Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka
-
Upload
farizhilman -
Category
Documents
-
view
54 -
download
0
description
Transcript of Lapkas DHF (DSS) Fariz Dr.heka
BAB I
STATUS PASIEN
1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 3 th
Alamat : Cianjur
Tgl/Jam Masuk : 23 Juli 2014
Ruangan : Aromanis
No. CM : 6488xx
1.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Demam terus menerus selama 4 hari SMRS.
Keluhan Tambahan
Lemas, nafsu makan menurun, tidak bersemangat untuk bermain, dan dalam terapi TB
paru bulan ke 6.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Cianjur diantar oleh orang tuanya dengan keluhan demam
sejak 4 hari SMRS. Demam timbul mendadak di hari selasa malam (malam rabu) yang
semakin tinggi di hari rabu pagi. Di hari kamis ibu pasien membawa pasien ke klinik
dokter untuk mengontrol pengobatan TB paru anaknya yang sudah di minggu akhir. Saat
itu pula ibu pasien mengeluhkan kondisi pasien yang demam sejak sehari sebelumnya.
Pasien diberikan obat penurun panas oleh dokter dan bila sampai hari ke empat (hari
sabtu) demam pasien tidak turun, dokter menyerankan untuk segera dibawa ke
rumahsakit. Selama demam pasien terlihat lemas, tidak semangat bermain, nafsu makan
menurun (+), mual (+), muntah (-), pusing (+), batuk (+), pilek (+), ,Nyeri uluhati (+),
nyeri otot seluruh tubuh (+), bintik-bintik kemerahan di seluruh tubuh (+). Demam tidak
disertai menggigil (-), berkeringat (-), Nyeri menelan (-), mimisan (-), perdarahan gusi
(-), kejang (-), berat badan menurun disangkal, riwayat berpergian ke daerah endemis
1
malaria disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan. (KP dinyatakan sembuh oleh
dokter)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan dan kondisi seperti yang dialaminya
sekarang. Pasien pernah menderita sakit TB paru namun telah dinyatakan sembuh
beberapa hari sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluaraga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa yang dialami pasien saat ini.
Kakek pasien pernah mengalami sakit TB paru dan pasien sering berkunjung ke rumah
kakeknya saat itu.
Riwayat Pengobatan :
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah diberikan obat penurun panas (paracetamol),
tetapi tidak ada perubahan.
Pengobatan TB paru pasien tuntas.
Riwayat Alergi :
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun, baik debu,
cuaca, makanan ataupun obat.
Riwayat Psikososial :
- Lingkungan rumah : Orang tua pasien menyangkal adanya genangan air, pot bunga, bak
air yang berjentik, Namun ada 2 orang tetangga yg menderita DBD dengan jarak masing-
masing 4 rumah dan 7 rumah.
- Pola makan & minum : Pasien makan 3x/ hari dengan porsi ¼ porsi dewasa, dengan
menu nasi, lauk (telur/daging), sayur. Dilengkapi dengan buah dan susu.
Riwayat Kehamilan
ANC rutin ke dokter. Selama hamil ibu tidak pernah sakit atau mengkonsumsi obat-
obatan.
Riwayat Persalinan
2
Normal pervaginam, cukup bulan, langsung menangis, tidak ada kecacatan saat lahir
maupun sianosis. BBL 2800 gram, PBL 48 cm.
Riwayat Imunisasi
Menurut ibu os mendapat imunisasi dasar lengkap. Tetapi tidak mendapat imunisasi lain
sesuai dengan usianya.
Imunisasi yang seharusnya didapat sesuai dengan usia :
Hepatitis B 1,2,3 (+) Polio 0,1,2,3 (+), 4 (-) BCG 1 (+) DPT 1,2,3,4 (+) Campak 1 (+)
Kesan : Imunisasi tidak lengkap sesuai dengan usianya
Riwayat Pola Makan
0-6 bulan : ASI + Susu Formula
6 bulan -1 tahun : ASI + Susu formula + Pasi
Sekarang : Nasi + Lauk Pauk
Riwayat Perkembangan Fisik dan Mental
Sudah dapat berdiri 1 kaki , membuat menara 2 kubus, dapat bicara dengan dimengerti,
dapat menyebut nama teman.
Kesan : sesuai dengan usia.
1.3. PEMERIKSAAN FISIKKU : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital :
S = 38,2oC N = 84x/menit RR = 20x/menit TD = 100/70mmHg
Uji tourniket (+)
Antropometri
3
BB : 14 kg
TB : 90cm
STATUS GIZI
BB/U = 14/16 x 100%
= 87% à Gizi Baik
TB/U = 90/96 x 100%
= 93% à normal
BB/TB= 14/12,8 x 100%
= 109% à gizi baik
Kesan Status Gizi = Gizi baik
STATUS GENERALIS
Kepala : lingkar kepala :48cm
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
Hidung : deviasi septum (-/-), sekret (-/-), darah (-), pch (-)
Telinga : normotia, sekret (-/-)
Mulut : mukosa bibir lembab agak sianosis, perdarahan gusi (-)
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Thorax
Paru – paru
Inspeksi : bentuk dan gerak dada sismetris (+/+), retraksi ICS (-/-)
Palpasi : vocal fremitus (-/-)
Perkusi : sonor di semua lapang paru
Auskultasi : bronkovesikuler (+/+), Ronki -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : -
Palpasi : ictus kordis teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I dan II reguler (+), murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, lembut
Auskultasi : BU (+) Normal
Perkusi : tymphani
Ascites : -
4
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri epigastrium (+), turgor kulit baik
Ekstremitas
Akral : hangat
CRT <2 detik : <2 detik
Edema : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin Tanggal 23/07/2014 Pukul 09.26 WIB
Keterangan Hasil Nilai Rujukan
Haemoglobin 13,2 g/dl 11,5 – 13,5 g/dl
Haematokrit 38,4% 32-42%
Eritrosit 5,19 10x6/μl 4,0 – 5,2 10x6/μl
Leukosit 3,1 10x3/ μl 4,5 – 10,510x3/ μl
Trombosit 56 10x3/ μl 150 – 450 10x3/ μl
RESUME
An. Z 3 tahun datang denga keluhan demam 5 hari SMRS, demam terus menerus sampai hari
ketiga, turun pada hari keempat, naik kembali pada hri kelima. Demam disertai pusing (+),
mual (+), muntah (+), batuk (+), pilek (+), ,Nyeri uluhati (+), nyeri otot seluruh tubuh (+),
napsu makan menurun (+), bintik-bintik kemerahan di seluruh tubuh pemeriksaan
laboratorium ditemukan trombositopenia dan leukopenia. Uji tourniket (+).
DIAGNOSA BANDING
1. Dengue berdarah dengue 2. Chikungunya
3. TBC
4. Malaria
DIAGNOSA KERJA
Demam berdarah dengue
TERAPI AWAL
Terapi rehidrasi dan penurunan panas
RL 14 x 100 96
5
Injeksi cefotaxim 2x700 mg Psidii 2x1cth PCT 500 mg tab p.o bila demam (suhu aksila ≥38oC) Banyak minum
RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah rutin per 12 jam;
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungtionam : bonam
Ad sanationam : bonam
FOLLOW UP
Tgl/ jam S O A P24/07/2014 Demam (-), nafsu
makan ↓, lemas (+)N : 100 x/menitRR : 32 x/menitS : 36,4 oCTD : 110/70mmHgH/ Lab tgl 24/07/14Hb 12,5Ht 37,4Leukosit 6,3Trombosit 33000 (pkl 9.30)Trombosit 36000 (pkl 16.06)
DHF RL 14 x 100 96
Injeksi cefotaxim 2x700 mg
Psidii 2x1 PCT 500 mg
tab p.o bila demam (suhu aksila ≥38oC)
Banyak minum
25/07/2014 Demam (-), nafsu makan ↓, lemas (-)
N : 96 x/menitRR : 22 x/menitS : 36,7 oCTD : 100/70 mmHgH/ lab tgl 25/07/14Hb : 12,4 g/dLHt : 37,5 %Eritrosit : 4,98 10x6/µLLeukosit : 65,8 10x3/µLTrombosit : 51 10x3/µL (pkl 08.29)
Trombosit : 65 10x3/µL (pkl 16.00)
DHF Th/ teruskanR/ cek ulang darah rutin 12 jamAnjurkan banyak minum
26/07/2014 Demam (-), nafsu makan membaik, perdarahan hidung (-),
N : 88 x/menitRR : 20 x/menitS : 36,5 oC
DHF Boleh pulang
6
muntah darah (-) TD : 110/80 mmHgH/ lab tgl 26/07/2014Hb : 11,9 g/dLHCT : 35,6 %Eritrosit : 4,4.106/µLLeukosit : 4.03/µLTrombosit : 61.103/µL (pkl 08.00)Trombosit : 85.103/µL (pkl 16.00)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. INFEKSI VIRUS DENGUE
Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia.
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spectrum manifestasi klinis
yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness),
demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue
disertai syok (dengue shok syndrome = DSS). Gambaran manifestasi klinis yang
bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena gunung es, dengan kasus DBD dan DSS
yang dirawat di rumah sakit sebagai puncak gunung es yang terlihat di atas permukaan
laut, sedangkan kasus dengue ringan merupakan dasarnya.
Perbedaan patofisiologik utama antara DD/DBD/DS dan penyakit lain ialah adanya
peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dan gangguan
hemostasis. Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu demam tinggi,
perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah.
7
B. EPIDEMIOLOGI
Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina
pada tahun 1953. Di Jakarta kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969, pada saat ini
DBD sudah endemis di banyak kota-kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini
talah berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia
menempati urutan kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata
DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968), menjadi 8,14 (1973), 8,65 (1983)
dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000 penduduk
dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.
Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai Negara bervariasi
disebabkan beberapa faktor, antara lain status umur penduduk, kepadatan vector, tingkat
penyebaran virus dengue, prevalensi serotype virus dengue dan kondisi meteorologis.
Pada awal terjadinya wabah di sebuah Negara, pola distribusi umur memperlihaatkan
proporsi kasus terbanyak berasal dari golongan anak berumur < 15 tahun (86-95%).
Namun pada wabah selanjutya, jumlah kasus golongan usia dewasa muda meningkat.
C. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk group B arthropod bone vius (arboviruses) dan sekarang
dikenal sebagai genus flavivius, famili Flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu den-1, den-2, den-3, den-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe yang lain.
Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di
beberapa rumah sakit menunjukan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak
berhubungan dengan kasus berat.
D. PATOGENESIS
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan biokimiawi
DBD belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan model binatang
percobaan yang dapat menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga
kini sebagian besar sarjana masih menganut the secondary heterologous infection
hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah
8
terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue
serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun.
E. MANIFESTASI KLINIK
Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu demam tinggi, perdarahan,
terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah.fenomena
patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan membedakan DBD dari DD ialah
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,
trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Perbedaan gejala antara DBD dan DD tertera pada
tabel berikut :
DD GEJALA KLINIS DBD
++ Nyeri Kepala +
+++ Muntah ++
+ Mual +
++ Nyeri otot +
++ Ruam kulit +
++ Diare +
+ Batuk +
+ Pilek +
++ Limfadenopati +
0 Obstipasi +
9
+ Uji turniquet + ++
++++ Petekie +++
0 Perdarahan sal cerna +
++ Hepatomegali +++
+ Nyeri perut +++
++ Trombositopenia ++++
0 Syok +++
Keterangan : (+): 25%, (++):50%, (+++):75%, (++++):100%
Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tourniquet positif, memar dan perdarahan
pada tempat pengambilan darah vena. Petekia halus yang tersebar di anggota gerak,
muka, aksila seringkali ditemukan pada masa dini demam. Sedangkan pada masa
konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan/telapak kaki.
Pada DBD syok, setelah demam berlangsung salama beberapa hari keadaan umum
tiba-tiba memburuk, hal ini biasanya terjadi pada saat atau setelah demam menurun,
yaitu diantara hari sakit ke 3-7. Pada sebagian besar kasus ditemukan tanda kegagalan
peredaran darah, kulit teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi
cepat dan lembut. Anak tampak lesu, gelisah, dan secara cepat masuk dalam fase syok.
F. KRITERIA DIAGNOSIS DBD (WHO) 1. Klinis
a. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari
1. Manifestasi perdarahan, minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk
perdarahan lain (petekia, purpura,ekimosis,epistasis,perdarahan gusi),
hematemesis dan melena.
2. Pembesaran hati
3. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun
(≤20mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistol ≤80mmHg) disertai kulit
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung , jari dan kaki, pasien
menjadi gelisah, dan timbul sianosis disekitar mulut.
2. Laboratoriuma. Trombositopenia (100.000/μl atau <)
b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan
manifestasi sebagai berikut:
10
- Peningkatan Ht ≥20% dari nilai standar
- Penurunan Ht ≥20%, setelah mendapat terapi cairan
- Efusi pleura/perikardia, asites, hipopreteinemia.
Interpretasi diagnosis DBD adalah jika ditemukan hasil klinis 2 dan 1 hasil
laboratorium yang positif.
WHO (1975) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 Derajat yaitu :
1.Derajat I
Demam di sertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji tourniquet +.
2.Derajat II
Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan/ perdarahan lain
3.Derajat III
Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, Tekanan nadi
menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab,dan pasien
menjadi gelisah.
4.Derajat IV
Syok berat, nadi tdk teraba dan TD tidak dapat di ukur.
11
Pemeriksaan Penunjang
• Darah perifer
• NS1
• Uji serologi
• Elektrolit
• Tubex TF à untuk membedakan dengan demam tifoid
• Foto thorax
G. PEMERIKSAAN SEROLOGIS
Setelah satu minggu tubuh terinfeksi virus dengue, terjadi viremia yang diikuti
oleh pembentukan IgM-antidengue. Pada kira-kira hari ke lima infeksi terbentuklah
antibodi yang bersifat menetralisasi virus (neutralizing antibody). Setelah antibody NT,
akan timbul antibodi yang mempunyai sifat menghambat hemaglutinasi sel darah merah
angsa (haemaglutination inhibiting antibody= HI). Antibodi yang terakhir, yaitu
antibodi yang mengikat complement (complement fixing antibody= CF), timbul pada
sekitar hari keduapuluh.
Pada dasarnya diagnosis konfirmasi infeksi virus dengue ditegakkan atas hasil
pemeriksaan serologic atau hasil isolasi virus. Dasar pemeriksaan serologis adalah
membandingkan titer antibody pada masa akut dengan konvalesen. Teknik pemeriksaan
serologi yang dianjurkan WHO ialah pemeriksaan HI dan CF.
H. PENATALAKSANAAN DHF
1. Menurunkan demam
Antipiretik (parasetamol) 10-15 mg/kgBB/x : 3-4 kali
2. Pemberian cairan
3. Penggantian volume plasma
Kebutuhan cairan rumatan:
100ml/kgBB (BB 10 kg), + 50 ml/kgBB (BB > 10 kg)
Jenis cairan: kristaloid (RL, RLD, RA, RAD, NaCL 0.9%) dan koloid.
a. Tatalaksana Demam Dengue
Sebagian besar anak dengan Demam Dengue dapat dirawat di rumah dengan
memberikan nasehat perawatan kepada orang tua anak. Berikan anak banyak minum
12
dengan air hangat atau larutan oralit untuk mengganti cairan yang hilang akibat
demam dan muntah. Berikan parasetamol untuk demam. Jangan berikan asetosal atau
ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang perdarahan. Anak harus dibawa
ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang, tidak mau minum atau muntah terus
menerus.
b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok
Anak dirawat di rumah sakit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah atau air sirup atau susu
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah atau
diare
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan
Berikan infuse sesuai dengan derajat dehidrasi sedang
Berikan hanya larutan isotonic seperti Ringer Laktat atau Asetat
Kebutuhan cairan parenteral :
- Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
- Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
- Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
Pantau tanda vital dan dieresis tiap jam, serta periksa laboratorium : HHTL tiap
6 jam
Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan
Apabila terjadi perburukan klinis, berika tatalaksana sesuai dengan
tatalaksaa syok terkompensasi (compensated shock).
13
c. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok
Perlakukan hal ini kegawatdaruratan. Berikan Oksigen 2-4 liter/menit secara
nasal
Berikan 20 mg/kgBB larutan kristaloid seperti Ringer Laktat atau Asetat
secepatnya
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya, maksimal 30 menit, atau pertimbangkan pemberian Koloid 10-20
ml/kgBB/jam, maksimal 30 ml/kgBB/24 jam
14
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan Hemoglobin menurun,
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfuse
darah/komponen
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler & perfusi perifer mulai
membaik, tekana dahi melebar. Jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis
dan laboratorium
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 26-48 jam.
15
Kriteria memulangkan Pasien:
• Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
• Nafsu makan membaik
• Klinis perbaikan hematokrit stabil
• Trombosit > 50.000/ul dan cenderung meningkat
• Tidak dijumpai distres pernapasan
• 3 hari setelah syok teratasi
I. PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
A. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan
desain rumah. Sebagai contoh:
- Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
- Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
- Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
- Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain
sebagainya.
B. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14)
C. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna
untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup,
16
menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara
ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Arvin, Kliegman, Behrman. 2000. Nelson –Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15. Jakarta: EGC
2. Dicky Pribadi Herman. 2007. Pediatri Praktis, edisi 3. Bandung: Catatan Pediatri3. Henry Garna, dan Heda Melinda Nataprawira. 2012. PEDOMAN Diagnosis dan
Terapi-ILMU KESEHATAN ANAK, edisi ke-4. Bandung: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
4. Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta5. Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika.
Jakarta6. WHO Indonesia. 2008. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS-Pedoman bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta : WHO Indonesia
18