LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN
Transcript of LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN
1
LAPORAN KEGIATAN
CV YASA INTI CONSULTAN
Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Jaringan Fiber
Optik
TAHUN ANGGARAN 2018
DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
KABUPATEN JAYAWIJAYA
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
a. Dasar Hukum
i. Inpres No.3 Tahun 2003 , Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Electronic Government.
ii. Perpres RI Nomor 96 Tahun 2014 Tentang Rencana Pitalebar Indonesia
2014 – 2019
b. Alasan Kegiatan Dilaksanakan
Dalam rangka menunjang implementasi e-government serta meningkatkan
pelayanan publik di kabupaten Kabupaten Jayawijaya harus di dukung
dengan infrastruktur TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang
memadai, salah satu infrastruktur yang sangat penting saat ini adalah
Infrastruktur untuk komunikasi data, voice dan video.
Tidak ada teknologi lagi yang bisa kita gunakan secara baik yaitu
dengan teknologi media kabel Fiber Optik (disingkat FO). Mengapa kita
harus menggunakan Media Fiber Optik ?, Karena Fiber Optic memiliki
lebar pita frekwensi (badwith) yang lebar, Frekwensi Fiber Optic seitar
1013 hingga 1016 Hz hal ini mendeteksi sinar infra merah, Bekerja pada
daerah frekuensi tinggi maka jumlah informasi yang dibawa akan lebih
banyak sehingga dapat menyalurkan informasi dengan kecepatan sangat
tinggi. Dengan kemampuan fiber OPTIK dalam menyalurkan sinyal
frekuensi tinggi sangat cocok dengan pengiriman sinyal digital pada
sistem multipleks digital dengan kecepatan dari beberapa Mb/s hingga
Gb/s, Diameter kabel fiber optik lebih kecil dibandingkan dengan kabel
tembaga dan juga lebih ringan, Redaman kecil sehingga ruas pengulang
menjadi lebih panjang. Perkembangan serat optik saat ini telah
menghasilkan produksi dengan redaman yang sangat rendah dibandingkan
dengan kabel yang terbuat dari tembaga, Aman dari bahaya listrik. Terbuat
dari kaca atau plastik sehingga tidak dapat dialiri arus listrik sehingga
terhindar terjadinya hubungan pendek, Tahan temperature tinggi. Bahan
silica mempunyai titik leleh kira-kira 1900° C dan ini sangat jauh diatas
3
titik leleh tembaga hingga cocok dipergunakan pada daerah yang rawan
terhadap temperature tinggi.
Secara empiris, apabila infrastruktur fiber optic ini sudah di gelar terutama
untuk koneksi government to government (G to G) dapat mendorong
aktivitas sosial dan ekonomi secara paralel di karenakan pelayanan publik
yang sudah optimal. Bahkan apabila infrastruktur fiber optic ini di
manfaatkan oleh pihak swasta atau kalangan dunia usaha dari aspek ekonomi,
yang diuntungkan tidak saja pemerintah, tetapi juga masyarakat dan dunia
usaha. Selain itu, beberapa aplikasi terkait e-government yang memiliki proses
yang kompleks membutuhkan jalur pengiriman data yang besar agar informasi
yang diperlukan itu harus dapat diperoleh dengan cepat dan akurat.
1.2 Maksud , Tujuan dan Sasaran
a. Maksud dan tujuan Kegiatan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan pekerjaan Perencanaan
Pembangunan Infrastruktur Jaringan Fiber Optik di Kabupaten Jayawijaya
adalah dalam rangka menyiapkan dokumen lelang berupa gambar rencana,
spesifikasi teknis, rencana anggaran biaya dan tahapan kerja pada lokasi
rencana pembangunan infrastruktur jaringan fiber optic serta pemasangan
dan instalasi perangkat aktif. Tujuan dari Perencanaan DED pembangunan
infrastruktur jaringan Fiber optic di Kabupaten Jayawijaya ini adalah agar
tersedianya dokumen Perencanaan sebelum pelaksanaan pembangunan
infrastruktur jaringan fiber optik .
b. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah :
i. Tersedianya bentuk dan konsep desain model Topology koneksi cable
fiber optic kondisi yang ada di area Kabupaten Jayawijaya;
ii. Membuat Metode pelaksanaan penarikan, penggalian, pemasangan dan
instalasi active device, dengan memperhatikan keberadaan sarana dan
prasarana yang telah ada;
iii. Tersedianya gambar pra-rencana (Basic disain), Perkiraan anggaran
biaya dan spesifikasi teknis terhadap usulan rencana disain;
iv. Tersusunnya kesimpulan dan rekomendasi.
4
1.3 Lokasi Kegiatan yang Dilaksanakan
Lokasi kegiatan pada OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya.
1.4 Sumber Pendanaan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan: Dana Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Jayawijaya
1.5 Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Nama Pejabat Pembuat Komitmen: Nurazizah Ramlan, ST. Satuan Kerja:
Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Jayawijaya
1.6 Lingkup Pekerjaan dan Indikator Pekerjaan
Ruang Lingkup kegiatan/pekerjaan dan indikator pekerjaan pembangunan
Infrastruktur Jaringan Fiber Optik pada 24 OPD di Kabupaten Jayawijaya. Ada
pun tahapan pekerjaannya antara lain: a. Melakukan survey data-data
sekunder untuk kebutuhan pekerjaan, b. Melakukan survey untuk perencanaan
terdiri dari: Survey rencana penarikan kabel fiber optic berdasarkan panjang
kabel yang di butuhkan, seperti Pengukuran lahan yang dibutuhkan alat Total
Station, GPS Handled, Role Meter dan Kamera Digital, Penyusunan gambar
alat yang dibutuhkan laptop dilengkapi dengan aplikasi Autocad/ Aplikasi GIS
, Printer A3 dan A4; Survey kebutuhan perangkat aktif device yang bisa
memenuhi kebutuhan di sesuaikan dengan spesifikasi yang akan disiapkan ,
dan Survey bentuk/model topologi network fiber optik di 24 OPD.
Menyusun dokumen-dokumen seperti yang dimaksud pada Bab Hasil/Keluaran
Kegiatan yaitu :
i. Dokumen Laporan Pendahuluan yang berisi tentang Metodologi Kegiatan,
Jadwal Pelaksanaan, Struktur Organisasi Pelaksanaan, Hasil survey awal
pendahuluan metode pemasangan FO dan Penentuan jalur FO, penentuan aktiv
device jaringan yang akan di detail desain-kan
ii. Dokumen Laporan Akhir yang berisi tentang: Konsep dan metodologi
Detail Desain dan menentukan Topology Network Fiber Optic dan
Perangkat aktif yang akan digunakan, Laporan Hasil Survey berupa peta
topology jaringan dan Penjelasan pelaksanaan kegiatan
iii. Dokumen Detail Engineering Design yang terdiri dari: Proyeksi Panjang
kabel yang harus kita gunakan, Spesifikasi kabel yang akan kita gunakan
yang di sesuaikan dengan kebutuhan, Spesifikasi perangkat aktif yang akan
5
digunakan, Metode pelaksanaan penarikan kabel FO, Metode Pelaksanaan
Instalasi dan configurasi perangkat aktif , Tipikal mock up Topology Network,
Posisi Perangkat aktif, Detail rencana jalur Fiber Optic dan menentukan
feeder pada setiap segmentnya dan Bill Of Quantity dan RAB
1.7 Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa
Konsultan penyedia jasa diberikan kewenangan untuk melakukan Survey dan
Pemetaan Topology Network, dan membuat Laporan Hasil Pekerjaan.
1.8 Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan
60 (enam puluh) hari kalender
1.9 Personil
a. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli/Professional
Staff
Jumlah Kualifikasi
Team Leader 1 Pendidikan S2 TI, memiliki
pengalaman menjadi Project
Manajer, pengalaman minimal 7
tahun
Ahli Jaringan Komputer 1 Pendidikan Minimal S1 Bidang
TI/TK/SI/Telekomunikasi,
memiliki sertifikat teknisi jaringan
komputer, pengalaman minimal 2
tahun
Ahli Network Device 1 Pendidikan Minimal S1 Bidang
TI/TK/TE/SI/Telekomunikasi ,
memiliki sertifikat junior network
administrator , Pengalaman
minimal 2 tahun.
b. Staf Pendukung
Staf Pendukung Jumlah Kualifikasi
Surveyor 1 Pendidikan Minimal SMA/SMK
Tenaga Administrasi 1 Pendidikan Minimal D3 Bidang
Adminsitrasi
1.10 Jadwal Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
6
BAB II
METODOLOGI KEGIATAN
2.1 Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau eGovernment
Instruksi Presiden (Inpres) No 3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-Government, telah mengamanatkan, diantaranya kepada setiap
Gubernur dan Bupati/Walikota untuk mengambil langkah-langkah nyata yang
diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangannya masing-masing guna
terlaksananya pengembangan e-Government secara nasional. Menurut Inpres tersebut,
pengembangan e-Government merupakan upaya untuk mengembangkan
penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam
rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui
pengembangan e-Government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja
di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan TIK. Dokumen
Cetak biru (blue-print) Sistem Aplikasi E-Government bagi Lembaga Pemerintah
Daerah [Kemkominfo, 2003] menyatakan bahwa melaksanakan e-Government berarti
menyelenggarakan roda pemerintahan dengan bantuan (memanfaatkan) teknologi
TIK. Dalam arti kata lain, adalah melakukan transformasi dengan proses kerja ke
sistem berbasis elektronik. (Lihat Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Transformasi Menuju e-Government
7
Beberapa contoh fungsi kepemerintahan yang penyelenggaraannya dapat
dibantu melalui sistem elektronik adalah pelayanan masyarakat, kepegawaian,
keuangan daerah, pengelolaan aset dan sebagainya. Pemanfaatan TIK adalah kunci
dalam konsep dan implementasi e-Government. Ini artinya bahwa akan ada unsur-
unsur TIK seperti sistem aplikasi, sistem infrastruktur, jaringan telematika dan lain-
lain yang dipakai dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Beberapa hal
mendasar tentang pemanfaatan TIK ini berkaitan dengan: penggunaan internet,
penggunaan infrastruktur telematika, penggunaan sistem aplikasi, standarisasi
metadata, transaksi dan pertukaran data elektronik dan sistem dokumentasi elektronik.
Selanjutnya untuk menjamin keterpaduan serta interoperabilitas inter komponen
dalam sistem e-Government dan juga antar sistem e-government itu sendiri, maka
perencanaan dan pengembangan e-Government perlu dirumuskan dalam kerangka
arsitektur e-Government, seperti diilustrasikan dalam Gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2 2. Kerangka Arsitektur e-Government
8
Cetak biru sistem aplikasi e-Government disusun berdasarkan pendekatan
fungsional layanan dari sistem kepemerintahan yang harus diberikan oleh suatu
Pemda kepada masyarakatnya, dan urusan administrasi serta fungsi lain yang
berhubungan dengan kelembagaan Pemda, yang diperlukan guna terselenggaranya
sistem kepemerintahan daerah. Dengan menggunakan pendekatan fungsi pelayanan,
maka fungsi kepemerintahan yang ada dikelompokkan menjadi blok-blok fungsi dasar
umum (seperti pelayanan, administrasi, manajemen, pembangunan, keuangan dan
kepegawaian) dan fungsi lainnya, khususnya yang berkaitan dengan fungsi kedinasan
dan kelembagaan. Cetak biru sistem aplikasi e-Government juga disusun berdasarkan
pendekatan terhadap orientasi layanan yang disediakan sistem, apakah untuk internal
pemerintahan atau masyarakat. Juga apakah fungsi utama sistem tersebut terutama
disajikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik instansi pemerintah tertentu atau untuk
kebutuhan yang sifatnya umum dan/atau mendasar.
Untuk menampung semua kepentingan dan fungsi kepemerintahan dan
keperluan pelayanan kepada masyarakat, maka diusulkan suatu peta solusi aplikasi e-
government. (Lihat Gambar 2.3)
Gambar 2.3 Peta Solusi Aplikasi e-Government
Pada peta solusi aplikasi e-government, sistem aplikasi dikelompokkan melalui
pendekatan matrik antara orientasi fungsi layanan dan sifat fungsi sistem aplikasi
tersebut. Melalui pendekatan ini, sistem aplikasi dikelompokkan dalam 3 (tiga)
kelompok sebagai berikut:
9
a. Kelompok sistem aplikasi yang orientasi fungsinya langsung memberikan
pelayanan kepada penggunanya (aplikasi front office)
b. Kelompok sistem aplikasi yang orientasi fungsinya lebih banyak ditujukan untuk
memberikan bantuan pekerjaan yang bersifat administrasi kepemerintahan, serta
fungsi-fungsi kedinasan dan kelembagaan (aplikasi back-office).
c. Kelompok sistem aplikasi yang fungsi layanannya bersifat mendasar dan umum,
diperlukan oleh setiap pengguna, atau setiap sistem aplikasi lain yang lebih
spesifik. Sifat layanan aplikasi dasar biasanya back-office.
Gambar 2.4 Layanan e-Government berdasarkan orientasi pengguna
Untuk setiap kelompok sistem tersebut diatas, masing-masing dibagi lagi ke dalam
empat sub-grup berdasarkan orientasi pengguna yang dilayaninya sebagai berikut:
a. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani
kebutuhan dan kepentingan masyarakat (G2C atau Government to Citizen). Tipe
G2C ini merupakan aplikasi e-Government yang paling umum, yaitu dimana
pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi
dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat
(rakyat). Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi e-Government
bertipe G2C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui
kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah
menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan
sehari-hari. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut: Kepolisian membangun
dan menawarkan jasa pelayanan perpanjangan Surat Ijin Mengemudi (SIM) atau
10
Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) melalui internet dengan maksud untuk
mendekatkan aparat administrasi kepolisian dengan komunitas para pemilik
kendaraan bermotor dan para pengemudi, sehingga yang bersangkutan tidak
harus bersusah payah datang ke kantor polisi dan antre untuk memperoleh
pelayanan;
b. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani
kebutuhan dan kepentingan kalangan bisnis (G2B atau Government to Business).
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah
lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian sebuah negara dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, entiti
bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan banyak sekali data dan
informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu, yang bersangkutan juga
harus berinteraksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan
hak dan kewajiban organisasinya sebagai sebuah entiti berorientasi profit.
Diperlukannya relasi yang baik antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak
saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda
perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan
pemerintah jika terjadi relasi interaksi yang baik dan efektif dengan industri
swasta. Contoh dari aplikasi e-Government berjenis G2B ini adalah sebagai
berikut: Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah menjalankan aplikasi
berbasi web untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan ke
pemerintah dan melakukan pembayaran melalui internet; Proses tender proyek-
proyek pemerintahan yang melibatkan sejumlah pihak swasta dapat dilakukan
melalui website (sehingga menghemat biaya transportasi dan komunikasi), mulai
dari proses pengambilan dan pembelian formulir tender, pengambilan formulir
informasi TOR (Term of Reference), sampai dengan mekanisme pelaksanaan
tender itu sendiri yang berakhir dengan pengumuman pemenang tender; Proses
pengadaan dan pembelian barang kebutuhan sehari-hari lembaga pemerintahan
(misalnya untuk back-office dan administrasi) dapat dilakukan secara efisien jika
konsep semacam e-procurement diterapkan (menghubungkan antara kantor-kantor
pemerintah dengan para supplier-nya);
c. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani
kebutuhan internal lembaga pemerintahan atau kebuthan dari pemerintah daerah
lainnya (G2G atau Government to Government). Di era globalisasi ini terlihat
11
jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk saling berkomunikasi secara
lebih intens dari hari ke hari. Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah
dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau
diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar
negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara (masyarakat, industri, perusahaan,
dan lain-lain) dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi
perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan
lain sebagainya. Berbagai penerapan e-Government bertipe G-to-G ini yang telah
dikenal luas antara lain: Hubungan administrasi antara kantor-kantor pemerintah
setempat dengan sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jenderal untuk
membantu penyediaan data dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh para warga
negara asing yang sedang berada di tanah air; Aplikasi yang menghubungkan
kantor-kantor pemerintah setempat dengan bank-bank asing milik pemerintah di
negara lain dimana pemerintah setempat menabung dan menanamkan uangnya;
Pengembangan suatu sistem basis data intelijen yang berfungsi untuk mendeteksi
mereka yang tidak boleh masuk atau keluar dari wilayah negara (cegah dan
tangkal);
d. Kelompok system aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani
kebutuhan internal antar-pegawai dalam lingkup pemerintahan (G2E atau
Government to Employee). Pada akhirnya, aplikasi e-Government juga
diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri
atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan
masyarakat. Berbagai jenis aplikasi yang dapat dibangun dengan menggunakan
format G2E ini antara lain: Sistem pengembangan karir pegawai pemerintah yang
selain bertujuan untuk meyakinkan adanya perbaikan kualitas sumber daya
manusia, diperlukan juga sebagai penunjang proses mutasi, rotasi, demosi, dan
promosi seluruh karyawan pemerintahan; Aplikasi terpadu untuk mengelola
berbagai tunjangan kesejahteraan yang merupakan hak dari pegawai pemerintahan
sehingga yang bersangkutan dapat terlindungi hak-hak individualnya; Sistem
asuransi kesehatan dan pendidikan bagi para pegawai pemerintahan yang telah
terintegrasi dengan lembaga-lembaga kesehatan (rumah sakit, poliklinik, apotik,
dan lain sebagainya) dan institusi-institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi,
kejuruan, dan lain-lain) untuk menjamin tingkat kesejahteraan karyawan beserta
keluarganya; Aplikasi yang dapat membantu karyawan pemerintah dalam
12
membantu untuk melakukan perencanaan terhadap aspek finansial keluarganya
termasuk di dalamnya masalah tabungan dan dana pensiun; dan lain sebagainya.
Gambar 2.5 Layanan e-Government berdasarkan Kompleksitas dan Manfaat
Dalam implementasinya, dapat dilihat sedemikan beragam tipe pelayanan yang
ditawarkan oleh pemerintah kepada masyarakatnya melalui e-Government. Salah satu
cara mengkategorikan jenis-jenis pelayanan tersebut adalah dengan melihatnya dari
dua aspek utama: Aspek Kompleksitas, yaitu yang menyangkut seberapa rumit
anatomi sebuah aplikasi e-Government yang ingin dibangun dan diterapkan; dan
Aspek Manfaat, yaitu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan besarnya
manfaat yang dirasakan oleh para penggunanya. Berdasarkan dua aspek di atas, maka
jenis-jenis layanan e-Government dapat dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu:
Publish, Interact, dan Transact.
a. Publish. Jenis ini merupakan implementasi e-Government yang termudah karena
selain layanannya yang berskala kecil, kebanyakan aplikasinya tidak perlu melibatkan
sejumlah sumber daya yang besar dan beragam. Di dalam kelas Publish ini yang
terjadi adalah sebuah komunikasi satu arah, dimana pemerintah mempublikasikan
berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas
diakses oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet.
Biasanya kanal akses yang dipergunakan adalah komputer atau handphone melalui
medium internet, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan untuk mengakses situs
(website) departemen atau divisi terkait dimana kemudian user dapat melakukan
browsing (melalui link yang ada) terhadap data atau informasi yang dibutuhkan.
Contoh aplikasi e-Government di dalam kelas ini adalah sebagai berikut: Masyarakat
13
dapat melihat dan mendownload berbagai produk undang-undang maupun peraturan
pemerintah yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga legislatif (DPR), eksekutif
(Presiden dan Kabinet), maupun yudikatif (Mahkamah Agung); Para pengusaha dapat
mengetahui syarat-syarat mendirikan sebuah perusahaan terbatas seperti yang diatur
dalam undang-undang dan bagaimana prosedur pendirian harus dilaksanakan; Rakyat
secara online dan real-time dapat mengetahui hasil sementara pemilihan umum
melalui situs yang dimiliki KPU (Komisi Pemilihan Umum);
b. Interact. Berbeda dengan kelas Publish yang sifatnya pasif, pada kelas Interact
telah terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan mereka yang
berkepentingan. Ada dua jenis aplikasi yang biasa dipergunakan. Yang pertama
adalah bentuk portal dimana situs terkait memberikan fasilitas searching bagi mereka
yang ingin mencari data atau informasi secara spesifik (pada kelas Publish, user hanya
dapat mengikuti link saja). Yang kedua adalah pemerintah menyediakan kanal dimana
masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang berkepentingan,
baik secara langsung (seperti chatting, tele-conference, web-TV, dan lain sebagainya)
maupun tidak langsung (melalui email, frequent ask questions, newsletter, mailing
list, dan lain sebagainya). Contoh implementasinya adalah sebagai berikut: Pasien
dapat berkomunikasi gratis dengan dokter melalui keluhan penyakit yang dideritanya
melalui web-TV (konsep tele-medicine); Departemen-departemen di pemerintahan
dapat melakukan wawancara melalui chatting atau email dalam proses perekrutan
calon-calon pegawai negeri baru; Rakyat dapat berdiskusi secara langsung dengan
wakil-wakilnya di DPR atau MPR melalui email atau mailing list tertentu; Dosen
perguruan tinggi dapat menanyakan dan mencari informasi spesifik mengenai
beasiswa melanjutkan studi di luar negeri yang dikoordinir oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
c. Transact. Yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada kelas
Interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan
uang dari satu pihak ke pihak lainnya (tidak gratis, masyarakat harus membayar jasa
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau mitra kerjanya). Aplikasi ini jauh
lebih rumit dibandingkan dengan dua kelas lainnya karena harus adanya sistem
keamanan yang baik agar perpindahan uang dapat dilakukan secara aman dan hak-hak
privacy berbagai pihak yang bertransaksi terlindungi dengan baik. Contoh aplikasinya
adalah sebagai berikut: Masyarakat dapat mengurus permohonan memperoleh KTP
baru atau memperpanjangnya melalui internet; Para wajib pajak dapat melakukan
14
pembayaran pajak individu atau perusahaan secara online melalui internet; Melalui
aplikasi e-Procurement, rangkaian proses tender proyek-proyek pemerintah dapat
dilakukan secara online melalui internet; Para praktisi bisnis dapat membeli sejumlah
hasil riset yang relevan dengan kebutuhannya yang ditawarkan dan dijual oleh Badan
Pusat Statistik melalui internet (download); Petani yang baru saja melakukan panen
dapat langsung menjual padinya ke Badan Urusan Logistik melalui internet; Para
pengusaha perkebunan, pertanian, maupun kehutanan dapat secara aktif melakukan
jual beli produknya melalui bursa berjangka dari komputernya masing-masing.
2.2 Tahapan Metodologi Kegiatan
Metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur Jaringan FO Kabupaten Jayawijaya ini mengacu pada Buku Panduan
Penyusunan Rencana Induk Teknologi Informasi yang dikeluarkan Direktorat
eGovernment, Direktur Jendral Aplikasi Informatika, Kementrian Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia. Gambar tahapan metodologi yang akan dilakukan,
dengan pendekatan masukan, proses dan keluaran dapat dilihat pada Gbr 2.6
Gbr 2.6 Tahapan Metodologi yang akan dilakukan
15
Berikut adalah penjelasan secara terperinci dari tahap-tahap metodologi yang akan
digunakan:
Fase 1 – Fase Masukan: Menelaah Lingkungan Organisasi. Masukan yang diperlukan
dalam fase ini adalah rencana organisasi dan rencana TI. Rencana organisasi dan TI
akan diperoleh dari dokumen Inpres No.3 Tahun 2003 , Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Electronic Government dan Perpres RI Nomor 96 Tahun
2014 Tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014 – 2019. Hasil akhir dari fase 1 ini
adalah sebuah dokumen mengenai informasi yang menggambarkan keadaan
organisasi dan TI terkini termasuk kebutuhan organisasi di masa depan dan peluang
pemanfaatan TI dalam organisasi. Untuk memperoleh keluaran tersebut, diperlukan
beberapa proses sebagai berikut: a. Identifikasi info organisasi; b. Analisis lingkungan
internal bisnis organisasi, c. Analisis lingkungan internal TI organisasi, d. Analisis
lingkungan eksternal bisnis organisasi Kegiatan ini dilakukan untuk mengenali
kondisi eksternal organisasi dan e. Analisis lingkungan eksternal TI organisasi.
Fase 2 – Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Infrastruktur Jaringan FO. Fase
2 akan menghasilkan dokumen akhir berupa berupa gambaran dalam bentuk teks dan
grafis arsitektur infrastruktur jaringan FO, beserta rincian detail kebutuhan yang harus
dipersiapkan. Detil kebutuhan diantaranya berupa gambar topologi jaringan dan
rincian anggaran biaya yang dibutuhkan. Untuk memperoleh keluaran tersebut,
diperlukan beberapa proses sebagai berikut: a. Identifikasi masalah dan solusi
internal, b. Identifikasi Pemanfaatan TI dari Lingkungan Eksternal Organisasi, c.
Analisis Gap Kebutuhan Informasi, d. Membuat Strategi TI.
Fase 3 – Menentukan Strategi bagi TI. Fase ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran detailed engineering terkait infrastruktur jaringan FO. Luaran akhir fase ini
berupa dokumen detailed engineering jaringan infrastruktur FO untuk 24 OPD di
kabupaten Jayawijaya.
2.3 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Instrumen pengumpulan data adalah dengan menggunakan survei lapangan, observasi
dan wawancara. Teknik survei yang digunakan adalah surveyor mendatangi langsung
lokasi tempat informan, yang dianggap mengetahui kondisi infrastruktur TIK
sekabupaten Jayawijaya secara aksidental kemudian dilanjutkan dengan observasi
lapangan dan wawancara. Data primer berupa hasil olah data survey dan wawancara
dari informan dilakukan dengan teknik aksidental berupa kunjungan langsung.
16
Informan diidentifikasi sebagai pihak yang mengetahui persis kondisi infrastruktur
TIK yang ada. Selain itu, data primer dikumpulkan dari teks literature terkait
infrastruktur TIK seperti: peraturan-peraturan, monografi, kepustakaan, potensi dan
renstra kabupaten Jayawijaya maupun dokumen dan data-data lainnya yang terkait
dengan penelitian ini yang didapatkan dilokasi penelitian maupun secara online.
Teknis analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa metode. Metode
Context Analysis digunakan untuk mengolah data yang ada pada dokumen-dokumen
terkait. Dokumen-dokumen terkait dikumpulkan, dan diperiksa dengan teliti
keterkaitannya dengan materi infrastruktur TIK. Hasil data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen acuan tersebut kemudian didiskusikan bersama dengan tenaga
ahli. Sedangkan untuk pengolahan data dari survei lapangan, observasi lapangan dan
wawancara dilakukan dengan melakukan Quality Control (QC) data dimaksudkan
untuk memastikan bahwa informan benar-benar ada (bukan informan fiktif) dan
proses survei lapangan (dan/atau wawancara) benar-benar telah dilakukan (bukan
rekayasa interviewer). QC data ini merupakan filter kedua terhadap hasil survei
lapangan yang telah diisi oleh responden. Proses QC data diperlukan setelah
pengumpulan data dan tahap pemasukan (entry) data dan analisis data. QC data
meliputi kegiatan, pemeriksaan terhadap kesalahan dalam survei lapangan,
kelengkapan hasil wawancara dan observasi lapangan (completeness) dan
kekonsistenan jawaban (consistency). Pemeriksaan ini dilakukan pada semua hasil
survei lapangan, hasil observasi lapangan dan wawncara yang diterima.
17
BAB III
HASIL SURVEI PENDAHULUAN
3.1 Teknologi FO
Fiber optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau
plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan
untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber
cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini berdiameter lebih
kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak keluar karena
indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena laser
mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik sangat
tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.
Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan pelemahan
(attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur (bandwidth) yang
besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi lebih banyak dan
cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional. Dengan demikian serat
optik sangat cocok digunakan terutama dalam aplikasi sistem telekomunikasi. Pada
prinsipnya serat optik memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang
merambat didalamnya.
Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun gelas/kaca.
Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh serat optik.
Kelebihan Fiber Optik
a. Bandwidth sangat besar dengan kecepatan transmisi mencapai gigabit-per
detik dan menghantarkan informasi jarak jauh tanpa pengulangan
b. Biaya pemasangan dan pengoperasian yang rendah serta tingkat keamanan
yang lebih tinggi
c. Ukuran kecil dan ringan, sehingga hemat pemakaian ruang Kebal terhadap
gangguan elektromagnetik dan gangguan gelombang radio
d. Tidak ada tenaga listrik dan percikan api
e. Tidak berkarat
18
Kekurangan Fiber Optik
a. Beberapa faktor membatasi efektivitas kabel FO. Selain instalasinya yang
mahal, sistem ini mungkin sinyalnya kurang kuat, hal ini disebabkan karena
faktor fisik ataupun material.
b. Dispersi dapat mempengaruhi volume informasi yang dapat diakomodasi.
c. Tidak seperti halnya dengan kawat atau plastik, fiber juga lebih sulit untuk
disambung.
d. Sambungan akhir dari kabel fiber harus benar-benar akurat untuk menghindari
transmisi yang tidak jelas.
e. Komponen FO mahal dan membutuhkan biaya ekstra dalam pengaplikasian
yang lebih spesifik.
Cara Kerja FO. FO mengirimkan sinyal dengan cara merambat di dalamnya. Efisiensi
dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun gelas/kaca. Semakin
murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh fiber optik. Untuk
mengirimkan percakapan-percakapan telepon atau internet melalui fiber optik, sinyal
analog di rubah menjadi sinyal digital. Sebuah laser transmitter pada salah satu ujung
kabel melakukan on/off untuk mengirimkan setiap bit sinyal. System fiber optik
modern dengan single laser bisa mentransmitkan jutaan bit/second. Atau bisa
dikatakan laser transmitter on dan off jutaan kali /second. Sebuah kabel FOs terbuat
dari serat kaca murni, sehingga meski panjangnya berkilo-kilo meter, cahaya masih
dapat dipancarkan dari ujung ke ujung lainnya.
Gambar 3.1 Struktur FO
19
Struktur FO: Kabel baja. Kabel baja berfungsi untuk keperluan penarikan
kabel pada tiang, karena KU ditransmisikan melewati tiang-tiang di udara, Coating.
Coating berfungsi sebagai pelindung luar (jaket) bagi kabel FO, dimana coating ini
berwarna hitam, Nylon. Nylon berfungsi untuk membantu membuka kabel FO,
Bantalan tube. Bantalan tube berfungsi untuk mengisi ruang kosong dalam kabel
sehingga tube-tube FO dapat menyesuaikan bentuknya dengan kabel yang digunakan,
Gel. Gel berfungsi untuk mengisi ruang kosong dalam kabel dan juga agar kabel
terlindungi dari gangguan hewan-hewan pemakan kabel (contoh: tikus, semut, dll),
Amoring. Amoring merupakan pelapis aluminium di dalam coating, berfungsi untuk
menguatkan kabel, Strength member. Strength member merupakan bagian penguat
yang terletak di tengah, dililiti oleh 2 tube FO. Strength member terbuat dari pilinan
kawat baja yang mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan pada saat
instalasi, Tube FO. Tube FO merupakan bagian utama dari kabel FO yang terdiri atas
berbagai warna seperti gambar 3, pada kabel ini terdiri atas 2 tube, yaitu tube warna
biru dan tube warna coklat. Dimana dalam setiap tube tersebut terdapat cladding/core,
dalam kabel ini setiap tube terdiri atas 6 cladding/core, dimana urutannya juga
menggunakan urutan seperti gambar
Gambar 3.2 Jenis FO
Fiber optik memiliki dua jenis,yaitu: Single-mode fibers Mempunyai inti yang
kecil (berdiameter 0.00035 inch atau 9 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser
inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nanometer) dan Multi-mode fibers yang
Mempunyai inti yang lebih besar(berdiameter 0.0025 inch atau 62.5 micron) dan
berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 850-1300
nanometer)
20
Menghitung Rugi-rugi Fiber dan Perkiraan Jarak. Ada beberapa cara untuk
menyelesaikan masalah dalam menentukan kebutuhan energi suatu link fiber optik.
Cara yang paling gampang dan akurat adalah dengan menelusuri jejak OTDR (
Optical Time Domain Reflectometer). Metoda ini akan memberitahukan nilai rugi-
rugi sebenarnya dari semua bagian ( connector, sambungan dan rugi-rugi fiber) dari
link. Selain dengan OTDR, ada dua alternatif yang bisa digunakan untuk
memperkirakan kebutuhan energi suatu link: a) Kalkulasikan total rugi-rugi link dari
fiber jika panjang dan variabel rugi-rugi fiber diketahui, dan b) Kalkulasi jarak
maksimum fiber jika optical budget dan variabel rugi-rugi diketahui.
Variabel rugi-rugi : connector, splice (sambungan) dan attenuasi per kilometer dari
fiber. Gambar 3.3 berikut ini menunjukkan nilai rugi-rugi yang umumnya digunakan
dalam perhitungan.
Gambar 3.3 Nilai Rugi-rugi FO
21
IEEE juga merekomendasikan jarak maksimum kabel seperti yang tampak pada
Gambar 3.4 di bawah ini.
Gambar 3.4 Jarak Maksimum Kabel FO
Perkiraan Rugi-rugi Total Link.:
Rugi-rugi = [panjang fiber (km) x attenuasi fiber per km] + [rugi-rugi sambungan x
banyaknya sambungan] + [rugi-rugi konektor x banyaknya konektor] + [safety
margin]
Perkiraan Jarak Fiber:
Panjang fiber
= ([optical budget]- [rugi-rugi link])/[rugi-rugi fiber per km]
={([(min.TX power)-(sensitivitasRX)] - (rugi-rugisambungan×banyaknyasambungan)
–
@(rugi-rugikonektor ×banyaknya konektor) - (safety margin))} / (rugi-rugi fiber per
km)
Jarak maksimum ini akan sangat bergantung pada hal-hal berikut: Attenuasi fiber
optik per km, Desain dan usia dari FO, Kualitas konektor dan rugi-rugi per pasang,
Kualitas sambungan (splice) dan rugi-rugi per sambungan dan Kuantitas dari
sambungan dan konektor
22
3.2 Implementasi Pembangunan Infrastruktur Jaringan FO
Pada jaringan fiber optik di daerah, kendala yang banyak dihadapi adalah pada saat
implementasi proyek maupun pada saat operasional. Contoh beberapa kasus
pembangunan jaringan fiber optik di daerah yang sering terjadi:
a. Protes warga mengenai proyek galian yang seakan tidak pernah berhenti. Ketika
baru saja jalan dirapihkan setelah proyek galian, ada proyek galian lain yang
dimulai. Ini tidak hanya terjadi pada pembangunan jaringan fiber optik tapi juga
pada proyek pembangunan lain seperti saluran air, listrik, dll.
b. Proyek galian dihentikan karena tidak memiliki izin atau pengerjaannya tidak
sesuai dengan izin yang diberikan.
c. Proyek galian lain yang dilakukan diatas jaringan fiber optik menyebabkan kabel
fiber optik terputus.
d. Proyek galian diprotes warga karena proses penutupannya yang membahayakan
pengguna jalan atau merusak estetika kota.
Dari kasus-kasus di atas bisa disimpulkan kendala-kendala yang timbul dalam
pembangunan & pemeliharaan jaringan fiber optik diantaranya: Proyek galian yang
tidak terencana, dari sisi operator, kendala izin dari pihak Pemerintah daerah
menyebabkan proyek terhambat sedangkan mereka dituntut agar proyek jaringan
segera tergelar, Ketika jaringan sudah dibangun, terjadi putus yang tidak disengaja
diakibatkan proyek pembangunan lain, Standar kualitas pengerjaan galian maupun
penutupan rendah. Berikut adalah strategi yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah
untuk mengatur pembangunan jaringan fiber optik agar dapat mencapai tujuan-tujuan
diatas:
a. Membangun jaringan sub-duct semi permanen yang bisa dibuka-tutup di titik-
titik tertentu (manhole & handhole) untuk keperluan perawatan dan
pengembangan. Tujuan: Hasil pembangunan yang lebih rapi sehingga estetika
kota terjaga. Dengan strategi ini juga bisa didapat model bisnis yaitu dengan
menyewakan sub-duct ini kepada pihak-pihak yang akan membangun fiber optik.
Keuntungan bagi pihak pelaksana adalah waktu pengerjaan akan lebih singkat
karena tinggal menarik kabel di ujung-ujung titik, tidak perlu menggali dan
menutup lubang. Aplikasi strategi ini bisa diterapkan di daerah perkotaan dimana
ada potensi penambahan/perubahan jaringan yang menyebabkan sering buka
tutup galian.
23
b. Mengeluarkan peraturan mengenai pemakaian jaringan bersama. Tujuan:
Menghindari tumpang tindih kabel di suatu lokasi yang utilisasi-nya tidak begitu
tinggi. Perlu dibuat model bisnis yang sama-sama menguntungkan bagi operator
pemilik jaringan maupun operator yang menumpang. Bisa dipertimbangkan
strategi sbb: Jika ada operator yang mengajukan izin untuk melakukan
pembangunan jaringan baru maka Pemda akan mengumumkan ke publik
mengenai rencana tersebut dan tawaran untuk bekerjasama. Setelah itu masuk
periode masa tunggu 2 minggu. Apabila ada operator/pihak lain yang tertarik
juga untuk membangun di lokasi tersebut maka mereka akan bekerjasama untuk
membangun jaringan. Hak pembangunan dan maintenance setelah pembangunan
pada operator yang mengajukan izin pertama. Apabila dalam 2 minggu tidak ada
respon dari pihak lain, maka operator yang mengajukan izin pertama dipersilakan
untuk memulai pembangunan dengan menandatangani kesepakatan untuk
menyediakan beberapa core spare untuk alokasi operator yang kemungkinan akan
menumpang di kemudian hari.
c. Pembuatan database yang akurat dan jelas mengenai jaringan fiber yang sudah
ada (existing) baik bawah tanah maupun kabel udara/aerial juga database
jaringan bawah tanah lainnya seperti: PDAM, saluran air kotor, PLN. Tujuan:
Menghindari kerusakan jaringan fiber optik apabila akan dilaksanakan
pembangunan jaringan lain di lokasi yang sama. Yang tak kalah penting adalah
melakukan koordinasi secara rutin misalnya dengan pertemuan bulanan dengan
pihak-pihak terkait seperti Dept PU, PDAM, PLN untuk membahas rencana
pembangunan. Tujuan lainnya masih berkaitan dengan point (2) yaitu untuk
menghindari tumpang tindih jaringan dan kemungkinan melakukan kerjasama
pembangunan.
d. Penyusunan peraturan teknis pelaksanaan pembangunan jaringan fiber optik yang
mencakup pelaksanaan galian, kedalaman, material penutup, teknik penutupan.
Tujuan: Menentukan standar kualitas pembangunan jaringan sehingga jaringan
tidak mudah terganggu dan estetika kota terjaga. Tujuan akhirnya tentu saja
masyarakat sebagai end user dapat menikmati hasilnya berupa layanan
telekomunikasi yang baik. Peraturan dilengkapi dengan sanksi dimana kontraktor
yang melanggar tidak akan diberi izin membangun di daerah tersebut dan masuk
daftar hitam yang akan menjadi referensi di daerah-daerah lain.
24
3.3 Konsep Topologi dan Implementasi Jaringan Fiber Optik di Kabupaten
Jayawijaya
Topologi infrastruktur jaringan computer menyatakan susunan secara fisik
dalam suatu jaringan. Secara garis besar dapat menjadi tiga tipe: akni tipe bus, tipe
cincin dan tipe bintang. Topologi bus menggunakan satu segmen (panjang kabel)
yang menyambungkan semua host (pemakai jaringan computer) secara langsung.
Pada topologi ini semua simpul dihubungkan melalui kabel koaksial. Jika seseorang
pemakai mengirimkan pesan ke pemakai lain, maka pesan tersebut akan melali bus.
Tipe bus ini mempunyai kelemahan antara lain: jika kabel utama (bus) putus, maka
semua computer yang tersambung jaringan tidak bisa saling berhubungan; jika kabel
utama sangat panjang dan terdapat gangguan, maka pencarian penyebab masalah
menjadi sangat sulit; jika banyak computer yang aktif (mengirimkan pesan) maka
akan sering terjadi bentrok (atau disebut coalition) sehingga mengakibatkan kecepatan
pengiriman data menjadi lambat. Kelebihan topologi busa antar lain: instalasinya
mudah dan biaya murah. Topologi cincin (atau token ring) menghubungkan satu host
ke host setelah dan sebelumnya, secara fisik jaringan ini berbentuk cincin. Topologi
cincin mirip dengan topologi bus. Informasi dikirm oleh sebuah computer akan
dilewatkan ke media transmisi melewati satu computer ke computer berikutnya.
Kelemahan topologi cincin terletak pada kegagalan salah satu simpul. Jika ada satu
simpul yang mengalami kegagalan, maka semua hubungan akan terputus. Topologi
bintang menghubungkan semua kabel pada host ke satu titik utama. TItik ini biasanya
menggunakan hub atau switch. Pada topologi ini terdapat komponen yang bertindak
sebagai pusat pengontrol/ semua simpul yang hendak berkomunikasi selalui melali
pusat pengontrol yang berupa hub. Adapun kelebihan topologi bintang antara lain:
mudah dikelola dan dihubungkan (penyebab kegagalan mudah untuk diketahui);
kegagalan pada sebuah computer tidak berpengaruh pada kegagalan seluruh jaringan.
Kelemahan topologi bintang antara lain: kegagalan pada pusat pengontrol akan
menyebabkan kegagalan jaringan secara keseluruhan; jika pusat pengontrol berupa
hub (bukan berupa switch) maka kecepatan transmisi menjadi lambat.
Interkoneksi antar jaringan adalah hubungan antara dua buah jaringan atau
lebih. Untuk melakukan interkoneksi antar jaringan diperlukan piranti-piranti khusus.
Repeater: Piranti ini berfungsi untuk memulihkan isyarat yang agak cacat, yang biasa
digunakan pada jaringan bertopologi bus untuk memperpanjang jangkauan jaringan.
Bridge: Piranti ini diperlukan jika da buah jaringan bertipe sama ataupun berbeda,
25
tetapi dikejendaki agar lalu lintas local masing-masing jaringan tidak saling
mempengaruhi jaringan lainnya. Router: Piranti ini berfungsi untuk menghubungkan
dua buah jaringan yang berbeda tipe maupun protocol. Router dapat digunakan pula
sebagai pelindung jaringan dari pihak luar yang ingin mengajses jaringan. Gateway:
Piranti ini berfungsi untuk menghubungkan da buah jaringan yang memiliki protocol
yang sama sekali berbeda.
3.3.1 Rencana Jalur Jaringan FO
Rencana Jalur jaringan FO kabupaten Jayawijaya dapat dilihat pada Gambar 3.5
dibawah. Topologi rencana jalur jaringan ini diletakkan pada citra peta satelit, yang
menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan. Garis merah menandakan jalur
jaringan FO yang akan dibangun. Penanda hijau menandakan lokasi gedung OPD,
sedangkan penanda kuning menandakan titik pekerjaan manhole.
Gambar 3.5 Rencana Jalur Jaringan FO Kabupaten Jayawijaya
26
Gambar 3.6 model rancangan layout manhole sedangkan Gambar 3.7 model galian
tanah FO. Kedua gambar ini merupakan rancangan detail dari titik pekerjaan manhole
(penanda kuning pada Gambar 3.5 diatas)
Gambar 3.6 Model rancangan layout manhole
Gambar 3.7 Model rancangan galian tanah
27
Gambar 3.8 berikut ini adalah gambar diagram-logic topologi jaringan FO. Seperti
penjelasan diatas, model STAR adalah solusi untuk jaringan FO di kabupaten
Jayawijaya. Topologi STAR adalah model-desain yang paling sesuai untuk kebutuhan
pengembangan jaringan eGovernment untuk kabupaten Jayawijaya. Topologi ini
memungkinkan pengembangan seluas-luasnya untuk setiap OPD di kabupaten
Jayawijaya.
Gambar 3.8 Topologi STAR untuk Jaringan FO Kabupaten Jayawijaya
28
3.3.2 Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya perencanaan pembangunan infrastruktur jaringan FO
kabupaten jayawijaya, dapat dilihat pada Tabel berikut. Rencana anggaran biaya
terbagi atas rencana anggaran untuk pengadaan barang dan rencana anggaran untuk
jasa pekerjaan.
Tabel Rencana Anggaran Biaya
No Uraian QTY Satuan Harga (Rp.) Total (Rp.)
A Barang
1 Cable FO 96 Core Single Mode 2657 m
52,750.00 140,156,750.00
2 Cable FO 12 Core Single Mode 600 m
27,450.00 16,470,000.00
3 Subduct HDPE 28/32 3257 m
22,500.00 73,282,500.00
4 Pipa PVC 3/4 inch 102 ujung
117,550.00 11,990,100.00
5 Klem pipa PVC 3/4 inch 306 pc
7,280.00 2,227,680.00
6 Optical Distribution Core 144 Core 2 set
16,050,000.00 32,100,000.00
Application for Fiber to the Building
144 Core complete include adapter + pigtail SC
7 OTB Rackmount 96 Core SC 1 set
10,850,000.00 10,850,000.00
Include 96 pcs pigtail SC, Cassete and Adapter
8 OTB Rackmount 12 Core SC 24 set
1,245,000.00 29,880,000.00
Include 12 pcs pigtail SC, Cassete and Adapter
9 Joint Closure 144 Core 8 set
1,725,000.00 13,800,000.00
10 Wallmount Rack 12U 24 unit
7,445,000.00 178,680,000.00
Wallmount 12U Depth 600mm Single Door
1 Unit Horisontal Power set 6 outlet, Glass Front Door
4pcs dynabolt, 20 set cagenuts and screws, 1 unit single fan 220v
11 CloseRack 42U Depth 2 unit
17,060,000.00 34,120,000.00
42 U Close Rack Depth 1100mm
5 pc PDU 6 Outlet, 1 pc roof fan with 2 fan 220 v
50 set cagenuts + bolt M6X15mm, 4pcs castor, 4pcs jacking feet
1 Pc Perforated Front Door with lock rotary Handle
2 Pc Perforated Rear door with lock rotary handle
1 lot grounding accessories
12 Patch Cord SC - LC SM Duplex 3m 46 unit
101,500.00 4,669,000.00
13 Patch Cord SC - LC SM Duplex 5m 48 unit
112,500.00 5,400,000.00
14 Patch Cord SC - SC SM Duplex 5m 144 unit
112,500.00 16,200,000.00
15 Patch Cord LC - LC SM Duplex 5m 4 unit
112,500.00 450,000.00
16 UTP Cable Cat. 6 2 roll
3,273,000.00 6,546,000.00
29
17 RJ-45 Cat.6 Connector (100 pcs) 2 dos
1,367,500.00 2,735,000.00
18 Crimping Tools Cat.6 1 unit
425,000.00 425,000.00
19 Core Router 1 unit
41,750,200.00 41,750,200.00
Routerboard CCR1072-1G-8S+
CPU: Tilera Tile-Gx72 1GHz 72 Cores, NAND 128MB
RAM: 16GB, SFP Ports 8, Lan Ports 1 Gigabit
20 Distribution Router 24 unit
6,906,600.00 165,758,400.00
Routerboard CCR1009-7G-1C-1S+
CPU: TLR-00980DH-10CE-A3 1.2 GHz 9 Cores, NAND 128MB
RAM: 2GB, SFP Ports 2, Lan Ports 7
21 Core Switch 1 unit
74,080,000.00 74,080,000.00
Catalyst WS-C2960X-48TS-L
48 x 10/100/1000 Gigabit Ethernet, 4x SFP Uplink Interface
Manageable, IOS software feature Set, Flash Memory 128Mb
DRAM 512MB, CPU: APM86392 600MHz dual core
Console Ports: USB & Ethernet, Forwarding Bandwidth 108Gbps
Stack Bandwidth 80G, Maximum Stacking Number 8
Switching Bandwidth 216Gbps, Max VLAN 1023
Jumbo Frame 9126 bytes
22 Distribution Switch 24 unit
40,200,000.00 964,800,000.00
Catalyst WS-C2960X-24TS-L
24 x 10/100/1000 Gigabit Ethernet, 4x SFP Uplink Interface
Manageable, IOS software feature Set, Flash Memory 128Mb
DRAM 512MB, CPU: APM86392 600MHz dual core
Console Ports: USB & Ethernet, Forwarding Bandwidth 108Gbps
Switching Bandwidth 216Gbps, Max VLAN 1023
Jumbo Frame 9126 bytes
23 SFP Transceiver Module GLC-LH-SMD 100 unit
834,500.00
83,450,000.00
24 SFP Transceiver (RJ-45) SFP-1GE-45 4 unit
471,500.00
1,886,000.00
25 Server Rackmount 4 unit
64,759,250.00 259,037,000.00
Proliant DL380G9-682 (Intel Xeon Eight Core)
HDD: HPE Server HDD 1,2TB SAS
Proc: Xeon E5-2620v4 20M Cache , 2.1 GHz
RAM: 16GB PC4-19200
Controller: HP Smart Array P440ar/2GB
Integrated Matrox G200eH 16MB
2U Rackmount Chassis
Chipset: Intel C610 Series Chipset
4 Port 1 GbE Network Interface Card
30
26 Security IP Camera / CCTV 1 paket
16,692,400.00 16,692,400.00
IP Cam Outdoor 1.3MP HD PoE IR Network Camera [TV-IP320PI] 2 pcs
Adapter Power Over Ethernet (PoE) Injector [TPE-113GI] 2 pcs
8 channel HD Network Video Recorder [TV-NVR2208] 1 pcs
HDD 2TB 5400rpm SATA III 1 pcs
Instalasi Jaringan IP Camera dan Konfigurasi
27 Uninterruptible Power Supply 3kVA 2 unit
20,249,800.00 40,499,600.00
Type SMC3000RMI2U
2U Rackmount , Daya 3000va/2100watt, Input & Output voltage 230V
Line Interactive, Waveform Type: Sine wave, PF 0,7, Single phase
Backup time: half load 14m, full load 5m
Bettery type: Maintenance-free sealed Lead-Acid battery with suspended
electrolyte : leakproof, Typical Recharge time: 3h
B Jasa Pekerjaan
1 Galian, Instalasi, pulling, Planting HDPE 3257 m
63,240.00
205,972,680.00
2 Boring 110 m
63,240.00
6,956,400.00
3 Instalasi, Pulling Cable Fiber Optic 3257 m
13,200.00
42,992,400.00
4 Termination Cable Fiber Optik 728 core
90,000.00
65,520,000.00
5 Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) 364 lot
54,000.00
19,656,000.00
6 Testing Commision, Labeling dan Documentation 1 lot
5,000,000.00
5,000,000.00
7 Manhole (with material) 10 ea
2,700,000.00
27,000,000.00
8 Power Instalation (with material) 25 ea
300,000.00
7,500,000.00
(A)
2,608,533,110.00
PROFIT 15% (B) 391,279,966.50
(A+B) 2,999,813,076.50
PPN (C) 299,981,307.65
JUMLAH (A+B+C) 3,299,794,384.15
PEMBULATAN 3,299,794,000.00
31
BAB 4
PENUTUP
Perencanaan pembangunan infrastruktur jarigan FO merupakan tahapan
penting dalam pembangunan infrastruktur Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
(SPBE) atau eGovernment. Infrastruktur jaringan FO dapat menjadi backbone (atau
tulang punggung utama) dalam pertukaran data dan informasi diantara OPD se-
kabupaten Jayawijaya. Pemilihan teknologi FO, dengan rancangan star menjadi solusi
untuk kapabilitas infrastruktur SPBE di masa mendatang.
Dokumen perencanaan pembangunan infrastruktur jaringan FO ini dapat
menjadi acuan dalam proyek pelaksanaan selamjutnya. Hasil rancangan dalam
dokumen ini juga dapat menjadi masukan untuk Rencana Induk Pengembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Kabupaten Jayawijaya, untuk Provinsi Papua
dan Pengembangan Palapa Ring secara nasional.
Demikian laporan hasil perencanaan pembangunan infrastruktur jaringan FO
kabupaten Jayawijaya.
32
LAMPIRAN
Topologi Jaringan dengan Penjelasan
Kegiatan Tim Konsultan
Koordinasi Tim Konsultan dengan PPK
33
Kegiatan Survei Lapangan Tim Konsultan
34
Pemantauan Titik Seputaran RSUD Wamena
35
Pemantauan Titik Seputaran Lapangan Bola
36
Pemantauan Titik Seputaran OPD
37
38
39
Pemantauan Titik Lokasi Kantor Bupati
40