Kuliah ke-X PROSES PENGOLAHAN DENGAN PANAS · PDF fileJenis mikroorganisme yang dianggap...
Transcript of Kuliah ke-X PROSES PENGOLAHAN DENGAN PANAS · PDF fileJenis mikroorganisme yang dianggap...
1/22/2013
1
PROSES PENGOLAHAN DENGAN PANAS
Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan proses pengolahan pangan dengan menggunakan uap atau air panas (Blanching, Pasteurisasi, Sterilisasi, Evaporasi dan Distilasi)
Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh pengolahan dengan panas terhadap karakteristik bahan pangan
Panas
Inaktivasi mikroorganisma
Perubahan kimia mempengaruhi mutu
Contoh : sterilisasi komersial
PROSES PENGOLAHAN DENGAN PANAS
Salah satu metode pengolahan pangan yang penting
Pengaruh terhadap eating quality
Produce flavours (such as baking) cannot be created by
other process
Preservative effect on foods destruction of enzymes,
micro-organism, insect and parasites.
Keuntungan lainnya :
Pengendalian kondisi proses sederhana
Menghasilkan produk pangan yang awet (shelf-stable foods)
tidak membutuhkan refrigerasi
Destruksi komponen anti gizi (misal tripsin inhibitor pada
kacang-kacangan)
Memperbaiki ketersediaan beberapa zat gizi (misal
memperbaiki daya cerna protein, gelatinisasi pati dan
mengeluarkan niasin yang terikat).
PROSES PENGOLAHAN DENGAN PANAS…………
Kelemahan :
Merusak komponen pangan mempengaruhi
flavor, warna, rasa atau tekstur sehingga
menurunkan mutu
diatasi dengan proses yang HTST
Terjadinya kehilangan komponen volatil pada bahan
Panas
Digunakan untuk :
Potentially Hazardous Foods (PHF)
Highly Risk Foods (HRF)
Potentially Hazardous Foods
Semua produk pangan yang mudah rusak : i. Susu dan produk yang memgandung susu, telur,
daging, ayam/unggas, ikan, kerang2an
ii. Ingredien lain yang dapat mempercepat mertumbuhan mikroorganisma
Sulit didefenisikan karena saat ini batasan untuk mudah rusaknya produk (oleh FDA Food Code) aw dan pH
Banyak produk yang mempunyai aw dan pH yang di luar level aman, ternyata dapat tahan disimpan pada suhu ruang, misal : roti, keju, sosis yang difermentasi
1/22/2013
2
Potentially Hazardous Foods (2)–
FDA Food Code
Jenis mikroorganisme yang dianggap paling berbahaya saat ini hanya Clostridium botulinum dan Salmonella enteritidis
Teknologi proses, produksi dan pengemasan yang dapat memperpanjang umur simpan mengubah paradigma
Pertumbuhan patogen tidak perlu cepat tapi progresif jumlah pertumbuhan yang menyebabkan bahaya spesifik untuk tiap mikroorganisme, bahan pangan dan faktor lainnya
Yang diperlukan : waktu dan suhu yang tepat untuk menghasilkan pangan yang aman
Australian Defenition of PHF
Standard 3.2.2. – Food Standards Code
“ Bahan pangan yang harus disimpan pada suhu
tertentu untuk meminimalkan pertumbuhan bakteri
penyebab racun yang mungkin ada pada bahan pangan
atau untuk mencegah pembentukan toksin di dalam
bahan pangan”.
Berdasarkan defenisi ini, maka PHF harus dijaga :
5o atau < : untuk meminimalkan pertumbuhan
mikrooganisme atau toksin pada bahan pangan
60o atau >, atau
suhu lainnya : jika produsen mampu menunjukkan
bahwa selama periode waktu penyimpanan bahan
pangan tetap aman.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHF
1. aw
aw optimum untuk pertumbuhan mikroba secara umum : 0.97-0.99
Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada aw 0.83 dan menghasilkan toksin pada aw 0.88
2. pH S.aureus dapat tumbuh pada pH 4.0 dan
menghasilkan toksin pada pH 4.6
Yersinia enterolitica dan Salmonella spp tumbuh pada pH 4.2
Bakteri penghasil spora (C.botulinum) dapat tumbuh dan menghasilkan toksin pada pH 4.6
Klasifikasi bahan pangan berdasarkan pH
1/22/2013
3
Interaksi pH dan aw Interaksi pH dan aw (2)
3. Komposisi Gizi Bahan pangan yang kaya akan zat gizi lebih
sensitif terhadap pertumbuhan patogen
4. Struktur Biologi Bahan pangan yang berasal dari hewan atau
tumbuhan mungkin dapat mencegah masuk dan berkembangnya mikroorganisma patogen penetrasi terhadap penghambat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dan ini memungkinkan untuk tumbuhnya patogen
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHF
(2)
5. Potensial Redoks (Eh)
Yaitu pengukuran mudah atau tidaknya suatu
komponen mendapatkan atau kehilangan
elektron
Eh untuk pertumbuhan mikroba aerob : +500-
+300 mV, fakultatif anaerob : +300 – (-100)
mV, dan anaerob +100 - < -250 mV
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHF
(3)
1/22/2013
4
6. Antimikroba
Antimikroba alami yang berasal dari tanaman (minyak
atsiri, tanin, glikosida) dan yang berasal dari hewan
(laktoferin, lisozim), atau yang berasal dari proses
pengolahan (senyawa Mailard, kondensat asap,
bakteriosin) dan bahan pengawet sintetis
memperpanjang umur simpan produk pangan
Penambahan antimikroba dapat berinteraksi atau
memberikan penghambaan yang sinergis dengan
parameter lain seperti pH, komponen pangan, enzim,
suhu, komposisi atmosfir.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHF
(4)
7. Mikroflora kompetitif Produk metabolit yang dihasilkan mikroorganisme
yang tumbuh pada bahan pangan dapat menghambat pertumbuhan (interaksi antagonis) atau mempercepat pertumbuhan (interaksi sinergis) mikroorganisme lainnya.
Proses antagonistik meliputi : persaingan untuk nutrien, pelekatan sel, lingkungan yang tidak sesuai atau kombinasi faktor2 ini.
Mekanisme stimulasi pertumbuhan harus dipertimbangkan dalam “Hurdle concept” untuk mengontrol mikroorganisme pada bahan pangan yang sensitif terhadap suhu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHF
(5)
8. Atmosfir
Penghambatan mikroorganisme oleh gas : 1)
efek toksik langsung yang menghambat
pertumbuhan dan proliferasi (CO2, ozon dan
O2), 2) penghambatan tidak langsung melalui
modifikasi udara.
Kombinasi MAP dan antimikroba dapat
dijadikan konsep hurdle
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHF
(6)
9. Time/Temperature :
Parameter waktu menentukan pertumbuhan
mikroorganisme menentukan umur simpan dan
keamanan.
Pada kondisi tertentu, waktuu pada suhu ruang dapat
digunakan untuk mengontrol keamanan produk.
Jika hanya waktu yang digunakan sebagai kontrol,
lamanya harus fase lag dari patogen
Fase lag dan waktu penggandaan dari
mikroorganisme tergantung pada suhu umur
simpan produk ditentukan oleh suhu penyimpanan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHF
(7)
10. Kondisi Penyimpanan
Suhu penyimpanan, suhu/waktu pendinginan dari
bahan yang dimasak, RH kemasan
Waktu dan suhu harus diperhitungkan sekaligus
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHF
(8)
11. Tahap Pengolahan
Bahan pangan berasam rendah dalam kaleng yang tertutup rapat
dan hermetis tidak membutuhkan kontrol suhu, tetapi bahan pangan
yang proses pengolahannya kurang seperti produk yang dibakar dan
dikemas dengan kemasan yang tidak memungkinkan untuk
terjadinya kontaminasi, aman untuk dikonsumsi pada suhu ruang
sebelum dikonsumsi.
Secara ilmiah 3 kriteria untuk menentukan apakah produk itu
membutuhkan kontrol waktu/suhu :
1. Proses yang dapat menghancurkan sel vegetatif tapi bukan spora
(jika formulasi produk mampu menghambat germinasi spora)
2. Penanganan pasca-pengolahan dan kondisi pengemasan yang
menghambat masuknya kembali patogen ke dalam produk sebelum
dikemas
3. Penggunaan bahan kemasan yang meskipun tidak memberikan
kondisi hermetik tapi dapat mencegah masuknya patogen vegetatif
ke dalam produk
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHF
(9)
1/22/2013
5
COOKING
Heat processing
Pasteurization
Hot-filling
Blanching
Commercial
sterilization
161°F (71.5°C), 15 s
or equivalent
212°F (100°C) (higher temps for low acid)
~ 180°F (82°C)
212°F (100°C) –
short time
Process Temp. range
Additional
barrier
required?
yes
no
yes
yes
Proses Pengolahan dengan Panas
Pasteurized
Commercially sterile – retort and aseptically
packaged
Blanched
Hot-filled
Microbial destruction by heat: D-value, F0
High vs. low acid foods
12-D process for low acid foods
Pasteurisasi Vs Blanching
Although the magnitude of the thermal
processes is similar, application of the
processes involves two distinctly
different types of food products.
Pasteurization is most often
associated with liquid foods, while
blanching is most often associated
with solid foods.
Blanching
If not blanched, enzyme activity can occur
even under refrigerated, frozen and dried
conditions. Enzymes can also be active
during the come up time for retorted canned
products.
Primary purpose: inactivate specific enzymes
within a solid food product to improve quality.
Enzymes can cause…
Off-flavors Vitamin loss
Color loss Texture softening
1/22/2013
6
Blanching
Process: Heat the product using boiling water
or steam until thoroughly heated.
Most frequently used for processed fruits and
vegetables.
Will reduce the population of vegetative cells.
Safety of product depends on secondary barrier.
Purpose of Blanching Processing
In fruits and vegetables to inactivate enzymes.
To removes air from intercellular spaces of a fruit or vegetable
Before canning raw fruits and vegetables and the more severe thermal processes associated with commercial sterilization.
Blanching Methods Tabel 1. Keuntungan dan kelemahan blansing dengan uap
dan air panas
Peralatan Keuntungan Kelemahan
Conventional
Steam
Blancher
• Kehilangan
komponen larut air <
• Volume limbah <
• Mudah dibersihkan
dan disterilisasi
• Membutuhkan
pencucian
• Kehilangan berat
bahan
Conventional
Hot Water
Blancher
Biaya peralatan
rendah, dan efisiensi
energi
• Tambahan biaya
untuk air dan
perlakuan limbah
• Resiko kontaminasi
bakteri termofilik
Pengaruh Proses Blansing Terhadap Bahan Pangan
Perubahan mutu sensori dan gizi :
1. Nilai Gizi
Beberapa mineral, vitamin dan bahan lain yang larut
air sebagian hilang
Besarnya kehilangan vitamin tergantung pada :
Kematangan dan varitas
Metode persiapan bahan (pemotongan, pengirisan dll)
Ratio luas permukaan : volume bahan
Metode blansing
Waktu dan suhu blansing (HTST kehilangan <)
Metode pendinginan
Ratio antara air dan bahan
2. Warna dan Flavor
Pada sebagian bahan warna semakin cerah karena
hilangnya udara dan debu
Waktu dan suhu blansing mempengaruhi perubahan
pigmen
Untuk mencegah kehilangan klorofil pada air blansing
ditambahkan sodium karbonat (0.125% w/w) atau
CaO peningkatan pH menyebabkan pean asam
askorbat.
Pencoklatan pada potongan apel atau kentang
dicegah dengan merendamnya dalam larutan garam
2% sebelum blansing.
Pengaruh Proses Blansing Terhadap Bahan Pangan…..
1/22/2013
7
Pengaruh Proses Blansing Terhadap Bahan Pangan…..
3. Tekstur
Salah satu T/ blansing : melunakkan tekstur sayuran
sehingga mudah dalam pengisian ke dalam kaleng.
Blansing sebelum pembekuan atau pengeringan
memerlukan suhu dan waktu yang > untuk
menginaktivasi enzim kehilangan tekstur
Penambahan CaCl2 (1-2%) pada air blansing dapat
mempertahankan tekstur karena pembentukan
kalsium pektat yang tidak larut.
Pasteurization
(History)
• Around 1860 Louis Pasteur demonstrated that the
heating between 50 and 60 oC without air for 30 minutes
prevent deterioration of wine during transport. He also
demonstrated that a previous heating of the malt before
yeast inoculation prevented beer contamination.
• Later a process called tyndallisation was developed by
Tyndall and consisted in a series of burst of increased
temperature up to 70 oC at regular intervals (originally
once a day for 3 days). This is to activate the resistant
forms to germinate in order to kill them with the next heat
burst. Milk pasteurisation was to follow by using 30
minutes heat burst at 63 oC followed later by a 15
minutes heat burst at 73 oC.
Purpose of Pasteurization Processing
Pasteurization is a mild thermal process applied to a liquid food to increase the product shelf life during refrigeration and to destroy vegetative pathogens (brucellosis and tuberculosis), Salmonella and Listeria.
In fruit juice ,to inactivate enzymes
Pasteurization is used for
Low Acid Foods (pH>4.5)
Milk, Liquid egg, Ice cream
High Acid Foods (pH<4.5)
Fruit Juices, Wine, Beer
Purpose
High Acid Foods (pH<4.5)
To kill spoilage micro-organisms
E.g. Wild yeasts (Lactobacillus
species)
Residual yeasts
(Saccharomyces species)
Enzyme inactivation
E.g. pectinesterase and
polygalacturonase
Purpose (Low acid foods, pH>4.5)
Primary
Destruction of pathogens
e.g. Mycobacterium tuberculosis and Brucella abortis in
milk
Salmonella seftenburg in liquid egg
Secondary
Destruction of spoilage organisms, inactivation of
enzymes
E.g. yeasts
1/22/2013
8
DESCRIPTION OF PROCESSING
SYSTEMS
batch-type operation pasteurization
continuous high temperature, short-time
(HTST) pasteurization system
rotary hot water system blanching
system
Steam blanchers
Batch Pasteurization System
HTST Pasteurization System
Continuous Pasteurizer
Fig. adapted from Fellows (2002)
Pengaruh Pasteurisasi terhadap Bahan Pangan
Penggunaan panas relatif kecil sehingga perubahan gizi dan sifat sensori <
Masa simpan hanya meningkat beberapa hari hingga beberapa minggu
1. Warna, Flavor dan Aroma
Pada jus buah penyebab utama kerusakan warna adalah pencoklatan enzimatis oleh polifenoloksidase dan dipercepat oleh O2 sehingga jus buah yang dipasteurisasi harus terlebih dahulu didearasi.
Perbedaan warna putih pada susu mentah dan susu yang dipasteurisasi bukan karena pasteurisasi
Pigmen pada tanaman dan hewan juga tidak dipengaruhi pasteurisasi
Dapat terjadi kehilangan aroma diperbaiki dengan flavor recovery (tapi jarang dilakukan karena mahal).
Pengaruh Pasteurisasi terhadap Bahan
Pangan……..
2. Kehilangan Vitamin
Kehilangan vitamin C dan karoten pada jus buah
dikurangi dengan deaerasi.
1/22/2013
9
Hot-filled foods
• Product is heated ( typically 180°F)
- Mild heat treatment kills some vegetative cells
• Product is filled into container
• On cooling of the container, a vacuum is formed – Anaerobic environment – prevents growth of some microorganisms
• Dependent upon another barrier to make the product safe
Hot-filled foods
• Multiple barriers to provide safety
– Mild heat treatment & anaerobic
environment
+
– Low pH or
– Low water activity or
– Addition of antimicrobial agents
Typical hot-filled foods
• Jams and Jellies (low pH and low aw)
• Syrups (low aw)
• Dessert sauces (low aw)
• Other sauces or juices (low pH or low aw)
Hot-filled foods – after opening
• Molds and some yeasts will not grow
because of anaerobic conditions as long
as container is sealed
• After opening
– Generally advised to refrigerate
– Anti-microbial agents can be used to extend
shelf life after opening
Exhausting
A vacuum gauge may be used on a cooled can to determine the vacuum of a
can. The minimum acceptable pressure is about -23kPa. Desirable vacuum
will vary for different products.
Preservation Approaches
• Add heat
• Remove heat
• Remove water
• Reduce pH
• Add preservatives
• Fermentation
• Packaging
1/22/2013
10
Barrier /Hurdle Concept HEAT STERILISATION
Proses pemanasan bahan pangan pada suhu tinggi pada waktu yang lama untuk menghilangkan mikroba dan menginaktivasi enzim.
Dikelompokkan menjadi 2, yaitu : Sterilisasi murni/sempurna
Sterilisasi komersial
Sterlisasi murni : sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh semua mikroba dalam bahan pangan atau bahan lainnya.
Sterilisasi komersial hanya membunuh jenis mikroba tertentu yang berbahaya bagi keamanan pangan atau yang tidak diinginkan.
Sterilisasi Di dalam Kemasan
Waktu sterilisasi dipengaruhi oleh :
Resistensi mikroorganisme dan enzim
terhadap panas
Kondisi pemanasan
pH bahan
Ukuran kemasan
Keadaan fisik bahan pangan
Daya tahan mikroorganisme terhadap panas
ditentukan oleh nilai D dan z.
Nilai D (Thermal Reduction Time) adalah waktu yang
dibutuhkan untuk membunuh 90% sel/spora mikroba pada suhu tertentu atau TDT adalah waktu yang diperlukan untuk menurunkan
1 siklus log dari populasi mikroba tertentu.
Nilai z : Perbedaan suhu yang dibutuhkan untuk menurunkan atau
merubah satu siklus log nilai D.
D2
D1
Log D
2-logD
1=
1.0
0
z
D2
D1
220 230 240 250 260 270
Nila
i D
Suhu (oF)
Gambar 6. Kurva penentuan nilai z
1/22/2013
11
Nilai F
Waktu (menit) yang dibutuhkan untuk membunuh sejumlah sel yang memiliki nilai z tertentu pada suhu tertentu.
= waktu kematian mikroorganisme (Thermal Death Time)
Kurva Waktu Kematian Mikroorganisme
Nilai Fo
Nilai sterilisasi atau jumlah laju kematian
yang akan menjamin sterilisasi komersial
atau ekivalen dengan waktu (menit) pada
suhu 250oF untuk mendapatkan nilai 12D
Fo = jumlah (1/t)
Nilai D (Thermal Reduction Time)
adalah waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 90% sel/spora mikroba pada suhu tertentu atau TDT adalah waktu yang diperlukan untuk menurunkan 1 siklus log dari populasi mikroba tertentu.
Proses 5D = waktu/suhu pengolahan yang dapat menurangi populasi B.stearothermophillus sebanyak 5 siklus log digunakan pada bahan pangan yang dikemas dan asam (<pH 4.6)
• Proses 12 D = waktu/suhu proses yang dapat mengurangi populasi spora C.botulinum sebanyak 12 siklus log digunakan pada bahan pangan berasam rendah (>pH4.6)
• Misal :
Spora C.botulinum = 100 spora/kaleng
Setelah proses 12 D :
jumlah spora = 10-10/kaleng (kemungkinan jumlah kaleng yang mengandung spora = 1 dari 1010 kaleng)
1/22/2013
12
Nilai D pada Berbagai Suhu
Hubungan Nilai D dan Nilai F
• Setiap penurunan 1 siklus log pertumbuhan mikroorganisme pada kurva kematian menunjukkan waktu pengurangan 1/10 nilai awal, atau nilai F dapat dinyatakan sebagai penggandaan dari nilai D
• Bentuk hubungan yang umum : F = 12 D untuk C.botulinum pada sterlisisasi komersial.
Thermal Death Time Vs Suhu
Laju penetrasi panas :
Dipengaruhi oleh :
Tipe produk : pada bahan pangan cair proses pindah panas > dari bahan pangan padat (pengaruh konduktivitas panas)
Ukuran kemasan : penetrasi ke pusat kemasan lebih cepat pada kemasan kecil daripada kemasan besar
Agitasi pada kemasan
Suhu retort : semakin besar perbedaan suhu antara bahan pangan dan media maka laju penetrasi panas semakin cepat
Bentuk kemasan : kemasan yang panjang mempercepat proses konveksi
Tipe kemasan : pada logam > daripada gelas atau plastik
Pengukuran laju penetrasi panas :
Letakkan termokopel pada pusat panas dari kemasan (titik pemanasan terendah) untuk mencatat suhu bahan selama pemanasan
Pada sterilisasi kontiniu digunakan self-contained miniature temperature recorders-transmitters.
Pada kemasan silinder, pusat panas adalah pada pusat geometri untuk pemanasan konduksi dan ± 1/3 tinggi kemasan (dari dasar) untuk pemanasan konveksi perlu percobaan
Pemanasan konveksi lebih cepat dari konduksi dan lajunya tergantung pada viskositas bahan.
Kurva pemanasan dibuat dengan memplot Suhu Vs Waktu pada kertas grafik semilog.
1/22/2013
13
Uji Penetrasi Panas
Pindah panas di dalam kemasan
melalui : a) Konduksi, b) Konveksi End-over-end agitation of
containers
Kurva pemanasan
Retorting (Heat Processing)
Umur simpan bahan pangan yang disterilisasi
tergantung pada kemampuan kemasan untuk
mengisolasi bahan dari lingkungannya.
4 tipe kemasan yang tahan sterilisasi :
1. Metal cans
2. Glass jar or bottles
3. Flexible pouches
4. Rigid trays
Retorting (Heat Processing)……………
Sebelum pengisian udara dikeluarkan terlebih dahulu
(exhausting) dengan cara :
Pengisian bahan pangan ke dalam kemasan dalam
keadaan panas
Bahan pangan dalam keadaan dingin dimasukkan ke
dalam kemasan kemudian isi dan kemasan
dipanaskan hingga 80-95oC.
Pengeluaran udara secara mekanik dengan pompa
vakum
Steam-flow-closing : uap panas membawa udara di
permukaan bahan pangan segera sebelum kemasan
ditutup.
Pemanasan dengan Uap Jenuh
Panas laten dipindahkan ke bahan pangan ketika uap
jenuh berkondensasi pada bagian luar kemasan. Jika
udara terperangkap di dalam retort, maka akan
terbentuk film disekitar kemasan yang mencegah uap
berkondensasi dan menyebabkan proses sterilisasi tidak
sempurna.
penting untuk melakukan venting
Masalah utama pada pemanasan bahan pangan padat
adalah kekentalan atau laju penetrasi panas yang
rendah ke pusat panas dapat terjadi over processing
Setelah sterilisasi kemasan didinginkan dengan
semprotan air menggunakan udara bertekanan agar
tekanan di dalam = di luar tidak terjadi
penggembungan kaleng
Pemanasan dengan Air Panas
Bahan pangan dalam kemasan gelas atau kantung
flexibel disterilisasi dengan air panas dan tekanan udara
tinggi.
Kemasan gelas > tebal dari kemasan logam sedangkan
konduktivitas panas gelas < sehingga laju penetrasi
panas dan waktu pemanasan > beresiko thd thermal
shock pada kemasan.
Bahan pangan pada kemasan kantung flexibel (wadah
polimer yang rigid) mempunyai penetrasi panas >
karena lebih tipis dan penampang melintang < hemat
energi.
1/22/2013
14
Pemanasan dengan Nyala Api
Sterilisasi kemasan dengan menggunakan panas api
secara langsung pada tekanan atmosfir
Laju pindah panas tinggi pada suhu nyala 1770oC
Waktu proses <, mutu
Mengurangi konsumsi energi hingga 20%
Tidak ada penambahan larutan garam atau syrup di dalam
kemasan
Dapat digunakan kemasan yang lebih kecil sehingga biaya
transportasi dapat dikurangi hingga 20-30%
Digunakan untuk jamur, jagung manis, green beans,
pears dan daging sapi.
PERALATAN HEAT STERILISATION
Retort dengan sistem batch atau kontiniu
Batch Retort :
Vertikal
Horizontal :
Mudah pada saat bongkar muat dan mempunyai fasilitas
agitasi
Butuh ruang yang besar
Contoh : Orbitort, tdd : bejana bertekanan dengan 2 wadah
konsentrik
Continious Retort :
Kontrol thd penutupan selama proses berlangsung lebih
seragam
Dihasilkan perubahan tekanan secara gradual di dalam kaleng
PERALATAN HEAT STERILISATION…………
Tipe-tipe retort :
Cooker-Coolers : membawa kaleng pada sebuah
konveyor melalui 3 bagian pada terowongan
dengan tekanan berbeda untuk preheating,
sterilisasi dan cooling.
Rotary Sterilizers : tdd drum berputar secara
perlahan di dalam bejana bertekanan
Hydrostatis sterilizers : variabel proses seperti suhu
bahan mentah, suhu air pendingin,suhu uap, waktu
pengolahan dan laju pemanasan/pendinginan dapat
dimonitor.
Continious Hydrostatic Sterilizer
Introduction
• Canning is defined as preservation of foods in hermetically sealed
containers and usually implies heat treatment as the principal
factor in prevention of spoilage.
• Canning was invented by Nicholas Appert in 1910 so also termed
as Appertization
83
Canned mango products
Next
Canned mango products
Canned mango pulp
Canned mango slices and tit bits
Click on picture for detail
1/22/2013
15
Mango Pulp Canning…
Select ripe mangoes
Wash, peel
Pulping
Filling in plain cans at 85ºC (pH 3.8-4.0)
Add sugar syrup and 0.3 % citric acid (TSS 40ºBrix)
Exhausting (82-85ºC/ 6-10 min)
Double seaming
Processing (100ºC/30 min)
Cooling
Storage
85
Canned mango products
Ripe mango fruits
Wash, peel
Cut into longitudinal slices
Filling in plain cans containing syrup (40ºBrix) and 0.3% citric acid
Exhausting (82-85ºC/ 6-10 min)
Seaming
Processing (100ºC/30 min)
Cooling
Storage
86
Canned Mango Slices
Canned mango products
What is
Syruping?
• A solution of sugar in water is called a syrup.
• Syrup is added to improve flavour and to facilitate the heat transfer during
processing.
• Syruping is done only for fruits
• Syrup is filled hot in cans at about 79-82ºC leaving a headspace of 0.3-0.5
cm (headspace is the gap between the lid of the can and the contents in
the can).
• Citric acid/ ascorbic acid maybe mixed into the syrup to improve flavour
and nutritional value, respectively.
• Citric acid also help in maintaining desired pH <4.5)
87
Canned mango products Advantages of
Exhausting Exhausting is the process of removal of air from the cans.
It helps to:
– avoid corrosion of tinplate and pinholing during storage
– reduce chemical reactions between contents and the container
– minimize discolouration by preventing oxidation
– retain vitamin particularly vitamin C
88
Canned mango products
Processing
• Heating of canned foods for preserving is known as processing.
• Processing time and temperature should be optimal to eliminate bacteria.
• Overcooking should be avoided to retain the sensory quality of the product.
• Mango being acidic (pH<4.5) in nature can be processed at 100ºC or in
boiling water.
89
Canned mango products Ultra High Temperature (UHT) Aseptic Process
Pengolahan dengan suhu tinggi dan waktu singkat dapat dilakukan
jika produk terlebih dahulu disterilisasi sebelum diisi ke kemasan
yang steril dengan kondisi udara steril
Digunakan untuk :
Sterilisasi produk pangan cair seperti susu, jus buah, krim,
yoghurt, anggur, salad dressing, telur dan es krim
Produk pangan yang mengandung partikel-partikel kecil, misal :
cottage cheese, makanan bayi, produk tomat, buah dan sayur
Produk pangan dengan ukuran partikel lebih besar
dikembangkan pemanasan Ohmic.
Mutu produk UHT hampir sama dengan produk yang didinginkan
atau dibekukan.
Masa simpan produk UHT mencapai 6 bulan > tanpa refrigerasi.
1/22/2013
16
Keuntungan UHT dibandingkan sterilisasi konvensional :
Kondisi proses tidak tregantung pada ukuran kemasan.
Retorting konvensional pada soup sayuran dengan kemasan A2
butuh waktu 70 menit pada suhu 121oC diikuti pendinginan
selama 50 menit, dan peningkatan ukuran kemasan menjadi
A10 maka waktu meningkat menjadi 218 menit, sedang UHT
hanya butuh waktu 5 menit dengan suhu 140oC dan tidak ada
perubahan suhu/waktu dengan peningkatan ukuran kemasan.
proses aseptik/UHT dapat digunakan untuk kemasan besar,
misal aseptic bag untuk pure tomat berukuran 1 ton.
Kelemahan UHT :
- biaya
- peralatan kompleks
Peralatan UHT
Keberhasilan ditentukan oleh :
Metode pemanasan
Sifat bahan pangan (viskositas, ada tidaknya partikel, sensitivitas panas dan kecenderungan membentuk deposit di permukaan)
Karakteristik peralatan UHT :
Suhu > 132oC
Diberikan pada produk dengan volume yang kecil untuk memperluas permukaan pindah panas
Mempertahankan turbulensi di dalam produk ketika melewati permukaan panas
Penggunaan pompa untuk mengalirkan produk sesuai dengan tekanan pada heat exchanger
Pembersihan konstan pada permukaan panas untuk mempertahankan laju pindah panas yang tinggi dan mengurangi terbakarnya produk.
Peralatan UHT…………………
Dibedakan atas :
Sistem langsung (steam injection dan steam infusion)
Sistem tidak langsung (plate heat exchanger,
oncentric tube/steel and tube) dan Scrapped Surface
heat exchanger).
Sistem lain : mikrowave, dielektrik, ohmic, induction
heating. Concentric Tube Heat
Exchange, a) Cross Section, b)
Effect of Rotation of tubes
Skema sistem UHT kontiniu
Pengaruh Proses UHT Terhadap Bahan Pangan
• Memperpanjang umur simpan pada penyimpanan suhu
ruang (ambien)
• Meminimalkan kerusakan gizi dan eating quality
Pengaruh terhadap warna :
Kombinasi waktu-suhu pada pengalengang berpengaruh terhadap pigmen bahan pangan. Misal :
Pigmen oxymioglobin merah pada daging berubah menjadi metmioglobin yang berwarna coklat, mioglobin ungu berubah menjadi myohaemichromogen berwarna merah-coklat.
Reaksi Maillard dan karamelisasi juga mempengaruhi warna daging yang disterilisasi.
Warna yang dapat diterima untuk daging masak.
Penambahan sodium nitrat dan sodium nitrit bertujuan untuk mengurangi resiko C.botulinum dan menghasilkan warna merah-merah muda karena terbentuknya mioglobin nitrit oksida dan metmioglobin nitrit.
Pada buah dan sayuran klorifil dirubah menjadi phephytin, karotenoid diisomerisasi dari 5,6-epoksida menjadi 5,8-epoksida yang berwarna muda, antosianin didegradasi menjadi pigmen coklat
Diperbaiki dengan penambahan zat pewarna.
Pada susu sterilisasi terjadi perubahan warna karena karamelisasi dan reaksi Maillard.
Pada proses UHT, karamelisasi dan reaksi Maillard pada daging hanya sedikit, karotenoid dan betanin tidak berubah, klorofil dan antosianin dapat dipertahankan, dan terjadi peningkatan warna putih pada susu.
1/22/2013
17
Pengaruh terhadap Flavor dan Aroma :
Pada daging kaleng terjadi perubahan kompleks : pirolisis,
deaminasi dan dekarboksilasi asam amino, degradasi, reaksi
Maillard dan karamelisasi karbohidrat menjadi furfural dan
hidroksimetilfurfural serta oksidasi dan dekarboksilasi lemak
interaksi semua reaksi ini menghasilkan > 600 komponen flavor.
Pada buah dan sayur perubahan karena degradasi, rekombinasi
dan volatilisasi aldehid, keton, gula, lakton, asam amino dan
asam organik.
Pada susu perubahan flavor karena denaturasi protein susu
menjadi hidrogen sulfida serta pembentukan lakton dan metil
keton dari lemak.
Pada proses aseptik/UHT perubahan lebih kecil dan flavor alami
dari susu, jus buah dan sayuran dapat dipertahankan.
Pengaruh terhadap tekstur/viskositas
Tidak terjadi perubahan viskositas pada jus
buah/sayur dan susu.
Tekstur potongan buah dan sayur lebih lunak karena
larutnya bahan pektin dan kehilangan turgor sel, tapi
lebih tegar daripada produk kalengan.
Waktu dan suhu yang dibutuhkan untuk hidrolisis
kolagen lebih rendah.
Pengaruh terhadap nilai gizi :
Kehilangan vitamin sedikit
Lemak, karbohidrat dan mineral hampir tidak berubah
Kehilangan gizi hanya terjadi karena penyimpanan
yang terlalu lama.
EVAPORASI
= pemekatan cairan (konsentrasi) melalui penguapan.
Meningkatkan kandungan bahan padat dan menurunkan aw bahan menjadi awet.
Digunakan untuk :
Pre-konsentrasi pada jus buah, susu dan kopi sebelum dikeringkan, dibekukan atau disterilisasi mengurangi berat dan volume
Menghemat energi untuk pengolahan dan biaya untuk penyimpanan, transportasi dan distribusi.
Konsumsi energi dan biaya > dari metode konsentrasi lain (membran dan pembekuan), tapi derajat pemekatan yang diperoleh >.
Faktor yang mempengaruhi laju pindah panas pada
proses evaporasi :
Perbedaan suhu antara uap dan cairan yang dididihkan
2 cara untuk meningkatkan perbedaan suhu : meningkatkan tekanan dan suhu uap, atau mengurangi suhu cairan yang dididihkan melalui evaporasi pda kondisi vakum mahal
Deposit pada permukaan pindah panas
mengurangi laju pindah panas
Tergantung pada perbedaan suhu bahan dengan permukaan panas, viskositas dan komposisi bahan pangan. Misal denaturasi protein atau deposisi polisakarida menyebabkan bahan pangan terbakar di atas permukaan yang panas.
Korosi logam juga menurunkan laju pindah panas
Boundary Film
Dikurangi dengan konveksi atau turbulensi udara di dalam bahan pangan.
Peralatan Pada Proses Evaporasi
Evaporator tdd :
Heat Exchanger (disebut Calandria) yang
memindahkan panas dari uap ke bahan pangan
Alat pemisah uap yang dihasilkan
Pompa mekanis atau pompa vakum untuk
mengeluarkan uap (pompa mekanis lebih murah
biaya operasionalnya, tapi capital cost-nya tinggi).
Tipe evaporator yang paling banyak digunakan untuk
konsentrasi jus buah adalah FALLING FILM
EVAPORATOR, contohnya : Thermally Accelerated
Short-Time Evaporator (TASTE).
1/22/2013
18
Falling Film Evaporator
NATURAL CIRCULATION EVAPORATORS
1. Open or Closed-Pan Evaporators
Hemispherical pans
Dipanaskan secara langsung oleh gas atau arus listrik atau
secara tidak langsung oleh uap yang dialirkan melalui tube di
bagian dalam atau jacket di bagian luar
Untuk proses vakum dilengkapi dengan tutup
Dilengkapi pengaduk untuk meningkatkan laju pindah panas
dan mencegah kegosongan
Efisiensi energi rendah
Menyebabkan kerusakan pada bahan pangan yang sensitif
Kapital cost rendah
Konstruksi mudah dan aplikasi flexibel
Misal pada saus dan jam
Vacuum Pan Evaporator
2. Short Tube Evaporator
Biaya konstruksi dan perawatan rendah
Felxibel
Laju pindah panas tinggi pada cairan dengan viskositas rendah
Tidak cocok untuk bahan dengan viskositas tinggi
Digunakan untuk konsentrat sirup, garam dan jus buah.
Vertical Short Tube
Evaporators
Long Tube Evaporators
3. Long-Tube Evaporators
Ada 2 type :
- Climbing –Film Evaporators : untuk bahan dengan viskositas
- A Falling Film Evaporator : untuk bahan dengan viskositas
Thin Film of
Liquid
Vapour
Climbing Film Evaporator
Long Tube Vertical-Falling Film
Evaporator
1/22/2013
19
FORCED CIRCULATION EVAPORATORS
Dilengkapi pompa atau Scrapper untuk menggerakkan cairan laju pindah panas tinggi dan residence time singkat
Biaya operasional dan capital cost tinggi
Tdd :
a. Plate Evaporator Sesuai untuk produk yang sensitif terhadap panas seperti
extrak ragi, produk hasil ternak, jus buah, minuman beralkohol rendah dan extrak daging.
b. Expanding- Flow Evaporator Mirip dengan plate evaporator hanya digunakan cone
sebagai pengganti plate
Flexibel untuk berbagai produk dengan cara mengganti jumlah cone
MECHANICAL (AGITATED) THIN-FILM EVAPORATOR
Tdd :
- Scrapped-Surface Evaporator
- Wiped Surface Evaporator
bedanya hanya dalam ketebalan film (tebal film pada
Scrapped SE = 1.25 mm, sedangkan Wiped SE : 0.25
mm
Sesuai untuk : pulp dan jus buah, pasta tomat,extrak
daging, madu, coklat, kopi dan produk ternak.
Pengaruh Evaporasi Terhadap Bahan Pangan
Komponen aroma dan bahan volatil lain hilang
Aroma yang hilang dapat di-recovery dengan cara :
Recovery volatil melalui kondensasi uap dan distilasi fraksional
Menangkap komponen volatil dari bahan pangan cair dengan
gas inert danmenambahkannya kembali setelah proses
evaporasi.
Warna bahan menjadi lebih gelap karena pemekatan
konsentrasi, penurunan aw.
Vitamin A dan niasin hampir tidak dipengaruhi
Kehilangan vitamin C terjadi karena penyimpanan