Laporan antropometri

51
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN ANTROPOMETRI MAHASISWA D4 K3 FK UNS Mohamad Dedy Nurwahid R.0213039

Transcript of Laporan antropometri

Page 1: Laporan antropometri

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN ANTROPOMETRI MAHASISWA D4 K3 FK UNS

Mohamad Dedy Nurwahid

R.0213039

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta2014

Page 2: Laporan antropometri

PENGESAHAN

Laporan Praktikum dengan Judul :Pengukuran Antropometri Mahasiswa D4 K3 FK UNS

Mohamad Dedy Nurwahid, NIM : R0213039, Tahun : 2013

telah disahkan pada :

Hari ............. Tanggal .............. 20 .......

Asisten, Praktikan,

Ervansyah Wahyu Utomo, S.ST Moh. Dedy NurwahidNIM. R0213039

ii

Page 3: Laporan antropometri

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan ........................................................................................ 2

C. Manfaat ....................................................................................... 3

BAB II. LANDASAN TEORI.......................................................................... 4

A. Tinjauan Pustaka......................................................................... 4

BAB III. HASIL .............................................................................................. 18

A. Gambar alat, Cara Kerja dan Prosedur Pengukuran ................... 18

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan ............................................. 21

BAB IV. PEMBAHASAN .............................................................................. 23

A. Kesesuaian Tempat Duduk.......................................................... 23

B. Kesesuaian Meja.......................................................................... 24

C. Kegunaan Pengukuran Antropometris........................................ 25

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 27

A. Simpulan ..................................................................................... 27

B. Saran ........................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28

LAMPIRAN..................................................................................................... 29

iii

Page 4: Laporan antropometri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Faktor yang penting yang menunjukkan karakteristik masyarakat

industri yang hidup di negara maju adalah banyaknya orang yang hidup

dalam lingkungan fisik yang merupakan hasil budidaya manusia. Hal ini akan

kontras sekali dengan kehidupan masa lampau disaat kebanyakan dari mereka

masih hidup dalam lingkungan alam yang asli. Perubahan waktu secara

perlahan-lahan telah merubah manusia dan keadaan. Disini manusia berusaha

mengadaptasikan dirinya menurut situasi dan kondisi lingkungannya. Banyak

bukti yang menunjukkan perubahan manusia untuk menyesuaikan diri dengan

kondisi alam yang ada di sekitar lingkungannya serta ditunjukkan oleh

perkembangan kebudayaan dari waktu ke waktu. Manusia melakukan

perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai adalah untuk

memudahkan di dalam mengoperasikan penggunaannya.

Disiplin keilmuwan ini lahir dan berkembang pada sekitar

pertengahan abad ke - 20 yang berkaitan dengan perancangan peralatan kerja

serta memperhatikan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya yang dikenal

dengan nama ergonomi. Didalam ergonomi ini akan dipelajari tentang

pengaruh kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan peralatan

(teknologi). Dalam ergonomi juga akan mempelajari akibat jasmani, kejiwaan

dan sosial dari produk buatan manusia serta lingkungan kerjanya untuk

mempelajari manusia sebagai faktor utama dalam merencanakan peralatan.

Dalam perencanaan peralatan ini, seperti bidang ilmu pendukung, yang

berupa antropometri, kedokteran, biologi, psikologi, dan lainnya. Semua ini

sangat membantu kita dalam merencanakan kenyamanan dalam bekerja.

Dalam bahasa sehari-hari sistem dikatakan ergonomis apabila

mencakup berbagai aspek fitness for purpose. Atau yang disebut human

centered design. Dimana di dalam ergonomi diberikan pondasi Scientific

1

Page 5: Laporan antropometri

2

untuk mendesain sistem yang ramah terhadap lingkungan sehingga

diharapkan bahwa performansi yang ditampilkan pekerja dapat lebih optimal

yang sangat berpengaruh pada nilai produktivitas secara keseluruhan.

Dalam perancangan suatu sistem kerja, pendekatan human centered

design akan berusaha mengakomodasi kebutuhan sebanyak mungkin

pengguna dari sistem kerja tersebut. Karenya, perancang harus

mempertimbangkan dimensi tubuh yang berkaitan dari populasi pengguna

sistem kerja tersebut agar rancangan yang dibuat sesuai dengan penggunanya.

Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan sebuah pengetahuan mengenai

pengukuran dimensi tubuh manusia yang relevan serta perancangan alat atau

benda yang berkaitan. Pengetahuan tersebut disebut juga sebagai

Antropometri.

Jika seseorang melakukan suatu pekerjaan, maka sangat banyak faktor

yang mempengaruhi keberhasilan pekerjaan itu. Secara garis besar faktor

yang mempengaruhi manusia tersebut dapat dibagi dua, yaitu faktor

individual dan faktor situasional. Faktor individual berasal dari diri orang itu

sendiri misalnya usia, pendidikan, motivasi, pengalaman. Faktor situasional

berasal dari luar diri pekerja misalnya : tata letak ruang kerja, kondisi mesin,

kondisi pekerjaan, karakteristik lingkungan. Berbeda dengan faktor-faktor

individual, faktor-faktor situasional ini dapat diubah untuk memberikan

pengaruh pada keberhasilan kerja.

B. Tujuan

Dari praktikum ini diharapkan praktikan mampu:

1. Mengaplikasikan metode pengukuran antropometri (antropometric

methods) dalam perancangan sistem kerja.

2. Mengidentifikasikan data-data dimensional manusia (termasuk

menentukan sampel) yang dibutuhkan dalam merancang stasiun kerja,

serta mampu menggunakan berbagai alat pengukuran antropometri untuk

pengambilan data-data tersebut.

Page 6: Laporan antropometri

3

3. Memahami pengaruh dari lingkungan fisik pada manusia dalam suatu

sistem kerja.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a) Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang antropometeri.

b) Memberikan pengalaman pada mahasiswa bagaimana langkah–

langkah mengukur bagian-bagian tubuh manusia.

c) Memberikan pengetahuan pada mahasiswa mengenai fungsi

antropometri dalam kehidupan sehari-hari.

2. Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a) Meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam penerapan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dunia kerja

b) Menambah referensi kepustakaan untuk perkembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Page 7: Laporan antropometri

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Antropometri

Istilah Antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia

dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat

dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi

tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran

(tinggi, lebar, dan sebagainya), berat dan lain–lain yang berbeda satu

dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai

pertimbangan–pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi

manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan

secara luas antara lain dalam hal :

a) Perancangan areal kerja (Work station, interior mobil, dan

sebagainya).

b) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas

(tools), dan sebagainya.

c) Perancangan produk–produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja,

dan sebagainya.

d) Perancangan lingkungan fisik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri

akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan

dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan

mengoperasikan/menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka

perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari

populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan

tersebut. Secara umum sekurang–kurangnya 90% - 95% dari populasi

yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah

mampu menggunakannya dengan selayaknya. Rancangan produk yang

4

Page 8: Laporan antropometri

5

dapat diatur secara fleksibel jelas memberikan kemungkinan lebih

besar bahwa produk tersebut akan mampu dioperasikan oleh setiap orang

meskipun ukuran tubuh mereka akan berbeda–beda. Pada dasarnya

peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi dimensi tubuh

tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range tubuh dari

populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian

(adjustability) suatu produk merupakan suatu prasyarat yang amat

penting dalam proses perancangannya; terutama untuk produk–produk

yang berorientasi ekspor.

2. Data Antropometri dan Cara Pengukurannya.

Manusia pada umumnya akan berbeda–beda dalam hal bentuk

dan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya

seseorang perancang produk harus memperhatikan faktor–faktor tersebut

yang antara lain adalah :

a) Umur, dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A. F Roche dan G.

H Davila (1972) di USA memperoleh kesimpulan bahwa laki–laki

akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun,

sedangkan wanita sampai usia 17,3 tahun ; meskipun ada sekitar

10% yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun

(laki–laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak lagi akan

terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi

penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahun.

b) Jenis Kelamin (sex), Dimensi tubuh laki–laki pada umumnya lebih

besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian

tubuh tertentu seperti pinggul dan sebagainya.

c) Suku/Bangsa (ethnic), setiap suku bangsa ataupun kelompok ethnic

akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan

yang lainnya.

d) Posisi Tubuh (posture), sikap (posture atau posisi tubuh akan

berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh sebab itu posisi tubuh

Page 9: Laporan antropometri

6

standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Dalam kaitan

dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu :

(1) Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension)

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar tidak

bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran

tubuh dengan cara ini adalah “static antropometri”. Dimensi

tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat

badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran

kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/duduk, panjang

lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan

percentile tertentu seperti 5th dan 95th persentil.

(2) Pengukuran dimensi fungsional tubuh (funcional body

dimensions)

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada

saat berfungsi melakukan gerakan–gerakan tertentu yang

berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan. Hal pokok

yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini

adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan

erat dengan gerakan–gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk

melaksanakan kegiatan–kegiatan tertentu. Cara pengukuran kali

ini dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja

atau dalam posisi yang dinamis. Cara pengukuran semacam ini

akan menghasilkan data “dynamic antropometry”. Antropometri

dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan

banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas

ataupun ruang kerja.

Selain faktor–faktor di atas masih ada pula beberapa faktor lain

yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia seperti :

Page 10: Laporan antropometri

1,96 X 1,96 X

X

2,5%

95%

2,5%

N(X, X)

2,5-th percentile 97,5-th percentile

7

a) Cacat tubuh, dimana data antropometri ini akan diperlukan untuk

merancangan produk bagi orang–orang cacat (kursi roda,

kaki/tangan palsu, dan sebagainya).

b) Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim

yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda–beda pula

dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.

c) Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas akan

mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khususnya perempuan).

3. Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri.

Data antropometri jelas diperlukan supaya rancangan suatu

produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya.

Permasalahan yang akan timbul adalah ukuran ukuran siapakan yang

nantinya akan dipilh sebagai acuan untuk mewakili populasi yang ada?

Mengingat ukuran individu yang berbeda–beda satu dengan populasi

yang menjadi target sasaran produk tesebut.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya problem adanya variasi

ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu

merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu sesuai”

(adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu.

Gambar 2.3. Distribusi Normal dengan Data

Antropometri 95-th Percentile

Page 11: Laporan antropometri

8

Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi

normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat

formulasikan berdasarkan harga rata–rata (mean,X ) dan simpangan

standarnya (standa deviation, sX) dari data yang ada. Dari nilai yang ada

maka “percentiles” dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas

distribusi normal. Dengan percentile, maka yang dimaksud disini adalah

suatu nilai yang menunjukan persentase tertentu dari orang yang

memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th

percentile akan menunjukan 95% populasi akan berada pada atau

dibawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th percentile akan menunjukan

5% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu. Dalam

antropometri ukuran 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang

“terbesar” dan 5-th percentile sebaliknya akan menunjukan ukuran

“terkecil”. Pemakaian nilai–nilai percentile yang umum diaplikasikan

dalam perhitungan data antopometri dapat dijelaskan dalam tabel sebagai

berikut :

Percentile Perhitungan

1-st Χ - 2.325 sX

2.5-th Χ - 1.96 sX

5-th Χ - 1.645 sX

10-th Χ - 1.28 sX

50-th Χ90-th Χ + 1.28 sX

95-th Χ + 1.645 sX

97.5-th Χ + 1.96 sX

99-th Χ + 2.325 sX

Tabel 2.3 Macam Percentile dan Cara

Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Page 12: Laporan antropometri

9

4. Perhitungan Data Antropometri dengan Menggunakan Rumus Persentil

Statistik.

Perhitungan data antropometri dalam menentukan persentil dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus dari statistik, Adapun langkah–

langkah dalam menentukan nilai persentil dalam statistik adalah sebagai

berikut yaitu :

Langkah yang pertama menentukan nilai yang terkecil sampai nilai

yang terbesar dari suatu distribusi kelompok. Nilai tersebut digunakan

untuk menentukan nilai range, adapun rumus dalam menentukan nilai

range adalah :

R = Dmax – Dmin

Dimana : R = Nilai range

Dmax = Data terbesar

Dmin = Data terkecil

Langkah yang kedua yaitu menentukan kelas interval atau biasa

disingkat dengan sebutan kelas, adapun rumus dalam menentukan kelas

adalah sebagai berikut:

K = 1 + 3,3 Log N

Dimana : K = Kelas

N = Jumlah data

Langkah yang ketiga yaitu menentukan nilai interval, adapun

rumus dalam menentukan nilai interval adalah sebagai berikut :

Page 13: Laporan antropometri

10

I= RK

Langkah yang terakhir yaitu menghitung nilai persentil. Adapun

dalam menentukan nilai persentil yang harus dilakukan terlebih dahulu

yaitu menentukan letak dari nilai LCB, adapun rumus dalam menentukan

letak persentil adalah sebagai berikut:

Pi= (ixN )100

Dimana : Pi = Letak persentil

i = Nilai persentil ke-n

N = Jumlah data

Setelah diketahui letak dari persentil, maka langkah selanjut

menghitung nilai dari persenti, adapun rumus dari nilai persentil adalah

sebagai berikut:

P=LCB+ I [ ( ixN100 )−F−1

fi ]Dimana : P = Nilai persentil

LCB = Lower Class Boundary

F−1 = Nilai komulatif frekuensi sebelum LCB

fi = Nilai frekuensi

Dalam menentukan banyaknya kelas (K) dilakukan secara trial and

error. Diusahakan agar setiap tidak ada yang mempunyai frekuensi nol (0)

Limit kelas (Class Limit)

a) Untuk batas bawah (Lower Class Limit) / LCL diambil dari data

terkecil suatu interval kelas tersebut.

Page 14: Laporan antropometri

11

b) Untuk batas atas (Upper Class Limit) / UCL diambil dari data terbesar

suatu interval kelas tersebut.

Batas Atas (Class Boundary)

a) Untuk batas kelas bawah (Lower Class Boundary) / LCB

LCB = LCL – ½ skala terkecil

b) Untuk batas kelas atas (Upper Class Boundary) / UCB

UCB = UCL – ½ skala terkecil

Titik Tengah Kelas

a) CM = (LCL + UCL) / 2

Dilanjutkan dengan membuat tabel distribusi frekuensi, dan untuk

mempermudah dalam mencari ukuran tendensi sentral sama dengan data

diskrit tetapi Xi pada data kontiniu diganti dengan titik tengah kelas (CM)

5. Aplikasi Data Antropometri Dalam Perancangan Produk / Fasilitas

Kerja.

Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai

macam anggota tubuh manusia dalam percentiler tertentu akan sangat

besar manfaatnya pada saan perancangan produk ataupun fasilitaas kerja

akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan

ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip –

prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri

tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini :

a) Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu dengan Ukuran yang

Ekstrim.

Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran

produk, yaitu :

Page 15: Laporan antropometri

12

(1) Bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti

klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila

dibandingkan dengan rata–ratanya.

(2) Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain

(mayoritas dari populasi yang ada)

Agar bisa memenuhi kebutuhan pokok tersebut maka ukuran yang

diaplikasikan ditetapkan dengan cara :

(1) Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu

rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile

yang terbesar seperti 95-th percentile.

(2) Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil

berdasarkan nilai percentile yang paling rendah (5-th) dari

distribusi data antropometri yang ada.

Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk

ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile untuk

dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi minimumnya

b) Prinsip Perancangan Produk yang Bisa Dioprasikan di Antara Rentang

Ukuran Tertentu.

Disini rancangan bisa dirubah–rubah ukurannya sehingga

cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai

macam ukuran tubuh. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan

yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum

diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th

percentile.

c) Prinsip Perancangan Produk dengan Ukuran Rata–Rata

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata–rata

ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru

Page 16: Laporan antropometri

13

sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata–rata. Berkaitan

dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses

perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa

rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah–langkah

sebagai berikut :

(1) Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh

yang mana nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan

rancangan tersebut.

(2) Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam perancangan

tersebut.

(3) Tentuka populasi terbesar yang harus di antisipasi,

diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan

produk tersebut.

(4) Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah

rancangan tersebut untuk individual yang ekstrim, rentang ukuran

yang fleksibel, ataukah ukuran rata–rata.

(5) Pilihlah persentase populasi yang harus diikuti ; 5%, 50% 95%

(6) Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan

selanjutnya tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri

yang sesuai.

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri

untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk atau pun

fasilitas kerja, maka gambar berikut akan memberika informasi

tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur.

Page 17: Laporan antropometri

14

Gambar 2.5.3.2 Data Antropometri Kepala

Keterangan :

(1) Panjang Kepala.

(2) Lebar kepala.

(3) Diameter maksimum dari dagu.

(4) Dagu kepuncak kepala.

(5) Telinga kepuncak kepala.

(6) Telinga kebelakang kepala.

(7) Antara dua telinga.

(8) Mata kepuncak kepala.

(9) Mata kebelakang kepala.

(10)Antara dua pupil kepala.

(11)Hidung kepuncak kepala.

(12)Hidung kebelakang kepala.

(13)Mulut kepuncak kepala.

(14)Lebar mulut.

Gambar 2.5.3.3 Data antropometri yang diperlukan

Keterangan :

(1) Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung

kepala).

Page 18: Laporan antropometri

15

(2) Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

(3) Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

(4) Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

(5) Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri

tegak (dalam gambar tidak ditunjukan).

(6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat

duduk/pantat sampai dengan kepala).

(7) Tinggi mata dalam posisi duduk.

(8) Tinggi bahu dalam posisi duduk.

(9) Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

(10)Tebal atau lebar paha.

(11)Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut.

(12)Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian

belakang dari lutut/betis.

(13)Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun

duduk.

(14)Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai

dengan paha.

(15)Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).

(16)Lebar pinggul/pantat.

(17)Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak

ditunjukan pada gambar).

(18)Lebar perut

(19)Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jari–jari

dalam posisi siku tegak lurus.

(20)Lebar kepala.

(1) Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan

ujung jari.

(2) Lebar telapak tangan.

(3) Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar–lebar

kesamping kiri–kanan (tidak ditunjukan dalam gambar).

Page 19: Laporan antropometri

16

(4) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari

lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas

(vertikal).

(5) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur

seperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukan

dalam gambar).

(6) Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu

sampai ujung jari tangan.

Data antropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki–laki

dan perempuan, harga rata–rata (Χ ), standar deviasi (sX) serta

percentile tertentu (5-th, 50-th dan 95-th).

B. Perundang – Undangan

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada

umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan

sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu

pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan

proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan

setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatkan

intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di

lingkungan kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih

tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk

maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan

pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No. 14 tahun

Page 20: Laporan antropometri

17

1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya

mengalami perubahan menjadi UU No. 12 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap

pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang

sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah

peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja

sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl

No. 406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan

dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja,

baik di  darat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara,

yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Undang-Undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan

kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,

perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan

penyimpanan bahan, barang produk teknis dan aparat produksi yang

mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Page 21: Laporan antropometri

BAB III

HASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran

1. Gambar Alat

Gambar Keterangan

a. Antropometer set 1) Angka-angka penunjuk hasil

Fungsi : menunjukkan hasil pengukuran.

2) Statis

Fungsi : menyangga alat agar tetap tegak.

3) Tempat menggabungkan sliding

capiler

Fungsi alat : untuk mengukur bagian-bagian tubuh baik dalam posisi berdiri maupun duduk.

b. Pengukur diameter kepala Fungsi : mengukur diameter kepala.

c. Jangka sorong Fungsi : mengukur ketebalan obyek yang akan diukur.

18

Page 22: Laporan antropometri

19

d. Meteran gulung Fungsi : Untuk mengukur lingkar kepala, panjang, lebar dan tinggi kursi dan meja, dll.

e. Busur Fungsi : mengukur sudut sandaran kursi.

f. Meja dan kursi Fungsi : sebagai obyek pengukuran atau untuk peralatan kerja.

2. Cara Kerja

a) Antropometer set

1) Pasang antropometer pada bagian tubuh probandus yang akan

diukur pada posisi berdiri maupun duduk.

2) Lalu lihat angka pada skala yang tertera pada antropometer.

Ketentuan yang berlaku apabila dalam pengukuran

menggunakan bagian luar stik dan dalam stik dari antropometer

maka skala yang dibaca di dalam kotak bagian atas, apabila

menggunakan bagian dalam stik dan dalam stik dari

antropometer maka baca skala bagian bawah, dan apabila

menggunakan bagian luar dan luar dari antropometer maka skala

yang dibaca bagian atas ditambah 1 cm.

3) Kemudian catat hasil yang sudah dibaca tadi.

b) Pengukur diameter kepala.

Page 23: Laporan antropometri

20

1) Putar mur yang ada pada pegangan alat agar bisa disesuaikan

dengan kepala probandus yang akan di ukur.

2) Pasang pada kepala untuk mengukur diameternya.

3) Lalu kencangkan alat hingga hasil pengukuran akurat.

4) Kemudian catat hasilnya.

c) Jangka sorong

1) Pasang jangka sorong ke obyek yang diukur.

2) Kencangkan alat agar ukuran tidak berubah.

3) Lihat dan catat hasil pengukuran.

d) Busur

1) Letakkan busur di sudut kemiringan pada sandaran kursi.

2) Lihat berapa besarnya derajat kemiringan.

3) Kemudian catat hasilnya.

3. Prosedur Pengukuran

a) Desain Antropometri Statis Berdiri

1) Probandus siap.

2) Probandus dalam keadaan berdiri tegak dan menghadap lurus

ke depan.

3) Pengukuran yang dilakukan antara lain : Gidan, Gihu, Giku,

Gigul, Barhu, Bargul, Panleng, PL. Bawah, PL. Atas, Panpa,

Jangtas, Ling. Kpl, dan Dia. Kpl.

b) Desain Antropometri Duduk

1) Probandus siap.

2) Probandus dalam posisi duduk dan tegap.

3) Pengukuran yang dilakukan meliputi : Giduk, Gikuduk,

Gikulduk, Gitutduk, Pangkaitas, Pangkaiwah, dan Gibaduk.

c) Pengukuran kursi :

1) Tinggi kursi dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian

depan alas duduk.

Page 24: Laporan antropometri

21

2) Panjang alas kursi pertemuan garis proyeksi permukaan depan

sandaran duduk sampai dengan permukaan alas duduk .

3) Lebar kursi diukur pada garis tengah alas duduk melintang.

4) Sandaran punggung diukur lebar dan panjang.

5) Sandaran tangan diukur panjang ,lebar dan tingginya.

6) Sudut alas duduk.

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan

1. Hasil Pengukuran Postur Tubuh

Nama : Moh. Dedy Nurwahid Umur : 19 tahunJenis Kelamin : Laki-laki

a. Posisi Berdiri

Tinggi Badan 171,6 cm

Tinggi Bahu 146 cm

Tinggi Siku 109,1 cm

Tinggi Pinggul 100 cm

Lebar Bahu 45 cm

Lebar Pinggul 32,2 cm

Panjang Lengan 78,2 cm

Panjang Lengan Bawah 42,2 cm

Panjang Lengan Atas 36 cm

Panjang Depa 183 cm

Jangkauan Atas 215 cm

b. Antropometri Kepala

Panjang Kepala 16,1 cm

Lebar Kepala 15,5 cm

c. Posisi Duduk

Page 25: Laporan antropometri

22

Tinggi Duduk 87,3 cm

Tinggi Siku Duduk 21,8 cm

Tinggi Pinggul Duduk 18,1 cm

Tinggi Lutut Duduk 51,5 cm

Panjang Tungkai Atas 59 cm

Panjang Tungkai Bawah 45,4 cm

Tinggi Bahu Duduk 59,1 cm

2. Hasil Pengukuran Peralatan Kerja

a. Meja

Panjang Meja 105,5 cm

Lebar Meja 68,8 cm

Tinggi Meja 74,5 cm

Tebal Meja 1,3 cm

b. Kursi

Tinggi Kursi 45,5 cm

Lebar Kursi 50 cm

Panjang Kursi 47 cm

Tinggi Sandaran Tangan 69,2 cm

Sudut Sandaran Punggung 116°

Tinggi Sandaran Kaki 14,5 cm

Page 26: Laporan antropometri

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kesesuaian Tempat Duduk

Kriteria :

Probandus dengan sikap duduk mendapatkan sikap yang mantap dan

memberikan relaksasi otot, dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada

bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tubuh.

1. Tinggi Tempat Duduk

Dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas duduk.

Kriteria : harus lebih pendek dari panjang lekuk lutut s/d telapak kaki.

Usulan : 40-48 cm

Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran tinggi lutut duduk probandus.

Karena tinggi lutut duduk probandus adalah 51,50 cm. Sehingga

sesuai dengan kriteria bahwa tinggi tempat duduk lebih pendek

dari tinggi lutut probandus.

2. Panjang Alas Duduk

Pertemuan garis proyeksi permukaan daepan sandaran duduk sampai

dengan alas duduk.

Kriteria : lebih pendek dari lekuk lutut sampai dengan garis punggung.

Usulan : 40-48 cm

Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri panjang tungkai atas

probandus. Karena panjang tungkai atas probandus adalah 59 cm.

Sehingga dari percobaan panjang alas duduk lebih pendek dari

lekuk lutut sampai dengan garis punggung probandus.

3. Lebar Tempat Duduk

Diukur pada garis tengah alas duduk melintang.

Kriteria : harus lebih lebar dari lebar pinggul.

Usulan : 40-45 cm

23

Page 27: Laporan antropometri

24

Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri lebar pinggul probandus,

karena lebar pinggul probandus adalah 32,2 cm. Karena dalam

perancangan desain kursi nanti antara 40-45, probandus akan tetap

merasa nyaman karena sudah diiperhitungkan nilai kelonggaran.

4. Tinggi Sandaran Tangan

Diukur panjang, lebar dan tinggi

Kriteria :

a. Jarak tepi dalam kedua sandaran tangan lebih lebar dari lebar pinggul

dan tidak melebihi lebar bahu.

b. Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku.

Usulan :

a. 30-35 cm

b. 19,50 cm dari alas duduk

Hasil :

a. Sesuai dengan ukuran antropometri lebar bahu probandus. Karena lebar

bahu probandus adalah 45 cm, dan dalam desain seharusnya tidak

melebihi lebar bahu, karena lebar kursi adalah 47 cm.

b. Sudah sesuai dengan ukuran antropometri tinggi siku duduk probandus.

Karena tinggi siku duduk probandus adalah 21,8 cm.

5. Sudut Sandaran Punggung

Usulan : 101o

Hasil : Belum sesuai dengan hasil pengukuran yaitu 116° mungkin

dikarenakan kurang ketelitian saat melakukan pengukuran.

6. Tinggi Sandaran Kaki

Usulan : 20 cm

Hasil : Tidak sesuai karena tinggi kursi 45,50 cm jadi untuk sandaran

kaki 15 cm kurang tinggi.

B. Kesesuaian Meja

Kriteria :

Sesuai dengan antropometri tubuh probandus dan jenis pekerjaan.

Page 28: Laporan antropometri

25

1. Panjang Meja

Usulan : 105 cm

Hasil : Panjang meja sudah sesuai dengan panjang lengan probandus.

Karena sudah melebihi panjang lengan probandus, yaitu 78,20 cm.

Sehingga probandus tidak perlu melakukan gerakan paksa untuk

menjangkau sesuatu di area kerja.

2. Lebar Meja

Diukur dari probandus dari arah depan.

Usulan : 60-80 cm

Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran panjang kenga probandus yaitu 78,20

cm.

3. Tinggi Meja

Usulan : 101 cm

Hasil : Belum sesuai dengan ukuran antropometri tinggi siku probandus.

Karena tinggi siku probandus adalah 109,1 cm. Sedangkan tinggi

meja hasil pengukuran terlalu rendah 74,5 cm. Sehingga perlunya

pembenahan meja menyesuaikan tinggi probandus.

4. Tebal Meja

Kriteria :

a. Dapat memberikan gerakan bebas pada kaki.

b. Terbuat dari bahan yang keras dan tidak mudah patah.

Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri probandus dan sudah

ergonomis. Bahanya juga terbuat dari bahan yang keras dan tidak

mudah patah.

C. Kegunaan Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri dalam bidang K3 digunakan sebagai

pendukung prinsip perancangan fasilitas. Prinsip perancangan fasilitas

berdasarkan individu ekstrim (minimum atau maksimum). Prinsip ini

digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang akan di rancang

Page 29: Laporan antropometri

26

tersebut dapat di pakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-

orang yang akan memakainya. Contohnya: Ketinggian kontrol maksimum

digunakan tinggi jangkauan keatas dari orang pendek, ketinggian pintu di

sesuaikan dengan orang yang tinggi dan lain-lain.

Prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip digunakan

untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut dapat menampung atau

bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang yang mungkin

memerlukannya.Biasanya rancangan ini memerlukan biaya lebih mahal tetapi

memiliki fungsi yang lebih tinggi. Contohnya: Kursi kemudi yang bisa di atur

maju-mundur dan kemiringan sandarannya, tinggi kursi sekretaris atau tinggi

permukaan mejanya. Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan harga rata rata

para pemakainya. Prinsip ini hanya di gunakan apabila perancangan

berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika

menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip

berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi

dari pada untungnya, ini berarti hanya sebagian kecil dari orang-orang yang

merasa enak dan nyaman ketika menggunakan fasilitas tersebut.

Kenyataan menunjukan bahwa pengukuran kursi yang digunakan

dalam praktikum ini termasuk rancangan kursi yang ergonomis dan sesuai

dengan ukuran rata-rata orang Indonesia dengan tipe pekerjaan sebagai

mahasiswa maupun dosen. Akan tetapi kursi ini memiliki kelemahan yaitu

dengan adanya penahan siku (landasan), maka untuk orang yang memiliki

tinggi diatas 175 cm sedikit kurang nyamaan karena harus menekuk bagian

kaki. Selain itu untuk orang yang memiliki berat badan berlebih (gemuk)

kurang baik karena ukuran kursi terlalu kecil sehingga dapat mengakibatkan

terjepit, keram pantat, sakit pinggang dsb. Karena sebenarnya desain kursi ini

diperuntukkan untuk ukuran ideal orang Indonesia yang berprofesi sebagai

Mahasiswa. 

Page 30: Laporan antropometri

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Meskipun operator yang sehat sudah diseleksi secara ketat dan

diharapkan akan mampu beradaptasi dengan situasi lingkungan fisik

kerja yang bervariasi dalam hal temperatur, kelembaban, getaran,

kebisisngan dan lain–lain; akan tetapi stress akibat kondisi lingkungan

fisik kerja akan terus berakumulasi dan secara tiba–tiba bisa

menyebabkan hal yang fatal. Adanya lingkungan fisik kerja yang bising,

panas bergetar atau atmosfir yang tercemar akan memberikan danpak

negatif terhadap performans maupun moral/motivasi kerja operator.

2. Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan suatu aplikasi data

antropometri, tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang tidak

terdapat pada data statis. Misalnya gerakan menjangkau, mengambil

sesuatu, mengoperasikan suatu alat adalah hal yang sukar untuk

didefinisikan.

B. Saran

Yang penulis sarankan pada praktikum kali ini yaitu adalah sebuah

himbuan agar praktikan pada saat melakukan praktikum ini benar-benar

memperhatikan ketelitian. Karena untuk mendapatkan hasil yang maksimal

diperlukan ketelitian pada saat melakukan pengukuran.

27

Page 31: Laporan antropometri

DAFTAR PUSTAKA

Bintoro, Ayub. 2012. Ergonomi Antropometri. http:// Gardu Ilmu   Ergonomi

Antropometri.html.(23 April 2014)

Sjarifah, Ipop, dkk. Buku Pedoman Praktikum Semester II “Ergonomi 1”. 2013.

Surakarta : D4 K3 FK UNS.

Suma’mur, P.K., (1996). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV.

Hajimasagung. Jakarta.

Galer, I.A.R. 1989. Applied Ergonomics Handbook, Butterworths, London.

Mc. Cormick & Ernest J. 1993. Human Factors in Engineering and Design. New York. Mc Graw Hill.

Niebel,B.W.and Freivalds, A. 1999. Methods, Standards and Work Design, 9th Ed. New York : Mc Graw-Hill.

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi. 1994. Lokakarya I-III Methods Engineering . ITB : Teknik Industtri.

Roebuck, John. 1995. Anthropometric Methods : Designing to Fit the Human Body, Human Factors and Ergonomics Society.

Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerj. MTI-ITB.

Laboratory of Eastman Kodak Co. 1983. Antropometric Methods: The Human Factor Section Health, Safety & Human Factors, Ergonomic Design for People at Work. Vol.I. California : Lifetime Learning Publications.

Water, Thomas. 1994. Applications Manual for the Revised NIOSH Lifting Equation.

Nurmianto, Eko. 1991. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Surabaya : Prima Printing.

28

Page 32: Laporan antropometri

LAMPIRAN

29