laporan ekstrak kafein

22
III. PEMBAHASAN A.Hasil Pembahasan Terlampir. B. Pembahasan 1. Ekstrak Kafein Kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1819. (Anonim 1 ,2004). Kafein dikenal sebagai trimethylxantine dengan rumus kimia C 8 H 10 N 4 O 2 dan termasuk jenis alkaloida. Nama lengkap kafein adalah 3,7-dihydrotrimethyl-1H-purine-2,6-dione. Bentuk alami kafein adalah kristal putih, prisma heksagonal, dan berbobot molekul 194,19 dalton. Kafein memiliki titik leleh 238 o C dan mengalami sublimasi pada suhu 178 o C. Kafein terdapat secara alami pada biji kopi, biji coklat, daun teh, serta cola nuts. Metabolisme kafein di dalam tubuh akan menghasilkan theophylline (1,3- dimethylxanthine) dan theobromine (3,7-dimethylxanthine), yang kemudian akan diekskresikan ke luar tubuh dalam bentuk paraxanthine (60 %), theobromine (20 %), dan theophylline (14 %).

Transcript of laporan ekstrak kafein

Page 1: laporan ekstrak kafein

III. PEMBAHASAN

A.Hasil Pembahasan

Terlampir.

B. Pembahasan

1. Ekstrak Kafein

Kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit

yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein

ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun

1819. (Anonim1,2004). Kafein dikenal sebagai trimethylxantine dengan rumus kimia

C8H10N4O2 dan termasuk jenis alkaloida. Nama lengkap kafein adalah 3,7-

dihydrotrimethyl-1H-purine-2,6-dione. Bentuk alami kafein adalah kristal putih,

prisma heksagonal, dan berbobot molekul 194,19 dalton. Kafein memiliki titik leleh

238oC dan mengalami sublimasi pada suhu 178oC. Kafein terdapat secara alami pada

biji kopi, biji coklat, daun teh, serta cola nuts. Metabolisme kafein di dalam tubuh

akan menghasilkan theophylline (1,3-dimethylxanthine) dan theobromine (3,7-

dimethylxanthine), yang kemudian akan diekskresikan ke luar tubuh dalam bentuk

paraxanthine (60 %), theobromine (20 %), dan theophylline (14 %).

Kafein sebagai zat stimulan tingkat sedang (mild stimulant) memang

seringkali dituding sebagai penyebab kecanduan. Hal tersebut tidak sepenuhnya

benar. Kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah

yang sangat banyak dan rutin. Namun kecanduan kafein berbeda dengan kecanduan

obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang hanya dalam satu dua hari setelah

konsumsi . Sejak dahulu kala, kafein telah dikenal sebagai zat stimulan yang populer.

Kafein sering digunakan dalam dunia kedokteran sebagai perangsang kerja jantung

dan peningkat produksi urin. Kafein dosis rendah juga dapat berperan sebagai

pembangkit stamina dan penghilang rasa lelah. Kegunaan di bidang kedokteran lainya

adalah pengobatan sakit kepala dan migraine.

Page 2: laporan ekstrak kafein

Pada praktikum ini dilakukan ekstraksi kafein pada kopi instan, kopi arabika,

kopi robusta, teh hitam, teh hijau dan cokelat. Ekstraksi kafein pada bahan tersebut

menggunakan metode maserasi.  Ekstrasi adalah metoda pemisahan yang melibatkan

proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa yang lain dan

didasarkan pada prinsip kelarutan. Dalam ekstrasi ini secara umum prinsip

pemisahannya adalah senyawa tersebut kurang larut dalam pelarut yang satu dan

sangat larut dalam pelarut yang lain. Salah satu cara ekstraksi adalah maserasi.

Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada

temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan

alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding

dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel,

sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut

organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman

yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan

efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam

pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang banyak

digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan

seluruh golongan metabolit sekunder (Wikipedia, 2011).Untuk cara kerja maserasi

yaitu pertama-tama yang harus dilakukan adalah serbuk sampel dimasukkan ke dalam

gelas piala atau tempat seperti botol terbalik. Kemudian ditambahi pelarut etanol

sampai sampel terendam. Diaduk sekali-sekali. Pelarut diganti setiap waktu tertentu.

Terakhir akan didapatkan hasil berupa ekstrak dan gunakan pelarut yang tidak mudah

menguap. Selanjutnya dilakukan evaporasi, pada praktikum ini menggunakan rotary

evaporasi. Evaporasi ini bertujuan untuk menguapkan kandungan ethanol yang

terdapat pada ekstrasi bahan tersebut sehingga didapat hasil ekstraksi murni dari

bahan.

Berdasarkan data perhitungan didapat rendemen dari cokelat 36,758%,

rendemen kopi robusta 16,9%, rendemen kopi arabika 7,4%, teh hitam 33,3%,

rendemen kopi bubuk 94,5% dan rendemen teh hijau 27,9%. Rendemen ekstraksi

paling besar adalah rendemen kopi bubuk, berdasarkan data rendemen yang didapat

Page 3: laporan ekstrak kafein

pada rendemen kopi bubuk mungkin terjadi kesalahan karena pada saat evaporasi

alkoholnya tidah menguap semuanya sehingga pada saat perhitungan nilai

rendemennya hampir 100%. Pada praktikum selanjutnya dilakukan perhitungan kadar

kafein yang dikandung suatu bahan. Penentuan kadar kafein dilakukan menggunakan

HPLC.

2. Penetapan Kadar Kafein

Bahan kopi, teh dan cokelat yang telah diekstrak tidak hanya mengandung

senyawa kafein namun banyak kandungan lainnya yang terdapat di dalamnya

sehingga untuk mendapatkan berapa kandungan kafein dalam bahan tersebut maka

digunakan beberapa metode, salah satunya adalah menggunakan kromathografi.

Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam

teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa gerak yang

bisa berupa gas ataupun cair dan fasa diam yang juga biasanya berupa cairan ataupun

suatu padatan. Fasa diam akan menahan komponen campuran sedangkan fasa gerak

akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fasa

diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fasa gerak akan

bergerak lebih cepat. Ada beberapa jenis kromatografi, baik yang konvensional

(kolom,TLC dan PC) maupun modern (HPLC,GC,GCMS) yaitu:

a. Kromatografi Kolom

Kromatrografi kolom menunjukkan adanya prinsip yang sama dengan

kromatografi lapis tipis yang dapat diterapkan pada skala besar untuk pemisahan

campuran. Kromatografi kolom seringkali digunakan untuk pemurnian senyawa

di laboratorium. Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama

yang dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel-

sampel tanpa melalui fase diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum bahwa

panjang kolom harus sekurang-kurangnya 10 kali dari ukuran diameternya.

Bahan pengemasnya suatu adsorban seperti alumina atau resin penukar ion,

Page 4: laporan ekstrak kafein

dimasukkan dalam bentuk suspensi ke dalam porsi fase gerak dan dibiarkan diam

di dalam hamparan basah dengan sedikit cairan.

b. Kromatografi Lapis Tipis (TLC)

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu kromatografi yang

berdasarkan adsorbsi, tahapan analisis kromatografi lapis tipis sama seperti pada

kromatografi kertas. Kelebihan kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan

kromatografi kertas adalah waktu elusi yang relatif lebih pendek dan dapat

digunakan untuk analisis kuantitatif. Kromatografi digunakan untuk memisahkan

substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Deteksi noda pada

kromatografi lapis tipis terkadang lebih mudah dari pada kromatografi kertas

karena noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar UV

(ultraviolet) dan dapat ditampakkan dengan cara papan pengembang uap iod

akan bereaksi dengan komponen. Komponen sampel baik secara kimia atau

berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu (Anonim2, 2009).

Adsorban dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai fase diam. Fase

gerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram

kecepatan tinggi. Kelebihan kromatografi lapis tipis yang lain adalah pemakaian

pelarut dan cuplikan yang jumlahnya sedikit dan mudah untuk memperoleh

kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan. Kromatografi lapis tipis

menunjukkan berbagai gerakan pelarut, pelarut mengalir ke atas melalui lapisan,

menguap dari lapisan sebelah bawah garis pelarut dan terserap oleh lapisan di

sebelah atas garis depan. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang

akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan

secara menaik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan

secara menurun (descending) (Ibnu Gholib Gandjar, 2007). Sampel yang berupa

campuran senyawa organik diteteskan di dekat salah satu lempengan dalam

bentuk larutan dengan jumlah kecil. Noda sampel dikeringkan, kemudian sisi

lempengan tersebut dicelupkan ke dalam fase gerak yang sesuai. Pelarut organik

naik di sepanjang lapisan tipis zat padat di atas lempengan dan bersamaan

dengan pergerakan pelarut tersebut zat terlarut sampel dibawa dengan laju yang

Page 5: laporan ekstrak kafein

tergantung pada kelarutan zat terlarut tersebut dalam fase gerak dan interaksinya

dengan zat padat. Setelah garis depan pelarut bergerak sekitar 10 cm, lempengan

dikeringkan dan noda-noda zat terlarutnya diperiksa seperti pada kromatografi

kertas. Pemisahan dapat dikerok dari lempengan dengan menggunakan spatula.

Zat terlarutnya akan terelusi dari bahan padat bersama-sama pelarutnya dan

konsentrasi dari larutan ditentukan dengan spektrofotometer.

Sifat umum dari penyerap-penyerap untuk kromatografi lapis tipis adalah

mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang

penting untuk penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya karena adhesi

terhadap penyokong sangat bergantung kepada kedua sifat itu. Contoh penyerap

yang digunakan untuk pemisahan dalam kromatografi lapis tipis ialah silika gel

atau alumina. Silika gel kebanyakan digunakan dengan diberi pengkilat (binder)

yang dimaksud untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi

pada gelas penyokong. Silika ini digunakan untuk memisahkan asam amino,

alkaloid, gula, asam, lemak, lipida, minyak essensial, anion dan kation organik,

sterol dan terpenoid. Selain silika ada juga penyerap lainnya seperti alumina,

bubuk selulosa, pati, dan sphadex. Harga Rf merupakan parameter karakteristik

kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran

kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan

merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf didefenisikan

sebagai perbandingan

antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Rf

= jarak titik tengah noda dari titik awal / jarak tepi muka pelarut dari titik awal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah:

- Pelarut atau fase bergerak

- Sifat dari penyerap

- Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap

- Ukuran dari bejana

- Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana yang digunakan

Page 6: laporan ekstrak kafein

- Jumlah cuplikan yang digunakan

- Suhu dan kesetimbangan

- Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan

Yang menyebabkan warna dari senyawa-senyawa pada kromatografi lapis tipis

adalah perbedaan tingkat kepolaran warna dari senyawa-senyawa yang sejauh

mana tingkat kepolaran itu mempengaruhi perbedaan atau pemisahan yang

ditandai dengan tebentuknya spot-spot senyawa dalam kromatografi lapis tipis

itu tergantung dari migrasi pelarut (fase gerak) terhadap fase diamnya, yaitu

kromatografi lapis tipis tersebut.

c. Paper kromatografi (PC)

Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan

mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah

kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas

yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan

kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja

beragam. Air,etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.

Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan

sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam

amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi),

pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di

akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan

berita sangat baik bagi mereka.

Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah

orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan

kromatografi kertas. Saat campuran asamamino menaiki lembaran kertas secara

vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa

diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketika

pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak

dari titikawal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino

diidentifikasi. Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas

Page 7: laporan ekstrak kafein

bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua

pelarut.

Gambar 12.4 Contoh hasil kromatografi kertas pigmen dari ( anonim3,2000)

www.indigo.com/ science-supplies/filter-

paper.html

d. Kromatografi gas (GC)

Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat

berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).

Umumnya, untuk kromatografi gas padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya

karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan

ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah

gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan

gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbonmonoksida dan karbon dioksida

dimungkinkan dengan teknik ini. Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti

ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau

penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom.

Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa

disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas

(mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut

dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.

Page 8: laporan ekstrak kafein

Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah

menguap sepertihidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri

dalam buah telah dengan suksesdilakukan dengan teknik ini. Efisiensi pemisahan

ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya.Disarankan

untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai

senyawa.Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih.

Metoda deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang

dipilih akan bergantung apakah tujuannya analisik atau preparative.

e. Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa (GC – MS)

Spektroskopi massa terdiri dari beberapa komponen yaitu sistem masukan

cuplikan, sumber ion, penganalisis massa, detektor sinyal dan rekorder. Sistem

pemasukan cuplikan dapat berasal dari kromatografi gas. Gabungan

spektrofotometer massa dan kromatografi gas disebut GC–MS (Gas

Chromatography Mass Spectroscopy). Spektra massa merupakan output dari

pengukuran spektroskopi massa. Metode spektroskopi massa ini didasarkan

pada pengubahan komponen cuplikan menjadi ion-ion gas dan memisahkannya

berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan (m/e). Bila suatu molekul

berbentuk gas disinari oleh elektron berenergi tinggi di dalam sistem hampa

maka terjadi ionisasi ion molekul tak stabil pecah menjadi ion-ion yang lebih

kecil. Lepasnya elektron dari molekul menghasilkan radikal kation (M+). Ion

molekular M+ biasanya terurai menjadi sepasang pecahan/fragmen yang dapat

berupa radikal dan ion atau molekul yang kecil dan radikal kation, M+ m+1

+m-2 atau m+1 + m. Ion-ion molekular, ion-ion pecahan dan ion-ion radikal

pecahan dapat dipisahkan oleh pembelokan dalam medan magnet yang dapat

berubah sesuai dengan massa dan muatan mereka dan menimbulkan arus ion

pada kolektor yang sebanding dengan limpahan relatif mereka. Dalam

penelitian akan ditentukan massa senyawa yang telah diisolasi, puncak dasar

dan fragmen-fragmen molekul. Spektrum massa merupakan rangkaian puncak-

puncak yang berbeda-beda tingginya. Puncak yang paling tinggi dari spektrum

Page 9: laporan ekstrak kafein

massa disebut base peak. Spektrum massa fragmen-fragmen yang kecil berasal

dari tumbukan-tumbukan elektron dengan molekul induk. Jadi, massa dipakai

untuk menentukan berat molekul atau rumus molekul atau juga

mengidentifikasi senyawa dari pola fragmentasinya. Pola fragmentasi

dipergunakan untuk mengidentifikasi senyawa, juga memungkinkan terhadap

pengenalan gugus fungsi dengan melihat puncak-puncak fragmentasi spesifik.

f. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)/ HPLC

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid

Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia.

KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi

dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan

metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya, antara lain: mampu

memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran, mudah melaksanakannya,

kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi, dapat dihindari terjadinya

dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis, Resolusi yang baik, dapat

digunakan bermacam-macam detector, Kolom dapat digunakan kembali,

mudah melakukan "sample recovery”(Sumber: Johnson dan Stevenson, 1978).

Komponen-komponen penting dari KCKT dapat dilihat pada gambar d bawah

ini:

Gambar komponen-komponen KCKT atau HPLC (Sumber: Lindsay, 1992 )

- Pompa (Pump)

Page 10: laporan ekstrak kafein

Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom.

Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure)

dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat

dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa

reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),

oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk

menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif

terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas.

Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya

terbatas.

- Injektor (injector)

Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan

disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum :

a. Stopped Flow

b. Solvent Flowing

Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :

a. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem

tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di

dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi.

b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan

pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-

70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut

kromatografi Cair. Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum

injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.

c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume

lebih besar dari 10 μ dan dilakukan dengan cara automatis (dengan

menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan

secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja

atmosfir, bila valve difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom.

Page 11: laporan ekstrak kafein

- Kolom (Column)

Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis

tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom

dapat dibagi menjadi dua kelompok:

a. Kolom analitik : Diameter dalam 2-6 mm. Panjang kolom tergantung pada

jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang

digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10 -

30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.

b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan

panjang kolom 25-100 cm. Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan

biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan

temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan

kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom tergantung pada model KCKT

yang digunakan (Liquid Solid Chromatography, LSC; Liquid Liquid

Chromatography, LLC; Ion Exchange Chromatography, IEC, Exclution

Chromatography, EC)

- Detektor (Detector) .

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di

dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis

kuantitatif).Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan

(noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons

untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan

fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.

Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel

panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa

dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara

luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitive

jika dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya antara lain:

Detektor Fluorometer -Detektor Spektrofotometer Massa

Page 12: laporan ekstrak kafein

Detektor lonisasi nyala -Detektor Refraksi lndeks

Detektor Elektrokimia -Detektor Reaksi Kimia

Pada praktikum, sampel yang diuji menggunakan HPLC akan terbaca kadar

area kafein pada HPLC, kemudian dilakukan perhitungan ppm kafein, berdasarkan

perhitungan didapat ppm kafein cokelat adalah 39,57 ,kopi robusta 208,35 , kopi

arabika 61538305, teh hitam 601,67, teh hijau 509,33, kopi bubuk430,17.

Berdasarkan ppm kafeinnya maka dapat dihitung kadar kafein sampel-sampel

tersebut yaitu kadar kafein cokelat 14,54, kopi robusta 35,21, kopi arabika 4553835,

teh hitam 200,36, kopi bubuk 406,51, dan teh hijau 142,10.Berdasarkan perhitungan

kafein tertinggi terdapat pada kopi arabika dan kadar kafein terendah pada cokelat.

Page 13: laporan ekstrak kafein

IV. KESIMPULAN

Kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit

yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. . Ekstraksi

kafein pada kopi, teh, dan bubuk coklat menggunakan metode maserasi.

Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada

temperatur ruangan. Berdasarkan data perhitungan didapat rendemen dari cokelat

36,758%, rendemen kopi robusta 16,9%, rendemen kopi arabika 7,4%, teh hitam

33,3%, rendemen kopi bubuk 94,5% dan rendemen teh hijau 27,9%. Rendemen

ekstraksi paling besar adalah rendemen kopi bubuk. Kromatografi adalah suatu istilah

umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan

atas partisi sampel diantara suatu fasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan

fasa diam yang juga biasanya berupa cairan ataupun suatu padatan. Pada praktikum,

sampel diuji menggunakan HPLC, merupakan salah satu metode kimia dan

fisikokimia yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam

cairan atau padat. Dengan menggunakan HPLC akan terbaca kadar area kafein pada

HPLC. Dari data yang didapat, kadar kafein cokelat 14,54, kopi robusta 35,21, kopi

arabika 4553835, teh hitam 200,36, kopi bubuk 406,51, dan teh hijau

142,10.Berdasarkan perhitungan, kafein tertinggi terdapat pada kopi arabika dan

kadar kafein terendah pada cokelat.

Page 14: laporan ekstrak kafein

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2004. Kafein. http://okasatria.blogspot.com, 29 Maret 2011. [20 Maret

2011].

Anonim2. 2009. Kromatografi Lapis Tipis.

http://www.greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html.

[20 Maret 2011]

Anonim3. 2000. Kromathografi Paper Pigmen. www.indigo.com/ science-supplies/filter-

paper.html. [29 maret 2011].

Ibnu Gholib Gandjar, Abdul Rohman, (2007), Kimia Farmasi Analisis, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Johnson, E. L. and Stevenson, R. (1978). Basic liquid chromatography. California:

Varian.

Lindsay, S. 1992. High performance liquid chrotomagraphy.second edition, John

Wiley & Sons, Chischer, New York, Brisbane, Toronto, Singapore.

Wikipedia. 2011. Maserasi. http: Wikipedia.com. [29 maret 2011]