laporan biokim enzim aman's
-
Upload
mhd-aliaman -
Category
Documents
-
view
79 -
download
3
description
Transcript of laporan biokim enzim aman's
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa, September 2013Biokimia Waktu : 09:00-10:40 WIB
PJP : Syaefudin,M.siAsisten : Lusianawati,S.si
Resti Siti Muthmainah,S.si
ENZIM I
Kelompok 2
Mhd Ali Aman.Siregar J3L112002Indryani Rahayu Kuswardhani J3L112080Emilia Anisa J3L112153
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIAPROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2013
Pendahuluan
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis. Enzim bekerja
dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan
dengan demikian mempercepat proses reaksi. Sebagian besar enzim bekerja
secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam
senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap
enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat
digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa ( Hawab
2007 ).Menurut Winarno (1984), Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor,
terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim
memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena
enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan
keasaman berubah.
Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar di
berbagai bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting
dalam sistem pencernaan manusia adalah enzim amilase. Enzim ini terdapat dalam
saliva atau air liur manusia. Saliva yang disekresikan oleh kelenjar liur selain
mengandung enzim amilase juga mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan musin
yang bekerja sebagai pelumas pada waktu mengunyah dan menelan makanan.
Amilase yang terdapat dalam saliva adalah α-amilase liur yang mampu membuat
polisakarida (pati) dan glikogen dihidrolisis menjadi maltosa dan oligosakarida
lain dengan menyerang ikatan glikosodat α(1,4). Amilase liur akan segera
terinaktivasi pada pH 4,0 atau kurang sehingga kerja pencernaan makanan dalam
mulut akan terhenti apabila lingkungan lambung yang asam menembus partikel
makanan.Dalam saliva terdapat ion-ion anorganik seperti SO4, PO4, HCO3, Cl,
Ca, Na, dan K.
Enzim amilase saliva memiliki pH optimal pada pH 7, karena pada pH ini
diperoleh aktivitas enzim yang tinggi (kecepatan reaksi enzimatik tinggi). Enzim
amilase memiliki suhu optimum sekitar 37°C, karena enzim amilase terdapat
dalam tubuh manusia. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan
sampai ± 60°C karena terjadi denaturasi (Soewoto 2000). Secara umum, enzim
amilase mempunyai struktur molekul sebagai berikut
Gambar 1 Struktur Enzim Amilase
Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu melicinkan dan membasahi rongga
mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan, membasahi
dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga
mudah ditelan dan dirasakan, membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan
dan kuman, mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer, membantu
proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan
lipase ludah, perpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka
karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva,
jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air
dalam tubuh dan membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah)
(Aldi, 2010).
Tujuan Percobaan
Praktikum bertujuan mengamati daya cerna, sifat dan susunan air liur
melalui uji dengan bobot jenis, uji indikator, uji Biuret, uji Milon, uji Molisch, uji
Khlorida, uji Sulfat, uji Fosfat, dan uji Musin serta menentukan pH dan suhu
optimum pada aktivitas amilase air liur dan menentukan titik akhromatik suatu
polisakarida pada hidrolisis pati oleh amilase air liur.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan densitometer, tabung reaksi, pipet tetes, lempeng
tetes dan alat-alat gelas lainnya.
Bahan-bahan yang digunakan air liur (saliva),asam asetat encer, gelas wool, kertas
lakmus, pewarna penoftalein (PP) dan metil orange (MO), pereaksi Biuret,
pereaksi Millon, pereaksi Molisch, HNO3 10%, AgNO3 2%, asam asetat, HCl
10%, BaCl2, posfomolibdat, ferrosulfat, NaOH 10%, CuSO4 dan akuades.
Prosedur Percobaan
Uji bobot jenis dilakukan dengan bobot densitometer kosong ditimbang.
Setelah itu, air liur secukupnya dimasukkan ke dalam densitometer. Bobot
densitometer dengan air liur ditimbbang. Percobaan dilakukan tiga kali ulangan.
Bobot jenis air liur kemudian dihitung.
Uji lakmus, pewarnaan PP dan MO dilakukan dengan beberapa tetes air
liur ditempatkan dalam lempeng tetes. Kemudian pereaksi penoftalein
dimasukkan ke dalam lempeng tetes yang berisi air liur. Perubahan warna yang
terjadi diamati. Hal yang sama dilakukan dengan mengganti fenolftalein dengan
metil orange sebagai pereaksi. Selain itu ujimenggunakan kertas lakmus juga
dilakukan. Kertas lakmus asam diletakkan pada lempeng tetes. Kemudian saliva
diteteskan diatasnya. Perubahan warna yang terjadi diamati. Perlakuan yang sama
dilakukan dengan mengganti kertas lakmus asam dengan kertas lakmus basa.
Uji Biuret dilakukan dengan 1 ml air liur dalam tabung reaksi
ditambahkan dengan 1 ml NaOH 10%. Campuran kemudian dikocok sebentar dan
ditambahkan 1 tetes CuSO4. Perubahan warna yang terjadi diamati. Hasil reaksi
positif berupa larutan berwarna ungu.
Uji Millon dilakukan dengan penambahan 1 mL peraksi Millon ke dalam 1
ml saliva (air liur). Campuran kemudian dipanaskan selama 5 menit dan diamati
perubahan warna dan keberadaan endapan. Perubahan warna menjadi merah
menandakan hasil uji yang positif.
Uji Mollisch dilakukan dengan penambahan pereaksi Mollisch sebanyak 3
mL ke dalam 1 ml saliva. Setelah itu campuran dikocok sebentar kemudian
ditambahkan beberapa tetes H2SO4 dengan cara dialirkan pelan-pelan dan
pipetnya ditempelkan di dinding tabung. Campuran diamati hingga terbentuk
lingkaran berwarna ungu (cincin ungu) diantara cairan.
Uji klorida dilakukan dengan 3 tetes larutan HNO3 10% ditambahkan ke
dalam 2 ml saliva. Campuran kemudian ditambahkan AgNO3 2% hingga endapan
putih terbentuk.
Uji sulfat dilakukan dengan 2 ml saliva dipipet ke dalam tabung reaksi.
Larutan HCl 10% ditambahkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu campuran
kemudian ditambahkan BaCl2. Diamati apakah terbentuk endapan putih.
Uji fosfat dilakukan dengan 1 ml saliva dipipet ke dalam tabung reaksi.
Kemudian sebanyak 1 ml urea ditambahkan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu
campuran kemudian ditambahkan 1 ml fosfomolibdat. Setelah itu ditambahkan 1
ml ferosulfat. Perubahan warna yang terjadi diamati hingga terbentuk endapan
berwarna biru.
Uji musin dilakukan dengan 1 ml saliva dipipet ke dalam tabung reaksi.
Kemudian beberapa tetes CH3COOH ditambahkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian campuran diamati apakah terbentuk endapan putih.
Data dan Hasil Percobaan
Tabel 1 Hasil percobaan kualitatf air liur (saliva).
Jenis Uji Hasil Pengamatan (+/-) Perubahan Warna Larutan
Bobot jenis BJ= 1,002 g/ml
Lakmus merah Asam Merah
Lakmus biru Asam Merah
Pewarna PP (+) asam Tidak berwarna
Pewarna MO (+) asam Jingga/ Orange
Uji Biuret (+) Jingga
Uji Millon (+) Kuning
Uji Molisch (-)
Fase atas:keruh
Fase bawah:coklat
Uji klorida (+) Adanya endapan putih
Uji sulfat (-) Tidak berwarna
Uji fosfat (+) Hijau kebiruan
Uji musin (+) Adanya benang putih
Keterangan : (+) Menyatakan positif terhadap uji
(-) Menyatakan negatif terhadap uji
A B C D
Gambar 2 Hasil percobaan (a) uji lakmus biru, (b) lakmus merah, (C) uji
penolftalein. Dan (c) uji metil orange
A B C D E F G
Gambar 2 Hasil percobaan (a) uji Biuret, (b) uji Millon (c) uji Molisch, (d) uji
khlorida, (e) uji sulfat, (f) uji fosfat dan (g) uji musin.
Pembahasan
Penentuan sifat asam atau basa saliva ditentukan dengan cara pengujian
lakmus dan indikator. Lakmus yang digunakan adalah lakmus merah dan lakmus
biru,Indikator yang digunakan adalah penolftalein (PP) dan Methyl Orange (MO).
Prinsip penentuan sifat asam dan basa saliva dengan lakmus merah dan biru
adalah dengan melihat perubahan warna pada lakmus.jika lakmus biru mengalami
perubahan warna menjadi merah dan lakmus merah tetap berwarna merah ketika
ditambahkan cairan saliva menandakan sifat siliva bersifat asam dan bersifat basa
jika kebalikannya. Namun dengan menggunakan kertas lakmus hanya dapat
mengetahui sifat asam atau basa saja,tidak dapat menetukan rentang pHnya.
Prinsip indikator adalah bahan yang memberikan warna berbeda pada lingkungan
asam dan basa. Penoftalein merupakan pereaksi yang tak berwarna pada pH asam,
sedangkan metil orange merupakan pereaksi yang berwarna jingga pada pH asam.
Fenolftalein memiliki rentang pH 8.0 – 9.3 dengan perubahan warna dari tak
berwarna menjadi merah muda. Sementara itu, metil orange memiliki rentang pH
3.1 – 4.4 dengan perubahan warna dari merah menjadi kuning (Harjadi 1986).
Berdasarkan percobaan uji lakmus. Lakmus biru mengalami perubahan warna dari
biru menjadi merah dan lakmus merah tetap merah,hal ini menandakan bahwa
saliva tersebut bersifat asam. Pada percobaan indikator air liur yang telah ditetesi
pereaksi penoftalein dan metil orange masing-masing menghasilkan perubahan
warna tak berwarna pada penoftalein dan warna jingga pada metil orange.
Penambahan indikator PP dan MO bertujuan untuk mengetahui air liur atau siliva
bersifat asam atau basa dengan melihat perubahan warnanya. Perubahan warna
yang diakibatkan oleh penambahan pereaksi terhadap air liur menunjukkan bahwa
air liur memiliki pH yang asam. Kisaran pH air liur antara 6.2 hingga 7.6 dengan
rata-rata 6.7 (Girindra 1986)
Prinsip uji Biuret adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa
kompleks Cu dengan gugus –CO dan –NH berwarna ungu dengan penambahan
garam kupri dalam suasana basa (Carpette 2005). Uji Biuret dan Millon dilakukan
untuk melihat ada atau tidaknya kandungan protein dalam saliva..Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sampel air liur atau saliva
memberikan hasil positif terhadap pereaksi CuSO4. Hal itu menandakan bahwa air
liur tersebut mengandung ikatan peptide karena di dalam air liur terdapat enzim
amilase yang tergolong ke dalam senyawa protein.
Gambar 4 Reaksi yang terjadi antara air liur dengan pereaksi CuSO4
Percobaan Uji Biuret dilakukan penambahan pereaksi NaOH dan Pereaksi
CuSO4. Penambahan pereaksi NaOH ini bertujuan untuk memberikan suasan basa
dalam larutan agar terjadi nantinya iktan peptida dan penambahan pereaksi
CuSO4 bertujuan untuk menyediakan ion Cu2+ yang nantinya akan bereaksi
dengan ikatan peptida dalam rantai polipeptida pada suasana basa. Hasil dari
reaksi ini berupa terbentuknya kompleks warna ungu (Harper 1980).
Uji Millon dilakukan untuk mengetahui adanya asam amino tirosin dalam
air liur. Prinsip dari uji millon yaitu pembentukan garam merkuri dari tirosin yang
ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada
gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan bahwa uji millon memberikan hasil
yang positif,hal ini menandakan bahwa air liur atau saliva mengandung protein.
Uji Molish merupakan uji umum untuk golongan karbohidrat. Prinsip dari
uji Molish adalah asam sulfat konsentrat menyebabkan dehidrasi semua
karbohidrat untuk memberikan senyawa furfural, yang bereaksi dengan α-naftol
dalam alkohol 95% (pereaksi Molish) membentuk cincin violet atau senyawa
berwarna ungu kompleks. Dasar reaksi dari uji Molish ini yaitu pembentukan
senyawa asetal, dimana terjadi reaksi adisi alkohol berlebih yang berasal dari
pereaksi Molish terhadap gugus aldehida atau keton yang ada pada karbohidrat
dengan bantuan asam kuat yang akan mendehidrasi semua jenis karbohidrat. Uji
Molish dilakukan untuk mengetahui apakah dalam saliva atau air liur masih
terdapat sisa-sisa makanan atau tidak. Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa saliva atau air liur menunjukkan hasil yang
positif terhadap pereaksi Molish. Hal ini berbeda dengan teori bahwa Menurut
Lehninger 1998, saliva tidaklah mengandung atau terdiri dari karbohidrat. Namun
Hal ini dapat disebabkan air liur yang dihasilkan probandus masih mengandung sisa-sisa
makanan.
Gambar 4 Reaksi Uji Molisch (Hart 1983)
Prinsip uji klorida dengan 1 ml saliva ditambahkan dengan AgNO3 dalam
suasana asam sehingga terbentuk endapan putih. Endapan putih dari hasil
pencampuran uji klorida merupakan endapan AgCl. Penambahan Asam nitrat
dilakukan sebelum AgNO3, hal ini bertujuan agar endapan AgCl yang terbentuk
setelah penambahan AgNO3 terlihat jelas Penggunaan preaksi HNO3 untuk
membuat suasana menjadi asam. Hasil percobaan menunjukkan hasil yang telah
sesuai dengan literatur bahwa saliva akan mendapat ion Cl yang berasal dari
cairan gigi. Ketika larutan uji dicampurkan dengan AgNO3 dalam suasana asam
akan membentuk endapan putih atau AgCl (Gilvery & Goldstein 1996). Reaksi
yang terjadi ialah:
AgNO3 + Cl- AgCl + NO3- (Poedjiadi 1994)
Pengujian sulfat ini dilakukan dengan mengunakan pereaksi BaCl2 yang
akan bereaksi membentuk BaSO4 dengan kelarutan rendah sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya endapan dalam larutan yang diasamkan oleh HCl
10%. Sebelum penambahan BaCl2 Ditambahkan dulu HCl 10 %. Ini bertujuan
untuk mengurangi kelarutan BaSO4 yang terbentuk. BaSO4 berbentuk endapan
putih. Apabila terdapat endapan yang terbentuk pada sampel, hal itu menandakan
bahwa sampel mengandung SO42-. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
diperoleh hasil negatif pada pengujian ini. Keberadaan fosfat dan sulfat di dalam
air liur tidak mutlak adanya, walupun biasanya air liur atau saliva memiliki
komposisi senyawa organik sekitar 0,5% . Hal tersebut akan bergantung pada
makanan yang di konsumsi sebelumnya (Metjesh 1996). Berikut merupakan
reaksi pengujian SO42- jika menghasilkan memberikan reaksi positif :
SO42- (aq) + Ba2+(aq) BaSO4 (s) (Vogel 1985)
Fosfat merupakan senyawa anorganik yang biasanya terkandung dalam air
liur. Uji fosfat terhadap air liur dilakukan untuk mengetahui adanya fosfat dalam
air liur atau tidak. Pengujian ini dilakukan terhadap air liur yang telah disaring
sebelumnya.
Uji Musin dilakukan untuk menunjukkan apakah di dalam saliva terdapat
garam-garam anorganik seperti garam klorida, sulfat, posfat. Uji musin, uji
klorida, uji sulfat, dan uji fosfat terhadap saliva juga menunjukkan reaksi positif
karena saliva mengandung musin dan garam-garam anorganik yang ditandai
dengan terbentuknya endapan putih. Keberadaan fosfat dan sulfat di dalam air liur
tidak mutlak adanya. Hal tersebut bergantung pada makanan yang kita konsumsi
(Maryati 2000).
Simpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa saliva mempunyai bobot
jenis 0.9135 g/ml. Berdasarkan uji lakmus, PP dan MO saliva memiliki pH asam.
Saliva mengandung protein berdasarkan uji Biuret dan uji Milon. Hasil positif
pada uji Molisch disebabkan adanya sisa makanan pada air liur probandus. Uji
musin, klorida, sulfat, dan fosfat menunjukkan reaksi yang positif.
Daftar Pustaka
Ahmad Hiskia. 2000. Larutan Asam dan Basa. Bandung: Exact Ganeca.
Gilvery dan Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional Edisi 3.
Surabaya: Airlangga University Press.
Girindra A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia.
Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analaitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Harper et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry) Edisi 17.
Jakarta: EGC.
Kusnawijaya. 1993. Biokimia. Bandung: Exact Ganeca.
Lehinger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah.
Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Maryati Sri. 2000. Sistem Pencernaan Makanan. Jakarta: Erlangga.