsaturated fatty acids) meningkat jumlahnya. Dalam proses itu
asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan
kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada
kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap
kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol.
9
2. Vitamin
Vitamin merupakan kandungan yang paling penting bagi pertumbuhan
karena dapat memenuhu gizi dalam tubuh kita. Dua kelompok vitamin terdapat
pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D,
E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis
vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2
(riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin),
dan B12 (sianokobalamin). Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk
hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-
bijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-
satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati.
Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan tempe;
vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari
kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali,
biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini
tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti
Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii. Kadar vitamin B12 dalam tempe
berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini
telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya
vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan
kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu
hariannya.
3. Mineral
Kandungan mineral dalam tempe lumayan banyak. Kandungan mineral
dalam tempe berguna bagi tubuh. Tempe mengandung mineral makro dan mikro
dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut
adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat
menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat
beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat,
mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi
lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.
10
4. Antioksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk
isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan
antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi
pembentukan radikal bebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu
daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon
tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang
mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam
kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai
menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi
sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan
sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur
dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini. Penelitian yang dilakukan di
Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan
fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat
dan payudara. Kandungan gizi tempe memang kompleks. Karena itu, bagi para
vegetarian yang menghindari daging-dagingan, tempe menjadi alternatif terbaik.
Dengan memasukkan tempe dalam konsumsi harian, kaum vegan tak pelu takut
kekurangan vitamin B12 dan juga protein. Pasalnya, tempe dianggap mampu
mengantikan pemenuhan gizi oleh daging ayam, sapi sumber protein hewani
lainnya.
Tempe memang mengandung protein seimbang yang sangat mudah diserap
tubuh. Tempe memang pilihan paling terbaik, tak hanya untuk kaum vegetarian
tapi bagi semua orang yang menginginkan kesehatan. Proses pembuatan tempe
masih perlu ditingkatkan dengan berbagai penelitian, mengingat tempe memiliki
kandungan gizi tinggi, terutama protein nabati dan memiliki beberapa khasiat
antara lain menurunkan kolesterol darah. Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti
kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan
bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya
dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak
11
selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti wijen, jagung
atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut.
12
IV. ALAT DAN BAHAN
IV.1. Bahan
1. Kacang tanah 600 gram
2. Kacang kedelai 600 gram
3. Ragi tempe
IV.2. Alat
1. Daun pisang
2. Kantung plastik
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan dan cuci kacang kedelai, lalu rendam 1 x 24 jam
2. Cuci kembali sambil kulitnya dan keping bijinya dipisahkan
3. Kukus sampai agak empuk. Sebelum diangkat, tambahkan dahulu sedikit
tepung kanji, dicampur merata. Angkat dan letakkan di atas tampah yang
bersih, biarkan sampai hangat, di tempat yang terlindung atau ditutup dengan
kain kasa.
4. Inokulasi dengan ragi tempe, diaduk supaya merata. Kemudian dimasukkan ke
dalam kantung plastik yang telah diberi lubang kecil dengan jarum bertangkai,
ujung kantung plastik diratakan sehingga terbentuk lempengan yang cukup
tebal. Hindarkan terlalu banyaknya sentuhan tangan pada kantung plastik yang
telah diberi isi bahan. Inokulasikan pada suhu 28-30 oC selama lebih kurang 24
jam sampai terlihat adanya bintik air yang merata di seluruh permukaan, lalu
simpan pada suhu selama 1 hari.
13
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, S. 2007. Tempe dan Manfaatnya. Online: http://www.shintadewi97.
wordpress.com/2007/08/03/kelapa-danmanfaatnya/. (Diakses pada tanggal
11 Maret 2015)
Harjana, D. 2013. Kandungan Nutrisi Tempe dan Manfaatnya. Online: http:
//manfaatnyasehat.blogspot.com/2013/11/kandungan-nutrisi-tempe-dan-
manfaatnya.html ( diakses pada 11 Maret 2015 )
Lestari, E. 2013. Fermentasi Tempe. Online: https://www.academia. edu/
5291284/FERMENTASI_TEMPE ( diakses pada 11 Maret 2015 )
Paramitha, Y.M. Proses Fermentasi Tempe. Online: http:// kitapunya .info
/2014 /01/02/proses-fermentasi-tempe/ ( diakses pada 11 Maret 2015 )
Premilga, R. Kandungan Gizi Tempe Beserta Manfaatnya. Online: https://www.
academia.edu/6191948/KANDUNGAN_GIZI_TEMPE_BESERTA_MAN
FAATNYA ( diakses pada 11 Maret 2015 )