LAPKAS HNP GALUH
-
Upload
galuh-kunanti -
Category
Documents
-
view
36 -
download
3
description
Transcript of LAPKAS HNP GALUH
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 51 tahun
Alamat : Jl. Mayang Sari Blok D 24 RT/RW 14/15, Kec. Koja
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status : Menikah
Ruang Rawat : Marwah Atas
Tanggal masuk : 20/02/2015
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama
Nyeri di bagian punggung bawah sejak 1 bulan SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian punggung bawah sejak 1 bulan
SMRS. Nyeri muncul dengan spontan dirasa tajam, seperti tertusuk, hilang
timbul dan menjalar ke pantat dan kedua paha bagian atas. Nyeri terutama bila
OS berjalan atau membungkuk, Riwayat baal, kelemahan atau kesemutan pada
tangan, nyeri yang berpindah dan demam disangkal. Riwayat jatuh dengan
bahu atau punggung dan menarik benda berat sebelumnya disangkal. BAK
dan BAB normal.
1
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, sakit jantung, asma dan trauma pada
punggung disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit ataupun keluhan
yang sama. Penyakit hipertensi, diabetes mellitus, jantung, dan asma
disangkal.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat maupun mengkonsumsi obat sebelumnya.
Riwayat Alergi
Alergi obat dan makanan disangkal pasien.
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku jarang makan sayur-sayuran dan buah-buahan. Pasien
merokok 1-2 bungkus sehari sejak usia 30 tahun, tapi sudah berhenti sejak 1
tahun yang lalu, pasien tidak pernah minum alkohol namun sering makan
makanan berlemak dan jarang berolah raga.
III. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang Kesadaran : Compos mentis (E=4, M=6, V=5)
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
2
Suhu : 36,5 C⁰
Pernapasan : 20 x/menit
Antropometri
o Berat Badan : 78 kg
o Tinggi Badan : 170 cm
o IMT : 26,98 (Obesitas I)
Status generalisata
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Hidung : Sekret (-), septum deviasi (-), pch (-).
Telinga : Normotia
Mulut :Mukosa mulut & lidah basah, tonsil T1/T1, lidah kotor (-), push
lip breathing (-), sianosis perioral (-).
Leher : JVP 5+2 cmH20, HJR (-), pembesaran KGB (-), trakea ditengah,
tiroid tidak membesar
Thoraks :
Thoraks Paru
o Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris, retraksi dinding dada (-)
o Palpasi : Vocal fremitus teraba sama di kedua lapang paru
o Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
o Auskultasi :Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Thoraks Jantung
o Inspeksi : iktus kordis tampak pada LAAS ICS V
o Palpasi : iktus kordis teraba pada LAAS ICS V
o Perkusi : batas jantung atas pada LPS ICS III,
batas jantung kanan pada LPD ICS V,
batas jantung kiri pada LAAS ICS V,
o Auskultasi : S 1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
3
Abdomen
o Inspeksi : datar
o Auskultasi : bising usus (+) normal
o Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
o Perkusi : timpani diseluruh region abdomen
Ekstremitas
o Atas : hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik
o Bawah : hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik
Status Neurologis : Tanda Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk : -
Brudzinski I : -
Kernig’s Sign : >135o / >135o
Brudzinski II : -/-
Laseque’s Sign : < 70o / < 70o
IV. PEMERIKSAAN NERVUS KRANIAL
1. Nervus Olfaktorius (N.I)
Dextra Sinistra
Daya pembau Normosmia Normosmia
2. Nervus Optikus (N. II)
Dextra Sinistra
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Pengenalan Warna Normal Normal
FunduskopiTidak dilakukanPapil edema
Arteri:Vena
3. Nervus Okulomotorius (N.III)
Dextra Sinistra
Ptosis - -
4
Gerakan Bola Mata Medial Atas Bawah
NormalNormalNormal
NormalNormalNormal
Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm
Refleks Cahaya Langsung
+ +
Refleks Cahaya Tidak Langsung
+ +
Akomodasi Normal Normal
4. Nervus Trokhlearis (N. IV)
Dextra Sinistra
Gerakan Mata Medial Bawah
Normal Normal
5. Nervus Trigeminus (N. V)
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas Oftalmikus Maksilaris Mandibularis
+++
+++
Refleks kornea Normal
Refleks bersin Tidak dilakukan6. Nervus Abdusen (N. VI)
Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral + +
Strabismus konvergen - -
Diplopia - -
5
7. Nervus Facialis (N. VII)
Dextra Sinistra
Mengangkat alis Normal Normal
Kerutan dahi Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Menyeringai Normal Normal
Daya Kecap Lidah 2/3 depan
Normal
8. Nervus Vestibulochoclearis (N. VIII)
Dextra Sinistra
Tes bisik Normal Normal
Tes Rinne
Tidak dilakukanTes Weber
Tes Schwabach
9. Nervus Glosofaringeus & Nervus Vagus (N. IX dan N. X)
Arkus faring Simetris
Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Normal
Uvula Letak di tengah, simetris
Menelan Normal
Refleks muntah Tidak dilakukan
10. Nervus Assesorius (N. XI)
Dextra Sinistra
Memalingkan kepala Baik Baik
Mengangkat bahu Baik Baik
11. Nervus Hipoglosus (N. XII)
6
Sikap lidah Normal
Fasikulasi -
Tremor lidah -
Atrofi otot lidah -
Deviasi -
V. PEMERIKSAAN MOTORIK
Anggota Gerak Atas
Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur Otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5
Anggota Gerak Bawah
Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur Otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5
VI. PEMERIKSAAN SENSORIK
Dextra Sinistra
Rasa Raba- Ekstremitas Atas- Ekstremitas Bawah
++
++
Rasa Nyeri- Ekstremitas Atas- Ekstremitas Bawah
++
++
Rasa Suhu- Ekstremitas Atas- Ekstremitas Bawah
Tidak dilakukan
VII. PEMERIKSAAN REFLEKS
7
REFLEKS FISIOLOGIS
Dextra SinistraRefleks Bisep ++ ++Refleks Trisep ++ ++Refleks Brachioradialis ++ ++Refleks Patella ++ ++Refleks Achilles ++ ++
REFLEKS PATOLOGIS
Dextra SinistraBabinski - -Chaddocck - -Oppenheim - -Gordon - -Schaeffer - -Gonda - -Hoffman Trommer - -
VIII. FUNGSI VEGETATIF
Miksi DefekasiInkontinensia urin
- Inkontinensia alvi -
Retensio urine - Retensio alvi -
Poliuria -
Anuria -
IX. KOORDINASI, LANGKAH, KESEIMBANGAN
• Cara berjalan : normal
• Tes Romberg : (-)
• Disdiadokokinesia : (-)
• Dismetria : (-)
• Rebound fenomen : (-)
• Nistagmus : (-)
• Manuver Hallpike : (-)
8
X. KOORDINASI, LANGKAH, KESEIMBANGAN
Tes Lasegue : <70o/<70o
Tes Naffziger : Tidak dilakukan/tidak dilakukan
Tes Valsava : Tidak dilakukan/tidak dilakukan
Tes Patrick : -/-
Tes Kontra Patrick : -/-
XI. RESUME
Pasien laki-laki, 51 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri di bagian punggung
bawah sejak 1 bulan SMRS. Nyeri muncul dengan spontan dirasa tajam, seperti
tertusuk, hilang timbul dan menjalar ke pantat dan kedua paha bagian atas. Nyeri
terutama bila pasien berjalan atau membungkuk. Pemeriksaan fisik :
Kesadaran compos mentis, GCS 15. TD : 120/80 mmHg, Pulse : 84x/menit (isi
cukup, kuat angkat, reguler), RR : 20 x/menit (reguler), S : 36,5 ⁰C. Status Generalis
dalam batas normal. refleks meningens (-), saraf cranialis dalam batas normal, reflek
fisiologis (+) tidak meningkat. Lasegue <70⁰/<70⁰.
XII. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Nyeri pada punggung bawah
Diagnosis Topis : Penekanan radiks saraf pada foramina intervertebralis atau medula spinalis
Diagnosis Etiologi : Degeneratif
Diagnosis Patologis: Hernia Nucleus Pulposus
XIII. PENATALAKSANAAN
Usulan pemeriksaan :
• Foto Polos Lumbosakral,
• MRI tulang belakang
9
XIV. PENATALAKSANAANNon Medikamentosa
• Lakukan bugnet excessice
• Traksi mekanik
• Konsul bedah saraf jika keadaan makin memburuk (atrofi otot)
Medikamentosa
• NSAID
• Muscle Relaxant
• Analgesik
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hernia nukleus pulposus adalah suatu kondisi dimana menonjolnya
sebagian atau seluruh bagian dari sentral nukleus pulposus kedalam kanalis
vertebralis akibat degenerasi dari anulus fibrosus korpus intervertebralis, yang
menyebabkan sakit punggung dan kaki akibat iritasi akar saraf tersebut. Nama
lainnya yaitu: Lumbar radiculopathy, radiculopathy cervical, herniated
intervertebral disk, intervertebral prolapsed disk, slipped disk, kerusakan saraf.
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP adalah aliran darah ke
diskus berkurang, beban berat, dan ligamentum longitudinalis posterior
menyempit. Jika beban pada diskus bertambah, annulus fibrosus tidak lagi kuat
untuk menahan nukleus pulposus dari keluar ke kanalis vertebralis yang akhirnya
menekan radiks sehingga timbul rasa nyeri.
PATOFISIOLOGI
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein
polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus.
Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada
herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stres minor berulang
seperti mengangkat beban) kartilago dapat cedera.
Herniasi umumnya terjadi pada satu sisi dan jarang bersamaan pada kedua
sisi. Didaerah lumbal, herniasi lebih sering terjadi kearah posterolateral dan
menekan radiks saraf spinalis. Pada herniasi kearah posterosentral, maka akan
menekan medulla spinalis.
Pada umumnya HNP lumbal terjadi setelah cedera fleksi walaupun penderita
11
tidak menyadari adanya trauma sebelumnya. Trauma yang terjadi dapat berupa
trauma tunggal yang berat maupun akumulasi dari trauma ringan yang berulang.
Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus dibagi atas:
1. Protruded intervertebral disc, nukleus terlihat menonjol ke satu arah
tanpa kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolapsed intervertebral disc, nukleus berpindah tetapi masih didalam
lingkaran annulus fibrosus.
3. Extruded intervertebral disc, nukleus keluar dari annulus fibrosus dan
berada dibawah ligamentum longitudinal posterior.
4. Sequestrated intervertebral disc, nukleus telah menembus ligamentum
longitudinal posterior.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat,
yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi
L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat
tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan
pada sendi L5-S1.
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena
ligamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior
diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.
FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan HNP, dibagi menjadi faktor
resiko yang dapat dirubah (modifiable) dan tidak dapat dirubah (unmodifiable).
Faktor resiko yang tidak dapat dirubah
1. Umur: makin bertambah umur resiko makin tinggi. Pertambahan usia
12
menyebabkan terjadi perubahan degeneratif yang berpengaruh pada penurunan
kemampuan menahan air yang dimiliki nukleus pulposus, proteoglikan rusak,
komponen mekanik memburuk yang akhirnya melampaui tekanan maksimal
dalam diskus sehingga mengakibatkan penonjolan annulus.
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya.
Faktor resiko yang dapat dirubah
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar pada
punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti
supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,
latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan
diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang
DIAGNOSIS
I. Anamnesis
Manifestasi klinis yang timbul juga tergantung pada lokasi HNP terjadi:
1. Postero-lateral: disamping nyeri pinggang, juga akan memberikan gejala
dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena.
2. Postero-sentral: mengakibatkan nyeri pinggang oleh karena menekan
ligamentum longitudinal yang bersifat peka nyeri. Mengingat bahwa medulla
spinalis berakhir pada vertebra L1 atau tepi atas L2, maka HNP kearah postero-
sentral vertebra L2 tidak akan melibatkan medulla spinalis. Yang mungkin
terkena adalah kauda equina, dengan gejala dan tanda berupa rasa nyeri yang
13
dirasakan mulai dari pinggang, daerah perineum, tungkai sampai kaki, refleks
lutut dan tumit menghilang yang sifatnya unilateral atau asimetris.
Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai
dari bokong, paha bagian belakang, dan tungkai bawah bagian atas). Sifat nyeri
disebabkan oleh HNP adalah:
1. Nyeri mulai dari bokong, menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke
tungkai bawah. (sifat nyeri radikuler).
2. Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat barang
berat.
3. Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1 (garis
antara dua krista iliaka).
4. Nyeri spontan
Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri
bertambah hebat. Sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.
II. Pemeriksaan fisis
Pada posisi berdiri tampak adanya skoliosis.
Pada posisi terlentang dapat dilakukan tes provokasi sbb:
1. Tes untuk meregangkan saraf iskhiadikus.
a. Tes Laseque (straight leg raising = SLR)
Dilakukan fleksi tungkai yang sakit dalam posisi lutut ekstensi.
Tes normal bila tungkai dapat difleksikan hingga 80-90 derajat.
Tes positif bila timbul rasa nyeri di sepanjang perjalanan saraf
iskhiadikus sebelum tungkai mencapai kecuraman 70derajat.
Tes ini terutama meregangkan saraf spinal L5 dan S1,
sedangkan yang lain kurang diregangkan.
Beberapa variasi dari tes ini adalah dorsofleksi kaki yang akan
menyebabkan nyeri bertambah (Bragard’s sign) atau
dorsofleksi ibu jari kaki (Sicard’s sign).
14
b. Tes Laseque menyilang / crossed straight leg raising test (Tes
O’Conell).
Tes ini sama dengan tes Laseque tetapi yang diangkat tungkai
yang sehat. Tes positif bila timbul nyeri radikuler pada tungkai
yang sehat (biasanya perlu sudut yang lebih besar untuk
menimbulkan nyeri radikuler dari tungkai yang sakit).
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal.
a. Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit atau
dengan melakukan kompresi dengan ikatan sfigmomanometer
selama 10 menit tekanan sebesar 40mmHg sampai pasien
merasakan penuh di kepala. Dengan penekanan tersebut
mengakibatkan tekanan intrakranial meningkat yang akan
diteruskan ke ruang intratekal sehingga akan memprovokasi
nyeri radikuler bila ada HNP.
b. Tes Valsava
Dalam berbaring atau duduk, pasien disuruh mengejan. Nyeri
timbul ditempat lesi yang menekan radiks spinalis daerah
lumbal.
III. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan radiologis
a. Foto polos vertebrae
Sebaiknya dilakukan dari 3 sudut pandang yaitu AP, lateral dan oblique.
Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
• Adanya penyempitan ruang intervertebralis dapat mengindikasikan
adanya HNP.
• Pada HNP dapat juga dilihat skoliosis vertebra kesisi yang sehat
dan berkurangnya lordosis lumbalis
• Dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis lainnya
15
seperti proses metastasis, fraktur kompresi.
b. Mielografi
Mielografi adalah suatu pemeriksaan radiologis dengan tujuan melihat
struktur kanalis spinalis dengan memakai kontras. Bahan kontras dibagi
atas kontras negatif yaitu udara dimana sekarang sudah tidak dipakai lagi
dan kontras positif yang larut dalam air (misal: Dimer-X, Amipaque,
Conray 280). Adapun prosedur mielografi adalah sbb:
Mielografi asendens:
Zat kontras disuntikkan kedalam ruang subarachnoid melalui pungsi
lumbal. Pada fluroskopi kolom zat kontras tampak jelas karena tidak
tembus oleh sinar rontgen, sehingga terlihat radiopak. Dengan
merendahkan ujung rostral kolumna vertebralis, maka kolom zat kontras
akan bergerak ke rostral. Apabila ruang subarachnoid tersumbat oleh
karena proses desak ruang ekstradural atau intradural-ekstrameduler
menindih medulla spinalis, maka kolom zat kontras terhalang (berhenti).
Mielografi desendens:
Zat kontras dimasukkan kedalam sisterna serebromedularis melalui pungsi
oksipital. Dengan fluoroskopi kolom zat kontras diikuti pengalirannya
kearah kaudal bila ujung kaudal kolumna vertebralis direndahkan. Blok
yang diperlihatkan berarti batas atas proses desak ruang yang
menghasilkan sindrom kompresi medula spinalis. Zat kontras yang
ditindihi oleh masa secara langsung atau tak langsung memperlihatkan
bentuk yang khas sesuai sifat kompresi tersebut. Konfigurasi defek
kontras memberikan informasi mengenai lokasi proses desak ruang yang
menindihi medula spinalis. Foto-foto yang diambil dalam posisi: prone
dengan sinar AP, lateral, oblik (kalau perlu), prone dengan sinar
horizontal (kalau perlu).
Gambaran khas pada HNP adalah terlihat adanya indentasi pada kolom
zat kontras di diskus yang mengalami herniasi. HNP yang besar dapat
menyebabkan blokade total kanalis spinalis sehingga sering dicurigai
sebagai tumor. Kelainan yang ditemukan pada mielografi yaitu HNP,
tumor ekstra dan intradural, kelainan kongenital serta arakhnoiditis.
16
c. Magnetic Resonance Imaging
.Keunggulan MRI adalah:
1. 1. Sangat sensitif untuk menilai morfologi jaringan lunak
2. 2. Mampu menghasilkan penampang dalam berbagai arah
potongan tanpa mengubah posisi pasien
3. 3. Tidak menggunakan sinar radiasi
4. 4. Dapat membedakan antara jaringan padat, lemak/non
lemak, cairan, umur perdarahan dan pembuluh darah
5. 5. Tidak invasive
Pada MRI, dapat terlihat gambaran bulging diskus (annulus intak),
herniasi diskus (annulus robek) dan dapat mendeteksi dengan baik adanya
kompresi akar-akar saraf atau medula spinalis oleh fragmen diskus.
B. Pemeriksaan neurofisiologi
Pemeriksaan EMG dapat membedakan lesi radiks dengan saraf
perifer atau iritasi radiks dengan kompresi radiks. Pada iritasi radiks akan
terlihat potensial yang besar dan polifasik dengan durasi yang melebar
pada otot-otot segmen yang bersangkutan. Sedangkan pada kompresi
radiks, selain temuan seperti diatas juga terlihat adanya fibrilasi dengan
atau tanpa positif sharp waves pada otot-otot segmen yang bersangkutan
atau pada otot-otot paravertebral. Menghilangnya H-refleks pada satu sisi
atau perbedaan H-refleks >1,5 milidetik pada kedua sisi menunjukkan
adanya kompresi radiks.
17
C. Pemeriksaan laboratorium
Kadar kalsium, fosfat, alkali dan acid phosphatase serta glukosa
darah perlu diperiksa karena beberapa penyakit seperti penyakit tulang
metabolik, tumor metastasis pada vertebra dan mononeuritis diabetika
dapat menimbulkan gejala menyerupai gejala HNP.
D. Pungsi lumbal
Manfaat tindakan ini tidak terlalu bermakna. Bila terjadi blokade
total maka dijumpai peningkatan kadar protein LCS dan tes Queckenstedt
positif.
PENATALAKSANAAN
Perawatan utama untuk HNP adalah diawali dengan istirahat dengan obat-
obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini,
lebih dari 95 % penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya.
Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan lebih
lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.
a. Medikamentosa
Untuk penderita dengan HNP yang akut yang disebabkan oleh trauma
(seperti kecelakaan mobil atau tertimpa benda yang sangat berat) dan segera
diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat pengurang rasa nyeri dan
NSAIDS akan dianjurkan (misal: fentanyl)
Jika terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut juga pelemas
otot, biasanya diberikan. Kadang-kadang, steroid mungkin diberikan dalam
bentuk pil atau langsung ke dalam darah lewat intravena. Pada pasien dengan
nyeri hebat berikan analgesik disertai zat antispasmodik seperti diazepam.
NSAID Nebumeton yang merupakan pro drugs dan efek sampingnya relatif lebih
kecil, terutama efek samping terhadap saluran cerna, dengan dosis 1 gram/hari.
Pemakaian jangka panjang biasanya terbatas pada NSAIDS, tapi adakalanya
narkotika juga digunakan jika nyeri tidak teratasi oleh NSAIDS. Orang yang
18
tidak dapat melakukan terapi fisik karena rasa nyeri, injeksi steroid di belakang
pada daerah herniasi dapat sangat membantu mengatasi rasa sakit untuk beberapa
bulan dan disertai program terapi rutin. Relaksan otot diberikan secara parenteral
dan hampir selalu secara intravenous. Misalnya:
• D-tubokurarin klorida
• Metokurin yodida
• Galamin trietyodida
• Suksinilkolin klorida
• Dekametonium
Derajat relaksasi otot dapat diatur dengan kecepatan infus
b. Transkuilizer
b. Operasi
Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya
gangguan neurologis. Penderita yang telah didiagnosa HNP,maka terapi
konservatif yang harus dilaksanakan. Bilamana kasus HNP masih baru namun
nyerinya tidak tertahan atau defisit motoriknya sudah jelas dan mengganggu,
maka pertimbangan untuk operasi. Pasien HNP yang akan dioperasi harus
dilakukanpemeriksaan mielografi. Berdasarkan mielogram itu dapat memastikan
adanya HNP serta lokasi dan ekstensinya. Diskografi merupakan pemeriksaan
diskus yang lebih invasif yang dilakukan jikahasil mielografi meragui adanya
HNP, karena diskrografi adalah pemeriksaan diskus dengan menggunakan
kontras, untuk melihat seberapa besar diskus yang keluar dari kanalis vertebralis.
Jenis pembedahan yang bisa dilakukan pada pasien HNPadalah
Laminotomi (pemotongansebagian lamina diatas atau di bawah saraf
yangtertekan), Laminektomi (pemotongansebagian besar laminaatau vertebra),
dan Disektomi(pemotongan sebagian atau keseluruhandiskus
intervertebralis).Sementara, ada juga yangdisebut Minimally Invasive
Operation.Dengan cara ini, insisiyang diperlukan tidak lebar,
dimungkinkannyavisualisasi lokasipatologi melalui mikroskop atauendoskop,
trauma pembedahanyang dialami pasien jauh lebihsedikit, dan pasien dapat
pulihlebih cepat.
19
Disektorni dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan
general anesthesia. Pasien akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama
setelah operasi untuk mengurangi resiko penumpukan darah.
Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu jika lebih dari satu
diskus yang harus ditangani.Jika ada masalah lain selain herniasi diskus operasi
yang lebih ekstensif diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama
untuk sembuh.
Pilihan operasi lainnya adalah mikrodisektomi, prosedur memindahkan
fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan
chemonucleosis.Chemonucleosisadalah injeksi enzim (yang disebut
chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang
menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disektomi pada kasus-
kasus tertentu.
Biasanya penderita boleh memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah
ia diperbolehkan bangun atau turun dari tempat tidur.
KOMPLIKASI
1. Nyeri tulang belakang kronik
2. Nyeri tulang belakang permanen (sangat jarang)
3. Hilangnya sensasi atau pergerakan di tungkai atau kaki
4. Menurunnya atau hilangnya fungsi dari usus dan kandung kemih
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk HNP adalah:
1. Neuropati diabetika (neuropati iskhiadikus/ femoralis)
2. Tumor daerah vertebra
3. Fraktur vertebra
4. Spondilosis
5. Proses inflamasi tulang belakang di sekitar L5, S1 dan S2
20
misalnya; arthritis sakroiliaka atau bursitis m. piriformis.
6. “Entrapment neuritis”dari n.iskhiadikus.
7. Neuritis iskiadikus primer.
PROGNOSIS
Umumnya prognosa baik dengan pengobatan yang konservatif. Presentasi
rekurensi dari keadaan ini sangat kecil. Tetapi kadang-kadang pada sebagian
orang memerlukan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk memulai
lagi aktivitasnya tanpa disertai rasa nyeri dan tegang pada tulang belakang.
Keadaan tertentu (misalnya dalam bekerja) yang mengharuskan pengangkatan
suatu benda maka sebaiknya dilakukan modifikasi untuk menghindari rekurensi
nyeri pada tulang belakang
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima.
Jakarta : PT Dian Rakyat. 87-95. 1999
2. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum.
Jakarta : PT Dian Rakyat. 182-212.
3. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi
4. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi
III, jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59. 2004
5. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III,
cetakan kelima. Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205
6. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. http://mukipartono.com/mengenal-
nyeri-pinggang-hnp/
7. Anonim. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposus-
hnp/ [diakses 9 Desember 2010]
8. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah. In :
http://www.kalbe.co.id Sidharta, Priguna., 2004.
9. http://www.innappni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=130
Mansjoer, Arif, et all., 2007.
22