Lapkas Scabies
-
Upload
yusrani-rahmaulidya -
Category
Documents
-
view
164 -
download
2
description
Transcript of Lapkas Scabies
BAB I
STATUS PASIEN
1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : An. A.H
Usia : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Orangtua : Tn. J/ Ny. S
Alamat : Cakung
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP
Tgl pemeriksaan : 6 Agustus 2013
1.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis/ Alloanamnesis)
KeluhanUtama
Gatal-gatal pada seluruh tubuh sejak ± 1 bulan SMRS.
Keluhan Tambahan
Kulit bersisik,bintik kemerahan dan luka bekas garukan yang berwarna kehitaman
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh sejak 1 bulan SMRS.
Awalnya gatal timbul di daerah kaki kemudian timbul gelembung kecil berisi cairan
pada paha, karena gatal pasien sering menggaruknya, gelembung tersebut menjadi
pecah dan menghitam seperti bekas luka dan menyebar ke seluruh tubuh. Gatal
terutama dirasakan saat malam hari. Keluhan disertai dengan bintik kemerahan pada
kulit dan kulit seperti bersisik.
Pasien merupakan pelajar SMP, pasien bersekolah di pesantren dan tinggal di
pesantren bersama dengan 20 orang dalam 1 kamar & hampir semua teman sekamar
pasien menderita penyakit kulit yang sama.
Pasien mengaku kadang bertukar pakaian dengan teman sekamarnya. Pasien
mandi 3 kali dalam 1 hari.
1
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit kulit seperti ini sebelumnya disangkal
Pasien mengaku pernah sakit cacar 3 bulan yang lalu
Riwayat di gigit serangga disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit kulit seperti pasien atau penyakit kulit lainnya disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat Alergi :
Pasien memiliki alergi makanan
Riwayat Pengobatan :
Pasien menggunakan bedak caladine untuk mengurangi gatal.
Riwayat Psikososial :
Pasien merupakan pelajar SMP, pasien bersekolah di pesantren dan tinggal di
pesantren bersama dengan 20 orang dalam 1 kamar & hampir semua teman sekamar
pasien yang menderita penyakit kulit yang sama.
1.3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
TandaVital
Tekanan darah : tidak dilakukan
Nadi : tidak dilakukan
Suhu : tidak dilakukan
Pernapasan : tidak dilakukan
Status Generalisata
Kepala :
Rambut : tidak ada kelainan
Mata : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada kelainan
Leher
2
KGB: tidak ada kelainan
Kelenjartiroidtidak ada kelainan
Thoraks : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Status Dermatologi
Efloresensi : Papul, vesikel,
kunikulus, krusta, ekskoriasi,
hiperpigmentasi,
Lokasi : Perut, lengan atas,
pergelangan tangan, sela jari
tangan, tungkai bawah, bokong
Distribusi : Regional
Lesi : Multipel, tidak teratur
Ukuran : Miliar sampai dengan
numular
Batas : Tegas
Permukaan : Menonjol
Status Dermatologis
3
RESUME
Anak laki-laki usia 12 th datang dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh
sejak 1 bulan SMRS. Awalnya gatal timbul di daerah ka ki kemudian timbul
gelembung kecil berisi cairan pada paha, karena gatal pasien sering menggaruknya,
gelembung tersebut menjadi pecah dan menghitam seperti bekas luka dan menyebar
ke seluruh tubuh. Gatal terutama dirasakan saat malam hari. Keluhan disertai dengan
bintik kemerahan pada kulit, dan kulit seperti bersisik.
Pasien tinggal di pesantren dengan 20 orang dalam 1 kamar & hampir semua
teman sekamar pasien yang menderita penyakit kulit yang sama. Pasien memiliki riw.
alergi
Status Demografi
Efloresensi : Papul, vesikel, kunikulus, krusta, ekskoriasi, hiperpigmentasi,
Lokasi : Perut, lengan atas, pergelangan tangan, sela jari tangan, tungkai bawah,
bokong
Distribusi : Regional
Lesi : Multipel, tidak teratur
Ukuran : Miliar sampai dengan numular
4
Batas : Tegas
Permukaan : Menonjol
1.4. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Skabies
Diagnosis Banding : Prurigo
Pedikulosis korporis
1.5. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
• Permetrin 5% krim
Non-Medikamentosa
• Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan
• Mencuci/menjemur alat-alat tidur
• Tidak memakai handuk/ pakaian bersama-sama
1.6. PROGNOSIS
o Quo ad vitam : ad bonam
o Quo ad fungsionam : ad bonam
o Quo ad sanactionam : ad bonam
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu
terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap
sarcoptes scabiei varian homonis dan produknya. Beberapa sinonim penyakit ini yaitu :
Kudis, the Itch, guding, budukan, gatal agogo.
2.2. EPIDEMIOLOGI
Skabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat, ada dugaan bahwa
setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Faktor yang menunjang perkembangan
penyakit ini antara lain social ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual
dan sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan), kesalahan diagnosis dan perkembangan
demografi serta ekologi. Penyakit ini banyak di jumpai pada anak dan orang dewasa muda,
tetapi dapat juga mengenai semua umur, insidensi sama pada pria dan wanita.
Cara Penularan
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda) misalnya pakaian, handuk, sprei, bantla, dan
lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-
kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang
dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan
misalnya anjing.
6
2.3. ETIOLOGI
Sarcoptes scabiei termasuk filum arthopoda kelas arachnida, ordo ackarina,
superfamili sarcoptes, pada manusia disebut sarcoptes scabiei var homini. Selain itu terdapat
S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Secara marfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata, tunggau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata
tungau betina panjangnya 300-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan tungau jantan lebih
kecil kurang lebih setengahnya yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan
kulit.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di
atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang
digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2
atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8–12 hari.
2.4. PATOGENESIS
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan
7
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau.
Siklus hidup tungau paling cepat terjadi selama 30 hari dan selama itu juga tungau-
tungau tersebut berada dalam epidermis manusia. Tungau yang berpindah ke lapisan kulit
teratas memproduksi substansi proteolitik (sekresi saliva) yang berperan dalam pembuatan
terowongan dimana saat itu juga terjadi aktivitas makan dan pelekatan telur pada terowongan
tersebut. Tungau-tungau ini memakan jaringan-jaringan yang hancur, namun tidak mencerna
darah. Feses (Scybala) tungau akan ditinggalkan di sepanjang perjalanan tungau menuju ke
epidermis dan membentuk lesi linier sepanjang terowongan.
2.5. GEJALA KLINIS SKABIES
Gejala yang ditunjukkan adalah
warna merah, iritasi dan rasa gatal pada
kulit yang umumnya muncul di sela-sela
jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha.
Gejala lain adalah munculnya garis halus
yang berwarna kemerahan di bawah kulit
yang merupakan terowongan yang digali
Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul
gelembung berair (vesikel) pada kulit.
Gambar lesi skabies
Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2005) :
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh
anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
8
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menemukan tungau dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun yang baru.
Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan KOH 10% kemudian
ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Diagnosis scabies
positif jika ditemukan tungau, nimpa, larva, telur atau kotoran S. scabiei.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung pada kertas putih kemudian dilihat
dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsy irisan, yaitu lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan
tipis dengan pisau kemudian diperiksa dengan mikroskop cahaya.
9
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin.
Tes tinta pada terowongan di dalam kulit dilakukan dengan cara menggosok
papula menggunakan ujung pena yang berisi tinta. Papula yang telah tertutup dengan
tinta didiamkan selama dua puluh sampai tiga puluh menit, kemudian tinta diusap/
dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk
ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis zig-zag.
Strategi lain untuk melakukan diagnosis scabies adalah videodermatoskopi,
biopsi kulit dan mikroskopi epiluminesken. Videodermatoskopi dilakukan
menggunakan sistem mikroskop video dengan pembesaran seribu kali dan
memerlukan waktu sekitar lima menit. Umumnya metode ini masih dikonfirmasi
dengan basil kerokan kulit. Pengujian menggunakan mikroskop epiluminesken
dilakukan pada tingkat papilari dermis superfisial dan memerlukan waktu sekitar lima
menit serta mempunyai angka positif palsu yang rendah. Kendati demikian, metode-
metode diagnosis tersebut kurang diminati karena memerlukan peralatan yang mahal.
2.7. DIAGNOSIS BANDING
Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator karena dapat
mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai penyakit kulit dengan keluhan gatal.
Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah prurigo, pedikulosis corporis,
dermatitis dan lain-lain.
2.8. PENGOBATAN
1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau
krim. Karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh
kurang dari 3 hari. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
Cara pemakaiannya: sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke
seluruh kulit tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut.
Keuntungannya: Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk
hydrogen sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germicid dan
fungicid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita
hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.
Kerugian/Efek samping: pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai
pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
10
2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%) Benzil benzoat adalah ester asam benzoat dan
alkohol benzil yang merupakan bahan sintesis balsam peru.
Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada tungau skabies.
Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam
dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%.
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Benzil
benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik
bisa diterima.
Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah
dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara
berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini
dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang
dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted
scabies.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane ; Lindane
Cara Kerja: Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah
sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane
diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian
keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya
lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau. Lindane
dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.
Cara Pemakaian: Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan
tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh
dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah
pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini
untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan
sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan Lindane selama 6 jam
sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta
tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.
Efek Samping: Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP,
kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-
tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual,
pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak
mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti
11
menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah
seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan pancytopenia.
4. Krotamiton 10% Krotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim
10% atau lotion.
Cara pemakaian: Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari
selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke
bawah selama 2 malam kemudian dicuci setelah aplikasi kedua.
Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka
panjang.Beberapa ahli beranggapan bahwa Krotamiton krim ini tidak memiliki
efektivitas yang tinggi terhadap skabies. Krotamiton 10% dalam krim atau losion,
tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan
anak kecil.
5. Permetrin dengan kadar 5%
Cara kerja: Merupakan sintesa dari pyrethroid dan bekerja dengan cara
mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan
natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise
parasit. Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek
toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat
kesalahan dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya
sedikit yang terabsorpsi di kulit dan cepat dimetabolisme yang kemudian
dikeluarkan kembali melalui keringat dan sebum, dan juga melalui urin. Belum
pernah dilaporkan resistensi setelah penggunaan obat ini.
Cara pemakaian: Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan
satu kali selama 10 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa
dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin jarang diberikan
pada bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan ibu menyusui.
Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam.
Efek samping: jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun
mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive dan
terekskoriasi.
2.9. PENCEGAHAN
Diagnosis dini dan penatalaksanaan dengan scabisida yang efektif untuk penderita dan
kontak seksual/ rumah tangga merupakan kunci pencegahan. Pencegahan skabies pada
12
manusia dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak langsung dengan penderita dan
mencegah penggunaan barang-barang penderita secara bersama-sama. Pakaian, handuk dan
barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita harus diisolasi dan dicuci
dengan air panas. Pakaian dan barang-barang asal kain dianjurkan untuk disetrika sebelum
digunakan. Sprai penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali.
Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air (bantal, guling, selimut) disarankan
dimasukkan ke dalam kantung plastik selama tujuh hari, selanjutnya dicuci kering atau
dijemur di bawah sinar matahari sambil dibolak batik minimal dua puluh menit sekali.
Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang sehat akan
mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei. Umumnya, penderita masih
merasakan gatal selama dua minggu pascapengobatan. Kondisi ini diduga karena masih
adanya reaksi hipersensitivitas yang berjalan relatif lambat. Apabila lebih dari dua minggu
masih menunjukkan gejala yang sama, maka dianjurkan untuk kembali berobat karena
kemungkinan telah terjadi resistensi atau berkurangnya khasiat obat tersebut. Kegagalan
pengobatan pada skabies krustasi secara topikal diduga karena obat tidak mampu berpenetrasi
ke dalam kulit akibat tebalnya kerak.
2.10. PROGNOSIS
Keberhasilan pengobatan skabies dan pemberantasan penyakit tersebut tergantung
pada pemilihan efektif, pemakaian obat yang benar, serta menghilangkan faktor predisposisi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, A., Hamzah,M. Aisah, S. 2008 Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima.
Cetakan ke 3. Jakarta. Balai Penerbit FK UI.
http://repository.usu.ac.id/bitstream
http://mhendr.blogspot.com/2012/11/makalah-skabies.html
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/12/skabies-atau-scabies-referat.html
14