Laporan Fl Napza (1)
-
Upload
jati-fal-putra -
Category
Documents
-
view
148 -
download
16
description
Transcript of Laporan Fl Napza (1)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ditentukan oleh dua faktor yang saling
berhubungan dan saling tergantung yakni kesehatan dan pendidikan. Kesehatan
merupakan bagian penting untuk tercapainya keberhasilan suatu pendidikan,
sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan mempengaruhi tingkat kesehatan. Oleh
karena itu, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan titik berat pada upaya promotif
dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, menjadi
sangat penting dan strategis untuk mencapai status kesehatan yang setinggi-tingginya
pada anak sekolah.
Pelaksanaan UKS ditingkat pendidikan dasar (TK dan SD) berbeda dengan
tingkat menengah (SMP dan SMA). Pelaksanaan UKS pada tingkat pendidikan
menengah lebih difokuskan pada upaya preventif perilaku berisiko seperti
penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya),
kehamilan tidak diinginkan, abortus yang tidak aman, infeksi menular seksual,
kesehatan reproduksi remaja, kecelakaan dan trauma lainnya. Perilaku ini rentan
dilakukan remaja karena sesuai dengan ciri dan karakteristik remaja yang selalu ingin
tahu, suka tantangan dan ingin coba-coba hal baru. Untuk mengatasi hal tersebut,
Kementerian Kesehatan RI telah memberikan perhatian khusus terhadap masalah
kesehatan remaja melalui pengembangan konsep ”Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja” (PKPR). PKPR dilakukan secara proaktif untuk mendorong dan
meningkatkan keterlibatan dan kemandirian remaja dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatannya.
UKS dilakukan atas kerjasama berbagai sektor yang terlibat. Kerjasama ini
dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas sekolah, peserta didik, pemerintah
setempat, orang tua murid dan kalangan lain dalam masyarakat. UKS telah
dikukuhkan pelaksanaanya secara terpadu lintas sektor dan lintas program dalam
surat keputusan bersama (SKB) Menteri Pendidikan, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 0408/U/1984, Nomor
: 74/Tn.1984, Nomor : 60 Tahun 1984 tanggal 3 September 1984 tentang Pokok
Kebijaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah.
Peran petugas kesehatan dalam pelaksanaan UKS merupakan bagian dari
keberhasilan UKS itu sendiri. Petugas kesehatan memiliki peran dalam memberikan
pendidikan kesehatan dan upaya kesehatan dasar dalam pelaksanaan program UKS.
Mahasiswa kedokteran merupakan calon petugas kesehatan yang nantinya juga
memiliki peran dalam pelaksanaan UKS sudah sepatutnya memiliki pengetahuan dan
pemahaman terhadap pelaksanaan progam UKS itu sendiri. Hal ini, akan dilakukan
melalui kegiatan laboratorium lapangan (Field Lab) Pembinaan UKS : NAPZA pada
tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA). Bentuk dari NAPZA dan efek
penggunaannya menjadi isi dalam kegiatan kali ini.Bahaya rokok dan alkohol pun
menjadi suatu penekanan tersendiri dalam penyuluhan yang kami berikan.
Perkembangan remaja merupakan aspek awal dalam pemberian materi
penyuluhan yang diberikan kepada siswa siswi SMP. Tanda-tanda awal remaja dan
pengklafikasian remaja terdapat di dalamnya. Gangguan belajar merupakan masalah
yang sering terjadi pada remaja masa kini.Ciri-ciri remaja terkena gangguan belajar
kami sertakan dalam penyuluhan kami.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan
Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif,
dan Gangguan Belajar). Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah
diharapkan mahasiswa:
1. Mampu mengetahui pelaksanaan UKS di SMP dan SMA di wilayah kerja
Puskesmas.
2. Mampu memberikan masukan dan motivasi untuk meningkatkan pembinaan
dan pengembangan UKS kepada pengelola UKS masing-masing SMP dan
SMA di wilayah kerja Puskesmas.
3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur Pembinaan UKS
khususnya tentang pembinaan kesehatan jiwa remaja terutama NAPZA dan
gangguan belajar.
4. Mengkaji dan memberikan pendidikan kesehatan tentang Pembinaan UKS:
Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif,
hubungannya dengan Gangguan Belajar) kepada pengelola atau sasaran UKS
masing-masing SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas.
C. Materi Penyuluhan
I. Karakterisik Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin yang artinya berangsur-
angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional.
Hal ini mengisyaratkan bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase
lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap
(Al-Mighwar, 2006).
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-
dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang
secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah
berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap “ego”.Hal ini menyebabkan para remaja awal
sulit dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun.Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
kawan-kawan.Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai
teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu,
ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang
mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis,
idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri
dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-
kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).
JENIS NARKOTIKA
Jenis opioid:
· Candu (Opium). Opium ini adalah merupakan candu kasar atau mentah yanmg
didapat dari getah buah tanaman papaver samniterum yang dihisap / digores dan lalu
dibiarkan mengering. Opium merupakan golongan narkotika alami yang sering
digunakan dengan cara menghisap.
· Morpin. Jenis obat narkoba morphin ini adalah zat aktif yang diperoleh dari candu
melalui pengolahan yang dilakukan melalui proses kimia. Cara penggunaanya adalah
dengan disuntikan ke dalam tubuh dalam bentuk (injeksi).
· Putaw Heroin. Golongan narkoba sejenis ini akan lebih mudah menembus otak
sehingga lebih kuat dari morfin itu sendiri.
· Kanabis (Ganja). Inilah yang menjadi kasus narkoba yang paling banyak
diberitakan dan menyerang semua kalangan di masyarakat kita. Ganja adalah
merupakan jenis tanaman kanabis yang biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong
kecil – kecil dan digulung untuk dijadikan rokok yang disebut joints
Efek samping opioid:
• Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara
• Kerusakan penglihatan pada malam hari
• Mengalami kerusakan pada liver dan ginjal
• Peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis
• Penurunan hasrat dalam hubungan sex
• Kematian karena overdosis
JENIS PSIKOTROPIKA
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, narkoba jenis psikotropika dibedakan
menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan I, mempunyai potensi yang sangat kuat dalam menyebabkan
ketergantungan dan dinyatakan sebagai barang terlarang. Contohnya: ekstasi
(3,4-methylenedioxy methamfetamine = MDMA), lysergic acid diethylamide
(LSD), dan DOM.
2. Golongan II, mempunyai potensi yang kuat dalam menyebabkan
ketergantungan. Contohnya: Amfetamin, metamfetamin (sabu-sabu), dan
fenetilin.
3. Golongan III, mempunyai potensi sedang dalam menyebabkan
ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan tetapi harus dengan resep
dokter. Contohnya: Amorbarbital, brupronorfina, dan mogadon.
4. Golongan IV, mempunyai potensi ringan dalam menyebabkan
ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan tetapi harus dengan resep
dokter. Contohnya: Nitrazepam, diazepam, lexoton, pil koplo, sedativa (obat
penenang), dan hipnotika (obat tidur).
- AMFETAMIN
Amfetamin mempunyai dampak perangsang yang kuat pada jaringan
syaraf. Pengguna sering bertingkahlaku kasar, aneh dan menjadi tergantung
pada obat ini secara mental. Dampak yang ditimbulkan dari pengguna
amfetamin antara lain: penurunan berat badan, mudah marah dan bingung,
gelisah, susah tidur, dan mudah tersinggung.
Amfetamin biasanya disalahgunakan untuk menimbulkan kegembiraan,
tenaga bertambah, perasaan sehat, berkuasa, dan percaya diri. Penggunaan
yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada otak (otak mengerut),
berakibat paranoid sampai menjadi gila, dan akhirnya kematian. Jenis obat
terlarang ini berbentuk pil, kapsul, dan tepung. Tersedia dalam berbagai
merek diantaranya dexamphetamin (dexedrin) dan pemoline (volital).
- EKSTASI
Nama lain ekstasi adalah 3,4-methylenedioxy methamfetamine disingkat
MDMA. Ekstasi adalah salah satu zat psikotropika dan diproduksi secara
tidak sah (ilegal) dalam bentuk tablet atau kapsul. Jenis ekstasi yang populer
beredar di masyarakat adalah apel, butterfly, alladin, dan electric. Nama gaul
ekstasi di jalanan antara lain dikenal sebagai E, XTC, Doves, New Yorkers,
Inex, I, kancing, dan Essence.
Pengaruh langsung bagi pengguna ekstasi setelah memakai ekstasi
adalah menyebabkan perasaan 'fly' (terbang, gembira), mudah tersinggung,
cemas, menjadi energik, mata sayu, susah tidur, dan berkeringat. Akibat
jangka panjang dari pemakaian ekstasi adalah kerusakan syaraf otak,
dehidrasi, halusinasi, kurang gizi, ketergantungan, gejala putus asa, dan
agresif (hilang akal sehat).
- SABU-SABU
Nama asli sabu-sabu adalah methamfetamin. Sabu-sabu berbentuk
kristal seperti vetsin. Jenis sabu-sabu antara lainCrystal, Coconut, dan Gold
River. Sabu-sabu dikenal dengan sebutan ice, kristal, ubas, mecin, glass,
hirropon, dan quart. Obat ini dapat ditemukan dalam bentuk kristal dan tidak
mempunyai warna maupun bau, olehnya itu sabu-sabu mempunyai nama lain
ice.
Sabu-sabu juga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap syaraf.
Pemakai sabu-sabu akan selalu bergantung pada obat ini dan berlangsung
lama, bahkan bisa mengalami sakit jantung dan dapat menyebabkan
kematian.:
ZAT ADIKTIF
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a. Minuman berakohol,
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat,
dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan
tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika,
memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
berakohol, yaitu :
- Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir)
- Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
- Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,
Johny Walker, Kamput.
b. Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor
dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner,
penghapus cat kuku, bensin.
c. Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat.
Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol
terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok
dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih
berbahaya. Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan,sebagai
berikut:
- Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika Golongan I.
- Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika.
- Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.
- Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.
MINUMAN KERAS
Jenis-jenis miras oplosan:
1. Miras dengan minuman berenergi
Jika digabungkan, efeknya bisa memicu gagal jantung.
2. Miras dengan susu
Miras oplosan jenis ini dapat menyebabkan keracunan..
3. Miras dengan spiritus atau jenis miras yang lain .
Sementara alkohol dengan satu atom karbon atau metanol umumnya digunakan
sebagai pelarut atau bahan bakar, sehingga sangat beracun jika diminum. 10 mL
methanol cukup untuk menyebabkan kebutaan dan 30 mL akan menyebabkan
dampak lebih fatal termasuk kematian.
4. Miras dengan obat-obatan
Dengan anggapan akan mendongkrak efek alkohol, beberapa orang menambahkan
obat-obatan ke dalam minuman keras. Mulai dari obat tetas mata, obat sakit kepala,
hingga obat nyamuk. Karena akan meningkatkan aktivitas metabolisme, efek samping
paling nyata dari jenis oplosan ini adalah kerusakan hati dan ginjal.
Berikut 8 efek negatif mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan :
1. Gangguan Mental Organik (GMO)
Gangguan ini akan mengakibatkan perubahan perilaku, seperti bertindak kasar,
gampang marah sehingga memiliki masalah dalam lingkungan sekitar. Perubahan
fisiologi seperti mata juling, muka merah dan jalan sempoyongan. Perubahan
psikologi seperti susah konsentrasi, sering ngelantur dan gampang tersinggung.
2. Merusak Daya Ingat
Kecanduan minuman keras dapat nghambat perkembangan memori dan sel-sel otak.
3. Oedema Otak
Pembengkakan dan terbendunganya darah di jaringan otak.Sehingga mengakibatkan
gangguan koordinasi dalam otak secara normal.
4. Sirosis Hati
Peradangan sel hati secara luas dan kematian sel dalam hati akibat terlalu banyak
minum minuman keras.
5. Gangguan Jantung
Terlalu banyak minum minuman keras dapat membuat kerja jantung tidak berfungsi
dengan baik.
6. Gastrinitis
Radang atau luka pada lambung.Ini biasanya diakibatkan gara2 muntah akibat
mninuman keras, karena lambung harus memompa secara paksa keluar zat-zat adiktif
yang beracun dalam tubuh.
7. Paranoid
Karena kecanduan, kadang2 peminum sering seperti merasa kepala dipukuli atau
tidak tenang.Sehingga perilakunya menjadi lebih kasar terhadap orang di
sekelilingnya.
8. Keracunan / Mabuk
Terlalu banyak minum minuman keras dapat menghilangkan kesadaran dirinya alias
sudah naik alias nge-fly, biasanya ini yang dibilang "enak" dari minuman
keras.Padahal, itu jelas-jelas tanda seseorang sedang mengalami keracunan.
Melihat segala akibat yang mungkin terjadi, membatasi mengonsumsi minuman
beralkohol merupakan langkah bijak yang patut diambil sejak dini.
ZAT-ZAT BERACUN PADA ROKOK
Rokok mengandung kurang lebih 4000 lebih elemen-elemen dan setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan.Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin,
dan karbon monoksida. Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-
bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya.
Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut :
Karbon monoksida (CO)
Nikotin
Tar
Kadmium
Akrolein
Amoniak
Asam Format
Hidrogen Sianida/HCN
Nitrous Oxid.
Formaldehid
Fenol
Asetol
Hidrogen sulfida
Piridin
Metil Klorida
Metanol
Bahaya merokok:
1. Penyakit jantung
2. Penyakit paru
3. Kanker paru dan kanker lainnya
4.Diabetes
5.Impotensi
6. Menimbulkan Kebutaan
7. Penyakit mulut
8. Gangguan Janin
9. Gangguan Pernafasan
GANGGUAN BELAJAR
Menurut sudrajat, kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas,
diantaranya:
a. Learning disorder
b. Learning disfunction
c. Underachiever
d. Slow learner
e. Learning disabilities (GEMARI, 2007; Ridwan, 2009)
Tanda-tanda Kesulitan Belajar:
1. Prestasi hasil belajar dibawah rata-rata/dibawah potensi yang dimilki
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang elah dilakukan
3. Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajarnya
4. Menunjukkan sikap yang tidak wajar, seperti acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya
5. Menunjukkan perilaku berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan PR, mengganggu di dalam dan luar ruangan kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajarnya, dan sebagainya!
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti:pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi
tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan
persaan sedih atau menyesal, dan sebagainya. (Ridwan, 2009)
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar:
Dari hasil penelitian para ahli diagnostik, ditemukan empat faktor yang dapat
memperberat gangguan dalam belajar. Keempat faktor ini sering ditemukan pada
anak yang mengalami kesulitan dalam belajar (Kirk/Gallagher,1989:197). Adapun
keempat faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kondisi fisik,
Meliputi gangguan visual, gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan
dan orientasi ruang, body image yang rendah, hiperaktif, serta kurang gizi.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah yang kurang menguntungkan
bagi anak, akan menghambat perkembangan sosial, psikologis dan pencapaian
prestasi akademis. Pengalaman yang mengoncangkan jiwa, perasaan tertekan
dalam keluarga, dan kesalahan dalam mengajar juga dapat menghambat
kemajuan belajar, akan tetapi anak yang mengalami hambatan tersebut tidak
disebut anak yang berkesulitan belajar, kecuali faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan ini mengakibatkan adanya gangguan konsentrasi, memori dan
proses berfikir.
3. Faktor Motivasi dan Afeksi
Kedua faktor ini dapat memperberat anak yang mengalami berkesulitan
belajar.Anak yang selalu gagal pada satu mata pelajaran atau beberapa mata
pelajaran cenderung menjadi tidak percaya diri, mengabaikan tugas, dan
rendah diri. Sikap ini akan mengurangi motivasi belajar dan muncul perasaan-
perasaan negatif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sekolah.
Kegagalan ini dapat membentuk pribadi anak menjadi seorang pelajar yang
pasif (tak berdaya).
4. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis (yang berhubungan dengan perkembangan anak
berkesulitan belajar) ini meliputi gangguan perhatian, persepsi visual, persepsi
pendengaran, persepsi motorik, ketidakmampuan berfikir, dan lambat dalam
kemampuan berbahasa.
Mengatasi kesulitan belajar:
1. Diagnosis penyebab kesulitan belajar, apakah kesulitan membaca (disleksia),
menulis, menghitung
a. Disleksia:
Belajar membaca dengan cara mengajar membaca dengan cara phonic yaitu
melalui bunyi yang dicontohkan oleh pengajar.
b. Dysgraphia
Gunakan bantuan teknologi untuk mempermudah menulis.Meminta fotokopi
dari catatan temannya.Gunakan alat perekam untuk menangkap informasi
pelajaran.
Jika harus memberikan ujian, maka diberikan tes seperti lisan, soal dengan
pilihan danda, take home test, ataupun tes dengan cara mengetik.
c. Dyscalcucia
Peer tutoring, yaitu dengan cara mengajar privat yang merupakan cara
pendekatan intensif. Ketika masih memiliki kesulitan, maka bisa diberikan
alat bantu pintas berupa kalkulator untuk membantu berhitung. (Derek W et
al, 2005)
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Pada kegiatan field lab ini, kami melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan
tersebut diterangkan secara rinci sebagai berikut :
1. Hari 0
Survey lapanggan dilaksanakan pada tanggal 6 November 2013. Kegiatan
yang dilakukan yaitu pergi ke puskesmas untuk mengantarkan surat pengantar
dari Field Lab FK UNS sekaligus memastikan jadwal kegiatan lapangan
berikutnya.
2. Hari I
Kegiatan lapangan pertama dilaksanakan pada tanggal 13 November 2013.
Pada pertemuan ini, kami mendapat pembekalan dari dr. Sri selaku kepala
puskesmas dan dr. Puji serta Bu Wheny selaku instruktur lapangan kami, tentang
topik Keterampilan Pembinaan UKS : Kesehatan Jiwa, NAPZA (Narkotika
Psikotropika dan Zat Adiktif) dan Gangguan Belajar. Kami tiba di puskesmas
sekitar pukul 07.25 WIB dan melakukan persiapan sebelum
pembekalan.Kemudian kami menuju ruang aula Puskesmas Sambirejo.
Pembekalan yang kami dapatkan berupa penjelasan tentang isi laporan individu
dan kelompok yang harus dibuat; lokasi penyuluhan yang akan dituju untuk topik
ini, pada kesempatan ini kami akan melakukan penyuluhan di SMP 2 Sambirejo;
apa saja materi penyuluhan; dan pembekalan tata cara memberikan konseling
yang baik dan benar.
3. Hari II
Sesuai dengan pertemuan sebelumnya, pada tanggal 20 November 2013 kami
melakukan penyuluhan ke SMP 2 Sambirejo. Kami datang sekitar pukul 07.10
kemudian berangkat ke lokasi penyuluhan bersama dengan dr. Puji dan Bu
Wheny. Sesampainya di lokasi, kami disambut oleh guru dan kepala sekolah SMP
2 Sambirejo. Setelah itu kami diberi penjelasan kelas mana yang akan kami tuju
untuk pelaksanaan penyuluhan. Untuk teknis penyuluhan, dari 10 kelompok, kami
dibagi menjadi 2 kelompok untuk menyuluh 2 kelas yang berbeda.Target
penyuluhan kali ini ditujukan untuk siswa/siswi kelas 7. Materi yang kami
sampaikan antara lain tentang karakteristik remaja dan kenakalan remaja,
kandungan rokok dan bahayanya, minuman keras oplosan dan bahayanya,
NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif), serta gangguan belajar.
Berikut ini daftar mahasiswa beserta materi yang dibawakan:
1. Karakteristik anak remaja dan kenakalan remaja
- Aprilisasi P
- Ines Aprilia S
2. Kandungan rokok, minuman keras oplosan, dan bahayanya
- Riko Saputra
- Jati F P
3. NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif)
- Risky Pratiwi P.
- Fitria Dewi L
4. Gangguan Belajar
- Dea Saufika N.
- Gefaritza Rabbani
Selain itu, kami juga menunjuk moderator untuk penyuluhan kali ini.Yang
bertindak sebagai moderator adalah Achmad Nurul Hidayat untuk kelas pertama
dan Azamat Agus Untuk kelas kedua. Penyuluhan pun dimulai oleh moderator
dengan doa dan beberapa kalimat prolog, kemudian dilanjutkan dengan materi
penyuluhan, sesi tanya jawab, pembagian doorprize untuk siswa/siswi yang bisa
menjawab pertanyaan, dan di akhir pertemuan kami menampilkan sebuah video
mengenai rokok dan bahanya. Setelah itu penyuluhan pun ditutup oleh moderator.
Acara penyuluhan selesai, kami menuju ke lobby SMP 2 Sambirejo. Di sana,
kami menunggu siswa/siswi yang akan kami konseling mengenai topik kenakalan
remaja. Namun disini kami mengalami kendala.Ternyata pihak sekolah tidak
menyiapkan siswa/siswi yang benar-benar melakukan kenakalan remaja, tetapi
hanya menuliskan daftar siswa tersebut.Akhirnya kami melakukan konseling
kepada siswa/siswi yang masih ada di sekitar lingkungan sekolah. Siswa/siswi
tersebut antara lain (ga tau siapa aja). Untuk melakukan konseling kami dibagi
menjadi 5 kelompok, masing-masing 2 orang untuk mengkonseling 1 siswa/siswi.
Setelah sesi konseling selesai, kami kembali menuju ruang aula puskesmas untuk
mempresentasikan apa saja yang lakukan pada hari itu. Karena telah dilakukan
presentasi mengenai kegiatan yang dilakukan, laporan individu pun ditiadakan.
Semua acara pada hari ke II telah terlaksana semuanya, baik penyuluhan,
konseling maupun presentasi.Pertemuan ini diakhiri dengan perencanaan untuk
hari ke III dimana kami harus mempresentasikan seluruh rangkaian kegiatan
fieldlab di Puskesmas Sambirejo dan mengumpulkan laporan kelompok.
4. Hari III
Kegiatan lapangan ketiga dilaksanakan pada tanggal 27 November 2013.Pada
pertemuan ini, kami mempresentasikan hasil kegiatan yang telah kami lakukan
pada beberapa pertemuan sebelumnya di puskesmas sekaligus mengumpulkan
laporan.
BAB III
PEMBAHASAN
I. DATA
Jumlah Remaja Di Kecamatan Sambirejo Berdasarkan Rekepitulasi Jumlah Siswa SMP/MTs dan SMA/SMK/MA
No
Nama sekolah
KELAS
VII VIII IX JumlahTotal
L P Jml L P Jml L P Jml L P
1SMPN I
SAMBIREJO124 167 291 110 141 251 110 143 253 344 451 795
2SMPN II
SAMBIREJO81 95 176 85 95 180 57 80 137 223 270 493
3SMPN III
SAMBIREJO31 38 69 30 35 65 25 36 61 86 109 195
4SMP BAITUL
QURAN30 35 65 25 32 67 17 23 40 72 90 162
5MTs
SAMBIREJO- - - - - - - - - - - -
6 MTs SAMBI - - - - - - - - - - - -
Jumlah 266 335 601 250 303 563 209 282 491 725 920 1645
No
Nama sekolah
KELAS
VII VIII IX JumlahTotal
L P Jml L P Jml L P Jml L P
1SMKN
SAMBIREJO135 160 295 123 150 273 129 147 276 387 457 844
2SMA MUH 9 SAMBIREJO
15 18 33 9 12 21 15 21 36 39 51 90
Jumlah 150 178 328 132 162 294 144 168 312 426 508 934
Data di atas merupakan daftar sekolah yang merupakan wilayah kerja dari
Puskesmas Sambirejo yang terdiri dari 3 SMP, 2 MTs, 1 SMK, dan 1 SMA. Untuk
kegiatan mengenai kenakalan remaja, NAPZA, serta gangguan belajar kali ini
kami memilih SMPN II Sambirejo sebagai target penyuluhan. SMPN II Sambirejo
dipilih sebagai target dikarenakan banyaknya laporan kasus kenakalan remaja
yang muncul di lingkungan sekolah menengah pertama tersebut. Selain itu
lingkungan masyarakat di sekitar SMPN II tersebut juga sangat mendukung
terjadinya kenakalan remaja di sekolah.
Penyuluhan mengenai kenakalan remaja ini dilaksanakan di ruang kelas
SMPN II Sambirejo. Terdapat dua kelompok yang akan diberi penyuluhan, terdiri
dari kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Seharusnya terdapat 3
kelompok yang akan diberikan materi, namun karena keterbatasan sumber daya
serta waktu, maka penyuluhan hanya dilakukan kepada 2 kelompok besar.
Dalam pelaksanaan penyuluhan terdapat beberapa hambatan yang diperoleh,
terutama pada kelompok laki-laki. Kondisi yang gaduh dan banyak yang tidak
memperhatikan menyebabkan penyuluhan menjadi kurang kondusif.
Ketidakadanya microphone juga menyebabkan suara pemberi materi tidak
terdengar secara jelas hingga bangku belakang. Selain itu materi yang masih
tergolong baru seperti NAPZA juga menyebabkan para siswa kurang mengerti dan
tertarik terhadap presentasi yang disampaikan dan berujung gaduh.
Antusiasme para siswa baru muncul ketika penyuluhan mengenai rokok dan
alkohol diberikan. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kedua barang tersebut
merupakan benda yang sangat sering mereka jumpai setiap hari. Dari penyuluhan
yang dilakukan, didapatkan informasi bahwa banyak siswa yang telah
mengonsumsi rokok meskipun masih duduk di kelas 7 smp. selain itu, banyak
siswa yang ternyata belum mengetahui bahaya dari mengkonsumsi rokok dan
alkohol. Kekurangan informasi mengenai bahaya rokok dan alkohol ini mungkin
disebabkan karena lokasi SMP yang berada di desa sehingga penyebaran informasi
tidak semasif di daerah perkotaan.
Di bawah ini merupakan hasil dari konseling yang kami lakukan kepada 5
siswa SMPN II SAMBIREJO
Konseling
Laporan konseling FL Kelompok A8:
Konselor :
Achmad Nurul Hidayat
Fitria Dewi Larasuci
Identitas siswa
Nama : Aditya Ahmad
Umur : 12 tahun
Alamat: Asri Gondang RT:13, Sambirejo Sragen
Kelas : VII A
Pengetahuan tentang materi penyuluhan
Menurut Aditya materinya bagus.Baru tahu bahaya rokok, narkoba, miras dan
alkohol.Materi yang paling mudah diingat adalah tentang bahaya rokok,
dikarenakan materinya menarik dan didukung dengan video interaktif di akhir
sesi. Sedangkan, Materi yang paling susah diingat adalah tentang NAPZA
karena selain banyak macamnya juga dikarenakan suasana yang terlalu ramai.
Riwayat keluarga
Keluarga mendukung penuh suasana belajar Aditya di rumah meskipun tidak
langsung memberikan bantuan kepadanya.Misalnya ketika sedang belajar, TV
dimatikan.
Riwayat di sekolah
-Banyak teman-temannya yang suka merokok di sekolah, tepatnya di
belakang sekolah, pernah dipergoki guru akan tetapi tidak jera lalu
mengulangi kembali.
-Banyak juga teman yang suka bolos saat jam pelajaran. Akan tetapi tidak ada
tawuran.Sempat ada pertengkaran antar teman gara-gara hal sepele, seperti
rebutan pacar.
-Terkait dengan pacaran, banyak yang menjalin hubungan pacaran yang tidak
wajar. Baru-baru ini, teman lain kelasnya ‘kebablasan’ menjalin hubungan
dengan pacarnya sehingga hamil di luar nikah dengan pasangannya yang
duduk di bangku kelas IX, akhirnya kedua siswa tersebut dikeluarkan dari
sekolah.
-Tentang gangguan belajar tidak ada yang perlu dikhawatirkan berlebih
karena Aditya mengaku hanya kesulitan dalam pelajaran Agama.
Riwayat pergaulan di luar sekolah
-Setelah pulang sekolah, langsung pulang ke rumah lalu makan siang dan
istirahat.
-Sore main sepak bola. Sedangkan, malamnya belajar. Teman-temannya yang
lain banyak yang main game, play station saat jam belajar. Meski begitu,
teman pergaulan Aditya tergolong baik, karena tidak ada yang mabuk-
mabukan.
Edukasi yang diberikan
Aditya tergolong siswa didik yang pantas memberikan teladan bagi teman-
teman yang lain karena dalam kesehariannya dipenuhi dengan kegiatan yang
memberikan manfaat. Oleh karena itu, kami berikan pujian sebagai reward
serta dukungan maupun saran untuk mencari solusi mengatasi kesulitan dalam
memahami pelajaran agama Islam dengan cara mencari ustadz untuk mengaji
Laporan konseling FL Kelompok A8:
Konselor :
Aprilisasi Purnama Sari
Dea Saufika Najmi
Identitas siswa
Nama : Inez Lorenza Angelina
Umur : 12 tahun
Alamat: Kembangan
Kelas : VII B
Pengetahuan tentang materi penyuluhan
- Inez tidak mengikuti penyuluhan NAPZA dari kelompok A8 dan tidak
begitu paham tentang NAPZA termasuk apa bahayanya
- Tidak pernah mencoba NAPZA dan tidak pernah berpikir untuk mencoba
NAPZA
- Ayahnya merokok
- Tidak merasa memiliki teman yang bermasalah dengan NAPZA
Riwayat keluarga
- Anak kedua dari 2 bersaudara
- Di rumah tinggal bersama kedua orang tua nya
- Ayah dan Ibu berjualan sayur di pasar, kakak bekerja di Hongkong
- Hubungan dengan Ayah dan Ibu secara umum baik, sering menonton TV
bersama di rumah dan diantar jemput oleh Ayahnya ke sekolah, tetapi
komunikasi antara Inez dengan orang tua kurang terjalin dengan baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari Inez yang tidak terbiasa menceritakan apa yang
dialaminya kepada orang tuanya. Inez juga mengaku tidak pernah
bercerita kepada sang Ibu tentang sekolahnya. Minimnya komunikasi
mungkin disebabkan karena keterbatasan waktu yang dimiliki Inez untuk
bertemu dengan orang tua nya yang sudah harus perg ke pasar sejak jam 2
pagi
Riwayat di sekolah
- Inez mengaku tidak tahu ranking nya di sekolah
- Inez merupakan siswi yang rajin belajar (belajar setiap hari di rumah
walaupun hanya membaca)
- Tidak ada masalah dalam mengerjakan PR di rumah
- Inez pernah mengalami kesulitan belajar di sekolah yaitu untuk pelajaran
matematika khususnya materi aljabar. Setelah digali lebih lanjut, kesulitan
belajar dikarenakan guru yang kurang jelas dalam menyampaikan materi
sehingga murid-murid merasa kurang memahami materi yang
disampaikan.
- Inez pernah merasa bosan belajar tetapi tidak pernah merasa bosan untuk
sekolah dan Inez juga tidak pernah bolos sekolah
- Suasana belajar di sekolah menyenangkan tetapi kurang nyaman karena
kelasnya kotor dan piket di kelas tidak berjalan dengan baik
- Hubungan dengan teman-teman di sekolah baik-baik saja, inez akrab
dengan seluruh teman di sekolahnya tetapi inez mengaku tidak pernah
belajar bersama
Riwayat pergaulan di luar sekolah
Inez memiliki banyak tetangga di sekitar rumah. Inez banyak mengenal
tetangganya tetapi tidak terlalu dekat dan tidak biasa menghabiskan waktu
bersama tetangganya karena lelah setelah pulang sekolah dan lebih
memilih untuk istirahat di rumah
Edukasi yang diberikan
- Disarankan untuk mencoba belajar bersama teman
- Diberikan sedikit pengetahuan tentang NAPZA dan rokok serta bahayanya
- Disarankan untuk berani bertanya kepada guru apabila materi yang
diberikan oleh guru belum dapat dimengerti
Laporan konseling FL Kelompok A8:
Konselor :
Gefaritza Rabbani
Ines Aprilia Safitri
Identitas siswa
Nama : Riski
Umur : 12 tahun
Alamat: Badran
Kelas : VII
Pengetahuan tentang materi penyuluhan
Riski tidak mengikuti presentasi yang diberikan oleh mahasiswa FK UNS
sehingga untuk mengetahui seberapa jauh pasien mengerti tentang rokok dan
napza, kami mengajukan beberapa pertanyaan umum.Dari pertanyaan yang
kami berikan kami simpulkan Riski mengerti tentang miras, karena Riski
mengaku sering melihat orang mengkonsumsi miras terutama setelah
hajatan.Untuk rokok, Riski mengungkapkan bahwa di rumah ada ayah dan
kakek Riski yang merokok, dan di sekolah Riski mengetahui beberapa teman
sekelas yang merokok.Untuk napza, Riski mengaku kurang paham macam
dan efek napza karena di lingkungannya tidak ada kasus napza.
Riwayat keluarga
Riski mengaku tidak mempunyai permasalahan dengan orang tua dan
keluarganya. Hanya saja ayah dan kakeknya kurang mengetahui bahaya rokok
dan perokok pasif ditunjukkan dengan merokok di sembarang tempat
Riwayat di sekolah
- Riski tidak mempunyai geng khusus dalam membina pertemanan
- Riski memiliki sahabat yang dapat dikategorikan berprilaku baik
- Riski tidak mengalami gangguan proses belajar di sekolah ditunjukan
dengan prestasi yang baik dan stabil.
Riwayat pergaulan di luar sekolah
- Riski tampak sebagai sosok yang mampu merawat dan membawa diri
- Riski tidak menunjukkan adanya tanda anti sosial, pasien sangat
kooperatif saat konseling
- Hubungan dengan lingkungan seperti sahabat, guru, orang tua baik
- Riski mengaku sudah memiliki teman dekat lelaki, ia mulai tertarik
dengan lawan jenis sejak akhir jenjang sekolah dasar. Namun Riski
mengaku hubungan dengan teman lelaki tidak menghambat studinya,
ditunjukkan dengan pola belajar yang kontinyu dan prestasi yang selalu
baik dan stabil
- Riski mampu mengatasi masalah sendiri, misal konflik dengan teman
lelaki dengan teman lelaki pasien dapat diselesaikan sendiri dengan cara
berkomunikasi dua arah, dan konflik tadi tidak mempengaruhi hubungan
pasien dengan lingkungan sekitar. (pasien tidak menjadi moody atau
gampang marah saat hubungan dengan teman lelakinya terganggu)
- Riski mengaku tidak tertarik untuk mencoba rokok, napza, miras, maupun
pergaulan bebas.
Edukasi yang diberikan
Karena Riski tidak memiliki masalah gangguan belajar, dan juga masalah
terkait rokok, miras, napza, kami melakukan konseling ditekankan dengan
pergaulan lawan jenis.
1. Bahwa mulai tertarik dengan lawan jenis adalah normal saat fase remaja,
yang terpenting pergaulan dijaga agar tidak kelewat batas atau pergaulan
bebas dan pergaulannya jangan sampai mengganggu studi.
2. Pergaulan diarahkan dengan hal-hal postif, misal waktu bersama
digunakan untuk belajar bersama
3. Bahwa dia sebaiknya harus pandai membawa diri dalam pergaulan dan
menghargai diri sendiri dengan tidak melakukan pergaulan bebas, kami
mencontohkan dengan analogi baju di kaca dan baju yang di obral. Baju di
kaca dijaga dan dibatasi oleh kaca, sehingga tetap cantik, bersih dari debu
dan tangan jahil yang berusaha menjamah, dan baju di kaca menjadi
mahal, sehingga hanya yang benar-benar berminat akan baju tersebut yang
berani meminang serius dengan harga mahal. Berbeda dengan baju di
obral, yang tidak dibatasi kaca, sehingga gampang berdebu, gampang
dijamah orang yang hanya berminat melihat-lihat, tanpa membeli, dan
karena harganya murah pun, orang yang hanya tertarik sesaat atau 'lapar
mata' saja mampu membeli, walau tak serius
Laporan konseling FL Kelompok A8:
Konselor :
Azamat Agus Sampurna
Riko Saputra
Identitas Siswa
Nama : Nita
Umur : 12 tahun
Alamat: Pondok Rejo
Kelas : -
Pengetahuan tentang materi penyuluhan
Nita tidak mengikuti penyuluhan
Riwayat keluarga
- Anak kedua dari 2 bersaudara
- Di rumah tinggal bersama neneknya
- Kakek dan ayahnya bekerja di Jakarta, sedangkan ibu dan kakaknya
bekerja di Manokwari
- Dia sering rindu ingin berkumpul dengan keluarganya, namun ayahnya
hanya pulang setahun sekali yaitu saat lebaran, sedangkan ibunya tidak
pernah pulang, dan kakaknya pun belum pernah pulang karena belum
lama bekerja (belum sampai 1 tahun), sehingga tidak bisa pulang ke
Sambirejo. Ini membuat Nita sedih karena dia sudah ditinggal bekerja oleh
orang tuanya sejak kelas 2 SD dan ditinggal kakaknya sejak kelas 6 SD
- Di rumahnya, dia hanya belajar setelah maghrib sambil merawat
neneknya. Dia hanya belajar seorang diri di rumahnya dan tidak ada yang
mengajari dia.
Riwayat di sekolah
- Hubungan dengan teman cukup baik
- Dia sering mengalami gangguan belajar, khususnya dalam pelajaran
matematika dan fisika.
- Dia di sekolah tidak memahami penjelasan dari guru karena dia merasa
gurunya tidak jelas dalam menerangkan, tapi dia tidak bertanya kepada
gurunya. Hal ini mungkin disebabkan karena takut atau malu. Sebagai
gantinya dia biasa bertanya pada teman-temannya, namun teman-
temannya pun juga banyak yang tidak mengerti, sehingga tidak bisa
menjelaskan materi pelajaran itu kepadanya
- Selain itu ketika mengerjakan PR, dia seringkali menyontek milik
temannya, karena dia tidak bisa mengerjakan sendiri. Hal ini disebabkan
dia telah terbiasa dikerjakan PR-nya oleh kakaknya ketika dahulu
kakaknya masih belum bekerja di Manokwari.
Riwayat pergaulan di luar sekolah
Nita memiliki teman yang cukup akrab bernama Dea.Mereka cukup sering
bermain bersama namun jarang belajar bersama.
Edukasi yang diberikan
Kami menyarankan kepadanya agar dia belajar bersama temannya ketika di
rumah sehingga dia bisa diajari oleh temannya itu. Selain itu kami juga
menyarankan agar di sekolah dia berani bertanya kepada gurunya agar sang
guru bisa menjelaskan lagi materi yang belum dia pahami. Kami juga
memberi semangat dan saran agar dia tetap semangat belajar untuk
membanggakan orang tuanya yang telah bekerja keras untuknya.
Laporan konseling FL Kelompok A8:
Konselor :
Risky Pratiwi
Jati Febriyanto
Identitas Siswa
Nama : Aulia Nadhiroh
Umur : 12 tahun
Alamat: Pulirejo Bendungan, Kedawung rt29/rw007
Kelas : 7C
Pengetahuan tentang materi penyuluhan
Nita tidak mengikuti penyuluhan
Riwayat keluarga
- Anak tunggal
- Tinggal bersama nenek
- Ibu di Hongkong (namun komunikasi tetap terjalin baik dan ibu pulang sekali
setahun)
- Orang tua bercerai (saat ibu sedang hamil aulia) dan ayah entah dimana
- Tidak merasa kesepian karena lingkungan mendukung
- Tidak merasa tertekan oleh kondisi keluarga (terlihat saat raut muka ketika di
tanya tentang masalah keluarganya)
- Setiap hari belajar secara teratur
- Kadang belajar bersama tetangga yang sudah SMA
Riwayat di sekolah
- Saat SD rangking 2
- Sekarang nilainya >70
- Paling suka pelajaran agama dan bahasa indonesia
Riwayat pergaulan di luar sekolah
- Kakak kelas banyak yang merokok
- Untuk teman sekelas kurang tau kalau ada yang merokok
Edukasi yang diberikan
- Membawa catatan kecil yang bisa selalu dibawa untuk mengingatkan
tentang materi yang telah dipelajari.
- Mengajarkan apa yang telah dipelajari kepada teman yang kurang
mengerti mengenai pelajaran tersebut.
- Menjadikan kondisinya yang jauh dengan orang tua sebagai motivasi
untuk terus rajin belajar demi membanggakan orang yang menyayanginya.
Dari kelima siswa yang kami lakukan konseling, tidak satupun dari mereka
merupakan siswa bermasalah yang mengkonsumsi NAPZA, rokok, maupun minuman
keras. Mereka juga merupakan golongan anak yang sering berkelahi, mencuri,
ataupun melakukan tawuran. Hal tersebut disebabkan karena memang target
konseling diambil secara random, bukan dari siswa yang menurut bagian BK
bermasalah.
Permasalahan secara umum yang dikeluhkan dari siswa yang dilakukan
konseling adalah gangguan belajar. Gangguan belajar yang dialami oleh target
konseling bervariasi, salah satunya mengeluhkan bahwa dia sering lupa dengan apa
yang dia pelajari sebelumnya walaupun tiap malam dia sudah mempelajari pelajaran
yang disampaikan. Selain itu ketidakpahaman tentang materi yang disampaikan oleh
guru saat di sekolah juga menjadi salah satu permasalahan yang dialami oleh
beberapa siswa yang kami berikan konseling. Mereka menyatakan bahwa materi yang
disampaikan susah untuk dipahami. Dan kondisi diperburuk dengan ketidakmauan
untuk bertanya. Permasalahan lain yang muncul dari konseling yang kami lakukan
adalah masalah pengerjaan PR. Ternyata ada salah satu dari target konseling kami
yang PRnya dikerjakan oleh kakaknya. Selain itu tradisi menyontek pekerjaan rumah
teman di sekolah juga masih kami temukan.
Walaupun tidak berkesempatan untuk melakukan konseling dengan siswa
bermasalah, kami mendapatkan sedikit gambaran tentang perilaku kenalakan remaja
di SMP 2 Sambirejo dari kelima siswa yang kami berikan konseling. Didapatkan
informasi bahwa siswa di SMP 2 Sambirejo masih banyak yang mengkonsumsi
rokok. Biasanya mereka merokok secara sembunyi-sembunyi seperti di halaman
belakang sekolah. Berita ini diperkuat dengan adanya laporan dari pihak BK bahwa
salah satu kenakalan remaja yang terjadi di smp tersebut adalah banyaknya siswa
yang merokok.
Selain merokok, kenakalan remaja lainnya yang kami dapatkan adalah
membolos. Masih didapatkan siswa yang pergi meninggalkan sekolah sebelum jam
sekolah selesai. Perkelahian serta konsumsi alkohol juga merupakan salah satu
kenakalan remaja yang dilakukan siswa SMP 2 Sambirejo. Namun kasus kenakalan
remaja yang paling memprihatinkan adalah adanya kasus hamil diluar nikah yang
dilakukan 2 siswa yang sama-sama berasal dari smp ini. Setelah ditelusuri lebih
dalam, ternyata budaya merokok dan minum-minuman keras merupakan hal yang
sering ditemukan di lingkungan masyarakat di sekitar SMP 2 Sambirejo. Berdasarkan
info dari salah satu narasumber, dia sering melihat warga minum-minuman keras
terutama setelah adanya acara hajatan. Diperjalanan pulang dari SMP 2 Sambirejo
kami juga sempat menemukan masyarakat yang merokok di pinggir jalan baik itu
orang dewasa maupun anak-anak usia remaja. Hal tersebut mungkin yang menjadi
salah satu faktor penyebab banyaknya kenakalan remaja yang muncul di SMP 2
Sambirejo pada khususnya.
-
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Respon siswa-siswi SMPN 2 Sambirejo Sragen terhadap materi yang
disampaikan cukup baik dilihat dari kesan yang didapatkan setelah dilakukan
sosialisasi.
2. Beberapa siswa yang mendapatkan konseling khusus setelah sosialisasi
termasuk siswa yang baik karena tidak ditemukan gangguan belajar maupun
penggunaan NAPZA.
3. Masih ditemukan beberapa siswa yang perlu pembinaan kesehatan jiwa,
penyalahgunaan NAPZA, dan gangguan belajar.
B. SARAN
1. Sosialisasi tentang gangguan jiwa, NAPZA dan gangguan belajar perlu terus
dilakukan di usia sekolah untuk membantu keberhasilan program UKS
2. Diperlukan program ‘rewardandpunishment’ yang bersifat memotivasi dan
memberikan efek jera pada siswa untuk mencegah timbulnya penyalahgunaan
NAPZA.
3. Optimalisasi program UKS melalui koordinasi guru BK di sekolah untuk
memaksimalkan pembinaan kesehatan jiwa, pencegahan penyalahgunaan
NAPZA, dan masalah gangguan belajar pada siswa-siswinya.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Azrimaidaliza, Nizwandi A, Defriman D. Masrizal Dm. 2009. Pembinaan Usaha
Kesehatan Sekolah SMP Negeri 22 Padang Tahun 2009. Diunduh dari:
http://repository.unand.ac.id/2734/1/AZRIMAIDALIZA.pdf
Choate, L.H. (2007). Counseling Adolescent Girls for Body Image Resilience:
Strategi for School Counselors. Profesional School
Counseling. Alexandria: Feb 2007. Vol. 10, Iss.3; pg. 317, 10 pgs. Diakses
melalui http://ezproxy.match.edu/menu pada 27 november 2013
Fagan, R. (2006). Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other
Substance Use Problems and their Family. The Family Journal: Counseling
therapy For Couples and Families. Vol.14. No.4.326-333. Sage Publication
diakses melaluihttp://tfj.sagepub.com/cgi/reprint/14/4/326 pada 27 November
2013
GEMARI.(2007). Alternatif Mengatasi Kesulitan Belajar.Edisi 73/Tahun
VIII/Pebruari 2007
Gunarsa, S. D. (1989). PsikologiPperkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK.
Gunung Mulia.
Hanim D, Yuliastuti E, Marhamah, Nurchasanah. 2008. Menjadikan ‘UKS’ sebagai
Upaya Promosi Tumbuh Kembang Anak Didik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Artikel PPM Reguler Pemberdayaan Guru
UKS
Hurlock, E.B. (1991). Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Idris, Ridwan. (2009). Mengatasi Kesulitan Belajar dengan Pendekatan Psikologi
Kognitif.Lentera Pendidikan Vol. 12 No. 2; 152-172
Kirk, A. Samuel & Gallagher, J. James (1989).Educating Exceptional Children.
Boston: Houghton Mifflin Company.
Koob, G.F. dan M.L. Hanson, S.Y. Chu, J.L Jones dan J.W. Ward (1998).
“Epidemiology of anemia in human immunodeficiency virus (HIV)-infected
persons: results from multistate adult and adolescent spectrum of HIV disease
surveillance project.” Blood 91(1): 301
Mongks, F. J. , Knoers, A. M. P. , & Haditono, S. R. (2000). Psikologi
Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Muss, R. E. , Olds, S. W. , & Fealdman (2001). Human Developmen. Boston:
McGraw-Hill Companies.
Rey, J. (2002). More than Just The Blues: Understanding Serious Teenage Problems.
Sydney: Simon & Schuster.
Rini, J.F. (2004). Mencemaskan Penampilan. Diakses dari e-psikologi.com pada
tanggal 27November 2013.
Santrok, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja).Terjemahan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Setiono, L.H. (2002). Beberapa Permasalahan Remaja. Diakses dari www.e-
psikologi.com pada tanggal 27November 2013.
Turner, C.F., L.ku, S.M. Rogers, L.D. Lindberg, J.H. Pleck dan F.L. Sonenstein
(1998). “Adolescent sexual behavior, drug use, and violence: increased
reporting with computer survey technology.” Science 280(5365): 867
Wood, Derek et al. (2005). Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta: Kata hati