laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif
-
Upload
irma-juan-andreas -
Category
Documents
-
view
318 -
download
28
description
Transcript of laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif
L A P O R A N
P R A K T I K U M P E N C A P A N II
“PENCAPAN ZAT WARNA DISPERSI-REAKTIF PADA KAIN POLIESTER-
KAPAS METODA 2 TAHAP“
Disusun Oleh :
Nama : Irma Nurmuslimah ( 11020037)
Oktaviani Gultom ( 11020053)
Zulfikar Ari P ( 11020055)
Group : 3K – 3
Kelompok : 6
Dosen : Sasmaya, s.Teks
Assisten : Maya .,S.ST
Yolanda I.,S.ST
Tanggal Praktikum : 12 November 2013
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2013
Mencintai Pohon, untuk Kehidupan dan Masa Depan
Pepohonan adalah bagian dari kehidupan dan keberlangsungan peradaban manusia.
Bayangkan bumi tanpa pohon. Namun makin hari keberadaan pohon makin diabaikan.
Penebangan hutan, perusakan lingkungan, dan eksploitasi besar-besaran makin
menyingkirkan pohon. Kita butuh pohon, tapi kita hanya tahu memanfaatkannya, tanpa
banyak yang tahu merawatnya, menjaga keberlangsungan keturunan darinya.
Menjaga hutan berarti menjaga pohon. Menjaga pohon berarti belajar mencintai pohon.
Tidak hanya untuk kehidupan manusia saat ini, namun juga untuk anak cucu kita nanti. Lalu
bagaimana kita dapat menjaga keberlangsungan kehidupan pohon, mencintai pohon serta
menabung pohon untuk generasi yang akan datang?
HARI POHON, 21 NOVEMBER 2013
PENCAPAN KAIN POLIESTER KAPAS DENGAN MENGGUNAKAN ZAT
WARNA REAKTIF DAN DISPERSI METODA DUA TAHAP
I. MAKSUD DAN TUJUAN
I.1. MAKSUD
Maksud dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk
mengetahui hasil pencapan polister kapas yang dilakukan dengan
menggunakan zat warna dispersi dan zat warna reaktif metoda
dua tahap .
I.2. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengdapatkan hasil
pencapan polyester kapas menggunakan zat warna disperse dan
reaktif metoda dua tahap yang merata dan permanen dengan
menggunakan variasi resep pencapan.
II. TEORI DASAR
Dalam pencelupan kain T/C dengan zat warna dispersi dan zat
warna reaktif metoda dua tahap, bahan diwarnai dengan zat warna
tersebut, sehingga diperoleh hasil celup dengan warna tertentu yang
merata dan mempunyai ketahanan luntur optimal.
Dalam proses ini diperlukan pemilihan zat warna dan zat pembantu
tekstil yang sesuai dengan bahan yang akan dicelup, penentuan skema
proses dan resep yang tepat, perhitungan kebutuhan zat yang tepat,
pelaksanaan proses pencelupan yang baik sesuai skema proses, sehingga
proses dan hasil celupnya sesuai dengan target yang diinginkan.
Poliester Kapas
Bahan kain campuran ini merupakan jenis serat sintetik. Serat
sintetik pada umumnya tidak memiliki gugus reaktif yang mampu
memberikan daya penyerapan terhadap air icelup dengan zat warna yang
umumnya digunakan untuk serat alam, dimana zat warna tersebut
bersifat larut atau dapat dilarutkan dalam air. Hal tersebut diatas berlaku
pula pada serat poliester yang menjadi bahan kain proses, dimana serat
ini bersifat hidrofob dan sangat kompak susunan molekulnya, sehingga
cara pencapan yang konvensional tidak dapat diterapkan.
Poliester dibuat dari reaksi antara senyawa asam tereftalat dengan
etilena glikol. Berikut ini skema pembuatan serat tersebut :
Skema diatas memperlihatkan pembuatannya yang menggunakan
asam tereftalat sebagai bahan baku yang membuat sifat poliester
memiliki titik didih yang lebih tinggi. Sedangkan penggunaan etilena
glikol, dapat membentuk ester menjadi lebih kuat karena suhu reaksi
yang lebih tinggi. Proses polimerisasi asam tereftalat dan etilena glikol ini
dilakukan dalam kondisi suhu tinggi dan hampa udara. Serat poliester ini
memiliki kristalinitas yang tinggi dan tidak memiliki gugus yang aktif
sehingga sangat sukar ditembus oleh molekul yang berukuran besar atau
tidak bereaksi dengan zat warna anion maupun kation.
Struktur fisika serat poliester ini pada penampang melintangnya
berbentuk bulat. Bentuk seperti ini memberikan pantulan cahaya yang
diberikan lebih sempurna dan membuat warna hasil celupan terlihat lebih
brilian (mengkilap) khususnya untuk warna muda. Sifat elastisitasnya
sangat baik seperti serat termoplastik lainnya, sehingga dalam keadaan
normal, kain dari poliester memiliki ketahanan kusut yang sangat baik.
Karena titik lelehnya yang sangat tinggi, maka kain dari serat poliester ini
pun cukup tahan terhadap sinar matahari langsung, dan tidak mudah
menguning bila disimpan dalam waktu yang cukup lama.
Bahan serat yang kedua, digunakan kapas yang merupakan jenis
serat selulosa. Penampang melintang dari seat berbahan kapas memiliki
bentuk yang tidak beraturan yaitu seperti ginjal. Bentuk penampang
melintang seperti itu membuat hasilpewarnaan pada permukaan jadi
memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu
memberikan daya penutup kain yang lebih besar.
Gambar diatas merupakan skema dari strukur molekul serat selulosa.
Struktur -memberikan sifat penyerapannya terhadap air. Meskipun
demikian, selulosa yang banyak mengandung gugus hidroksil dapat
bersifat tidak larut didalam air. Hal tersebut dimungkinkan karena berat
molekul selulosa yang sangat besar, juga karena terjadinya ikatan
hidrogen antar molekul selulosa yang mempersukar kelarutan selulosa
didalam air. Gugus hidroksil tersebut selain dapat menarik gugus hidroksil
dari molekul lainnya, juga dapat menarik gugus hidroksil air. Hal tersebut
membuat serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah
menyerap air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang
tinggi. Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat,
menyebabkan serat mudah menyerap zat warna yang berbentup pasta
atau larutan. Pereaksi-pereaksi oksidasi, asam dan alkali kuat dengan
disertai oksigen dari udara pada umumnya akan menyerang bagian atom
oksigennya dan memutuskannya, sehingga panjang molekulnya lebih
pendek, yang berarti menurunkan kekuatan seratnya.
Tujuan dari pencampuran serat poliester dengan serat kapas adalah
untuk mendapatkan jenis kain yang mempunyai sifat lebih baik dibanding
dengan kain yang dihasilkan hanya dari satu jenis serat saja. Denga
adanya pencampuran kedua jenis serat tersebut diharapkan masing –
masing jenis serat dapat saling menutupi kekurangan dari salah satu
serat tersebut. Perbandingan sifat serat poliester dan kapas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini
Tabel 3.2.1. Sifat – sifat serat poliester dan serat kapas
Sumber : (Sunaryo , Proses Pengerjaan Kain Poliester Kapas)
Keterangan : A = baik sekali
B = cukup baik
C= Kurang baik
Sifat Poliester KapasKemampuan menyerap air C A-BKemampuan menyerap zat warna C ASifat estetika A BGosokan kering B BGosokan basah B C-B
Daya tahan terhadap kekusutan A CDaya menahan lipatan A CTahan listrik statis C ATahan pilling C ASifat mekanik A A-B
Kain yang dibuat dari campuran serat poliester dan serat kapas
akan mempunyai sifat – sifat seperti dibawah ini :
1. Rasa yang nyaman dalam pemakaian
2. Kekuatan tarik kain dari bahan akan bertambah baik,hal ini
disebabakan karena serat poliester mempunyai sifat kekuatan
yang tinggi sehingga akan menambah kekuatan dari serat kapas
dapat terjadi jika pada campuran tersebut kandungan serat
poliesternya paling sedikit 60 %.
3. Daya tahan terhadap gosokan merupakan salah satu faktor
yang penting dalam menentukan keawetan kain Bahan yang terbuat
dari serat poliester saja mempunyai daya tahan terhadap gosokan
yang baik. Kandungan serat kapas sebanyak 30 – 40%.
4. Sifat ketahanan terhadap kekusutan kain campuran poliester
kapas baik jika kandungan kapasnya dalam campuran tidak lebih
dari 30 – 40 %.
5. Kain campuran poliester kapas mempunyai sifat elektrostatik
yang cukup baik. Adanya sifat elektrostatik dalam suatu kain akan
menyebebkan kain melekat pada tubuh.
Zat Warna Dispersi
Zat warna dispersi adalah zat warna sintetik yang banyak
digunakan untuk mewarnai serat-serat hidrofob. Yang mangadsorbsinya
ke dalam serat sering disebut sebagai solid solution yaitu zat padat yang
larut dalam fasa padat. Secara umum zat warna dispersi karakteristik
sebagai berikut :
o Mempunyai berat molekul yang relatif rendah
o Mempunyai titik leleh lebih dari 150 0C dengan kristalin yang
tinggi
o Pada dasarnya non ionic, meskipun dalam perdagangan
ditambahkan gugus-gugus fungsional seperti -NH2 , -NHR, dan –OH.
o Mempunyai kelarutan yang rendah, meskipun demikian sekurang-
kurangnya masih dapat larut ± 0,1 g /l dalam air pada kondisi celup.
o Mempunyai derajat kejenuhan dalam serat yang tinggi yaitu
sebesar 30-200 mg zat warna / gram serat.
o Tidak terjadi perubahan kimia selama pencelupan.
Klasifikasi zat warna dispersi berdasarkan ketahanan sublimasinya.
Ketahanan sublimasi dari zat warna dispersi merupakan salah satu syarat
zat warna yang digunakan untuk metoda Carrier, High Temperature,
Thermosol.
Tahan sublimasi zat warna dispersi ada kaitannya dengan tekanan uap
molekulnya, semakin tahan sublimasi zat warna maka tekanan uapnya
semakin rendah, dan sebaliknya sedangkan tekanan uap berkaitan
denagn massa zat warna dan sifat polar zat warna dalam larutan, makin
tinggi kepolaran molekul makin rendah tekanan uapnya.
Berdasrkan ketahannan sublimasi zat warna dispersi dibagi menjadi 4
golongan yaitu :
Golongan I: Mempunyai berat molekul yang sangat kecil dan sanag
mudah digunakan untuk serat asetat dengan daya sublimasi yng
rendah.
Golongan II : Mempunyai berat molekul yang sedang dengan daya
sublimasi terbatas dan mempunyai sifat kerataan yang baik.
Golongan III : Mempunyai berat molekul yang sedang dengan daya
sublimasi yng lebih tinggi dari golongan II serta mempunyai sifat
kerataan yang cukup.
Golongan IV : Mempunyai berat molekul yang besar dan daya
sublimasi yang tinggi tetapi sifat kerataan kurang.
Zat Warna Reaktif
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat
mengadakan reaksi dengan serat, sehingga zat warna tersebut
merupakan bagian daripada serat.Olehkarena itu hasil pencelupan
dengan menggunakan zat warna reaktif mempunyai ketahanan cuci
yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul zat warna reaktif
kecil maka kilapnya akan lebih baik daripada zat warna direk.
Stuktur zat warna reaktif yang larut dalam air mempunyai bagian-
bagian dengan fungsi tertentu. Kromofor zat warna reaktif biasanya
system azoAkinon. Dengan berat molekul yang kecil menyebabkan daya
serap zat warnanya kecil dan menimbulkan warna –warna yang muda.
Adanya gugus penghubung dapat mempengaruhi daya serap dan
ketahanan zat warna terhadap asam dan basa. Gugusan –gugusan reaktif
merupakan bagian zat warna yang mudah bereaksi dengan serat.
Disamping terjadi reaksi antar zat warna dan serat dengan
membentuk ikatan primer kovalen yang merupakan ikatan pseudoester
atau eter, molekul airpun dapat juga mengadakan reaksi hidrolisa dengan
molekul zat warna, dengan memberikan komponen zat warna yang tidak
reaktif lagi.
Pencapan dengan zat warna Dispersi-Reaktif
Pencapan campuran serat biasanya menggunakan campuran dua
jenis zat warna pula selain bisa juga satu jenis zat warna untuk dua jenis
serat. Penggunaan campuran zat warna juga di sesuaikan tergantung dari
campuran serat di kain karena migrasi zat warna terhadap serat berbeda
– beda..Selain itu juga harus di perhatikan kondisi fiksasi untuk
memperoleh ketuaan warna yang sama untuk dua jenis zat warna
tersebut.Pencapan kain campuran polyester kapas (T/C) biasanya bisa
menggunakan zat warna :
o Tunggal (disperse) dengan bantuan pelarut tertentu atau zat warna
pigmen
o Dispersi dan pigmen
o disperse dan azoic
o Dispersi dan vat
o Dispersi dan reaktif
o Dispersi dan Direk
Yang paling sering di gunakan adalah disperse reaktif , pigmen,dan
disperse bejana.
Pada pencapan polyester kapas dengan zat warna disperse reaktif ,
zat warna disperse terfiksasai dalam pH < 7 dan untuk zat warna reaktif
pada pH > 7.
Ada dua jenis fiksasi disperse reaktif yaitu
- Alkali bikarbonat
- Alkali format
Cara pengerjaannya ada yang satu tahap dan ada yang dua
tahap.Untuk yang satu tahap adalah Pencapan – Drying – Thermofiksasi -
Steam – Washing Off .Untuk yang dua tahap adalah Pencapan – Drying –
Thermofiksasi – pad – Steam – Washing off
Pada pencapan polyester kapas biasanya dilakukan proses fiksasi,
proses fiksasi ni di bagi menjadi 3 cara yaitu ;
- Hot Air (1900C – 200 0C) selama 45 – 90 detik- HT Steam ( 170 0C – 180 0C ) selama 8 - 4 menit - HP Steam ( 120 0C – 130 0C ) selama 20 – 30 menit
Kekurangan metode alkali bikarbonat adalah
- Pastanya kurang stabil karena mengandung alkali- Alkali menyebabkan kerusakan zat warna disperse dan serat - Kecerahan kurang - Sulit di peroleh hasil warna yang berulang Mekanisme masuknya zat warna dispersi pada serat Poliester
Mekanisme menjelaskan : zat warna dispersi berpindah dari
keadaan agregat dalam pasta cap masuk kedalam serat sebagai bentuk
molekuler. Pigmen zat warna dispersi larut dalam jumlah yang kecil sekali,
tetapi bagian zat warna yang terlarut tersebut sangat mudah terserap
oleh bahan. Sedangkan bagian yang tidak larut merupakan timbunan zat
warna yang sewaktu-waktu akan larut mempertahankan kesetimbangan.
Bagian zat warna dalam bentuk agregat, pada suatu saat akan
terpecah menjadi terdispersi monomolekuler. Zat warna dispersi dalam
bentuk ini akan masuk ke dalam serat melalui pori-pori serat.
Pencelupan dimulai dengan adsorpsi zat warna pada permukaan
serat, selanjutnya terjadi difusi zat warna dari permukaan ke dalam serat.
Adsorpsi dan difusi zat warna ke dalam serat dapat dipercepat dengan
menaikkan temperatur proses.
Ketika proses fiksasi serat poliester akan memiliki gaya dipol antar
serat, gaya ini terjadi karena atom karbon bermuatan parsial positif
(d+)dan atom oksigen bermuatan parsial negatif (d-). Gaya dipol akan
renggang pada saat pemanasan di atas 80 0C sehingga zat warna bisa
masuk ke dalam serat.
Pada suhu tinggi, rantai-rantai molekul serat pada daerah amorf
mempunyai mobilitas tinggi dan pori-pori serat mengembang. Kenaikan
suhu menyebabkan adsorpsi dan difusi zat warna bertambah. Energi
rantai molekul serat bertambah sehingga mudah bergeser satu sama lain
dan molekul zat warna dapat masuk ke dalam serat dengan cepat.
Masuknya zat warna ke dalam serat dibantu pula dengan adanya tekanan
tinggi dan adanya carier.
Rantai molekul serat poliester tersusun dengan pola zigzag yang
rapi dan celah-celah yang akan dimasuki zat warna sangat sempit. Rantai
molekul sangat sulit untuk mengubah posisinya. Akibatnya molekul zat
warna sulit menembus serat dan pencelupan akan berjalan sangat lambat
bila dilakukan tanpa pemanasan dengan suhu tinggi. Zat warna akan
menempati bagian amorf dan terorientasi dari serat poliester. Pada saat
pencapan serta fiksasi berlangsung, kedua bagian tersebut masih
bergerak sehingga zat warna dapat masuk di antara celah-celah rantai
molekul dengan adanya ikatan antara zat warna dengan serat. Ikatan
yang terjadi antara serat dengan zat warna mungkin merupakan ikatan
fisika, tetapi dapat pula merupakan ikatan hidrogen yang terbentuk dari
gugusan amina primer pada zat warna dengan gugusan asetil pada
molekul serat.
Mekanisme masuknya zat warna reaktif pada serat kapas
Dalam larutan reaktif zat warna akan berdifusi masuk kedalam
struktur selulousa dan sebagian lagi teradsorpsi pada antar
muka selulousa-air di dalam serat. Saat kesetimbangan tercapai, zat
warna berada dalam kondisi terdifusi masuk dan keluar serat dengan laju
yang sama. Pada kondisi larutan seperti ini, konsentrasi ion hidroksil
dalam ion selulosat di dalam larutan sangat rendah sehingga dikatakan
bahwa ada proses yang bersifat fisika.
Penambahan alkali ke dalam larutan akan mendorong pembentukan
ion selulosat sehingga menaikan konsentrasi hiingga satu jumlah yang
cukup berarti yang akan memungkinkan terjadinya reaksi antara zat
warna dengan serat. Ion selulosa (Sel-O-) akan menyerang atom karbon
pada gugus reaktif yang kekurangan elektron melalui mekanisme adisi
atau substitusi menghasilkan suatu ikatan kovalen antara serat dan zat
warna reaktif. Terbentuknya senyawa serat-zat warna menyebabkan
adsorpsi berhenti dan menyebabkan berkurangnya zat warna dalam
larutan dan serat. Perbedaaan konsentrasi zat warna berdifusi masuk
kedalam serat dan memperbesar penyerapan yang semula kecil. Tidak
semua zat warna dapat teradsorpsi beereaksi dengan serat. Biasanya
hanya sekitar 60-70% zat warna yang akan terfiksasi. Hal ini dikarenakan
selain bereaksi dengan serat selulousa, zat warna reaktif juga dapat
bereaks dengan air yang disebut hidrolisis meskipun jumlahnya relatif
kecil dibandingkan dengan reaksi zat warna dengan serat. Reaksi ini
bertambah cepat dengan bertambahnya suhu dan alkali yang
menghasilkan zat warna yang tidak reaktif lagi.
Oleh karena itu, pada akhir proses pencucian dengan sabun untuk
mnghilangkan zat warna yang terhidrolisa dan tidak terfiksasi tersebut
sehingga diperoleh sifat tahan luntur yang lebih baik.
Pencapan metoda 2 tahap
Pada proses pencapan kain poliester kapas dengan zat warna
dispersi-reaktif metoda dua tahap, pasta cap yang digunakan adalah
netral (tidak mengandung alkali). pemberian alkali dilakukan dengan cara
blok silikat dengan variasi fiksasi: steaming dan batching.
Steaming
Setelah kain dicap dengan pasta cap dan dikeringkan, kemudian
dilakukan pengerjaan blok silikat dengan menggunakan media
screen dan rakel setelah itu dilanjutka dengan pengukusan pada
suhu 120-1300C selama beberapa menit dengan variasi waktu
steaming. Pencucian harus segera dilakukan untuk menghilangkan
sisa-sisazat warna yang tidak terfiksasi.
Batching
Cara lain yang dapat digunakan adalah batching, digunakan ruang
dengan waktu yang lebih lama. Setelah kain diblok silikat pada suhu
400C untuk membantu penentrasi dan mengurangi viskositas,
kemudian kain digulung dan dibungkus plastik untuk mencegah
pengeringan dan asam dari udara, proses batching ini dilakukan
dengan variasi waktu 8 jam, 16 jam dan 24 jam.
III. PERCOBAAN
Alat
- Gelas - Meja pencapan - Rakel kayu - Pengaduk
- Pipet Volume - Solatipe- Lap kain
Bahan
- Zat warna Dispersi- Zat warna Reaktif - Pengental
- Urea - Zat Anti Reduksi- Na formiat / asetat
IV. Resep Pencapan
Resep pasta cap- Zat warna dispersi : 30 gram- Zat warna reaktif :15 gram- Urea : 60 gram- Na Formiat / Na Asetat: 15 gram- Pengental : 600 – 700 gram- Zat anti reduksi : 20 gram- Balance ( air ) : x
1000- Resep yang dipakai :
Resep Warna Warna
Zat Warna dispersi
30 / 1000 x 50 = 1,5 gram
30 / 1000 x 50 = 1,5 gram
Zat Warna reaktif
15 / 1000 x 50 = 0,75 gram
15 / 1000 x 50 = 0,75 gram
Urea 60 / 1000 x 50 = 3
gram60 / 1000 x 50 = 3
gram
Zat anti reduksi20 / 1000 x 50 = 1 gram
20 / 1000 x 50 = 1 gram
Pengental700 / 1000 x 50 = 35
gram700 / 1000 x 50 = 35
gramNa formiat / Asetat
15 / 1000 x 50 = 0,75 gram
15 / 1000 x 50 = 0,75 gram
Blok silikat : NaOH 380BE 1 bagian Na2SO4 480BE 9 bagian
10 bagianNaOH Flake : 10 gr + larutkan dalam air = 20
Na2SiO3 = 180 200 gram
V. DIAGRAM ALIR
VI. CARA KERJA
1. Persiapan Alat dan Bahan
2. Pembuatan Pengental
3. Pembuatan Pasta cap
Ketika pembuatan pengental sedang dilakukan kita terlebih
dahulu menimbang zat warna dispersi dan zat warna reaktif
dengan zat pembantu, diantaranya gliserin, zat anti reduksi, zat
pendispersi, dan Na asetat / formiat. Kemudian setelah pengental
yang dibuat tersedia, Pengental sesuai kebutuhan ditakar dan
pengental ditambahkan dengan zat warna dispersi dan zat warna
reaktif yang telah ditambahkan dengan zat pembantu lainnya.
4. Proses Pencapan
a. Kain yang akan dicap
b. rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar dapat
mendorong zat warna masuk ke motif.
persiapan pencapan
proses pencapan
Fiksasi
blok silikat
washing off
steamingbatching
c. screen dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka
sempurna dan konstan pada meja cap.
d. Screen diletakkan tepat berada pada bahan yang akan
dicap
e. Dengan bantuan rakel, pasta cap ditaburkan pada screen
pada bagian pinggir kasa (tidak mengenai motif) secara
merata pada seluruh permukaan.
f. Frame ditahan agar mengepres pada bahan, kemudian
dilakukan proses pencapan dengan cara memoles screen
dengan pasta cap menggunakan rakel.
g. Pada proses pencapan, penarikan dilepaskan ke atas.
h. Untuk screen ke dua, screen dipasangkan dengan
mempaskan posisi motif , agar kedua motif dapat
berimpit dengan tepat.
i. Dilakukan proses pencapan seperti point di atas.
j. Setelah selesai, biarkan pasta pada kain sedikit
mongering kemudian angkat secara hati-hati
5. Setelah dicap dengan pasta cap, diamkan dahulu selama 1 menit
kemudian bahan dikeringkan pada mesin stenter.
6. Bahan kemudian difiksasi dan kemudian di blok silikat dengan
bahan-bahan yang telah disediakan kemudian sebagian ada yang
di steaming dan ada yang di batching, kelompok 1-3 kebagian
untuk steaming dan kelompok 4-6 kebagian untuk batching
sehingga kelompok kami bagian untuk batching, dengan variasi
waktu 8 jam, 16 jam dan 24 jam.
7. Bahan dicuci dingin, cuci panas, cuci sabun setelah itu dibilas
kembali.
8. keringkan dengan mesin stenter.
VII. FUNGSI ZAT
Zat warna dispersi : Memberi warna pada kain secara
merata dan permanen
Zat warna reaktif : Memberi warna pada kain secara
merata dan permanenZat anti reduksi : mengurangi
reduksi pengetal atau redukstor terhadap zat warna
Pengental : melekatkan zat warna pada bahan
tekstil serta mengatur viskositas pasta cap sehingga diperoleh
gambar yang tajam, warna yang rata dan penetrasi yang baik.
Teefol : Sabun untuk menghilangkan
pengental, zat warna yang tidak terfiksasi dan zat lain pada
proses pencucian sabu
VIII. DATA PERCOBAAN
Nilai evaluasi bahan :
variasi metoda pencapan
warna motif
nilai evaluasi
kerataan warna
ketuaan warna
ketajaman motif
Total
Bahan 1 : waktu
steaming 8 jam
kuning 9 8 8 25
Merah 7 8 7 22
Bahan 2 : waktu
steaming 16 jam
kuning 8 8 8 24
Merah 7 9 7 23
Bahan 3 : waktu
steaming 24 jam
kuning 6 8 8 20
Merah 8 8 8 24
Bahan 1 setelah
pencuciankuning 7 6 6 19
orange 7 6 6 19
Bahan 2 setelah pencucian
kuning 7 8 7 22
orange 7 8 7 22
Bahan 3 setelah pencucian
Kuning 8 7 7 22
Orange 8 8 8 24
evaluasi bahan :
Nilai evaluasi rentang 1 – 10 semakin besar nilainya semakin bagus hasil
evaluasinya.
DATA GRAFIK CONTOH UJI
bahan 1 bahan 2 bahan 30
2
4
6
8
10
Grafik Warna kuning pada Pencapan Zw Dispersi-Reaktif Kain Poliester-
kapas
kerataan warna
ketuaan warna
ketajaman mo-tif
Sebelum pencucian
bahan 1 bahan 2 bahan 30
2
4
6
8
10
Grafik Warna merah pada Pencapan Zw Dispersi-Reaktif Kain
Poliester-kapas
kerataan warnaketuaan warnaketajaman motif
Sebelum pencucian
bahan 1 bahan 2 bahan 30123456789
Grafik Warna kuning pada Pencapan Zw Dispersi-Reaktif Kain Poliester-
kapas
kerataan warna
ketuaan warna
ketajaman mo-tif
Setelah Pencucianbahan 1 bahan 2 bahan 3
0123456789
Grafik Warna orange pada Pencapan Zw Dispersi-Reaktif Kain
Poliester-kapas
kerataan warnaketuaan warnaketajaman motif
Setelah Pencucian
Keterangan variasi :
- Bahan 1 : waktu batching 8 jam
- Bahan 2 : waktu batching 16 jam
- Bahan 3 : waktu batching 24 jam
IX. DISKUSI
X. KESIMPULAN
Contoh uji bahan 1 ( waktu steaming 8 jam )
Contoh uji bahan 2 ( waktu steaming 8 jam )
Contoh uji bahan 3 ( waktu steaming 8 jam )
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arifin Lubis, S. Teks., dkk, Teknologi Pencapan Tekstil, STTT, Bandung,
1998.
[2] Agus suprapto, S.Teks.,M.Sc., dkk, BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENCAPAN
I , STTT, Bandung, 2006
[3] Ir. Rasyd Djufri, M. Sc., dkk, Teknologi Pengelantangan Pencelupan
dan Pencapan, STTT, Bandung, 1976.
[4] Purwanti, S. Teks., Pedoman Praktikum Pencapan dan
Penyempurnaan, ITT, Bandung, 1978.
DOKUMENTASI