Laporan Magang PPAk UGM 2013

62
LAPORAN PRAKTIK PEMAGANGAN PROFESI AKUNTANSI (P3A) ANALISIS PERUBAHAN PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEMUDAHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK Disusun Sebagai Syarat dalam Pencapaian Derajat Pendidikan Profesi Akuntansi Disusun oleh: Faozan El Mufid 12/343229/EE/06293 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI i

description

Laporan magang di MitraNata Jogja sebagai syarat untuk mendapatkan gelar akuntan...heheheJudul: ANALISIS PERUBAHAN PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEMUDAHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK

Transcript of Laporan Magang PPAk UGM 2013

Page 1: Laporan Magang PPAk UGM 2013

LAPORAN PRAKTIK PEMAGANGAN PROFESI AKUNTANSI (P3A)

ANALISIS PERUBAHAN PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEMUDAHAN

WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK

Disusun Sebagai Syarat dalam Pencapaian Derajat Pendidikan Profesi Akuntansi

Disusun oleh:

Faozan El Mufid

12/343229/EE/06293

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2013

i

Page 2: Laporan Magang PPAk UGM 2013

PERSETUJUAN

DOSEN PEMBIMBING

Laporan Praktik Kerja Profesi berjudul “ANALISIS PERUBAHAN

PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEMUDAHAN WAJIB PAJAK

DALAM PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK” yang disusun oleh:

Nama : FAOZAN EL MUFID

NIM : 12/343229/EE/06293

Prodi : Akuntansi

Dapat disetujui untuk laporan P3A Program Profesi Akuntansi FEB UGM.

Yogyakarta, 11 Juli 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sony Warsono, MAFIS., Ak. Mukh Nurkholis, Ak., BKP, CA

ii

Page 3: Laporan Magang PPAk UGM 2013

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan magang dengan judul “Analisis Perubahan Peraturan Perpajakan terhadap Kemudahan Wajib Pajak dalam Pembayaran dan Pelaporan Pajak” ini dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya dan umatnya sampai akhir zaman.

Untuk mewujudkan Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM menjadi penyelenggara Program Pendidikan Profesi Akuntansi terkemuka, serta untuk menciptakan lulusan yang unggul dan profesional, maka diperlukan latihan penerapan ilmu pengetahuan yang didapat di bangku kuliah pada dunia nyata (kerja). Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi merupakan wahana yang tepat guna mewujudkan cita-cita tersebut, disamping sebagai wahana pembelajaran dan pelatihan, P3A juga menjadi wahana untuk mendapatkan pelajaran dan pengalaman baru bagi mahasiswa sebelum benar-benar trjun ke dunia kerja sesungguhnya. Oleh karena itu, dengan dilaksanakannya program P3A diharapkan lulusan Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM menjadi lulusan yang berkualitas, unggul dan mampu menjadi solusi di dunia kerja.

Penyusunan laporan magang ini telah melibatkan banyak orang dalam penyelesaiannya. Penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, saran, dukungan bahkan kritik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Allah SWT atas semua berkah yang diberikan pada penulis sampai terselesainya program studi ini,

2. Bapak Drs. Sugiarto, M.Acc., MBA., Ak., CPA selaku Ketua Pengelola Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM,

3. Bapak Dr. Sony Warsono, MAFIS, Ak. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu membimbing, mengarahkan, memberi masukan dan mengoreksi penulisan dalam penyusunan laporan magang ini,

4. Bapak Mukh Nurkholis, Ak., BKP, CA selaku komisaris TaxHouse MitraNata yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk magang sekaligus sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu membimbing, mengarahkan, memberi masukan dan mengoreksi penulisan dalam penyusunan laporan magang ini,

5. Mas Hersona Bangun, S.H., S.E., selaku pengawas pelatihan magang di TaxHouse MitraNata,

iii

Page 4: Laporan Magang PPAk UGM 2013

6. Mas Tunggoro Widiandaru, S.E., Ak. selaku penanggung jawab kegiatan magang,

7. Seluruh staf Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM yang telah membantu guna kelancaran penyusunan laporan magang ini,

8. Seluruh staf TaxHouse MitraNata yang telah membantu guna kelancaran penyusunan laporan magang ini,

9. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM yang telah dengan sabar membimbing dan mentransformasikan ilmunya kepada penulis,

10. Kedua orang tua penulis, Bapak Suhadi dan Ibu Siti Muntamah yang selalu membantu, mendoakan, mendorong dan mendukung penulis untuk terus menuntut ilmu,

11. Kakak dan adik penulis, Uma (dan Uda) dan Muna, yang selalu mendoakan, mendorong dan mendukung penulis untuk terus semangat dalam menyelesaikan laporan magang ini,

12. Keponakan-keponakan penulis, Yayan, Ega, Farel, Tandez, Tyo dan Odi, yang mendorong penulis untuk tetap bersemangat untuk menyelesaikan laporan magang ini secepatnya,

13. My lovely Madilto II, without you, I will never be able to finish this project, thanks for all the beautiful time you share with me,

14. Angga, Tasya, Hani, Harum, Dewi, Alen, Ruly, Tia, Rina, Ade, Irna, Betsi, nCis, Sahala dan Rere, yang terus memberi semangat,

15. Teman-teman di Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM yang saling menyemangati dalam penulisan laporan magang, tanpa kalian laporan magang ini akan lebih lama lagi selesai,

16. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan magang ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan magang ini masih banyak terdapat kesalahan, sehingga segala saran dan kritik yang membangun dengan senang hati akan penulis terima sebagai masukan guna penyempurnaan penyusunan laporan magang ini lebih lanjut.

Yogyakarta, 08 Juli 2013

Penulis

iv

Page 5: Laporan Magang PPAk UGM 2013

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1

B. PERUMUSAN MASALAH ....................................................................... 3

C. TUJUAN LAPORAN ................................................................................. 3

D. KEGUNAAN DAN MANFAAT MAGANG ............................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5

A. PENGERTIAN PAJAK .............................................................................. 5

B. FUNGSI PAJAK ......................................................................................... 6

C. JENIS PAJAK ............................................................................................. 6

D. ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK .................................................... 7

E. UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NEGARA .................................... 7

F. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK ............................................................ 8

G. TARIF PAJAK ............................................................................................ 9

H. WAJIB PAJAK DAN PENGUSAHA KENA PAJAK ............................... 11

I. FAKTUR PAJAK ....................................................................................... 12

J. SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK ....................................................... 14

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 15

A. METODE KERJA ....................................................................................... 15

1. LOKASI ................................................................................................. 15

2. WAKTU ................................................................................................. 15

v

Page 6: Laporan Magang PPAk UGM 2013

3. CARA KERJA ....................................................................................... 15

B. PROFIL TAXHOUSE MITRANATA ....................................................... 15

1. VISI DAN MISI ..................................................................................... 16

2. LAYANAN ............................................................................................ 16

3. STRUKTUR ORGANISASI .................................................................. 17

C. RINGKASAN KEGIATAN DI TEMPAT MAGANG .............................. 18

D. PENYELESAIAN MASALAH .................................................................. 18

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 25

A. SIMPULAN ................................................................................................ 25

B. SARAN ....................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

LAMPIRAN .................................................................................................... 28

vi

Page 7: Laporan Magang PPAk UGM 2013

DAFTAR TABEL

Hal

1. Tabel 1: Tarif PPh Pasal 4 (2) ................................................................... 10

2. Tabel 2: Tarif PPh pasal 17 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi ................ 11

3. Tabel 3: Besar Penghasilan Tidak Kena Pajak per Januari 2013 ............. 12

vii

Page 8: Laporan Magang PPAk UGM 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Lampiran 1: Jurnal Kegiatan Magang ........................................................ 29

2. Lampiran 2: Contoh Kegiatan Pembuatan SPT dan SSP PPh Orang

Pribadi .................................................................................... 31

3. Lampiran 3: Contoh Kegiatan Pembuatan Faktur Pajak dan SPT PPN ..... 45

4. Lampiran 4: Kartu Bimbingan Laporan Praktik Pemagangan Profesi

Akuntansi UGM ..................................................................... 51

viii

Page 9: Laporan Magang PPAk UGM 2013

ABSTRAK

Laporan magang ini bertujuan untuk mengetahui dampak penggantian jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi, dampak adanya penggantian sistem penomoran faktur pajak bagi pengusaha kena pajak, dan dampak adanya penggantian sistem penyampaian SPT Masa PPN 1111.

Hasil magang menunjukkan bahwa penggantian peraturan baru untuk PTKP berupa kenaikan PTKP diharapkan dapat membuat Wajib Pajak mulai sadar akan pentingnya untuk membayar pajak, karena kenaikan PTKP tersebut berarti pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak relatif lebih kecil, penggantian peraturan baru untuk Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak diharapkan mampu mencegah timbulnya manipulasi Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak oleh PKP berupa penerbitan Faktur Pajak fiktif, selain itu juga diharapkan agar pengusaha yang belum menjadi PKP tidak lagi bisa menerbitkan Faktur Pajak, dan penggantian peraturan baru untuk penggunaan e-SPT diharapkan dapat membuat PKP lebih mudah dan cepat dalam pembuatan SPT, dan bagi Dirjen Pajak dapat melacak kebenaran Faktur Pajak PKP dengan lebih mudah dan cepat.

Kata kunci: Penghasilan Tidak Kena Pajak, Faktur Pajak, SPT Masa PPN

Page 10: Laporan Magang PPAk UGM 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kondisi perekonomian Indonesia saat ini dapat dikatakan masih jauh

dari harapan, hal ini dikarenakan berbagai permasalahan yang dihadapi

sekarang ini. Salah satu permasalahan yang ada adalah kesenjangan sosial

antara masyarakat kalangan menengah atas dengan masyarakat kalangan

bawah, karena ketidakmerataan yang diakibatkan oleh lambatnya

pertumbuhan perekonomian negara saat ini.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo memaparkan bahwa realisasi

penerimaan pajak penghasilan pada tahun 2012 mencapai Rp464,7 triliun atau

90,3 persen dari target Rp513,7 triliun dan bea keluar mencapai Rp21,2 triliun

atau 91,5 persen dari target Rp23,2 triliun. Penerimaan pajak pada tahun 2013

sangat bergantung pada kondisi perekonomian nasional. Sementara,

perekonomian nasional banyak dipengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia.

Perekonomian dunia pada awal tahun 2013 dinilai belum begitu baik. Dampak

terhadap Indonesia yakni, ekspor yang tak hanya melambat tetapi sudah turun.

Selain itu, penurunan juga terjadi pada impor.

Kontribusi perpajakan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara

dalam lima tahun terakhir selalu di atas 70% dari total pendapatan negara.

Demikian juga kontribusi penerimaan pajak – tidak termasuk bea dan cukai –

meningkat setiap tahunnya. Dalam APBN 2013, pajak ditargetkan sebesar

Rp1.042 triliun atau 68,2% dari total pendapatan negara. Walaupun dikoreksi

sebesar Rp40 triliun dalam RAPBN-P 2013, target penerimaan pajak tetap

menembus angka di atas seribu triliun. Ini berarti, untuk mencapai target

tersebut, pajak harus tumbuh minimal 20%.

Sementara itu, realisasi penerimaan pajak sampai dengan 15 Mei 2013

mencapai Rp312,67 triliun atau 30% dari target APBN 2013. Pertumbuhan

1

Page 11: Laporan Magang PPAk UGM 2013

2

penerimaan pajak hanya mencapai 4,35% dari target 20% lebih. Kondisi ini

merupakan lampu kuning untuk penerimaan pajak 2013 ini. Penyebab utama

lambatnya pertumbuhan penerimaan pajak sampai saat ini adalah perlambatan

ekonomi global yang mulai terasa sejak semester II 2012.

Selama ini, permasalahan utama yang dihadapi Dirjen Pajak dalam

menggali potensi pajak adalah kurangnya ketersediaan data eksternal.

Walaupun sudah ada ketentuan bahwa setiap instansi pemerintah dan swasta

wajib menyampaikan data atau informasi terkait perpajakan ke Dirjen Pajak,

dalam implementasinya, hal ini masih ditemukan hambatan. Untuk itulah,

pada level menteri seharusnya kondisi ini didiskusikan dan dicarikan

solusinya. Karena, mau tidak mau, persoalan pajak menjadi tanggung jawab

bersama. Dengan aliran data berlimpah, maka Dirjen Pajak dapat dengan

mudah menjalankan program kerjanya.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada yang

menghasilkan para sarjana akuntansi, menyelenggarakan Program Pendidikan

Profesi Akuntansi untuk menghasilkan para akuntan yang professional dalam

bidangnya. Untuk itu, Program Pendidikan Profesi Akuntansi membuat

sebuah kegiatan kurikuler berupa pemagangan profesi akuntansi. Pemagangan

Profesi Akuntansi adalah kegiatan kurikuler yang diwajibkan bagi seluruh

mahasiswa Program Pendidikan Profesi Akuntansi sebagai sarana pelatihan

untuk mempersiapkan kesiapan mahasiswa sebelum terjun langsung dalam

dunia pekerjaan sekaligus sebagai sarana mahasiswa untuk mengaplikasikan

semua ilmu yang telah dipelajari selama di bangku perkuliahan.

Pemagangan profesi akuntansi yang penulis lakukan berada di Kantor

Konsultan Pajak di Yogyakarta. Kantor Konsultan Pajak penulis pilih karena

penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang dunia perpajakan di

Indonesia. Di sini, penulis mencoba untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah

penulis peroleh di perkuliahan reguler, sambil belajar lebih lanjut tentang

bagaimana kerja di dunia perpajakan, yaitu berupa peraturan tentang

perpajakan yang terbaru, penghitungan pajak, pembayaran pajak, dan

pelaporan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak.

Page 12: Laporan Magang PPAk UGM 2013

3

Setelah menjalani pemagangan di Kantor Konsultan Pajak, penulis

menyadari bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam

perpajakan. Meskipun begitu, pemerintah sudah berusaha untuk memberikan

berbagai kemudahan kepada Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak dapat

membayar pajaknya dengan benar. Untuk itu, pemerintah selalu membuat

peraturan-peraturan baru, yang beberapa di antaranya dapat memudahkan

Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Penulis tertarik untuk mengupas

lebih lanjut tentang beberapa peraturan tersebut, dan mengambil judul

“Analisis Perubahan Peraturan Perpajakan terhadap Kemudahan Wajib

Pajak dalam Pembayaran dan Pelaporan Pajak” untuk laporan magang ini.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas, penulis mengambil beberapa pokok

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah dampak penggantian jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi

Wajib Pajak Orang Pribadi?

2. Apakah dampak penggantian sistem penomoran faktur pajak bagi

Pengusaha Kena Pajak?

3. Apakah dampak penggantian sistem penyampaian SPT Masa PPN 1111?

C. TUJUAN LAPORAN

Adapun tujuan dari pembuatan laporan magang ini adalah:

1. Untuk mengetahui dampak adanya penggantian jumlah Penghasilan Tidak

Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.

2. Untuk mengetahui dampak adanya penggantian sistem penomoran faktur

pajak bagi pengusaha kena pajak.

3. Untuk mengetahui dampak adanya penggantian sistem penyampaian SPT

Masa PPN 1111.

Page 13: Laporan Magang PPAk UGM 2013

4

D. KEGUNAAN DAN MANFAAT MAGANG

Dengan adanya program pemagangan Program Profesi Akuntansi

FEB UGM, diharapkan mahasiswa dapat memperoleh beberapa kompetensi

yang digariskan oleh Program Profesi Akuntansi FEB UGM. Adapun garis

besar kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan dalam melaksanakan

pekerjaan, seperti: pemahaman tugas, kecekatan bekerja, kreativitas

bekerja, dan pengambilan keputusan.

2. Kompetensi Personal

Kompetensi personal adalah kemampuan dalam hal sikap dan kepribadian

meliputi: kejujuran, kedewasaan berpikir, tanggung jawab, kemandirian,

disiplin dan antusiasme.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial menitikberatkan kepada kemampuan mahasiswa dalam

berinteraksi dengan lingkungan kerja meliputi: kerja sama dan empati.

Page 14: Laporan Magang PPAk UGM 2013

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PAJAK

Pengertian pajak menurut Adriani yang diterjemahkan oleh R. Santoso

Brotodiharjo (1991: 2) adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.

Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2007:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Sedangkan menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar

Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990: 5) menyatakan: “Pajak adalah

iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat

ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut:

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang. Asas ini sesuai dengan

perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan

pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam

Undang-undang."

2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang

dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar

pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya

dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.

5

Page 15: Laporan Magang PPAk UGM 2013

6

3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum

pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin

maupun pembangunan.

4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila

Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan

sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

5. Pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi

mengatur/regulatif).

B. FUNGSI PAJAK

Sebagaimana unsur-unsur dari pengertian pajak di atas, terlihat adanya

dua fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi

pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh:

dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur (reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang

lebih tinggi terhadap minuman keras, atau pajak terhadap barang mewah.

C. JENIS PAJAK

Menurut pemungut dan pengelolanya, pajak dapat dikelompokkan ke

dalam dua kelompok sebagai berikut:

1. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertambangan dan

perkebunan, dan Bea Materai.

2. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Page 16: Laporan Magang PPAk UGM 2013

7

Contoh: pajak reklame, pajak hiburan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan, Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkotaan dan pedesaan.

D. ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam

Smith dalam buku An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of

Nations menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada

asas-asas berikut:

1. Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan

kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan

membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan manfaat yang diterima.

Adil dalam pengertian bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang

untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan

manfaat yang diminta.

2. Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Untuk itu, Wajib

Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang

terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

3. Convenience

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan

saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak.

4. Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan

kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimal mungkin,

demikian pula beban yang ditanggung Wajib Pajak.

E. UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NEGARA

Masalah perpajakan tidak boleh terlepas dari Undang-undang yang

mengaturnya. Terdapat beberapa Undang-undang yang mengatur masalah

perpajakan di Indonesia. Selain itu terdapat juga peraturan-peraturan lain yang

mengatur masalah-masalah perpajakan yang lebih khusus. Berikut ini adalah

Page 17: Laporan Magang PPAk UGM 2013

8

Undang-undang yang mengatur perpajakan negara, sekaligus perubahan

terakhir dari Undang-undang tersebut:

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan dengan perubahan terakhir Undang-undang Nomor 16

Tahun 2009

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dengan

perubahan terakhir Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan perubahan terakhir

Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009

4. Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan dengan

perubahan terakhir Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006

5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai dengan perubahan

terakhir Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007

F. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Pada dasarnya, sistem pemungutan pajak dibagi menjadi tiga seperti

berikut ini:

1. Sistem Official Assessment

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang. Ciri-cirinya adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak

terutang berada pada fiskus, Wajib Pajak bersifat pasif, dan utang pajak

timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Sistem Self-Assessment

Sistem ini merupakan sistem pemungutan yang digunakan di Indonesia,

yaitu pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung

jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

Page 18: Laporan Magang PPAk UGM 2013

9

3. Sistem Withholding

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang

terutang oleh Wajib Pajak.

G. TARIF PAJAK

Di Indonesia, tarif pajak yang digunakan cukup bervariasi, yaitu tarif

pajak tetap, tarif pajak progresif, dan tarif pajak proporsional. Adapun

beberapa tarif tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tarif tetap

Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama besar) terhadap

berapa pun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contoh: tarif bea

materai, yaitu sebesar Rp3.000,00 dan Rp6.000,00.

2. Tarif proporsional

Tarif proporsional adalah tarif pajak berupa persentase tetap terhadap

jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contoh:

a. Tarif PPN:

1) 10%; atau

2) 0%, khusus PPN atas ekspor Barang Kena Pajak atau ekspor

Barang Kena Pajak tidak berwujud atau ekspor Jasa Kena Pajak.

b. Tarif PPh pasal 17 untuk Wajib Pajak badan:

1) Tarif PPh pasal 17 ayat 1 huruf b, yaitu untuk Wajib Pajak badan

dengan peredaran usaha di atas atau sama dengan Rp50 miliar,

sebesar 25%.

2) Tarif PPh pasal 17 ayat 2b, yaitu untuk Wajib Pajak badan dalam

negeri yang berbentuk PT yang paling sedikit 40% jumlah

keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di

Indonesia dan memenuhi persyaratan lainnya, sebesar 20%.

3) Tarif PPh pasal 31E ayat 1 untuk Wajib Pajak badan dengan

peredaran usaha di bawah Rp50 miliar, sebesar 12,5% untuk yang

mendapat fasilitas, dan sisanya 25%.

Page 19: Laporan Magang PPAk UGM 2013

10

c. Tarif PPh pasal 4 ayat 2:

Tabel 1: Tarif PPh Pasal 4 (2)No. Jenis Penghasilan Tarif Dasar Pengenaan1 20% Jumlah bruto penghasilan

bunga/diskonto2 25% Jumlah bruto penghasilan

harga pasar hadiah berupa barang/kenikmatan

3 10% Jumlah penghasilan bunga (di atas Rp240.000)

4 20% Jumlah bruto penghasilan bunga/diskonto

5 0,10% Jumlah bruto nilai transaksi penjualan

0,50% Tambahan untuk penjualan saham pendiri

6 0,30% Penjualan Premium/Solar/ Premix/Minyak Tanah/Gas LPG/Pelumas

7 - Penghalihan hak atas Tanah dan/atau Bangunan,

5%

- Pengalihan Hak Tanah dan Bangunan Rumah Sederhana dan Rusun Sederhana oleh Perusahaan Real Estat

1%

8 10% Jumlah imbalan bruto

9 10% Jumlah bruto nilai sewa

10- Pelaksana (kualifikasi usaha

kecil)2% Jumlah imbalan bruto

- Pelaksana (kualifikasi usaha menengah dan besar)

3% Jumlah imbalan bruto

- Pelaksana (tanpa kualifikasi usaha)

4% Jumlah imbalan bruto

- Perencana dan Pengawas (memiliki kualifikasi usaha)

4% Jumlah imbalan bruto

- Perencana dan Pengawas (tanpa kualifikasi usaha)

6% Jumlah imbalan bruto

Nilai tertinggi antara nilai pengalihan dan Nilai Jual Objek Pajak PBB

Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto SBIHadiah Undian

Jasa Konstruksi

Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

Dividen diterima Wajib Pajak orang pribadi

Penyalur/dealer/agen produk Pertamina dan Premix

Penjualan Saham di bursa efek

Bunga/Diskonto Obligasi yang dijual di Bursa Efek

Bunga Simpanan Anggota Koperasi

Page 20: Laporan Magang PPAk UGM 2013

11

d. Tarif PPh pasal 23:

1) 2% dari jumlah bruto atas sewa, jasa teknik, jasa manajemen, jasa

konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain.

2) 15% dari jumlah bruto atas dividen, bunga, royalti dan hadiah.

3. Tarif progresif

Tarif progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar

apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Contoh:

tarif PPh pasal 17 untuk Wajib Pajak orang pribadi:

Tabel 2: Tarif PPh pasal 17 untuk Wajib Pajak Orang PribadiLapisan Penghasilan Kena Pajak Tarifs.d. Rp50.000.000 5%Di atas Rp50.000.000 s.d. Rp250.000.000 15%Di atas Rp250.000.000 s.d. Rp500.000.000 25%Di atas Rp500.000.000 30%

H. WAJIB PAJAK DAN PENGUSAHA KENA PAJAK

Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007, Wajib Pajak adalah

orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan. Sedangkan

menurut Undang-undang Nomor 42 tahun 2009, Pengusaha Kena Pajak adalah

pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang

ini.

Berdasarkan sistem self-assessment, setiap Wajib Pajak yang

memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri untuk

memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Sedangkan pengusaha dengan

penghasilan bruto dalam satu tahun pajak mencapai Rp600.000.000, wajib

mengukuhkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sebagai sarana dalam

administrasi perpajakan, tanda identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak

dan kewajiban perpajakannya, dan menjaga ketertiban dalam pembayaran

Page 21: Laporan Magang PPAk UGM 2013

12

pajak dan pengawasan administrasi perpajakan. Sementara, fungsi

pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah sebagai identitas Pengusaha Kena

Pajak yang bersangkutan, dan sebagai pengawasan dalam melaksanakan hak

dan kewajiban Pengusaha Kena Pajak di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Dalam melaporkan kewajibannya, Wajib Pajak memperoleh

keringanan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak. Adapun besar Penghasilan

Tidak Kena Pajak per Januari 2013 dalam satu tahun pajak adalah sebagai

berikut:

Tabel 3: Besar Penghasilan Tidak Kena Pajak per Januari 2013Keterangan PTKP

Diri Wajib Pajak 24.300.000Rp Tambahan untuk Wajib Pajak kawin 2.025.000Rp Tambahan untuk setiap orang keluarga sedaran dan semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga

2.025.000Rp

Tambahan untuk seorang istri yang mempunyai penghasilan, yang harus digabung dengan penghasilan suami untuk penghitungan pajak

24.300.000Rp

I. FAKTUR PAJAK

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER - 24/PJ/2012,

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena

Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa

Kena Pajak. Faktur Pajak harus dibuat pada:

1. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;

2. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi

sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan

Jasa Kena Pajak;

3. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap

pekerjaan;

4. saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada

Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai; atau

Page 22: Laporan Magang PPAk UGM 2013

13

5. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.

Bentuk dan ukuran Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan

Pengusaha Kena Pajak, dan pengadaannya juga dilakukan oleh Pengusaha

Kena Pajak. Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2 (dua) rangkap, yaitu

untuk pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak, dan untuk

arsip Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak. Dalam hal

Faktur Pajak dibuat lebih dari yang ditetapkan, maka harus dinyatakan secara

jelas peruntukannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan.

Faktur Pajak harus memuat keterangan tentang penyerahan Barang

Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit

mencantumkan:

1. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang

Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

2. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak

atau penerima Jasa Kena Pajak;

3. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan

harga;

4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

6. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

7. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

Pengusaha Kena Pajak harus membuat Faktur Pajak dengan

menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak sebagaimana ditetapkan

dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER - 24/PJ/2012. Kode dan

Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 16 (enam belas) digit yaitu:

1. 2 (dua) digit Kode Transaksi;

2. 1 (satu) digit Kode Status; dan

3. 13 (tiga belas) digit Nomor Seri Faktur Pajak yang ditentukan oleh

Direktorat Jenderal Pajak.

Page 23: Laporan Magang PPAk UGM 2013

14

J. SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK

Dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2007, Surat Pemberitahuan

adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan

penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek

pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Surat Pemberitahuan dibagi menjadi dua,

yaitu Surat Pemberitahuan Masa yang merupakan Surat Pemberitahuan untuk

suatu Masa Pajak, dan Surat Pemberitahuan Tahunan yang merupakan Surat

Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak adalah:

1. Bagi Pengusaha

Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan berfungsi sebagai sarana

melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak

yang sebenarnya terutang.

2. Bagi Pengusaha Kena Pajak

Surat Pemberitahuan berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang.

3. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak

Surat Pemberitahuan berfungsi sebagai sarana melaporkan dan

mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan

disetorkannya.

Bentuk Surat Pemberitahuan, baik Surat Pemberitahuan Masa maupun

Surat Pemberitahuan Tahunan dapat berbentuk formulir kertas; atau e-SPT,

yaitu data Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang

dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan

oleh Dirjen Pajak.

Page 24: Laporan Magang PPAk UGM 2013

BAB III

PEMBAHASAN

A. METODE KERJA

1. LOKASI

Pemagangan dilaksanakan di TaxHouse MitraNata yang terletak di Jl.

Palagan Tentara Pelajar No. 77A, Yogyakarta.

2. WAKTU

Pemagangan dilaksanakan selama ± 20 kali pertemuan dari pukul 09.00

sampai pukul 15.00 setiap hari Senin-Jumat, atau menyesuaikan jadwal

kuliah penulis ketika penulis sedang kuliah. Pemagangan ini dilaksanakan

dari tanggal 8 Mei 2013 sampai dengan tanggal 14 Juni 2013.

3. CARA KERJA

Pemagangan ini dibagi menjadi beberapa tahapan. Selain perkenalan dan

tes kemampuan pada awal pemagangan, dalam pemagangan ini, penulis

masih tetap mendapatkan berbagai teori tentang perpajakan yang berupa

pelatihan, dan mengerjakan beberapa permasalahan perpajakan seperti

penghitungan PPh Orang Pribadi, penghitungan PPh Badan, penghitungan

PPh Pasal 21, penghitungan PPN, pembuatan Faktur Pajak, pembuatan

SPT, pembuatan SSP, pembayaran pajak yang terutang, dan pelaporan

pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman. Dalam mengerjakan

beberapa permasalahan perpajakan tersebut, pihak TaxHouse MitraNata

membagi pemagang dalam beberapa kelompok untuk mempermudah dan

mempercepat proses pengerjaan. Sementara, pihak TaxHouse MitraNata

selalu bersedia untuk dimintai pendapat dan bimbingan baik secara tatap

muka, maupun lewat jaringan komunikasi seperti SMS atau e-mail.

B. PROFIL TAXHOUSE MITRANATA

TaxHouse MitraNata, merupakan sebuah perusahaan yang

menyediakan jasa akuntansi dan perpajakan. Jasa Akuntansi bertujuan untuk

menyajikan laporan keuangan yang handal yang bermanfaat bagi pengambil

15

Page 25: Laporan Magang PPAk UGM 2013

16

keputusan. Sedangkan Jasa Perpajakan memberikan jasa manajemen

perpajakan yang memiliki integritas dan kapabilitas yang telah teruji dalam

penanganan berbagai masalah perpajakan yang terjadi dalam dunia bisnis.

Berbagai kasus akuntansi dan Perpajakan yang dihadapi menjadikan

nilai tambah bagi kekuatan, kecerdasan dan tanggung jawab TaxHouse

MitraNata dalam menyelesaikan suatu permasalahan terutama di bidang

akuntansi dan perpajakan melalui jalur yang legal. Tidak hanya itu, sebagai

wujud sikap kooperatif MitraNata terhadap peraturan maupun kebijakan

pemerintah khususnya mengenai akuntansi dan perpajakan, MitraNata juga

melakukan pembinaan akuntansi mengenai peraturan perpajakan terhadap para

klien MitraNata dan masyarakat umum, menanamkan kesadaran bahwa

akuntansi dan pajak bukan merupakan sebuah pilihan namun merupakan

kewajiban perusahaan. Hal ini dilakukan sebagai langkah cadangan sehingga

meminimalisir kesalahan persepsi maupun interpretasi terhadap pengertian

aturan perpajakan dan standar akuntansi yang berlaku.

1. VISI DAN MISI

Visi dari TaxHouse MitraNata adalah menjadi perusahaan di bidang

akuntansi dan perpajakan yang terbesar dan terpercaya.

Sedangkan misi dari TaxHouse MitraNata adalah:

a. Membantu kemandirian perusahaan dalam mengelola informasi

keuangan dan perpajakan,

b. Mewujudkan kesetaraan hak dan kewajiban antara perusahaan dan

pemerintah,

c. Membantu menumbuhkan kesadaran dan kemandirian perpajakan

masyarakat.

2. LAYANAN

Layanan yang diberikan oleh TaxHouse MitraNata adalah:

a. Accounting Service, yang berupa penyusunan atas laporan keuangan

termasuk di dalamnya memilih kebijakan akuntansi yang sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan agar dapat menyajikan laporan

Page 26: Laporan Magang PPAk UGM 2013

17

keuangan yang handal dan dapat digunakan untuk mengambil

keputusan bagi investor, kreditur, maupun pihak lain yang

membutuhkan informasi keuangan.

b. Accounting Review, yang berupa review atas laporan keuangan dan

analisis laporan keuangan untuk memberikan informasi mengenai

kinerja perusahaan dan bagaimana meningkatkan kinerja perusahaan.

c. Tax Service, yang berupa penyusunan laporan pajak bulanan dan

tahunan berdasarkan transaksi yang terjadi dalam aktivitas usaha

Wajib Pajak. Dalam jasa ini juga termasuk pembuatan surat-surat yang

diperlukan dalam hal terdapat surat teguran/himbauan atau surat

lainnya dari Kantor Pajak.

d. Tax Review, yang berupa evaluasi/review atas kewajiban pajak yang

telah dilakukan selama satu bulan/triwulan/setahun.

e. Tax Consultant, yang berupa pemberian nasihat atau jawaban atas

kasus-kasus yang menimpa Wajib Pajak selama menjalani aktivitas

usahanya.

f. Tax Planning, yang berupa penyusunan kebijakan pajak perusahaan

untuk memberikan efek penghematan pajak yang ditanggung.

g. Technical Assistance, yang berupa pendampingan segala kasus yang

berkaitan dengan sengketa pajak atau pemeriksaan pajak.

h. Financial Audit, yang mencakup proses audit atas laporan keuangan

yang disusun oleh perusahaan apakah memenuhi kriteria wajar atau

tidak wajar. Pernyataan opini akan dibuat oleh Kantor Akuntan Publik

yang terdaftar.

i. In house training, yang mencakup pelatihan akuntansi dan pajak yang

dibutuhkan perusahaan.

j. MitraNata Recruitment Centre, yang merupakan jasa perekrutan tenaga

akuntansi yang memiliki kompetensi di bidang akuntansi dan pajak.

3. STRUKTUR ORGANISASI

Adapun struktur organisasi dari TaxHouse MitraNata adalah:

Komisaris : Mukh Nurkholis, Ak., BKP., CA

Page 27: Laporan Magang PPAk UGM 2013

18

Direktur Utama : Hersona Bangun, SH., S.E.

Direktur : Arif Nurman Hakim, S.E.

Keuangan : Jumiana, SE., Ak

Ria Kurnia Dwi Jayanti, A.Md

Staf : Fatmawati, SE., Ak

Kamadie Sumanda Syafis, S.E.

Elindia Swandari, S.E., M.Acc

Andri Wibianto

C. RINGKASAN KEGIATAN DI TEMPAT MAGANG

Pada tahap pertama, penulis melakukan perkenalan dengan beberapa

staf TaxHouse MitraNata, sambil membahas tentang jadwal pemagangan yang

akan penulis jalankan selama beberapa hari ke depan. Tahap kedua, penulis

mengerjakan ujian awal untuk mengetahui sejauh apa pengetahuan penulis

tentang perpajakan. Selanjutnya, penulis memperoleh beberapa materi tentang

perpajakan untuk lebih memahami masalah perpajakan di Indonesia. Tahap

berikutnya adalah pelatihan untuk mengerjakan beberapa permasalahan

perpajakan. Dan tahap terakhir adalah mengerjakan permasalahan perpajakan

pada beberapa perusahaan di Yogyakarta, dalam tahap ini pemagangan dibagi

menjadi beberapa kelompok sehingga mempermudah dan mempercepat

pengerjaannya. Selain itu, penulis juga belajar untuk melakukan pelaporan

pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman. Untuk ringkasan lebih

lengkap dari kegiatan yang penulis lakukan, penulis melampirkan kegiatan

tersebut di lampiran 1.

D. PENYELESAIAN MASALAH

Setelah melakukan pemagangan selama lebih dari satu bulan, ada

banyak isu-isu yang muncul yang mengusik benak penulis. Beberapa dari isu-

isu tersebut akan penulis kupas satu per satu, yaitu isu tentang Penghasilan

Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, Faktur Pajak

yang terbaru, dan e-SPT untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Page 28: Laporan Magang PPAk UGM 2013

19

1. Dampak adanya penggantian jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi

Wajib Pajak Orang Pribadi.

Seiring perkembangan perekonomian ekonomi makro Indonesia,

dan mempertimbangkan perkembangan kebutuhan pokok bagi masyarakat

Indonesia setiap tahunnya sebagaimana di ukur dengan Upah Minimum

Provinsi (UMP), besaran PTKP sudah selayaknya disesuaikan. Dalam

Pasal 7 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008 dinyatakan: “Penyesuaian

besarnya PTKP ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan, setelah

dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat.”

Mulai tanggal 01 Januari 2013, pemerintah menaikkan PTKP dari

semula Rp15.840.000 menjadi Rp24.300.000. Kenaikan PTKP ini sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 162/PMK.011/2012

tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang

ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2012. Dengan kenaikan ini, berarti

masyarakat Indonesia yang memiliki penghasilan di bawah Rp24.300.000

dalam satu tahun (atau Rp2.025.000 dalam satu bulan), tidak perlu

membayar pajak. Apalagi jika mereka sudah memiliki keluarga, PTKP

yang akan mereka peroleh akan semakin besar, dimana setiap tanggungan

keluarga diberikan tambahan PTKP sebesar Rp2.025.000 setiap tahunnya.

Dengan semakin bertambahnya PTKP tersebut, diharapkan bahwa

masyarakat Indonesia semakin sadar akan kewajiban mereka untuk

membayar pajak, karena dengan bertambahnya PTKP, hal itu berarti

bahwa pajak yang harus mereka bayarkan kepada pemerintah relatif lebih

kecil jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan PTKP. Kenaikan

PTKP juga diharapkan dapat meningkatkan daya beli konsumen, yang

berdampak pada peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Hal

tersebut disebabkan dengan kenaikan PTKP tersebut, take home pay Wajib

Pajak akan semakin besar, karena seperti yang dipaparkan di atas, pajak

yang dibayarkan oleh Wajib Pajak relatif lebih kecil.

Dalam iklim dunia usaha, daya beli konsumen adalah kunci utama

dalam pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran konsumen yang lancar akan

Page 29: Laporan Magang PPAk UGM 2013

20

berimbas pada kenaikan penjualan barang. Dan kenaikan penjualan barang

berarti akan bertambahnya output manufaktur, sehingga pertumbuhan

bisnis dan investasi akan tercapai. Dampak lain yang di harapkan dari

peningkatan PTKP adalah peningkatan tabungan atau saving masyarakat.

Sehingga dengan adanya kenaikan tabungan, maka akan berdampak pada

investasi riil dengan pembiayaan perbankan. Dalam jangka panjang, hal

tersebut diharapkan akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat.

Meskipun begitu, kenaikan PTKP, ceteris paribus, akan

berdampak pada penurunan penerimaan pajak, terutama PPh Pasal 25/29

Orang Pribadi dan PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan, meskipun

pemerintah tetap akan mendapat peningkatan pajak berupa Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) jika dengan kenaikan PTKP tersebut tingkat

konsumsi masyarakat juga meningkat. Pemerintah dalam hal ini

Kementerian Keuangan telah memproyeksikan short fall (kekurangan)

penerimaan atas penetapan PTKP tersebut, yaitu sekitar Rp13,3 triliun.

Tetapi, pengaruh terhadap penurunan penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh

Pasal 25/29 Orang Pribadi tersebut hanya bersifat sementara, yaitu hanya

terjadi dalam kurun waktu 1-2 tahun, dan selanjutnya akan mengalami

pertumbuhan normal kembali. Hal ini dikarenakan ke depan, penghasilan

masyarakat tentu juga akan mengalami peningkatan, seiring dengan

peningkatan ekonomi Indonesia.

2. Dampak adanya penggantian sistem penomoran faktur pajak bagi

pengusaha kena pajak.

Seperti yang sudah dipaparkan dalam tinjauan pustaka, Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER - 24/PJ/2012 tentang Bentuk,

Ukuran, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian dan Pembatalan Faktur

Pajak. Penerapan peraturan tersebut, karena banyak Nomor Seri Faktur

Pajak ganda yang dikeluarkan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Peraturan

tersebut sebenarnya sudah keluar sejak tahun 2012, tapi karena perlu

persiapan, maka peraturan tersebut baru dilaksanakan mulai tanggal 1

Page 30: Laporan Magang PPAk UGM 2013

21

April 2013. Persiapan itu berupa sosialisasi kepada PKP sebagai pemungut

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan petugas pajak.

Berbeda dengan sebelumnya, Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

diatur sedemikian sehingga setiap PKP akan mendapatkan Nomor Seri

Faktur Pajaknya masing-masing. Jika sebelumnya 10 Nomor Seri Faktur

Pajak yang digunakan biasanya terdiri dari 2 digit pertama adalah tahun

penerbitan dan 8 digit berikutnya adalah nomor urut yang dimulai dari

nomor 00000001 dan seterusnya sebanyak kegiatan transaksi penjualan

Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dari PKP. Namun

sekarang, 8 digit terakhir dari Nomor Seri Faktur Pajak tersebut sudah

ditentukan oleh Dirjen Pajak, dan setiap PKP harus mengajukan surat

permohonan untuk mendapatkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

tersebut untuk mendapatkan password aktivasi Faktur Pajak PPN.

Untuk memudahkan pengecekan bila terjadi nomor seri yang

sama pada perusahaan yang berbeda, maka pengaturan dalam

menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak didukung oleh sistem

informasi teknologi. Selain itu, Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak akan

diberikan kepada PKP sesuai dengan permintaan sebanyak 120 persen dari

jumlah faktur pajak yang diterbitkan 3 bulan terkahir berturut turut.

Seandainya Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak mereka akan habis, PKP

bisa meminta kembali dengan mengajukan permohonan kode aktivasi,

selanjutnya Dirjen Pajak akan memberikan password untuk kode aktivasi

tersebut melalui email dalam tiga hari.

Dalam rangka pembenahan administrasi PPN, Dirjen Pajak telah

mencabut 400.000 status PKP. Pencabutan tersebut salah satunya adalah

dengan menerapkan registrasi ulang PKP. Setelah dilakukan registrasi

ulang terbukti beberapa PKP tidak memiliki kegiatan, tidak ada pengurus,

dan alamat perusahaannya tidak jelas. Pembenahan administrasi PPN

terhadap PKP tersebut disebabkan penerimaan PPN di tahun 2011 dan

sebelumnya tidak optimal, hanya berkisar 98 persen. Bahkan antara PPN

dan GDP Indonesia perbandingannya hanya 67 persen, padahal di negara

Page 31: Laporan Magang PPAk UGM 2013

22

OECD (Organization Economic Cooperation Development ) mencapai 11

persen.

Selain itu, terdapat beberapa kasus dimana beberapa PKP

memalsu Kode dan Nomor Seri Pajak untuk mendapatkan restitusi pajak,

yaitu dengan memperbesar Pajak Masukan dibandingkan dengan Pajak

Keluaran mereka. Dengan diberlakukannya peraturan tersebut, diharapkan

tidak ada lagi kasus-kasus Nomor Seri Faktur Pajak palsu, yang biasanya

dibuat oleh beberapa oknum PKP. Selain itu dengan adanya surat

permohonan untuk mendapatkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

tersebut, pengusaha yang belum menjadi PKP tidak akan bisa membuat

Faktur Pajak.

3. Dampak adanya penggantian sistem penyampaian SPT Masa PPN 1111.

PPN pada dasarnya dikenakan pada setiap proses produksi BKP

maupun JKP, mulai pembelian bahan baku hingga penjualan. Mekanisme

pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN dibebankan pada penjual

yang disebut sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Penjual menerbitkan

Faktur Pajak, disebut sebagai Pajak Keluaran (PK), dan dikreditkan oleh

pembeli sebagai Pajak Masukan (PM). PKP akan menyetorkan PPN dari

Pajak Keluarannya sekaligus merestitusikan Pajak Masukannya. Dengan

mekanisme ini, pajak yang dipungut oleh Negara adalah sebesar PK

dikurangi PM, dan jika PM lebih besar dibandingkan dengan PK, maka

PKP berhak untuk mendapatkan restitusi atas kelebihan tersebut.

Dalam Undang-Undang Nomor 42/2009 tentang PPN, pada pasal

16F dinyatakan bahwa pembeli Barang Kena Pajak dan penerima Jasa

Kena Pajak bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran pajak jika

tidak bisa menunjukkan bukti pajak telah dibayar. Dengan adanya

tanggung jawab renteng ini, penerbit maupun pengguna faktur pajak harus

berhati-hati dalam setiap transaksinya. Sesuai dengan prinsip beban

pembayaran pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah pada pembeli atau konsumen

barang atau penerima jasa. Oleh karena itu sudah seharusnya apabila

Page 32: Laporan Magang PPAk UGM 2013

23

pembeli atau konsumen barang dan penerima jasa bertanggung jawab

renteng atas pembayaran pajak yang terutang apabila ternyata bahwa pajak

yang terutang tersebut tidak dapat ditagih kepada penjual atau pemberi jasa

dan pembeli atau penerima jasa tidak dapat menunjukkan bukti telah

melakukan pembayaran pajak kepada penjual atau pemberi jasa.

Dalam mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN yang

sebenarnya terutang, maka PKP harus menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT) ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP terdaftar.

Selain itu, SPT digunakan untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan

terhadap Pajak Keluaran, dan melaporkan pembayaran atau pelunasan

pajak yang telah dilaksanakan oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam

satu Masa Pajak. SPT dapat disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan

Pajak, atau melalui Kantor Pos dengan pos tercatat. Jika PKP

menyampaikan SPT melalui Kantor Pos, maka tanda bukti dari Kantor Pos

dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT, sepanjang SPT

tersebut telah lengkap.

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE -

17/PJ/2013, terdapat peraturan yang mengatur penyampaian SPT Pajak

Pertambahan Nilai dengan menggunakan e-SPT. Kewajiban penggunaan

e-SPT tersebut adalah untuk:

a. Setiap Pengusaha Kena Pajak badan, dan

b. Pengusaha Kena Pajak orang pribadi yang:

1) melaporkan lebih dari 25 (dua puluh lima) dokumen (Faktur

Pajak/dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan

Faktur Pajak dan/atau Nota Retur/Nota Pembatalan) pada salah

satu Lampiran SPT dalam 1 (satu) Masa Pajak; atau

2) jumlah seluruh penyerahan barang dan jasanya dalam 1 (satu)

Masa Pajak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) atau lebih.

Dengan adanya surat edaran tersebut, diharapkan PKP akan lebih

mudah dalam membuat dan melaporkan pajak mereka, karena semuanya

sudah dikomputerisasi dengan aplikasi e-SPT yang telah disediakan oleh

Page 33: Laporan Magang PPAk UGM 2013

24

Direktorat Jenderal Pajak, sehingga setiap aturan dalam kode-kode Faktur

Pajak akan dapat lebih mudah diterapkan oleh PKP. Selain itu, perhitungan

dari jumlah Pajak Masukan dan Pajak Keluaran serta selisih dari Pajak

Masukan dan Pajak Keluaran akan secara otomatis dihitung oleh aplikasi.

Hal tersebut selain membuat pembuatan SPT menjadi lebih mudah, juga

akan menjadi lebih cepat. Sementara untuk Induk SPT Masa PPN 1111

yang tetap disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy), dapat

dicetak dari aplikasi e-SPT tersebut.

Dengan penggunaan e-SPT, Dirjen Pajak juga akan lebih mudah

dalam melacak Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang digunakan oleh

PKP. Aplikasi e-SPT yang digunakan oleh PKP adalah aplikasi yang

dibuat oleh Dirjen Pajak, sehingga setiap PKP akan menggunakan aplikasi

yang sama. Dengan begitu, Dirjen Pajak dapat melacak Pajak Masukan

dengan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak tertentu dibandingkan dengan

Pajak Keluaran dengan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang sama.

Jika Pajak Masukan dan Pajak Keluaran memiliki Kode dan Nomor Seri

Faktur Pajak tersebut, maka Faktur Pajak yang dimasukkan sudah benar,

tetapi jika salah satu tidak ada, maka Dirjen Pajak dapat mengetahui

bahwa salah satu dari Faktur Pajak tersebut tidak benar, atau salah satu

dari PKP belum membayar kewajiban pajaknya. Hal tersebut, akan dapat

dilakukan dengan mudah dan cepat menggunakan Teknologi Informasi,

dalam hal ini setelah PKP menggunakan e-SPT.

Page 34: Laporan Magang PPAk UGM 2013

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari pemaparan yang sudah penulis sampaikan di atas, penulis

mengambil simpulan sebagai berikut:

1. Penggantian peraturan baru untuk PTKP berupa kenaikan PTKP

diharapkan dapat membuat Wajib Pajak mulai sadar akan pentingnya

untuk membayar pajak, karena kenaikan PTKP tersebut berarti pajak yang

harus dibayarkan oleh Wajib Pajak relatif lebih kecil.

2. Penggantian peraturan baru untuk Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

diharapkan mampu mencegah timbulnya manipulasi Kode dan Nomor Seri

Faktur Pajak oleh PKP berupa penerbitan Faktur Pajak fiktif, selain itu

juga diharapkan agar pengusaha yang belum menjadi PKP tidak lagi bisa

menerbitkan Faktur Pajak.

3. Penggantian peraturan baru untuk penggunaan e-SPT diharapkan dapat

membuat PKP lebih mudah dan cepat dalam pembuatan SPT. Selain itu,

penggunaan e-SPT juga dapat mempermudah Dirjen Pajak untuk melacak

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang digunakan oleh PKP.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang bisa penulis sampaikan setelah melakukan

pemagangan dan membuat laporan magang, serta menelaah isu-isu yang ada

adalah:

1. Meskipun terdapat kenaikan PTKP, tetapi sebaiknya pemerintah juga

mempertimbangkan adanya kenaikan upah yang dituntut oleh masyarakat

(buruh), sehingga kenaikan PTKP tersebut tetap dapat membuat Wajib

Pajak lebih sadar untuk membayar pajak.

2. Sebaiknya adanya peraturan untuk Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

yang baru benar-benar disosialisasikan dengan baik, karena selama

25

Page 35: Laporan Magang PPAk UGM 2013

26

pemagangan penulis masih mendapati beberapa perusahaan yang belum

menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang baru.

3. Perlu adanya pelatihan khusus dalam penggunaan e-SPT, sehingga PKP

tidak bingung dalam menjalankan aplikasi e-SPT tersebut, dan aplikasi

tesebut benar-benar membantu PKP dalam membuat dan menghitung SPT

mereka. Selain itu, sedikit masalah ketika PKP harus mencetak e-SPT

menjadi SPT formulir kertas (hard copy) harus mulai diperbaiki untuk

aplikasi e-SPT selanjutnya.

Page 36: Laporan Magang PPAk UGM 2013

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org

http://www.investor.co.id

http://www.ortax.org

http://www.pajak.go.id

Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM. 2011. Panduan Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi. Yogyakarta: P3A FEB UGM.

Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis FEB UGM. 2013. Modul Short Course Perpajakan Brevet A dan B. Yogyakarta: P2EB FEB UGM.

TaxHouse MitraNata. 2013. Modul 1 Pelatihan Pajak Aplikatif Brevet A dan B. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pelatihan Pajak TaxHouse MitraNata.

_______. 2013. Modul 2 Pelatihan Pajak Aplikatif Brevet A dan B. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pelatihan Pajak TaxHouse MitraNata.

Waluyo, Dr., M.Sc., Ak. 2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

27

Page 37: Laporan Magang PPAk UGM 2013

LAMPIRAN

28

Page 38: Laporan Magang PPAk UGM 2013

29

Lampiran 1: Jurnal Kegiatan Magang

No. Tanggal Jam Kegiatan1 10 Mei 2013 09.00-12.00 Pemahaman Materi tentang proses magang dan

gambaran umum tentang TaxHouse MitraNata2 13 Mei 2013 09.00-15.00 Pretest, pembahasan dan pemberian tugas

untuk mencari daftar alamat perusahaan-3 14 Mei 2013 09.00-15.00 Penjelasan materi PPN dan latihan pembuatan

Faktur Pajak Afafa Batik4 15 Mei 2013 09.00-15.00 Penyelesaian pembuatan Faktur Pajak PT

Powercon dan PT Daya Gagas Komunika5 16 Mei 2013 09.00-18.00 Penyelesaian pembuatan Faktur Pajak PT

Powercon dan PT Daya Gagas Komunika, dan latihan pembuatan SPT PPh Badan BPR

6 17 Mei 2013 09.00-18.00 Penjelasan materi PPh Orang Pribadi dan penyelesaian pembuatan SPT PPh Badan BPR

7 20 Mei 2013 09.00-15.00 Latihan pengerjaan PPh OP Adi Anggarwijaya, Fatma, Gery Sukamta, Desi Marsadianti, Hendra Gusrizal, Amaulina Pohan dan M. Yusuf dan mencari daftar alamat perusahaan-

8 21 Mei 2013 09.00-15.00 Pratik pelaporan pajak ke KPP Pratama Sleman dan Pengerjaan latihan pembuatan SPT

9 22 Mei 2013 09.00-15.00 Lanjutan pengerjaan PPh OP Adi Anggarwijaya, Fatma, Gery Sukamta, Desi Marsadianti, Hendra Gusrizal, Amaulina Pohan

10 23 Mei 2013 09.00-15.00 Lanjutan pengerjaan PPh OP Adi Anggarwijaya, Fatma, Gery Sukamta, Desi Marsadianti, Hendra Gusrizal, Amaulina Pohan

11 24 Mei 2013 09.00-15.00 Penyelesaian pengerjaan PPh OP Adi Anggarwijaya, Fatma, Gery Sukamta, Desi Marsadianti, Hendra Gusrizal, Amaulina Pohan

12 27 Mei 2013 09.00-15.00 Penjelasan materi PPh 21 dan latihan pengerjaan PPh 21 Budi, Cantika, Deni, dan

13 03 Juni 2013 09.00-15.00 Latihan dan penyelesaian pengerjaan PPh 21 Budi, Cantika, Deni, dan Edo

14 04 Juni 2013 09.00-15.00 Penjelasan materi PPh Badan dan pengerjaan PPh Badan Perusahaan Kreta Product

15 05 Juni 2013 09.00-15.00 Penyelesaian dan penyusunan SPT Tahunan PPh Badan Perusahaan Kreta Product

16 07 Juni 2013 09.00-15.00 Pengerjaan tugas PPh Badan dan penyusunan SPT Tahunan PPh Badan Perusahaan PT Sinar

Page 39: Laporan Magang PPAk UGM 2013

30

17 10 Juni 2013 09.00-15.00 Diskusi kasus dan pengerjaan kasus PPN Perusahaan CV Mitra Prima Utama

18 11 Juni 2013 09.00-15.00 Penyelesaian kasus PPN Perusahaan CV Mitra Prima Utama

19 12 Juni 2013 09.00-15.00 Pembuatan Faktur Pajak Masukan Bulan April dan Mei Perusahaan Ar RazaaQ (K-24)

20 13 Juni 2013 09.00-16.00 Penyelesaian pembuatan Faktur Pajak Masukan Bulan April dan Mei Perusahaan Ar

Pengawas, .

Hersona, SH, SE

Yang Bersangkutan,

Faozan El Mufid

Page 40: Laporan Magang PPAk UGM 2013

31

Lampiran 2: Contoh Kegiatan Pembuatan SPT dan SSP PPh Orang Pribadi

Catatan:

1. Nama-nama dan alamat-alamat yang tertera pada pelaporan ini sudah diganti

karena alasan kerahasiaan,

2. Penulis memberikan contoh untuk SPT PPh OP 1770 SS, SPT PPh OP 1770

S, dan SPT PPh OP 1770,

3. Penggunaan kertas menggunakan ukuran A4, disesuaikan dengan ukuran yang

digunakan untuk pembuatan pelaporan ini, sehingga tidak sama dengan yang

seharusnya (menggunakan F4).

Page 41: Laporan Magang PPAk UGM 2013

45

Lampiran 3: Contoh Kegiatan Pembuatan Faktur Pajak dan SPT PPN

Catatan:

1. Transaksi pada contoh ini bersifat dummy,2. Penulis memberikan contoh satu Faktur Pajak masing-masing sebelum April

2013 dan setelah April 2013, dan SPT PPN 1111DM dan SPT PPN 1111,3. Penggunaan kertas menggunakan ukuran A4, disesuaikan dengan ukuran yang

digunakan untuk pembuatan pelaporan ini, sehingga tidak sama dengan yang

seharusnya (menggunakan F4).

Page 42: Laporan Magang PPAk UGM 2013

51

Lampiran 4: Kartu Bimbingan Laporan Praktik Pemagangan Profesi Akuntansi UGM