PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

15

Transcript of PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

Page 1: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id
Page 2: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

PUSTAKA

JURNAL ILMU-ILMU BUDAYA

VOL. XVIII NO. 2 • AGUSTUS 2018

DIMENSI POLITIS DALAM SASTRA LISAN PADA MASYARAKAT MELAYU DI BANJARAN SUNGAI TANAH DELI Wan Syaifuddin ........................................................................................................................... 75

LAGU, KAUM MUDA DAN BUDAYA DEMOKRASI Roma Ayuni A. Loebis ................................................................................................................. 81

DINAMIKA PENGGUNAAN RAGAM BAHASA DIALEK JAWA BARAT: ANTARA POLITIK DAN DEMOKRASI Juanda .............................................................................................................................................. 86

MAKNA BAHASA FIGURATIF PADA LIRIK LAGU KISS FROM A ROSE OLEH SEAL I Gusti Ayu Nila Wijayanti ............................................................................................................ 89

KURSI PEMILU: SASTRA DAN BUDAYA DEMOKRASI PRAREFORMASI I Nyoman Suaka .............................................................................................................................. 92

TUTURAN BESIPUNG SUKU PASER PEMATANG KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DITINJAU DARI ASPEK PUISI LAMA DAN NILAI BUDAYA Mursalim .......................................................................................................................................... 98

DINAMIKA IDIOLOGI PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN LUH-LUH KARYA I MADE SUARSA I Ketut Sudewa, I Made Suarsa...................................................................................................... 102

ANALISIS KEBUTUHAN BAHASA JEPANG DAN BAHASA PRANCIS OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS UDAYANA IGAG Sosiowati, Putu Weddha Savitri, Putu Lirishati Soethama ............................................ 109

STUDI KELAYAKAN PEMBUKAAN PROGRAM STUDI BAHASA PRANCIS, FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS UDAYANA Nyoman Rauh Artana, Putu Weddha Savitri .............................................................................. 114

ALIH WAHANA CERITA RAKYAT TERJADINYA PULAU BALI DARI BUKU CERITA BERGAMBAR MENJADI ANIME Silvia Damayanti, Ni Putu Luhur Wedayanti, Ida Ayu Laksmita Sari ..................................... 118

PEDOMAN PENULISAN NASKAH DALAM JURNAL PUSTAKA .............................................. 126

Page 3: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

PUSTAKA

JURNAL ILMU-ILMU BUDAYAP-ISSN : 2528-7508 E-ISSN : 2528-7516

VOL. XVIII NO. 2 • AGUSTUS 2018

Penanggung JawabProf. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A

Pemimpin RedaksiNgurah Indra Pradhana, S.S., M.Hum

SekretarisI Gusti Ngurah Parthama, S.S., M.Hum

Staf RedaksiProf. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum

Drs. I Gede Nala Antara, M.HumProf. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S

Zuraidah, S.S., M.Si.Drs. I Wayan Teguh, M.Hum

Drs. I Nyoman Duana Sutika, M.Si.Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum.

Fransiska Dewi Setiowati Sunarya, S.S., M.HumDr. Bambang Dharwiyanto Putro, S.S., M.Hum.

Mitra BestariProf. Dr. I Wayan Ardika, M.A (Unud)

Prof Dr I Nyoman Darma Putra, M.Litt (Unud)Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A (Unud)

Prof. Thomas Reuter (Melbourne University)Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A. (Undiksha)

Prof. Dr. Susantu Zuhdi (UI)Prof. Dr. Irwan Abdulah (UGM)

Pelaksana Tata UsahaI Gusti Bagus Ngurah Antara, S.E., M.M.

Naskah dikirim ke alamat : [email protected]

Foto sampul karya Putu Widhi Kurniawan, UPT Lontar Unud

Page 4: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

PUSTAKA Vol. XVIII, No.2 • Agustus 2018

118

ALIH WAHANA CERITA RAKYAT TERJADINYA PULAU BALI DARI BUKU CERITA BERGAMBAR MENJADI ANIME

Silvia Damayanti, Ni Putu Luhur Wedayanti, Ida Ayu Laksmita SariProgram Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Telp: 083119841381, E-mail: [email protected]

AbstrakPenelitian ini mengkaji alih wahana cerita rakyat Bali yang berjudul Terjadinya Pulau Bali dari buku cerita bergambar menjadi anime. Objek penelitian ini adalah cerita rakyat Bali Terjadinya Pulau Bali karya Yuliadi Soekardi (2004) dan Anime Legenda Selat Bali karya Evelyn Zhang (2010). Penelitian ini dianalisis secara kualitatif dengan teori Alih Wahana Damono (2012) dan teori Strukturalis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara alih wahana cerita rakyat Bali dari buku cerita bergambar menjadi anime dan meningkatkan ketertarikan dan kecintaan masyarakat Bali terhadap cerita rakyat Bali. Hasil penelitian yaitu bahwa sebagai sarana pelestarian cerita rakyat, penulis cerita anime Legenda Selat Bali dalam proses alih wahana dari buku cerita bergambar melakukan pengurangan, penambahan, dan pemvariasian unsur-unsur intrinsik pembentuk cerita rakyat Terjadinya Pulau Bali. Pengurangan, penambahan, dan pemvariasian tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan bentuk dan jenis anime yang dibuat. Anime Legenda Selat Bali diperuntukkan bagi anak-anak oleh karena itu, terdapat pengurangan pada tokoh cerita, alur dan peristiwa, dan latar. Pengurangan ini dilakukan untuk menyerderhanakan cerita. Selain itu, penyesuaian dilakukan dengan menghilangkan beberapa adegan kekerasan. Penambahan cerita terdapat pada adegan anti klimaks. Perubahan bervariasi terdapat pada bentuk perjudian yang dilakukan tokoh Manik dari perjudian dengan dadu menjadi sabung ayam. Simpulan penelitian ini adalah bahwa pengurangan, penambahan, dan perubahan bervariasi dalam cerita dilakukan pengarang agar cerita lebih menarik, manambah unsur penasaran, dan agar para pembaca tidak bosan.

Kata kunci: alih wahana, cerita rakyat, buku bergambar, anime

PENDAHULUAN

Sebagai salah satu media pelestarian, alih wahana merupakan bentuk tranformasi dari wahana yang satu ke wahana yang lain, dari berbagai jenis karya seni, ke karya seni lain. Alih wahana bisa terjadi dari cerita rekaan diubah menjadi bentuk tari, drama, atau film. Bukan hanya itu, alih wahana juga dapat terjadi dari film menjadi novel. Bahkan, puisi yang lahir dari lukisan atau lagu dan sebaliknya [1]. Fenomena alih wahana atau bentuk karya sastra menjadi bentuk yang lain ini sudah dilakukan sejak dulu. Seperti cerita

Ramayana yang telah dialihwahanakan dari prosa ke dalam film, drama, puisi, dan lain sebagainya.

Di Bali pelestarian cerita rakyat melalui alih wahana belum mendapat perhatian yang serius. Sebagian besar dari masyarakat yang tahu cerita rakyat Bali diperoleh dari dongeng yang disam-paikan orang tua, buku bacaan, dan pelajaran yang disampaikan di sekolah. Buku-buku yang berisi cerita rakyat Bali masih susah didapatkan dan bila ada buku cerita tidak dikemas dengan menarik, berisi sedikit gambar dan kata-kata yang sangat panjang, sehingga pembaca, khususnya anak-anak kurang tertarik untuk membaca. Hal ini mengaki-

Analisis Psikoligis Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi ........................................................................ Abdul AzizPUSTAKA Vol. XVIII, No.2 • 118 - 125 P-ISSN : 2528-7508E-ISSN : 2528-7516

Page 5: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

119

Alih Wahana Cerita Rakyat Terjadinya Pulau Bali....... Silvia Damayanti, Ni Putu Luhur Wedayanti, Ida Ayu Laksmita Sari

batkan tidak semua masyarakat Bali mengetahui dan memahami cerita rakyat Bali yang mengand-ung nilai-nilai tradisi budaya Bali. Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri bahwa satu kontribusi keku-rangtahuan masyarakat Bali tentang cerita rakyat Bali berdampak pada kurangnya masyarakat Bali memahami nilai-nilai tradisi budaya Bali.

Fahmi (2015) dalam penelitiannya “Transfor-masi Sastra: Geliat Ekranisasi” membahas tran-formasi karya sastra novel ke dalam film yang se-dang marak dilakukan saat itu. Penelitian Fahmi menggunakan metode fenomenoogi yang diang-kat dari ketertarikan masyarakat umum terhadap film. Hasil yang diperoleh bahwa ekranisasi men-jadi salah satu strategi belajar yang efektif. Kesu-litan siswa dalam memahami sebuah novel dapat dijembatani dengan ekranisasi dan dekranisasi. Ekranisasi yang dilakukan dari novel ke film dapat meningkatkan minat baca pada remaja, khususnya pada siswa SMA. Maraknya diskusi film dari trans-formasi novel, membuktikan geliat ekranisasi tidak hanya persoalan visual tetapi pada pesan yang dis-ampaikan antara sutradara dan pengarang. Pene-litian ekranisasi yang dilakukan Fahmi merupakan bagian dari alih wahana, yaitu alih wahana dari novel ke film (ekranisasi). Walaupun objek pene-litian berbeda, namun penelitian Fahmi dijadikan dasar pemikiran penelitian [2]. Penelitian Fahmi (2015) dijadikan pijakan bahwa alih wahana ada-lah sarana yang tepat dan efektif dalam pelestarian cerita rakyat.

Dengan mengetahui pentingnya pelestarian cerita rakyat sebagai salah satu media penanaman karakter masyarakat dan bangsa maka penelitian ini akan membahas alih wahana cerita rakyat di Bali sebagai upaya pelestarian cerita rakyat dengan menggunakan teori Alih Wahana, Teori Strukturalis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pelestarian cerita rakyat upaya pelestarian dan peyebarluasan cerita rakyat di Bali.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara kualitatif meng-gunakan pendekatan komperatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode ke-

pustakaan (library research dengan adalah teknik catat, yaitu mencatat hal atau temuan data yang di-jadikan model analisis data dalam buku bergambar cerita rakyat Terjadinya Pulau Bali karangan Yuli-adi Soekardi (2004) dan anime berjudul Legenda Selat Bali karya Evelyn Zhang (2010). Setelah data terkumpul, data diklasifikasi berdasarkan proses perubahan yang terjadi akibat alih wahana, yaitu proses penciutan, penambahan, dan perubahan variasi.

Data yang telah diklasifikasikan dianalisis de-ngan metode deskriptif analitik dan metode formal. Metode deskriptif analisis ini dilakukan dengan cara mendeskrisipkan fakta-fakta yang disusul dengan analisis. Cara kerja metode deskriptif analisis tidak semata menggambarkan, tetapi juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya. Metode deskriptif analisis bisa digabungkan dengan metode formal[3]. Mula-mula data dideskripsikan dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya pem-bentuk cerita rakyat dalam buku cerita rakyat dan komik dengan mengunakan teori struktural, kemu-dian dibandingkan dengan menggunakan teori alih wahana Damono (2005) dengan menggunakan metode komperatif untuk menemukan perubahan unsur pembentuk certia rakyat. Hasil analisis disa-jikan secara informal, yaitu melalui kata-kata, kali-mat, dan bentuk-bentuk narasi yang lain.

Sinopsis Cerita Terjadinya Pulau BaliPada zaman dahulu saat daratan Pulau Jawa

dan Pulau Bali masih menyatu, hiduplah seorang pendeta yang termasyur bernama Ki Sidi Mantra dan anaknya Manik Angkeran. Ia mengajar murid-murid dari berbagai daerah di padepokannya yang terletak di negeri Daha daratan Pulau Jawa. Dikisahkan beberapa murid Ki Sidi Mantra yang saat itu berguru di padepokan, yaitu Surya, Bomantara, Jaka, Palguna, dan Manik Angkeran. Hampir semua muridnya mampu melaksanakan dharmanya dan mengikuti ajaran gurunya, tetapi ada pula yang menyimpang, salah satunya adalah Manik Angkeran. Ki Sidi Mantra sangat menyayangi dan memanjakan Manik Angkeran, anak semata wayang, yang ditinggal oleh ibunya ketika dilahirkan.

Page 6: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

PUSTAKA Vol. XVIII, No.2 • Agustus 2018

120

Kasih sayang Ki Sidi Mantra menjadikan Manik Angkaran berkepribadian buruk. Ia hobi berjudi dan arogan. Ia karap berjudi secara diam-diam dibelakang Sidi Mantra. Walaupun sudah diperingkatkan oleh saudara perguruannya, ia tetap berjudi. Ki Sidi Mantra akhirnya mengetahui perbuatan anaknya dan melarang perjudian di Desa Papar karena meresahkan warga desa. Manik Angkeran tidak juga mau berubah, tergiur dengan harta yang didapat secara singkat, ia pun tetap melakukan perjudian di Desa Wangom hingga menyebabkan ia terlilit hutang yang banyak.

Hutang Manik tidak hanya membuat Manik yang susah namun Sidi Mantra dan orang-orang yang berada di Padepokan juga ikut menanggungnya, pasalnya orang-orang bayaran di tempat perjudian tersebut melakukan tindakan kekerasan dan menyerang Padepokan agar Manik mau melunasi hutangnya. Karena tidak tahan dengan itu semua, Sidi Mantra akhirnya meminta bantuan kepada Naga Basuki di lereng Gunung Agung. Dengan menggunakan genta pemberian orang tua berambut putih saat Manik lahir, Ki Sidi Matera menemui Naga besuki. Naga Basuki dengan baik hati membantu Sidi Mantra dengan mengeluarkan emas dari sisik kulit naganya. Pertolongan hanya dapat dilakukan sekali dan dengan syarat dipakai untuk melunasi hutang.

Hutang pun lunas, tetapi Manik Angkeran berjudi lagi. Bahkan habisnya semua harta benda peninggaan Ibunya yang membuat Ki Sidi Mantera turun tangan dengan meminta bantuan kepada Naga Basuki pun tidak membuat Manik Angkeran jera. Ia melakukan kesalahan itu lagi. Sidi Mantra yang sudah meminta bantuan kepada Naga Basuki mengutus Manik agar menemui Naga Basuki seorang diri. Namun apa daya, Manik yang silau akan harta, memotong ujung ekor Naga Basuki yang berisikan berlian yang cantik dan membuat Naga Basuki sangat murka sehingga mengurungnya di Gua Selamangleng yang panas.

Mendengar hal itu Sidi Mantra menemui Naga Basuki untuk meminta maaf dan memasang kembali ekor Naga Basuki yang sempat dipotong oleh Manik. karena kebaikan Sidi Mantra, Naga Basuki membebaskan Manik. Sidi Mantra akhirnya

berpikir, sifat Manik tidak akan berubah jika ia kembali pulang dengannya ke negeri Daha maka dengan persetujuan Naga Basuki, Sidi Mantra memisahkan dataran Gunung Agung dengan dataran di negeri Daha. Sidi Mantra menggambar garis lurus dengan tongkatnya lalu dari garis tersebut keluarlah air dan dua dataran itu terpisah. Manik Angkeran, Naga Basuki dan Naga Kecil yaitu murid dari Naga Basuki tinggal di dataran Gunung Agung yang sekarang disebut dengan Bali, sedangkan Sidi Mantra tinggal di dataran negeri Daha yang sekarang dikenal dengan Pulau Jawa. Dengan demikian Sidi Mantra dapat pulang dengan tenang karena Manik tidak akan pernah bisa ke negeri Daha. Manik dibimbing oleh Naga Basuki agar sifatnya berubah, karena Sidi Mantra sudah tidak dapat membimbing Manik.

Sinopsis Cerita Legenda Selat BaliPada zaman dahulu Jawa dan Bali adalah satu

pulau .Saat itu hidup seorang brahmana yang sakti dan baik hati bernama Mpu Bekung dengan anaknya Manik Angkeran.Manik Angkeran gemar berjudi dan sering kalah. Akibatnya ia berhutang banyak sekali dan akhirnya meminta tolong kepada ayahnya. Mpu Bekung merasa kasihan kepada anak yang sangat dicintainya tetapi harta yang dimilikinya telah habis untuk membayar hutang judi Manik Angkeran sebelumnya. Mpu Bekung pun memcari cara dan meminta petunjuk dari para Dewa. Suatu hari Dewapun memberi petunjuk agar Mpu Bekung pergi ke Gunung Agung untuk menemui Naga Besakih.

Diam-diam Manik Angkeran mengikuti Mpu Bekung yang pergi dengan membawa genta ke Gunung Agung. Manik Angkeran melihat ayahnya memohon bantuan. Naga Besakih pun membantu Mpu Bekung dengan memberikan harta dari sisiknya. Manik Angkeran yang tamak takjub melihat ayahnya menerima harta yang banyak dengan mudah. Ia pun pulang diam-diam sebelum ketahuan ayahnya. Setelah membayar semua hutangnya, Manik Angkeran yang masih memiliki sisa uang pun berjudi lagi dan kembali berhutang. Suatu hari, Manik Angkeran mencuri genta milik ayahnya, kemudian menemui Naga Besakih untuk

Page 7: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

121

Alih Wahana Cerita Rakyat Terjadinya Pulau Bali....... Silvia Damayanti, Ni Putu Luhur Wedayanti, Ida Ayu Laksmita Sari

meminta bantuan agar diberikan harta. Naga Besakih membantu Manik Angkeran, tetapi pada saat Naga ingin pergi, Manik melihat permata bersar di ekor Naga Besakih. Ia pun memotong ekor Naga Besakih. Manik Angkeran melarikan diri, namun dengan kesaktiannya Naga membakar Manik Angkeran menjadi abu.

Mpu Bekung mengetahui bahwa anaknya te-lah tiada akibat kejahatan anaknya sendiri. Ia me-minta maaf kepada Naga Besakih dan memohon agar anaknya dihidupkan kembali. Naga Besakih menyanggupi permintaan tersebut dengan syarat Mpu Bekung harus dapat menyambungkan kem-bali ekornya. Dengan kesakitiannya Mpu Bekung mengembalikan ekor Naga dan memindahkan per-mata ke mahkota Naga. Mpu Bekung pun diberi gelar Sidi Mantera yang berarti Brahmana yang sangat Sakti. Akhirnya Manik Angkeran dihidup-kan kembali. Manik Angkeranpun memohon am-pun kepada Naga Besakih. Kemudan, Mpu Bakung meminta Naga menerima Manik sebagai muridnya supaya ia dapat belajar kebajikan dan kehidupan dari Naga Besakih. Naga Besakih menyanggupi dengan demikian Manik Angkeran tinggal dengan Naga Besakih dan ayahnya pulang ke Jawa. Dalam perjalannya kembali ke Jawa Sidi Mantra khawa-tir bahwa Manik Angkeran akan kembali puang ke Jawa dan berjudi maka dengan kesaktiannya ia mengeluarkan air dari bawah tanah dan menjad-ikannya laut yang memisahkan Jawa dengan Bali laut itu kemudian diberi nama selat Bali

Alih Wahana Cerita Rakyat “Terjadinya Pulau Bali” dari Buku Bergambar Menjadi Anime “Legenda Selat Bali”

Alih wahana cerita Cerita Rakyat Terjadinya Pulau Bali dari Buku Bergambar Menjadi Anime Legenda Selat Bali dipaparkan berdasarkan unsur-unsur intrinsik pembentuk karya sastra berupa tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudur pandang. Berikut paparan alih wahana Cerita Rakyat Terjadinya Pulau Bali dari Buku Bergambar Menjadi Anime Legenda Selat Bali.

TemaMenurut Stanton tema adalah makna yang

dikandung oleh sebuah cerita[4]. Tema cerita rakyat dalam buku bergambar Terjadinya Pulau Bali dan anime Legenda Selat Bali tidak mengalami perubahan, kedua cerita memiliki tema yang sama, yaitu asal usul Selat Bali. Baik dalam buku cerita rakyat dan anime mengisahkan tentang terjadinya Selat Bali, bahwa Selat Bali terbantuk karena kesaktian yang dimiliki Sidi Mantra yang khawatir bahwa Manik Angkeran akan kembali ke Negeri Daha atau Jawa maka dengan tongkatnya ia mengeluarkan air dari tanah dan jadilah laut yang memisahkan Jawa dengan Bali. Laut itu kemudian diberi nama selat Bali

PenokohanPenokohan merujuk tokoh dan perwatakan

tokoh. Tokoh merupakan pelaku cerita yang melakukan berbagai aksi dan peristiwa yang ditimpakan kepadanya. Sedangkan perwatakan tokoh adalah kualifikasi mental dan fisik yang dimiliki oleh tokoh cerita yang membedakan antara satu tokoh dengan tokoh lain dalam cerita[4]. Pada proses alih wahana Cerita Rakyat Terjadinya Pulau Bali dari buku bergambar menjadi anime Legenda Selat Bali terjadi perubahan dalam penokohan, yaitu terjadi penyempitan atau pengurangan tokoh.

Dalam cerita Terjadinya Pulau Bali di buku bergambar terdapat dua puluh tiga tokoh, yaitu terdiri atas Ki Sidi Mantra dan Manik Angkeran sebagai tokoh utama. Sedangkan tokoh tambahan utama adalah murid padepokan yang terdiri atas Jaka Sengara, Bomantara, Surya, dan Palguna. Selain itu, terdapat tokoh Pak Lurah, Jagabaya, dan kelima orang yang membantu Pak Lurah. Ki Wulung, Bondan (orang suruhan Ki Wulung), Para warga, Seorang petani, Endang Arga, Pak Kawituwo, Bandar, Bu Sumi, Gento, belasan Anak buah Gento, Seorang tua berambut putih, Naga Kecil, dan Naga Basuki.

Sedangkan tokoh dalam anime Legenda Selat Bali hanya terdapat dua tokoh utama Mpu Bekung dan Manik Angkeran, dan tokoh tambahan Naga Besakih dan penduduk desa yang menagih hutang judi Manik Angkeran.

Pada buku bergambar, jumlah tokoh lebih banyak dari pada anime. Hal ini disebabkan karena

Page 8: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

PUSTAKA Vol. XVIII, No.2 • Agustus 2018

122

cerita dalam buku bergambar alur cerita lebih kompleks. Banyaknya tokoh sampingan dalam buku cerita bergambar membuat cerita semakin menarik karena seiring banyaknya tokoh yang muncul membuat konflik pada cerita semakin memanas. Sedangkan pada versi anime, tokoh hanya dimunculkan sebanyak tiga orang yang merupakan tokoh utama saja kerena durasi yang terbatas dan memudahkan penonton, khususnya penonton anak-anak dalam memahami cerita.

Tokoh-tokoh yang terdapat pada buku bergam-bar dan anime memiliki sifat yang sama hanya saja penggambaran fisiknya yang sedikit berbeda, salah satu contohnya adalah tampilan pakaian setiap to-koh dalam cerita. Dalam buku bergambar para to-koh digambarkan mengenakan pakaian tradisional Bali, sedangkan dalam anime para tokoh digam-barkan mengenakan baju pendeta agama Hindu. Walaupun adanya penciutan pada tokoh sampin-gan pada anime, namun alur secara keseluruhan ti-dak terpengaruh. Berikut data gambar tokoh dalam buku cerita bergambar dan anime.

Gambar 1. Tokoh Manik sedang berkelahi

Gambar 2. Tokoh Manik dililit hutang

AlurMenurut Lukens alur merupakan tingkah laku

tokoh dalam aksinya yang diperlihatkan dalam urutan kejadian. Alur membuat segala sesuatu yang dikisahkan bergerak dan terjadi [4]. Dalam buku cerita bergambar Terjadinya Pulau Bali yang terdiri atas 126 halaman ini, alur peristiwa disajikan dengan kompleks, penuh dengan konflik, dan urutan peristiwa tidak dikisahkan secara progresif linier dan runtut (alur maju), tetapi dikisahkan dengan teknik sorot-balik (flash-back).

Kekompleksan cerita pada buku bergambar Terjadinya Pulau Bali ditandai dengan banyaknya tokoh tambahan dalam cerita seperti yang telah di bahas pada 3.2.2 di atas dan aksi yang ditampilkan dalam balutan konflik-konflik yang melanda tokoh utama. Konflik-konflik yang dialami oleh tokoh utama berupa konflik batin dan konflik eksternal dengan tokoh lainnya membuat cerita menarik dan menegangkan. Bahkan konflik terjadi dari awal cerita, yaitu pada tahap perkenalan karakter tokoh utama, Manik Angkeran, yang gemar berjudi dan berkarakter arogan. Manik Angkeran berkelahi dengan teman seperguruannya yang melaporkan tentang kegiatan berjudi yang dilakukannya di desa kepada Ayahnya, Ki Sidi Mantera[5].

Sedangkan teknik sorot balik pada buku cerita bergambar Terjadinya Pulau Bali dikisahkan dua kali. Sorot balik yang pertama pada perkenalan perwatakan tokoh Manik Angkeran yang manja melalui kenangan masa lalu tokoh Ki Sidi Mantra.yang tidak bisa memiliki anak selama sepuluh tahun dan kehilangan ibu saat dilahirkan. Sorot balik selanjutnya terdapat pada peristiwa kenangan tokok Ki Sidi Mantra saat menerima genta dari tokoh kakek berambut putih yang dipakainya untuk menemui Naga Besuki.

Berikut runtutan peristiwa dalam buku cerita bergambar Terjadinya Pulau Bali.

Page 9: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

123

Alih Wahana Cerita Rakyat Terjadinya Pulau Bali....... Silvia Damayanti, Ni Putu Luhur Wedayanti, Ida Ayu Laksmita Sari

Manik terkena masalah dengan banyak hutang akibat judi

Sidi Mantra membantu Manik yang berjanji bertobat

Manik diasingkan

Manik kembali berjudi.

harta Manik habis karena judi

Manik berkelahi dengan penagih hutang

Sidi Mantera membantu Manik

Naga Besuki membantu Sidi Mantera

Hutang lunas, Manik kembali berjudi

Sidi Mantra mengutus Manik kpadae Naga Besuki

Manik memotong ekor Naga Besuki

Manik dihukum di gua Selamagleng

Sidi Mantra mengembalikan ekor Naga

Manik bertobat dan menjadi murid Naga Besuki

Sidi Mantra membuat batas dan terbentuklah selat Bali

konflik

konflik

konflik

konflik

konflik

konflik

konflik

konflik

konflik

konflik

konflik

konflik

konflik

konflik

konflik

Perkenalan tokoh konflik flasback

flasback

perkenalan

Pengembangan cerita

Klimaks

Anti Klimaks

Bagan 1. Alur pada Buku Bergambar Terjadinya Pulau Bali

Manik terlilit banyak hutang karena be judi

Mpu Bekung membantu Manik

Flash back

perkenalan

konflik

Manik melunasi hutang dan kembali berjudi

Manik mencuri genta Mpu Bekung

Ekor Naga Besakih dipotong Manik

Manik dibunuh oleh Naga Besakih

Mpu Bekung menyambung ekor Naga Besakih

Naga menghidupkan kembali Manik Angkaran

Manik menjadi murid Naga Besakih

Mpu Bekung membuat batas dan terjadilah selat Bali

pengembangan

kliamaks

Anti klimaks

Perkenalan tokoh

konflik

Manik diam-diam mengikuti Mpu Bekung ke Gunung Agung

Pada proses alih wahana menjadi Anime Legenda Selat Bali terjadi pengurangan dan perubahan bervariasi pada beberapa peristiwa pembentuk cerita. Dalam anime Legenda Selat Bali yang berdurasi 7 menit 21 detik ini alur peristiwa disajikan menjadi lebih sederhana, tidak kompleks dan disajikan dengan teknik sorot balik. Kesederhanaan cerita dalam anime Legenda Selat Bali tampak sedikitnya peristiwa dan konflik yang dialami keempat tokoh, yaitu Mpu Bekung, Manik Angkaran, Naga Besakih, dan para penduduk. Konfik terjadi dua kali, yaitu konflik eksternal antara Manik Angkaran dengan penduduk desa pada saat Manik Angkaran ditangih hutang judi dan konflik

Bagan 2. Alur pada Buku Bergambar Legenda Selat Bali

eksternal Manik Angkaran dengan Naga Besakih pada saat Manik Angkaran memotong ekor Naga Besakih. Berikut bagan alur Legenda Selat Bali.

Pada proses alih wahana menjadi Anime Legenda Selat Bali perubahan bervariasi Perubahan didapati pada adegan perjudian dan peristiwa pendeta Sidi Mantra (Mpu Bekung) dengan Naga Besuki (Naga Besakih) di Gunung Agung, dan kematian Manik Angkaran. Pada adegan perjudian yang dilakukan oleh Manik Angkeran dalam buku bacaan dengan menggunakan dadu (hlm 26), sedangkan dalam anime objek perjudian yang dilakukan adalah metajen (sabung ayam) (00:34). Perubahan dilakukan untuk menyesuaikan budaya Bali yang biasanya dilakukan dengan metajen (sabung ayam). Berikut data gambar peristiwa perjudian dalam buku bergambar dan anime.

Page 10: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

PUSTAKA Vol. XVIII, No.2 • Agustus 2018

124

Perubahan bervariasi selanjutnya peristiwa ketika pertama kali Manik ingin bertemu Naga Basuki. Pada versi anime, Manik mencuri lonceng (genta) yang terdapat di kamar Mpu Bekung. Ia mencurinya ketika Mpu Bekung sedang terlelap tidur. Sedangkan dalam versi buku bergambar, Sidi Mantra menyuruh Manik menemui Naga Basuki karena Sidi Mantra sudah sangat malu menemui Naga Basuki untuk kesekian kalinya hanya untuk meminta bantuan karena perjudian Manik (hlm 103). Selain itu, perubahan bervariasi juga terdapat pada peristiwa hukuman yang diterima oleh Manik Angkaran karena memotong ekor Naga Basuki (Naga Besakih), pada buku bergambar Manik Angkeran dihukum dengan memasukkan ke Selamangleng (batu menggantung) agar merasakan panasnya uap yang keluar dari Kawah Gunung Agung, sedangkan dalam animasi Naga Besakih membunuh Manik Angkaran dengan semburan api. Setelah Mpu Bekung memohon ampun dan menyambungkan kembali ekor Naga Besakih, Manik Angkeran pun dihidupkan kembali. Perubahan bervariasi ini dibuat oleh penulis anime agar cerita lebih menarik.

LatarPada proses alih wahana menjadi Anime

Legenda Selat Bali tidak terjadi perubahan latar suasana yang begitu berbeda, tetapi terjadi penyempitan latar tempat yang cukup signifikan. Latar tempat dalam buku bergambar yang menampilkan 22 (dua puluh dua) latar tempat, seperti : Padepokan di negeri Daha dataran pulau Jawa, Kebun belakang Padepokan, Pinggir kebun belakang Padepokan, Rumah Pak Lurah di desa Papar, Tempat perjudian di Desa Papar, Desa Papar, Ruang tengah Padepokan, Perpustakaan Padepokan, Desa Wangon, Rumah Bondan di Desa Wangon, Halaman rumah Pak Kawituwo Desa Wangon, Kamar di rumah Bondan Desa Wangon, Kamar-kamar Padepokan, Warung nasi Bu Sumi, Desa Daha, Gua di kaki Gunung Agung, Dataran daerah Bali, Ruangan khusus di Padepokan, Di depan pintu masuk Gua Gunung Agung, Ruang depan kamar Sidi Mantra, Padepokan, Desa Daha, Sanggar Padepokan, Gua kecil dekat dengan gua tempat Naga Basuki, lereng gunung Agung dataran Bali, Pohon beringin di lereng Gunung Agung, dan Gua Selamangleng. Sedangkan dalam anime latar tempat terdiri atas negeri Daha-Jawa, tempat berjudi, lereng gunung agung, kamar Mpu Bekung, dan Pulau Jawa dan pulau Bali. Latar-latar yang banyak dihilangkan dalam versi anime karena pada latar dalam buku bergambar merupakan latar tambahan yang mendukung cerita, sedangkan dalam versi anime yang hanya menampilkan pokok cerita tidak memerlukan latar tambahan.

KESIMPULAN

Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai sarana pelestarian cerita rakyat, penulis cerita anime Legenda Selat Bali dalam proses alih wahana dari buku cerita bergambar melakukan pengurangan, penambahan, dan pemvariasian unsur-unsur intrinsik pembentuk cerita rakyat Terjadinya Pulau Bali.

Pengurangan, penambahan, dan pemvariasian tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan bentuk dan jenis anime yang dibuat. Anime Legenda Selat Bali diperuntukkan bagi anak-anak

Gambar 3. Judi dadu

Gambar 4. metajen (sabung ayam)

Page 11: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

125

Alih Wahana Cerita Rakyat Terjadinya Pulau Bali....... Silvia Damayanti, Ni Putu Luhur Wedayanti, Ida Ayu Laksmita Sari

oleh karena itu, terdapat pengurangan pada tokoh cerita, alur dan peristiwa, dan latar. Pengurangan ini dilakukan untuk menyerderhanakan cerita. Selain itu, penyesuaian dilakukan dengan menghilangkan beberapa adegan kekerasan. Penambahan cerita terdapat pada adegan anti klimaks. Perubahan bervariasi terdapat pada bentuk perjudian yang dilakukan tokoh Manik dari perjudian dengan dadu menjadi sabung ayam. Perubahan tersebut dilakukan pengarang agar cerita lebih menarik, manambah unsur penasaran, dan agar tidak mebosankan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang mendukung penulisan makalah, khususnya kepada Rektor Universitas Udayana atas dana penelitian Hibah Unggulan Program Studi dengan dana PNBP melalui LPPM dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor : 1443/UN14.1/LT/SPK/2016.

REFERENCES

[1] Damono, Sapardi Djoko (2005). Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa

[2] Fahmi (2015). Sisba Seminar Internasional Sastra Bandung 2015 (Editor:Mediawati Mamat Mustaffa): Sastra Kita Kini, Dulu, dan Nanti. “Transformasi Sastra: Geliat Ekranisasi”

[3] Ratna, Nyoman Kutha (2004) Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Srukturslisme hingga Poststrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogkarta: Pustaka Pelajar

[4] Nurgiantoro, Burhan (2010). Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[5] Soekardi, Yuliadi (2004). Terjadinya Pulau Bali (Kisah Manik Angkeran). Bandung. Pustaka Setia

Page 12: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id

PUSTAKA Vol. XVIII, No.2 • Agustus 2018

126

JUDUL NASKAH (capital, 14 pt, bold, centered)Penulis Pertama1, Penulis Kedua2, Penulis

Ketiga3 (12pt)Afiliasi (10 pt)Alamat e-mail (10 pt)

Abstrak (12 pt, bold)Abstrak dapat dibuat dalam bahasa Indonesia

maupun bahasa Inggris. Jenis huruf yang digunakan Times New Roman, ukuran 10 pt, spasi tunggal. Abstrak meringkas isi yang mencangkup tujuan penelitian, metode penelitian, serta hasil analisis. Panjang abstrak tidak lebih dari 250 kata. Disertai pula kata-kata kunci (keywords) maksimal 4 kata yang menjadi inti pembahasan.

Pendahuluan/Metode Penelitian/Pembaha-san/Simpulan (12 pt, bold)

Naskah ditulis dengan jenis huruf Times New Roman ukuran 11pt, spasi tunggal, justified. Naskah ditulis ukuran A4 (210 mm x 297 mm) dengan margin atas 3,5 cm, bawah 2,5 cm, kiri dan kanan masing-masing 2 cm. Panjang naskah berkisar antara 8 sampai 20 halaman termasuk gambar dan tabel. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia. Jika mencantumkan tabel wajib diketik bukan hasil foto. Lampiran gambar harus jelas dengan ukuran yang layak untuk dicetak.

PEDOMAN PENULISAN NASKAH DALAM JURNAL PUSTAKA

Daftar Pustaka (12 pt, bold)Daftar pustaka diitulis secara berturut-turut

mulai dari Nama Pengarang, tahun terbit, Judul Buku, tempat terbit, penerbit).Contoh :Sudipa, I Nengah. 2010. Struktur Semantik: Verba Keadaan Bahasa Bali. Denpasar: Udayana University Press

KETENTUAN TEKNIS1. Naskah dicetak dan diserahkan/dikirimkan se-

banyak 2 eksemplar ke Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dengan alamat Jl. Pulau Nias, No. 13, Sanglah-Denpasar.

2. Naskah juga dikirimkan dalam bentuk softcopy ke alamat email : [email protected]

3. Naskah paling lambat diterima satu bulan pada masing-masing edisi penerbitan; paling lambat bulan januari untuk edisi penerbitan bulan peb-ruari dan paling lambat bulan juli untuk pener-bitan bulan agustus.

4. Naskah yang telah diterima akan mendapat-kan surat keterangan penerimaan naskah dari redak tur dan dikirimkan melalui email.

5. Penulis tidak dipungut biaya apapun.6. Penulis yang naskahnya dimuat akan mendapat-

kan dua eksemplar Jurnal Pustaka.

Page 13: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id
Page 14: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id
Page 15: PUSTAKA - erepo.unud.ac.id