(LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA...

37
KOMPLIKASI PASCA EKSTRAKSI GIGI : DRY SOCKET” (LAPORAN KASUS) Oleh: drg. Steffano Aditya Handoko, MPH 1986081520181113001 PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI DAN PROFESI DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2019

Transcript of (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA...

Page 1: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

“KOMPLIKASI PASCA EKSTRAKSI GIGI : DRY SOCKET”

(LAPORAN KASUS)

Oleh:

drg. Steffano Aditya Handoko, MPH

1986081520181113001

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI DAN PROFESI DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019

Page 2: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
Page 3: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga laporan kasus dengan judul “Komplikasi Pasca Ekstraksi Gigi :

Dry Socket” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga

mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun

pikirannya.

Harapan saya semoga laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca, Karena keterbatasan pengetahuan

maupun pengalaman saya, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 2 Mei 2019

Penyusun

Page 4: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................. 2

2.1 Laporan Kasus ....................................................................................... 2

2.2 Diskusi .................................................................................................... 5

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7

3.1. Ekstraksi Gigi ......................................................................................... 7

3.4.1. Definisi Ekstraksi Gigi ................................................................ 7

3.4.2. Komplikasi Ekstraksi Gigi .......................................................... 8

3.2. Dry Socket ............................................................................................... 10

3.2.1. Definisi Dry Socket ..................................................................... 10

3.2.2. Tanda dan Gejala Klinis Dry Socket ........................................... 11

3.2.3. Etiologi Dry Socket ..................................................................... 11

3.2.4. Patofisiologi Dry Socket ............................................................. 15

3.2.5. Penatalaksanaan Dry Socket ....................................................... 16

3.2.6. Pencegahan Dry Socket ............................................................... 17

3.2.7. Kaitan Teori dengan Kasus ......................................................... 19

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

LAMPIRAN .......................................................................................................... 25

Page 5: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ............................................................................................................... 3

Gambar 2 ............................................................................................................... 3

Gambar 3 ............................................................................................................... 4

Gambar 4 ............................................................................................................... 4

Gambar 5 ............................................................................................................... 4

Gambar 6 ............................................................................................................... 11

Gambar 7 ............................................................................................................... 15

Page 6: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
Page 7: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dry socket atau alveolar osteitis adalah gangguan dalam penyembuhan

luka pasca ektraksi gigi berupa inflamasi yang meliputi salah satu atau seluruh

bagian dari lapisan tulang padat pada soket gigi (lamina dura) (Karnure , 2013).

Dry socket dikenal sebagai osteitis lokal atau vokal dan secara klinis

bermanifestasi berupa inflamasi yang meliputi salah satu atau seluruh bagian dari

lapisan tulang padat pada soket gigi (lamina dura). Dry socket digambarkan

sebagai komplikasi pada disintegrasi bekuan darah intra alveolar yang dimulai

sejak hari ke dua hingga ke empat pasca pencabutan gigi. Dry socket adalah

gangguan dalam penyembuhan yang terjadi setelah pembentukan bekuan darah,

tapi sebelum bekuan darah tersebut digantikan oleh jaringan granulasi (Khita dkk,

2012).

Dry socket merupakan salah satu komplikasi yang sering ditemukan pasca

ekstraksi gigi dengan insidensi terbanyak terjadi pada kelompok usia 40-45 tahun

(Cardoso, 2010; Noroozi dkk, 2019). Tingkat insidensi dry socket sebesar 1%-4%

dari seluruh tindakan ekstraksi gigi dan lebih sering terjadi pada wanita. Kondisi

ini dapat kembali normal atau membaik dalam waktu 5-10 hari bahkan tanpa

dilakukan perawatan. Penatalaksanaan dry socket dapat dilakukan dengan cara

dressing dan non dressing. Penatalaksanaan secara dressing sampai saat ini masih

kontroversial karena masih kurangnya penelitian mengenai efektivitas dan efek

samping yang ditimbulkan (Blum, 2002). Penatalaksanaan secara dressing dapat

dilakukan dengan pemberian antimikrobial, aplikasi obtudent atau anastesi local

Page 8: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

2

(Lagares, 2005). Berdasarkan literatur, bahan dressing yang umum digunakan

adalah zinc oxide dan eugenol yang dikombinasikan menjadi konsistensi

semisolid (Noroozi, 2009). Pemberian intra-alveolar dressing dilaporkan dapat

menyebabkan komplikasi seperti neuritis, respon tubuh terhadap benda asing dan

myospherulosis (Zuniga, 1995; Mooreand, 1990; Mainous, 1974; Belfiglio, 1986).

Pada student project ini akan dibahas mengenai penatalaksanaan kasus komplikasi

dry socket disertai neuralgia trigeminal setelah 3 tahun dan menyebabkan

terjadinya osteomielitis kronis dengan adanya reaksi tubuh terhadap benda asing.

Page 9: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

3

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Laporan Kasus

Seorang wanita berusia 45 tahun dirujuk ke departemen oral dan

maksilofacial di rumah sakit nasional Zacamil. keluhan utama adalah neuralgia

trigeminal yang tepat yang tidak dapat dikelola dengan pengobatan konservatif.

Semuanya dimulai 3 tahun sebelumnya ketika molar pertama rahang atas kanan

diekstraksi. Empat hari setelah ekstraksi, dokter gigi mendiagnosis dry socket ,

yang dirawat dengan dressing intra-alveolar yang terdiri dari pasta eugenol seng-

oksida; obat ini ditempatkan langsung ke dalam alveolus tanpa perantara lain.

Pasien mengalami rasa sakit yang hilang dan tidak pernah kembali dengan dokter

giginya sehingga pasta tetap berada di dalam alveolus (informasi ini diperoleh

langsung dari file medis dokter gigi yang merawat pasien).

Beberapa minggu kemudian, pasien mengalami nyeri rahang atas yang

tepat. Dia mengunjungi dokter gigi yang berbeda untuk menemukan obat untuk

rasa sakitnya, dan selama periode dua tahun molar ketiga, molar kedua, premolar

pertama, dan premolar kedua dari sisi rahang atas kanan diekstraksi. Nyeri

hemifacial bertahan, dan pasien dirujuk ke ahli saraf yang bingung dengan gejala-

gejala yang memperlakukan pasien sebagai neuralgia trigeminal. Karbamazepin

diresepkan selama sekitar satu tahun tanpa menghilangkan rasa sakit; setelah ini,

ahli saraf mengirim pasien ke departemen kami.

Keluhan utama adalah nyeri hemifacial kanan intermiten, yang digambarkan

sebagai sakit dengan periode nyeri penembakan yang intens. Skala analog visual

Page 10: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

4

digunakan untuk mengukurnya selama periode intermiten menemukan rasa sakit

yang parah. Pemeriksaan fisik menunjukkan tidak ada zona pemicu dan tidak

adanya klinis gigi 1, 2, 3, 4, dan 5.

Sinar-X panoramik, oklusal, dan periapikal diambil. Benda asing maksila

kanan ditemukan pada posisi tulang alveolar yang tidak sembuh dari molar

pertama rahang atas; gambar itu dekat dengan sinus maksilaris (Gambar 1 dan 2).

Karena tanda-tanda dan gejala pasien, benda asing itu dihapus dan kuretase daerah

yang terkena dilakukan; Temuan selama operasi adalah: alveolus yang tidak

disembuhkan, jaringan granulasi, fragmen tulang bebas, dan benda asing putih

solid yang bersentuhan langsung dengan sinus maksilaris (Gambar 3). Semua

jaringan dikirim ke ahli patologi yang melaporkan jaringan ikat fibrosa yang

tervaskularisasi dengan baik, infiltrat inflamasi kronis, sel raksasa berinti banyak,

dan tulang nekrotik dikelilingi oleh bentuk bakteri. Diagnosis akhir adalah

osteomielitis kronis dengan zona reaksi benda asing. Antibiotik dan antiinflamasi

nonsteroid. Obat digunakan seminggu setelah operasi. Sisa perawatan pasca

operasi dikelola dengan cara konvensional tanpa komplikasi lebih lanjut. Sinar-X

pasca operasi menunjukkan penyembuhan yang memadai dan pengangkatan total

tubuh asing (Gambar 4 dan 5). Setelah satu minggu operasi, pasien mengalami

rasa sakit. Skala analog visual digunakan selama beberapa bulan untuk

mengungkapkan tidak ada rasa sakit setelah benda asing dihilangkan. Pasien telah

ditindaklanjuti selama enam bulan tanpa rasa sakit di wajah selama waktu ini.

Page 11: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

5

Gambar 1: sinar-X panoramik. Perhatikan adanya radiopasitas maksila kanan dan ketiadaan

gigi 1, 2, 3, 4, dan 5, semuanya dengan penyembuhan tulang ade-quate kecuali 3 area

(a) (b)

Gambar 2 : a) X-ray oklusal rahang atas. (b) Rontgen periapikal. Perhatikan

penutupan benda asing ke sinus maksilaris kanan, dan juga 3 alveolus yang tidak

sembuh.

(a) (b)

Page 12: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

6

Gambar 3: (a) Pendekatan suprakrestal intraoral, melalui mana benda asing

dihilangkan dan sayatan dijahit dengan sutra 3-(b) Pandangan makroskopis dari

benda asing yang dihilangkan, yang semuanya bersama-sama diukur 0,7 × 0,5 ×

0,2 cm.

Gambar 4: X-ray panoramik menunjukkan pandangan pasca operasi lengkap

tanpa benda asing.

(a) (b)

Gambar 5: (a) Rontgen oklusal maksilaris pasca operasi. (b) Rontgen periapikal

postop eratif. Perhatikan penghapusan lengkap benda asing rahang atas yang

tepat.

Page 13: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

7

2.2 Diskusi

Jumlah komplikasi sekunder untuk penempatan bahan dressing dalam

perawatan dry socket didirikan ditolak. Sebagian besar komplikasi yang

dilaporkan sebelumnya, myospherulosis, neuritis, dan reaksi benda asing, terkait

dengan pengobatan intra-alveolar sebagai metode pencegahan dan bukan sebagai

metode pengobatan.

Bright et al. 1982 dan Belfiglio et al. pada tahun 1986 menggambarkan

miospherulosis terkait dengan tetrasiklin dalam basis petroleum, digunakan

sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari dry socket . Sekarang diketahui

bahwa carrier berbasis minyak mengganggu penyembuhan luka dengan aksi lipid

pada eritrosit ekstravasasi, menghasilkan miospherulosis. Karena itu, saat ini

penggunaan pembawa berbasis minyak bumi telah dicegah. Zuniga dan Leist pada

tahun 1995 melaporkan tetrasiklin yang diinduksi neuritis topikal enam bulan

setelah pengangkatan rutin molar ketiga rahang bawah yang tidak erupsi . Moore

dan Brekke pada tahun 1990 melaporkan reaksi se lasing raksasa tubuh terkait

dengan penempatan asam polylactic yang diobati dengan tetrasiklin . Mainous

pada tahun 1974 melaporkan reaksi benda asing setelah pengemasan seng oksida-

eugenol pada osteitis lokal [8]. Bloomer pada tahun 2000 melakukan investigasi

pencegahan osteitis alveolar dengan penempatan segera kemasan obat tetapi

mereka menggunakan obat hanya untuk satu minggu dan kemudian mereka

menghapusnya, sehingga mereka tidak melaporkan komplikasi dalam evaluasi

jangka panjang .

Page 14: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

8

Minyak cengkeh adalah eugenol dalam bentuknya yang tidak dimurnikan,

dan telah digunakan selama berabad-abad sebagai obat sakit gigi. Chisholm

menggambarkan campurannya dengan seng oksida pada tahun 1873 untuk

membentuk massa plastik untuk keperluan terapi. Ini memiliki efek sedatif dan

anodyne serta sifat antibakteri. Campuran eugenol dengan seng oksida ini

bergantung pada reaksi pengaturan antara mereka yang menghasilkan seng

eugenolato. Eugenolato tidak stabil dengan adanya air, dan siap mengalami

hidrolisis dengan pelepasan free eugenol . Free eugenol juga dapat merusak

jaringan lunak manusia. Jenis dan luasnya reaksi jaringan oral terhadap eugenol

bervariasi tetapi eugenol umumnya bersifat sitotoksik pada konsentrasi tinggi dan

memiliki efek buruk pada fibroblas dan sel-sel yang menyerupai osteoblas.

Dengan demikian, pada konsentrasi tinggi, itu menghasilkan nekrosis dan

mengurangi penyembuhan. Efek ini terkait dosis dan berpotensi mempengaruhi

semua pasien . Eugenol juga bersifat neurotoksik, dapat menyebabkan gangguan

transmisi saraf. Kozam mencatat bahwa eugenol pada konsentrasi tertentu dapat

memadamkan transmisi impuls saraf dalam waktu 3 jam.

Parestesia sementara juga telah dilaporkan setelah penggunaan eugenol

sebagai obat endodontik. Perawatan lain dengan menggunakan pembungkus telah

dilaporkan untuk menghilangkan nyeri osteitis alveolar yang efektif termasuk

menggunakan kasa iodoform (NU Gauze, Johnson & Johnson Wound

Management) yang dilapisi dengan campuran tiga hingga lima tetes obtundant,

eugenol, dengan atau tanpa bahan lain. , dan dikemas ke dalam soket yang telah

dibius. Perawatan ini tidak boleh digunakan jika pasien alergi terhadap yodium .

Dalam kasus kami, obat eugenol seng-oksida intra-alveolar, menyebabkan

Page 15: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

9

nekrosis tulang, reaksi benda asing, keterlambatan penyembuhan alveolar, dan

nyeri hemifacial yang dikacaukan dengan trigeminal neuralgia. Seng-oksida

eugenol mungkin menyebabkan efek neurotoksik di daerah yang terkena. Gejala

pasien membingungkan dokter gigi dan ahli saraf, menyesatkan mereka untuk

diagnosis yang salah dari neuralgia trigeminal.

Kasus ini mengungkapkan perlunya melakukan penyelidikan ilmiah jangka

panjang tentang penggunaan dressing intra-alveolar sebagai pengobatan untuk

dan bukan sebagai pencegahan, untuk menentukan keamanannya dan potensi efek

sampingnya bagi pasien kami di studi jangka panjang. Ini juga mengungkapkan

pentingnya evaluasi klinis dan radiografi menyeluruh pada pasien dengan dugaan

diagnosis trigeminal neuralgia untuk membuang afeksi rahang lokal yang dapat

membingungkan atau menyesatkan kesalahan diagnosis dan perawatan. Akhirnya,

memberikan instruksi tertulis pasca operasi kepada pasien.Jurnal Internasional

Kedokteran Gigimenyatakan apa yang ditempatkan di soket, berapa lama harus

tetap di soket, dan kapan atau jika harus dilepas, tidak boleh diabaikan oleh dokter

yang merawat.

Page 16: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

10

BAB III

KAITAN DENGAN TEORI

3.1 Ektraksi Gigi

3.1.1 Definisi Ekstraksi Gigi

Ekstraksi gigi atau sering disebut pencabutan gigi adalah suatu prosedur

dental mengeluarkan gigi dari soketnya. Pencabutan gigi dikatakan ideal jika

dalam pelaksaannya tidak disertai rasa sakit, trauma yang terjadi pada jaringan

sekitar gigi seminimal mungkin, luka pencabutan dapat sembuh secara normal dan

tidak menimbulkan permasalahan pasca pencabutan (Sanghai , 2009). Pencabutan

gigi adalah suatu tindakan operasi yang dilakukan dengan tang, elevator, atau

pendekatan transalveolar. Oleh karena sifatnya yang irreversible dan terkadang

menimbulkan komplikasi, pencabutan gigi seharusnya dilakukan hanya ketika

semua alternatif perawatan tidak memungkinkan untuk dilakukan. Namun, pada

beberapa pasien lebih memilih pencabutan gigi sebagai alternatif yang lebih

murah daripada dilakukan perawatan lain seperti penambalan atau pembuatan

mahkota pada gigi dengan karies besar. Pada keadaan tersebut, gigi harus dicabut

dan pencabutan gigi merupakan bagian dari fungsi dokter gigi (Pedlar, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pencabutan gigi

merupakan suatu prosedur mengeluarkan gigi dari perlekatannya menggunakan

tang dan elevator (closed method), atau pendekatan transalveolar (open method)

dengan teknik yang aman untuk meminimalkan trauma. Hal – hal yang perlu

diperhatikan selama ekstraksi gigi menurut Gupta (2014).

a. Anestesi

Page 17: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

11

b. Elevasi mukogingival flap

c. Penghilangan tulang

d. Bagian tulang yang terlibat

e. Pengangkatan gigi bersama akarnya

f. Kontrol perdarahan

g. Alveoplasty jika dibutuhkan

h. Penutupan soket alveolar

i. Penjahitan flap

3.1.2 Komplikasi Ekstraksi Gigi

Komplikasi digolongkan menjadi intraoperatif, segera setelah pencabutan

gigi dan jauh setelah pencabutan gigi (Randy dkk, 2015).

a. Komplikasi Selama Ekstraksi Gigi

1. Kegagalan Pemberian Anestesi

Hal ini biasanya berhubungan dengan teknik yang salah atau dosis obat

anestesi yang tidak cukup.

2. Kegagalan mencabut gigi dengan tang atau elevator

Tang dan elevator harus diletakkan dan sebab kesulitan segera dicari jika

terjadi kegagalan pencabutan dengan instrument tersebut

3. Perdarahan selama pencabutan

Sering pada pasien dengan penyakit hati, misalnya seorang alkoholik yang

menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan, pasien yang

minum aspirin dosis tinggi atau NSAID lain sedangkan pasien dengan

gangguan pembekuan darah yang tidak terdiagnosis sangat jarang.

Page 18: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

12

Komplikasi ini dapat dicegah dengan cara menghindari perlukaan pada

pembuluh darah dan melakukan tekanan dan klem jika terjadi perdarahan.

4. Fraktur

Fraktur dapat terjadi pada mahkota gigi, akar gigi, gigi tetangga atau gigi

antagonis, restorasi, processus alveolaris dan kadang – kadang mandibula.

Cara terbaik untuk mengindari fraktur selain tekanan yang terkontrol

adalah dengan menggunakan gambar sinar x sebelum melakukan

pembedahan.

5. Pergeseran

Terlibatnya antrum, pergeseran gigi atau fragmen ke fosa intratemporalis,

pergeseran gigi ke dalam mandibula merupakan komplikasi intra operatif.

Pemeriksaan sinar X yang akurat diperlukan baik sebelum maupun

intraoperative.

6. Cedera jaringan lunak

7. Komplikasi ini dapat dihindari dengan membuat flap yang lebih besar dan

menggunakan retraksi yang ringan saja.

b. Komplikasi Segera Setelah Ekstraksi Gigi

1. Perdarahan

Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal apabila terjadi pada 12-24

jam pertama sesudah pencabutan atau pembedahan gigi. Penekanan

oklusal dengan menggunakan kasa adalah jalan terbaik untuk

mengontrolnya dan dapat merangsang pembentukan bekuan darah yang

Page 19: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

13

stabil. Perdarahan bisa diatasi dengan tampon (terbentuknya tekanan

ekstravaskuler lokal dari tampon), pembekuan, atau keduanya.

2. Rasa sakit

Rasa sakit pada awal pencabutan gigi, terutama sesudah pembedahan

untuk gigi erupsi maupun impaksi, dapat sangat mengganggu. Orang

dewasa sebaiknya mulai meminum obat pengontrol rasa sakit sesudah

makan tetapi sebelum timbulnya rasa sakit.

3. Edema

Edema adalah reaksi individual, yaitu trauma yang besarnya sama, tidak

selalu mengakibatkan derajat pembengkakan yang sama. Usaha – usaha

untuk mengontrol edema mencakup termal (dingin), fisik (penekanan), dan

obat-obatan.

4. Reaksi terhadap obat

Reaksi obat-obatan yang relative sering terjadi segera sesudah pencabutan

gigi adalah mual dan muntah karena menelan analgesic narkotik atau non

narkotik. Reaksi alergi sejati terhadap analgesic bisa terjadi, tetapi relative

jarang. Pasien dianjurkan untuk menghentikan pemakaian obat sesegera

mungkin jika diperkirakan berpotensi merangsang reaksi alergi.

c. Komplikasi Jauh Sesudah Ekstraksi Gigi

1. Alveolitis atau Dry Socket

Komplikasi yang paling sering, paling menakutkan dan paling sakit

sesudah pencabutan gigi adalah dry socket atau alveolitis (osteitis

alveolar).

2. Infeksi

Page 20: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

14

Pencabutan suatu gigi yang melibatkan proses infeksi akut, yaitu

perikoronitis atau abses, dapat mengganggu proses pembedahan. Penyebab

yang paling sering adalah infeksi yang termanifestasi sebagai miositis

kronis. Terapi antibiotik dan berkumur dengan larutan saline diperlukan

jika terbukti ada infeksi yaitu adanya pembengkakan, nyeri, demam, dan

lemas.

3.2. Dry Socket

3.2.1 Definisi Dry Socket

Dry socket dikenal sebagai osteitis lokal atau vokal dan secara klinis

bermanifestasi berupa inflamasi yang meliputi salah satu atau seluruh bagian dari

lapisan tulang padat pada soket gigi (lamina dura). Dry socket digambarkan

sebagai komplikasi pada disintegrasi bekuan darah intra alveolar yang dimulai

sejak hari kedua hingga keempat pasca pencabutan gigi. Dry socket adalah

gangguan dalam penyembuhan yang terjadi setelah pembentukan bekuan darah

yang matang, tapi sebelum bekuan darah tersebut digantikan oleh jaringan

granulasi.

Alveolar osteitis adalah sakit pasca operasi pada atau di sekitar soket gigi

yang dapat meningkat tiap waktu antara hari pertama dan hari ketiga setelah

pencabutan yang ditandai dengan hilangnya bekuan darah pada soket alveolar

serta dengan atau tanpa halitosis. Terdapat banyak istilah yang sering digunakan

untuk komplikasi ini di antaranya, seperti “alveolar osteitis”, “alveolitis”,

“alveolitis sicca dolorosa”,“localized alveolar osteitis”, “fibrinolytic alveolitis”,

“septic socket”, “necrotic socket”, dan “alveolalgia”.

Page 21: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

15

3.2.2 Tanda dan Gejala Klinis Dry Socket

Gambar 6. Gambaran klinis dry socket pada gigi molar kedua maksila. (Sumber :

Fragiskos D. Oral Surgery. Berlin : Springer ; 2007. p.199.)

Tanda dan gejala klinis dry socket antara lain :

a. Dry socket muncul pada hari 1-3 setelah pencabutan gigi dengan durasi

biasanya hingga 5-10 hari.

Page 22: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

16

b. Hilangnya bekuan darah pada soket bekas pencabutan dan biasanya dipenuhi

oleh debris.

c. Rasa sakit yang hebat dan ‘berdenyut’ dimulai sejak 24-72 jam setelah

pencabutan gigi dan dapat menjalar hingga ke arah telinga dan tulang

temporal.

d. Pada soket bekas pencabutan, tulang alveolar sekitar diselimuti oleh lapisan

jaringan nekrotik berwarna kuning keabu-abuan.

e. Inflamasi margin gingiva di sekitar soket bekas pencabutan.

f. Mukosa sekitar biasanya berubah warna menjadi kemerahan.

g. Ipsilateral regional lymphadenopathy

h. Halitosis

3.2.3 Etiologi Dry Socket

Etiologi dry socket merupakan multifaktorial dan masih belum jelas

diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi. Etiologi yang diketahui

adalah terjadinya peningkatan aktivitas fibrinolisis sehingga melarutkan bekuan

darah yang sudah terbentuk. Faktor-faktor penyebab peningkatan aktifitas

fibrinolisis ini antara lain anastesi yang mengandung vasokonstriktor yang

berlebihan menyebabkan suplai darah terhalang ke tulang dan daerah pencabutan

sehingga bekuan darah sulit terbentuk, obat-obatan sistemik, aktivator cairan

tubuh, aktivator jaringan dan bakteri yang menghasilkan rasa nyeri, bau mulut,

dan rasa tidak enak (Shaban dkk, 2014). Fibrinolisis terbagi dua yaitu yaitu:

a) Fibrinolisis tanpa keterlibatan bakteri

Kerusakan bekuan darah disebabkan oleh mediator yang keluar selama

inflamasi, mediator ini secara langsung atau tidak langung mengaktifkan

Page 23: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

17

plasminogen kedalam darah. Ketika mediator dikeluarkan oleh sel tulang alveolar

yang mengalami trauma, plasminogen berubah menjadi plasmin dan

menyebabkan kerusakan pada bekuan darah dengan memisahkan benang-benang

fibrin. Perubahan ini terjadi pada proaktivator selular atau plasma dan aktivator

lainnya.

b) Fibrinolisis dengan keterlibatan bakteri

Sebuah penelitian mengemukakan bahwa anaerob penyebab dari terjadinya

dry socket yang dilihat dari aktifitas fibrinolitik dari Treponema denticola yang

menyebabkan penyakit periodontal. Actinomyces viscosus and Streptococcus

mutans dapat memperlambat penyembuhan pasca pencabutan gigi. Beberapa

spesies bakteri mensekresikan pirogen yang menjadi aktivator tidak langsung dari

fibrinolisis in vivo. Ketika diinjeksi pirogen intravena didapatkan hasilnya bahwa

hal tersebut meningkatkan aktivitas fibrinolitik.

Beberapa factor yang berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya dry

socket antara lain (Pinasti, 2013):

1. Trauma pada saat pencabutan

Peningkatan terjadinya dry socket dapat di sebabkan oleh pencabutan gigi

yang sulit dan trauma pada saat pencabutan. Dry socket lebih sering terjadi pada

pencabutan gigi molar terutama pada molar ketiga mandibula. Trauma bedah yang

cukup besar menyebabkan tulang alveolar melepaskan aktivator-aktivator jaringan

dan merubah plasminogen menjadi plasmin yang menghancurkan bekuan fibrin

sehingga menghasilkan soket yang kering dan rasa nyeri.

Page 24: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

18

2. Usia

Sebagian besar literatur mengatakan bahwa dry socket jarang terjadi di masa

kecil dan insiden yang meningkat pada usia yang berkelanjutan. Penelitian Khitab

(2012) mengemukakan bahwa 2,2% pada kelompok usia 11-20 tahun, 22,2% pada

kelompok usia 21-30 tahun, 36,6% pada usia kelompok 31-40 tahun, 16,7% pada

kelompok usia 41-50%, 13,4% pada kelompok usia 51-60 tahun, dan 8,9% pada

kelompok usia lanjut. Banyaknya terjadi pada usia 31-40 tahun tersebut

dikarenakan pembentukan tulang alveolar sudah sempurna dan banyak terjadi

penyakit periodontal sehingga adanya trauma pencabutan yang kemungkinan

menimbulkan terjadinya dry socket.

3. Jenis kelamin dan penggunaan kontrasepsi

Perbedaan jenis kelamin menunjukkan perbedaan angka prevalensi terjadinya

dry socket yang menggambarkan pada wanita lebih besar dibandingkan pada pria.

Penggunaan tablet kontrasepsi menunjukkan peningkatan terhadap terjadinya dry

socket. Hal ini disebabkan karena di dalam tablet kontrasepsi terdapat estrogen

yang memiliki peranan terhadap terjadinya dry socket sehingga mengakibatkan

tingginya level plasminogen dalam darah dan menstimulasi aktivitas fibrinolisis.

Aktivitas fibrinolisis meningkat maksimum pada pertengahan siklus tablet

kontrasepsi dan menurun mendekati normal pada masa tidak aktif sebab siklus

penggunaan tablet kontrasepsi dijadwalkan selama 21 hari dengan diikuti masa

aktif selama 7 hari. Pada hari 2-3 setelah penggunaan tablet kontrasepsi

dihentikan maka siklusnya akan terjadi penurunan. Oleh karena itu, resiko

terjadinya dry socket pasien yang mengkonsumsi tablet kontrasepsi dapat

Page 25: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

19

diperkecil jika melaksanakan pencabutan gigi pada minggu terakhir dari siklus

yaitu pada hari.

4. Kebiasaan merokok

Menurut penelitian bahwa merokok mempunyai hubungan yang signifikan

dengan terjadinya dry socket. Hal ini dikarenakan masuknya benda asing yang

mengkontaminasi daerah pencabutan sehingga melarutkan bekuan darah dari

alveolus dan menghambat penyembuhan sebab bahan-bahan yang terkandung

dalam rokok dapat menimbulkan masalah terhadap mekanisme pembekuan darah

yang terjadi. Bahan dasar rokok adalah tembakau, yang mengandung tar, nikotin,

dan karbon monoksida (CO). Pasca pencabutan gigi, pasien yang merokok

menunjukkan keterlambatan dalam penyembuhan luka. Pada nikotin

kemungkinan akan mengganggu suplai oksigen yang menyebabkan berkurangnya

aliran darah pada jaringan melalui efek vasokonstriksi. Nikotin juga dapat

meningkatkan viskositas darah yang disebabkan oleh aktivitas fibrinolitik yang

menurun dan augmentasi daya lekat platelet. Selain nikotin, karbon monoksida

dalam rokok dapat menyebabkan putusnya aliran oksigen ke jaringan, sehingga

menyebabkan turunnya jumlah hemoglobin oksigenasi dalam aliran darah. Serta

pada hidrogen sianida juga telah diketahui merupakan komponen dalam rokok

yang dapat merusak metabolisme oksigen seluler dan menyebabkan oksigen yang

membahayakan bagi jaringan.

5. Gigi yang dicabut

Pembedahan molar tiga mandibular relatif sulit dilakukan dan memakan

waktu yang lama, sehingga kemungkinan memicu terjadinya dry socket. Hal ini

disebabkan tulang mandibula yang padat dan vaskularisasi nya lebih sedikit dari

Page 26: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

20

pada maksila sehingga pencabutan gigi geligi mandibula biasanya lebih sulit

dibandingkan gigi geligi maksila dan gaya berat menyebabkan soket pada

mandibula lebih cenderung untuk terkontaminasi terhadap sisa-sisa makanan.

6. Penggunaan anastesi local

Penggunaan anastesi lokal lebih meningkat resiko terjadinya dry socket

dibandingkan dengan anastesi umum, jenis bahan anastesi lokal juga berpengaruh.

Dengan menggunakan xylocaine yang mengandung vasokonstriktor (bahan

adrenalin) dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya terjadinya dry socket

lebih besar dibanding dengan citanest.

7. Oral higien yang buruk

Peranan mikroorganisme pada pasien dengan oral hygiene yang buruk dan

adanya inflamasi secara signifikan dapat meningkatkan insidens terjadinya dry

socket. Sebuah teori mengemukakan bahwa adanya mikroorganisme dalam flora

normal mulut dapat menyebabkan luka pencabutan gigi terinfeksi.

3.2.4 Patofisiologi Dry Socket

Dry Socket terjadi karena meningkatnya aktifitas dari fibrinolitik, trauma

karena ekstraksi dan infeksi yang menjadi faktor etiologi dari dry socket. Hasil

pengamatan Kolokythas, Olech, & Miloro (2010) pada jurnal “Review Artice

Alveolar Osteitis: a Comprehensive Review of Concepts and Controversies”,

terjadinya peningkatan aktivitas fibrinolitik pada alveolus dengan dry socket

dibandingkan dengan alveolus normal. Birn juga menyatakankan bahwa lisis total

Page 27: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

21

atau partial dan hancurnya bekuan darah disebabkan oleh pelepasan mediator

selama inflamasi oleh aktivitas plasminogen direct (fisiologik) dan indirect

(nonfisiologik) kedalam darah (Kolokythas, 2010). Plasminogen akan berubah

menjadi plasmin yang menyebabkan pecahnya bekuan darah oleh disentegrasi

fibrin dan pada saat yang sama juga melepaskan kinin dari kininogen, yang

juga berada di dalam bekuan darah sehingga menyebabkan rasa sakit yang

parah. Rasa sakit yang khas pada dry socket berhubungan dengan pembentukan

senyawa kinin di dalam alveolus. Kinin mengaktifkan terminal nervus primer

afferen yang peka terhadap mediator inflamasi dan substansi allogenik lain yang

pada konsentrasi 1mg/ml dapat menyebabkan rasa sakityang hebat. Plasminogen

menyebabkan perubahan kallikrein menjadi kinin di dalam sumsum tulang

alveolar. Sehingga, adanya plasmin menjelaskan kemungkinan terjadinya dry

socket dengan berbagai aspek (seperti neuralgia dan disintegrasi bekuan darah)

(Laskin, 2009).

Gambar 7. Patofisiologi Dry Socket

(Sumber: Laskin, 2009)

3.2.5 Penatalaksanaan Dry Socket

Page 28: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

22

Penatalaksanaan dry socket dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Irigasi

Irigasi soket dengan normal salin dan pemberian analgesik yang potensial

telah digunakan dalam penatalaksanaan dry socket. Pemeliharaan kebersihan

rongga mulut yang baik dan berkumur dengan normal salin hangat membantu

dalam penyembuhan soket. Irigasi soket dengan larutan salin berguna untuk

membuang fragmen gigi dan tulang, membuang jaringan nekrotik dan debris

makanan. Nyeri dapat dikontrol dengan pemberian analgesik yang potensial

(Pedersen, 1996; Noroozi, 2009; Karnure, 2013).

2. Medicated dressing

Penundaan penyembuhan luka, peningkatan kemungkinan infeksi dari soket

dan nyeri berkelanjutan dilaporkan masih dapat terjadi (Cardoso dkk, 2010;

Akinbami, 2014). Noroozi dan Philbert (2009) menyarankan bahwa

pengaplikasian bahan dressing pada soket yang telah dianestesi lokal perlu

dilakukan setelah pelepasan jahitan dan irigasi dengan larutan salin hangat untuk

mengatasi permasalahan tersebut. Bahan dressing mengandung zinc oxide,

eugenol, anastetik dan antibiotik diaplikasikan ke kasa. Perawatan lain

menggunakan packing telah dilaporkan efektif meredakan nyeri dengan

menggabungkan iodoform gauze namun tidak diindikasikan untuk pasien dengan

alergi iodin (Houston, dkk, 2002). Setiap 2-3 hari, kasa harus diganti dan dilepas

setelah nyeri reda (Karnure, 2013).

Komplikasi sekunder dari dressing sebagai penatalaksanaan pada dry socket

juga dapat terjadi yang kebanyakan komplikasinya dilaporkan myospherulosis,

neuritis dan reaksi foreign body seperti pada laporan kasus yang dikaji (Lagares

Page 29: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

23

dkk, 2005). Penggunaan dressing zinc oxide eugenol dapat menyebabkan tulang

nekrosis, reaksi foreign body penyembuhan alveolar yang tertunda dan nyeri

hemificial yang gejalanya mirip dengan trigeminal neuralgia (Alemán, 2011).

3.2.6 Pencegahan Dry Socket

Terdapat berbagai macam cara untuk melakukan pencegahan terhadap

terjadinya dry socket, yaitu dengan tindakan farmakologikal dan non

farmakologikal. Tindakan non farmakologikal meliputi :

1. Anamnesis yang baik

2. Identifikasi dan jika memungkinkan menghilangkan faktor risiko

3. Menjaga dan merawat jaringan dengan baik

Mencegah terjadinya trauma yang berlebih pada jaringan yang dilakukan

perawatan. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan membuat

desain flap menggunakan instrumen yang tajam agar sayatan yang dihasilkan

bersih, atraumatik, dan dapat merefleksikan jaringan lunak dengan baik.

Setelah prosedur bedah, lakukan debridemen pada luka dan irigasi

menggunakan larutan saline dengan jumlah besar.

4. Tidak adanya benda asing yang tertinggal di dalam jaringan luka

Pastikan di dalam jaringan luka atau soket gigi tidak terdapat fragmen gigi

yang tertinggal, serpihan tulang, maupun filling atau restoration material.

Page 30: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

24

Lakukan pula penghalusan tulang yang tajam setelah ekstraksi agar tidak

mengganggu dan merusak jaringan.

5. OCF (Oxidized Cellulose Foam).

Dalam banyak kasus OCF digunakan dengan cara ditempatkan dalam

soket gigi setelah ekstraksi gigi untuk meningkatkan dan mencapai

hemostasis. OCF merupakan bahan biodegradable yang paling umum

digunakan untuk memfasilitasi terjadinya hemostasis dan kontrol perdarahan.

Mekanisme kerja material hemostasis, seperti penyerapan darah, interaksi

permukaan protein dan trombosit, aktivasi jalur instrinsik dan ekstrinsik, sifat

bakteriostatik disebabkan pH yang rendah serta hypoallergenicity. Sifat

bakteriostatik dari OCF ini dapat menghambat/mencegah kaskade fibrinolitik

yang dipicu oleh infeksi yang membawanya (Hipotesis BIRN), mekanisme

lainnya adalah kemampuan OCF untuk menstabilisasi bekuan darah yang

lebih baik sehingga mencegah pelepasan bekuan darah yang disebabkan

gesekan saat terjadinya perubahan tekanan dressing dan berkumur yang

terlalu sering (Rizkad, 2015; Agrawal dkk, 2012).

6. Memberikan pasien instruksi post-operatif

Menjelaskan dan mengingatkan kepada pasien apa saja yang dapat dan

tidak dapat dilakukan setelah ekstraksi gigi, bahan apa yang dimasukan ke

dalam soket gigi, seberapa lama bahan tersebut ada di dalam soket, dan kapan

bahan tersebut harus dikeluarkan. Instruksikan pula pasien untuk kontrol ke

dokter gigi jika terjadi hal-hal yang tidak sewajarnya (Tarakji, 2015).

Page 31: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

25

Sedangkan untuk tindakan farmakologikal dalam mencegah terjadinya dry

socket adalah sebagai berikut :

1. Antibiotik

a. Antibiotik sistemik

Antibiotik sistemik dilaporkan efektif untuk mencegah dry socket meliputi

penisilin, klindamisin, eritromisin, metronidazol, azitromisin, sepalosporin.

Tetapi untuk penggunaan antibiotik sistemik biasanya diperuntukan bagi

pasien dengan riwayat multiple dry sockets atau immunocompromised

(Haraji, 2014; Bezerra dkk, 2011).

b. Antibiotik topikal

Terdapat banyak penelitian dalam menggunakan antibiotik topikal, baik

digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan dosis dan formulasi yang

berbeda. Salah satu yang sering digunakan adalah tetrasiklin . Namun, masih

terdapat banyak efek samping dari penggunaan tetrasiklin, seperti bersifat

toksik dan menimbulkan reaksi hipersensitivitas (Haraji, 2014; Bezerra dkk,

2011).

2. Obat kumur

Pasien dapat diberikan obat kumur yang mengandung antimikroba, baik

sebelum maupun sesudah dilakukan ekstraksi gigi. Salah satu obat kumur

yang banyak digunakan adalah klorheksidin 0,12% dapat mengurangi

frekuensi dry socket setelah tindakan ekstraksi gigi. Terdapat 50%

pengurangan kejadian dry socket pada pasien yang berkumur dengan larutan

klorheksidin (Karnure, 2013).

Page 32: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

26

3.2.7 Kaitan Teori dengan Kasus

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dry socket adalah

dengan menggunakan dressing yang mengandung zinc oxide, eugenol, bahan

anastetik dan antibiotik diaplikasikan ke kasa, serta iodoform gauze. Hal ini sesuai

dengan kasus di atas, dimana digunakan intra-alveolar dressing dengan bahan

pasta zinc oxide eugenol. Penggunaan dressing zinc oxide eugenol ini dapat

menyebabkan nekrosis pada tulang, reaksi foreign body yang menyebabkan

penyembuhan alveolar yang tertunda dan nyeri hemificial yang gejalanya mirip

dengan trigeminal neuralgia (Karnure, 2013; Lagares dkk, 2005; Houston dkk,

2002).

Page 33: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

27

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Ekstraksi gigi atau sering disebut pencabutan gigi adalah suatu prosedur

dental mengeluarkan gigi dari soketnya. Pencabutan gigi dikatakan ideal jika

dalam pelaksaannya tidak disertai rasa sakit, trauma yang terjadi pada jaringan

sekitar gigi seminimal mungkin, luka pencabutan dapat sembuh secara normal dan

tidak menimbulkan permasalahan pasca pencabutan .Pencabutan gigi adalah suatu

tindakan operasi yang dilakukan dengan tang, elevator, atau pendekatan

transalveolar. Oleh karena sifatnya yang irreversible dan terkadang menimbulkan

komplikasi,

Berdasarkan laporan kasus diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. dry socket merupakan Komplikasi yang paling sering, paling menakutkan dan

paling sakit sesudah pencabutan gigi adalah dry socket atau alveolitis (osteitis

alveolar).

2. dry socket memiliki etiologi yang diketahui terjadi akibat adanya

peningkatan aktivitas fibrinolosis sehingga melarutkan bekuan darah yang

sudah terbentuk.

3. Trauma pada saat pencabutan termasuk beberapa factor yang berhubungan

dengan peningkatan resiko terjadinya dry socket.

4. Rasa sakit yang khas pada dry socket berhubungan dengan pembentukkan

senyawa kinin di dalam alveolus.

Page 34: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

28

5. Irigasi , medicated dressing merupakan penatalaksanaan yang dapat di

lakukan untuk penderita dry socket.

6. Tindakan farmakologikal dan non farmakologikal dapat dilakukan untuk

melakukan pencegahan terhadap dry socket.

4.2 Saran

Dari pengamatan terhadap laporan kasus dry socket pasca pencabutan gigi

yang dirawat, dapat disampaikan saran sebagai berikut :

1. Untuk mengurangi frekuensi dry socket hendaknya perlu dipikirkan

pemberian profilaksis atau tindakan pencegahan baik kepada operator

maupun penderita.

2. Hendaknya perlu dipehatikan masalah yang masih meragukan yaitu cara

perawatan yang ideal terhadap kasus dry socket sehingga perlu kiranya

penelitian lebih lanjut.

Page 35: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

29

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, Amiya, Neeraj Singh, dan Ankita Singhal, 2012, Oxidized Cellulose

Foam in Prevention of Alveolar Osteitis. IOSR Journal of Dental and

Medical Sciences (JDMS). Volume 22, Issue 22 ,PP 26-28.

Akinbami, B.O. & Godspower, T. 2014. Dry Socket: Incidence, Clinical

Features, and Predisposing Factors. International Journal of Dentistry.

Alemán Navas, R.M. & Martínez Mendoza, M.G. 2011. Case Report: Late

Complication of a Dry Socket Treatment. International Journal of

Dentistry.

Belfiglio, S.T. Wonderlich,andL. J.Fox. 1986. “Myospherulosis of the alveolus

secondary to the use of Terra-Cortril and Gelfoam. Report of a case,”

Oral Surgery Oral Medicine and Oral Pathology, vol. 61, no. 1, pp. 12–

14.

Bezerra TP, Studart-Soares EC, Scaparo HC, Pita-Neto IC, Batista SH, Fonteles

CS., 2011, Prophylaxis versus placebo treatment for infective and

inflammatory complications of surgical third molar removal: a split-

mouth, double-blind, controlled, clinical trial with amoxicillin (500 mg) J

Oral Maxillofac Surg;69(11):e333–9. doi: 10.1016/j.joms.2011.03.055.

Epub

Blum. 2002. “Contemporary views on dry socket (alveolar osteitis): a clinical

appraisal of standardization, aetiopathogenesis and management: a

critical review,” International Journal of Oral and Maxillofacial Surgery,

vol. 31, no. 3, pp. 309–317.

Cardoso, C.L., Rodrigues, M.T.V., Ferreira, O., Garlet, G.P. & De Carvalho,

P.S.P. 2010. Clinical concepts of dry socket. Journal of Oral and

Maxillofacial Surgery.

Cardoso, M. T. V. Rodrigues, O. F. Junior, G. P. Garlet, and P. S. P. D. Carvalho.

2010. “Clinical concepts of dry socket,” Journal of Oral and

Maxillofacial Surgery, vol. 68, no. 8, pp. 1922–1932.

Page 36: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

30

Gupta, A., Marya C. M., Bhatia, H. P., dan Dahiya, V., 2014, Behaviour

Management of An Anxious Child, Stomatologija, Baltic Dental and

Maxillofacial Journal., 16:3-6.

Haraji A, Rakhshan V. 2014. Single-dose intra-alveolar chlorhexidine gel

application, easier surgeries, and younger ages are associated with

reduced dry socket risk. J Oral Maxillofac Surg;72:259–65.

Houston, J.P., McCollum, J., Pietz, D. & Schneck, D. 2002. Alveolar osteitis: a

review of its etiology, prevention, and treatment modalities. General

dentistry.

Karnure M, Munot N. 2013. Review on conventional and novel techniques for

treatment of alveolar osteitis. Asian Journal Of Pharmaceutical and

Clinical Reserch;6(2):13-17.

Karnure, M. & Munot, N. 2013. Review on conventional and novel techniques for

treatment of Alveolar osteitis. Asian Journal of Pharmaceutical and

Clinical Research.

Khitab U, Khan A, Shah SM. 2012. Chlinical characteristics and treatment of dry

socket a study. Pakistan Oral and Dental Journal;32(1):110-111.

Kolokythas, A., Olech, E., & Miloro, M. (2010). Alveolar Osteitis : A

Comprehensive Review of Concepts and Controversies. 2010.

https://doi.org/10.1155/2010/249073

Lagares, D., Figallo, M., Ruiz, M., Cossio, P., Calderon, G. & Perez, J. 2005.

Update on dry socket: a review of the literature. Medicina Oral,

Patologia Oral y Cirugia Bucal, 10(1): 77–85.

Laskin DM. editor. 2009. Oral and maxillofacial surgery . Vol 2. St.Louis: The

CV Mosby Co:p.3-44

Mainous. 1974. “ Foreign body reaction after zinc oxide eugenol packing in

localized osteitis,” Journal of Oral Surgery, vol. 32, no. 3, pp. 207–208.

Mooreand and J. H. Brekke. 1990. “Foreignbodygiantcell reaction related to

placement of tetracycline-treated polylactic acid: report of 18 cases,”

Journal of Oral and Maxillofacial Surgery , vol. 48, no. 8, pp. 808–812.

Noroozi, A.R. & Philbert, R.F. 2009. Modern concepts in understanding and

management of the “dry socket” syndrome: comprehensive review of the

Page 37: (LAPORAN KASUS)erepo.unud.ac.id/id/eprint/29909/1/363469021262077... · 2020. 7. 21. · i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

31

literature. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology

and Endodontology.

Pedersen, G. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: ECG.

Pedlar J, Frame JW. 2007. Oral and maxillofacial surgery. China: Churchill

Living Stone Elsevier;p.15,27.

Pinasti RA. (2013). Study Kasus Dry Socket Pasca-Ekstraksi Gigi di Rumah

Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Mohammad Soewandhie Surabaya Oktober 2011 – Oktober 2012

(Penelitian Analitik Observasional) Faculty of Dentistry: Airlangga

University.

Randy Lande, Billy J. Kepel, Krista V. Siagian. 2015. Gambaran Faktor Risiko

dan Komplikasi Pencabutan Gigi. Unsrat; Vol 3 No 2 (2015).

Rizkad, N. T., 2015, Dry Socket: Etiologi, Pencegahan, dan Penatalaksanaan,

(https://rizkadnt.wordpress.com/2015/01/14/dry-socket-etiologi-

pencegahan-dan penatalaksanaan/ diakses pada 22 April 2019 pukul

18.15)

Sanghai S, Chatterjee P. 2009. A concise textbook of oral and maxillofacial

surgery. New Delhi: Jaypee Publisher;p.67,91-2

Shaban B, Azimi HR, Naderi H, Janani A, Zarrabi MJ, Nejat AH. (2014). Effect

of 0,2 Chlorheksidin Gel on Frequency of Dry Socket Following

Mandibular Third Molar Surgery: A DoubleBlind Clinical Trial.

Mashhad University.175-9

Tarakji, B., et al, 2015, Systemic Review of Dry Socket: Aetiology, Treatment,

and Prevention, J Clin Diagn Res., 9(4): ZE10–ZE13.

Zuniga and J. C. Leist. 1995. “Topical tetracycline-induced neuritis: a case

report,” Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, vol. 53, no. 2, pp.

196–199.