KTI Sibling Rivalry
-
Upload
hery-ibni-ahmad-sanusi -
Category
Documents
-
view
2.072 -
download
9
Transcript of KTI Sibling Rivalry
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan pusat yang paling pening dalam kehidupan
bermasyarakat dan memiliki fungsi memberikan perawatan fisik, perhatian
emosional dan membentuk kepribadian anak. System keluarga merupakan
konteks belajar yang utama bagi perilaku dan perasaan individu, dimana
merupakan “guru” yang utama, yang dapat menginterprestasikan dunia dan
masyarakat bagi anak-anak.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, sebagiian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran)
(Notoatmodjo, 2003).
Berbagai berita kehadiran seorang adik laki-laki atau perempuan yang
baru dapat merupakan krisis utama bagi seorang anak. Anak yang lebih besar
sering mengalami perasaan kehilangan atau merasa cemburu “digantikan”
oleh bayi yang baru. Beberapa factor yang mengalami respon seorang anak
antara lain umur, sikap orang tua, peran ayah, lama waktu berpisah dengan
ibu dan bagaimana anak itu dipersiapkan untuk suatu perubahan.
Pengetahuan ibu sangat penting dalam menghadapi masalah pada
anak yang sangat mengganggu yaitu kehadiran anggota baru (adik) atau
34
gangguan dari kakaknya. Banyak permasalahan yang timbul karena ibu
memberikan perhatian yang lebih pada anak yang lain, sehingga akan
menimbulkan reaksi sibling rivalry. Sibling rivalry adalah permusuhan dan
kecemburuan antara saudara kandung yang dapat menimbulkan ketegangan
diantara saudara kandung. Biasanya terjadi apabila masing-masing pihak
berusaha lebih unggul dari yang lain. Kemungkinan sibling rivalry akan
semakin besar apabila berjenis kelamin sama dan jarak usia keduanya cukup
dekat. Masalah ini sering dimulai setelah kelahiran anak kedua. Menurut
boyle (2007) hampir 75% anak mengalami sibling rivalry, reaksi yang sering
ditampakan adalah anak lebih agresif, memukul atau melukai kakak maupun
adiknya, membangkang pada ibunya, rewel, mengalami kemunduran ( yang
semula tidak mengompol jadi mengompol lagi), sering marah yang meledak-
ledak, sering menangis tanpa sebab, menjadi lebih kolokan dan lengket pada
ibu.
Anak pada masa prasekolah merupakan tahap awal untuk mengalami
rasa kesendirian dan ketidakmampuan dalam mengatasi semuanya sendiri
dan anak belajar untuk mengembangkan rasa sosial dalam dirinya, namun
dalam masa ini anak sering mengalami kegagalan yaitu terjadi pengrusakan
proses pembelajaran di sekolah dan perilaku yang tidak dewasa dari diri anak
yaitu anak tidak bisa toleran terhadap kedisiplinan dan standar umum yang
dipaksakan, emosi anak menjadi sangat labil.
34
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui
“Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Sibling Rivalry Pada Anak Usia
prasekolah Di TK PGRI Cipanas tahun 2010”.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan penelitian adalah
bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada TK PGRI
CIPANAS ?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang sibling
rivalry pada TK PGRI CIPANAS tahun 2010.
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang
sibling rivalry berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang sibling rivalry
berdasarkan pendidikan orang tua.
3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang sibling rivalry
berdasarkan pekerjaan orang tua.
D. Manfaat
1. Bagi Tempat Penelitian
34
Dapat memberikan masukan dan memberikan pertimbangan untuk
penanganan pada anak yang mengalami sibling rivalry sehingga dapat
membantu ibu dalam menghadapi anak-anak yang mengalami sibling
rivalry.
2. Bagi Peneliti
a. Untuk memajukan perkembangan ilmu kebidanan tentang reaksi
sibling rivalry yang berpengaruh pada tahap tumbuh kembang anak.
b. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang topic yang terkait
dengan pengetahuan ibu tentang sibling rivalry terhadap sibling
rivalry sehingga dapat diketahui adanya factor lain yang berpengaruh
untuk perkembangan ilmu kebidanan.
c. Dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang sibling rivalry
dan reaksi sibling rivalry pada anak usia prasekolah.
3. Bagi Responden
Dapat menambah pengetahuan ibu tentang sibling rivalry dan tahu
cara penanggulangan sibling rivalry.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah study kepustakaan
dan diharapkan menjadi suatu yang berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa
jurusan kebidanan.
34
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sibling Rivalry
1. Pengertian
Sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari
orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut
juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry
adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih,
afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan
pengakuan atau suatu yang lebih (Suherni : 2008).
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran
antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua
orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih (Suherni, 2008).
Sibling adalah perasaan tidak aman yang ada pada anak berkaitan
dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (hal ini adalah
saudara yang dilahirkan oleh ibunya yang dianggap mengancam posisi
anak sebelumnya, ditunjukan dengan perasaan iri hati). (Ranuh : 2005)
34
Sibling Rivalry adalah persaingan antara kakak dan adik dimana
terjadi manifestasi dalam dirinya didalam keluarga yang umum yang dapat
menyebabkan kasus yang serius diantara anak-anak (Boyle : 2007)
Sibling Rivalry adalah kecemburuan terhadap kakak atau adiknya
dan dapat menyebabkan rasa iri hati diantara mereka yang dapat
menyebabkan frustasi dan stress pada orang tua.
2. Faktor Penyebab Sibling Rivalry
a. Kompetensi (kemampuan) kaitannya dengan kecemburuan.
b. Ciri emosional yaitu tempramen, seperti halnya mudah bosan, mudah
frustasi, mudah marah atu sebaliknya.
c. Sifat perasaan anak seusia sampai dengan dua-tiga tahun, yaitu apa
yang disenangi adalah miliknya, harus difahami benar oleh orang tua.
d. Kelemahan perkembangan seperti halnya lemahnya atau lambatnya
kemampuan bahasa, kurang bisanya dalam hal interaksi sosial,
sehingga mudah terjadi friksi dan konflik.
(Suherni , 2008 : 69)
3. Cara Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi Sibling Rivalry
yaitu :
34
a. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan, kecuali saat terdapat
tanda-tanda akan terjadi kekerasan fisik.
b. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak
demikian rupa sehingga menyelesaikan masalah dengan anak-anak,
bukan untuk anak-anak. Artinya, seakan-akan orang tua dalam
menyelesaikan permasalahan seakan ikut serta di dalamnya, anak
tersebut diberikan penghargaan atas buah fikirnya, dihargai peran
pendapatnya. Bukan bersifat memberi intruksi seakan yang paling
tahu dan berkuasa adalah orang tua.
c. Cara memisahkan dua anak yang konflik menjurus ke fisik, tidak
boleh menyalahkan salah satu akan tetapai keduanya dihargai seakan
sama-sama benar. Cara memberikan nasehat bahwa salah satu itu
adalah dengan contoh-contoh tetapi tidak langsung saat itu. Yang
penting lagi konflik fisik dipisah demikian rupa sehingga keduanya
menjadi tenang dan sesudahnya menjadi akrab lagi.
d. Jika anak-anak memperebutkan benda yang sama, orang tua harus
dapat memberikan teknik pengajaran agar keduanya dapat
memperguanakan secara bergantian yang adil dan menggembirakan.
e. Memberi kesempatan setiap anak mengungkapkan apa yang dirasakan
tentang saudaranya, dan membawa anak dapat mengendalikan
emosinya, bahkan dibawa kearah teknik bersahabat lagi. Cerita-cerita
dan dongeng keagamaan tentang baiknya rukun dengan saudara dapat
membangkitkan anak menjadi rukun.
34
f. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak, hal ini
bisa memperdalam Sibling Rivalry. Jangan memberikan cap pada
anak tentang kekurangannya atau kelebihannya daripada anak yang
lain.
g. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku
orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk
menghindari Sibling Rivalry yang paling bagus.
(Suherni, 2008 : 70-71)
4. Segi Positif Sibling Rivalry
a. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan
beberapa keterampilan penting
b. Cara cepat berkompromi dan bernegoisasi
c. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif
(Suherni, 2008 : 70)
5. Dampak Dari Sibling Rivalry
Akan timbul perassan tidak puas hati seperti ketidakpuasan hati
terhadap ibu bapak, sikap suka mendesak, memperkecilkan, bertengkar
atau berkelahi sesama saudara kandung, ketidakseimbangan pemberian
kasih sayang yang diberi oleh ibu bapak, tidak mempunyai masa untuk
34
bergembira bersama saudara kandung, dan suka berdendam antara saudara
kandung. Sehingga perasaan ini akan menyebabkan tingkah laku yang
negatif termasuk berkelakuan buruk diantara satu sama lain, tidak
menghormati sesama sendiri, kerap bertengkar dan bertumbuk, gembira
jika melihat saudara kandung lain dalam kesusahan.
(Keyla. B : 2009)
6. Kelahiran Bayi Baru
Secara otomatis anak akan merasa perhatian yang sebelumnya
banyak tercurah atau tertuju pada anak pertama akan beralih pada si bayi,
dan si kakak akan merasa tersisih dan dirugikan.
(Ambarwati :2008)
7. Adaptasi Kakak Sesuai tahap Perkembangan
Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau
perempuan bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya
anak-anak kurang sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga
persaingan dan perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah
laku negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada
anak-anak. Tingkah laku tersebut dapat berupa :
a. Masalah tidur
34
b. Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota
keluarga lain.
c. Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan
menghisap jempol.
(Ambarwati : 2008)
1) Batita (Bawah Tiga Tahun)
Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah
tiga tahun) ini adalah usia 1-2 tahun.
Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:
1. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa
minggu sebelum kelahiran.
2. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya
dengan menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota
baru.
3. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang
ditunjukkan oleh anaknya.
4. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknnya.
(Ambarwati : 2008)
2) Anak yang lebih tua
34
Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua,
dikategorikan pada umur 3-12 tahun. Pada anak seusia ini jauh
lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuh ibunya dan mungkin
menyadari akan kelahiran bayi. Anak akan memberikan perhatian
terhadap perkembangan adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang
mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga dapat mengasuh
adiknya.
(Bahiyatun : 2009)
3) Remaja
Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat
perkembangan mereka. Ada remaja yang merasa senang dengan
kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang larut dalam
perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para
remaja yang menghadapi kehadiran anggota baru dalam
keluarganya, misalnya:
1. Berkurangnya ikatan kepada orang tua.
2. Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri.
3. Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila
mengganggu kegiatan mereka sendiri.
4. Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk
bayi.
(Bahiyatun : 2009)
34
8. Peran Bidan
a. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayinya
dalam jam pertama sesudah kelahiran.
b. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan
respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan
tindakan.
(Suherni : 2008 hal 71)
34
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil dari “tahu”
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003 : 121)
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni :
penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kongnitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang di ketahui; kepandaian
segala sesuatu yang di ketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).
a. Tingkatan Pengetahuan
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya, tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
34
3. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya dengan
menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip
dalam situasi lain.
4. Analisis (Anaysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam
stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk meletakan atau menggabungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan identifikasi atau
penelitian terhadap suatu meteri atau objek, baik melalui
kriteria yang ditentukan sendiri maupun kriteria yang telah
ada.
(Notoatmodjo, 2003 : 128-130)
2. Kategori Pengetahuan
Pengetahuan di bagi menjadi beberapa kategori penilaian,
berikut kategori yang di kemukaan oleh Arikunto, 2002 :
34
a) Kategori baik jika pertanyaan di jawab benar oleh responden 76-
100%
b) Kategori cukup bila pertanyaan di jawab benar oleh responden 50-
76%
c) Kategori kurang bila pertanyaan di jawab benar oleh responden
kurang dari 50%
b. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa paktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang tentang sesuatu, diantaranya adalah :
1) Umur
Umur adalah waktu hidup atau sejak dilahirkan (Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia, 2006).
Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan
(Depdiknas, 2002). Umur adalah lama hidup seseorang sejak
dilahirkan. Umur dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
umur < 20 tahun, 20-35 tahun dan >35 tahun
(Prawirohardjo,2006).
2) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
34
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2000). Sedangkan
Menurut beberapa ahli salah satunya adalah Dictionory of
Education Pendidikan adalah proses dimana seseorang
mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup,
proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang
datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh,
mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimum (Dasar-Dasar
Kependidikan Ihsan Fuad, 2005).
Adapun jenjang pendidikan yang diteliti :
a. Pendidikan Dasar (SD)
b. Pendidikan Menengah (SMP dan SMA)
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Adapun unsur-unsur pendidikam, yaitu :
34
1) Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok,
masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan).
2) Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain).
3) Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).
(Notoatmodjo, 2002).
Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan
pengetahuan ibu tentang sibling rivalry. Hal ini dihubungkan
dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan
rendah. (Notoatmodjo, 2003).
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarganya. (Nursalam, 2001).
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang
dilakukan oleh manusia.Dan arti sempit,istilah pekerjaan
digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghailkan
uang bagi seseorang (Wikipedia,2009).
Seorang ibu yang bekerja akan mempunyai tambahan
pendapatan bagi keluarganya yang akhirnya dapat memenuhi
34
kebutuhan keluarganya, apabila ia tidak bekerja maka tidak
dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, bekerja
untuk perempuan sering kali bukan pilihan tetapi karena
pendapatan suami tiudak cukup untuk memenuhi kebutuha
rumah tangganya. (Novaria, 2000).
34
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
satu terhadap yang lain dari masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Dari
tinjauan pustaka tampak terdapat banyak hal yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu tentang Sibling Rivalry. Berdasarkan teori dan literatur yang
terdapat maka penulis ingin mengambil beberapa variabel seperti yang
disusun dalam kerangka konsep secara sistematis disusun sebagai berikut :
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
B. Definisi operasional, variabel, dan Cara Pengukuran
Definisi operasional merupakan variabel-variabel penelitian yang akan
diamati dan bermanfaat pada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel
yang bersangkutan serta pengembangan instrumen alat pengukur
(Notoatmodjo, 2002).
34
1. Umur
2. Pendidikan Orang Tua
3. Pekerjaan
Pengetahuan Ibu Tentang
Sibling Rivalry
Tabel 3.1
Variabel, Definisi, Operasional, Cara ukur, Alat Ukur, Hsil Ukur, Skala1
No Variabel
Dependen
Definisi
operasional
Alat
ukur
Cara
ukur
Hasil ukur Skala
ukur
1 Pengetahuan hasil tau dan ini
terjadi setelah
orang melakukan
penginderaan
terhadap ibu post
partum sehingga
mencakup
Tahu,memahami
dan aplikasi
tentang mobilitas
dini
Ceklis Kuesioner a. Kategori
baik : 76-
100%
jawaban
benar
b. kategori
cukup :
50-76%
jawaban
benar
c. kategori
kurang:
<50%
jawaban
benar
Ordinal
34
No Variabel
Indepanden
Definisi
operasional
Alat
ukur
Cara
ukur
Hasil ukur Skala
ukur
2 Usia Usia yang
dihitung sejak
dilahirkan
sampai pada
ulang tahun
terakhir
Ceklis Kuesioner a. <20 thn
b. 20-35 thn
c. >35 thn
Ordinal
3 Pendidikan Pendidikan
formal yang
pernah dicapai
respon
berdasarkan
kepemilikan
ijazah terakhir
sampai saat di
wawancara
Ceklis Kuesioner Dasar :
a. Tamat
SD/SLTP
b. M
enengah
c. Tamat
SLTA/ PT
Ordinal
3. Pekerjaan Aktivitas utama
yang dilakukan
oleh manusia
Ceklis Kuesioner a. ibu rumah
tangga
b. PNS
c. wiraswast
Nominal
34
a
d. buruh
e. petani
34
BAB IV
METODEOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini adalah penelitian
deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara
objektif. Dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian dimana variabel-
variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk
efek diabsorvasi sekaligus pada waktu yang sama. (Notoatmodjo, 2005).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di TK PGRI Cipanas – banten
Waktu penyusunan penyusunan KTI dari bulan Juni-Agustus 2010
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah subjek yang hendak di teliti dan memiliki sifat-sifat
yang sama. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmojo, 2002).
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh
34
peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Arikunto,
2002). Adapun yang menjadi populasi adalah semua orang tua murid di
TK PGRI Cipanas sebanyak 30 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2005).
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah
subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% (Arikunto,
2006). Adapun yang menjadi sampel adalah orang tua murid TK PGRI
Cipanas sebanyak 30 orang.
D. Cara Pengambilan Data
1. Tekhnik Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang di tempuh dalam pengumpulan data, meliputi :
1. Tahap persiapan
Dalam tahap persiapan ini berisikan beberapa kegiatan data meliputi :
a. Menentukan sasaran atau populasi
b. Menetapkan jumlah sample
c. Membuat kerangka konsep
2. Tahap pelaksanaan
34
Pengumpulan data dengan menggunakan metode kuesioner dengan
melalui tahap sebagaiberikut :
a. Menggunakan surat ijin meneliti pada tempat yang telah di
tentukan
b. Pengumpulan data dengan metode wawancara di lanjutkan dengan
pemberian kuesioner
c. Memproses dan menganalisa data jawaban kuesioner yang telah
terkumpul
3. Pengelohan Data
a. Editing
Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan
kejelasan jawaban kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh
dengan kebutuhan penelitian, hal ini dilakukan dilapangan
sehingga apabila terdapat data yang meragunakan ataupun salah
maka akan dijelaskan kembali pada responden.
b. Coding
Mengkode data merupakan kegiatan mengklasifikasikan
data yang diperoleh dan sumber data yang telah diperiksa
kelengkapannya.
c. Membuat score
Pada tahap ini, untuk variabel pengetahuan, hasil ukurnya
jika jawaban benar di beri nilai 1 jika salah nilai 0.
34
d. Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengolahan dan skoring pada semua data
selanjutnya data diolah secara manual.
e. Tabulasi Data
Pada data yang sudah ada dihitung jumlahnya berdasarkan
variable dan katagori penelitian, dengan menggunakan metode
check, sehingga setiap frekuensi setiap data berdasarkan variable
dapat di ketahui dan dimasukan kedalam table.
E. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer, dengan menggunakan alat
penelitian kuesioner. Data primer adalah data yang didapat langsung dari
responden yang di teliti, sedangkan alat penelitian adalah alat-alat yang akan
di gunakan untuk pengumpulan data, dapat berupa kuisioner. Angket adalah
suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan tertulis
kepada sejumlah individu dan individu yang diberikan pertanyaan tersebut
memberikan jawaban secara tertulis (Notoatmojo, 2005).
F. Pengolahan dan Analisa Data
Teknik analisa data yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah
analisis univariat, dimana secara menyeluruh data yang sejenis atau
34
mendekati di gabungkan, yang kemudian dibuat tabel distribusi frekuensi
untuk dipresentasikan. Untuk pengetahuan, pengolahan, dan analisa data
dilakukan secra manual dengan menggunakan rumus sebgai berikut :
Penetapan kategori penelitian,
1. Kategori baik bila pertanyaan dijawab benar oleh responden 76-100%
2. Kategori cukup bila pertanyaan dijawab benarn oleh responden 50-75%
3. Kategori kurang bila pertanyaan dijawab benar oleh responden kurang
dari 50% (Arikunto, 2002)
Untuk menghitung distribusi frekuensi digunakan rumus :
Keterangan :
P = persentase
F = frekuensi
N= Jumlah Subjek
BAB V
HASIL PENELITIAN
34
P = f x100%
N
A. Analisa Hasil
Dari hasil penelitian pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada anak
usia prasekolah di TK PGRI Cipanas yang berjumlah 30 responden maka
dihasilkan informasi sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Table 5.1
Gambaran pengetahuan ibu tentang sibling rivalry
pada anak usia prasekolah di TK PGRI Cipanas
Gambaran Pengetahuan F (%)
Baik 6 20
Cukup 9 30
Kurang 15 50
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan interpretasi bahwa dari gambaran
pengetahuan ibu tentang sibling rivalry atau persaingan antar saudara
kandung bahwa sebagain besar ibu memiliki tingkat pengetahuan yang
34
kurang sebanyak 50% tentang sibling rivalry. Sedangkan sebanyak 20%
memiliki pengetahuan yang baik.
2. Usia
Table 5.2
Gambaran ibu post tentang sibling rivalry pada
Anak usia prasekolah di TK PGRI Cipanas
berdasarkan usia
Gambaran Usia F (%)
< 20 tahun 0 0
20 – 35 tahun 20 66,6
> 35 tahun 10 33,3
Jumlah 30 100
Berdasarkan table diatas, didapatkan interpretasi bahwa dari
gambaran usia ibu atau orang tua murid sebagian besar ibu berusia antara
20 – 35 tahun sebanyak 66,6%. Sedangkan ibu post partum dengan usia
>35 tahun sebanyak 33,3%.
34
3. Pendidikan
Table 5.3
Gambaran ibu tentang sibling rivalry
pada anak usia prasekolah di TK PGRI Cipanas
berdasarkan pendidikan
Pendidikan F (%)
SD 5 16,6
SLTP 7 23.3
SLTA 15 50
PT 3 10
JUMLAH 30 100
Berdasarkan table diatas, didapatkan interpretasi bahwa dari
gambaran ibu atau orang tua murid berdasarkan pendidikan terdapat
16,6% yang pendidikan terahkirnya SD,SMP sebanyak 23,3% , SLTA
sebanyak 50% , Perguruan Tinggi sebanyak 10% .
4. Pekerjaan
Table 5.4
Gambaran ibu tentang sibling rivalry
34
pada anak usia prasekolah di TK PGRI Cipanas
berdasarkan pekerjaan
Gambaran pekerjaan F (%)
Ibu rumah tangga 20 66.7
PNS 3 10
Wiraswasta 7 23,3
Buruh 0 0
Petani 0 0
Jumlah 30 100
Berdasarkan table diatas, didapatkan interpretasi bahwa dari
gambaran pendidikan ibu atau orang tua murid adalah ibu yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga sebanyak 66,6 %. Wiraswasta sebanyak 23,3
%,PNS sebanyak 10 %.
BAB VI
PEMBAHASAN
34
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu
tentang sibling rivalry di TK PGRI Cipanas terdapat :
1. Umur
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa dari 30 ibu atau orang
tua murid didapatkan sebagian besar ibu berusia antara 20 – 35 tahun
sebanyak 20 responden ( 66,6% ). Sedangkan ibu dengan usia >35 tahun
sebanyak 10 orang ( 33,3% ). Ini menunjukan juga bahwa Umur ibu
mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap sibling rivalry.
2. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di TK PGRI Cipanas
terbanyak adalah berpendidikan rendah yaitu SD 5 responden ( 26,6
% ),SLTP sebanyak 7 responden (23,3 % ) . Dan yang terkecil adalah
perguruan tinggi yaitu 3 responden ( 10 % ).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik pendidikan
ibu di TK PGRI Cipanas terbanyak berpendidikan rendah (SD dan SMP).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoamodjo (2003) yang
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
dalam pembentukan perilaku. Di samping itu pendidikan mempunyai
kaitan bermakna dan positif dengan pengetahuan ibu tentang sibling
34
rivalry. Makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin tinggi pula
pengetahuan ibu terhadap sibling rivalry, dan sebaliknya atau makin tinggi
tingkat pendidikan ibu makin tinggi pula pengetahuan ibu tentang sibling
rivalry dengan itu kejadian seperti kecemburuan dan pertengkaran semakin
berkurang.
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan ibu kurang
memahami dan menyadari tentang sibling rivalry.
3. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di TK PGRI Cipanas
gambaran ibu berdasarkan pekerjaan yang terbanyak adalah ibu rumah
tangga dengan jumlah 20 orang ( 66,7% ),dan yang paling terkecil adalah
PNS dengan jumlah 3 orang 9 ( 10% ).
Dari hasil data di atas terlihat bahwa social ekonomi dapat
mempengaruhi keadaan seseorang dengan keadaan social ekonomi yang
baik maka kesejahteraan keluarga akan terjamin sehingga tidak adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi sibling rivalry pada anak usia
prasekolah.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
34
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian kepada 30 orang responden
mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada usia
prasekolah di TK PGRI Cipanas maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil penelitian gambaran pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada
anak usia prasekolah di TK PGRI Cipanas didapatkan kategori baik
sebanyak 6 responden (20%), ketegori cukup sebanyak 9 responden
(30%), kategori kurang sebanyak 15 responden (50%).
2. Hasil penelitian gambaran ibu tentang sibling rivalry pada anak usia
prasekolah di TK PGRI Cipanas berdasarkan kelompok umur didapatkan
20 – 35 tahun sebanyak 20 responden (66,6%), > 35 tahun sebanyak 10
responden (33,3%).
3. Hasil penelitian gambaran pengetahuan ibu tentang sibling rivalry pada
anak usia prasekolah di TK PGRI Cipanas berdasarkan pendidikan
didapatkan nilai yang paling tertinggi adalah SLTA sebanyak 15
responden (50%), dan yang paling terkecil adalah Perguruan Tinggi
sebanyak 3 responden (10%).
4. Hasil penelitian gambaran pengetahuan ibu tentang sibling rivalry di TK
PGRI Cipanas bardasarkan pekerjaan didapatkan nilai tertinggi yaitu ibu
34
rumah tangga sebanyak 20 responden ( 66,7% ),dan nilai terkecil yaitu
PNS sebanyak 3 responden (10%).
B. Saran
1. Tempat penelitian
Diharapkan untuk lebih memberikan masukan dan
mempertimbangkan untuk anak yang mengalami sibling rivalry
sehingga dapat membantu ibu dalam menghadapi anak-anak yang
mengalami sibling..
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam
mempersiapkan tenaga bidan yang professional .
3. Bagi Mahasiswa
Agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan terutama tentang
sibling rivalry, wawasan dan keterampilan dalam melakukan penelitian
selanjutnya dalam mengembangkan pengetahuan dibidang kesehatan,
serta dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat kedalam praktek
di masayarakat.
34